Anda di halaman 1dari 15

“Model Pembelajaran Kooperatif”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


Pembelajaran Bahasa Inggris

Disusun oleh :

Nama : Darmawita
NIRM : 1209.15.07665

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


A. Pendahuluan
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran harus
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk tujuan-tujuan
pembelajaran, lingkungan dan pengelolahan kelas. Melalui pembelajaran guru
dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara
berfikir dan mengekpresikan ide serta berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan
belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat
dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan
pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model
pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan
kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya
yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran
kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar
sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif
siswa yang memiliki kecerdasan lebih tinggi dapat mengajari siswa yang
memiliki kecerdasan yang sedang atau rendah. Siswa kurang pandai dapat
belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang
membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap
pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terbiasa
berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal
ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak
hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada
pengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah
kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat
besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
mengembangkan kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan
pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui
kegiatan kerjasama dalam kelompok.
B. Pembahasan
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Model pembelajaran
kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. 1Menurut
para ahli pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Priyanto, (2007). Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajarankelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.
2. Nurhadi, (2003). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehinnga sumber
belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama
siswa.
3. Lie, Anita (2002). Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan
sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sisitem ini
guru bertindak sebagai fasilitator.2

1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm.
239.
2
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), hlm. 40.
Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara
membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama,
berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Model
pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di
samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Jadi, dapat disimpulkan dari menurut pendapat para ahli bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
terstruktur, yang lebih kepada interaksi siswa, guru hanya sebagai
fasilitator sehinga sumber belajar tidak hanya dari buku dan guru saja.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Setiap model pembelajaran ditandai dengan struktur tugas, struktur
tujuan dan struktu reward. Struktur tugas menunjukan cara pelajaran
diorganisasikan dan jenis pekerjaan yang diperintahkan kepada siswa.
Struktur tugas pembelajaran kooperatif adalah menuntut kerja sama dan
interdependensi di antara siswa untuk menyelesaikan tugas secara
bertanggungjawab. Sementara struktur tujuan menunjukkan pada tujuan
yang bersifat induvidualistik, tujuan yang bersifat kompetetif dan struktur
tujuan kooperatif. Pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada
struktur tujan kooperatif yang melahirkan interdepensi sosial dan kegiatan
bersama membuat usaha siswa di anggap sebagai faktor primer kesuksesan
belajar.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu:
1. Hasil Belajar Akademik. Pembelajaran kooperatif di samping memiliki
berbagai tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-
tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli mengemukakan bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-
konsep yang cukup sulit. Model struktur penghargaan kooperatif telah
dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan
norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Selain mengubah norma
yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat
memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik
yang diberikan guru.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu. Tujuan lain dari model
pembelajaran kooperatif ini adalah penerimaan secara luas dari
individu-individu yang berbeda berdasarkan kemampuan akademik, ras,
budaya, kelas dan tingkat sosial. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk
bekerja sama dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan
melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai
satu individu yang satu dengan yang lain.
3. Pengembangan Keterampilan Sosial. Tujuan penting lainnya dari
pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa keterampilan
bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan sosial ini penting dimiliki
oleh siswa karena saat ini banyak siswa yang kurang keterampilan
sosialnya. Keterampilan sosial dikembangkan antara lain adalah berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam
kelompok, kompromi dan sebagainya.3
Jadi dapat disimpulkan, tujuan pembelajaran kooperatif berbeda
dengan kelompok pembelajaran tradisional yang menerapkan sistem
kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan
orang lain. Sejak awal terbentuknya pendidikan formal, siswa dipicu agar
menjadi lebih baik dari teman-teman sekelasnya dan sistem kompetisi ini

3
Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif. (Surabaya: Surabaya University Press, 2000), hlm.
34.
tampaknya sangat mendominasi dunia pendidikan, sedangkan tujuan dari
pembelajaran kooperatif sekarang adalah menciptakan situasi dimana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya.

3. Unsur-Unsur dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif


1. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson (2002) mengemukakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap sebagai cooperative learning. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran
kooperatif harus diterapkan. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Saling ketergantungan positif (positive interdependence)
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif
yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi
untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap siswa tergantung pada
anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang berbeda
atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya
saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat
mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat
diselesaikan.
b. Tanggung jawab perseorangan (personal responbility)
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil
penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada
kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok
yang dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas
yang berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai
tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena tugas
setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai
dengan kemampuannya yang dimiliki setiap individu.
c. Interaksi promotif atau interaksi tatap muka(face to face promotive
interaction)
Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif
dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang
diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan
efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan
dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan
wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling
memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
d. Keterampilan berkomunikasi antar anggota (interpersonal skill)
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang
rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis, tidak
mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi sengaja diajarkan
dalam pembelajaran kooperatif ini. Unsur ini juga menghendaki agar
para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.
Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa
mempuanyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan
suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk
saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan
pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu diberitahu secara jelas
mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus
menyinggung perasaan orang lain.
e. Pemrosesan kelompok (group processing)
Pemrosesan mengandung arti nilai. Melalui pemrosesan kelompok
dapat diidentifikasi urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan
kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan pemrosesan kelompok
adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan
kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan
kelompok. Hal ini berguna untuk melatih siswa menerima perbedaan
pendapat dan bekerjsama dengan teman yang berbeda latar
belakangnya.4
f. Penerapan keterampilan kolaboratif, dimana siswa didorong dan
dibantu untuk mengembangkan rasa saling percaya, kepemimpinan,
pengambilan keputusan, komunikasi, dan keterampilan mengelola
konflik.5
2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Beberapa karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu sebagai
berikut:
a. Setiap anggota memiliki peran;
b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya
dan teman-teman sekelompoknya;
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal
kelompok;
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran kooperatif,
sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995) yaitu:
a. Penghargaan kelompok, penghargaan ini diperoleh jika kelompok
mencapai skor di atas kriteria yang telah ditentukan.
b. Pertanggungjawaban individu, yaitu lebih menitikberatkan aktivitas
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Dengan
adanya pertanggungjawaban juga menjadikan setiap anggota mandiri
tanpa bantuan dari teman sekelompoknya.

4
Mohammad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik di Tingkat
Pendidikan Dasar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), Hlm. 53.
5
Hariyanto dan Warsono, Pembelajaran Aktif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 167.
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan, yaitu
pembelajaran kooperatif menggunakan metode skorsing berdasarkan
nilai peningkatan prestasi yang diperoleh siswa. Dengan ini siswa
yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi sama-sama memperoleh
kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya.6

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif


Fase-Fase Perilaku Guru
Fase 1: Menyampaikan semua tujuan yang ingin
Menyampaikan tujuan dan dicapai selama pembelajaran dan
memotivasi siswa. memotivasi siswa untuk belajar.
Fase 2: Menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi. dengan cara demonstrasi atau melalui
bahan bacaan.
Fase 3: Menjelaskan kepada siswa cara
Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajardan
ke dalam kelompok belajar. membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
Fase 4: Membimbing kelompok belajar pada saat
Membimbing kelompok mereka mengerjakan tugas mereka.
kerja dan belajar.
Fase 5: Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi. yang telah dipelajari/ meminta presentasi
hasil kerja kepada kelompok.
Fase 6: Menghargai upaya dan hasil belajar
Memberikan penghargaan. individu dan kelompok.7
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif diawali
dengan tujuan pembelajaran dari guru dan memotivasi siswa. Kemudian

6
Slavin, R, E. Cooperative Learning, (Bandung: Nusa Media,1995), hlm. 67.
7
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PustakaSetia, 2011), hlm. 34-35.
menyajikan bahan ajar sesuai dengan bentuk teks, bukan verbal. Setelah
itu, siswa dibawah bimbingan guru bekerjasama menyelesaikan tugas yang
saling berkaitan. Pada kegiatan terakhir menyajikan hasil kerja kelompok
dengan melakukan penilaian berupa penyajian hasil kelompok yang
dipresentasikan lalu diberi apresiasi berupa penghargaan atas pendapat
setiap masing-masing kelompok sehingga siswa merasa terpacu untuk
berperan aktif dalam proses pembelajaran.

5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif


1. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif.
a. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan,
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk
menghargai orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya
serta menerima segala perbedaan.
d. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan
sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan
keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah.
f. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan
balik. Siswa dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat
kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
g. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan
siswa mengelola informasi dan kemampuan belajar abs- trak menjadi
nyata.
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan memberikan rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk
pendidikan jangka panjang.

2. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif


a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping
itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu;
b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan
topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan;
d. Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan
siswa yang lain menjadi pasif.
e. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika
anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar,
seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu
berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.8

6. Keterampilan Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi, tetapi
siswa juga harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut
kemampuan kooperatif. Kemampuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan kooperatif tingkat awal

8
Mohammad Syarif Sumantri, Op.Cit, hlm. 55.
a. Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan pendapat yang
berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.
b. Menghargai kontribusi, yaitu memperhatikan atau mengenal apa
yang dikatakan atau dikerjakan anggota lain.
c. Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu setiap anggota kelompok
bersedia menggantikan dan mengemban tugas atau tanggung jawab
tertentu dalam kelompok.
d. Berada dalam tugas dan kelompok, maksud dari berada dalam tugas
yaitu meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya agar
kegiatan dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Sedangkan maksud dari berada dalam kelompok yaitu
setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan
berlangsung.
e. Menyelesaikan tugas tepat waktu dan menghormati perbedaan
individu.
2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan
penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara
dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat
ringkasan, menafsirkan, mengorganisasi, dan mengurangi ketegangan.
3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir/tinggi
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengolaborasi, memeriksa dengan
cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.9

7. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif


Guru dalam cooperative learning mempunyai beberapa peran untuk
melakukannya antara lain:
1. Sebagai Fasilitator

9
Hamdani, Op.Cit, hlm. 33-34.
Peran guru sebagai fasilitator harus mempnyai beberapa sikap sebagai
berikut:
a. Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
b. Membantu dan mendorong iswa untuk mengingkapkan dan
menjelaskan keinginan dan pembicaraannya.
c. Membatu kegiatan dan menyiapkan sumber atau alat.
d. Membina siswa agar setiap siswa, setiap orang menjadi sumber yang
bermanfaat bagi yang lainnya.
e. Menjelaskan tujuan kegiatan pada keluarga dan mengatur jalannya
dalam bertukar pendapat.
2. Sebagai Mediator
Guru berperan untuk menjembati atau mengaitkan materi pelajaran
yang sedang di bahas melalui cooperative learning dengan
permasalahan yang nyata di temukan di lapangan.
3. Sebagai Director-Motivator
Guru beperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi,
membantu kelancaran diskusi tetapi tidak memberikan jawaban.
4. Sebagai Evaluator
Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang
berlangsung.10

C. Penutup
1. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
terstruktur, yang lebih kepada interaksi siswa, guru hanya sebagai
fasilitator sehinga sumber belajar tidak hanya dari buku dan guru saja.
2. Tujuan pembelajaran kooperatif yaitu hasil akademik yang baik,
penerimaan terhadap perbedaan individu, pengembangan keterampilan
sosial. Unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan
positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka,
keterampilan berkomunikasi antar anggota, pemrosesan kelompok,

10
Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 15.
penerapan keterampilan kolaboratif. Sedangkan karakteristik
pembelajaran kooperatif yaitu etiap anggota memiliki peran, adanya
interaksi, adanya tanggung jawab,guru membantu mengembangkan
keterampilan interpersonal kelompok, guru hanya berinteraksi dengan
kelompok saat diperlukan.
3. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yaitu merumuskan tujuan
dan memotivasi siswa, penyajian informasi, mengorganisasi siswa
dalam belajar, membimbing siswa dalam belajar, evaluasi, dan
penghargaan kelompok.
4. Kelebihan pembelajaran kooperatif yaitu mengembangkan kemampuan
siswa, membantu dalam memahami pembelajaran, meningkatkan
kemampuan siswa dalam berpikir, dan sebagainya. Kelemahan
pembelajaran kooperatif yaitu memerlukan waktu, tenaga, pikiran, dan
fasilitas sekolah, adanya kecenderungan di dominasi oleh seseorang
sehingga siswa menjadi pasif, dan sebagainya.
5. Keterampilan pembelajaran kooperatif dibagi tiga tingkatan yaitu
keterampilan tingkat awal, tengah, dan mahir atau tinggi. Peran guru
yaitu sebagai fasilitator, mediator, director- motivator, evaluator,

A. Saran
Sebaiknya dalam kegiatan pembelajaran, guru harus melakukan
penyesuaian dan melakukan berbagai pendekatan untuk menarik minat
siswa sehingga mereka merasa tertarik terhadap topik pembelajaran yang
dibicarakan. Salah satunya kita harus menggunakan model pembelajaran,
gunanya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PustakaSetia.

Hariyanto dan Warsono. 2012. Pembelajaran Aktif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Ibrahim, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Surabaya University
Press.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada


Media.

Slavin, R, E. 1995. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sumantri, Mohammad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik


di Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:


Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai