Makalah Ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Keterampilan Sosial Dalam
Pembelajaran IPS
Disusun Oleh:
Kelompok 8
T. IPS A / SEMESTER 3
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepatPada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah “KeterampilanBekerja Sama Dan Penerapannya pada Pembelajaran IPS SMP
Kelas9 Submateri “Perubahan sosial Budaya”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yangSebesar- besarnya kepada dosen
mata kuliah Keterampilan Sosial Ibu Dr. Ratna Puspita Sari M.Pd yang telah memberikan
tugas kepada kami. KamiJuga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
turut Membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik Dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami Harapkan semoga makalahini dapat berguna bagi
kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI…………………….………………………………….……………………..2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………3
A. Latar Belakang……………………………………………………………………..3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………4
C. Tujuan………………………………………………………………………………4
A. Pembelajaran Kooperatif…………………………………………………….5
B. Unsur Pembelajaran Kooperatif……….……………………………………8
C. Jenis-Jenis pembelajaranKooperatif……….……………………………….9
D. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif……….……………
E. Materi IPS SMP kelas IX semester 1 : Perubahan Sosial
Budaya………………………………………………………………….……………10
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..3
B. Saran……………..…………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalam sistem
persekolahan yang ada sekarang ini cenderung memperlakukan siswa secara
kurang adil dan kurang humanistis. Siswa pandai diberi label unggul dengan
segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa yang di kelas tak unggul
memperoleh label kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada
kelompok unggul berkompetisi secara keras dan cenderung individualistik.
Sementara siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, frustasi dan
selanjutnya menerima keadaan itu.
Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik
dalam pendidikan kita adalah model pembelajaran langsung (model
pembelajaran konvensional). Pada pembelajaran konvensional, guru menjadi
pusat pembelajaran, berperan mentransfer dan meneruskan (transmit)
informasi sehingga siswa tidak perlu mengkonstruksi ide-idenya. Tingkat
partisipasi siswa sangat terbatas karena arus interaksi didominasi oleh guru.
Bentuk penugasan dalam pembelajaran ini bersifat individual. Sebagai
konsekuensinya, evaluasi yang diterapkan dikelaspun juga individual.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal
ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak
hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada
pengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan,
minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan
belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat
dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan
pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model
pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan
kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya
yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar
dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan
kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif,
siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam
kelompok.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dari pembelajaran kooperatif?
2. Apa saja unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran kooperatif?
3. Apa saja jejis-jenis pembelajaran kooperatif?
4. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui tentang pengertian dari pembelajaran kooperatif.
2. Mengerti apa saja unsur-unsur dan karakteristik dari pembelajaran
kooperatif.
3. Mengetahui jenis-jenis dari pembelajaran kooperatif.
4. Mengerti kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara
membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan
bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai
bahan pelajaran.
Berikut definisi dan pengertian pembelajaran kooperatif dari beberapa sumber buku:
Menurut Isjoni (2009), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Menurut Sugiyanto (2010), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Rohman (2009), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya
tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan
evaluasi proses kelompok.
Menurut Solihatin dan Raharjo (2007), pembelajaran kooperatif adalah suatu
perilaku bersama dalam membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana
keberhasilan kerja dipengaruhi oleh setiap anggota kelompok.
Menurut Isjoni dan Ismail (2008), pembelajaran kooperatif adalah suatu
pendekatan atau serangkaian strategi yang khas dirancang untuk memberi
dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama berlangsungnya proses
pembelajaran.
Menurut Hartono (2008), pembelajaran kooperatif adalah suatu penggunaan
pembelajaran kelompok-kelompok kecil sehingga para siswa bekerja sama untuk
memaksimalisir belajar mereka.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk
kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran
dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Hasil belajar akademik
b. Penerimaan terhadap Pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-
orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa dari berbagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu
sama lain.
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban
kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan pada kelompok. Kedua, menjamin
semua anggota kelompok secara individu untuk mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
Tanggung jawab perseorangan artinya setiap siswa akan akan merasa bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik. Unsur ini merupakan konsekuensi dari unsur yang pertama.
Oleh karena itu, keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap
anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota
harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.
Salah satu keunggulan Make a Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Make a Match dapat
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Sebelum
pembelajaran dimulai guru menyediakan kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban.
Siswa mendapatkan satu kartu dan harus mencari kartu pasangan dalam batas waktu yang
ditentukan guru.
b. Bertukar Pasangan
Prosedur teknik bertukar pasangan diawali dengan siswa mendapat satu pasangan yang
ditunjuk guru. Guru memberikan tugas dan mengerjakannya dengan pasangannya, setelah
selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain. Kedua pasangan tersebut
saling bertukar pasangan. Siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan orang lain.
Pasangan bisa ditunjuk oleh guru atau berdasarkan Teknik Mencari Pasangan.
Think Pair Share seperti namanya Thinking, diawali dengan guru mengajukan pertanyaan
atau isu terkait dengan pelajaran. Selanjutnya, Pairing yaitu guru memberi kesempatan siswa
untuk bekerja berpasangan. Hasil diskusi berpasangan dibicarakan dengan pasangan lain,
tahap ini disebut Sharing. Memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja
sama dengan orang lain. Keunggulan model ini adalah memberi pastisipasi siswa secara
optimal.
C. Jigsaw
Pembelajaran dengan jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru.
Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil sesuai dengan
jumlah konsep yang ada pada topik. Dalam pembelajaran jigsaw terdapat kelompok ahli yang
nantinya akan berkumpul dengan ahli dari kelompok lain dan berdiskusi. Model ini guru
memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa
mengaktifkan skema ini agar pembelajaran lebih bermakna.
D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide
orang lain.
Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar.
Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi di masyarakat yang mencakup
perubahan budaya, nilai, dan tata cara kehidupan
Perubahan sosial budaya dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti agama,
keluarga, pendidikan, politik, ekonomi, budaya populer, dan gaya hidup
Beberapa faktor pendorong dari perubahan sosial budaya antara lain teknologi, politik,
lingkungan, ekonomi, dan faktor sosial lainnya.
Faktor penyebab perubahan sosial budaya dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam masyarakat, sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat. Berikut adalah beberapa
faktor penyebab perubahan sosial budaya:
1. Faktor Internal
Penemuan baru: Terjadinya perubahan sosial budaya dapat dipicu oleh
adanya penemuan baru di masyarakat.
Jumlah penduduk: Perubahan jumlah penduduk dapat memengaruhi
struktur yang ada di masyarakat dan menjadi salah satu faktor penyebab
perubahan sosial budaya.
Konflik: Terjadinya konflik dalam anggota kelompok masyarakat juga
dapat menjadi faktor penyebab perubahan sosial budaya.
Pendidikan: Pendidikan yang berkualitas dapat membuat peserta didik
memiliki wawasan dan perspektif yang tinggi, yang kemudian dapat
mempengaruhi terjadinya perubahan sosial budaya.
2. Faktor Eksternal
Pengaruh kebudayaan masyarakat luar: Perubahan sosial budaya juga
dapat terjadi karena adanya pengaruh kebudayaan masyarakat luar.
Bencana alam: Bencana alam dapat menimbulkan perubahan sosial di
daerah yang terkena bencana, seperti perpindahan penduduk dan
pembangunan pemukiman baru.
Selain faktor penyebab, terdapat juga faktor pendorong dan penghambat dalam proses
perubahan sosial budaya. Faktor pendorong membuat proses perubahan sosial budaya
menjadi lebih cepat, sedangkan faktor penghambat membuat proses perubahan sosial
menjadi lebih lambat atau bahkan gagal. Beberapa faktor pendorong perubahan sosial
budaya antara lain adalah kontak dengan budaya lain dan sikap menghargai hasil karya
orang lain.
Berikut adalah beberapa faktor penghambat perubahan sosial budaya yang dapat
ditemukan dari beberapa sumber:
1) Adat dan kebiasaan: Adat dan kebiasaan yang terlalu kaku dan tidak mau
berubah dapat menjadi faktor penghambat perubahan sosial.
2) Pendidikan rendah: Pendidikan yang rendah dapat membuat masyarakat
kurang terbuka terhadap perubahan sosial budaya.
3) Ideologi: Ideologi yang dianut oleh masyarakat dapat menjadi penghambat
perubahan sosial budaya jika ideologi tersebut tidak mendukung
perubahan.
4) Prasangka: Prasangka yang dimiliki oleh masyarakat terhadap perubahan
sosial budaya dapat menjadi penghambat perubahan.
5) Perbedaan ideologi: Perbedaan ideologi antara kelompok masyarakat dapat
menjadi penghambat perubahan sosial budaya.
Faktor penghambat perubahan sosial budaya dapat membuat proses perubahan menjadi
lebih lambat atau bahkan gagal. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk
memahami faktor-faktor penghambat tersebut dan berusaha untuk mengatasi atau
mengurangi dampaknya agar perubahan sosial budaya dapat terjadi dengan lebih baik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut Rusman (2011) dan Suprijono (2011), unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut:
Menurut Isjoni (2009), terdapat beberapa jenis pembelajaran kooperatif yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran di kelas, antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide
orang lain.
Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang perlu
waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa akan
mengerti dan memahami filsafat pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang dianggap
memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang
dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat
mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
b. Ciri utama kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika
tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung
dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa apa yang seharusnya dipelajari
dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
Saran
1. Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik meng- gunakan strategi
kooperatif dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena dapat membuat
siswa lebih cepat menerima daripada meng- gunakan strategi yang konvensional.
2. Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu mem- bimbing
siswa dalam berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat ter- capai.
3. Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi dan
harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau ga- gasan dari anggota yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono. 2008. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Pekanbaru:
Zanafa Publishing.
Isjoni dan Ismail, Mohd. Arif. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang
Mediatama.
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara.