PROPOSAL
ABIEJER SAGARA-GARA
19050005
PADANG
2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah............................................................................7
C. Batasan Masalah................................................................................7
D. Rumusan Penelitian............................................................................7
E. Manfaat Penelitian..............................................................................8
A. Deskripsi Teori...................................................................................9
D. Karangka Berfikir.............................................................................20
E. Hasil Belajar....................................................................................21
C. Rancangan Penelitian.......................................................................23
D. Instrumen Penelitian.........................................................................24
i
G. Teknik Analisis Data........................................................................29
H. Indikator Keberhasilan......................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi
maju, sejahtera, dan bahagia. Salah satu naluri manusia yang terbentuk dalam
jiwanya secara individual adalah kemampuan dasar yang disebut para ahli
hidup bermasyarakat. Dan dengan naluri ini, tiap manusia secara individual
ditinjau dari segi antropologi sosial disebut homo socius artinya makhluk
kehidupan disegala bidang. Tujuan pendidikan tentu tidak bisa terlepas dari
belajar matematika kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif.
1
Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka
antara guru dan siswa. Tiadanya komunikasi yang baik antara guru dan
siswa, mustahil proses pembelajaran akan berhasil. Selain itu menurut Asikin
ide dengan jelas, tepat, dan ringkas. Jika di dalam pembelajaran matematika
sulit.
Matematika dianggap salah satu mata pelajaran yang sulit dan juga
pendapat yang disampaikan oleh Afriansyah (2016: 143) Siswa juga banyak
penyebab kesulitan yang di alami siswa ialah dengan kondisi kelas yang pasif
2
Meningkatkan kemampuan komunikasi siswa membuat siswa tidak pasif di
kelas dan mampu meningkatkan rasa ingin tau siswa tentang pelajaran
terutama didalam pelajaran matematika. Maka dari itu peran seorang guru
memahami materi yang sedang dipelajari maka akan menjadi kendala bagi
tidak pasif.
karena itu kompetensi yang terkait dengan komunikasi ini harus dicapai
3
gagasan. Banyak dari mereka yang hanya memilih duduk diam, mencatat dan
belajar secara aktif dan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
seorang guru mata pelajaran matematika wajib kelas VIII di SMP Negeri 3
saja yang aktif didalam pembelajaran tersebut. Siswa pun sulit untuk
siswa tersebut mengerti dengan apa yang ingin dijelaskannya dengan teman-
temannya. Selain itu hasil belajar matematika siswa kelas VIII masih belum
secara lisan maupun tulisan masih kurang dikarna kan siswa banyak yang
bingung dengan simbol atau notasi yang ada pada materi pembelajaran
4
soal yang diberikan guru. Inisiatif siswa kurang, hal tersebut nampak ketika
dimanfaatkan dengan baik oleh siswa dan hal tersebut berdampak pada
yang bersangkutan sulit untuk memahami apa yang sedang dipelajari. Karena
itu, Soedjadi (dalam Mulbar, 2016) mengemukakan bahwa kesulitan siswa itu
bukan masalah baru, tetapi tidak dapat dipecahkan hanya dalam satu cara,
serta memerlukan perhatian yang terus menerus lebih lanjut dikatakan bahwa
kesulitan siswa dalam belajar matematika adalah sesuatu yang unik. Dengan
sifat keunikan tersebut, maka kesulitan siswa dapat diduga sangat beragam,
ini dipengaruhi oleh potensi yang ada pada masing-masing pribadi (individu).
Dalam hal ini guru sangat diharapkan untuk dapat mengantisipasi kerawanan
dan kesulitan yang diduga akan muncul, serta berani menentukan dan
mengukur bahan pelajaran yang akan diberikan. Kesulitan siswa dalam belajar
cara belajar matematika yang baik. Berkaitan dengan kenyataan ini, Herman
proses belajarnya baik, dan peristiwa belajar yang dikehendaki akan tercapai
Faktor tersebut antara lain, peserta didik, pengajar, sarana dan prasarana serta
penilaian. Hal ini juga menjadi masalah yang terjadi di SMP Negeri 3
5
tergolong cukup rendah dan hal tersebut dapat dilihat dari tabel kemampuan
relasi matematika
aljabar
6
3. Menyatakan peristiwa sehari-
matematika.
tertulis.
6. Menyusun pertanyaan
relevan
7. Membuat konjektur,menyusun
matematika siswa yang mengacu pada tujuh indikator yang ada pada
7
yaitu dengan kategori cukup, dengan persentase 48,40. Adapun
generalisasi.
siswa masih belum bisa mengkomunikasi kan pertanyaan yang diberikan. Jika siswa
sudah menguasai kemampuan komunikasi matematis, siswa akan lebih mudah untuk
8
memahamikonsep yang diajarkan serta mampu
dalam bidang pendidikan yang harus segera diatasi. Permasalahan tersebut dicoba
realistis. Hal ini memungkinkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan
diperlukan model atau strategi yang tepat dalam pembelajaran di kelas agar
Salah satu model yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif
heterogen yang terdiri dari 4-5 orang siswa untuk belajar menyelesaikan atau
9
memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Diharapkan model
efektif dalam mengajarkan konsep-konsep yang sulit pada siswa dan dapat
model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa lebih berani untuk
diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah dituangkan dalam
pembelajaran tipe STAD siswa mampu berpikir aktif dan kreatif serta mampu
10
judul penelitian “Penerapan Model pembelajaran koperatif tipe STAD
B.Identifikasi Masalah
berikut:
C.Batasan Masalah
koperatif tipe stpada pembelajaran matematika pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Sikakap.
D. Rumusan Masalah
11
STAD (Student Teams Achievment Divisions) mampu meningkatkan
E.Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidik
2. Bagi Sekolah
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A.Pembelajaran Matematika
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara
siswa dengan siswa. Menurut Saiful Sagala (2009: 61) pembelajaran ialah
proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik,
dalamnya.
13
tujuan pembelajaran tercapai. Menurut Herman Hudojo (2005: 103)
lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya.
pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan
memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan materi atau
bahan ajaran
14
bahwa pembelajaran matematika merupakan proses belajar konsep, struktur
dan batas-batas yang saling terkait untuk dipecahkan atau diselesaikan. Dalam
tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara
guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika
tersebut. Oleh karena itu sangat dibutuhkan strategi pembelajaran yang dapat
membuat guru dan siswa menjadi aktif.Kemampuan serta sikap aktif siswa
mengorganisasi siswa. Saat ini yang dibutuhkan adalah siswa yang lebih aktif
15
matematika yang pada akhirnya siswa dapat mengkomunikasikan konsep-
B. Pembelajaran Koperatif
sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Kunci dari
pembelajaran kooperatif ini adalah kerja sama. Kerja sama adalah suatu
atau membangun hasil akhir yang diinginkan. Roger dan David Johnson
dalam Anita Lie (2004) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa
16
(2) tanggung jawab perseorangan,
kooperatif.
dan rendah.
c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya,
jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok
terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
17
2. Penerimaan Terhadap Keragaman Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar
Terdapat enam fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif seperti
Guru
siswa belajar.
18
demonstrasi atau
bagaimana caranya
efisien.
dipelajari
5
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil
kerjanya.
19
Guru mencari cara-cara untuk
an kelompok
h. Menetapkan lingkungan yang baik dalam memberi contoh menerapkan kerja sama.
k. Menambah ketertarikan.
20
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat dilakukan melalui
berbagai tipe, guru dapat memilih tipe yang sesuai dengan tujuan yang hendak
(Student Teams Achievment Divisions), tipe jigsaw, tipe TGT (Teams Games
kelompok, dan tipe pendekatan struktural. Pada penelitian tindakan kelas ini
yang paling sederhana dan paling mudah diterapkan. Selain itu di kelas VIII
Mohammad Nur (2012) terdapat empat inti kegiatan dalam STAD yaitu
1.Penyajian Materi
21
Guru menyajikan atau mempresentasikan materi pelajaran. Setiap awal
terbimbing
diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi
atau menjawab pertanyaan. Selain itu guru juga melakukan bimbingan kepada
berlangsung.
3.Pemberian Kuis
Siswa mengerjakan kuis secara individual tidak boleh kerja sama. Hal
ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama
22
anggota kelompok. Nilai awal diambil dari hasil ulangan harian siswa tiap
anggota kelompok.
4.Penghargaan
untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan
berikut.
1. Nilai rata-rata harian siswa. Nilai ini sebagai acuan untuk membentuk
sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing
siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Setiap kelompok terdiri
23
3. Guru mempersiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS itu untuk belajar
4. Kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan siswa (dicek sendiri oleh
siswa). Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk pada akhirnya diberi
5. Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh siswa. Kuis berbeda dengan
saja
diharapkan.
berikut.
Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu
24
yang tidak bisa tadi.
kepada guru.
10. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.
11. Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada
seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerja sama dalam mengerjakan
12. Berikan penghargaan kepada siswa yang benar, dan kelompok yang
tim.
13. Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang
25
pokok bahasan yang sedang dipelajari.
14. Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa
15. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan.
kelompok.
b. Menyuburkan hubungan antara pribadi yang positif diantara siswa yang berasal
berikut.
a) Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti
ini.
kelas, akan tetapi usaha yang sungguh-sungguh dan terus menerus akan dapat
26
Dengan melihat keunggulan-keunggulan dan karakteristik dari pembelajaran
pembelajarn menjadi lebih berarti dan menyenangkan bagi siswa. Siswa akan
pesan itu dapat berbentuk lisan maupun tulisan, dapat bersifat verbal maupun
non verbal, dalam arti bahwa simbol-simbol yang disepakati tidak diucapkan
27
tetapi disampaikan melalui cara/alat selain kata-kata dan mempunyai makna
mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa.
antara guru dan siswa. Jika para siswa hanya pasif dalam pembelajaran akan
sebagai berikut.
Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai
penerima aksi. Guru aktif siswa pasif. Komunikasi jenis ini kurang banyak
Komunikasi jenis ini guru dan siswa dapat berperan sama, yakni pemberi
aksi dan penerima aksi. Keduanya dapat saling memberi dan saling menerima.
28
Dalam komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara
guru dengan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Pola komunikasi ini
sebagai suatu peristiwa saling hubungan atau dialog yang terjadi dalam suatu
berisi tentang materi matematika yang dipelajari di kelas. Pihak yang terlibat
komunikasi yang terjadi di kelas memiliki dua arti penting, yaitu sebagai
berikut.
29
2. Komunikasi dapat meningkatkan komitmen para siswa terhadap terbangunnya
komunitas matematika.
di sekolah. Sebab salah satu fungsi pelajaran matematika adalah sebagai cara
Menurut Baroody dalam Asikin (2001:3) sedikitnya ada 2 alasan penting yang
perhatian, yaitu:
1. mathematic as language; matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpiir (a tool
30
mempertajam kemampuan siswa dalam melihat berbagai keterkaitan materi
matematika.
Dari 4 macam berpikir tingkat tinggi dalam matematika salah satunya adalah
berikut.
2. Menjelaskan ide matematika, situasi, dan relasi matematika secara lesan maupun
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan atau secara aljabar.
31
5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
dipelajari.
32
2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan
matematika
matematika
3) Menjalankan ide – ide situasi dan relasi matematika secara lisan dan tulisan
33
5) Menggunakan tabel, gambar model, dan lain – lain sebagai penunjang
penjelasannya.
bersifat transfer ilmu, artinya guru mentransfer ilmu kepada peserta didiknya,
sedangkan peserta didik lebih banyak sebagai penerima. Menurut Putra (2019:
arah yaitu dari guru ke siswa saja. Selama proses pembelajaran seperti ini
siswa akan merasa bosan serta kurangnya aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Dalam keadaan seperti ini siswa tidak akan mau bertanya
34
1. Guru lebih berperan aktif kegiatan pembelajaran sedangkan peserta didik
2. Materi yang disampaikan guru terdiri dari materi atau konsep-konsep dasar
metode kelompok
berperan aktif
2. Keberhasilan perubahan sikap dan perilaku peserta didik relatif sulit diukur
35
E.Penelitian Relevan
a. Dwe febrianti (2013) dengan judul “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
kooperatif tipe STAD dan kemampuan numerik terhadap prestasi siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Banguntapan pada materi sistem persamaan linier dua
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengambil tempat di SMP Negeri 3 Sikakap
B.Rancangan Penelitian
Eksperimen). Pada penelitian ini di gunakan dua kelas dalam satu sekolah
37
suatu metode penelitian yang berusaha mencari hubungan variabel tertentu
C.Desain Penelitian
post-test control group design). Tipe desain ini dilakukan dengan prosedur
kelompok yang diberi perlakuan saja tidak cukup, menurut Taniredja dalam
mengenai akibat suatu treatment tertentu dengan suatu treatment lainnya yang
perubahan yang terjadi pada kelompok eksperiman, tentu saja perbedaan atau
perubahan ini nantinya sebagai hasil bandingan antara kelompok kontrol dan
38
eksperimen (01) disebut pre-test dan observasi sesudah eksperimen (02)
Eksperimen X O
Kontrol - O
Sumber : Arikunto(2010:126)
Keterangan:
Divisions (STAD)
O = Tes akhir yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Subjek dalam penelitian ini adalah siwa kelas VIII SMP Negeri 3
Sikakap, Yang terdiri dari kelas VIII-1 DAN VIII-2 dengan jumlah siswa
sebanyak 38 siswa yang terdiri dari 21 siswa perempuan dan 17 siswa laki –
39
Achiement Divisions (STAD) khususnya pada mata pelajaran matematika.
penelitian ini adalah komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 3
D.Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan.
40
2. Tahap Pelaksanaan
3) Pada pertemuan keenam akan diberikan soal posttest kepada kedua kelas
Posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya, data- data tersebut
akan diolah menggunakan teknis analisis data statistic Deskriptif dan inferensial
41
Dalam penelitian ini digunakan dua teknik dalam pengumpulan data, yaitu
a.Dokumentasi
kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan. Pada penelitian ini
b.Tes
atau kelompok.Secara umum tes diartikan sebagai alat yang digunakan untuk
pada pokok bahasan kubus dan balok. Tes dalam penelitian ini berupa tes
42
siswa sebelum diberi perlakuan dan tes akhir berupa tes kemampuan
F.Instrumen Penelitian.
Agar penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin
berikut:
1.Silabus
pencapaian kompetensi.
43
Menurut Rusman (2014: 4) ―Rencana Pelaksanaan
siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar‖. Maka dari itu pada
penelitian ini RPP merupakan acuan peneliti dalam melaksanakan satu kali
Lingkup RPP paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas
satu atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. Rencana
mencapai satu kompetensi dasar yang di tetapkan dalam standar isi dan di
dalam proses pembelajaran agar tidak berpusat dari guru saja, membantu
44
4.Kartu Soal dan Jawaban
dimana antara kartu soal dan kartu jawaban dibuat terpisah. Lampiran soal
yang ada pada kartu soal akan dikerjakan oleh masing-masing siswa agar
mengetahui siapa yang menjadi pasangan pemegang jawaban yang cocok dari
kartu yang dimiliknya. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Data dari
yang telah. Data ini di kumpulkan dengan menggunakan teknik tes tertulis,
soal-soal yang baik sebagai instrumen pengumpulan data, maka peneliti akan
melakukan uji coba tes. Soal-soal yang diuji cobakan tersebut bertujuan untuk
mengetahui validitas soal, realibilats soal, tingkat kesukaran soal, dan daya
pembeda soal.
(2018: 190) ―Sebuah tes di katakan valid apabila tes tersebut mengukur
apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas suatu instrumen
penelitian meliputi validitas logis dan validitas empiris‖. Pada penelitian ini
45
empiris adalah validitas yang di peroleh melalui observasi atau pengamatan
penelitian adalah, jika suatu alat pengukur disini peneliti menggunakan pretest
dan posttest sebagai alat ukur dikatakan valid jika alat itu benar-benar cocok
kembangkan oleh Karl Pearson. Koefisien korelasi ini di gunakan untuk data
46
yang memiliki skala pengukuran minimal interval (data interval atau rasio).
N ∑ KF−(∑ K ).(∑ F)
Xry=
√ [N ∑ K 2−(∑ K )2]. ¿ ¿
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi antara skor butir soal (X) dan total skor (Y)
N = banyak subjek
Y = total skor
b.Reliabititas
yang sama meskipun oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, atau
tempaat yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif
suatu instrumen ditentukan oleh niali koefisien korelasi antara butir soal atau
47
0,90 ≤ 𝑟 ≤ 1,00 Sangat Tinggi Sangat Tepat/sangat baik
0,70 ≤ r < 0,90 Tinggi Tepat/baik
0,40 ≤ r < 0,70 Sedang Cukup tepat/cukup baik
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah Tidak Teapat/buruk
𝑟 < 0,20 Sangat Rendah Sangat Tidak Tepat/sangat
buruk
Dalam penelitian pendidikan berikut ini cara yang biasa digunakan untuk
a.Reliabilitas Instrumen Tes Tipe Subjektif atau Instrumen Non Tes Rumus yang
n ∑ Si 2
R= x1
n−1 st 2
Keterangan:
𝑟 = Koefisien reliabilitas
cronbach dapat digunakan jika data yang dihasilkan dari instrumen tes tipe
subjektif tersebut memiliki skala interval. Jika hasilnya masih tetap buruk
penelitian.
48
c.Indeks Kesukaran
kesukaran suatu butir soal. Indeks kesukaran sangat erat kaitannya dengan
daya pembeda, jika soal terlalu sulit atau terlalu mudah, maka daya pembeda
soal tersebut menjadi buruk karena baik siswa kelompok atas maupun siswa
kelompok bawah akan dapat menjawab soal tersebut dengan tepat atau tidak
dapat menjawab soal tersebut dengan tepat. Akibatnya, butir soal tersebut
karena itu, suatu butir soal dikatakan memiliki indeks kesukaran yang baik
jika soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Indeks
sebagai berikut:
49
K
IK=
MI
Keterangan:
SMI = Skor Maksimum Ideal, yaitu Skor maksimum yang akan diperoleh siswa jika
menjawab butir soal tersebut dengan tepat (sempurna)
Jika data yang di hasilkan dari instrument tes tipe subjektif tersebut
memiliki skala interval, maka rumus daya pembeda di atas dapat langsung di
gunakan. Namun, jika data yang di hasilkan berskala ordinal, maka data
d.Daya Pembeda
menjawab soal dengan tepat dan siswa yang tidak dapat menjawab soal
Dengan kata lain, daya pembeda dari sebuah butir soal adalah kemampuan
rendahnya tingkat daya pembeda suatu butir soal dinyatakan dengan indeks
50
daya pembeda (DP). Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan
a) Daya pembeda Instrumen Tes Tipe Subjektif atau Instrumen Non Tes
Untuk menentukan indeks daya pembeda instrument tes tipe subjektif atau
instrumen non tes maka menggunakan rumus:
Xa− Xb
SMI
Keterangan :
SMI = Skor Maksimum Ideal, yaitu skor maksimum yang akan diperoleh
siswa jika menjawab butir soal tersebut dengan tepat (sempurna).
Jika data yang dihasilkan dari instrumen tes tipe subjektif tersebut
memiliki skala interval, maka rumus daya pembeda di atas dapat langsung
digunakan. Namun, jika data yang di hasilkan berskala ordinal, maka data
51
instrument non tes, seperti angket juga merupakan data yang memiliki skala
Jumlah Skor
x100%
skor maksimal
Interval RS Kriteria
75% < RS ≤ 100% Sangat Baik
50% < RS ≤ 75% Baik
25% < RS ≤ 50% Cukup
RS ≤ 25% Kurang
Sumber: Nasution(2015:107)
52
Menggunakan bahasa matematika (istilah, simbol, tanda dan
/ atau representasi) yang minimal efektif dan akurat, untuk 2
menggambarkan operasi, konsep, dan proses.
Menggunakan bahasa matematika (istilah, simbol, tanda, dan /
atau representasi) yang sebagian efektif, akurat, dan 3
menyeluruh untuk menggambarkan operasi, konsep, dan
proses
Menggunakan bahasa matematika (istilah, simbol, tanda, dan /
atau representasi) yang sangat efektif, akurat, dan 4
menyeluruh, untuk menggambarkan operasi, konsep, dan
proses
Sumber: Maryland Math Communication Rubric (1991: 209)
53
c. Jika data berdistribusi normal dan variansnya tidak homogen maka akan di
lakukan uji perbedaan dua rata-rata
d. Jika data tidak berdistribusi normal dan variansnya tidak homogen maka
akan dilakukan uji non-parametrik salah satunya uji Mann-Whitney U (U-
test)
5. Jika terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik maka selanjutnya
dilakukan uji perbedaan rata-rata pada data pretest dan posttest pada
kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini karena
kemampuan komunikasi matematis siswa pada awal yang berbeda.
Untuk membandingkan selisih nilai pretest dan posttest peneliti menggunakan data
N-gain. Data N-gain digunakan untuk melihat peningkatan dan pencapaian
kemampuan komunikasi matematis siswa. Nilai N-gain ditentukan dengan
menggunakan rumus berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
N-Gain =
𝑆𝑀𝐼−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Nilai N-gain ditentukan berdasarkan kriteria berikut:
54
Pada penelitian ini data yang terkumpul berupa data pretest dan
posttest, yang data tersebut akan di analisis dengan menggunakan analisis
deskriptif dan analisis inferensial sehingga akan di dapati suatu kesimpulan
dari hasil penelitian yang telah di lakukan.
𝑀𝑒 = ∑ 𝑥i
Dimana:
Me = Mean (rata-rata)
55
𝑥i = Nilai x ke I sampai ke n
N = Jumlah individu
Keterangan:
1.Jika kedua varians homogen dan data berdistribusi normal, maka rumus uji-t
yang digunakan adalah Jika variansi homogeny
x 1−x̅ 2
n 1+n 2
Sgabungan √
n 1. n2
56
√ (n 1−1)s 1 2+(n 2−1)s 22
Dengan Sgabungan
n 1+n 2−2
Keterangan:
Apabila −𝑡1− 1 𝛼 < t < 𝑡1− 1 𝛼 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak. Untuk harga-
2 2
harga t lainnya ditolak. Derajat kebebasan (dk) dalam daftar distribusi frekuensi
adalah 𝑛1 + 𝑛2 − 2, dengan peluang (1 − 1
) dan 𝛼 = 0,05.
2
Jika kedua varians tidak sama (tidak homogen), maka rumus uji-t yang
digunakan adalah
x 1−x̅ 2
t, hitung √ s 12 + s 22
n2 n2 ¿
¿
Keterangan:
57
𝑥̅1 = rata-rata siswa kelas eksperimen
1. Pengujian Posttest
kooperatif stad terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Sikakap.
Keterangan:
58
uji-t yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah:
x 1−x̅ 2
n 1+n 2
Sgabungan √
n 1. n2
Keterangan:
W 1ti+W 2 t 2 2
Kriteria Pengujiannya adalah jika 𝑡′ ≥ maka 𝐻O diterima dan H1
W 1+W 2
ditolak dengan
Derajat kebebasan (dk) dalam distribusi frekuensi adalah (𝑛1 – 1) dan (𝑛2 – 1), dan
peluang untuk penggunaan daftar distribusi t adalah (1 – 𝛼) dengan 𝛼 = 0,05
a. Jika 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻1 diterima dan 𝐻0 ditolak, ini berarti rata-rata
kemampuan komunikasi matematis siswa dengan model kooperatif teknik
stad lebih dari rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
59
pembelajaran konvensional atau dengan kata lain terdapat pengaruh yang
signifikan model koperatif teknik stad terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sikakap.
b. Jika 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻0 diterima 𝐻1 ditolak, ini berarti bahwa tidak
terdapat perbedaan rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa
menggunakan model kooperatif teknik stad dengan rata-rata
kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran
konvensional.
❑
❑
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
bekerjasama dengan Depdikbud.
Terjemahan oleh Satrio Wahono. 2012. Jakarta: Indeks. Faizi, M. 2013. Ragam
Metode mengajarkan Eksakta pada Murid. Yogyakarta:
Diva Press. Hamalik, O. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdayama, J. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Jakarta: Ghalia Indonesia.
60
Hendriyana, H & Sumarmo, U. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung:
Refika Aditama. Iriantara, Y. 2014. Komunikasi Pembelajaran Interaksi
Komunikatif dan Edukatif di Dalam Kelas. Bandung:
61
62