Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


TERHADAP SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV
SD MUHAMMADIYAH MERTOSANAN

Oleh
NANDA PUSPITA SARI
NPM. 15144600203

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa ditentukan dari bagaimana perkembangan
pendidikan bagi anak bangsa itu. Kemajuan dalam satuan waktu jangka
panjang akan dapat memprediksi kualitas bangsa pada sekian puluh tahun ke
depan. Akhir dari hasil pendidikan yang terencana menghasilkan buah dimana
masyarakatnya rata-rata berpendidikan tinggi seperti negara tetangga kita
Singapura. Masyarakat suatu negara yang maju akan melahirkan kemajuan
dalam berbagai bidang seperti pembangunan, ilmu pengetahuan, teknologi,
ekonomi, sosial, politik, dan peradaban. Hal ini menunjukkan keberadaan
pendidikan demikian pentingnya.
Pendidikan yang maju, tinggi, dan berkembang diperoleh dari suatu
perencanaan yang berhubungan dengan tujuan nasional pendidikan bagi
bangsa itu. Indonesia dalam Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencetak
generasi bangsa yang beriman dan bertakwa, berbudi luhut, cerdas, dan
kreatif.
Tujuan pendidikan nasional dicapai dengan seperangkat kurikulum
yang menunjang untuk diberikan kepada anak didik dalam tingkatan satuan
pendidikan masing-masing seperti satuan pendidikan sekolah dasar, satuan
pendidikan sekolah menengah, dan satuan pendidikan sekolah menengah atas.
Kurikulum sebagai jembatan untuk menuju tujuan pada tiap satuan
pendidikan diuraikan atas beberapa mata pelajaran bagi sekolah dasar. Satu
diantara berbagai mata pelajaran yang sangat penting dan selalu dalam silabi
baik dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi adalah matematika.
Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia dalam pemecahan
masalah, perkembangan dibidang IPTEK dilandasi oleh perkembangan
matematika dibidang teori bilangan, analisis, teori peluang dan matematika
diskrit (dalam Ibrahim dan Suparni: 2009: 35). Perkembangan pendidikan
matematika haruslah sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang semakin
berkembang pula. Crockhoft dalam Pitadjeng (2015) mengatakan bahwa pada
abad pertengahan, matematika diajarkan untuk tujuan teologis. Dewasa ini
matematika diajarkan untuk memenuhi kebutuhan industri, ilmu pengetahuan,
perdagangan, teknologi, dan untuk hampir semua kebutuhan sehari-hari.
Belajar matematika merupakan aktivitas mental untuk memahami arti
dan bagaimana menggunakannya dalam membuat suatu keputusan untuk
memecahkan masalah. Belajar matematika merupakan suatu proses
memahami fakta-fakta dan hubungan-hubungan, sehingga tugas guru bukan
hanya sekedar menyampaikan konsep-konsep saja, namun bagaimana melatih
kemampuan intelektual dan merangsang motivasi belajar. Menurut Depdiknas
dalam Pitadjeng (2015) menjelaskan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif
siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu obyek.
Kegiatan belajar tersebut dapat berjalan dengan efektif jika guru dan siswa
menjalankan tugasnya dengan baik. Guru menciptakan suasana yang bisa
mendorong siswa untuk aktif membangun makna dan pemahaman terhadap
konsep sedangkan siswa aktif ketika pembelajaran. Siswa juga dituntut untuk
kritis dan mampu menganalisa atau memecahkan setiap permasalahan
ataupun pemahaman baru yang siswa peroleh. Oleh karena itu, kemampuan
menganalisa masalah ataupun kemampuan pemecahan masalah menjadi
penting dalam proses pembelajaran matematika.
Adapun beberapa indikator dalam pemecahan masalah menurut
Sumarmo dalam Fauzan (2011) mengemukakan bahwa indikator pemecahan
masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi unsur-unsur
yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan. 2)
Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik. 3)
Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis masalah
baru) dalam atau diluar matematika. 4) Menjelaskan atau
menginterprestasikan hasil sesuai permasalahan awal. 5) Menggunakan
matematik secara bermakna.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap
guru kelas IV Amanah SD Muhammadiyah Mertosanan, diketahui bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dalam soal
cerita matematika sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika
mereka lemah. Satu kelas biasanya hanya sedikit siswa yang mampu
memahami konsep-konsep soal cerita matematika dan dapat menyelesaikan
setiap masalah atau soal dengan baik. Sehingga pencapaian hasil belajar
mereka menjadi rendah dan kurang baik.
Menurut keterangan guru kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
memahami konsep-konsep dalam matematika disebabkan mereka jarang
belajar di rumah. Selain itu, ketika disekolah siswa kurang aktif. Siswa tidak
berani untuk menanyakan kesulitannya dalam memahami materi maupun
dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Ketika guru memberi
kesempatan untuk bertanya maupun berpendapat juga tidak dimanfaatkan
dengan baik oleh siswa. Akibatnya pemahaman materi dan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah lemah. Setelah guru selesai menyampaikan
materi biasanya guru memberikan latihan soal yang nantinya dikerjakan
sendiri-sendiri oleh siswa. Apabila siswa belum paham dengan materi maka
ketika soal dibahas hanya sebagaian siswa yang dapat menjawab dengan
tepat.
Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah menurut guru ada tiga
penyebabnya. Pertama, siswa kurang bisa memahami bahasa atau kalimat
yang ada pada soal sehingga siswa tidak mengetahui yang harus diselesaikan
itu apa dan bagaimana cara menyelesaikannya. Kedua, siswa belum
memahami konsep-konsep dalam matematika atau materi yang telah
disampaikan oleh guru sebab mereka ramai sendiri tidak mendengarkan
penjelasan guru. Ketiga, siswa lemah dengan konsep operasi dasar
matematika seperti operasi penjumalah, pengurangan, perkalian, dan
pembagian.
Adapun dalam penelitian ini, yang menjadi aspek kemampuan
pemecahan masalah matematis berdasarkan data diatas yaitu memahami
masalah meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui
dan ditanyakan, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan
rencana pemecahan masalah dan menafsirkan solusi yang diperoleh sesuai
dengan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. Cara mengatasi masalah
tersebut, salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang dapat
mengkaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari yaitu pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri. Kunandar menyatakan bahwa pembelajaran
inkuiri adalah pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar
melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip. Guru yang menerpakan pembelajaran inkuiri harus mampu
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan analisa dengan
harapan siswa dapat menemukan prinsip-prinsip mereka sendiri. Inkuiri
memberikan siswa pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Siswa
diharapkan mengambil inisiatif, siswa dilatih bagaimana berpikir kreatif
untuk memecahkan masalah, membuat keputusan dan memperoleh
ketrampilan.
Berdasarkan masalah diatas, peneliti mencoba untuk melaksanakan
penerapan pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah soal cerita pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV Amanah
SD Muhammadiyah Mertosanan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, penulis
memperjelas permasalahan yang akan diteliti. Penulis merumuskan
permasalahan penelitian adalah:
1. Apakah model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada soal cerita
mata pelajaran matematika kelas IV Amanah SD Muhammadiyah
Mertosanan?
C. Cara Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas, cara
pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah dalam soal cerita pada mata pelajaran
matematika kelas IV Amanah SD Muhammadiyah Mertosanan. Pembelajaran
Inkuiri adalah pembelajaran yang mengaitkan matematika dengan kehidupan
sehari-hari atau pengalaman nyata. Stategi pembelajaran ini menekankan
kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
Siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal saja, tetapi
mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari soal cerita tersebut.
Seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawabanya
sendiri dari sesuatu apa yang diketahui dan dipertanyakan. Aktivitas
pembelajaran dengan menggunakan strategi ini, dilakukan melalui proses
tanya jawab antara guru dan siswa. Tujuan dari penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental.
Proses pembelajaran inkuiri meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. 2) Guru
mengajak dan mengarahkan siswa untuk merumuskan masalah yang
mengandung teka-teki. Proses mencari jawaban inilah yang sangat penting,
sebab melalui proses tersebut siswa akan meperoleh pengalaman yang
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3)
Guru mengarahkan siswa untuk merumuskan dugaan sementara dari
permasalahan yang sedang dikaji. 4) Guru mengarahkan siswa untuk
mengumpulkan data. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Dalam
proses ini, siswa yang tidak apresiatif, guru hendak secara terus menerus
memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan
berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga
mereka terangsang untuk berpikir. 5) Guru mengajak siswa menguji dugaan,
sebagai proses menemukan jawaban yang dianggap diterima dan sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. 6)
Guru mengajak dan mengarahkan siswa untuk merumuskan kesimpulan.
Proses mendeskripsikann temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
dugaan sementara.
Berdasarkan cara pemecahan masalah diatas, demikian pembelajaran
inkuiri yang mengaitkan pembelajaran matematika dengan kehidupan sehari-
hari atau pengalaman nyata diharapkan siswa dapat berpikir kreatif,
sistematis, logis dan kritis untuk memecahkan masalah, membuat keputusan
dan memperoleh jawaban pada soal cerita tersebut didapat dari pembelajaran
yang nyata dan aktif.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran inkuiri yang diimplementasikan
dalam proses pembelajaran.
2. Tujuan Khusus:
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
pemecahan masalah soal cerita matematika siswa kelas IV SD
Muhammadiyah Mertosanan.

E. Manfaat Masalah
1. Secara Teoritis:
Upaya memperkaya temuan bidang pendidikan tentang efektivitas
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan pemecah masalah soal cerita
siswa.
2. Secara Praktis:
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan peneliti dalam membuat karya ilmiah
dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan ketercapaian tujuan
dalam proses pembelajaran, meningkatkan mutu sekolah, dan
meningkatkan mutu pendidikan.
c. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi guru, untuk
menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan
tanpa membuat siswa mengalami kejenuhan dan terbebani.
d. Bagi Siswa
Hasil penelitian diharapkan mampu meningkatkan kemamapuan
berpikir kritis siswa untuk memecahkan masalah-masalah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah proses mengorganisasikan konsep dan
keterampilan ke dalam pola aplikasi baru untuk mencapai suatu tujuan
(Akbar Sutawidjaja dkk, 1991: 22). Ciri utama dari proses pemecahan
masalah adalah berkaitan dengan masalah-masalah yang tidak rutin.
Suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika
seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat
dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut (Herman
Hudojo, 2005: 123). Menurut Polya dalam Erman Suherman dkk (2001:
79), solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah:
a. Memahami masalah
Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan,
siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut
dengan benar.
b. Merencanakan penyelesaian
Kemampuan melakukan fase ini sangat tergantung pada
pengalaman siswa menyelesaikan masalah. Pada umumnya
semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan
siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian
suatu masalah.
c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana
Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat, baik secara
tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah
sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat.
d. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang
telah dikerjakan
Melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan mulai dari fase
pertama sampai fase ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai
kesalahan dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada
jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
Pemecahan masalah Polya tersebut dikembangkan lagi oleh
Herman Hudojo dan Akbar Sutawijadja (Herman Hudojo, 2005: 134-
140) menjadi:
a. Pemahaman terhadap suatu masalah
Pemahaman dilakukan dengan membaca dan membaca
ulang soal, mengidentifikasi informasi yang diketahui,
mengidentifikasi apa yang hendak dicari.
b. Perencanaan penyelesaian masalah
Di dalam merencanakan masalah seringkali diperlukan
kreativitas. Sejumlah strategi dapat membantu kita
merumuskan suatu rencana penyelesaian suatu masalah.
Menurut Wheeler (Herman Hudojo, 2005: 137) strategi
penyelesaian masalah antara lain sebagai berikut : membuat
tabel, membuat gambar, menduga, mengetes, dan
memperbaiki, mencari pola, menyatakan kembali
permasalahan, menggunakan penalaran, menggunakan
variabel, menggunakan persamaan, mencoba
menyederhanakan permasalahan, menghilangkan situasi yang
tidak mungkin, bekerja mundur, menyusun model,
menggunakan algoritma, menggunakan penalaran yang tidak
langsung, menggunakan sifat-sifat bilangan, menggunakan
kasus atau membagi menjadi bagian-bagian, memvalidasi
semua kemungkinan, menggunakan rumus, menyelesaikan
masalah yang equivalen, menggunakan simetri, dan
menggunakan informasi yang diketahui untuk
mengembangkan informasi baru.
c. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah
Langkah ini merupakan langkah Polya (1972) yang
didefinisikan sebagai menyelesaikan perencanaan
penyelesaian.
d. Melihat kembali penyelesaian
Langkah ini untuk melihat apakah penyelesaian yang kita
peroleh sudah sesuai dengan ketentuan yang diketahui dan
tidak terjadi kontradiksi merupakan langkah terakhir yang
penting. Terdapat empat komponen untuk meriview suatu
penyelesaian, yaitu:
1) Mengecek hasil.
2) Mengintepertasikan jawaban yang diperoleh.
3) Mencari adakah cara lain untuk mendapatkan
penyelesaian yang sama.
4) Mencari adakah penyelesaian yang lain.

2. Kajian Metode Inkuiri


a. Pengertian Metode Inkuiri
Gilstrap dalam (Supriatna dkk., 2007: 138) mengungkapkan
metode inkuiri merupakan komponen dari suatu bagian praktek
pendidikan yang sering kali diterjemahkan sebagai mengajar
heuristik, yakni suatu jenis mengajar yang meliputi metode-metode
yang dirancang untuk meningkatkan rentangan keaktifan yang lebih
besar, berorientasi pada proses, mengarahkan diri sendiri, mencari
sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar.
Pendapat lain, menurut Hernawan dkk. (2007: 08) metode
pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran
yang meneankan pada proes berpikir secara kritis dan analitis, untuk
mencari dan menemukan sendiri dari jawaban suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir dilakukan melalui tanya jawab antara
guru dan siswa, dalam hal ini kemampuan guru untuk memberikan
stimulus (rangsangan) terhadap pemecahan suatu masalah sangat
dibutuhkan.
Berdasarkan teori para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran
yang dirancang untuk meningkatkan keaktifan, proses berpikir kritis
dan analitis, untuk mencari dan menemukan sendiri dari jawaban
suatu masalah yang dipertanyakan. Oleh karena itu peran guru untuk
memberikan stimulus atau rangsangan sangat dibutuhkan.
b. Langkah-langkah
Majid (2014: 175-177) bahwa proses pembelajaran dengan
menggunakan metode inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada
langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan
mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
2) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah
membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki
itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang
ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya,
dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring
informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Dalam metode pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat
penting dalam pengembangan intelektual.
5) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan
jawabanyang dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari
tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
6) Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian
Sedangkan pendapat lain dari Roestiyah (2001: 79)
menjelaskan agar metode inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik
memerlukan kondisi-kondisi diantaranya kondisi yang fleksibel,
bebas untuk berinteraksi, kondisi lingkungan yang responsif, kondisi
yang memudahkan untuk memusatkan perhatian, kondisi yang bebas
dari tekanan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti mengadopsi
langkah-langkah pembelajaran yang disebutkan oleh Majid, yaitu
orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan
kesimpulan. Alasan peneliti menggunakan langkah-langkah
pembelajaran menurut Majid karenalangkah-langkah tersebut lebih
sederhana sehingga lebih mudah untuk proses pembelajaran di
sekolah dasar.

3. Kajian Mata Pelajaran Matematika


a. Pengertian Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Menurut
Suwangsih (2006: 3) menyatakan bahwa kata matematika berasal
dari perkataan Latin “Mathematike” yang berarti mempelajari.
Adji & Maulana (2006 B: 34) mengemukakan bahwa matematika
adalah bahasa, sebab matematika merupakan bahasa simbol yang
berlaku secar universal (internasional) dan sangat padat makna dan
pengertiannya.
Prihandoko (2006: 1) berpendapat bahwa matematika
merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari
ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu, penguasaan terhadap
matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika
harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. Sejalan dengan
pendapat-pendapat diatas, Wale (2006: 13) mendefinisikan
matematika sebagai ilmu yang memiliki pola keteraturan dan
urutan yang logis. Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa
matematika bukanlah ilmu pengetahuan yang didominasi oleh
perhitungan-perhitungan yang tanpa alasan. Sehingga dengan
menginterpretasikan dan mengaplikasikan pola keteraturan inilah
akan muncul makna dari belajar matematika.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari
tentang logika, yang berhubungan dengan bentuk, susunan,
besaran, dan konsep-konsep abstrak yang berhubungan satu dengan
lainnya.
b. Ciri-ciri matematika
Mempelajari matematika berbeda dengan mempelejari ilmu-
ilmu yang lain karena setiap ilmu pengetahuan baik ilmu
pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial, bahasa, dan
ilmu agama memiliki ciri masing-masing, hal inilah yang membuat
pembelajarannya pun tidak sama. Menurut Soedjadi (2007: 42)
Ciri-ciri matematika yaitu 1) matematika memiliki obyek kajian
yang konkret dan juga abstrak, 2) berpola pikir deduktif dan juga
induktif, serta konsisten dalam sistemnya (termasuk sistem yang
dipilih untuk pendidikan), 3) memiliki/menggunakan simbol yang
memiliki arti tertentu.
Matematika memiliki bahasan yang berkesinambungan antara
satu bahasan dengan bahasan lainnya sehingga untuk memahami
suatu pokok bahasan tertentu terkadang dibutuhkan pemahaman
tentang pokok bahasan yang sebelumnya. Menurut Hudoyo (2012)
ciri-ciri matematika adalah sebagai berikut:
1) Memiliki aksioma, definisi, lemma, teorema, dan
melibatkan operasi bilangan.
2) Kebenarannya terjaga konsistensinya.
3) Konsep bahasan berjenjang dari hal yang sederhana
menuju hal yang lebih komplek.
4) Membutuhkan penalaran logis.
5) Menekankan pola pikir deduktif, namun dalam proses
pembelajaran dan pemahaman terkadang diawali dengan
fakta-fakta atau contoh-contoh yang ada di lapangan yang
kemudian dibuat kesimpulan matematisnya, induktif-
deduktif.
6) Dalam beberapa pokok bahasan dapat diaplikasikan ke
dalam bidang keilmuan lain dan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri matematika adalah matematika
memiliki obyek kajian yang konkret dan abstrak, berpola pikir
deduktif dan juga induktif, memiliki/menggunakan simbol yang
memiliki arti tertentu, kebenarannya terjaga konsistensinya,
membutuhkan penalaran logis, memiliki aksioma, definisi, lemma,
teorema, dan melibatkan operasi bilangan, serta dalam beberapa
pokok bahasan dapat diaplikasikan ke dalam bidang keilmuan lain
dan kehidupan lain dan kehidupan sehari-hari.

c. Tujuan Pembelajaran Matematika


Tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar menurut
Prihandoko (2006: 5) adalah memberikan bekal yang cukup bagi
siswa untuk menghadapi materi-materi matematika pada tingkat
pendidikan lanjutan. Sedangkan menurut Depdiknas dalam
Prihandoko (2006: 21) tujuan pembelajaran matematika adalah
melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis,
kritis, kreatif, dan konsisten, serta mengembangkan sikap gigih dan
percaya diri dalam menyelesaikan masalah.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar yaitu untuk
memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk masa depannya dan
melatih serta menumbuhkan sifat berpikir sistematis, logis, kritis,
kreatif, konsisten, gigih, percaya diri dalam menyelesaikan suatu
masalah.

B. Kajian Penelitian Terdahulu


Secara rinci menurut Uno dalam Ibrahim dan Suparni (2009: 33) ada 4
komponen kemampuan dalam matematika yaitu kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan pengambilan keputusan, kemampuan berpikir kritis,
dan kemampuan berpikir kreatif. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sri Wardani (2012), yaitu mengatakan dalam penelitian yang ia lakukan
bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
menggunakan model inkuiri secara grup (ISG) menjadi lebih baik dari pada
yang belajar melalui model inkuiri secara klasikal (ISK). ISG mendapatkan
perbedaan rerata 1,346 sedangkan ISK mendapatkan perbedaan rerata 2,051.
Berdasarkan penelitian Nunung Nurjannah (20017: 117) mengatakan
bahwa dalam hasil penelitian, pada saat observasi awal (pra siklus)
kemampuan berhitung dan operasi bilangan anak sebagian besar berada
dalam kategori belum berkembang yaitu sebanyak 58% dan tahap mulai
berkembang sebanyak 17%, tahap berkembang sesuai harapan sebanyak 25%
dan tahap berkembang sangat baik sebanyak 0%, namun setelah diberikan
pembelajaran model IBL ternyata kemampuan berhitung dan operasi bilangan
anak mengalami peningkatan.
Penelitian lain dilakukan oleh Yenny Meidawati (2014: 9) mengatakan
bahwa 1) Pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, 2) Perbedaan rata-rata
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
menggunakan pendekatanpembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dari
siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
Penelitian lain dilakukan juga oleh Fimatesa, dkk (2014: 28)
mengatakan bahwa bahwa kemampuan pemecahan masalah matematikasiswa
yang belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri lebih baik
daripada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang belajar
dengan pembelajaran konvensional. Rata-rata skor kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa untuk setiap indikatornya yang belajar dengan
menggunakan strategi pembelajaran inkuiri lebih tinggi daripada
pembelajaran konvensional.
Lies Andriani (2016: 55) melakukan penelitian, berdasarkan hasil
penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: terdapat perbedaan
pemecahan masalah matematika antara mahasiswa yang belajar menggunakan
strategi inkuiri dengan mahasiswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Hal ini terlihat dari mean yang diperoleh oleh kedua kelas, di
mana mean kelas eksperimen sebesar 75.833 dan mean kelas kontrol sebesar
68.667. Di samping itu, nilai thitung> ttabel (2.093 > 2.0315).
Penelitian selanjutnya, peneliti akan mengadakan penelitian
menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah pada soal cerita matapelajaran matematika siswa kelas
IV Amanah di Sekolah Dasar Muhammadiyah Mertosanan Bantul. Penelitian
ini diadakan untuk mengetahui apakah model pembelajaran inkuiri dapat
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas IV
Amanah di Sekolah Dasar Muhammadiyah Mertosanan yang
pembelajarannya masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga
dalam penelitian ini peneliti ingin memberikan model berupa pendekatan
pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya seperti
mengarahkan siswa untuk melakukannya sendiri, mencari masalah sendiri,
menganalisis, serta menyelesaikannya dengan caranya sendiri. Apabila
ketuntasan nilai ketrampilan berbicara siswa sudah tercapai penelitian ini
akan dihentikan.

C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori diatas, maka dapat diasumsikan bahwa
model inkuiri dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah pada soal cerita matapelajaran matematika. Sebelum
melakukan penelitian, peneliti menyusun rancangan penelitian berdasarkan
kerangka berpikir sebagai berikut:
Pembelajaran Siswa cenderung
ketrampilan malu dan tidak
berbicara mata percaya dii dalam
pelajaran Bahasa mengutarakan
KONDISI Indonesia masih pendapat. Banyak
AWAL dianaktirikan. siswa masih
Pembelajaran berbicara
difokuskan pada menggunakan
materi ujian. bahasa daerah.

Meningkatkan
ketrampilan
berbicara siswa Siswa diberikan
TINDAKAN dengan memberikan metode
KELAS siswa pengalaman pembelajaran
secara langsung sosiodrama pada
pada mata pelajaran mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia.

Metode soiodrama berupa bermain drama,


wawancara, dan membaca teks buku cerita didepan
kelas yang disusun sesuai dengan silabus dan RPP
serta menyesuaikan kebutuhan siswa.

Ketrampilan berbicara siswa dapat meningkat. Siswa


TINDAKAN mencapai nilai ketuntas (KKM) dan siswa dapat
KELAS menyampaikan pendapat serta pernyataan yang ada
dalam benaknya dengan percaya diri.

Gambar 1. Kerangka Berpikir


D. Rumusan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir diatas, peneliti menduga
kemampuan pemecahan masalah dapat meningkat dengan menggunakan
metode inkuiri pada kelas IV Sekolah Dasar Muhammadiyah Mertosanan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Muhammadiyah
Mertosanan Potorono Banguntapan Bantul.

B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2019
pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.
Tabel 1
Siklus Pelaksanaan Tindakan Waktu Pelaksanaan
Siklus I Observasi Senin, 6 Agustus 2018
Tindakan I Kamis, 9 Agustus 2018
Tindakan II Kamis, 16 Agustus 2018
Tindakan III Kamis, 20 Agustus 2018
Post Test I Kamis, 23 Agustus 2018
Siklus II Tindakan I Kamis, 30 Agustus 2018
Tindakan II Kamis, 6 September 2018
Tindakan III Kamis, 13 September 2018
Post Test II Kamis, 20 September 2018

C. Subyek yang Dikenai Tindakan


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Amanah SD
Muhammadiyah Mertosanan Bantul yang terdiri dari 36 siswa. Penliti
mengambil kelas IV Amanah sebagai subjek karena dilihat dari nilai rerata
kelas mata pelajaran matematika masih sangat rendah dibanding kelas
lainnya.

D. Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Terlaksananya kegiatan penelitian tindakan kelas di SD Muh Mertosanan.
2. Meningkatnya kemampuan pemecahan masalah siswa kelas IV Amanah
SD Muh Mertosanan pada soal cerita matapelajaran matematika.

E. Target Perubahan Tindakan


Target perubahan penelitian tindakan kelas ini yaitu berupa adanya
perubahan tingkah laku siswa kelas IV Amanah SD Muh Mertosanan.
Perubahan tingkah laku yang diharapkan yaitu perubahan kemampuan
pemecahan masalah siswa pada soal cerita mata pelajaran matematika.
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila nilai rerata kelas minimal atau lebih
dari 70 (KKM).

F. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian
tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dalam Sukardi (2003:
215) seperti gambar berikut ini.
Keterangan:
Siklus I
1. Perencanaan I
2. Pelaksanaan tindakan I
3. Observasi I
4. Refleksi I

Siklus II:
Gambar 2. Siklus Model Kemmis dan 1. Perencanaan II
Mc. Taggart (dalam Sukardi, 2003: 215) 2. Pelaksanaan tindakan II
3. Observasi II
4. oleh
Penelitian tindakan yang dikembangkan Refleksi II Taggart dalam
Kemmis
Sukardi (2003: 215) setiap siklus terdiri dari empat tahapan sebagai berikut.
1. Perencanaan.
Tahap perencanaan dimulai dengan mengajukan permohonan
izin kepada sekolah yang akan diadakan penelitian. Kemudian
peneliti bekerja sama dengan guru mengidentifikasi masalah yang
ada dan kemudia merancang tindakan yang akan dilakukan. Secara
lebih rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi masalah penelitian yang ada di
lapangan. Pada tahap ini dilakukan melalui pengamatan
langsung (observasi) di kelas IV ketika pembelajaran
berlangsung.
b. Menyusun rencana pelaksaan pembelajaran (RPP)
tentang materi yang akan diajarkan sesuai dengan
metode pembelajaran yang akan digunakan.
c. Membuat dan mempersiapkan metode inkuiri, serta
membuat dan menyiapkan instrumen penelitian yang
akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan tindakan.
Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru. Guru kelas
IV melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang
telah dibuat bersama peneliti. Selama proses pembelajaran
berlangsung, guru mengajar menggunakan RPP yang sebelumnya
telah dibuat bersama. Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan
dengan fleksibel dan terbuka dalam artian pelaksanaan kegiatan
pembelajaran tidak harus terpaku pada RPP, tetapi dalam kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan perubahan-perubahan yang
sekiranya diperlukan.
Agar tidak terjadi miskomunikasi anatar peneliti dengan guru
kelas, maka sebelum dilaksanakan tindakan penelitian, peneliti
menginformasikan kepada guru terlebih dahulu langkah-langkah
pembelajaran model inkuiri. Peneliti menyiapkan instrumen
penelitian berupa lembar kemampuan pemecahan masalah dan
catatan lapangan,
Setelah pembelajaran sudah terlaksana, dilakukan evaluasi
yang telah disiapkan oleh peneliti pada saat perencanaan.
3. Observasi.
Pada tahap ini, guru melaksanakan proses pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah dibuat bersama peneliti. Peneliti
menlakukan pengamatan atau observasi yang merupakan upaya
mengamati pelaksanaan tindakan.
Kegiatan pengamatan dilaksankan saat proses pembelajaran
sedang belangsung. Hal yang dicatat dalam kegiatan pengamatan
ini antara lain proses tindakan, pengaruh tindakan yang disengaja
ataupun yang tidak disengaja, situasi tempat dan tindakan,
pengaruh tindakan, dan kendala yang dihadapi. Semua hal tersebut
dicatat ke dalam catatan lapangan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui apakah proses pembelajaran telah berjalan sesuai
dengan skenario yang telah disusun bersama perlu dilakukan
evaluasi atau tidak. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat
ketercapaian sasaran pembelajaran yang diharapkan.
4. Refleksi.
Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi, menganalisis,
mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari
pengamatan. Data atau hasil dari pengamatan dianalisis kemudian
dijadikan acuan perubahan atau perbaikan tindakan yang dianggap
perlu untuk dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.
Apabila pada tindakan pertama hasil dari penelitian masih
belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dapat
dilakukan perubahan perencanaan atau tindakan pada siklus
berikutnya dengan mengacu pada hasil evaluasi sebelumnya.Siklus
berikutnya akan dilakukan dengan tahap yang sudah mengakami
perbaikan apabila pada siklus sebelumnya belum mencapai
indikator keberhasilan/tujuan, begitu seterusnya.

G. Cara dan Alat Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah:
1. Observasi
Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi yaitu
observasi keaktifan siswa dan observasi pelaksanaan model pembelajaran
inkuiri. Observasi keaktifan difokuskan pada keaktifan siswa selama
proses pembelajaran, sedangkan observasi pelaksanaan model
pembelajaran difokuskan pada aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran.
2. Angket
Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk
mengetahui respon siswa terhadap pelaksaan proses pembelajaran bahasa
indonesia yang menggunakan model pembelajaran inkuiri.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa
untuk mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri.
4. Tes
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes perbuatan berupa
penilaian saat siswa memainkan sosiodrama. Metode ini dilakukan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada soal
cerita matapelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri.
5. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa data siswa kelas IV
Amanah SD Muhammadiyah Mertosanan, data nilai pretest, silabus, RPP,
daftar hasil belajar siswa, dan foto aktivitas siswa pada saat pembelajaran
memecahkan masalah pada soal cerita matapelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri. Dokumentasi ini dilakukan
guna mengetahui perkembangan siswa selama proses pembelajaran
ketika tindakan berlangsung.
Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Observasi berupa catatan lapangan
Dengan catatan lapangan peneliti akan mendapatkan
informasi tentang aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran kemampuan pemecahan masalah dalam soal
cerita matapelajaran matematika.
b. Instrumen penilaian tes tertulis siswa
Dengan instrumen ini, peneliti akan mendapatkan hasil
peningkatan kemampuan pemecahan siswa berupa angka.
Instrumen penilaian kemampuan pemecah masalah pada soal
cerita matematika disusun berdasarkan kisi-kis, soal, dan
pedoman penilaian yang memiliki skor maksimal 100.

H. Cara Analisis Data


Analisis data sangat diperlukan guna memperoleh wujud dan hasil dari
penelitian yang dilakukan. Dalam analisis data dilakukan tiga tahapan, yakni
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Pada tahapan reduksi data, data yang diperoleh di lapangan
kemudian dipilih untuk dikumpulkan secara lebih sederhana agar
mudah diolah.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan tahap dimana data yang telah
direduksi dipilih kembali sesuai dengan kebutuhan penelitian untuk
mempermudah dalam pengambilan kesimpulan.
3. Verifikasi Data
Tahap terakhir yakni verifikasi data dimana pada tahap ini
setelah data dianalisis akan memunculkan kesimpulan yang akurat
dan mendalam dari hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan
masalah yang telah ditentukan.

I. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan penelitian tindakan kelas, keberhasilan penelitian
tindakan ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan. Indikator
keberhasilan pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila nilai rerata materi
soal cerita mata pelajaran matematika kelas IV Amanah SD Muhammadiyah
Mertosanan minimal atau lebih dari 70 (KKM)
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fauzan. 2011. Kemampuan Matematis: Pemecahan Masalah. Padang:


Universitas Negeri Padang diakses di Evaluaismatematika.net pada tanggal
3 Juni 2018 Pukul 12.33.

Akbar Sutawidjaja dkk. (1991). Pendidikan Matematika III. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Erman Suherman dkk. (2001). Common textbook : Strategi Pembelajaran


Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar.
UPI PRESS. Bandung.

Herman Hudojo. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran


Matematika. Malang: UM Press.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


berdasarkan Kurikulum 2013). Rajawali Pers. Jakarta.

Ibrahim dan Suparni. 2009. Strategi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:


Pernerbit Teras.

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. PT. Remaja Rosdakarya


Offset. Bandung

Pitadjeng. 2015. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Presiden Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Sri Wardani. 2012. Pembelajaran Inkuiri Model Silver Untuk Mengembangkan


Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Siswa. Jurnal
Pendidikan Matematika.(Online) Vol. 1, No. 1, Hal 14
(http://media.neliti.com) diakses pada tanggal 3 Pukul 12.37
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Supriatna, Nana, dkk. 2007.Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.

Zainal Aqib. (2002). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya:


Insan Cendikia.

Anda mungkin juga menyukai