Oleh
NANDA PUSPITA SARI
NPM. 15144600203
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa ditentukan dari bagaimana perkembangan
pendidikan bagi anak bangsa itu. Kemajuan dalam satuan waktu jangka
panjang akan dapat memprediksi kualitas bangsa pada sekian puluh tahun ke
depan. Akhir dari hasil pendidikan yang terencana menghasilkan buah dimana
masyarakatnya rata-rata berpendidikan tinggi seperti negara tetangga kita
Singapura. Masyarakat suatu negara yang maju akan melahirkan kemajuan
dalam berbagai bidang seperti pembangunan, ilmu pengetahuan, teknologi,
ekonomi, sosial, politik, dan peradaban. Hal ini menunjukkan keberadaan
pendidikan demikian pentingnya.
Pendidikan yang maju, tinggi, dan berkembang diperoleh dari suatu
perencanaan yang berhubungan dengan tujuan nasional pendidikan bagi
bangsa itu. Indonesia dalam Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencetak
generasi bangsa yang beriman dan bertakwa, berbudi luhut, cerdas, dan
kreatif.
Tujuan pendidikan nasional dicapai dengan seperangkat kurikulum
yang menunjang untuk diberikan kepada anak didik dalam tingkatan satuan
pendidikan masing-masing seperti satuan pendidikan sekolah dasar, satuan
pendidikan sekolah menengah, dan satuan pendidikan sekolah menengah atas.
Kurikulum sebagai jembatan untuk menuju tujuan pada tiap satuan
pendidikan diuraikan atas beberapa mata pelajaran bagi sekolah dasar. Satu
diantara berbagai mata pelajaran yang sangat penting dan selalu dalam silabi
baik dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi adalah matematika.
Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia dalam pemecahan
masalah, perkembangan dibidang IPTEK dilandasi oleh perkembangan
matematika dibidang teori bilangan, analisis, teori peluang dan matematika
diskrit (dalam Ibrahim dan Suparni: 2009: 35). Perkembangan pendidikan
matematika haruslah sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang semakin
berkembang pula. Crockhoft dalam Pitadjeng (2015) mengatakan bahwa pada
abad pertengahan, matematika diajarkan untuk tujuan teologis. Dewasa ini
matematika diajarkan untuk memenuhi kebutuhan industri, ilmu pengetahuan,
perdagangan, teknologi, dan untuk hampir semua kebutuhan sehari-hari.
Belajar matematika merupakan aktivitas mental untuk memahami arti
dan bagaimana menggunakannya dalam membuat suatu keputusan untuk
memecahkan masalah. Belajar matematika merupakan suatu proses
memahami fakta-fakta dan hubungan-hubungan, sehingga tugas guru bukan
hanya sekedar menyampaikan konsep-konsep saja, namun bagaimana melatih
kemampuan intelektual dan merangsang motivasi belajar. Menurut Depdiknas
dalam Pitadjeng (2015) menjelaskan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif
siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu obyek.
Kegiatan belajar tersebut dapat berjalan dengan efektif jika guru dan siswa
menjalankan tugasnya dengan baik. Guru menciptakan suasana yang bisa
mendorong siswa untuk aktif membangun makna dan pemahaman terhadap
konsep sedangkan siswa aktif ketika pembelajaran. Siswa juga dituntut untuk
kritis dan mampu menganalisa atau memecahkan setiap permasalahan
ataupun pemahaman baru yang siswa peroleh. Oleh karena itu, kemampuan
menganalisa masalah ataupun kemampuan pemecahan masalah menjadi
penting dalam proses pembelajaran matematika.
Adapun beberapa indikator dalam pemecahan masalah menurut
Sumarmo dalam Fauzan (2011) mengemukakan bahwa indikator pemecahan
masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi unsur-unsur
yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan. 2)
Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik. 3)
Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis masalah
baru) dalam atau diluar matematika. 4) Menjelaskan atau
menginterprestasikan hasil sesuai permasalahan awal. 5) Menggunakan
matematik secara bermakna.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap
guru kelas IV Amanah SD Muhammadiyah Mertosanan, diketahui bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dalam soal
cerita matematika sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika
mereka lemah. Satu kelas biasanya hanya sedikit siswa yang mampu
memahami konsep-konsep soal cerita matematika dan dapat menyelesaikan
setiap masalah atau soal dengan baik. Sehingga pencapaian hasil belajar
mereka menjadi rendah dan kurang baik.
Menurut keterangan guru kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
memahami konsep-konsep dalam matematika disebabkan mereka jarang
belajar di rumah. Selain itu, ketika disekolah siswa kurang aktif. Siswa tidak
berani untuk menanyakan kesulitannya dalam memahami materi maupun
dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Ketika guru memberi
kesempatan untuk bertanya maupun berpendapat juga tidak dimanfaatkan
dengan baik oleh siswa. Akibatnya pemahaman materi dan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah lemah. Setelah guru selesai menyampaikan
materi biasanya guru memberikan latihan soal yang nantinya dikerjakan
sendiri-sendiri oleh siswa. Apabila siswa belum paham dengan materi maka
ketika soal dibahas hanya sebagaian siswa yang dapat menjawab dengan
tepat.
Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah menurut guru ada tiga
penyebabnya. Pertama, siswa kurang bisa memahami bahasa atau kalimat
yang ada pada soal sehingga siswa tidak mengetahui yang harus diselesaikan
itu apa dan bagaimana cara menyelesaikannya. Kedua, siswa belum
memahami konsep-konsep dalam matematika atau materi yang telah
disampaikan oleh guru sebab mereka ramai sendiri tidak mendengarkan
penjelasan guru. Ketiga, siswa lemah dengan konsep operasi dasar
matematika seperti operasi penjumalah, pengurangan, perkalian, dan
pembagian.
Adapun dalam penelitian ini, yang menjadi aspek kemampuan
pemecahan masalah matematis berdasarkan data diatas yaitu memahami
masalah meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui
dan ditanyakan, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan
rencana pemecahan masalah dan menafsirkan solusi yang diperoleh sesuai
dengan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. Cara mengatasi masalah
tersebut, salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang dapat
mengkaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari yaitu pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri. Kunandar menyatakan bahwa pembelajaran
inkuiri adalah pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar
melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip. Guru yang menerpakan pembelajaran inkuiri harus mampu
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan analisa dengan
harapan siswa dapat menemukan prinsip-prinsip mereka sendiri. Inkuiri
memberikan siswa pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Siswa
diharapkan mengambil inisiatif, siswa dilatih bagaimana berpikir kreatif
untuk memecahkan masalah, membuat keputusan dan memperoleh
ketrampilan.
Berdasarkan masalah diatas, peneliti mencoba untuk melaksanakan
penerapan pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah soal cerita pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV Amanah
SD Muhammadiyah Mertosanan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, penulis
memperjelas permasalahan yang akan diteliti. Penulis merumuskan
permasalahan penelitian adalah:
1. Apakah model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada soal cerita
mata pelajaran matematika kelas IV Amanah SD Muhammadiyah
Mertosanan?
C. Cara Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas, cara
pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah dalam soal cerita pada mata pelajaran
matematika kelas IV Amanah SD Muhammadiyah Mertosanan. Pembelajaran
Inkuiri adalah pembelajaran yang mengaitkan matematika dengan kehidupan
sehari-hari atau pengalaman nyata. Stategi pembelajaran ini menekankan
kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
Siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal saja, tetapi
mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari soal cerita tersebut.
Seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawabanya
sendiri dari sesuatu apa yang diketahui dan dipertanyakan. Aktivitas
pembelajaran dengan menggunakan strategi ini, dilakukan melalui proses
tanya jawab antara guru dan siswa. Tujuan dari penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental.
Proses pembelajaran inkuiri meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. 2) Guru
mengajak dan mengarahkan siswa untuk merumuskan masalah yang
mengandung teka-teki. Proses mencari jawaban inilah yang sangat penting,
sebab melalui proses tersebut siswa akan meperoleh pengalaman yang
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3)
Guru mengarahkan siswa untuk merumuskan dugaan sementara dari
permasalahan yang sedang dikaji. 4) Guru mengarahkan siswa untuk
mengumpulkan data. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Dalam
proses ini, siswa yang tidak apresiatif, guru hendak secara terus menerus
memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan
berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga
mereka terangsang untuk berpikir. 5) Guru mengajak siswa menguji dugaan,
sebagai proses menemukan jawaban yang dianggap diterima dan sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. 6)
Guru mengajak dan mengarahkan siswa untuk merumuskan kesimpulan.
Proses mendeskripsikann temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
dugaan sementara.
Berdasarkan cara pemecahan masalah diatas, demikian pembelajaran
inkuiri yang mengaitkan pembelajaran matematika dengan kehidupan sehari-
hari atau pengalaman nyata diharapkan siswa dapat berpikir kreatif,
sistematis, logis dan kritis untuk memecahkan masalah, membuat keputusan
dan memperoleh jawaban pada soal cerita tersebut didapat dari pembelajaran
yang nyata dan aktif.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran inkuiri yang diimplementasikan
dalam proses pembelajaran.
2. Tujuan Khusus:
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
pemecahan masalah soal cerita matematika siswa kelas IV SD
Muhammadiyah Mertosanan.
E. Manfaat Masalah
1. Secara Teoritis:
Upaya memperkaya temuan bidang pendidikan tentang efektivitas
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan pemecah masalah soal cerita
siswa.
2. Secara Praktis:
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan peneliti dalam membuat karya ilmiah
dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan ketercapaian tujuan
dalam proses pembelajaran, meningkatkan mutu sekolah, dan
meningkatkan mutu pendidikan.
c. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi guru, untuk
menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan
tanpa membuat siswa mengalami kejenuhan dan terbebani.
d. Bagi Siswa
Hasil penelitian diharapkan mampu meningkatkan kemamapuan
berpikir kritis siswa untuk memecahkan masalah-masalah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah proses mengorganisasikan konsep dan
keterampilan ke dalam pola aplikasi baru untuk mencapai suatu tujuan
(Akbar Sutawidjaja dkk, 1991: 22). Ciri utama dari proses pemecahan
masalah adalah berkaitan dengan masalah-masalah yang tidak rutin.
Suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika
seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat
dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut (Herman
Hudojo, 2005: 123). Menurut Polya dalam Erman Suherman dkk (2001:
79), solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah:
a. Memahami masalah
Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan,
siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut
dengan benar.
b. Merencanakan penyelesaian
Kemampuan melakukan fase ini sangat tergantung pada
pengalaman siswa menyelesaikan masalah. Pada umumnya
semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan
siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian
suatu masalah.
c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana
Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat, baik secara
tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah
sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat.
d. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang
telah dikerjakan
Melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan mulai dari fase
pertama sampai fase ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai
kesalahan dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada
jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
Pemecahan masalah Polya tersebut dikembangkan lagi oleh
Herman Hudojo dan Akbar Sutawijadja (Herman Hudojo, 2005: 134-
140) menjadi:
a. Pemahaman terhadap suatu masalah
Pemahaman dilakukan dengan membaca dan membaca
ulang soal, mengidentifikasi informasi yang diketahui,
mengidentifikasi apa yang hendak dicari.
b. Perencanaan penyelesaian masalah
Di dalam merencanakan masalah seringkali diperlukan
kreativitas. Sejumlah strategi dapat membantu kita
merumuskan suatu rencana penyelesaian suatu masalah.
Menurut Wheeler (Herman Hudojo, 2005: 137) strategi
penyelesaian masalah antara lain sebagai berikut : membuat
tabel, membuat gambar, menduga, mengetes, dan
memperbaiki, mencari pola, menyatakan kembali
permasalahan, menggunakan penalaran, menggunakan
variabel, menggunakan persamaan, mencoba
menyederhanakan permasalahan, menghilangkan situasi yang
tidak mungkin, bekerja mundur, menyusun model,
menggunakan algoritma, menggunakan penalaran yang tidak
langsung, menggunakan sifat-sifat bilangan, menggunakan
kasus atau membagi menjadi bagian-bagian, memvalidasi
semua kemungkinan, menggunakan rumus, menyelesaikan
masalah yang equivalen, menggunakan simetri, dan
menggunakan informasi yang diketahui untuk
mengembangkan informasi baru.
c. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah
Langkah ini merupakan langkah Polya (1972) yang
didefinisikan sebagai menyelesaikan perencanaan
penyelesaian.
d. Melihat kembali penyelesaian
Langkah ini untuk melihat apakah penyelesaian yang kita
peroleh sudah sesuai dengan ketentuan yang diketahui dan
tidak terjadi kontradiksi merupakan langkah terakhir yang
penting. Terdapat empat komponen untuk meriview suatu
penyelesaian, yaitu:
1) Mengecek hasil.
2) Mengintepertasikan jawaban yang diperoleh.
3) Mencari adakah cara lain untuk mendapatkan
penyelesaian yang sama.
4) Mencari adakah penyelesaian yang lain.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori diatas, maka dapat diasumsikan bahwa
model inkuiri dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah pada soal cerita matapelajaran matematika. Sebelum
melakukan penelitian, peneliti menyusun rancangan penelitian berdasarkan
kerangka berpikir sebagai berikut:
Pembelajaran Siswa cenderung
ketrampilan malu dan tidak
berbicara mata percaya dii dalam
pelajaran Bahasa mengutarakan
KONDISI Indonesia masih pendapat. Banyak
AWAL dianaktirikan. siswa masih
Pembelajaran berbicara
difokuskan pada menggunakan
materi ujian. bahasa daerah.
Meningkatkan
ketrampilan
berbicara siswa Siswa diberikan
TINDAKAN dengan memberikan metode
KELAS siswa pengalaman pembelajaran
secara langsung sosiodrama pada
pada mata pelajaran mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2019
pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.
Tabel 1
Siklus Pelaksanaan Tindakan Waktu Pelaksanaan
Siklus I Observasi Senin, 6 Agustus 2018
Tindakan I Kamis, 9 Agustus 2018
Tindakan II Kamis, 16 Agustus 2018
Tindakan III Kamis, 20 Agustus 2018
Post Test I Kamis, 23 Agustus 2018
Siklus II Tindakan I Kamis, 30 Agustus 2018
Tindakan II Kamis, 6 September 2018
Tindakan III Kamis, 13 September 2018
Post Test II Kamis, 20 September 2018
D. Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Terlaksananya kegiatan penelitian tindakan kelas di SD Muh Mertosanan.
2. Meningkatnya kemampuan pemecahan masalah siswa kelas IV Amanah
SD Muh Mertosanan pada soal cerita matapelajaran matematika.
F. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian
tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dalam Sukardi (2003:
215) seperti gambar berikut ini.
Keterangan:
Siklus I
1. Perencanaan I
2. Pelaksanaan tindakan I
3. Observasi I
4. Refleksi I
Siklus II:
Gambar 2. Siklus Model Kemmis dan 1. Perencanaan II
Mc. Taggart (dalam Sukardi, 2003: 215) 2. Pelaksanaan tindakan II
3. Observasi II
4. oleh
Penelitian tindakan yang dikembangkan Refleksi II Taggart dalam
Kemmis
Sukardi (2003: 215) setiap siklus terdiri dari empat tahapan sebagai berikut.
1. Perencanaan.
Tahap perencanaan dimulai dengan mengajukan permohonan
izin kepada sekolah yang akan diadakan penelitian. Kemudian
peneliti bekerja sama dengan guru mengidentifikasi masalah yang
ada dan kemudia merancang tindakan yang akan dilakukan. Secara
lebih rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi masalah penelitian yang ada di
lapangan. Pada tahap ini dilakukan melalui pengamatan
langsung (observasi) di kelas IV ketika pembelajaran
berlangsung.
b. Menyusun rencana pelaksaan pembelajaran (RPP)
tentang materi yang akan diajarkan sesuai dengan
metode pembelajaran yang akan digunakan.
c. Membuat dan mempersiapkan metode inkuiri, serta
membuat dan menyiapkan instrumen penelitian yang
akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan tindakan.
Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru. Guru kelas
IV melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang
telah dibuat bersama peneliti. Selama proses pembelajaran
berlangsung, guru mengajar menggunakan RPP yang sebelumnya
telah dibuat bersama. Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan
dengan fleksibel dan terbuka dalam artian pelaksanaan kegiatan
pembelajaran tidak harus terpaku pada RPP, tetapi dalam kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan perubahan-perubahan yang
sekiranya diperlukan.
Agar tidak terjadi miskomunikasi anatar peneliti dengan guru
kelas, maka sebelum dilaksanakan tindakan penelitian, peneliti
menginformasikan kepada guru terlebih dahulu langkah-langkah
pembelajaran model inkuiri. Peneliti menyiapkan instrumen
penelitian berupa lembar kemampuan pemecahan masalah dan
catatan lapangan,
Setelah pembelajaran sudah terlaksana, dilakukan evaluasi
yang telah disiapkan oleh peneliti pada saat perencanaan.
3. Observasi.
Pada tahap ini, guru melaksanakan proses pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah dibuat bersama peneliti. Peneliti
menlakukan pengamatan atau observasi yang merupakan upaya
mengamati pelaksanaan tindakan.
Kegiatan pengamatan dilaksankan saat proses pembelajaran
sedang belangsung. Hal yang dicatat dalam kegiatan pengamatan
ini antara lain proses tindakan, pengaruh tindakan yang disengaja
ataupun yang tidak disengaja, situasi tempat dan tindakan,
pengaruh tindakan, dan kendala yang dihadapi. Semua hal tersebut
dicatat ke dalam catatan lapangan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui apakah proses pembelajaran telah berjalan sesuai
dengan skenario yang telah disusun bersama perlu dilakukan
evaluasi atau tidak. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat
ketercapaian sasaran pembelajaran yang diharapkan.
4. Refleksi.
Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi, menganalisis,
mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari
pengamatan. Data atau hasil dari pengamatan dianalisis kemudian
dijadikan acuan perubahan atau perbaikan tindakan yang dianggap
perlu untuk dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.
Apabila pada tindakan pertama hasil dari penelitian masih
belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dapat
dilakukan perubahan perencanaan atau tindakan pada siklus
berikutnya dengan mengacu pada hasil evaluasi sebelumnya.Siklus
berikutnya akan dilakukan dengan tahap yang sudah mengakami
perbaikan apabila pada siklus sebelumnya belum mencapai
indikator keberhasilan/tujuan, begitu seterusnya.
I. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan penelitian tindakan kelas, keberhasilan penelitian
tindakan ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan. Indikator
keberhasilan pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila nilai rerata materi
soal cerita mata pelajaran matematika kelas IV Amanah SD Muhammadiyah
Mertosanan minimal atau lebih dari 70 (KKM)
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media
Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar.
UPI PRESS. Bandung.
Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta