Anda di halaman 1dari 80

MENINGKATKANMOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE


PADA MATERI HIMPUNAN SISWA KELAS
VII A SMP N 30 MUARO JAMBI

Proposal Penelitian

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Penelitian TindakanKelas

Disusunoleh:
Kelompok 5
1. Clara Essa Prameswari (A1C217031)
2. Mastiuli Butarbutar (A1C217049)
3. Dea Febrisa Putri (A1C217064)
4. Ridho Sri Daryanto (A1C217073)
5. Sela Michella Simanjuntak (RSA1C217007)
6. Khusnul Khotimah (RSA1C217018)

Dosen Pengampu :
Feri Tiona Pasaribu, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PEND. MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul “Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share Pada Materi Himpunan Siswa Pada Kelas VII A SMP N 30 Muaro
Jambi”.” Pembuatan proposal penelitian tindakan kelas ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas.
Ucapan terima kasih kami hanturkan kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan proposal penelitian tindakan kelas ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Dalam proposal tindakan kelas ini, kami merasa masih banyak
kekurangan, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat membantu penulis diharapkan demi
penyempurnaan pembuatan proposal tindakan kelas ini.Semoga proposal tindakan
kelas ini bermanfaat bagi siapa yang memerlukannya.

Jambi, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ i
Daftar Isi ..................................................................................................... ii
BAB I
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian.............................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian Tindakan ............................................................... 4
1.4 Manfaat penelitian ............................................................................... 4
1.5 Hipotesis Tindakan .............................................................................. 4
BAB II
2.1 Kajian Pustaka ..................................................................................... 5
A. Motivasi Belajar .................................................................................... 5
B. Model Pembelajaran Kooperatif......................................................... 11
C. Himpunan ............................................................................................. 19
D. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share terhadap Motivasi Belajar Siswa .......................... 25
2.2 Kerangka Berfikir ............................................................................... 26
2.3 Penelitian yang Relevan...................................................................... 28
BAB III
3.1 Lokasi dan Karakteristik
Subjek Penelitian................................................................................. 30
3.2 Rancangan Penelitian ......................................................................... 30
3.3 Rencana Tindakan .............................................................................. 31
3.4 Pengumpulan Data .............................................................................. 35
3.5 Analisis Data ........................................................................................ 36
3.6 Catatan Lapangan ............................................................................... 38
3.7 Indikator Kinerja ................................................................................ 39
3.9 Menyusun Jadwal Penelitian ............................................................. 39
3.10 Personalia Penelitian......................................................................... 40
3.11 Anggaran Biaya ................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lain. Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu, baik dari
sisi pengetahuan, ketermpilan, sikap maupun pengalamannya. Perubahan tersebut
disebabkan oleh seringnya interaksi antara stimulus dan respons.Mengajar adalah
suatu aktivitas untuk mencoba menolong dan membimbing seseorang untuk
mendapatkan atau mengubah keterampilan, sikap dan pengetahuannya. Mengajar
bukan hanya proses penyampaian bahan ajar melainkan sebuah interaksi yang
dibangun antara guru dan siswa sehingga terjadi stimulus dan respons. Mengajar
merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-
baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar
mengajar.
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran wajib di setiap
jenjang pendidikan.Matematika diajarkan mulai dari tingkat SD sampai sekolah
tingkat menengah dan perguruan tinggi.Namun kerap kali pelajaran matematika
menjadi pelajaran yang membosankan yang menjadikan siswa malas dan tidak
mau belajar matematika.Siswa selalu beranggapan bahwa matematika hanya
selalu tentang rumus tanpa ada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal
tersebut akan berdampak pada keberhasilan belajar matematika. Sehingga dalam
belajar matematika harus ada motivasi sehingga memacu semangat siswa dalam
belajar matematika.
Salah satu faktor dari dalam diri yang menentukan berhasil tidaknya
proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Motivasi belajar adalah dorongan
mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia ke dalam bentuk
aktivitas nyata untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif dan psikomotorik.Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan
keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar.Seseorang yang mempunyai inteligensi yang cukup tinggi bisa
gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.

1
Bagi guru mempunyai motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna
memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa.Bagi siswa motivasi
belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk
belajar.Siswa melakukan akivitas belajar dengan senang karena didorong oleh
motivasi.
Berdasarkan hasil observasi di kelas VII A SMP Negeri 30 Muaro Jambi,
terlihat bahwa motivasi belajar matematika siswa masih tergolong rendah. Siswa
terlihat malas dan kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Ketika guru akan memulai pelajaran pun, masih banyak siswa yang terlihat saling
mengobrol dengan temannya. Proses pembelajarannya terkesan pasif. Hal ini
ditunjukkan dengan siswa tidak langsung menjawab apabila ditanya oleh
guru.Mereka juga masih enggan bertanya ketika mereka tidak mengerti materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Ketika guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan soal matematika
di papan tulis,mereka tidak dapat mengerjakannya. Ketika guru menanyakan siapa
yang dapat mengerjakan soal tersebut tidak ada yang menjawab, sehingga pada
akhirnya guru itu sendiri yang menyelesaikan soal di papan tulis.Siswa kurang
antusias dalam mengikuti pelajaran matematika. Proses pembelajaran masih di
dominasi oleh guru.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, penulis menemukan masalah yang
harus diperbaiki.Permasalahan yang dimaksud adalah bagaimana membelajarkan
siswa agar memiliki motivasi belajar sehingga munculnya ketertarikan yang
menumbuhkan rasa semangat dalam mempelajari dan memahami materi yang
disampaikan. Jika siswa memiliki motivasi belajar tinggi maka akan tercipta
proses pembelajaran yang efektif dan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu cara meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan kerja
kelompok. Dalam kerja kelompok siswa dapat melakukan kerja sama dalam
belajar. Mengingat kemampuan siswa bersifat heterogen maka tidak tertutup
kemungkinan ada siswa yang hanya bergantung pada siswa lainnya sehingga
diperlukan suatu model pembelajaran dimana setiap siswa diberikan kesempatan
untuk berusaha memahami materi secara mandiri terlebih dahulu.Kemudian juga
diperlukan pendekatan agar siswa juga dapat menyelesaikan permasalahan yang

2
tidak bisa diselesaikan secara mandiri.Salah satu model pembelajaran yang
demikian adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri
sekalgus bekerja sama dengan orang lain. Tahap pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir aktif
dalam menemukan konsep materi yang dipelajari (think), siswa diberikan
kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat
termotivasi untuk mengembangkan kemampuannya dalam menguasai
materi.Selanjutnya siswa bisa berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan
dengan pasangan dalam satu kelompoknya (pair). Siswa akan bertukar pendapat
mengenai pengetahuan yang telah diperolehnya pada tahap sebelumnya. Dalam
tahap ini siswa akan lebih termotivasi karena siswa dapat mengembangkan
pengetahuan serta menguji ide dan pemahamannya sendiri. Pada akhirnya dapat
menyatukan ide antar pasangan dalam satu kelompok (share).
Dengan diterapkannya Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share
dalam kegiatan pembelajaran diharapkan motivasi belajar matematika siswa akan
meningkat. Salah satu topik dalam pembelajaran matematika yang penting untuk
dipelajari dan dikuasai siswa adalah materi himpunan.Hal ini dikarenakan aplikasi
dan kegunaan materi ini sangat banyak dan sering ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Materi
Himpunan di kelas VII A SMP Negeri 30 Muaro Jambi”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penulis
merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat
meningkatkan motivasi belajar pada materi himpunan siswa kelas VII A SMP N
30 Muaro Jambi?

3
1.3 Tujuan Penelitian Tindakan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada Materi Himpunan
Siswa kelas VII A SMP N 30 Muaro Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
meningkatkan proses pembelajaran di kelas.
2) Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan
penelitian yang sejenis.
3) Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas sekolah

1.5 Hipotesis Tindakan


Jika pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share, maka motivasi belajar pada materi Himpunan
Siswa kelas VII A SMP N 30 Muaro Jambi akan meningkat.

4
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Kajian Pustaka
A. Motivasi Belajar
1. Definisi Motivasi Belajar
Sudarwan dalam Suprihatin (2015:74) motivasi diartikan sebagai kekuatan,
dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang
mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu
sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Hakim dalam Suprihatin (2015:74)
mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang
menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Menurut Hamalik dalam Heriyati (2017:26), motivasi memiliki dua
komponen yaitu komponen luar dan komponen dalam. Komponen luar adalah apa
yang diinginkan seseorang, tujuanlah yang menjadi arah kelakuannya. Sedangkan,
komponen dalam adalah perubahan di dalam diri seseorang, keadaan tidak puas,
ketegangan psikologis.
Motivasi memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar siswa,
seperti yang diungkapkan oleh Uno dalam Palupi (2014:159) yaitu:
1. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar,
2. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai,
3. Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan
4. Menentukan ketekunan belajar
Motivasi adalah segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya
terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Menurut
Dimyati dan Mudjiyono dalam Amni (2017 : 50) mengemukakan beberapa unsur
yang mempengaruhi motivasi dalam belajar, yaitu:
1. Cita-cita dan apresiasi siswa. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar
siswa baik instrinsik maupuun ekstrinsiknya
2. Kemampuan siswa. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan
kemampuan atau kecakapan dalam pencapaiannya.
3. Kondisi siswa. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi belajar

5
4. Kondisi lingkungan siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupn
bermasyarakat.
Singer dalam Sofwan (2017:154) mengatakan bahwa tinggi rendahnya
motivasi seseorang akan menentukan pilihan untuk melakukan, bagaimana
intensitasnya, dan bagaimana tingkat kinerja. Perilaku yang bermotif prestasi
belajar membentuk motivasi berprestasi pada dalam diri individu. Menurut
Heckhausen dalam Sofwan (2017:154) mengemukakan bahwa motivasi
berprestasi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kecakapan pribadi
setinggi mungkin dalam segala kegiatannya dengan menggunakan ukuran
keunggulan sebagai perbandingan.Jadi, dalam motivasi berprestasi keberhasilan
prestasi belajar merupakan motif keunggulan. Dengan adanya motivasi
diharapkan siswa akan lebih giat dalam belajar dan mampu meraih prestasi yang
diharapkan.
Menurut Handoko dalam Suprihatin (2015:75) untuk mengetahui kekuatan
motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut :
1. Kuatnya kemauan untuk berbuat
2. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar
3. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain
4. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Sedangkan menurut Sardiman (2001:81) motivasi belajar memiliki indikator
sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas,
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa),
3. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa,
4. Lebih senang bekerja mandiri,
5. Cepat bosan pada tugas rutin, dan
6. Dapat mempertahankan pendapatnya
Motivasi belajar merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seorang
siswa.Apalah artinya siswa yang pergi kesekolah tanpa adanya motivasi
belajar.Djamarah dalam Heriyati (2017:27).Dalam kegiatan belajar, motivasi
belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

6
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh siswa dapat tercapai.Menurut Anurrahman dalam Heriyati (2017:27)
motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang menjadi tenaga
pendorong bagi siswa untuk mendaya gunakan potensi yang ada dalam dirinya.
Sejak dini, guru perlu memikirkan perilaku pembelajarannya terhadap siswa,
khusunya dalam menarik perhatian dan mendorong motivasi belajar siswa.
Tujuannya adalah untuk menciptakan kepedulian, ketertarika, kesenangan, minat,
gairah dan lain-lainnya dalam diri siswa untuk menjalankan proses belajarnya.
Perilaku pembelajaran guru yang kurang mendorong perhatian dan motivasi siswa
cenderung kurang menyenangkan dan membosankan, sehingga langsung maupun
tidak langsung berpengaruh terhadap hasil belajar yang kurang memuaskan.

2. Fungsi Motivasi Belajar


Nasution dalam Sahara (2018:31) menyatakan bahwa motivasi belajar secara
umum mempunyai tiga fungsi yakni:
a. Mendorong manusia untuk melakukan perbuatan yang akan dilakukan
b. Menentukan perbuatan-perbuatan yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan pendidikan,
c. Memilah perbuatan-perbuatan yang harus dijalankan guna mencapai
tujuan itu, dengan menyampaikan perbuatan-perbuatan yang tak
bermanfaat bagi kegiatan itu.
Selanjutnya, motivasi belajar perlu ditanamkan pada anak didik dikarenakan
motivasi yang dimiliki menentukan intensitas hasil yang kan diperoleh oleh
peserta didik.
Rooijakkers dalam Sahara (2018:32) menyebutkan bahwa motivasi belajar
memiliki beberapa fungsi yakni,
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan akhir,
b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dibandingkan dengan
teman sebaya,
c. Mengarahkan kegiatan belajar,
d. Meningkatkan semangat belajar,

7
e. Mengingatkanbahwa akan ada kelanjutan dari proses belajar yang
dilakukan yakni mencari kerja, sehingga peserta didik dilatih agar berhasil.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


Menurut Slameto dalam Emda (2017:177) Seorang individu membutuhkan
suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai,
dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar antara lain:
a. Faktor Individual Seperti kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan,
latihan, motivasi, dan faktor pribadi
b. Faktor sosial Seperti keluaga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi sosial.
Hamalik dalam buku karangannya yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran
dalam Sahara (2018:33) memaparkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar baik intrinsik maupun ekstrinsik yakni:
a. Tingkat kesadaran siswa akan kebutuhan yang mendorong tingkah laku
dan kesadaran atas tujuan belajar yang ingin dicapai,
b. Sikap guru terhadap kelas, guru yang bersikap bijak dan selalu
merangsang siswa untuk berbuat ke arah suatu tujuan yang jelas dan
bermakna bagi kelas,
c. Pengaruh kelompok siswa, dan
d. Suasana kelas juga berpengaruh terhadap muncul sifat tertentu pada
motivasi belajar siswa.
Motivasi yang berasal dari luar (Motivasi ekstrinsik) cenderung tidak bertahan
lama, karena bila stimulus luar tersebut sudah menghilang atau tidak ada lagi,
maka seseorang cenderung akan menurunkan semangat belajarnya.
Lebih lanjut, Sukmadinata dalam Sahara (2018:33), menyebutkan faktor-
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar sebagai berikut:
a. Dorongan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah
b. Motif,
c. Kebutuhan, dan
d. Keinginan atau wish adalah harapan untuk mendapatkan atau memiliki
sesuatu yang dibutuhkan

8
4. Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi Peserta Didik
Menurut Juhri dalam Sahara (2018:35) ada beberapa hal penting yang perlu
dilakukan oleh guru untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik adalah
sebagai berikut:
a. Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, (semakin jelas tujuan yang ingin
dicapai, maka akam semakin kuat motivasi belajar peserta didik)
b. Membangkitkan minat peserta didik
c. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
d. Memberi penguatan atas keberhasilan peserta didik
e. Mengevaluasi dan menilai dengan objektif
f. Memberi umpan balik pada hasil peserta didik
g. Membangun kerjasama dan kompetisi yang sehat
Ketujuh poin di atas merupakan bentuk rekayasa suasana belajar yang harus
digagas oleh guru dalam setiap pembelajarannya sehingga tujuan bersama yang
ingin dicapai dapat terealisasi dengan baik.
Sedangkan Syafaruddin (2005) menyebutkan bahwa pemberian motivasi
dalam rangka komunikasi hendaknya memperhatikan unsur sebagai berikut
a. adanya keinginan untuk berhasil,
b. kejelasan tentang tindakan yang dianjurkan,
c. keyakinan bahwa perubahan yang dianjurkan akan membawa hasil positif,
d. keyakinan akan adanya kesempatan yang sama bagi semua anggota,
e. keyakinan akan adanya kebebasan untuk menentukan, menolak, atau
menerima anjuran, dan
f. adanya terdensi untuk menilai
Lebih tegas lagi dalam pendapatnya, Syafaruddin (2005) menekankan adanya
perihal yang harus terpatri dari dalam sanubari setiap peserta didik yakni
semangat dan keyakinan akan pencapaian tujuan belajar, baik sifatnya individu,
kelompok, maupun cakupan atau lingkup yang lebih luas dari itu.

9
5. Ciri – Ciri Motivasi Belajar Peserta Didik
Menurut Brown dalam Sahara (2018:36) peserta didik yang memiliki
motivasi belajar tinggi dapat terlihat saat mengikuti kegiatan belajar di antaranya
sebagai berikut:
a. Tertarik pada guru,
b. Tertarik pada materi pembelajaran,
c. Memiliki antusias yang tinggi,
d. Ingin selalu bergabung di kelompok kelas,
e. Ingin identitasnya selalu diakui oleh orang lain,
f. Dapat mengontrol tindakan dan sebagainya
Menurut Sardiman dalam Emda (2017:181-182) Proses pembelajaran akan
mencapai keberhasilan apabila siswa memiliki motivasi belajar yang baik. Guru
sebagai pendidik dan motivator harus memotivasi siswa untuk belajar demi
tercapainya tujuan dan tingkah laku yang diinginkan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ciri–ciri siswa yang memiliki motivasi belajar sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
dorongan luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak lekas puas dengan
prestasi yang telah dicapainya)
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah: “untuk orang
dewasa” (misalnya: masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi,
pemberantasan korupsi, pemberantasan segala tindak kriminal, amoral
dan sebagainya)
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif)
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki
motivasi dalam belajar akan melakukan aktivitas belajar dengan baik sehingga
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan bisa dicapai.

10
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Menurut Slavin (1995) dalam Isjoni (2016: 15)
mengemukakan bahwa ,” in cooperative learning methods, students work
together in four member teams to master material initially presented by the
teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok –
kelompok kecil yang berjumlah 4 – 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat
merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Menurut Lie (2000) dalam Isjoni (2016:15) menyebut cooperative learning
dengan istilah pembelajaran gotong royong , yaitu sistem pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain
dalam tugas – tugas yang terstuktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning
hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang
didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah di
tentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4 – 6 orang
saja.
Cooperatif Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak
digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada
siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan
untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa,
yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak
peduli pada yang lain (Isjoni, 2016:16).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen untuk saling
membantu dan bekerja sama mempelajarai materi pelajaran agar belajar semua
anggota maksimal.

11
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2016:16) beberapa ciri-ciri dari cooperative learningadalah :
a. Setiap anggota memiliki peran.
b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman – teman sekelompoknya
d. Guru membantu mangembangkan keterampilan – keterampilan
interpersonal kelompok
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Walaupun cooperative learning terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak
setiap kerja kelompok dikatakan cooperative learning. Menurut Bennet (1995)
dalam Isjoni (2016:41-43) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat
membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu:
1. Positive Interdepedence
2. Interaction face to face
3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota
kelompok
4. Membutuhkan keluwesan
5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok).
Positive Interdepedence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya
kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana
keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa
adanya perantara. Adanya tanggung jawab mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena
tujuan cooperative learning adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya
menjadi lebih kuat pribadinya. Membutuhkan keluwesan, yaitu meciptakan
hubugan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara
hubungan kerja yang efektif.

12
3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Asma (2006:14-16) dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif
setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu :
1. Belajar secara aktif (student active learning)
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa,
pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar
bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-masing siswa
memahami materi pembelajaran dan mengakhiri dengan membuat laporan
kelompok dan individual.
2. Belajar Kerjasama
Seperti namanya pembelajaran kooperatif, proses pembelajaran dilalui
dengan kerjasama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang
tengah dipelajari. Prinsip pembelajara inilah yang melandasi keberhasilan
penerapan model pembelajaran kooperatif.
3. Pembelajaran Partisipatorik
Pembelajaran kooperatif juga menganut prinsip dasar pembelajaran
partisipatorik, sebab melalui pembelajaran ini siswa belajar dengan
melakukan sesuatu secara bersama-sama untuk menemukan dan
membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.
4. Reactive Learning
Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif ini, guru perlu
menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi
belajar yang tinggi. Ciri-ciri guru yang reactive : menjadikan siswa
sebagai pusat kegiatan belajar, pembelajaran dari guru dimulai dari hal-hal
yang diketahui dan dipahami siswa, selalu menciptakan suasana belajar
yang menarik bagi siswa-siswanya, dan mengetahui hal-hal yang membuat
siswa menjadi bosan dan segera menanggulanginya.
5. Pembelajaran Menyenangkan
Salah satu ciri pembelajaran yang banyak dianut dalam pembaharuan
pembelajaran dewasa ini adalah pembelajaran yang menyenangkan, begitu
juga untuk model pembelajaran kooperatif menganut prinsip pembelajaran
yang menyenangkan. Pembelajaran harus berjalan dalam suasana

13
menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang menakutkan bagi siswa atau
suasana belajar yang tertekan.

4. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Suprijono (2013: 65) sintak model pembelajaran koperatif terdiri
dari 6 (enam) fase.
Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-Fase Perilaku Guru
Fase 1: Presents goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
mempersiapkan peserta didik

Fase 2: Present information Mempresentasikan informasi kepada


Menyajikan informasi peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize students into Memberikan penjelasan kepada peserta


learning teams didik tentang cara pembentukan tim
Mengorganisir peserta didik ke belajar dan membantu kelompok
dalam tim-tim belajar melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and Membantu tim-tim belajar selama peserta
study didik mengerjakan tugas
Membantu kerja tim dan belajar
Fase 5: Test on the materials Menguji pengetahuan peserta didik
Mengevaluasi mengenai berbagai materi pembelajaran
atau kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6: Provide recognition Mempersiapkan cara untuk mengakui


Memberikan pengakuan atau usaha dan prestasi individu maupun
penghargaan kelompok.

14
5. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe Think pair Share (TPS)
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe salah satunya adalah
Think Pair Square (TPS). Menurut Huda (2015:132) dalam pembelajaran TPS,
pertama-tama setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri sendiri terlebih dahulu
tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya
dengan pasangan disebelahnya untuk memperoleh satu konsensus yang sekiranya
dapat mewakili jawaban mereka berdua.
Pengertian Think Pair Share menurut Trianto (2010:81) adalah “Think Pair
Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa”.
Menurut Suyatno (2009:54) mengatakan bahwa: TPS adalah model
pembelajran kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplinsit
memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara
mendalam tentang apa yang dijelaskan atau dialami (berfikir, menjawab dan
saling membantu satu sama lain).
Model pembelajaran think pair share adalah salah satu model (tipe)
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan
partisipasi kepada orang lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada
siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004:73).
Adapun definisi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menurut
Arends (dalam Komalasari, 2010: 84) yang menyatakan bahwa, model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi
atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi
murid lebih banyak waktu untuk berfikir, untuk merespon dan saling membantu.
Dalam Nurhadi (2005: 120), Lyman (1981) Think Pair Share merupakan
metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan seluruh siswa selama proses
pembelajaran dan memberikan kesempatan untuk bekerja sama antar siswa yang
mempunyai kemampuan heterogen.

15
Lebih lanjut Nurhadi (2005: 119-120) menjelaskan bahwa Think Pair Shair
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola
interaksi siswa. Struktur ini menghendaki agar siswa kerja sama, saling
melengkapi dan saling bergantung dalam kelompok kecil secara kooperatif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari empat
sampai enam orang yang kelompoknya dibentuk dari penggabungan dari
kelompok berpasangan.

6. Manfaat pembelajaran kooperatif tipe Think pair Share (TPS)


Menurut Huda (2015:206) manfaat TPS antara lain :
1. Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan
orang lain
2. Mengoptimalkann partisipasi siswa.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi
merka kepada orang lain.
Menurut Widarti (2007) menyatakan manfaat Think Pair Share adalah sebagai
berikut:
1. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan
tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain, ketika merekan terlibat
dalam kegiatan think phare share lebih banyak siswa yang mengangkat
tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya.
2. Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berfikir ketika
menggunakan think phare share. Mereka dapat berkonsentrasi
mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan
pertanyaan tingkat tinggi.

16
7. Langkah-langkah pembelajaran Think pair Share (TPS)
Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share menurut
Fathurrohman (2015:362) yaitu:
Tahap 1: Thinking (berfikir), guru mengajukan pertanyaan atau isu yang
berhubungan dengan pelajaran kemudian siswa diminta untuk memikirkan
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing, guru meminta siswa untukk berpasangan dengan siswa yang
lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama.
Tahap 3 :Sharing, guru memintakepada pasangan siswa untuk berbagi dengan
seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.
Menurut Huda (2011:206-207) TPS sebaiknya dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah berikut ini :
1. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4 anggota atau siswa.
2. Guru memberikan tugas-tugas pada setiap kelompok.
3. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut
sendiri-sendiri terlebih dahulu.
4. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap
pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.
5. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing
untuk mengshare hasil diskusinya.

17
8. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair Share
(TPS)
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS), yaitu:
Tabel 2. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS
Fase-Fase Kegiatan Guru
Fase 1: Presents goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
mempersiapkan peserta didik

Fase 2: Present information Mempresentasikan informasi kepada


Menyajikan informasi peserta didik.
Memberikan masalah berupa masalah
sehari-hari yang membantu siswa agar
lebih mudah memahami suatu materi.
Masalah yang diberikan dikerjakan secara
individu oleh siswa (think)
Fase 3: Organize students into Memberikan penjelasan kepada peserta
learning teams didik tentang cara pembentukan tim
Mengorganisir peserta didik ke belajar dan membantu kelompok
dalam tim-tim belajar melakukan diskusi yang efisien (pair)

Fase 4: Assist team work and Membantu tim-tim belajar selama peserta
study didik mengerjakan tugas (pair)
Membantu kerja tim dan belajar
Fase 5: Test on the materials Menguji pengetahuan peserta didik
Mengevaluasi mengenai berbagai materi pembelajaran
atau kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. (share)
Fase 6: Provide recognition Mempersiapkan cara untuk mengakui
Memberikan pengakuan atau usaha dan prestasi individu maupun
penghargaan kelompok.

18
9. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Think pair
Share (TPS)
Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS menurut Muktiyani (2004:12) dalam Novita (2014:132-
133).
a. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe TPS:
(1) Siswa berperan aktif selama pembelajaran berlangsung;
(2) Dengan memberi kesempatan kepada siswa melalui kelompoknya
memungkinkan siswa mengkontruksi pengetahuannya;
(3) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri;
(4) Memotivasi siswa untuk belajar.
b. Kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe TPS:
(1) Tidak mungkin semua kelompok mendapat giliran untuk
menjelaskan hasil pekerjaannya atau menjawab pertanyaan baik dari
siswa maupun dari guru;
(2) Bagi kelompok yang mengalami kesulitan atau hambatan dalam
mengkomunikasikan ide-idenya, akan merasa ketakutan jika
mendapat giliran untuk menjelaskan tentang jawaban dari
penyelesaian pekerjaannya;
(3) Hanya kelompok yang pandai saja yang mampu menjawab
pertanyaan dari guru yang menuntut kelompok untuk berpikir tingkat
tinggi.

C. Himpunan
1. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang bisa didefinisikan
dengan jelas, hingga dengan tepat bisa diketahui objek yang termasuk
himpunan dan yang tidak termasuk dalam himpunan tersebut.
Suatu himpunan dilambangkan dengan huruf kapital A, B, C, D, E, … Z,
benda ataupun objek yang termasuk kedalam himpunan disebut anggota
himpunan atau elemen himpunan ditulis dengan sepasang kurung kurawal
{……..}

19
2. Jenis – Jenis Himpunan
a. Himpunan Semesta
Himpunan semesta atau semesta pembicaraan yaitu himpunan yang
memuat semua anggota ataupun objek himpunan yang dibicarakan.
Himpunan semesta (semesta pembicaraan) umumnya dilambangkan
dengan S atau U. Contoh: Kalau kita membahas mengenai 1, ½, -2, -½,…
maka semesta pembicaraan kita yaitu bilangan real.
Jadi himpunan semesta yang dimaksud adalah R. Apakah hanya R
saja? Jawabannya tidak. Tergantung kita mau membatasi pembicaraanya.
Pada contoh di atas dapat dikatakan semestanya adalah C (himpunan
bilangan kompleks). Namun kita tidak boleh mengambil Z (himpunan
bilangan bulat) sebagai semesta pembicaraan.

b. Himpunan Kosong
Himpunan kosong yaitu himpunan yang tidak mempunyai anggota,
dan dinotasikan dengan {} atau ∅. Himpunan nol adalah himpunan yang
hanya mempunyai l anggota, yaitu nol (0).

c. Himpunan Bagian
Himpunan A merupakan himpunan bagian B, jika setiap anggota A
juga menjadi anggota B dan dinotasikan A ⊂ B atau B ⊃ A. Jika ada
himpunan A dan B di mana setiap anggota A merupakan anggota B, maka
dikatakan A merupakan himpunan bagian (subset) dari B atau dikatakan B
memuat A dan dilambangkan dengan A ⊂ B. Jadi, A ⊂ B jika dan hanya
jika 𝑥 ⊂ A ⇒ 𝑥 ⊂ B. Jika ada anggota dari A yang bukan merupakan
anggota B, maka A bukan bukan himpunan bagian dari B, dilambangkan
dengan A ⊄ B.

3. Cara Menyatakan Himpunan


Himpunan dapat dinyatakan melalui tiga cara :
a. Dengan kata-kata,
Yaitu dengan menyebutkan semua syarat ataupun sifat-sifat
keanggotaan dari suatu himpunan. Contoh: A adalah himpunan bilangan
asli antara 5 dan 12, ditulis A = {bilangan asli antara 5 dan 12}

20
b. Dengan Notasi Pembentuk Himpunan
Yaitu menyebutkan semua syarat atau sifat ke-anggotaan dari suatu
himpunan, namun anggota himpunan dinyatakan dalam variabel peubah.
Contoh: A adalah himpunan bilangan asli antara 5 dan 12, dituliskan {x:
5<x<12,x bilangan asli}.

c. Dengan Mendaftar Anggota-anggotanya


Yaitu menuliskan anggota-anggota himpunan dalam pasangan
kurung kurawal dan memisahkan dengan tanda koma. Contoh: A adalah
himpunan bilangan asli antara 5 dan 12, ditulis A= {6,7,8,9,10,11}

4. Operasi Dua Himpunan


a. Irisan Dua Himpunan
1.1 Pengertian irisan dua himpunan
Cobalah kalian ingat kembali tentang anggota persekutuan dari dua
himpunan.
Misalkan A = {1, 3, 5, 7 , 9}
B = {2, 3, 5, 7 }
Anggota himpunan A dan B adalah anggota himpunan A dan
sekaligus menjadi anggota himpunan B = {3, 5, 7}. Anggota himpunan A
yang sekaligus menjadi anggota himpunan B disebut anggota persekutuan
dari A dan B. Selanjutnya, anggota persekutuan dua himpunan disebut
irisan dua himpunan, dinotasikan dengan ∩( ∩dibaca: irisan atau
interseksi).
Jadi, A ∩B = {3, 5, 7}.
Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut:
“Irisan (interseksi) dua himpunan adalah suatu himpunan yang
anggotanya merupakan anggota persekutuan dari dua himpunan tersebut.”
Irisan himpunan A dan B dinotasikan sebagai berikut.
A ∩ B = {x | x ∈ A dan x ∈ B}

21
1.2 Menentukan irisan dua himpunan
1) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian yang lain
Misalkan A = {1, 3, 5} dan B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Irisan dari himpunan A dan B adalah A ∩B = {1, 3, 5} = A.
Tampak bahwa A = {1, 3, 5} ⊂B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Jika A ⊂ B, semua anggota A menjadi anggota B. Oleh karena itu,
anggota persekutuan dari A dan B adalah semua anggota dari A.
Jika A ⊂ B maka A ∩B = A.

2) Kedua himpunan sama


Dua himpunan A dan B dikatakan sama apabila semua anggota A juga
menjadi anggota B dan sebaliknya semua anggota B juga menjadi anggota
A. Oleh karena itu anggota sekutu dari A dan B adalah semua anggota A
atau semua anggota B.
Jika A = B maka A ∩B = A atau A ∩B = B.

3) Kedua himpunan tidak saling lepas (berpotongan)


Himpunan A dan B dikatakan tidak saling lepas (berpotongan) jika A dan
B mempunyai sekutu, tetapi masih ada anggota A yang bukan anggota B
dan ada anggota B yang bukan anggota A.

b. Gabungan Dua Himpunan


1.1 Pengertian gabungan dua himpunan
Ibu membeli buah-buahan di pasar.Sesampai di rumah, ibu membagi
buah-buahan tersebut ke dalam dua buah piring, piring A dan piring B.
Piring A berisi buah jeruk, salak, dan apel.Piring B berisi buah pir, apel,
dan anggur. Jika isi piring A dan piring B digabungkan, isinya adalah buah
jeruk, salak, apel, pir, dan anggur.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
“Jika A dan B adalah dua buah himpunan, gabungan himpunan A dan B
adalah himpunan yang anggotanya terdiri atas anggota-anggota A atau
anggota-anggota B”.
Dengan notasi pembentuk himpunan, gabungan A dan B dituliskan
sebagai berikut:

22
A ∪ B = {x | x ∈A atau x ∈B}
Catatan: A ∪B dibaca A gabungan B atau A union B.

1.2 Menentukan gabungan dua himpunan


1) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian dari yang lain.
Misalkan A = {3, 5} dan B = {1, 2, 3, 4, 5}.
Perhatikan bahwa A = {3, 5} ⊂ B = {1, 2, 3, 4, 5}, sehingga
A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5} = B.
Jika A ⊂B maka A ∪B = B.

2) Kedua himpunan sama


Misalkan P = {2, 3, 5, 7, 11} dan
Q = {bilangan prima yang kurang dari 12}.
Dengan mendaftar anggotanya, diperoleh
P = {2, 3, 5, 7, 11}
Q = {2, 3, 5, 7, 11}
P ∪ Q = {2, 3, 5, 7, 11} = P = Q
Jika A = B maka A ∪B = A = B.

3) Kedua himpunan tidak saling lepas (berpotongan)


Misalkan A = {1, 3, 5, 7, 9} dan B = {1, 2, 3, 4, 5}, maka
A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5, 7, 9}

1.3 Menentukan banyaknya anggota dari gabungan dua himpunan


Banyaknya anggota dari gabungan dua himpunan dirumuskan sebagai
berikut.
n(A ∪B) = n(A) + n(B) – n(A ∪B)

23
c. Selisih (Difference) Dua Himpunan
Selisih (difference) himpunan A dan B adalah himpunan yang
anggotanya semua anggota dari A tetapi bukan anggota dari B.
Selisih himpunan A dan B dinotasikan dengan A – B atau A\B.
Catatan:
A – B = A\B dibaca: selisih A dan B.
Dengan notasi pembentuk himpunan dituliskan sebagai berikut.
A – B = {x | x ∈A, x ∈B}
B – A = {x | x ∈B, x ∈A}
Diketahui A = {a, b, c, d} dan B = {a, c, f, g}.
Selisih A dan B adalah A – B = {a, b, c, d} – {a, c, f, g} = {b, d},
sedangkan
selisih B dan A adalah B – A = {a, c, f, g} – {a, b, c, d} = {f, g}.

d. Komplemen Suatu Himpunan


Agar kalian dapat memahami mengenai komplemen suatu himpunan,
coba ingat kembali pengertian himpunan semesta atau semesta
pembicaraan.
Komplemen himpunan A adalah suatu himpunan yang
anggotaanggotanya merupakan anggota S tetapi bukan anggota A.
Dengan notasi pembentuk himpunan dituliskan sebagai berikut.
AC = {x | x ∈S dan x ∈ A}
Diketahui S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} adalah himpunan semesta dan
A = {3, 4, 5}.Komplemen himpunan A adalah AC = {1, 2, 6, 7}.
Komplemen A dinotasikan dengan AC atau A′ (AC atau A′ dibaca:
komplemen A).

5. Diagram Venn
Diagram venn adalah menyajikan suatu himpunan dengan satu himpunan
memakai lingkaran dan seluruh himpunan atau himpunan semesta
digambarkan dengan gambar segi empat.
Macam – Macam Himpunan
a. Himpunan bilangan asli, yaitu A = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, … }

24
b. Himpunan dari bilangan cacah , yaitu C = { 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, …. }
c. Himpunan dari bilangan prima, yaitu X = { 2, 3, 5, 7, …. }
d. Himpunan bilangan ganjil, yaitu G = { 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, …. }
e. Himpunan bilangan genap, misalnya G = { 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, …. }
f. Dan seterusnya.

A. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share


terhadap Motivasi Belajar Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, guru diharapkan dapat
memperhatikansemua komponen pendukung agar terlaksana proses Kegiatan
Belajar Mengajar yang efektif dan efisien. Dengan melihat kondisi dan situasi
yang ada, guru dapat menentukan model pembelajaran yang tepat untuk siswanya.
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri
sekaligus bekerja sama dengan orang lain. Tahap pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berfikir aktif dalam menemukan konsep materi yang dipelajari (think), siswa
diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa
dapat termotivasi untuk mengembangkan kemampuannya dalam menguasai
materi.Selanjutnya siswa bisa berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan
dengan pasangan dalam satu kelompoknya (pair). Siswa akan bertukar pendapat
mengenai pengetahuan yang telah diperolehnya pada tahap sebelumnya. Dalam
tahap ini siswa akan lebih termotivasi karena siswa dapat mengembangkan
pengetahuan serta menguji ide dan pemahamannya sendiri. Pada akhirnya dapat
menyatukan ide antar pasangan dalam satu kelompok (share).
Suryanti (2015 : 28) menyebutkan bahwa Salah satu pembelajaran yang
dianggap menyenangkan adalah pembelajaran kooperatif. Dari berbagai macam
model pembelajaran kooperatif, tipe Think Pair Share dianggap sebagai model
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif dalam pembelajaran,
mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik, dan mampu mengembangkan
kemampuan kreativitas peserta didik.
Menurut Sahudi (2017 : 128) peserta didik yang belajar menggunakan
pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didukung dari

25
rekan sebaya. Hal ini dikarenakan dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe
think pair share ini peserta didik tidak lagi hanya memperoleh pengetahuan dari
guru, tetapi juga dengan kegiatan belajar kelompok seorang teman haruslah
memberi kesempatan kepada teman lainnya untuk mengemukakan pendapatnya
dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi kesalahan dan
saling membetulkan satu sama lainnya. Sehingga akan timbul motivasi belajar
siswa dengan saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap motivasi
belajar siswa yaitu dapat meningkatkan motivasi karena siswa diberi kesempatan
untuk lebih banyak waktu berpikir, mengembangkan ide,merespon dan saling
membantu. Serta memiliki kemampuan dalam mengingat suatu informasi dan
mampu menyelesaikan masalah yang berhubungan secara individu maupun kerja
sama dengan siswa lainnya, sehingga siswa juga lebih banyak berpartisipasi aktif.

2.2 Kerangka Berpikir


1. Siswa malas dan kurang bersemangat
selama proses pembelajaran.
MASALAH 2. Siswa pasif dan tidak mengerti materi
pelajaran yang disampaikan.
3. Siswa kurang antusias dalam
mengikuti pelajaran matematika

TINDAKAN Menggunakan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Motivasi Belajar Matematika Siswa


HASIL Meningkat.

26
Untuk mengetahui kondisi awal yang terdapat di kelas VII A, peneliti
langsung mengamati kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas
agar dapat ditemukan masalah-masalah yang timbul selama proses pembelajaran.
Masalah yang timbul adalah kurangnya motivasi belajar siswa terhadap pelajaran
Matematika terutama materi Himpunan.
Karena pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, dimana
mengajar dilakukan oleh guru, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Maka
diharapkan Guru mampu menciptakan dan mendorong siswa untuk aktif
mengikuti proses pembelajaran matematika. Perhatian guru terhadap
pembelajaran sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa, dibutuhkan motivasi belajar siswa yang tinggi terutama
dalam mata pelajaran Matematika.
Salah satu cara meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan kerja
kelompok. Dalam kerja kelompok siswa dapat melakukan kerja sama dalam
belajar. Mengingat kemampuan siswa bersifat heterogen maka tidak tertutup
kemungkinan ada siswa yang hanya bergantung pada siswa lainnya sehingga
diperlukan suatu model pembelajaran dimana setiap siswa diberikan kesempatan
untuk berusaha memahami materi secara mandiri terlebih dahulu. Kemudian juga
diperlukan pendekatan agar siswa juga dapat menyelesaikan permasalahan yang
tidak bisa diselesaikan secara mandiri. Salah satu model pembelajaran yang
demikian adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). Dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerja sendiri sekaligus bekerja sama dengan orang lain. Siswa akan
lebih termotivasi karena siswa juga dapat mengembangkan pengetahuan serta
menguji ide dan pemahamannya sendiri.
Maka dibuatlah sebuah rencana tindakan yang akan dilakukan agar dapat
mengatasi masalah kurangnya motivasi belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).
Kemudian peneliti dalam memperoleh data, melakukan kegiatan
mengamati aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas
menggunakan lembar observasi yang telah dirancang. Selanjutnya peneliti

27
memberikan lembar Angket untuk mendeskripsikan motivasi belajar siswa
terhadap mata pelajaran Matematika.
Dengan terlaksananya penelitian tersebut, maka penerapan model
Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dapat membantu siswa dalam
meningkatkan motivasi belajarnya agar mencapai prestasi belajar atau hasil
belajar yang maksimal.

2.3 Penelitian yang Relevan


Melihat kembali hasil penelitian relevan yang telah dilaksanakan adalah
suatu hal penting untuk dilakukan, hal ini berguna sebagai rujukan penelitian yang
akan dilakukan. Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Sri Yuliana Dewi (2017), Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN SU Medan yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil belajar
Matematika Siswa pada Materi Himpunan di Kelas VII SMP Muhammadiyah
7 Medan Tahun Ajaran 2016/2017”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
siswa yang diajari dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share memperoleh nilai rata-rata 81,25 dan siswa yang diajari
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional memperoleh nilai
rata-rata 62,00. Jadi terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar
matematika siswa pada materi himpunan di kelas VII SMP Muhammadiyah 7
Medan Tahun Ajaran 2016/2017.
2. Mina Arfah (2016), Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN SU Medan yang berjudul “Perbedaan Hasil belajar
Matematika yang diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dan Pembelajaran Konvensional pada Materi Lingkaran di
Kelas VIIIMTsNTanjung Morawa Tahun Ajaran 2015/2016”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa siswa yang diajari dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memperoleh nilai rata-rata
76,66 dan siswa yang diajari dengan menggunakan model pembelajaran

28
konvensional memperoleh nilai rata-rata 69,00. Jadi terbukti bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memberikan pengaruh yang
positif terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi lingkaran di kelas
VIII MTsN Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2015/2016.
Dari kedua penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa. Karena jika hasil
belajar siswa meningkat motivasinya juga akan meningkat. Penelitian yang ini
berbeda dari kedua penelitian di atas. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
terhadap motivasi belajar siswa pada materi operasi dua himpunan di kelas
VII A SMP N 30 Muaro Jambi.

29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Karakteristik Subjek Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan mengambil lokasi di
SMP Negeri 30 Muaro Jambi.
Adapun karakteristik subjek penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan:
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 30 Muaro Jambi, yang
berjumlah 30 Siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Mata pelajaran yang menjadi sasaran penelitian adalah mata pelajaran Matematika
kelas VII A SMP Negeri 30 Muaro Jambi karena ingin mencari suatu strategi
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan penguasaan materi operasi pada
himpunan bagi siswa.

3.2 Rancangan Penelitian


Model Penelitian Tindakan Kelas yang akan di gunakan menurut Kemmis and
MC Taggart sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi Siklus Pelaksanaan


I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi
Siklus Pelaksanaan
II
Pengamatan
Gambar.1. Model Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang ada penelitian tindakan


kelas ini di rencanakan terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali

30
pertemuan dengan empat fase. Namun demikian, keputusan untuk melanjutkan
atau menghentikan penelitian pada akhir siklus tertentu sepenuhnya bergantung
pada hasil yang dicapai pada siklus terakhir. Bila hasil yang dicapai telah
memenuhi kriteria keberhasilan yang telah diterapkan, maka penelitian dihentikan
dan apabila belum mencapai hasil sesuai yang diaharapkan maka penelitian
dilanjutkan ke siklus berikutnya.

3.3 Rencana Tindakan


Alur setiap kegiatan akan dilakukan dua siklus yang mana setiap siklus terdiri dari
empat tahapan yakni :
SIKLUS 1
1. Perencanaan (Planning)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan yaitu:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terkait Operasi
pada Himpunan.
b) Mempersiapkan materi Operasi pada Himpunan yang akan
disampaikan.
c) Merencanakan alat evaluasi tentang peningkatan motivasi dan hasil
belajar siswa yang diteliti.
d) Merencanakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
observasi, angket, dan catatan lapangan.
e) Menyiapkan format-format yang akan digunakan dalam penelitian,
meliputi format observasi dan angket.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas sesuai dengan rencana yang
telah di tuangkan pada skenario pembelajaran. Adapun tahap-tahap
pembelajaran pada tindakan ini adalah sebagai berikut:
Urutan Deskripsi Kegiatan
Kegiatan (Siswa dan Guru)
Kegiatan Tahap 1 : Menyampaikan tujuan dan menyiapkan
peserta didik
Pendahuluan
a. Siswa menjawab salam yang diucapkan oleh guru
b. Salah seorang siswa memimpin doa sebelum memulai

31
pembelajaran.
c. Kehadiran siswa dicek oleh guru serta dikondisikan
dalam suasana kondusif selama berlangsungnya
pembelajaran.
d. Siswa diinformasikan bahwa topik pembelajaran hari ini
adalah mengenai himpunan.
e. Siswa diberitahukan tujuan dari pembelajaran.
f. Siswa diberitahukan manfaat mereka belajar operasi dua
himpunan yaitu mereka dapat memanfaatkan prinsip
operasi dalam interaksi suatu kelompok antara satu
anggota dengan anggota yang lain yang akan
memberikan pengaruh pada himpunan atau kelompok
tersebut.
Kegiatan Inti Tahap 2 : Menyajikan informasi
1. Siswa diberikan masalah tentang himpunan yang
disajikan dalam buku pegangan siswa. Kemudian siswa
mengamati dan memahami masalah tersebut. Masalah
yang diberikan berupa masalah kontekstual yang dapat
membantu siswa untuk memahami konsep himpunan
dan mampu melakukan operasi dua himpunan.
(mengamati).
2. Siswa dapat bertanya pada guru apabila ada hal yang
kurang dimengerti dalam masalah yang disajikan
(menanya)
3. Siswa memikirkan jawaban dari masalah tersebut secara
individu (thinking)
4. Siswa dapat mencari informasi yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah dari buku-buku penunjang
(mengumpulkan informasi)

Tahap 3 : Mengorganisir peserta didik ke dalam


tim-tim belajar
5. Siswa dibagikan dalam kelompok secara berpasangan.

32
(pair)
6. Siswa bersama dengan pasangannya mendiskusikan
masalah yang diberikan dan jawaban yang telah mereka
pikirkan secara individu tadi. (menalar)
Tahap 4 : Membantu kerja tim dan belajar
7. Jika ada pendapat siswa yang berbeda dengan
pasangannya dan tidak menemukan jalan tengah atau
penyelesaian mereka dapat bertanya pada guru mengenai
perbedaan tersebut. (menanya)
8. Guru berkeliling mengamati dan membimbing siswa
pada saat melakukan diskusi.
9. Siswa bersama dengan pasangannya mengunjungi
pasangan lain untuk mendiskusikan jawaban yang
mereka peroleh untuk mengetahui kebenaran jawaban
akan permasalahan tersebut. (share)
Tahap 5 : Mengevaluasi
10. Salah satu pasangan ditunjuk untuk mempresentasikan
hasil diskusi mereka di depan kelas.
(mengomunikasikan)
11. Siswa lain menanggapi presentasi pasangan yang maju.
12. Siswa diberikan penguatan oleh guru mengenai hasil
presentasi mereka.

Kegiatan a. Siswa membuat kesimpulan tentang materi yang


Penutup dipelajari yang dipandu oleh guru.
b. Siswa diberikan tes tertulis berupa soal mengenai
himpunan untuk menguji pemahaman siswa atas materi
yang diberikan.
c. Hasil tes siswa diperiksa oleh guru.
Tahap 6 : Memberikan penghargaan
d. Guru memberikan penghargaan kepada pasangan peserta
didik yang memperoleh nilai tes formatif paling tinggi

33
dari pasangan lain yang ada di dalam kelas tersebut.
e. Guru memberikan tugas tentang himpunan.
f. Guru menginformasikan kegiatan pembelajaran
selanjutnya yaitu Ujian Tengah Semester.
g. Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam.

3. Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung,
artinya selama proses pembelajaran peneliti dan guru pamong
(kolaborator) mengamati setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa,
mencatat hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar yang dilakukan.

4. Refleksi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Melihat kesesuaian antara yang di rencanakan dengan pelaksanaan
tindakan.
b. Mengadakan perbaikan untuk melaksanakan siklus berikutnya. Hal ini
di lakukan berdasarkan apa yang disampaikan oleh Rustam (2004:9)
bahwa refleksi I dapat dilakukan oleh guru bersama siswa yang
bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan
siklus I dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang
telah diperoleh maupun kekurangan atau hambatan-hambatan yang
masih dihadapi

SIKLUS II
Apabila indikator kinerja yang hendak dicapai pada siklus I tidak tercapai,
maka peneliti akan masuk ke siklus selanjutnya, yakni siklus II. Yang mana
tahapan-tahapannya akan sama. Hanya saja pada pelaksanaan tindakan siklus II,
peneliti akan menggunakan media pembelajaran

34
3.4 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Data
yang diperoleh dari hasi penelitian ini adalah data kualitatif.
1. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari kelas VII A SMP N 30 Muaro Jambi untuk
mengetahui motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif
adalah melengkapinya dengan format atau blanko pengamatan sebagai
instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau
tingkah laku yang digambarkan akan terjadi, Kejadian dapat berupa
interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru, maupun interaksi
antara siswa dengan siswa (Suharsimi Arikunto, 2010: 272). Aktivitas
guru dan siswa diamati untuk mendapatkan data kualitatif yaitu
mengenai seberapa besar peningkatan motivasi belajar siswa pada
materi operasi pada himpunan dan apakah kegiatan yang dilakukan
guru telah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
b. Angket atau kuesioner
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti
laporan tentang data pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Sebagian
besar peneliti umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang
dipilih untuk mengumpulkan data.Kuesioner atau angket memang
mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpulan data
(Suharsimi Arikunto, 2010: 268).Angket digunakan untuk memperoleh
data Motivasi Belajar Operasi pada himpunan dengan menerapkan
Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS (Think Pair Share).

35
c. Catatan Lapangan
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi berupa
kegiatan-kegiatan yang tidak terangkum dalam pedoman observasi yang
telah dibuat oleh peneliti.Dalam penelitian ini yang menulis catatan
lapangan adalah peneliti sebagai pelaksana tindakan. Berbagai hasil
pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas,
pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan
siswa dan beberapa aspek lainnya dapat dicatat sebagai catatan
lapangan dan akan digunakan sebagai sumber data PTK.

3.5 Analisis Data


Analisis data dilakukan dalam suatu penelitian untuk menarik kesimpulan
dari seluruh data yang telah diperoleh.
1. Analisis Data Hasil Observasi
Data diperoleh dari pengamat yang mengamati aktivitas guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan aktivitas
siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas:
a. Aktivitas siswa
1) Aktivitas tiap individu diperoleh dengan rumus
𝑅
𝑁= × 100
𝑆𝑀
Keterangan : N : nilai yang dicari
R : jumlah skor aktivitas yang diperoleh siswa
SM : jumlah skor maksimum
(Purwanto, 2008:102).

36
Berdasarkan pencapaian indicator dalam aktivitas, diketahui tingkat aktivitas
siswa sesuai kriteria berikut.
Tabel 3. Kriteria Peningkatan Aktivitas Siswa melalui
Perhitungan Skor Hasil Observasi
Tingkat Pencapaian
Kategori
Indikator
𝑁 ≥ 75 Aktif
50 < 𝑁 < 75 Cukup aktif
25 < 𝑁 ≤ 50 Kurang aktif
𝑁 ≤ 25 Pasif

2) Persentase aktivitas siswa secara klasikal diperoleh melalui rumus :


∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓
𝑃= × 100%
∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
Berdasarkan persentase pemaparan indicator dalam aktivitas, akan
diketahui tingkat aktivitas siswa sesuai criteria berikut.
Tabel 4. Kriteria Persetase Peningkatan Aktivitas Siswa
Tingkat Keberhasilan Kategori
> 80% Sangat Aktif
60 − 79% Aktif
40 − 59% Cukup aktif
20 − 39% Kurang aktif
< 20% Pasif
(Aqib, dkk. 2009:41).

b. Pencapaian indikator penerapan model kooperatif Tipe Think Pair Share


dalam aktivitas guru mengajar
𝑅
𝑁 = 𝑆𝑀 × 100 Keterangan : N : nilai yang dicari

R : jumlah skor aktivitas yang


diperoleh guru
SM : jumlah skor maksimum
(Purwanto, 2008:102).

37
Tabel 5. Kriteria Kinerja Guru Mengajar
Tingkat Pencapaian
Kategori
Indikator
𝑁 > 80 Sangat Baik
60 < 𝑁 ≤ 80 Baik
40 < 𝑁 ≤ 60 Cukup Baik
20 < 𝑁 ≤ 40 Kurang Baik
𝑁 ≤ 20 Sangat Kurang
(Aqib, 2009: 41).

2. Analisis Data Hasil Angket Motivasi Siswa Dalam Belajar


Untuk mendeskripsikan motivasi siswa dalam belajar matematika pada
materi operasi pada himpunandalam lembar angket digunakan rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
Rata-rata tiap indikator = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟


Persentase rata-rata tiap indikator = x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Hasil perhitungan tersebut dapat diberi arti sebagai berikut:


81% - 100% : Motivasi Belajar Sangat tinggi
61% - 80% : Motivasi Belajar Tinggi
41% - 60% : Motivasi Belajar Sedang
21% - 40% : Motivasi Belajar Rendah
0% - 20% : Motivasi Belajar Sangat rendah

3.6 Catatan Lapangan


Catatan lapangan berisi tentang aktivitas siswa yang menyimpang dari
kegiatan pembelajaran yang diamati setiap 5 menit. Catatan lapangan yang
digunakan untuk mengetahui hambatan apa saja yang terjadi selama Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) berlangsung.

38
3.7 Indikator Kinerja
Aspek Pencapaian
a. Kemampuan guru menerapkan pembelajaran 70 %
kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) dalam proses
pembelajaran
b. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran 70 %
kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) dalam proses
pembelajaran
c. Hasil angket motivasi siswa secara tertulis. 70%

3.8 Menyusun Jadwal Penelitian


Bulan
No Uraian Kegiatan
September Oktober November Desember
1. Persiapan
a. Pengajuan permohonan V
izin penelitian
b. Identifikasi masalah V V
c. Diskusi Penentuan V
Masalah
2. Pelaksanaan Penelitian
siklus I
a. Penentuan rencana V
tindakan
b. Pelaksanaan rencana V
tindakan
c. Observasi V
d. Refleksi V
3. Pelaksanan Penelitiansiklus
II
a. Penentuan rencana V
tindakan

39
b. Pelaksanaan rencana V
tindakan
c. Observasi V
d. Refleksi V
4. Pengolahan Data V V
5. Penyusunan Laporan V V V
6. Seminar V

3.9 Personalia Peneliti


Perguruan
No Nama Tugas Bidang Ahli Kolaborator
Tinggi
1. Clara Essa Peneliti Pend. Matematika 1. Feri Tiona Universitas
Prameswari Pasaribu, S.Pd., Jambi
(A1C217031) M.Pd
2. Mastiuli Peneliti Pend. Matematika 2. Guru Fakultas
Butarbutar Matematika Keguruan
(A1C217049) SMP N 30 dan Ilmu
3. Dea Febrisa Putri Peneliti Pend. Matematika Muaro Jambi Pendidikan
(A1C217064)
4. Ridho Sri Peneliti Pend. Matematika
Daryanto
(A1C217073)
5. Sela Michella Peneliti Pend. Matematika
O.U Simanjuntak
(RSA1C217007)
6. Khusnul Peneliti Pend. Matematika
Khotimah
(RSA1C217018)

40
3.10 Anggaran Biaya
Harga
No Rincian Satuan Volume
Satuan Total
1. Bahan Habis Block Note 6 buah Rp. 6.000 Rp. 36.000
Pakai Double Polio 1 pack Rp. 20.000 Rp. 20.000
Kertas HVS 1 rim Rp. 45.000 Rp. 45.000
Map Tulang 2 buah Rp. 3.000 Rp. 6.000
Pena 6 buah Rp. 2.000 Rp. 12.000
Spidol 3 buah Rp. 8.000 Rp. 24.000
Tinta Printer 4 botol Rp. 35.000 Rp. 140.000
Lain-lain Rp. 50.000 Rp. 50.000
2. Perjalanan Bensin 12 Liter Rp.9.000 Rp. 108.000
Konsumsi 6 Rp. 12.000 Rp. 72.000
Bungkus
Lain-lain Rp.50.000 Rp.50.000

3. Seminar/ Rp. 200.000


Publikasi
Artikel
JUMLAH Rp. 773.000

41
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, Sofwan, 2017, “Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa di Indonesia: Kajian
Meta-Analisis”, Jurnal Konselor. Vol. 06. No. 04.

Agus Suprijono. (2013). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.

Atik Widarti. (2007). Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share Terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Segi Empat pada Siswa
Kelas VII. Skripsi. UNNES.

A.M, Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Grafindo
Persada

Anita, Lie. 2004. Cooperatif Learning. Jakarta : Grasindo.

Emda, Amna. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Koorperatif Tipe TPS. Lantanida
Journal. 1(1): 69.

Fathurrohman,M. 2015. ParadigmaPembelajaran kurikulum 2013.Yogyakarta :


Kalimedia.

Fauziah, Amni dkk. 2017. “Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Minat Belajar
Siswa Kelas IV SDN Poris Gaga 05 Kota Tangerang”. Jurnal JPSD. Vol. 4
Nomor 1

Heriyati. (2017). Pengaruh Minat Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Matematika. Jurnal Formatif, 22-32.

Huda,Miftahul. 2015.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Komalasari, kokom.2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.Bandung : PT.


Refika Aditama.
Nurhadi.2005. Pembelajaran Konstektual (Context Acing and Learning/CTL) dan
Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Retno Palupi, dkk. 2014. “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dan Persepsi Siswa
Terhadap Kinerja Guru Dalam Mengelola Kegiatan Belajar Dengan Hasil
Belajar Ipa Siswa Kelas Viii Di Smpn N 1 Pacitan.” Jurnal Teknologi Pendidikan
dan Pembelajaran 2 (2): 167-168. Diakses pada 4 Desember 2018

Sahara, Uni. 2018. "Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Melalui
Pelaksanaan Startegi Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share (TPS)
Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayan Islam Di Kelas MTs Swasta Darul
Arifin Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai". Skripsi Program
Studi Pendidikan Agama Islam

Suprihatin, S. (2015). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Ekonomi UM Metro , 3, 73-82.

Syaffaruddin dkk. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta:Quantum Teaching

Zulkarnain.K dan Kurnia.2016.Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Think Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa Smp.Jurnal Pendidikan Matematika.Vol. 4, No 1, April
2016.
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar

Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa

No
Dimensi Indikator Deskriptor Jumlah
Butir
Meningkatkan 1.Aktivitas belajar a. Bekerja mandiri 1 1
motivasi belajar tinggi b. Belajar di luar waktu sekolah 2 1
siswa dalam c. Penyusunan jadwal
pembelajaran belajar 3 1
Operasi Hitung d. Mengulang pelajaran
Himpunan dirumah 4 1
menggunakan Model
Pembelajaran 2.Tekun dalam a. Mencari bahan atau sumber 5 1
Kooperatif tipe Think mengerjakan bacaan
Pair Share tugas b. Memeriksa kelengkapan 6 1
tugas
c. Tidak mudah bosan 7 1
d. Memperbaiki tugas 8 1
e. Terus bekerja 9 1
3.Ulet dalam a. Mengajukan pertanyaan pada 10 1
menghadapi guru
kesulitan b. Bertanya pada teman 11- 2
c. Belajar bersama 12 1
d. Diskusi 13 1
14
4.Respon siswa a. Memberi tujuan belajar 15 1
dengan b. Menjelaskan melalui contoh 16 1
adanya c. Menulis hal-hal yang 17 1
informasi dianggap penting
dari guru

5.Respon siswa a. Memberi informasi hasil 18- 2


dengan adanya ulangan 19
umpan balik b. Memberi komentar terhadap 1
tugas latihan/PR 20
c. Memberi kesempatan 1
bertanya 21
6.Respon siswa a. Memberikan pujian 22 1
dengan adanya b. Memberikan saran 23 1
penguatan pemecahan
c. Membantu menemukan 24 1
caracara menarik
kesimpulan 25 1
Lampiran 2 : Angket Motivasi Belajar

Angket Motivasi Belajar Siswa

Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian :
Isilah dengan tanda (√) pada kolom dari setiap nomor pernyataan yang paling
sesuai dengan apa yang Anda alami. Keterangan yang ada pada kolom tersebut
adalah sebagai berikut :

SL = Selalu (Selalu dilakukan)


SR = Sering (Lebih banyak dilakukan daripada tidak dilakukan)
KK = Kadang-Kadang (Sama banyaknya antara yang dilakukan dan tidak
dilakukan)
JR = Jarang (Lebih banyak tidak dilakukan daripada dilakukan)
TP = Tidak Pernah (Sama sekali tidak dilakukan)

No Pernyataan SL SR KK JR TP
1 Saya belajar dan mengerjakan tugas pelajaran
Matematika secara mandiri

2 Saya memanfaatkan waktu senggang diluar jam


sekolah untuk belajar

3 Saya menyusun dan melaksanakan jadwal belajar


dirumah

4 Saya mengulang kembali pelajaran yang sudah


diajarkan di sekolah

5 Saya berusaha mencari bahan atau sumber belajar


yang dianjurkan guru

6 Saya memeriksa kelengkapan tugas sebelum


dikumpulkan
7 Saya tidak mudah bosan jika belajar tentang mata
pelajaran Matematika

8 Saya berusaha memperbaiki tugas yang diberikan


guru jika tugas tersebut salah

9 Saya akan terus bekerja menyelesaikan tugas


atau PR yang diberikan guru sampai benar-benar
sempurna

10 Saya bertanya kepada guru jika saya tidak


mengerti tentang materi yang diajarkan

11 Saya bertanya kepada teman tentang materi


pelajaran yang belum saya mengerti

12 Saya tidak merasa malu jika saya harus bertanya


kepada siapapun

13 Saya belajar bersama dengan teman-teman untuk


mengerjakan tugas atau PR yang sulit

14 Saya suka mendiskusikan hal-hal yang saya


anggap sulit

15 Jika Guru Matematika menjelaskan kompetensi


yang akan dicapai, saya berusaha memahaminya
dan berkeinginan mencapainya

16 Saya menjadi termotivasi oleh contoh-contoh


yang diberikan oleh Guru

17 Jika Guru Matematika menulis catatan-catatan


penting di papan tulis, saya segera menyalinnya
dalam buku saya

18 Jika Guru Matematika mengumumkan hasil


ulangan di depan kelas, saya lebih bersemangat
lagi dalam belajar

19 Jika nilai hasil ulangan saya rendah, saya


berkeinginan kuat untuk mencapai nilai tinggi
pada ulangan berikutnya

20 Jika nilai hasil ulangan saya tinggi, saya


berusaha mempertahankannya dengan belajar
lebih giat lagi

21 Jika Guru Matematika mengembalikan tugas


atau PR dengan beberapa catatan, saya berusaha
memperhatikan catatan tersebut untuk perbaikan
tugas atau PR selanjutnya

22 Jika Guru Matematika memberi kesempatan


kepada siswa untuk bertanya, saya memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk bertanya

23 Jika Guru Matematika memberi pertanyaan, saya


berusaha menjawabnya sebelum teman lain
menjawabnya

24 Jika Guru Matematika memberikan pujian


terhadap pertanyaan, jawaban, tugas atau PR dan
hasil ulangan saya, semangat belajar saya
semakin meningkat

25 Jika Guru Matematika membantu saya


bagaimana cara-cara menarik kesimpulan
tentang materi yang sedang dibahas, maka cara-
cara tersebut saya gunakan dalam pembahasan
materi lainnya

Responden
Lampiran 3 : RPP guru yang bersangkutan di sekolah yang diteliti

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP/ MTs / Sederajat


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : VII/1
Materi Pokok : Himpunan
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. Kompetensi Inti, Kompetesi Dasar dan Indikator Pencapaian


Kompetensi
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
(KI) (KD) kompetensi

1. Menghargai dan 1.1 Menghargai dan 1.1.1 Menunjukkan rasa


menghayati ajaran menghayati ajaran bersyukur terhadap
agama yang agama yang Tuhan Yang Maha Esa
dianutnya. dianutnya. dengan berdoa sebelum
dan sesudah
pembelajaran

2. Menghargai dan 2.1 Menunjukkan sikap 2.1.1 Menunjukkan sikap


menghayati logis, kritis, analitik, bertanggungjawab
perilaku jujur, konsisten, dan teliti, dalam menyelesaikan
disiplin, bertanggung-jawab, tugas dari guru.
tanggungjawab, responsif, dan tidak
2.1.2 Menunjukkan sikap
peduli (toleransi, mudah menyerah
gigih (tidak mudah
gotong royong), dalam memecahkan
menyerah) dalam
santun, percaya masalah.
memecahkan masalah
diri, dalam
yang berkaitan dengan
berinteraksi secara
operasi Operasi du
efektif dengan himpunan
lingkungan sosial
dan alam dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya

3. Memahami dan 3.4 Menjelaskan 1. Menjelaskan


menerapkan himpunan, himpunan pengertian himpunan
pengetahuan bagian, himpunan dan jenis-jenis
(faktual, semesta, himpunan himpunan.
konseptual, dan kosong, komplemen 2. Melakukan operasi
prosedural) himpunan, dan irisan pada dua
berdasarkan rasa melakukan operasi himpunan.
ingin tahunya biner pada himpunan 3. Melakukan operasi
tentang ilmu menggunakan gabungan pada dua
pengetahuan, masalah kontekstual. himpunan.
teknologi, seni, 4. Melakukan operasi
budaya terkait selisih pada dua
fenomena dan himpunan.
kejadian tampak 5. Melakukan operasi
mata komplemen pada dua
himpunan.

4 Mengolah, 4.4 Menyelesaikan 4.4.1 Menyelesikanmasalah


menyaji, dan masalah yang berkaitan dengan operasi
menalar dalam kontekstual.yang biner pada himpunan.
ranah konkret berkaitan himpunan,
(menggunakan, himpunan bagian,
mengurai, himpunan semesta,
merangkai, himpunan kosong,
memodifikasi, komplemen
dan membuat) himpunan, dan
dan ranah abstrak operasi biner pada
(menulis, himpunan
membaca,
menghitung,
menggambar, dan
mengarang)
sesuai dengan
yang dipelajari di
sekolah dan
sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori

B. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian himpunan dan jenis-jenis himpunan.
2. Siswa dapat melakukan operasi irisan pada dua himpunan.
3. Siswa dapat melakukan operasi gabungan pada dua himpunan.
4. Siswa dapat melakukan operasi selisih pada dua himpunan.
5. Siswa dapat melakukan operasi komplemen pada dua himpunan.

C. Materi Pelajaran
a. Pengertian himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang bisa didefinisikan dengan
jelas, hingga dengan tepat bisa diketahui objek yang termasuk himpunan dan yang
tidak termasuk dalam himpunan tersebut.
b. Jenis-jenis himpunan
1. Himpunan semesta
Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota atau objek
himpunan yang dibicarakan.
2. Himpunan kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota
3. Himpunan bagian
Himpunan A merupaka himpunan bagian B jika setiap anggota A juga
menjadi anggota B.
c. Operasi Biner pada Himpunan
1. Irisan Dua Himpunan
a. Pengertian irisan dua himpunan
Cobalah kalian ingat kembali tentang anggota persekutuan dari dua
himpunan.
Misalkan A = {1, 3, 5, 7 , 9}
B = {2, 3, 5, 7 }
Anggota himpunan A dan B adalah anggota himpunan A dan sekaligus menjadi
anggota himpunan B = {3, 5, 7}. Anggota himpunan A yang sekaligus menjadi
anggota himpunan B disebut anggota persekutuan dari A dan B. Selanjutnya,
anggota persekutuan dua himpunan disebut irisan dua himpunan, dinotasikan
dengan ∩( ∩dibaca: irisan atau interseksi).
Jadi, A ∩B = {3, 5, 7}.
Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut:
“Irisan (interseksi) dua himpunan adalah suatu himpunan yang anggotanya
merupakan anggota persekutuan dari dua himpunan tersebut.”
Irisan himpunan A dan B dinotasikan sebagai berikut.
A ∩ B = {x | x ∈ A dan x ∈ B}
b. Menentukan irisan dua himpunan
1) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian yang lain
Misalkan A = {1, 3, 5} dan B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Irisan dari himpunan A dan B adalah A ∩B = {1, 3, 5} = A.
Tampak bahwa A = {1, 3, 5} ⊂B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Jika A ⊂ B, semua anggota A menjadi anggota B. Oleh karena itu, anggota
persekutuan dari A dan B adalah semua anggota dari A.
Jika A ⊂ B maka A ∩B = A.

2) Kedua himpunan sama


Dua himpunan A dan B dikatakan sama apabila semua anggota A juga menjadi
anggota B dan sebaliknya semua anggota B juga menjadi anggota A. Oleh karena
itu anggota sekutu dari A dan B adalah semua anggota A atau semua anggota B.
Jika A = B maka A ∩B = A atau A ∩B = B.

3) Kedua himpunan tidak saling lepas (berpotongan)


Himpunan A dan B dikatakan tidak saling lepas (berpotongan) jika A dan B
mempunyai sekutu, tetapi masih ada anggota A yang bukan anggota B dan ada
anggota B yang bukan anggota A.

2. Gabungan Dua Himpunan


a. Pengertian gabungan dua himpunan
Ibu membeli buah-buahan di pasar.Sesampai di rumah, ibu membagi
buah-buahan tersebut ke dalam dua buah piring, piring A dan piring B. Piring A
berisi buah jeruk, salak, dan apel.Piring B berisi buah pir, apel, dan anggur. Jika
isi piring A dan piring B digabungkan, isinya adalah buah jeruk, salak, apel, pir,
dan anggur.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
“Jika A dan B adalah dua buah himpunan, gabungan himpunan A dan B adalah
himpunan yang anggotanya terdiri atas anggota-anggota A atau anggota-anggota
B”.
Dengan notasi pembentuk himpunan, gabungan A dan B dituliskan sebagai
berikut:
A ∪B = {x | x ∈A atau x ∈B}
Catatan: A ∪B dibaca A gabungan B atau A union B.

b. Menentukan gabungan dua himpunan


1) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian dari yang lain.
Misalkan A = {3, 5} dan B = {1, 2, 3, 4, 5}.
Perhatikan bahwa A = {3, 5} ⊂ B = {1, 2, 3, 4, 5}, sehingga
A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5} = B.
Jika A ⊂B maka A ∪B = B.
2) Kedua himpunan sama
Misalkan P = {2, 3, 5, 7, 11} dan Q = {bilangan prima yang kurang dari 12}.
Dengan mendaftar anggotanya, diperoleh
P = {2, 3, 5, 7, 11}
Q = {2, 3, 5, 7, 11}
P ∪Q = {2, 3, 5, 7, 11} = P = Q
Jika A = B maka A ∪B = A = B.
3) Kedua himpunan tidak saling lepas (berpotongan)
Misalkan A = {1, 3, 5, 7, 9} dan B = {1, 2, 3, 4, 5}, maka
A ∪B = {1, 2, 3, 4, 5, 7, 9}
c. Menentukan banyaknya anggota dari gabungan dua
himpunan
Banyaknya anggota dari gabungan dua himpunan dirumuskan sebagai berikut.
n(A ∪B) = n(A) + n(B) – n(A ∪B)

3. Selisih (Difference) Dua Himpunan


Selisih (difference) himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya semua
anggota dari A tetapi bukan anggota dari B.
Selisih himpunan A dan B dinotasikan dengan A – B atau A\B.
Catatan:
A – B = A\B dibaca: selisih A dan B.
Dengan notasi pembentuk himpunan dituliskan sebagai berikut.
A – B = {x | x ∈A, x ∈B}
B – A = {x | x ∈B, x ∈A}
Diketahui A = {a, b, c, d} dan B = {a, c, f, g}.
Selisih A dan B adalah A – B = {a, b, c, d} – {a, c, f, g} = {b, d}, sedangkan
selisih B dan A adalah B – A = {a, c, f, g} – {a, b, c, d} = {f, g}.

4. Komplemen Suatu Himpunan


Agar kalian dapat memahami mengenai komplemen suatu himpunan, coba ingat
kembali pengertian himpunan semesta atau semesta pembicaraan.
Komplemen himpunan A adalah suatu himpunan yang anggotaanggotanya
merupakan anggota S tetapi bukan anggota A.
Dengan notasi pembentuk himpunan dituliskan sebagai berikut.
AC = {x | x ∈S dan x ∈ A}
Diketahui S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} adalah himpunan semesta dan A = {3, 4, 5}.
Komplemen himpunan A adalah AC = {1, 2, 6, 7}.
Komplemen A dinotasikan dengan AC atau A′ (AC atau A′ dibaca: komplemen A).

D. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran : Pendekatan Saitifik (Scientific)
Model pembelajaran : Problem Based Learning (PBL)
Metode pembelajaran : Diskusi, tanya jawab dan pemberian tugas
E. Sumber, Media, Alat dan Bahan Pembelajaran
1. Sumber pembelajaran :
Buku-pegangan-siswa-matematika-SMP-kelas-7-semester-2-kurikulum-
2013

2. Media Pembelajaran :
Papan tulis
proyektor

3. Alat dan Bahan :Spidol dan Penghapus

F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-3 (2 x 40 menit)

ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
Pendahuluan 1. Guru memberi salam, mengajak peserta didik 10 menit
untuk meapikan kelas dan penampilan
mereka, mengajak peserta didik untuk
mengawali kegiatan dengan berdoa,
memeriksa kehadiran peserta didik, meminta
peserta didik mempersiapkan perlengkapan
dan peralatan yang diperlukan, dengan tujuan
mengondisikan suasana belajar yang
menyenangkan.
2. Guru menyampaikan kompetensi yang akan
dicapai, yaitu peserta didik mampu
menjelaskan Operasi Dua Himpunan.
3. Guru memotivasi peserta didik mengenai
materi prasyarat dalam pembelajaran ini
tentang konsep diagram venn. Guru juga
menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan
yaitu mengamati suatu permasalahan
kemudian mengerjakan soal-soal dalam LKS
dengan cara diskusi kelompok.
4. Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu
penilaian dalam kegiatan kelompok.
Inti ➢ Orientasi terhadap masalah 65 menit
(PBL)
1. Peserta didik diminta untuk membaca
buku peserta didik tentang Operasi
Dua Himpunan
➢ Organisasi belajar
2. Peserta didik diminta untuk duduk
dalam kelompoknya masing-masing
dan mengerjakan LK kelompok yang
sudah diberikan guru.
➢ Penyelidikan individual maupun kelompok
3. Peserta didik diminta mengumpulkan
berbagai informasi/data yang
berkaitan dengan tugas dalam LK
➢ Pengembangan dan penyajian hasil
penyelesaian masalah.
4. Guru membimbing setiap kelompok
yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan LK kelompok
5. Beberapa kelompok peserta didik
diminta untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
➢ Analisis dan evaluasi proses penyelesaian
masalah
6. Peserta didik diminta untuk
menyimpulkan hasil pembelajaran
pada pertemuan itu.
7. Secara lisan guru memberikan
evaluasi individu pada peserta didik.
Penutup 1. Peserta didik diajak untuk mrnyimpulkan 5 menit
materi ajar pada pertemuan saat ini.
2. Guru memberitahukan kegiatan belajar yang
akan dikerjakan pada pertemuan berikutnya,
yaitu peserta didik diminta membaca buku
peserta didik atau sumber lain terkait dengan
garis dan sudut.

G. PENILAIAN

1. PENILAIAN KOGNITIF (PENGETAHUAN)


TEKHNIK PENILAIAN : TERTULIS
BENTUK INSTRUMEN :URAIAN

Kisi-Kisi Soal Keterampilan

Kompetensi IPK PENILAIAN SK


Dasar TEKNIK INDIKATOR BUTIR SOAL OR
SOAL
3.2 Menghargai 3.2.1 Portofolio 1. Menyelesaikan 1.Jika diketahui 25
dan Pesertadi operasi A={1,2,3,4,5}
menghayat dikmamp gabungan dua dan
iajaran agama umenyele himpunan B={2,3,5,7,11}
yang saikanop TentukanA∪B
dianutnya. erasiduah
3.3 Menunjukkan impunan 2. Menyelesaikan 2.Jika diketahui 25
sikap logis, (gabunga operasi irisan P={2,3,6,7,8}
kritis, analitik, n, irisan, dua himpunan dan
konsisten, dan selisih Q={4,5,6,7,8}.
teliti, dan Tentukan A∪B
bertanggung- komplem
jawab, en) 3. Menyelesaikan 3.Jika diketahui 25
responsif, dan operasi selisih X={3,4,5,6,7}
tidak mudah dua himpunan dan
menyerah Y={1,2,3,4,5}.
dalam Tentukan X-Y
memecahkan
masalah. 4. Menyelesaikan 4.Jika 25
3.4 Memahami gabungan dua S={0,1,2,…,10}
pengertian himpunan dan
himpunan, A={2,3,5,7},
himpunan makakompleme
bagian, n A adalah
komplemen
himpunan,
operasi
himpunan dan
menunjukan
contoh dan
bukancontoh
4.4 Menyelesaika
n masalah
kontekstual
yang berkaitan
himpunan,
himpunan
bagian,
himpunan
semesta,
himpunan
kosong,
komplemen
himpunan, dan
operasi biner
pada
himpunan

JUMLAH SKOR 100

2. PENILAIAN AFEKTIF (SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL)


Indikator perkembangan sikap RASA INGIN TAHU
1. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk mencoba atau
bertanya atau acuh tak acuh (tidak mau tahu) dalam proses
pembelajaran
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk mencoba atau bertanya
dalam proses pembelajaran tetapi masih belum ajeg/konsisten
3. Sangat baikjika menunjukkan adanya usaha untuk mencoba atau
bertanya dalam proses pembelajaran secara terus menerus dan
ajeg/konsisten
Indikator perkembangan sikap TANGGUNGJAWAB (dalam
kelompok)

1. Kurang baikjika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam


melaksanakan tugas kelompok
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam
melaksanakan tugas-tugas kelompok tetapi belum ajeg/konsisten
3. Sangat baikjika menunjukkan sudah ambil bagian dalam
menyelesaikan tugas kelompok secara terus menerus dan
ajeg/konsisten

Indikator perkembangan EFEKTIVITAS DISKUSI (dalam kelompok)

1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam
melaksanakan tugas kelompok
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil sebagian dalam
melaksanakan tugas-tugas kelompok tetapi tetap ajeg/konsisten dalam
mendengarkan orang lain, bekerja sama, dan sigap dalam bekerja
3. Sangat baikjika menunjukkan sudah ambil bagian dalam
menyelesaikan tugas kelompok secara terus menerus dan
ajeg/konsistendalam berpendapat, mendengarkan orang lain, mendebat
dengan sopan, bekerja sama, dan sigap dalam bekerja

1. Bubuhkan tanda √pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.


Tanggung
Rasa ingin tahu Diskusi yg Efektif
NO Nama Jawab
SB B KB SB B KB SB B KB
1
2
3

...
32
SB = sangat baik B = baik KB = kurang baik
3. PENILAIAN KETERAMPILAN

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIANKETERAMPILAN

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/Semester : VII/I
Tahun Pelajaran :
WaktuPengamatan :

Indikator terampil menerapkan konsep/prinsip pada pembelajaran


kooperatif tipe Think Pair Share yang berkaitan dengan operasi dua
himpunan

1. Kurang terampil jika sama sekali tidak dapat menerapkan


konsep/prinsip pada pembelajaran kooperatif tipe TPSyang relevan
yang berkaitan dengan operasi dua himpunan.
2. Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan
konsep/prinsip pada pembelajaran kooperatif tipe TPS yang relevan
yang berkaitan dengan operasi dua himpunan.
3. Sangat terampill, jika menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan
konsep/prinsip pada pembelajaran kooperatif tipe TPS yang relevan
yang berkaitan dengan operasi dua himpunan.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil
pengamatan.
Keterampilan

No NamaSiswa Menerapkankonsep/prinsipdan
strategipemecahanmasalah
KT T ST
1
2
3

Keterangan:
KT : Kurang terampil
T : Terampil
ST : Sangat terampil
Lampiran 4: RPP yang dibuat oleh peneliti

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP / MTs / Sederajat


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : VII/1
Materi Pokok : Himpunan
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

A. Kompetensi Inti, Kompetesi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
(KI) (KD) kompetensi

4. Menghargai dan 4.1 Menghargai dan 4.1.1 Menunjukkan rasa


menghayati ajaran menghayati ajaran bersyukur terhadap
agama yang agama yang Tuhan Yang Maha Esa
dianutnya. dianutnya. dengan berdoa sebelum
dan sesudah
pembelajaran

5. Menghargai dan 5.1 Menunjukkan sikap 5.1.1 Menunjukkan sikap


menghayati logis, kritis, analitik, bertanggung jawab
perilaku jujur, konsisten, dan teliti, dalam menyelesaikan
disiplin, tanggung bertanggung-jawab, tugas dari guru.
jawab, peduli responsif, dan tidak
5.1.2 Menunjukkan sikap
(toleransi, gotong mudah menyerah
gigih (tidak mudah
royong), santun, dalam memecahkan
menyerah) dalam
percaya diri, dalam masalah.
memecahkan masalah
berinteraksi secara
yang berkaitan dengan
efektif dengan
operasi Operasi du
lingkungan sosial
dan alam dalam himpunan
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya

6. Memahami dan 5.5 Menjelaskan 1. Menjelaskan


menerapkan himpunan, himpunan pengertian himpunan
pengetahuan bagian, himpunan dan jenis-jenis
(faktual, semesta, himpunan himpunan.
konseptual, dan kosong, komplemen 2. Melakukan operasi
prosedural) himpunan, dan irisan pada dua
berdasarkan rasa melakukan operasi himpunan.
ingin tahunya biner pada himpunan 3. Melakukan operasi
tentang ilmu menggunakan gabungan pada dua
pengetahuan, masalah kontekstual. himpunan.
teknologi, seni, 4. Melakukan operasi
budaya terkait selisih pada dua
fenomena dan himpunan.
kejadian tampak 5. Melakukan operasi
mata komplemen pada dua
himpunan.

6 Mengolah, 6.4 Menyelesaikan 4.4.1 Menyelesikan masalah


menyaji, dan masalah yang berkaitan dengan operasi
menalar dalam kontekstual.yang biner pada himpunan.
ranah konkret berkaitan himpunan,
(menggunakan, himpunan bagian,
mengurai, himpunan semesta,
merangkai, himpunan kosong,
memodifikasi, komplemen
dan membuat) himpunan, dan
dan ranah abstrak operasi biner pada
(menulis, himpunan
membaca,
menghitung,
menggambar, dan
mengarang)
sesuai dengan
yang dipelajari di
sekolah dan
sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori

B. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian himpunan dan jenis-jenis himpunan.
2. Siswa dapat melakukan operasi irisan pada dua himpunan.
3. Siswa dapat melakukan operasi gabungan pada dua himpunan.
4. Siswa dapat melakukan operasi selisih pada dua himpunan.
5. Siswa dapat melakukan operasi komplemen pada dua himpunan.

C. Materi Pelajaran
1. Pengertian himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang bisa didefinisikan dengan
jelas, hingga dengan tepat bisa diketahui objek yang termasuk himpunan dan yang
tidak termasuk dalam himpunan tersebut.
2. Jenis-jenis himpunan
a. Himpunan semesta
Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota atau objek
himpunan yang dibicarakan.
b. Himpunan kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota
c. Himpunan bagian
Himpunan A merupaka himpunan bagian B jika setiap anggota A juga
menjadi anggota B.
3. Operasi Biner pada Himpunan
1) Irisan Dua Himpunan
a. Pengertian irisan dua himpunan
Cobalah kalian ingat kembali tentang anggota persekutuan dari dua
himpunan.
Misalkan A = {1, 3, 5, 7 , 9}
B = {2, 3, 5, 7 }
Anggota himpunan A dan B adalah anggota himpunan A dan sekaligus menjadi
anggota himpunan B = {3, 5, 7}. Anggota himpunan A yang sekaligus menjadi
anggota himpunan B disebut anggota persekutuan dari A dan B. Selanjutnya,
anggota persekutuan dua himpunan disebut irisan dua himpunan, dinotasikan
dengan ∩( ∩dibaca: irisan atau interseksi).
Jadi, A ∩B = {3, 5, 7}.
Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut:
“Irisan (interseksi) dua himpunan adalah suatu himpunan yang anggotanya
merupakan anggota persekutuan dari dua himpunan tersebut.”
Irisan himpunan A dan B dinotasikan sebagai berikut.
A ∩ B = {x | x ∈ A dan x ∈ B}

b. Menentukan irisan dua himpunan


1) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian yang lain
Misalkan A = {1, 3, 5} dan B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Irisan dari himpunan A dan B adalah A ∩B = {1, 3, 5} = A.
Tampak bahwa A = {1, 3, 5} ⊂B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Jika A ⊂ B, semua anggota A menjadi anggota B. Oleh karena itu, anggota
persekutuan dari A dan B adalah semua anggota dari A.
Jika A ⊂ B maka A ∩B = A.
2) Kedua himpunan sama
Dua himpunan A dan B dikatakan sama apabila semua anggota A juga menjadi
anggota B dan sebaliknya semua anggota B juga menjadi anggota A. Oleh karena
itu anggota sekutu dari A dan B adalah semua anggota A atau semua anggota B.
Jika A = B maka A ∩B = A atau A ∩B = B.

3) Kedua himpunan tidak saling lepas (berpotongan)


Himpunan A dan B dikatakan tidak saling lepas (berpotongan) jika A dan B
mempunyai sekutu, tetapi masih ada anggota A yang bukan anggota B dan ada
anggota B yang bukan anggota A.

2) Gabungan Dua Himpunan


a. Pengertian gabungan dua himpunan
Ibu membeli buah-buahan di pasar.Sesampai di rumah, ibu membagi
buah-buahan tersebut ke dalam dua buah piring, piring A dan piring B. Piring A
berisi buah jeruk, salak, dan apel.Piring B berisi buah pir, apel, dan anggur. Jika
isi piring A dan piring B digabungkan, isinya adalah buah jeruk, salak, apel, pir,
dan anggur.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
“Jika A dan B adalah dua buah himpunan, gabungan himpunan A dan B adalah
himpunan yang anggotanya terdiri atas anggota-anggota A atau anggota-anggota
B”.
Dengan notasi pembentuk himpunan, gabungan A dan B dituliskan sebagai
berikut:
A ∪B = {x | x ∈A atau x ∈B}
Catatan: A ∪B dibaca A gabungan B atau A union B.

b. Menentukan gabungan dua himpunan


1) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian dari yang lain.
Misalkan A = {3, 5} dan B = {1, 2, 3, 4, 5}.
Perhatikan bahwa A = {3, 5} ⊂ B = {1, 2, 3, 4, 5}, sehingga
A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5} = B.
Jika A ⊂B maka A ∪B = B.
2) Kedua himpunan sama
Misalkan P = {2, 3, 5, 7, 11} dan Q = {bilangan prima yang kurang dari 12}.
Dengan mendaftar anggotanya, diperoleh
P = {2, 3, 5, 7, 11}
Q = {2, 3, 5, 7, 11}
P ∪Q = {2, 3, 5, 7, 11} = P = Q
Jika A = B maka A ∪B = A = B.
3) Kedua himpunan tidak saling lepas (berpotongan)
Misalkan A = {1, 3, 5, 7, 9} dan B = {1, 2, 3, 4, 5}, maka
A ∪B = {1, 2, 3, 4, 5, 7, 9}
c. Menentukan banyaknya anggota dari gabungan dua
himpunan
Banyaknya anggota dari gabungan dua himpunan dirumuskan sebagai berikut.
n(A ∪B) = n(A) + n(B) – n(A ∪B)

3) Selisih (Difference) Dua Himpunan


Selisih (difference) himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya semua
anggota dari A tetapi bukan anggota dari B.
Selisih himpunan A dan B dinotasikan dengan A – B atau A\B.
Catatan:
A – B = A\B dibaca: selisih A dan B.
Dengan notasi pembentuk himpunan dituliskan sebagai berikut.
A – B = {x | x ∈A, x ∈B}
B – A = {x | x ∈B, x ∈A}
Diketahui A = {a, b, c, d} dan B = {a, c, f, g}.
Selisih A dan B adalah A – B = {a, b, c, d} – {a, c, f, g} = {b, d}, sedangkan
selisih B dan A adalah B – A = {a, c, f, g} – {a, b, c, d} = {f, g}.

4) Komplemen Suatu Himpunan


Agar kalian dapat memahami mengenai komplemen suatu himpunan, coba ingat
kembali pengertian himpunan semesta atau semesta pembicaraan.
Komplemen himpunan A adalah suatu himpunan yang anggotaanggotanya
merupakan anggota S tetapi bukan anggota A.
Dengan notasi pembentuk himpunan dituliskan sebagai berikut.
AC = {x | x ∈S dan x ∈ A}
Diketahui S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} adalah himpunan semesta dan A = {3, 4, 5}.
Komplemen himpunan A adalah AC = {1, 2, 6, 7}.
Komplemen A dinotasikan dengan AC atau A′ (AC atau A′ dibaca: komplemen A).

D. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran : Pendekatan Saitifik (Scientific)
Model pembelajaran : kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
Metode pembelajaran : Diskusi, tanya jawab dan pemberian tugas

E. Sumber, Media, Alat dan Bahan Pembelajaran


1. Sumber pembelajaran :
Buku-pegangan-siswa-matematika-SMP-kelas-7-semester-2-kurikulum-
2013

2. Media Pembelajaran :
Papan tulis
proyektor

3. Alat dan Bahan : Spidol dan Penghapus

F. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Urutan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Kegiatan (Siswa dan Guru)
Kegiatan Tahap 1 : Menyampaikan tujuan dan menyiapkan
peserta didik
Pendahuluan
g. Siswa menjawab salam yang diucapkan oleh guru
10 Menit
h. Salah seorang siswa memimpin doa sebelum
memulai pembelajaran.
i. Kehadiran siswa dicek oleh guru serta dikondisikan
dalam suasana kondusif selama berlangsungnya
pembelajaran.
j. Siswa diinformasikan bahwa topik pembelajaran hari
ini adalah mengenai himpunan.
k. Siswa diberitahukan tujuan dari pembelajaran.
l. Siswa diberitahukan manfaat mereka belajar operasi
dua himpunan yaitu mereka dapat memanfaatkan
prinsip operasi dalam interaksi suatu kelompok
antara satu anggota dengan anggota yang lain yang
akan memberikan pengaruh pada himpunan atau
kelompok tersebut.
Kegiatan Inti Tahap 2 : Menyajikan informasi
13. Siswa diberikan masalah tentang himpunan yang
disajikan dalam buku pegangan siswa. Kemudian
siswa mengamati dan memahami masalah tersebut.
Masalah yang diberikan berupa masalah kontekstual
yang dapat membantu siswa untuk memahami
konsep himpunan dan mampu melakukan operasi
dua himpunan. (mengamati).
14. Siswa dapat bertanya pada guru apabila ada hal yang
kurang dimengerti dalam masalah yang disajikan
60 Menit
(menanya)
15. Siswa memikirkan jawaban dari masalah tersebut
secara individu (thinking)
16. Siswa dapat mencari informasi yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah dari buku-
buku penunjang (mengumpulkan informasi)

Tahap 3 : Mengorganisir peserta didik ke dalam


tim-tim belajar
17. Siswa dibagikan dalam kelompok secara
berpasangan. (pair)
18. Siswa bersama dengan pasangannya mendiskusikan
masalah yang diberikan dan jawaban yang telah
mereka pikirkan secara individu tadi. (menalar)
Tahap 4 : Membantu kerja tim dan belajar
19. Jika ada pendapat siswa yang berbeda dengan
pasangannya dan tidak menemukan jalan tengah atau
penyelesaian mereka dapat bertanya pada guru
mengenai perbedaan tersebut. (menanya)
20. Guru berkeliling mengamati dan membimbing siswa
pada saat melakukan diskusi.
21. Siswa bersama dengan pasangannya mengunjungi
pasangan lain untuk mendiskusikan jawaban yang
mereka peroleh untuk mengetahui kebenaran
jawaban akan permasalahan tersebut. (share)
Tahap 5 : Mengevaluasi
22. Salah satu pasangan ditunjuk untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan
kelas. (mengomunikasikan)
23. Siswa lain menanggapi presentasi pasangan yang
maju.
24. Siswa diberikan penguatan oleh guru mengenai hasil
presentasi mereka.

Kegiatan h. Siswa membuat kesimpulan tentang materi yang


Penutup dipelajari yang dipandu oleh guru.
i. Siswa diberikan tes tertulis berupa soal mengenai
himpunan untuk menguji pemahaman siswa atas
materi yang diberikan. 20 Menit
j. Hasil tes siswa diperiksa oleh guru.
Tahap 6 : Memberikan penghargaan
k. Guru memberikan penghargaan kepada pasangan
peserta didik yang memperoleh nilai tes formatif
paling tinggi dari pasangan lain yang ada di dalam
kelas tersebut.
l. Guru memberikan tugas tentang himpunan.
m. Guru menginformasikan kegiatan pembelajaran
selanjutnya yaitu Ujian Tengah Semester.
n. Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan
salam.

G. PENILAIAN

1. PENILAIAN KOGNITIF (PENGETAHUAN)

TEKHNIK PENILAIAN : TERTULIS

BENTUK INSTRUMEN : URAIAN

SKOR
INDIKATOR SOAL KUNCI JAWABAN
SOAL

1. Melakukan operasi Tentukan A ∩ B = {2,3} 25


irisan pada dua irisan dari
dua
himpunan.
himpunan A
dan B .

A = {2,3,5,6}

B = {1,2,3,4}
2. Melakukan operasi Misalkan A A = {1, 2, 3, 4,5} 25
gabungan pada dua adalah B = {0, 1, 2}
himpunan
himpunan.
bilangan asli A ∪ B = {0, 1, 2, 3, 4, 5}
yang tidak
lebih dari 5
dan B adalah
himpunan
bilangan
bulat positif
yang kurang
dari 3.
Tentukan
gabungan
dari A dan B.

3. Melakukan operasi Diketahui A A = {1, 3, 5, 7} 25


selisih pada dua adalah B = {1,2,3,4}
himpunan. himpunan
A – B = {5, 7}
bilangan
bulat ganjil
positif yang
kurang dari 9
da B adalah
himpunan
bilangan asli
yang kurang
dari 5.
Tentukan
selisih A
dengan B.
4. Melakukan operasi Diketahui AC = {1, 2, 6, 7}. 25
komplemen pada dua S = {1, 2, 3,
himpunan. 4, 5, 6, 7}
adalah
.
himpunan
semesta dan
A = {3, 4, 5}.
Tentukam
Komplemen
himpunan A.

2. PENILAIAN AFEKTIF (SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL)

Indikator perkembangan sikap RASA INGIN TAHU


1. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk mencoba atau bertanya
atau acuh tak acuh (tidak mau tahu) dalam proses pembelajaran
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk mencoba atau bertanya dalam
proses pembelajaran tetapi masih belum ajeg/konsisten
3. Sangat baikjika menunjukkan adanya usaha untuk mencoba atau bertanya
dalam proses pembelajaran secara terus menerus dan ajeg/konsisten

Indikator perkembangan sikap TANGGUNGJAWAB (dalam kelompok)

1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam
melaksanakan tugas kelompok
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam melaksanakan
tugas-tugas kelompok tetapi belum ajeg/konsisten
3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan
tugas kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten
Indikator perkembangan EFEKTIVITAS DISKUSI (dalam kelompok)

1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam
melaksanakan tugas kelompok
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil sebagian dalam melaksanakan
tugas-tugas kelompok tetapi tetap ajeg/konsisten dalam mendengarkan orang
lain, bekerja sama, dan sigap dalam bekerja
3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan
tugas kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsistendalam berpendapat,
mendengarkan orang lain, mendebat dengan sopan, bekerja sama, dan sigap
dalam bekerja

Bubuhkan tanda √pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.


Tanggung
Rasa ingin tahu Diskusi yg Efektif
NO Nama Jawab
SB B KB SB B KB SB B KB
1
2
3

...
32
SB = sangat baik B = baik KB = kurang baik
3. PENILAIAN KETERAMPILAN

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas / Semester : VII/I
Tahun Pelajaran :
Waktu Pengamatan :

Indikator terampil menerapkan konsep/prinsip pada pembelajaran kooperatif tipe


TPS yang berkaitan dengan himpunan.

1. Kurang terampil jika sama sekali tidak dapat menerapkan konsep/prinsip


pada pembelajaran kooperatif tipe TPS yang relevan yang berkaitan dengan
himpunan.
2. Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip
pada pembelajaran kooperatif tipe TPS yang relevan yang berkaitan dengan
himpunan.
3. Sangat terampill, jika menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan
konsep/prinsip pada pembelajaran kooperatif tipe TPS yang relevan yang
berkaitan dengan himpunan.

Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.


Keterampilan

No NamaSiswa Menerapkankonsep/prinsipdan
strategipemecahanmasalah
KT T ST
1
2
3

Keterangan:
KT : Kurang terampil
T : Terampil
ST : Sangat terampil

Anda mungkin juga menyukai