Berikut definisi dan pengertian pembelajaran kooperatif dari beberapa sumber buku:
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif adalah
agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara
saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan temannya untuk mengemukakan
pendapat secara berkelompok. Menurut Isjoni (2009), fungsi dan tujuan pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang
yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa dari berbagai latar belakang dan
kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui
struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
Menurut Rusman (2011) dan Suprijono (2011), unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut:
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban
kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan pada kelompok. Kedua, menjamin
semua anggota kelompok secara individu untuk mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
Tanggung jawab perseorangan artinya setiap siswa akan akan merasa bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik. Unsur ini merupakan konsekuensi dari unsur yang pertama.
Oleh karena itu, keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap
anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota
harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.
Interaksi tatap muka yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan
menerima informasi dari anggota kelompok lain. Inti dari unsur ini adalah menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Unsur ini
penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari
urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara
anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan
pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan
kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat
pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.
Menurut Isjoni (2009), terdapat beberapa jenis pembelajaran kooperatif yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran di kelas, antara lain yaitu sebagai berikut:
Salah satu keunggulan Make a Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Make a Match dapat
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Sebelum
pembelajaran dimulai guru menyediakan kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban.
Siswa mendapatkan satu kartu dan harus mencari kartu pasangan dalam batas waktu yang
ditentukan guru.
b. Bertukar Pasangan
Prosedur teknik bertukar pasangan diawali dengan siswa mendapat satu pasangan yang
ditunjuk guru. Guru memberikan tugas dan mengerjakannya dengan pasangannya, setelah
selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain. Kedua pasangan tersebut
saling bertukar pasangan. Siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan orang lain.
Pasangan bisa ditunjuk oleh guru atau berdasarkan Teknik Mencari Pasangan.
Think Pair Share seperti namanya Thinking, diawali dengan guru mengajukan pertanyaan
atau isu terkait dengan pelajaran. Selanjutnya, Pairing yaitu guru memberi kesempatan siswa
untuk bekerja berpasangan. Hasil diskusi berpasangan dibicarakan dengan pasangan lain,
tahap ini disebut Sharing. Memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja
sama dengan orang lain. Keunggulan model ini adalah memberi pastisipasi siswa secara
optimal.
Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan
siswa. Siswa membuat pertanyaan sendiri dan mengerjakan soal yang dibuat oleh temannya.
Masing-masing siswa saling mengirimkan salam berupa soal yang telah dibuat sendiri, dan
mengerjakan soal yang dibuat oleh teman yang lain.
Pembelajaran dengan kepala bernomor diawali dengan numbering. Guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok kecil sesuai dengan jumlah konsep yang akan dipelajari. Tiap-
tiap anggota kelompok diberikan nomor sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya. Guru
memberikan materi untuk didiskusikan dalam kelompok. Guru memberi pertanyaan dengan
memanggil nomor yang sama pada semua kelompok dan memberikan kesempatan untuk
menjawab. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide
dan pertimbangan jawaban yang paling tepat.
Teknik kepala bernomor terstruktur prosedurnya hampir sama dengan Numbered Heads.
Teknik ini dalam pelaksanaannya lebih terstruktur. Guru membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok kecil sesuai dengan jumlah konsep yang akan dipelajari. Tiap-tiap anggota
kelompok diberikan nomor sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya. Guru memberikan
materi untuk didiskusikan dalam kelompok. Siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab
pribadinya dan saling keterkaitan dengan teman-teman kelompok.
h. Keliling Kelompok
i. Kancing Gemerincing
Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing merupakan teknik dimana siswa
yang mendapatkan chips atau koin berfungsi sebagai tiket untuk berbagi informasi pada
diskusi. Masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan
kontribusi dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain.
j. Keliling Kelas
Model pembelajaran kooperatif keliling kelas diawali dengan kerja siswa dalam kelompok.
Selesai berdiskusi, masing-masing kelompok memamerkan hasil kerja kelompok masing-
masing, kemudian semua anggota kelompok lain berkeliling untuk melihat hasil kerja dari
semua kelompok yang telah dipamerkan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memamerkan hasil kerja dan melihat hasil kerja orang lain.
Pembelajaran dengan Inside Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok. Kelas
dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok lingkaran besar (luar) dan lingkaran
kecil (dalam). Atur kedua kelompok lingkaran sehingga saling berhadapan. Guru
memberikan tugas untuk didiskusikan berpasangan. Selesai berdiskusi, kelompok bergerak
berlawanan arah. Setiap pergerakan itu akan membentuk pasangan-pasangan baru dan saling
memberi informasi hasil diskusi. Teknik Inside Outside Circle memberikan kesempatan
kepada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru dan membagi kelas menjadi dua
kelompok besar. Atur dua kelompok dalam posisi berdiri sejajar. Dengan demikian siswa
akan berhadapan berpasangan. Guru memberikan tugas untuk didiskusikan berpasangan.
Selesai diskusi, atur kembali siswa berjajar berhadapan dan bergeser searah jarum jam.
Pergeseran akan berhenti ketika tiap-tiap siswa kembali ke pasangan awal. Model ini
merupakan modifikasi dari Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, karena keterbatasan ruang
kelas.
m. Jigzaw
Pembelajaran dengan jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru.
Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil sesuai dengan
jumlah konsep yang ada pada topik. Dalam pembelajaran jigsaw terdapat kelompok ahli yang
nantinya akan berkumpul dengan ahli dari kelompok lain dan berdiskusi. Model ini guru
memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa
mengaktifkan skema ini agar pembelajaran lebih bermakna.
Model ini dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan
pengajaran. Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan
berpikir berimajinasi sehingga siswa terdorong untuk belajar.
1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide
orang lain.
3. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar.
5. Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik
sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-
manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya
sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa
takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
7. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan
jangka panjang.
Daftar Pustaka