Anda di halaman 1dari 14

DosenPengampu:

Nova Adi Kurniawan, Spd., M.pd. PGMI/IV/A

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING PADA


MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS Di SD 011 PEKAN ARBA

Disusun Oleh:
Nama: AgustinaWati
NIRM: 1209. 15. 07661

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2016/2017
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan yang ada sekarang ini
cendrung memperlakukan siswa kurang adil dalam pembelajaran. Siswa yang
pandai lebih di perhatikan dari pada siswa yang kurang pandai. Siswa pada
kelompok unggul berkompetisi secara keras dan cendrung individualistik.
Sementara kelas yang tidak unggul merasa tidak mampu, dan prustasi. Selain
itu salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah lemahnya
proses pembelajaran.
Dalam peroses pembelajaran, anak kurang di dorong untuk kemampuan
berpikir di dalam kelas diarahkan pada kemampuan anak untuk menghapal
informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat untuk
menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya peserta didik hanya
pintar secara teoritis akan tetapi miskin aplikasi. Oleh sebab itu seorang
pendidik harus memiliki kemampuan untuk mendesain strategi pembelajaraan
yang tapat sesuai dengan materi yang di ajarkan.
Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pembeljaaran kooperatif memiliki mampaat
atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada
siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini dikarenakan
dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam
belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Kooperatif?
b. Apa saja Pengertian, Tujuan, dan Langkah-langkah Pembelajaran
Kooperatif?
c. Apa saja yang menjadi Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif?
d. Apa Peranan Guru Dalam Cooperatif Learning?
e. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif?
3. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Menjelaskan Model Pembelajaran Kooperatif.
b. Menjelaskan Pengertian, Tujuan, dan Langkah-langkah Pembelajaran
Kooperatif.
c. Menguraikan Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
d. Menyebutkan Peranan Guru Dalam Cooperatif Learning.
e. Menyebutkan Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif.

B. PEMBAHASAN
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu
pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) dan pembelajaran kolaburatif. Panitz membedakan kedua hal
tersebut.
Pemebelajaran kolaburatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai
tangggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik
bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan
informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada
mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak
mengarahkan kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.
Bentuk-bentuk assesmen oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat
hasil prosesnya.
Pembelajaran kooperatif dalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru
atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap
lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-
pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang
untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru
biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Pembelajaran kolaburatif dan kooperatif merupakan dua hal yang
kontinum. Istilah kooperatif digunakan karna kata ‘’kooperatif’’’ memiliki
makna lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam
belajar dan mencakup pula pengertian kolaburatif.
Konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan
dibangun dan dikonstruksi secara mutual.peserta didik berada dalam konteks
sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi
mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman.

2. Pengertian, Tujuan, dan Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif


a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang
untuk membelajarkan kecakapan akdemik (academic skill) , sekaligus
keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pelaksanaan model cooperatif learning membutuhkan partisipasi
dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperatif learning dapat
meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-
menolong dalam beberapa prilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan
model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik
dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temanya dengan cara
saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang
lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat
mereka secara kelompok
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning
sebagaimana dikemukakan Slavina (1995), yaitu penghargaan kelompok,
pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk
berhasil.
a. Penghargaan kelompok
Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok
untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok
diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang
ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan
individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan
antara personal yang saling mendukung, saling membantu, dan
saling peduli.
b. Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu
dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.
Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota
siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri
tanpa bantuan teman sekelompoknya.
c. Kesempataan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Cooperative learning menggunakan metode skoring yang
mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi
yang diproleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan
metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah,
sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat
konvensional, kooperative learning memiliki beberapa keunggulan.
Keunggulannya dilihat dari aspek siswa, adalah memberi peluang
kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan,
pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam
merumuskan ke arah satu pandangan kelompok (Cilibert-
Macmilan,1993).
Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara
penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa
bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan
sebagai tutor bagi teman sebayanya.
Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang
dirangkum Ibrahim, et al. (2000), yaitu :
1) Hasil belajar akademik
Dalam kooperative learning meskipun mencakup beragam
tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas
akademis lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur
penghargaan kooperative telah dapat meningkatkan nilai siswa
pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan
dengan hasil belajar.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan
secara puas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan Ras,
budaya, kelas sosia, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
Pemebelajaran kooperative memberi peluang bagi siswa dari
berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling
bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu
sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborsi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki
siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial..
c. Langkah-langkah umum Pembelajaran Kooperatif (Sintaks)
Ada beberapa langkah-langkah umum permbelajaran kooperatif
(sintaks) yaitu sebagai berikut:
1) Berikan informasi dan sampaikan tujuan serta skenario
pembelajaran.
2) Organisasi siswa/ peserta didik dalam kelompok kooperatif.
3) Bimbing siswa / peserta didik untuk melakukan kegiatan /
berkooperatif.
4) Evaluasi
5) Berikan penghargaan.
Contoh beberapa keterampilan dalam pembelajaran kooperatif yaitu
sebagai berikut :
1) Berbagi tugas .
2) Mengambil bagian.
3) Tetap berada dalam tugas.
4) Mendengar dengan aktif.
5) Bekerja sama.
6) Membantu teman.

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif.


Sebuah pendapat mengatakan bahwa perolehan bahasa ditentukan oleh
sebuah interaksi yang komplek dari sejumlah input, output secara kritik dan
beragam kontek. Ini disebabkan kelompok kecil bekerja memperkaya
pemahaman, pengembangan metal, keakuratan input yang dijelaskan oleh
Krashen (1988) disamping itu juga melancarkan komunikasi, dan percakapan
yang mengarah pada kelas denggan dukungan, motivasi dan operasi timbal
balik.
Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok,
oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh
dalam pembelajaran kooperatif, karena mereka menganggap telah terbiasa
menggunakannya. Walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk
kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan pembelajaran
kooperatif.
Benner (1995) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat
membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu :
1) Positive Interdepence
2) Interaction facetoface
3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajararan dalam
anggota kelompok
4) Membutuhkan keluwesan
5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok )
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bahwa
sikap siswa atau prilaku bersama kadang-kadang harus diperhatikan guru atau
memebantu diantara sesama, dalam struktur kerja sama yang teratur didalam
kelompoknya yang terdiri dari dua orang atau lebih yang keberhasilan
kerjanya sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok
itu sendiri. Pembelajaran kooperatif itu juga dapat diartikan sebagai struktur
tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota
kelompok.
Di samping itu, pembelajaran kooperatif juga sering diartikan sebagai
suatu motif kerjasama, yang setiap individunya dihadapkan pada preposisi
dan pilihan yang harus diikuti apakah memilih bekerja bersama-sama,
berkompetisi, atau individualistis. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif adalah suatu proses yang membutuhkan partisipasi dan kerja sama
dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa
menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa prilaku
sosial (Stahl, 1994).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan strategi yang menempatkan siswa belajar dalam
kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa dengan tingkan kemampuan atau
jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda.
Keterampilan-keterampilan selama kooperatif tersebut antara lain sebagai
berikut ( Lungdren, 1994) :
a. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal
1) Menggunakan kesepakatan
Yang dimaksud dengan menggunakan kesepakatan adalah
menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan
kerja dalam kelompok.
2) Menghargai kontribusi
Menghargai bearti memperhatiakan atau mengenal apa yang dapat
dikatakan atau di kerjakan anggota lain. Hal ini bearti harus selalu
setuju dengan orang lain, dapat saja kritik yang diberikan itu
ditunjukan terhadap ide dan tidak individu.
3) Mengambil giliran dan berbagi tugas
Pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok
bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas / tanggung
jawab tertentu dalam kelompok.
4) Berada dalam kelompok
Setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan
berlangsung.
5) Berada dalam tugas
Adalah meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar
kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.
6) Mendorong partisipasi
Bearti mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan
konstribusi terhadap tugas kelompok
7) Mengundang orang lain
Meminta orang lain berbicara dan berpatisipasi terhadap tugas.
8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya
9) Menghormati perbedaan individu
b. Keterampilan Tingkat Menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan
dan simpati, mengungkappkan ketidaksetujuan dengan cara dapat
diterima, mendengarkan dengan arif, bertanyaan, membuat ringkasan,
menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi ketegangan.
c. Keterampilan Tingkat Mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa
dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan
berkompromi.
4. Peranan Guru Dalam Cooperatif Learning
Menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental,
dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman, suasana hati yang
gembira tanpa tekanan, maka dapat memudahkan siswa dalam memahami
materi pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama
yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan.
Dalam model pembelajaran cooperative learning guru harus mampu
menciptakan kelas sebagai laboratorium demokrasi, supaya peserta didik
terlatih dan terbiasa berbeda pendapat. Kebiasaan ini penting dikondisikan
sejak di bangku sekolah, agar peserta didik terbiasa berbeda pendapat, jujur,
sportif dalam mengakui kekurangannya sendiri dan siap menerima pendapat
yang mengarahkan pada komplik interpersonal asalkan menurut aturan
diskusi yang baik disertai sikap yang positif, sesungguhnya dapat membantu
menumbuhkan kesehatan mental siswa. Hal yang perlu dihindari ialah bila
perbedaan pendapat itu menjurus pada konflik yang bersifat intrapersonal
yang dapat merugikan kesehatan mental siswa (Soemantri,2001).
Peran guru dalam pelaksanaan cooperative learning adalah sebagai
fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator. Sebagai fasilitator
seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut : 1) mampu
menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, 2) membantu
dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan dan
pembicaraannya baik secara individual maupun kelompok, 3) membantu
kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu
kelancaran belajar mereka, 4) membina siswa agar setiap orang merupakan
sumber yang bermampaat bagi yang lainnya, dan 5) menjelaskan tujuan
kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam betukar tempat.
Sebagai mediator, guru berperan sebagai penghubung dalam
menjembatani mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui
cooperative learning dengan permasalahan yang nyata ditemukan
dilapangan. Peran ini sangat penting dalam menciptakan pembelajaran yang
bermakna (meaningful learning), yaitu istilah yang dikemukakan Ausubel
untuk menunjukkan bahan yang dipelajari memiliki kaitan makna dan
wawasan dengan apa yang sudah dimiliki siswa sehingga mengubah apa yang
menjadi milik siswa ( Hasan, 1996).
Di samping itu, guru juga berperan dalam menyediakan sarana
pembelajaran, agar suasana belajar tidak monoton dan membosankan.
Dengan kreativitasnya, guru dapat mengatasi keterbatasan sarana sehingga
tidak menghambat suasana pembelajaran dikelas.
Sebagai director-motivator, guru berperan dalam membimbing serta
mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak
memberikan jawaban. Disamping itu, sebagai motivator guru berperan
sebagai pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpatisipasi. Peran ini
sangat penting dalam rangka memberikan semangat dan dorongan belajar
kepada siswa dalam mengembangkan keberanian siswa, baik dalam
mengembangkan keahlian dalam bekerja sama yang meliputi mendengarkan
dengan seksama, mengembangkan rasa empati, maupun berkomunikasi saat
bertanya, mengemukakan pendapat atau menyampaikan permasalahannya.
Sebagai evaluator, guru berperan dalam menilai kegiatan belajar
mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian ini tidak hanya pada hasil, tapi
lebih ditekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan baik secara
perorangan maupun secara berkelompok. Alat yang digunakan dalam
evaluasi selain berbentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk
catatan observasi guru untuk melihat kegiatan siswa dikelas.
Dalam model cooperative learning dibutuhkan proses yang melibatkan
niat dan kiat (will and skill) dari anggota kelompoknya sehingga masing-
masing siswa harus memiliki niat untuk bekerjasama dengan anggota lainnya.
Di samping itu, juga harus memiliki kiat-kiat bagaimana caranya berintraksi
dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam pengelolaan kelas model
cooperaative learning ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni
pengelompokkan, pemberian motivasi kepada kelompok, dan penataan ruang
kelas ( Lie, 2000)
5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Karli dan Yuliariatiningsih (2002 : 72 ) mengemukakan kelebihan model
pembelajaran kooperatif yaitu :
1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar
mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.
2. Dapat mengembangkan aktualisasi sebagai potensi diri yang telah
dimiliki oleh siswa.
3. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan
keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di
masyarakat.
4. Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang
dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan
memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa
yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat
ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang
berpusat pada siswa (studend oriented), jadi seorang guru harus bisa
menguasai model pembelajaran kooperatif terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak
dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli
pada yang lain.
Pembelajaran kooperatif ini didesain untuk mengaktifkan siswa
melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil sehingga dapat
merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

2. Saran
Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan untuk kelanjutan
penulisan makalah ini, diantaranya:
a. Semoga dengan adanya makalah yang kami tulis ini dapat menambah
wawasan para pembaca mengenai model pembelajaran kooperatif itu
sendiri.
b. Dapat dijadikan referensi tentang pengertian dan manfaat pembelajaran
kooperatif.
c. Jika terdapat kesalahan dalam makalah ini yang tidak kami sengaja
maka kami sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini
agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang membangun
terhadap makalah kami ini agar kami dapat memperbaiki dan
meningkatkan pembuatan makalah atau tugas lainnya pada waktu
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Isjoni,2014,cooperatif learning,Bandung:ALFABETA

Isjoni,2013, pembelajaran kooperatif, Yogyakarta:PuatakaPelajar

Riyanto yatim, 2010 , paradigam baru pembelajaran:sebagai referensi


paradigma bagi guru/pendidik dalam implementasi pembelajaran
yang efektif dan berkualitas, Jakarta:PRENADA MEDIA GROUP

Supriyanto joko, 2009, cooperatif learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Syarif sumanrtin muhammad, 2015, strategipembelajaran.


Jakarta:PT.Rajagrafindo persada

Warsono dkk, 2012, pembelajaran aktif, Bandung:PT.Remaja rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai