Proposal Penelitian
Disusunoleh:
Kelompok 5
1. Clara Essa Prameswari (A1C217031)
2. Mastiuli Butarbutar (A1C217049)
3. Dea Febrisa Putri (A1C217064)
4. Ridho Sri Daryanto (A1C217073)
5. Sela Michella Simanjuntak (RSA1C217007)
6. Khusnul Khotimah (RSA1C217018)
Dosen Pengampu :
Feri Tiona Pasaribu, S.Pd., M.Pd
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul “Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share Pada Materi Himpunan Siswa Pada Kelas VII A SMP N 30 Muaro
Jambi”.” Pembuatan proposal penelitian tindakan kelas ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas.
Ucapan terima kasih kami hanturkan kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan proposal penelitian tindakan kelas ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Dalam proposal tindakan kelas ini, kami merasa masih banyak
kekurangan, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat membantu penulis diharapkan demi
penyempurnaan pembuatan proposal tindakan kelas ini.Semoga proposal tindakan
kelas ini bermanfaat bagi siapa yang memerlukannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ i
Daftar Isi ..................................................................................................... ii
BAB I
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian.............................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian Tindakan ............................................................... 4
1.4 Manfaat penelitian ............................................................................... 4
1.5 Hipotesis Tindakan .............................................................................. 4
BAB II
2.1 Kajian Pustaka ..................................................................................... 5
A. Motivasi Belajar .................................................................................... 5
B. Model Pembelajaran Kooperatif......................................................... 11
C. Himpunan ............................................................................................. 19
D. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share terhadap Motivasi Belajar Siswa .......................... 25
2.2 Kerangka Berfikir ............................................................................... 26
2.3 Penelitian yang Relevan...................................................................... 28
BAB III
3.1 Lokasi dan Karakteristik
Subjek Penelitian................................................................................. 30
3.2 Rancangan Penelitian ......................................................................... 30
3.3 Rencana Tindakan .............................................................................. 31
3.4 Pengumpulan Data .............................................................................. 35
3.5 Analisis Data ........................................................................................ 36
3.6 Catatan Lapangan ............................................................................... 38
3.7 Indikator Kinerja ................................................................................ 39
3.9 Menyusun Jadwal Penelitian ............................................................. 39
3.10 Personalia Penelitian......................................................................... 40
3.11 Anggaran Biaya ................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bagi guru mempunyai motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna
memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa.Bagi siswa motivasi
belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk
belajar.Siswa melakukan akivitas belajar dengan senang karena didorong oleh
motivasi.
Berdasarkan hasil observasi di kelas VII A SMP Negeri 30 Muaro Jambi,
terlihat bahwa motivasi belajar matematika siswa masih tergolong rendah. Siswa
terlihat malas dan kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Ketika guru akan memulai pelajaran pun, masih banyak siswa yang terlihat saling
mengobrol dengan temannya. Proses pembelajarannya terkesan pasif. Hal ini
ditunjukkan dengan siswa tidak langsung menjawab apabila ditanya oleh
guru.Mereka juga masih enggan bertanya ketika mereka tidak mengerti materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Ketika guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan soal matematika
di papan tulis,mereka tidak dapat mengerjakannya. Ketika guru menanyakan siapa
yang dapat mengerjakan soal tersebut tidak ada yang menjawab, sehingga pada
akhirnya guru itu sendiri yang menyelesaikan soal di papan tulis.Siswa kurang
antusias dalam mengikuti pelajaran matematika. Proses pembelajaran masih di
dominasi oleh guru.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, penulis menemukan masalah yang
harus diperbaiki.Permasalahan yang dimaksud adalah bagaimana membelajarkan
siswa agar memiliki motivasi belajar sehingga munculnya ketertarikan yang
menumbuhkan rasa semangat dalam mempelajari dan memahami materi yang
disampaikan. Jika siswa memiliki motivasi belajar tinggi maka akan tercipta
proses pembelajaran yang efektif dan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu cara meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan kerja
kelompok. Dalam kerja kelompok siswa dapat melakukan kerja sama dalam
belajar. Mengingat kemampuan siswa bersifat heterogen maka tidak tertutup
kemungkinan ada siswa yang hanya bergantung pada siswa lainnya sehingga
diperlukan suatu model pembelajaran dimana setiap siswa diberikan kesempatan
untuk berusaha memahami materi secara mandiri terlebih dahulu.Kemudian juga
diperlukan pendekatan agar siswa juga dapat menyelesaikan permasalahan yang
2
tidak bisa diselesaikan secara mandiri.Salah satu model pembelajaran yang
demikian adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri
sekalgus bekerja sama dengan orang lain. Tahap pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir aktif
dalam menemukan konsep materi yang dipelajari (think), siswa diberikan
kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat
termotivasi untuk mengembangkan kemampuannya dalam menguasai
materi.Selanjutnya siswa bisa berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan
dengan pasangan dalam satu kelompoknya (pair). Siswa akan bertukar pendapat
mengenai pengetahuan yang telah diperolehnya pada tahap sebelumnya. Dalam
tahap ini siswa akan lebih termotivasi karena siswa dapat mengembangkan
pengetahuan serta menguji ide dan pemahamannya sendiri. Pada akhirnya dapat
menyatukan ide antar pasangan dalam satu kelompok (share).
Dengan diterapkannya Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share
dalam kegiatan pembelajaran diharapkan motivasi belajar matematika siswa akan
meningkat. Salah satu topik dalam pembelajaran matematika yang penting untuk
dipelajari dan dikuasai siswa adalah materi himpunan.Hal ini dikarenakan aplikasi
dan kegunaan materi ini sangat banyak dan sering ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Materi
Himpunan di kelas VII A SMP Negeri 30 Muaro Jambi”.
3
1.3 Tujuan Penelitian Tindakan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada Materi Himpunan
Siswa kelas VII A SMP N 30 Muaro Jambi.
4
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Kajian Pustaka
A. Motivasi Belajar
1. Definisi Motivasi Belajar
Sudarwan dalam Suprihatin (2015:74) motivasi diartikan sebagai kekuatan,
dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang
mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu
sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Hakim dalam Suprihatin (2015:74)
mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang
menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Menurut Hamalik dalam Heriyati (2017:26), motivasi memiliki dua
komponen yaitu komponen luar dan komponen dalam. Komponen luar adalah apa
yang diinginkan seseorang, tujuanlah yang menjadi arah kelakuannya. Sedangkan,
komponen dalam adalah perubahan di dalam diri seseorang, keadaan tidak puas,
ketegangan psikologis.
Motivasi memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar siswa,
seperti yang diungkapkan oleh Uno dalam Palupi (2014:159) yaitu:
1. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar,
2. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai,
3. Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan
4. Menentukan ketekunan belajar
Motivasi adalah segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya
terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Menurut
Dimyati dan Mudjiyono dalam Amni (2017 : 50) mengemukakan beberapa unsur
yang mempengaruhi motivasi dalam belajar, yaitu:
1. Cita-cita dan apresiasi siswa. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar
siswa baik instrinsik maupuun ekstrinsiknya
2. Kemampuan siswa. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan
kemampuan atau kecakapan dalam pencapaiannya.
3. Kondisi siswa. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi belajar
5
4. Kondisi lingkungan siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupn
bermasyarakat.
Singer dalam Sofwan (2017:154) mengatakan bahwa tinggi rendahnya
motivasi seseorang akan menentukan pilihan untuk melakukan, bagaimana
intensitasnya, dan bagaimana tingkat kinerja. Perilaku yang bermotif prestasi
belajar membentuk motivasi berprestasi pada dalam diri individu. Menurut
Heckhausen dalam Sofwan (2017:154) mengemukakan bahwa motivasi
berprestasi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kecakapan pribadi
setinggi mungkin dalam segala kegiatannya dengan menggunakan ukuran
keunggulan sebagai perbandingan.Jadi, dalam motivasi berprestasi keberhasilan
prestasi belajar merupakan motif keunggulan. Dengan adanya motivasi
diharapkan siswa akan lebih giat dalam belajar dan mampu meraih prestasi yang
diharapkan.
Menurut Handoko dalam Suprihatin (2015:75) untuk mengetahui kekuatan
motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut :
1. Kuatnya kemauan untuk berbuat
2. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar
3. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain
4. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Sedangkan menurut Sardiman (2001:81) motivasi belajar memiliki indikator
sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas,
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa),
3. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa,
4. Lebih senang bekerja mandiri,
5. Cepat bosan pada tugas rutin, dan
6. Dapat mempertahankan pendapatnya
Motivasi belajar merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seorang
siswa.Apalah artinya siswa yang pergi kesekolah tanpa adanya motivasi
belajar.Djamarah dalam Heriyati (2017:27).Dalam kegiatan belajar, motivasi
belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
6
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh siswa dapat tercapai.Menurut Anurrahman dalam Heriyati (2017:27)
motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang menjadi tenaga
pendorong bagi siswa untuk mendaya gunakan potensi yang ada dalam dirinya.
Sejak dini, guru perlu memikirkan perilaku pembelajarannya terhadap siswa,
khusunya dalam menarik perhatian dan mendorong motivasi belajar siswa.
Tujuannya adalah untuk menciptakan kepedulian, ketertarika, kesenangan, minat,
gairah dan lain-lainnya dalam diri siswa untuk menjalankan proses belajarnya.
Perilaku pembelajaran guru yang kurang mendorong perhatian dan motivasi siswa
cenderung kurang menyenangkan dan membosankan, sehingga langsung maupun
tidak langsung berpengaruh terhadap hasil belajar yang kurang memuaskan.
7
e. Mengingatkanbahwa akan ada kelanjutan dari proses belajar yang
dilakukan yakni mencari kerja, sehingga peserta didik dilatih agar berhasil.
8
4. Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi Peserta Didik
Menurut Juhri dalam Sahara (2018:35) ada beberapa hal penting yang perlu
dilakukan oleh guru untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik adalah
sebagai berikut:
a. Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, (semakin jelas tujuan yang ingin
dicapai, maka akam semakin kuat motivasi belajar peserta didik)
b. Membangkitkan minat peserta didik
c. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
d. Memberi penguatan atas keberhasilan peserta didik
e. Mengevaluasi dan menilai dengan objektif
f. Memberi umpan balik pada hasil peserta didik
g. Membangun kerjasama dan kompetisi yang sehat
Ketujuh poin di atas merupakan bentuk rekayasa suasana belajar yang harus
digagas oleh guru dalam setiap pembelajarannya sehingga tujuan bersama yang
ingin dicapai dapat terealisasi dengan baik.
Sedangkan Syafaruddin (2005) menyebutkan bahwa pemberian motivasi
dalam rangka komunikasi hendaknya memperhatikan unsur sebagai berikut
a. adanya keinginan untuk berhasil,
b. kejelasan tentang tindakan yang dianjurkan,
c. keyakinan bahwa perubahan yang dianjurkan akan membawa hasil positif,
d. keyakinan akan adanya kesempatan yang sama bagi semua anggota,
e. keyakinan akan adanya kebebasan untuk menentukan, menolak, atau
menerima anjuran, dan
f. adanya terdensi untuk menilai
Lebih tegas lagi dalam pendapatnya, Syafaruddin (2005) menekankan adanya
perihal yang harus terpatri dari dalam sanubari setiap peserta didik yakni
semangat dan keyakinan akan pencapaian tujuan belajar, baik sifatnya individu,
kelompok, maupun cakupan atau lingkup yang lebih luas dari itu.
9
5. Ciri – Ciri Motivasi Belajar Peserta Didik
Menurut Brown dalam Sahara (2018:36) peserta didik yang memiliki
motivasi belajar tinggi dapat terlihat saat mengikuti kegiatan belajar di antaranya
sebagai berikut:
a. Tertarik pada guru,
b. Tertarik pada materi pembelajaran,
c. Memiliki antusias yang tinggi,
d. Ingin selalu bergabung di kelompok kelas,
e. Ingin identitasnya selalu diakui oleh orang lain,
f. Dapat mengontrol tindakan dan sebagainya
Menurut Sardiman dalam Emda (2017:181-182) Proses pembelajaran akan
mencapai keberhasilan apabila siswa memiliki motivasi belajar yang baik. Guru
sebagai pendidik dan motivator harus memotivasi siswa untuk belajar demi
tercapainya tujuan dan tingkah laku yang diinginkan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ciri–ciri siswa yang memiliki motivasi belajar sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
dorongan luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak lekas puas dengan
prestasi yang telah dicapainya)
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah: “untuk orang
dewasa” (misalnya: masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi,
pemberantasan korupsi, pemberantasan segala tindak kriminal, amoral
dan sebagainya)
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif)
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki
motivasi dalam belajar akan melakukan aktivitas belajar dengan baik sehingga
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan bisa dicapai.
10
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Menurut Slavin (1995) dalam Isjoni (2016: 15)
mengemukakan bahwa ,” in cooperative learning methods, students work
together in four member teams to master material initially presented by the
teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok –
kelompok kecil yang berjumlah 4 – 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat
merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Menurut Lie (2000) dalam Isjoni (2016:15) menyebut cooperative learning
dengan istilah pembelajaran gotong royong , yaitu sistem pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain
dalam tugas – tugas yang terstuktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning
hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang
didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah di
tentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4 – 6 orang
saja.
Cooperatif Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak
digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada
siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan
untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa,
yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak
peduli pada yang lain (Isjoni, 2016:16).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen untuk saling
membantu dan bekerja sama mempelajarai materi pelajaran agar belajar semua
anggota maksimal.
11
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2016:16) beberapa ciri-ciri dari cooperative learningadalah :
a. Setiap anggota memiliki peran.
b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman – teman sekelompoknya
d. Guru membantu mangembangkan keterampilan – keterampilan
interpersonal kelompok
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Walaupun cooperative learning terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak
setiap kerja kelompok dikatakan cooperative learning. Menurut Bennet (1995)
dalam Isjoni (2016:41-43) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat
membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu:
1. Positive Interdepedence
2. Interaction face to face
3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota
kelompok
4. Membutuhkan keluwesan
5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok).
Positive Interdepedence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya
kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana
keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa
adanya perantara. Adanya tanggung jawab mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena
tujuan cooperative learning adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya
menjadi lebih kuat pribadinya. Membutuhkan keluwesan, yaitu meciptakan
hubugan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara
hubungan kerja yang efektif.
12
3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Asma (2006:14-16) dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif
setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu :
1. Belajar secara aktif (student active learning)
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa,
pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar
bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-masing siswa
memahami materi pembelajaran dan mengakhiri dengan membuat laporan
kelompok dan individual.
2. Belajar Kerjasama
Seperti namanya pembelajaran kooperatif, proses pembelajaran dilalui
dengan kerjasama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang
tengah dipelajari. Prinsip pembelajara inilah yang melandasi keberhasilan
penerapan model pembelajaran kooperatif.
3. Pembelajaran Partisipatorik
Pembelajaran kooperatif juga menganut prinsip dasar pembelajaran
partisipatorik, sebab melalui pembelajaran ini siswa belajar dengan
melakukan sesuatu secara bersama-sama untuk menemukan dan
membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.
4. Reactive Learning
Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif ini, guru perlu
menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi
belajar yang tinggi. Ciri-ciri guru yang reactive : menjadikan siswa
sebagai pusat kegiatan belajar, pembelajaran dari guru dimulai dari hal-hal
yang diketahui dan dipahami siswa, selalu menciptakan suasana belajar
yang menarik bagi siswa-siswanya, dan mengetahui hal-hal yang membuat
siswa menjadi bosan dan segera menanggulanginya.
5. Pembelajaran Menyenangkan
Salah satu ciri pembelajaran yang banyak dianut dalam pembaharuan
pembelajaran dewasa ini adalah pembelajaran yang menyenangkan, begitu
juga untuk model pembelajaran kooperatif menganut prinsip pembelajaran
yang menyenangkan. Pembelajaran harus berjalan dalam suasana
13
menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang menakutkan bagi siswa atau
suasana belajar yang tertekan.
Fase 4: Assist team work and Membantu tim-tim belajar selama peserta
study didik mengerjakan tugas
Membantu kerja tim dan belajar
Fase 5: Test on the materials Menguji pengetahuan peserta didik
Mengevaluasi mengenai berbagai materi pembelajaran
atau kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
14
5. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe Think pair Share (TPS)
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe salah satunya adalah
Think Pair Square (TPS). Menurut Huda (2015:132) dalam pembelajaran TPS,
pertama-tama setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri sendiri terlebih dahulu
tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya
dengan pasangan disebelahnya untuk memperoleh satu konsensus yang sekiranya
dapat mewakili jawaban mereka berdua.
Pengertian Think Pair Share menurut Trianto (2010:81) adalah “Think Pair
Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa”.
Menurut Suyatno (2009:54) mengatakan bahwa: TPS adalah model
pembelajran kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplinsit
memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara
mendalam tentang apa yang dijelaskan atau dialami (berfikir, menjawab dan
saling membantu satu sama lain).
Model pembelajaran think pair share adalah salah satu model (tipe)
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan
partisipasi kepada orang lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada
siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004:73).
Adapun definisi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menurut
Arends (dalam Komalasari, 2010: 84) yang menyatakan bahwa, model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi
atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi
murid lebih banyak waktu untuk berfikir, untuk merespon dan saling membantu.
Dalam Nurhadi (2005: 120), Lyman (1981) Think Pair Share merupakan
metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan seluruh siswa selama proses
pembelajaran dan memberikan kesempatan untuk bekerja sama antar siswa yang
mempunyai kemampuan heterogen.
15
Lebih lanjut Nurhadi (2005: 119-120) menjelaskan bahwa Think Pair Shair
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola
interaksi siswa. Struktur ini menghendaki agar siswa kerja sama, saling
melengkapi dan saling bergantung dalam kelompok kecil secara kooperatif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari empat
sampai enam orang yang kelompoknya dibentuk dari penggabungan dari
kelompok berpasangan.
16
7. Langkah-langkah pembelajaran Think pair Share (TPS)
Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share menurut
Fathurrohman (2015:362) yaitu:
Tahap 1: Thinking (berfikir), guru mengajukan pertanyaan atau isu yang
berhubungan dengan pelajaran kemudian siswa diminta untuk memikirkan
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing, guru meminta siswa untukk berpasangan dengan siswa yang
lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama.
Tahap 3 :Sharing, guru memintakepada pasangan siswa untuk berbagi dengan
seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.
Menurut Huda (2011:206-207) TPS sebaiknya dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah berikut ini :
1. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4 anggota atau siswa.
2. Guru memberikan tugas-tugas pada setiap kelompok.
3. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut
sendiri-sendiri terlebih dahulu.
4. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap
pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.
5. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing
untuk mengshare hasil diskusinya.
17
8. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair Share
(TPS)
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS), yaitu:
Tabel 2. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS
Fase-Fase Kegiatan Guru
Fase 1: Presents goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
mempersiapkan peserta didik
Fase 4: Assist team work and Membantu tim-tim belajar selama peserta
study didik mengerjakan tugas (pair)
Membantu kerja tim dan belajar
Fase 5: Test on the materials Menguji pengetahuan peserta didik
Mengevaluasi mengenai berbagai materi pembelajaran
atau kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. (share)
Fase 6: Provide recognition Mempersiapkan cara untuk mengakui
Memberikan pengakuan atau usaha dan prestasi individu maupun
penghargaan kelompok.
18
9. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Think pair
Share (TPS)
Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS menurut Muktiyani (2004:12) dalam Novita (2014:132-
133).
a. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe TPS:
(1) Siswa berperan aktif selama pembelajaran berlangsung;
(2) Dengan memberi kesempatan kepada siswa melalui kelompoknya
memungkinkan siswa mengkontruksi pengetahuannya;
(3) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri;
(4) Memotivasi siswa untuk belajar.
b. Kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe TPS:
(1) Tidak mungkin semua kelompok mendapat giliran untuk
menjelaskan hasil pekerjaannya atau menjawab pertanyaan baik dari
siswa maupun dari guru;
(2) Bagi kelompok yang mengalami kesulitan atau hambatan dalam
mengkomunikasikan ide-idenya, akan merasa ketakutan jika
mendapat giliran untuk menjelaskan tentang jawaban dari
penyelesaian pekerjaannya;
(3) Hanya kelompok yang pandai saja yang mampu menjawab
pertanyaan dari guru yang menuntut kelompok untuk berpikir tingkat
tinggi.
C. Himpunan
1. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang bisa didefinisikan
dengan jelas, hingga dengan tepat bisa diketahui objek yang termasuk
himpunan dan yang tidak termasuk dalam himpunan tersebut.
Suatu himpunan dilambangkan dengan huruf kapital A, B, C, D, E, … Z,
benda ataupun objek yang termasuk kedalam himpunan disebut anggota
himpunan atau elemen himpunan ditulis dengan sepasang kurung kurawal
{……..}
19
2. Jenis – Jenis Himpunan
a. Himpunan Semesta
Himpunan semesta atau semesta pembicaraan yaitu himpunan yang
memuat semua anggota ataupun objek himpunan yang dibicarakan.
Himpunan semesta (semesta pembicaraan) umumnya dilambangkan
dengan S atau U. Contoh: Kalau kita membahas mengenai 1, ½, -2, -½,…
maka semesta pembicaraan kita yaitu bilangan real.
Jadi himpunan semesta yang dimaksud adalah R. Apakah hanya R
saja? Jawabannya tidak. Tergantung kita mau membatasi pembicaraanya.
Pada contoh di atas dapat dikatakan semestanya adalah C (himpunan
bilangan kompleks). Namun kita tidak boleh mengambil Z (himpunan
bilangan bulat) sebagai semesta pembicaraan.
b. Himpunan Kosong
Himpunan kosong yaitu himpunan yang tidak mempunyai anggota,
dan dinotasikan dengan {} atau ∅. Himpunan nol adalah himpunan yang
hanya mempunyai l anggota, yaitu nol (0).
c. Himpunan Bagian
Himpunan A merupakan himpunan bagian B, jika setiap anggota A
juga menjadi anggota B dan dinotasikan A ⊂ B atau B ⊃ A. Jika ada
himpunan A dan B di mana setiap anggota A merupakan anggota B, maka
dikatakan A merupakan himpunan bagian (subset) dari B atau dikatakan B
memuat A dan dilambangkan dengan A ⊂ B. Jadi, A ⊂ B jika dan hanya
jika 𝑥 ⊂ A ⇒ 𝑥 ⊂ B. Jika ada anggota dari A yang bukan merupakan
anggota B, maka A bukan bukan himpunan bagian dari B, dilambangkan
dengan A ⊄ B.
20
b. Dengan Notasi Pembentuk Himpunan
Yaitu menyebutkan semua syarat atau sifat ke-anggotaan dari suatu
himpunan, namun anggota himpunan dinyatakan dalam variabel peubah.
Contoh: A adalah himpunan bilangan asli antara 5 dan 12, dituliskan {x:
5<x<12,x bilangan asli}.
21
1.2 Menentukan irisan dua himpunan
1) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian yang lain
Misalkan A = {1, 3, 5} dan B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Irisan dari himpunan A dan B adalah A ∩B = {1, 3, 5} = A.
Tampak bahwa A = {1, 3, 5} ⊂B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Jika A ⊂ B, semua anggota A menjadi anggota B. Oleh karena itu,
anggota persekutuan dari A dan B adalah semua anggota dari A.
Jika A ⊂ B maka A ∩B = A.
22
A ∪ B = {x | x ∈A atau x ∈B}
Catatan: A ∪B dibaca A gabungan B atau A union B.
23
c. Selisih (Difference) Dua Himpunan
Selisih (difference) himpunan A dan B adalah himpunan yang
anggotanya semua anggota dari A tetapi bukan anggota dari B.
Selisih himpunan A dan B dinotasikan dengan A – B atau A\B.
Catatan:
A – B = A\B dibaca: selisih A dan B.
Dengan notasi pembentuk himpunan dituliskan sebagai berikut.
A – B = {x | x ∈A, x ∈B}
B – A = {x | x ∈B, x ∈A}
Diketahui A = {a, b, c, d} dan B = {a, c, f, g}.
Selisih A dan B adalah A – B = {a, b, c, d} – {a, c, f, g} = {b, d},
sedangkan
selisih B dan A adalah B – A = {a, c, f, g} – {a, b, c, d} = {f, g}.
5. Diagram Venn
Diagram venn adalah menyajikan suatu himpunan dengan satu himpunan
memakai lingkaran dan seluruh himpunan atau himpunan semesta
digambarkan dengan gambar segi empat.
Macam – Macam Himpunan
a. Himpunan bilangan asli, yaitu A = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, … }
24
b. Himpunan dari bilangan cacah , yaitu C = { 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, …. }
c. Himpunan dari bilangan prima, yaitu X = { 2, 3, 5, 7, …. }
d. Himpunan bilangan ganjil, yaitu G = { 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, …. }
e. Himpunan bilangan genap, misalnya G = { 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, …. }
f. Dan seterusnya.
25
rekan sebaya. Hal ini dikarenakan dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe
think pair share ini peserta didik tidak lagi hanya memperoleh pengetahuan dari
guru, tetapi juga dengan kegiatan belajar kelompok seorang teman haruslah
memberi kesempatan kepada teman lainnya untuk mengemukakan pendapatnya
dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi kesalahan dan
saling membetulkan satu sama lainnya. Sehingga akan timbul motivasi belajar
siswa dengan saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap motivasi
belajar siswa yaitu dapat meningkatkan motivasi karena siswa diberi kesempatan
untuk lebih banyak waktu berpikir, mengembangkan ide,merespon dan saling
membantu. Serta memiliki kemampuan dalam mengingat suatu informasi dan
mampu menyelesaikan masalah yang berhubungan secara individu maupun kerja
sama dengan siswa lainnya, sehingga siswa juga lebih banyak berpartisipasi aktif.
26
Untuk mengetahui kondisi awal yang terdapat di kelas VII A, peneliti
langsung mengamati kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas
agar dapat ditemukan masalah-masalah yang timbul selama proses pembelajaran.
Masalah yang timbul adalah kurangnya motivasi belajar siswa terhadap pelajaran
Matematika terutama materi Himpunan.
Karena pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, dimana
mengajar dilakukan oleh guru, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Maka
diharapkan Guru mampu menciptakan dan mendorong siswa untuk aktif
mengikuti proses pembelajaran matematika. Perhatian guru terhadap
pembelajaran sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa, dibutuhkan motivasi belajar siswa yang tinggi terutama
dalam mata pelajaran Matematika.
Salah satu cara meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan kerja
kelompok. Dalam kerja kelompok siswa dapat melakukan kerja sama dalam
belajar. Mengingat kemampuan siswa bersifat heterogen maka tidak tertutup
kemungkinan ada siswa yang hanya bergantung pada siswa lainnya sehingga
diperlukan suatu model pembelajaran dimana setiap siswa diberikan kesempatan
untuk berusaha memahami materi secara mandiri terlebih dahulu. Kemudian juga
diperlukan pendekatan agar siswa juga dapat menyelesaikan permasalahan yang
tidak bisa diselesaikan secara mandiri. Salah satu model pembelajaran yang
demikian adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). Dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerja sendiri sekaligus bekerja sama dengan orang lain. Siswa akan
lebih termotivasi karena siswa juga dapat mengembangkan pengetahuan serta
menguji ide dan pemahamannya sendiri.
Maka dibuatlah sebuah rencana tindakan yang akan dilakukan agar dapat
mengatasi masalah kurangnya motivasi belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).
Kemudian peneliti dalam memperoleh data, melakukan kegiatan
mengamati aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas
menggunakan lembar observasi yang telah dirancang. Selanjutnya peneliti
27
memberikan lembar Angket untuk mendeskripsikan motivasi belajar siswa
terhadap mata pelajaran Matematika.
Dengan terlaksananya penelitian tersebut, maka penerapan model
Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dapat membantu siswa dalam
meningkatkan motivasi belajarnya agar mencapai prestasi belajar atau hasil
belajar yang maksimal.
28
konvensional memperoleh nilai rata-rata 69,00. Jadi terbukti bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memberikan pengaruh yang
positif terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi lingkaran di kelas
VIII MTsN Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2015/2016.
Dari kedua penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa. Karena jika hasil
belajar siswa meningkat motivasinya juga akan meningkat. Penelitian yang ini
berbeda dari kedua penelitian di atas. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
terhadap motivasi belajar siswa pada materi operasi dua himpunan di kelas
VII A SMP N 30 Muaro Jambi.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus Pelaksanaan
II
Pengamatan
Gambar.1. Model Penelitian Tindakan Kelas
30
pertemuan dengan empat fase. Namun demikian, keputusan untuk melanjutkan
atau menghentikan penelitian pada akhir siklus tertentu sepenuhnya bergantung
pada hasil yang dicapai pada siklus terakhir. Bila hasil yang dicapai telah
memenuhi kriteria keberhasilan yang telah diterapkan, maka penelitian dihentikan
dan apabila belum mencapai hasil sesuai yang diaharapkan maka penelitian
dilanjutkan ke siklus berikutnya.
31
pembelajaran.
c. Kehadiran siswa dicek oleh guru serta dikondisikan
dalam suasana kondusif selama berlangsungnya
pembelajaran.
d. Siswa diinformasikan bahwa topik pembelajaran hari ini
adalah mengenai himpunan.
e. Siswa diberitahukan tujuan dari pembelajaran.
f. Siswa diberitahukan manfaat mereka belajar operasi dua
himpunan yaitu mereka dapat memanfaatkan prinsip
operasi dalam interaksi suatu kelompok antara satu
anggota dengan anggota yang lain yang akan
memberikan pengaruh pada himpunan atau kelompok
tersebut.
Kegiatan Inti Tahap 2 : Menyajikan informasi
1. Siswa diberikan masalah tentang himpunan yang
disajikan dalam buku pegangan siswa. Kemudian siswa
mengamati dan memahami masalah tersebut. Masalah
yang diberikan berupa masalah kontekstual yang dapat
membantu siswa untuk memahami konsep himpunan
dan mampu melakukan operasi dua himpunan.
(mengamati).
2. Siswa dapat bertanya pada guru apabila ada hal yang
kurang dimengerti dalam masalah yang disajikan
(menanya)
3. Siswa memikirkan jawaban dari masalah tersebut secara
individu (thinking)
4. Siswa dapat mencari informasi yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah dari buku-buku penunjang
(mengumpulkan informasi)
32
(pair)
6. Siswa bersama dengan pasangannya mendiskusikan
masalah yang diberikan dan jawaban yang telah mereka
pikirkan secara individu tadi. (menalar)
Tahap 4 : Membantu kerja tim dan belajar
7. Jika ada pendapat siswa yang berbeda dengan
pasangannya dan tidak menemukan jalan tengah atau
penyelesaian mereka dapat bertanya pada guru mengenai
perbedaan tersebut. (menanya)
8. Guru berkeliling mengamati dan membimbing siswa
pada saat melakukan diskusi.
9. Siswa bersama dengan pasangannya mengunjungi
pasangan lain untuk mendiskusikan jawaban yang
mereka peroleh untuk mengetahui kebenaran jawaban
akan permasalahan tersebut. (share)
Tahap 5 : Mengevaluasi
10. Salah satu pasangan ditunjuk untuk mempresentasikan
hasil diskusi mereka di depan kelas.
(mengomunikasikan)
11. Siswa lain menanggapi presentasi pasangan yang maju.
12. Siswa diberikan penguatan oleh guru mengenai hasil
presentasi mereka.
33
dari pasangan lain yang ada di dalam kelas tersebut.
e. Guru memberikan tugas tentang himpunan.
f. Guru menginformasikan kegiatan pembelajaran
selanjutnya yaitu Ujian Tengah Semester.
g. Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam.
3. Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung,
artinya selama proses pembelajaran peneliti dan guru pamong
(kolaborator) mengamati setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa,
mencatat hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar yang dilakukan.
4. Refleksi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Melihat kesesuaian antara yang di rencanakan dengan pelaksanaan
tindakan.
b. Mengadakan perbaikan untuk melaksanakan siklus berikutnya. Hal ini
di lakukan berdasarkan apa yang disampaikan oleh Rustam (2004:9)
bahwa refleksi I dapat dilakukan oleh guru bersama siswa yang
bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan
siklus I dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang
telah diperoleh maupun kekurangan atau hambatan-hambatan yang
masih dihadapi
SIKLUS II
Apabila indikator kinerja yang hendak dicapai pada siklus I tidak tercapai,
maka peneliti akan masuk ke siklus selanjutnya, yakni siklus II. Yang mana
tahapan-tahapannya akan sama. Hanya saja pada pelaksanaan tindakan siklus II,
peneliti akan menggunakan media pembelajaran
34
3.4 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Data
yang diperoleh dari hasi penelitian ini adalah data kualitatif.
1. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari kelas VII A SMP N 30 Muaro Jambi untuk
mengetahui motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif
adalah melengkapinya dengan format atau blanko pengamatan sebagai
instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau
tingkah laku yang digambarkan akan terjadi, Kejadian dapat berupa
interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru, maupun interaksi
antara siswa dengan siswa (Suharsimi Arikunto, 2010: 272). Aktivitas
guru dan siswa diamati untuk mendapatkan data kualitatif yaitu
mengenai seberapa besar peningkatan motivasi belajar siswa pada
materi operasi pada himpunan dan apakah kegiatan yang dilakukan
guru telah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
b. Angket atau kuesioner
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti
laporan tentang data pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Sebagian
besar peneliti umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang
dipilih untuk mengumpulkan data.Kuesioner atau angket memang
mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpulan data
(Suharsimi Arikunto, 2010: 268).Angket digunakan untuk memperoleh
data Motivasi Belajar Operasi pada himpunan dengan menerapkan
Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS (Think Pair Share).
35
c. Catatan Lapangan
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi berupa
kegiatan-kegiatan yang tidak terangkum dalam pedoman observasi yang
telah dibuat oleh peneliti.Dalam penelitian ini yang menulis catatan
lapangan adalah peneliti sebagai pelaksana tindakan. Berbagai hasil
pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas,
pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan
siswa dan beberapa aspek lainnya dapat dicatat sebagai catatan
lapangan dan akan digunakan sebagai sumber data PTK.
36
Berdasarkan pencapaian indicator dalam aktivitas, diketahui tingkat aktivitas
siswa sesuai kriteria berikut.
Tabel 3. Kriteria Peningkatan Aktivitas Siswa melalui
Perhitungan Skor Hasil Observasi
Tingkat Pencapaian
Kategori
Indikator
𝑁 ≥ 75 Aktif
50 < 𝑁 < 75 Cukup aktif
25 < 𝑁 ≤ 50 Kurang aktif
𝑁 ≤ 25 Pasif
37
Tabel 5. Kriteria Kinerja Guru Mengajar
Tingkat Pencapaian
Kategori
Indikator
𝑁 > 80 Sangat Baik
60 < 𝑁 ≤ 80 Baik
40 < 𝑁 ≤ 60 Cukup Baik
20 < 𝑁 ≤ 40 Kurang Baik
𝑁 ≤ 20 Sangat Kurang
(Aqib, 2009: 41).
38
3.7 Indikator Kinerja
Aspek Pencapaian
a. Kemampuan guru menerapkan pembelajaran 70 %
kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) dalam proses
pembelajaran
b. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran 70 %
kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) dalam proses
pembelajaran
c. Hasil angket motivasi siswa secara tertulis. 70%
39
b. Pelaksanaan rencana V
tindakan
c. Observasi V
d. Refleksi V
4. Pengolahan Data V V
5. Penyusunan Laporan V V V
6. Seminar V
40
3.10 Anggaran Biaya
Harga
No Rincian Satuan Volume
Satuan Total
1. Bahan Habis Block Note 6 buah Rp. 6.000 Rp. 36.000
Pakai Double Polio 1 pack Rp. 20.000 Rp. 20.000
Kertas HVS 1 rim Rp. 45.000 Rp. 45.000
Map Tulang 2 buah Rp. 3.000 Rp. 6.000
Pena 6 buah Rp. 2.000 Rp. 12.000
Spidol 3 buah Rp. 8.000 Rp. 24.000
Tinta Printer 4 botol Rp. 35.000 Rp. 140.000
Lain-lain Rp. 50.000 Rp. 50.000
2. Perjalanan Bensin 12 Liter Rp.9.000 Rp. 108.000
Konsumsi 6 Rp. 12.000 Rp. 72.000
Bungkus
Lain-lain Rp.50.000 Rp.50.000
41
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, Sofwan, 2017, “Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa di Indonesia: Kajian
Meta-Analisis”, Jurnal Konselor. Vol. 06. No. 04.
Agus Suprijono. (2013). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
Atik Widarti. (2007). Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share Terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Segi Empat pada Siswa
Kelas VII. Skripsi. UNNES.
A.M, Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Grafindo
Persada
Emda, Amna. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Koorperatif Tipe TPS. Lantanida
Journal. 1(1): 69.
Fauziah, Amni dkk. 2017. “Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Minat Belajar
Siswa Kelas IV SDN Poris Gaga 05 Kota Tangerang”. Jurnal JPSD. Vol. 4
Nomor 1
Heriyati. (2017). Pengaruh Minat Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Matematika. Jurnal Formatif, 22-32.
Retno Palupi, dkk. 2014. “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dan Persepsi Siswa
Terhadap Kinerja Guru Dalam Mengelola Kegiatan Belajar Dengan Hasil
Belajar Ipa Siswa Kelas Viii Di Smpn N 1 Pacitan.” Jurnal Teknologi Pendidikan
dan Pembelajaran 2 (2): 167-168. Diakses pada 4 Desember 2018
Sahara, Uni. 2018. "Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Melalui
Pelaksanaan Startegi Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share (TPS)
Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayan Islam Di Kelas MTs Swasta Darul
Arifin Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai". Skripsi Program
Studi Pendidikan Agama Islam
Suprihatin, S. (2015). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Ekonomi UM Metro , 3, 73-82.
No
Dimensi Indikator Deskriptor Jumlah
Butir
Meningkatkan 1.Aktivitas belajar a. Bekerja mandiri 1 1
motivasi belajar tinggi b. Belajar di luar waktu sekolah 2 1
siswa dalam c. Penyusunan jadwal
pembelajaran belajar 3 1
Operasi Hitung d. Mengulang pelajaran
Himpunan dirumah 4 1
menggunakan Model
Pembelajaran 2.Tekun dalam a. Mencari bahan atau sumber 5 1
Kooperatif tipe Think mengerjakan bacaan
Pair Share tugas b. Memeriksa kelengkapan 6 1
tugas
c. Tidak mudah bosan 7 1
d. Memperbaiki tugas 8 1
e. Terus bekerja 9 1
3.Ulet dalam a. Mengajukan pertanyaan pada 10 1
menghadapi guru
kesulitan b. Bertanya pada teman 11- 2
c. Belajar bersama 12 1
d. Diskusi 13 1
14
4.Respon siswa a. Memberi tujuan belajar 15 1
dengan b. Menjelaskan melalui contoh 16 1
adanya c. Menulis hal-hal yang 17 1
informasi dianggap penting
dari guru
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian :
Isilah dengan tanda (√) pada kolom dari setiap nomor pernyataan yang paling
sesuai dengan apa yang Anda alami. Keterangan yang ada pada kolom tersebut
adalah sebagai berikut :
No Pernyataan SL SR KK JR TP
1 Saya belajar dan mengerjakan tugas pelajaran
Matematika secara mandiri
Responden
Lampiran 3 : RPP guru yang bersangkutan di sekolah yang diteliti
B. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian himpunan dan jenis-jenis himpunan.
2. Siswa dapat melakukan operasi irisan pada dua himpunan.
3. Siswa dapat melakukan operasi gabungan pada dua himpunan.
4. Siswa dapat melakukan operasi selisih pada dua himpunan.
5. Siswa dapat melakukan operasi komplemen pada dua himpunan.
C. Materi Pelajaran
a. Pengertian himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang bisa didefinisikan dengan
jelas, hingga dengan tepat bisa diketahui objek yang termasuk himpunan dan yang
tidak termasuk dalam himpunan tersebut.
b. Jenis-jenis himpunan
1. Himpunan semesta
Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota atau objek
himpunan yang dibicarakan.
2. Himpunan kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota
3. Himpunan bagian
Himpunan A merupaka himpunan bagian B jika setiap anggota A juga
menjadi anggota B.
c. Operasi Biner pada Himpunan
1. Irisan Dua Himpunan
a. Pengertian irisan dua himpunan
Cobalah kalian ingat kembali tentang anggota persekutuan dari dua
himpunan.
Misalkan A = {1, 3, 5, 7 , 9}
B = {2, 3, 5, 7 }
Anggota himpunan A dan B adalah anggota himpunan A dan sekaligus menjadi
anggota himpunan B = {3, 5, 7}. Anggota himpunan A yang sekaligus menjadi
anggota himpunan B disebut anggota persekutuan dari A dan B. Selanjutnya,
anggota persekutuan dua himpunan disebut irisan dua himpunan, dinotasikan
dengan ∩( ∩dibaca: irisan atau interseksi).
Jadi, A ∩B = {3, 5, 7}.
Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut:
“Irisan (interseksi) dua himpunan adalah suatu himpunan yang anggotanya
merupakan anggota persekutuan dari dua himpunan tersebut.”
Irisan himpunan A dan B dinotasikan sebagai berikut.
A ∩ B = {x | x ∈ A dan x ∈ B}
b. Menentukan irisan dua himpunan
1) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian yang lain
Misalkan A = {1, 3, 5} dan B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Irisan dari himpunan A dan B adalah A ∩B = {1, 3, 5} = A.
Tampak bahwa A = {1, 3, 5} ⊂B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Jika A ⊂ B, semua anggota A menjadi anggota B. Oleh karena itu, anggota
persekutuan dari A dan B adalah semua anggota dari A.
Jika A ⊂ B maka A ∩B = A.
2. Media Pembelajaran :
Papan tulis
proyektor
F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-3 (2 x 40 menit)
ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
Pendahuluan 1. Guru memberi salam, mengajak peserta didik 10 menit
untuk meapikan kelas dan penampilan
mereka, mengajak peserta didik untuk
mengawali kegiatan dengan berdoa,
memeriksa kehadiran peserta didik, meminta
peserta didik mempersiapkan perlengkapan
dan peralatan yang diperlukan, dengan tujuan
mengondisikan suasana belajar yang
menyenangkan.
2. Guru menyampaikan kompetensi yang akan
dicapai, yaitu peserta didik mampu
menjelaskan Operasi Dua Himpunan.
3. Guru memotivasi peserta didik mengenai
materi prasyarat dalam pembelajaran ini
tentang konsep diagram venn. Guru juga
menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan
yaitu mengamati suatu permasalahan
kemudian mengerjakan soal-soal dalam LKS
dengan cara diskusi kelompok.
4. Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu
penilaian dalam kegiatan kelompok.
Inti ➢ Orientasi terhadap masalah 65 menit
(PBL)
1. Peserta didik diminta untuk membaca
buku peserta didik tentang Operasi
Dua Himpunan
➢ Organisasi belajar
2. Peserta didik diminta untuk duduk
dalam kelompoknya masing-masing
dan mengerjakan LK kelompok yang
sudah diberikan guru.
➢ Penyelidikan individual maupun kelompok
3. Peserta didik diminta mengumpulkan
berbagai informasi/data yang
berkaitan dengan tugas dalam LK
➢ Pengembangan dan penyajian hasil
penyelesaian masalah.
4. Guru membimbing setiap kelompok
yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan LK kelompok
5. Beberapa kelompok peserta didik
diminta untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
➢ Analisis dan evaluasi proses penyelesaian
masalah
6. Peserta didik diminta untuk
menyimpulkan hasil pembelajaran
pada pertemuan itu.
7. Secara lisan guru memberikan
evaluasi individu pada peserta didik.
Penutup 1. Peserta didik diajak untuk mrnyimpulkan 5 menit
materi ajar pada pertemuan saat ini.
2. Guru memberitahukan kegiatan belajar yang
akan dikerjakan pada pertemuan berikutnya,
yaitu peserta didik diminta membaca buku
peserta didik atau sumber lain terkait dengan
garis dan sudut.
G. PENILAIAN
1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam
melaksanakan tugas kelompok
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil sebagian dalam
melaksanakan tugas-tugas kelompok tetapi tetap ajeg/konsisten dalam
mendengarkan orang lain, bekerja sama, dan sigap dalam bekerja
3. Sangat baikjika menunjukkan sudah ambil bagian dalam
menyelesaikan tugas kelompok secara terus menerus dan
ajeg/konsistendalam berpendapat, mendengarkan orang lain, mendebat
dengan sopan, bekerja sama, dan sigap dalam bekerja
...
32
SB = sangat baik B = baik KB = kurang baik
3. PENILAIAN KETERAMPILAN
No NamaSiswa Menerapkankonsep/prinsipdan
strategipemecahanmasalah
KT T ST
1
2
3
Keterangan:
KT : Kurang terampil
T : Terampil
ST : Sangat terampil
Lampiran 4: RPP yang dibuat oleh peneliti
B. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian himpunan dan jenis-jenis himpunan.
2. Siswa dapat melakukan operasi irisan pada dua himpunan.
3. Siswa dapat melakukan operasi gabungan pada dua himpunan.
4. Siswa dapat melakukan operasi selisih pada dua himpunan.
5. Siswa dapat melakukan operasi komplemen pada dua himpunan.
C. Materi Pelajaran
1. Pengertian himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang bisa didefinisikan dengan
jelas, hingga dengan tepat bisa diketahui objek yang termasuk himpunan dan yang
tidak termasuk dalam himpunan tersebut.
2. Jenis-jenis himpunan
a. Himpunan semesta
Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota atau objek
himpunan yang dibicarakan.
b. Himpunan kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota
c. Himpunan bagian
Himpunan A merupaka himpunan bagian B jika setiap anggota A juga
menjadi anggota B.
3. Operasi Biner pada Himpunan
1) Irisan Dua Himpunan
a. Pengertian irisan dua himpunan
Cobalah kalian ingat kembali tentang anggota persekutuan dari dua
himpunan.
Misalkan A = {1, 3, 5, 7 , 9}
B = {2, 3, 5, 7 }
Anggota himpunan A dan B adalah anggota himpunan A dan sekaligus menjadi
anggota himpunan B = {3, 5, 7}. Anggota himpunan A yang sekaligus menjadi
anggota himpunan B disebut anggota persekutuan dari A dan B. Selanjutnya,
anggota persekutuan dua himpunan disebut irisan dua himpunan, dinotasikan
dengan ∩( ∩dibaca: irisan atau interseksi).
Jadi, A ∩B = {3, 5, 7}.
Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut:
“Irisan (interseksi) dua himpunan adalah suatu himpunan yang anggotanya
merupakan anggota persekutuan dari dua himpunan tersebut.”
Irisan himpunan A dan B dinotasikan sebagai berikut.
A ∩ B = {x | x ∈ A dan x ∈ B}
2. Media Pembelajaran :
Papan tulis
proyektor
G. PENILAIAN
SKOR
INDIKATOR SOAL KUNCI JAWABAN
SOAL
A = {2,3,5,6}
B = {1,2,3,4}
2. Melakukan operasi Misalkan A A = {1, 2, 3, 4,5} 25
gabungan pada dua adalah B = {0, 1, 2}
himpunan
himpunan.
bilangan asli A ∪ B = {0, 1, 2, 3, 4, 5}
yang tidak
lebih dari 5
dan B adalah
himpunan
bilangan
bulat positif
yang kurang
dari 3.
Tentukan
gabungan
dari A dan B.
1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam
melaksanakan tugas kelompok
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam melaksanakan
tugas-tugas kelompok tetapi belum ajeg/konsisten
3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan
tugas kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten
Indikator perkembangan EFEKTIVITAS DISKUSI (dalam kelompok)
1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam
melaksanakan tugas kelompok
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil sebagian dalam melaksanakan
tugas-tugas kelompok tetapi tetap ajeg/konsisten dalam mendengarkan orang
lain, bekerja sama, dan sigap dalam bekerja
3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan
tugas kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsistendalam berpendapat,
mendengarkan orang lain, mendebat dengan sopan, bekerja sama, dan sigap
dalam bekerja
...
32
SB = sangat baik B = baik KB = kurang baik
3. PENILAIAN KETERAMPILAN
No NamaSiswa Menerapkankonsep/prinsipdan
strategipemecahanmasalah
KT T ST
1
2
3
Keterangan:
KT : Kurang terampil
T : Terampil
ST : Sangat terampil