KAJIAN TEORI
Dalam BAB II ini akan diuraikan tentang Kajian teori, temuan hasil penelitian yang
relevan, dan kerangka Berfikir sebagai acuan dan landasan untuk menunjukkan ketepatan
tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam
penelitian.
A. Kajian Teori
13
13
14
harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan
mereka.b). Tanggung jawab perseorangan.Jika tugas dan pola penilaian dibuat
menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan
merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif
dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun
tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok
bisa dilaksanakan.c). Tatap muka,dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap
kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan
interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.d). Komunikasi antar
anggota,unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung
pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok
juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat
bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa, e). Evaluasi proses
kelompok, Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma
yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja
bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik, b). Penerimaan terhadap perbedaan
individu,Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari
orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai
satu sama lain, c). Pengembangan keterampilan social, Tujuan penting ketiga
pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama
dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat
ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
lain.Model pembelajaran ini telah terbukti digunakan dalam berbagai mata pelajaran dan
berbagai usia.
2. Pembelajaran Discovery-Inquiry
a. Pengertian Pembelajaran Discovery-Inquiry
Metode Discovery-Inquiry sebenarnya merupakan dua metode yang masing-masing
berdiri sendiri, namun kalau dilihat dari fungsi pelaksanaannya kedua metode tersebut
saling mendukung. Schwab dalam bukunya yang dikutip Joyce, weil, dan Calhoun
(2000:163-163) dalam http://metodebelajar.com dikemukakan bahwa inti dari metode
Discovery-Inquiry adalah pencarian makna belajar. Individu yang belajar dimotivasi
untuk meningkatkan kompleksitas struktur intelektualnya agar dapat memproses suatu
informasi dan mencari secara kontinyu untuk membuat suatu perencanaan sehingga lebih
bermakna. Pembelajaran discovery (temuan) mengacu pada situasi pembelajaran, upaya
siswa mencapai tujuan pengajaran dengan bimbingan yang sangat terbatas atau tanpa
bimbingan sama sekali oleh guru.
Ditinjau dari arti katanya “ discover ” dapat diartikan menemukan dan “ discovery ”
adalah penemuan, sedangkan “ Inquire ” berarti menanyakan, meminta keterangan atau
menyelidiki dan “ Inquiry ” berarti penyelidikan.Jadi, metode Discovery-Inquiry disebut
sebagai metode penemuan.
Sund (dalam Trianto: 2007) menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari
inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih
mendalam. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari
atau memahami informasi. Gulo (dalam Trianto: 2007) menyatakan strategi inquiry
berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Menurut Thelen dalam Joyce, Weil, dan Calhoun (2000:46) bahwa metode inkuiri
berkonsentrasi pada upaya menilai dan mengamati proses pemberian perhatian pada suatu
obyek, berinteraksi dengan apa yang dirangsang oleh orang lain baik secara langsung
atau melalui tulisannya, merefleksi dan reorganisasi konsep dan sikap seperti yang
ditunjukkan dalam proses menarik kesimpulan, mengidentifikasi, pencarian baru,
mengambil tindakan, dan mengubahnya agar menghasilkan yang lebih baik. Jadi metode
inkuiri adalah suatu tindakan dalam mencari kebenaran, keterangan atau pengetahuan
tentang suatu hal untuk mendapatkan informasi atau pemahaman.
Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik dan akan lebih tertarik terhadap pelajaran jika mereka
dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” . Investigasi yang dilakukan oleh siswa
merupakan tulang punggung metode inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami
konsep-konsep dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini
bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser
dalam Sutrisno: 2008).
Metode discovery Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa
aktif, Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, Pengertian yang
ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan
atau ditransfer dalam situasi lain, Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar
menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, dengan
metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan
probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan
bermasyarakat.
Menurut Jones dalam bukunya yang dikutip oleh Soewarso( Dalam Fitriani, 2008:22)
dikatakan bahwa pendekatan inquiry adalah strategi mengajar yang memungkinkan
peserta didik mendapatkan jawabannya sendiri. Dari sini dapat dipetik suatu makna
bahwa kalau siswa telah belajar latihan inquiry maka dalam diri siswa itu terjadi suatu
keinginan untuk memecahkan masalah atau persoalan.Dalam system belajar mengajar ini,
guru tidak menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final, melainkan anak didik diberi
peluang untuk mencari dan menemuakn sendiri dengan mempergunakan tehnik
pendekatan pemecahan masalah.Sistem belajar yang dikembangkan Bruner ini
menggunakan landasan pemikiran pendekatan belajar mengajar bahwa hasil belajar
20
dengan cara ini lebih mudah dihafal dan diingat, serta mudah ditransfer untuk
memecahkan masalah.Pengetahuan dan kecakapan siswa yang bersangkutan lebih jauh
dapat menumbuhkan motif intrinsic ( dorongan dari dalam) karena siswa merasa puas
atas pemikirannya sendiri.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pendekatan inquiry dan
discovery adalah untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan
fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Karena pada dasarnya secara intuitif
setiap individu cenderung melakukan kegiatan ilmiah (mencari tahu/memecahkan
masalah). Kemampuan tersebut dapat dilatih sehingga setiap individu kelak dapat
melakukan kegiatan ilmiahnya secara sadar (tidak intuitif lagi) dan dengan prosedur yang
benar.
Melaui pendekatan ini, guru dapat meyakinkan siswa bahwa ilmu bersifat tentatif dan
dinamis, karena ilmu berkembang terus menerus. Sesuatu yang saat ini diyakini benar,
kelak suatu saat belum tentu benar atau berubah. Disamping itu, siswa dilatih untuk dapat
menghargai alternatif-alternatif lain yang mungkin berbeda dengan yang telah ada
sebelumnya dan telah diyakini sebagai suatu kebenaran.
masyarakat kita banyak dihadapkan pada masalah yang harus dicarikan alternative
pemecahannya.Dengan demikian semenjak dini anak didik harus dilatih dalam
memecahkan masalah, menarik kesimpulan karena dengan demikian akan dapat
menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan kemampuan berfikir siswa lebih diasah
sehingga dari sana akan dapat melatih dan menumbuhkan cara berfikir yang lebih
dewasa.
1) Question.
2) Student Engangement.
pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah
investigasi.
3) Cooperative Interaction.
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan
mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi.
Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan
mungkin saja semua jawaban benar.
4) Performance Evaluation
5) Variety of Resources.
Jadi dapat ditarik suatu kesimpilan bahwa tujuan menggunakan metode inkuiri antara
lain untuk mengembangkan ketrampilan kognitif dalam penyelidikan dan memproses
data, mengembangkan logika untuk menyerap konsep-konsep yang berkualitas. Dan
Metode discovery adalah suatu prosedur pembelajaran yang menekankan pada belajar
mandiri, memanipulasi obyek, melakukan eksperimen atau penyelidikan dengan siswa-
siswa lain sebelum membuat generalisasi. Metode discovery memberikan kesempatan
secara luas kepada siswa dalam mencari, menemukan, dan merumuskan konsep-konsep
dari materi pembelajaran.
23
c. Keunggulan Discovery-Inquiry
Tidak semua metode pembelajaran cocok diterapkan pada setiap materi
pelajaran.Dalam setiap metode pembelajaran pasti selalu ada kelemahan dan
kekurangannya dibawah ini akan dijelaskan tentang kelemahan dan kekurangan dari
penerapan metode Discovery-inquiry:
3. Aktivitas belajar
a. Pengertian Aktivitas Belajar.
Sebelum meninjau lebih jauh tentang aktivitas belajar, terlebih dahulu kita harus
mengetahui tentang pengertian dari aktivitas dan belajar. Menurut Mulyono (2001 : 26),
Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu
aktifitas.Dan menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik
secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan
salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Sedangkan pengertian belajar
menurut Oemar Hamalik (2001: 28), adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah:
pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,
jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sardiman (2003 : 22) dinyatakan: “Belajar
merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang
mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.
Jadi Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang
dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan
adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti
yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31), belajar aktif
adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik,
25
mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara
aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar
merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar.
Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering
bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru,
mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
Menurut Nana (Dalam rediawan, 2010) dinyatakan bahwa aktivitas belajar adalah
peristiwa dimana siswa-siswa terlibat langsung secara intelektual dan emosional sehingga
betul-betul berperan siswa betul-betul berperan dan berpartisifasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran yang dilakukan selama proses belajar berlangsung.
Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan bahwa ” hal yang paling
mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru
dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana
kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan
mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah
pada peningkatan prestasi.Dengan demikian pengertian aktivitas belajar disini adalah
siswa terlibat langsung baik secara intektual maupun secara emosional sehingga siswa
betul-betul berperan dalam menemukan , mencari, menggunakan, dan memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
mengingat apa yang telah didengarkan.jadi dapat disimpulkan bahwa dalam tahap
menangkap apa yang didengarkan merupakan tahap awal dan tahap yang sangat penting
karena dalam tahap ini membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi sehingga mampu
memahami apa yang didengarkan dan mengingat apa yang didengarkan.
2) Menulis dan Mencatat
Menulis dan mencatat merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dalam aktivitas
belajar.Dalam proses pembelajaran kegiatan mencatat merupakan kegiatan yang sering
dilakukan apalagi dalam pendidikan tradisional yang cenderung memakai metode
konvensional tentu tidak bisa terlepas dari kegiatan mencatat walaupun dalam waktu
tertentu seseorang harus mendengarkan isi ceramah.Dalam pembelajaran Kooperatif
kegiatan mencatat juga tidak bisa terlepas begitu saja, karena catatan yang akurat dari
materi yang disampaikan oleh guru serta dari buku-buku akan mampu menuntun siswa
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam belajar kelompok.
3) Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan dalam proses
belajar. Membaca yang dimaksud disini tidak mesti hanya membaca buku pelajaran saja ,
tetapi juga membaca majalah, Koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian dan juga hasil
belajar lain yang berhubunangan dengan kebutuhan studi.Membaca buku merupakan
suatu proses dalam memperoleh pengetian sehingga memperoleh pengetahuan dengan
jalan membuat intisari dari bacaan atau menyimpulkan hasil bacaan.
4. Bertanya dan Menanggapi
Aktivitas bertanya merupakan suatu kemampuan anak untuk belajar berbicara dalam
konteks ketidak mengertiannya dalam materi maupun untuk melatih keberanian dalam
berbicara, sedangkan aktivitas menanggapi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki
siswa untuk menguji kemampuan belajarnya dan hal ini juga sebagai motivasi siswa
untuk bersaing dalam belajar.Sudirman(Dalam sukadana2010) diungkapkan bahwa
pengertian bertanya adalah pertanyaan yag dikeluarkan oleh seseorang untuk
mengemukakan sesuatu yang ingin diketahui. Dalam bertanya dapat dilakukan antar
siswa, siswa dengan guru, siswa dengan orang lain.Aktivitas bertanya adalah langkah
yang dilakukan dalam belajar karena dengan bertanya merupakan perangsang yang dapat
27
mendorong siswa dan guru untuk berpikir dan belajar dan dapat pula membangkitkan
pengertian baru.
Adapun maksud aktivitas bertanya dalam penelitian ini adalah siswa dalam
melaksanakan proses belajar maupun dalam proses evaluasi tidak mendapat kesulitan
dalam menjawab dan memecahkan masalah , sehingga apapun kendala yang dihadapi dan
ketidak mengertian terhadap materi dapat ditanyakan baik terhadap guru maupun
terhadap teman sebayanya.
2. Berpikir
Berpikir merupakan aktivitas belajar , karena dengan berpikir siswa dapat
menemukan konsep baru. Berpikir merupakan tingkah laku yang menggunakan ide untuk
membantu seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.Dalam proses pembelajaran siswa
dituntut untuk dapat berpikir terarah, kritis, dan kreatif sehingga lebih mudah menerima
pelajaran yang disampaikan oleh guru.
maupun di luar kelas dapat diketahui bagaimana aktivitas siswa apakah meningkat
ataukah menurun.
Dalam mengukur aktivitas siswa haruslah ditentukan terlebih dahulu lembar
observasi yang akan digunakan sebagai patokan seperti aspek-aspek aktivitas yang telah
dijelaskan diatas. Sehingga dengan demikian dalam proses pengukuran aktivitas siswa
dapat berjalan dengan lancar.
4. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
29
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara
individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud
Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah
dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah
mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga
diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang
menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Lebih lanjut Nurkancana dan
Sunartana (1992) mengatakan :Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual
ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial
ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk
memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan
kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat diartikan
sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah siswa yang bersangkutan dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah kecakapan nyata (actual) bukan kecakapan potensial.
Menurut Nila Parta prestasi siswa pada mata pelajaran matematika dipengaruhi oleh
faktor dalam diri siswa yang belajar yang meliputi IQ, motivasi, minat, bakat, kesehatan
dan faktor luar siswa yang belajar yang meliputi guru pengajar, materi ajar, latihan,
sarana kelengkapan belajar siswa, tempat di sekolah atau di rumah serta di lingkungan
sosial siswa.Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah
mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar
merupakan suatu alat untuk mengukur aspek – aspek tertentu dari siswa misalnya
pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.
belum ada dan apa sebabnya. Untuk definisi yang lebih luasdikemukakan oleh dua orang
ahli lain yaitu Cronbach dan Stufflebeam, definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi
bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan.
Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan individual inilah yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa, sehingga menyebabkan
perbedaan dalam prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang
di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya
prestasi belajar siswa tergantung pada faktor-faktor tersebut. M. Alisuf Sabri dan
Muhibbinsyah, mengenai belajar ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa di sekolah, secara garis besarnya dapat dapat dibagi kepada dua
bagian, yaitu :1) Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), meliputi keadaan kondisi
32
jasmani (fisiologis), dan kondisi rohani (psikologis), dan 2) Faktor Eksternal (faktor dari
luar diri siswa), terdiri dari factor lingkungan, baik social dan non social dan faktor
instrumental.Sedangkan menurut Muhibbinsyah, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :1) Faktor Internal (faktor dari
dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani siswa, 2) Faktor Eksternal
(faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa, 3) Faktor Pendekatan
Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran.
1) Faktor internal
Yang mempengaruhi prestasi belajar yang termasuk factor internal, yaitu a) Faktor
Fisiologis , yaitu keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan
memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik akan
berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya yang termasuk factor fisiologis adalah
keadaan jasmani, . Dan b) Faktor Psikologis, yaitu yang termasuk dalam faktor psikologis
adalah intelegensi, perhatian, minat, motivasi dan bakat yang ada dalam diri siswa.yang
masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan
faktor cacat tubuh.Faktor kesehatan, yang mana kesehatan sangat berpengaruh terhadap
proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah
ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya. Cacat tubuh adalah sesuatu yang
menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat
ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain
(Slameto, 2003 : 55).Sehingga dapat kita ketahui bahwa keadaan jasmani seseorang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pembelajaran.
33
(b) Intelegensi
Slameto (2003: 56) mengemukakan bahwa intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga
jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. faktor ini berkaitan dengan
Intellegency Question (IQ) seseorang. Ahmadi & Prasetyo (2005: 108) dijelaskan bahwa
berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara IQ dengan hasil belajar
disekolah, anka korelasi antara IQ dengan hasil belajar berkisar sekitar 0,50, ini berarti
25% hasil belajar disekolah dapat dijelaskan dari IQ.karena itu informasi dari taraf
kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memperkirakan
kemampuan belajar seseorang.secara kasar beberapa ahli menetapkan bahwa orang yang
normal tingkat kecerdasannya memiliki IQ sekitar 90-110.lebih lanjut dari itu sudah
termasuk sangat cerdas, sebaliknya dibawah IQ 90 termasuk kategori kurang atau tidak
normal.Dengan memahami IQ setiap anak seorang guru akan dapat memperkirakan
tindakan yang harus diberiakan kepada anak didiknya secara tepat.
( c) Perhatian,
Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2003 : 56) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa
yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau
sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak
menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan
bakatnya. Dengan perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan pemahaman
dan kemampuan yang mantap.
(d) Minat,
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkancana (1996 : 214) bahwa minat adalah
menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar
pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat
memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan akan
34
(e) Motivasi
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan
yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau
tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau
pendorongnya.Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya
untuk berbuat sesuatu.Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal
tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.
Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar
motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak
didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.Nasution (1995:73)
mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseoranguntuk melakukan
sesuatu.”Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasiadalah
menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.” Dalam
perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a)motivasi
instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan denganmotivasi
35
yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk
melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan
dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan
siswatersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan
yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya
dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni
pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan
kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
(f) Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2003 : 57) bahwa bakat adalah the capacity to learn.
Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan
terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian
menurut Muhibbin (2003 : 136) bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat
merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yag akan datang.
2) Faktor eksternal
Yang termasuk faktor eksternal adalah kodisi lingkungan yang mana kondisi
lingkunagan yang dimaksud adalah lingkungan Fisik /alam dan juga lingkungan social.
Yang temasuk kedalam Faktor sosial adalah Lingkungan keluarga, Lingkungan sekolah,
Lingkungan masyarakat.
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga
antara lain: cara orang tua mendidik, kita harus sadari betapa pentingnya peranan
keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan berpengaruh
terhadap belajarnya. Relasi antara anggota keluarga, yang penting dalam keluarga
36
adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau
dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah
apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan
sebagainya.Keadaan keluarga, yang mana keadaan keluarga dapat mempengaruhi
prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang memberikan pengalaman kepada anak
untuk dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses
belajar yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang tidak
berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya. Pengertian orang tua,yaitu anak
belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan
diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat,
orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk
mengatasi kesulitan yang dialaminya.Keadaan ekonomi keluarga, erat hubungannya
dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya,
misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan
fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan
sebagainya.Latar belakang kebudayaan dimana yang dimaksud adalah bahwa tingkat
pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar .
Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar
mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. dan suasana rumah dimana suasana
rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana
anak-anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak
akan memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non social adalah gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, cara guru dalam menyampaikan
pelajaran, metode yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran, alat-alat belajar,
kurikulum, waktu sekolah, interaksi antara guru dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan
cuaca dan waktu belajar , serta media pendidikan yang digunakan yang digunakan siswa.
Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
37
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolahnya
sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi belajar
siswa sangat berhubungan dengan faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut
saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kelemahan salah satu faktor, akan
dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Dengan demikian, tinggi
rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah didukung oleh factor internal
dan eksternal seperti tersebut di atas.
Temuan hasil penelitian yang relevan bertujuan untuk mengetahui aplikasi model
cooperative learning tipe discovery-inquiry untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar pendidikan agama hindu siswa kelas X SMA Negeri 3 Singaraja.Dari beberapa
kajian pustaka dan temuan hasil yang relevan, yang digunakan untuk mendukung variable
penelitian, diperkuat oleh hasil temuan Fitriani ( 2008) dinyatakan bahwa dengan
pengaruh metode Kooperatif dengan pendekatan Inquiry pada pembelajaran pendidikan
Agama Hindu siswa kelas X SMK PGRI 1 Singaraja tahun pelajaran 2007/2008 terjadi
peningkatan terhadap prestasi belajar dan aktivitas belajar siswa , oleh karena itu
pengaruh metode Kooperatif dengan pendekatan inquiri dalam pembelajaran pendidikan
Agama Hindu sangat efektif digunakan oleh guru dalam peningkatan prestasi dan
aktivitas belajar siswa khususnya dalam pembelajaran pendidikan Agama Hindu.
Hasil temuan Sadiana ( 2009) dinyatakan bahwa ada peningkatan prestasi belajar
pendidikan agama Hindu pada siswa kelas X.2 SMA Wirabhakti Singaraja tahun
pelajaran 2008/2009 melalui penerapan metode cooperative learning.hal ini dapat dilihat
dari prestasi belajar siswa yang mengalami peningkatan yaitu pada siklus I , dengan nilai
rata-rata secara klasikal mencapai 66,60%, dengan daya serap 66,60% dan ketuntasan
belajarnya mencapai 48,48%.kemudian pada siklus II nilai rata-rata secara klasikal
meningkat menjadi 82,98% dan ketuntasan belajarnya mencapai 93,62%.
Hal ini disebabkan karena penerapan Model pembelajaran Inquiry dengan metode
diskusi sangat praktis dalam menarik simpati sehingga siswa menjadi aktif belajar.adanya
mitivasi rasa ingin tahu mengenai pembahasan materi pembelajaran dan keharmonisan
39
antara linkungan, siswa, dan guru dalam pembelajaran dikelas menjadi bergairah dan
aktif.penemuan itu diperkuat oleh hasil temuan Indiasta ( 2009) bahwa berdasarkan hasil
yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan kelas dengan menerapkan metode tanya
jawab dan model pembelajaran Inquiry pada kelas V SD No.1 Bengkel, pada siklus I
diperoleh prosentase aktivitas belajar siswa sebesar 57% meningkat pada siklus II
menjadi 80,62%, dengan demikian terjadi peningkatan aktivitas siswa yang signifikan.
Berdasarkan hasil temuan diatas ,maka dapat ditarik kesimpulan model cooperative
learning dan tipe Discovery-inquiry merupakan metode mengajar yang cocok untuk
diterapkan dalam penelitian ini guna meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
siswa.serta metode tersebut diatas dipandang perlu dikembangkan oleh guru di sekolah,
karena dalam kehidupan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat, kita banyak
dihadapkan dengan berbagai masalah.
1. Kerangka berpikir
Memperhatikan kajian teori dan temuan penelitian yang relevan, maka kerangka
Berfikir yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah hubungan
model pembelajaran cooperative Learning tipe Discovery-Inquiry untuk
meningkatkatkan aktivitas dan prestasi belajar Pendidikan Agama Hindu.
Metode sangat penting dalam proses pembelajaran karena metode yang digunakan
dalam pembelajaran sangat berpengaruh pada aktivitas dan prestasi belajar
siswa.Pemilihan metode yang baik dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan akan
dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.Pada penelitian ini metode yang
dipilih adalah cooperative learning yang mana dalam penerapannya yaitu siswa dibagi
dalam beberapa kelompok belajar secara heterogen yang terdiri dari 4-6 orang siswa
dalam satu kelompok, kemudian siswa diberikan masalah untuk dipecahkan bersama
anggota kelompoknya.Penerapan cooperative learning sangat membantu siswa dalam
melatih siswa untuk saling bekerjasama, karna prinsip dari pembelajaran cooperative
40
learning adalah gotong royong maka, dari sini siswa dilatih untuk saling bantu antar
sesama anggota kelompoknya, saling menghargai, dan pusat perhatian dalam pelajaran
adalah pada siswa itu sendiri bukan lagi pada guru.
2. Konstelasi Penelitian
Dalam penelitian ini berdasarkan acuan dan uraian dalam kerangka berpikir maka
dapat dibuat konstelasi penelitiannya sebagai berikut:
Aktivitas Belajar
Prestasi Belajar