Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia
pendidikan terutama pada proses pengajaran. Inovasi-inovasi dalam
pengajaran harus tepat, dikarenakan agar membuat siswa antusias
terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba
memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung
kepada benda-benda konkret.

Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa


sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik
tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat
memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan
hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa,
melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang
sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah, dan jika ternyata
benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk
konsepsi tersebut biar lebih matang.

Keberhasilan dalam proses pengajaran dipengaruhi oleh dua


faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah
kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa,
diantaranya adalah model pembelajaran.

Model pengajaran memiliki andil yang cukup besar dalam


kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh
siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pengajaran yang tepat,

1
sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai.
Terdapat berbagai macam model pengajaran yang dapat dijadikan
alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas
berlangsung efektif dan optimal.

Terdapat berbagai macam model pengajaran yang dapat


dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran
di kelas salah satunya adalah investigasi kelompok. Maka dalam
makalah ini penulis akan memaparkan tentang bagaimana model
pengajaran investigasi kelompok.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana model pembelajaran investigasi kelompok?

2
PEMBAHASAN

A. Skenario
 Para siswa kelas enam bimbingan Wolf membahas Negara
Irak dan Afganistan, untuk memahami Negara-negara yang memiliki
hubungan dengan Amerika Serikat. Walau peduli dengan isu politik,
perlu memperoleh informasi tema yang didiskusikan. Dengan
berkelompok mengembangkan informasi dan saling berbagi.
 Mary Hilteeper pengajar bahasa inggris mempresantasi dua
belas puisi, meminta siswa berpasangan, membaca, mengklasifikasi
struktur, model dan temanya. Mereka mempersiapkan laporan pada
kelompok lain. Tugas lain meminta siswa menciptakan hipotesis
mengenai puisi yang dapat dikelompokkan berdasarkan penulis
tertentu, dengan kombinasi distingtif dalam gaya, struktur dan tema.
Mary mengelola pembelajaran dengan system berbasis kemitraan
(partnersip based leraning). Tugas kognitif seperti mengklasifikasi
dalam versi modelpengajaran induktif untuk mengarahkan penelitian.
 Kelly Farmer memasuki Sekolah Dasar memeperkenalkan
diri, kemudian memasangkan siswa yang memiliki kesamaan nama,
mengatur para siswa menjadi “kelompok kooperatif” melatih bekerja
sama dalam kelompok terdiri dari dua, tiga, empat atau lima sesuai
aktivitas yang berbeda.

Pembelajaran tersebut membangun komunitas-komunitas


pembelajaran, mengajari siswa bekerjasama secara positif. Siswa
secara bersama-sama menyerap informasi, membuat dan menguji
hipotesis dan melatih mengembangkan skill, bekerjasama secara
produktif.

B. Tujuan-tujuan dan Asumsi-asumsi


Asumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran adalah
sebagai berikut :

3
1. Sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk kerjasama akan
meningkatkan motivasi yang lebih jauh besar dari pada
lingkungan kompetitif individual.
2. Anggota kelompok kooperatif saling belajar, setiap pembelajar
akan memiliki bantuan lebih banyak dari pada pembelajaran
yang menimbulkan pengucilan siswa.
3. Interaksi anggota menghasilkan aspek kognitif, social dan
aktivitas intelektual yang dapat mengembangkan
pembelajaran.
4. Kerjasama meningkatkan perasaan positif, menghilangkan
pengasingan, membangun hubungan dan memberi
pandangan positif terhadap orang lain.
5. Kerjasama meningkatkan penghargaan diri, memiliki perasaan
dihormati orang lain dalam sebuah lingkungan.
6. Meningkatkan kapasitasnya untuk bekerjasama secara
produktif, berguna bagi skill social secara umum.

Dalam tiga puluh tahun terakhir, banyak penelitian yang


muncul membahas model pembelajaran kooperatif. Prosedur
penelitian yang lebih rumit yang saat ini ada memudahkan pengujian
yang lebih baik terhadap asumsi mereka dan perkiraan yang lebih
tepat mengenai pengaruhnya terhadap tingkah laku akademik,
individu, maupun sosial.  Bekerja sama dengan sebuah kelompok
yang terdiri dari tiga peneliti memiliki daya dan manfaat tersendiri.
Salah satunya dikemukakan oleh Roger Jhonson dari University of
Minnesota, Robert Slavin dari John Hopkin University dan Shlomo
Sharan dari University of Tel Aviv juga menyatakan hal yang
demikian. Dengan menggunakan strategi yang sedikit berbeda, baik
tim Johnson dan Slavin membuat satu rangkaian  investigasi yang
secara langsung, menguji asumsi mengenai model pengajaran sosial
keluarga.

4
Secara khusus, mereka telah meneliti apakah tugas kerja
sama dan struktur penghargaan dapat mempengaruhi hasil
pembelajaran secara positif ataukah tidak.

Manfaat yang paling menarik dalam prosedur kerjasama


adalah campuran dengan model-model sosial lain, sebagai upaya
untuk mengkombinasikan efek dari beberapa model. Ciri menarik lain
dari strategi pengelompokan ini adalah posisinya yang ‘memihak’
pada siswa dengan prestasi akademik rendah. Golongan ini bisa
memanfaatkan trategi pengelompokan secara langsung.
Pengelompokan meningkatkan rasa keterlibatan. Fokus untuk bekerja
sama juga merupakan suatu hal yang dapat menghilangkan sifat yang
cepat menyerah dan meningkatkan tanggung jawab belajar pribadi.
Kapasitas efek dari pembelajaran sosial dan penghargaan terhadap
diri siswa bisa terlihat jelas jika dibandingkan dengan organisasi ruang
kelas yang tidak menerapkan sistem pengelompokan.

Kelompok kerjasama dalam ruang kelas yang terorganisir


dengan baik, saling mengajari, menghargai, ada penguasaan yang
lebih baik terhadap subyek pembelajaran disbanding pembelajaran
tunggal, memiliki rasa tanggung jawab dan interaksi yang inten,
menghasilkan perasaan positif terhadap tugas, mempunyai image diri
yang baik bagi siswa yang memiliki prestasi yang kurang baik.(Lih.
Sharan, 1990)

Sharan dan koleganya telah mempelajari investigasi


kelompok, meneliti dinamika model serta pengarug prilaku kerjasama,
hubungan antar kelompok dan sebuah prestasi. Yang menarik adalah
campuran dengan model-model social lain, untuk mengkombinasikan
beberapa efek dari beberapa model. Baveja, Shower, dan joyce
(1985) melakukan penelitian mengenai capaian kosep dan prosedur
induktif yang dihasilkan dalam kelompok. Efek itu memenuhi

5
keuntungan dua kali lebih banyak dibanding kelompok yang menerima
pengajaran individu dan kelompok bimbingan. Peningkatan akademik
30 hingga 95 persen.

Pembelajaran gabungan support social meningkatkan


kemampuan kognitif yang disebabkan interaksi social, pendampingan
yang menyenangkan dan bersama-sama mengembangkan skil
bersosial serta berempati terhadap orang lain. Cirri menarik strategi
pengelompokan ini adalah posisinya yang memihak siswa dengan
prestasi akademik rendah, menghilangkan sifat yang cepat menyerah
dan meningkatkan tanggung jawab pribadi serta memiliki sifat yang
rendah hati. Kapasitas efek dari pembelajaran social dan
penghargaan terhadap diri siswa terlihat jelas jika dibandingkan
dengan organisasi ruang kelas yang tidak menerapakan system
pengelompokan.

Kesalahpahaman dalam konsep hubungan antara tehnik


pembelajaran sendiri dan kelompok dibebaskan adanya kepercayaan
mengenai ketekunan. Mengembangkan system pengelompokan tidak
berarti usaha individu tidak dibutuhkan tetapi mendukung dalam
menyumbangkan gagasan dan idenya.

C. Meningkatkan Efisiensi Pengelompokan Latihan Bekerjasama


Pengelompokan dalam mengerjakan tugas-tugas sederhana
tidak terlalu bergantung pada skill social. Semua siswa memiliki
kemampuan dalam bekerja kelompok jika mengetahui perintah tugas
secara detail. Salah satu cara merangsang kemampuan siswa bekerja
sama adalah menyediakan wadah dalam sebuah aturan sederhana
yang terdiri dari dua atau tiga orang, member aturan kompleksitas
melalui tugas yang diberikan dan jumlah anggota yang ditentukan
dengan tugas sederhana agar siswa mempunyai pengalaman awal

6
untuk menjalani pengelompokan yang lebih besar pada masa
selanjutnya.
Latihan Untuk Efisiensi
Metode untuk melatih siswa agar biasa bekerja sama dengan
lebih efisien dan memiliki rasa saling ketergantungan yang positif,
dengan isyarat sederhana, misalnya mengangkat tangan. Satu
prosedur biasa digunakan untuk menekankan instruktur mengangkat
tangannya, seseorang yang ditunjuk untuk memperhatiakan juga
harus mengangkat tangannya, ini berarti prosedur instruksi kelompok
dijalankan.
Kagan (1990) mengembangkan prosedur dalam mengajari
siswa bekerjasama, yang disebut “nomor kepala (nomored heads)”
guru membagi kelas menjadi kelompok terdiri tiga orang, tiap
kelompok memiliki angka satu hingga tiga, dan tugasnya adalah “ ada
berapa metamofora yang anda dapatkan dalam satu halaman prosa
ini !” semua anggota bertanggung jawab dan harus menguasai tugas,
setelah melalui interval instruktur memanggil salah satu nomor, salah
satu anggota menjadi juru bicara

Latihan untuk Interdependensi (Saling Bergantung Satu


Sama Lain)
Kompleksitas yang paling rumit pun membutuhkan refleksi
dalam proses kelompok serta berdiskusi cara bekerja sama yang
paling efektif. Jhonson dan Jhonson (1999) memaparkan bahwa
rangkaian tugas dapat meningkatkan saling ketergantungan, empati,
dan peran pengalihan kemampuan. Siswa memilki keahlian
menganalisa dinamika kelompok. Belajar menciptkan iklim kerjasama
kelompok yang memuat hubungan saling menguntungkan sesame
siswa dan adanya tanggung jawab kolektif.

7
Pembagian kerja : Spesialisasi.
Prosedur yang dikembangkan untuk membantu siswa
mempelajari cara saling membantu adalah tehnik pembagian tugas
yang dapat meningkatkan efisiensi pembagian kerja karena dapat
meningkatkan kesatuan kelompok sebagi sebuah tim kerja untuk
menyerap dan mempelajari informasi dan skill.
Sebuah prosedur yang dikenal dengan Jigsaw (Aronson,
Blaney, Stephen, Sikes,& Snapp, Slavin, 1983) telah digunakan dalam
untuk mengembangkan organisasi formal yang teratur dan cocok
sebagai sebuah perkenalan pada proses pembagian kerja. Organisasi
kelas menempatkan individual untuk melatih skill yang telah
dikembangkan, mengharuskan siswa menggilir peran dengan
mengembangkan skill mereka dalam semua bidang.

Struktur Tujuan yang Kooperatif dan Kompetitif


Pengembang teori pendidikan bertanding dalam menitik
beratkan tujuan kooperatif dan meminimallisir kompetisi tim. Jhonson
dan Jhonson (1990) mengatakan bahwa buukti mendukung struktur
tujuan bersama. Salvin (1983) berargumen bahwa kompetisi antar
kelompok dapat menguntungkan pembelajaran. Baru-baru ini kolega
telah mengatur kelas untuk bekerja sama dalam menghasilkan suatu
tujuan.
Motivasi : Dari Luar atau dari dalam ?
Sharan (1990) mengatakan pembelajaran dengan system
pengelompokkan dapat miningkatkan sebagian proses, sebab
berpindahnya motivasi pada tataran ekternal pada tataran internal.
Siswa tertarik pada materi karena menyadari kepentingan sebagai
siswa terhadap materi, siswa tidak lagi mengharap penghargaan dari
luar, siswa akan secara aktif demi kepuasan pribadi yang dikejarnya,
motivasi internal lebih kuat dari pada motivasi ekternal, sebab motivasi

8
internal akan menghasilkan peningkatan reting pembelajaran dan
ingtan yang kuat terhadap informasi dan ketrampilan.
Salah satu tujuan dasar pendidikan umum adalah untuk
meningkatkan motivasi internal dalam belajar serta mendorong siswa
meningkatkan pembelajaran demi memperoleh kepuasan.

D. Investigasi Kelompok : Membangun Nilai Pendidikan Melalui


Proses Demokratis.
Gagasan John Dewey menjadi sebuah model pengajaran
yang kuat dan menyebar luas dikenal dengan istilah investigasi
kelompok, beberapa siswa diatur dalam sebuah kelompok dengan
pemecahan masalah yang demokratis untuk membendung dan
mengatasi semua masalah. Siswa juga mendapat pengetahuan
tentang prosedur akademik dan metode saintifik penelitian disaat
menempuh proses-proses ini. Pemikiran baru yang menggagas
praktik demokrasi dalam kelas merupakan sebuah usaha perbaikan
besar dalam sejarah dunia pendidikan di Amerika.
Gaya pembelajaran social dianggap bagus dan layak oleh
anggota masysrakat yang sudah maju, bertujuan mengembangkan
gagasan mengenai warga Negara ideal yang hidup dalam sebuah
Negara, memajukan masysrakat dan melaksanakan segenap
kewajibannya. Usaha – usaha ektensif telah diupayakan untuk
mengembangkan instruksi ruang kelas sebagai sebuah proses
demokrasi.

Dalam istilah model instruksi, proses demokrasi memiliki


tujuan dan rujukan untuk mengatur semua kelompok dalam kelas
untuk melakukan tugas berikut :

1. Mengembangkan system social yang dihasilkan oleh proses


demokrasi.

9
2. Mengarahkan penelitian ilmiah pada kehidupan dan proses
social yang alami.
3. Menggunakan strategi penelitian untuk memecahkan masalah
social atau individu.
4. Memberikan sebuah pengalaman berbasis perenungan dan
pembelajaran keadaan.

Menerapkan metode pengajaran demokratis memang teramat


sulit, mengharuskan guru memiliki kecakapan skill interpersonal dan
instruksional yang tinggi, selain itu,proses demokratis merupakan hal
yang sulit dikelola dan diatur serta terbilang lamban dalam frekuensi.

Pondasi Filosofis
Figur utama usaha pengembangan gaya pembelajaran
dengan proses demokrasi adalah Jhon Dewey, yang menulis How We
Think tahun 1910. Dikembangkan tahun 1920 oleh Charles Hubbarg
Judd, menitik beratkan pada aspek beasiswa akademik. Willeam
Heard Kilpatrick (1919) memekankan pada aspek pemecahan
masalah. George Counts (1932) menekankan pembentukan kembali
masyarakat. Body Bode (1927) menekankan proses intelektual secara
umum melalui pemecahan masalah.
Ungkapan terkenal kelompok yang menggunakan proses
demokratis dan pembentukan masyarakat oleh Gordon H. Hulfish
(1961) ; mengembangkan kapasitas individual dalam cara-cara siswa
mengolah informasi dan menggabungakan konsep, kepercayaan dan
nilai-nilai. Filosofi ini secara bertahap menggambarkan adanya ikatan
yang kuat antara dunia personal dalam segi intelektual dan proses
social dengan fungsi sebuah masyarakat demokratis.

Huffish dan Smith memandang perkembangan intelektual dan


skill dalam proses social adalah dua hal yang berkaitan erat.

10
Pengetahuan merupakan hasil ciptaan individu maupun kelompok
yang akan selalu dan terus diperbaiki.

Sebuah masyarakat demokratis membutuhkan kerjasama


untuk bias saling mengerti dunia masing-masing, serta
mengembangkan perspektif bersama yang memudahkan
pembelajaran satu sama lain dengan tetap mempertahankan cirri khas
diri sendiri ditengah realita yang plural.

Esensi dari fungsi demokrasi sendiri adalah negosiasi


mengenai definisi masalah dan keadaan yang bermasalah,
mempertahankan makna dantujuan bergantung pada pengembangan
cara valid dan fleksibel dalam menghadapi realitas. Hal yang sangat
berarti adalah menciptakan kemampuan nilai-nilai pendirian
seseorang serta menciptakan nilai dalam sebuah system yang cocok
secara berkesinambungan.

E. Orientasi Model Pengajaran


Tujuan dan Asumsi
Jhon Dewey (1916) menyarankan agar sekolah untuk menjadi
miniature Negara demokrasi, siswa berpartisipasi pengembangan
system social, mengaplikasi metode saintifik dalam rangka
mengembangkan manusia dalam suatu masyarakat.
Herbert Thelen, pencetus National Training Laboratory.
Investigasi kelompok berusaha mencampurkan bentuk strategi
pengajaran dengan dinamika proses demokrasi serta proses
akademik yang berupa penelitian. Didapatkan sebuah pengalaman
kondisi pengajaran yang kemudian ditransfer pada kondisi nyata.
Thalen menolak tata kelas umum, yang menuntutsemua siswa
memberikan sikap sopan dan ramah seta membahagiakan guru,
ketika para anggotanya serius melewati proses pengembangan tata
social. Ketika menitikberatkan pembahasan pada aktivitas yang

11
sangat tampaahuank dalam proses demokrasi, tidak boleh
mengabaikan spirit dasar yang menggiring proses demokrasi terhadap
kehidupan.

F. Konsep-konsep Dasar
Penelitian
Penelitian didorong adanya tantangan berupa sebuah
masalah. Proses social meningkatkan penelitian serta pembelajaran
dan pengembangan penelitian tersebut. Bagian penelitian pertama
adalah saat masing-masing individu dapat memberikan reaksi dan
memikirkan sebuah masalah kemudian dipecahkan. Siswa
menumbuhkan kesadaran diri serta keinginan untuk mendapatkan
makna hidup harus mengetahui bahwa peran ganda sebagai
partisipan dan peneliti menelusuri sebuah masalah, pada dasarnya
merupakan proses social.
Penelitian mengambil objek aktivitas pertama dalam sebuah
keadaan nyata dan merupakan proses kelanjutan yang selalu
mengembangkan data baru.
Model Pengajaran
Struktur
Langkah awal dalam gaya ini adalah menyajikan sebuah
masalah yang memancing perhatian dan kehebohan siswa, dilakukan
secara verbal, pengalaman nyata. Jika siswa bereaksi guru member
perhatian, merumuskan serta menyusun masalah kemudian
menganalisa, bertindak dan melaporkan dan mengevaluasi solusi
permasalahan yang dicocokkan dengan maksud dan tujuan utama
System sosial
System social menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan
diatur oleh suatu kesepakatan yang dikembangkan, divalidasi oleh
pengalaman kelompok terhadap fenomena rumit yang dijelaskan
seorang guru sebagai sebuah objek pembelajaran.

12
Peran / Tugas Guru
Peran guru dalam investigasi kelompok terkadang menjadi
konselor, konsultan dan pemberi kritik yang ramah. Membimbing serta
merefleksikan pengalaman kelompok dalam tingkat-tingkat berikut ;
pertama, pemecahan masalah atau level tugas, kedua, level
manajemen kelompok dan ketiga tingkat makna pribadi, tanggapan
kesimpulan.
Peran pengajaran sangat sulit namun sensitive karena esensi
penelitian adalah aktifitas siswa masalah tidak bisa dipaksakan.
Dalam waktu yang sama intruktur harus melaksanakan beberapa hal
sebagai berikut : (1). Memfasilitasi proses kelompok (2) campur
tangan dalam proses kelompok dan meneruskan serta mengarahkan
energy aktifitas kelompok menuju aktifitas pengajaran yang potensial
(3) memandu pendidikan tersebut sehingga makna dan pemahaman
individu dapat muncul dari pengalaman (Thalen, 1960, hlm.13)
System Pendukung
Harus ektensif dan responsive terhadap semua kebutuhan
siswa. Sekolah harus ada perpustakaan dengan referensi luar. Siswa
juga mencari orang-orang yang bias menjadi referensi luar. Penelitian
referensi relative langka karena system support tidak cukup
menjalankan beberapa tingkat penelitian.
Penerapan
Investasi kelompok membutuhkan fleksibilitas dari guru dan
semua anggota kelas. Meskipun contoh-contoh yang digambarkan
dalam model ini cenderung menguraikan hal yang bersifat intelektual
dan organitatif, senyatanya praktik investigasi, penyajian masalah
awal dilakukan dengan sebuah topic, isu, informasi dan aktivitas
alternative dalam lingkup local. Asal mula penelitian bergantung pada
minat dan usia siswa, guru merancang penelitian yang cocok dengan
kemampuan siswa dalam mengolah investigasi.

13
Tim Johnson memfokuskan perhatian pada tugas kerja sama,
penghargaan kelompok dan praktik saling mengajari antar sesama
kawan sebaya. Mereka telah menciptakan review pelajaran secara
ektensif terhadap semua siswa yang dapat mendukung kerjasama
dan meningkatkan energy belajar serta penghargaan terhadap
performa kelompok sangat efektif.
Slavin (1983) Menegaskan beberapa poin model,
menambahkan beberapa varian yang cukup menarik untuk membagi
tugas yang berbeda saat kelompok mengerjakan sebuah tugas proyek
sehingga dapat meningkatkan energy masing-masing siswa. Secara
umum dapat dikatakan, semakin beragam bahan yang dipelajari
dalam suatu kelompok, maka perilaku atau tanggung jawab terhadap
tugas akan semakin positif.
Tujuan adanya penelitian yang dilakukan bersama-sama
adalah untuk menggabungkan sisi akademik dan social dalam
meningkatkan pembelajaran akademik maupun social. Jika diterapkan
akan memudahakan untuk mencapai tujuan.
Dampak-dampak Instruksional dan Pengiring
Model ini memadukan tujuan penelitian akademik, integrasi
social yang digunakan dalam semua subjek pelajaran, pada siswa
semua umur. Jika gur berkeinginan menekankan proses formulasi dan
pemecahan masalah dalam beberapa aspek ilmu pengetahuan.

14
INSTRUKSIONAL
Proses & Pandangan Disiplin dlm
pengelolaan konstruktivis penelitian
kelompok ttg kolaboratif
pengetahuan
efektif

MODEL INVESTIGASI
KELOMPOK

PENGIRING

Penelitian
Kemandirian Penghargaan
sosial sbg
sbg pada martabat
pandangan
pembelajar orang lain
hidup

Gambar 12.1. Dampak-dampak Instruksional dan Pengiring dari Model


Investigaasi Kelompok

Model investigasi kelompok (Figure 12.1) dianggap sebagai


suatu cara yang langsung mengena dan efektif dalam pengajaran ilmu
pengetahuan secara akademik, serta mampu menyentuh proses dan
aspek-aspek social, yang memunculkan pengasuhan atau
pengarahan suasana kehangatan penuh kepercayaan, respon positif
etrhadap peraturan serta kebijakan yang dinegoisasikan,
pembelajaran yang mandiri dan tidak terikat serta peka terhadap hak
orang lain.

PENUTUP

15
A. Kesimpulan
Model ini sangatlah menarik dan bermanfaat, serta
komprehensif, model ini juga bisa digunakan dalam subjek pelajaran,
siswa dalam semua umur, jika guru memang berkeinginan untuk
menekankan proses ormulasi dan pemecahan masalah dalam
beberapa aspek ilmu pengetahuan dibanding memasukan informasi
yang belum terstruktur dan belum ditetapkan.
Guru berperan sebagai fasilitator yang langsung terlibat dalam
proses kelompok (membantu pembelajaran dalam merumuskan
rencana, bertindak, dan mengatur kelompok) serta beberapa
kebutuhan dalam sebuah pengajaran. Guru berfungsi sebagai
seorang konselor akademik.

Daftar Pustaka

16
Bruce Joyce. Marsha Weil. dan Emily Calhoun, Models of Teacing,
Pearson Education, Inc, Publishing as Allyn & Bacon, 2011.

17

Anda mungkin juga menyukai