PENDAHULUAN
bangsa sangatlah penting. Kualitas atau mutu pendidikan didalam suatu bangsa
harus terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan suatu
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
dan berpusat pada peserta didik. Keterampilan seorang guru dalam proses belajar
1
2
tidak hanya berfokus pada hasil akhir dari pembelajaran yang didapatkan oleh
peserta didik, tetapi seorang guru juga harus fokus pada kegiatan proses belajar
mengajar agar siswa mampu memahami materi yang disampaikan, proses belajar
matematika.
lainnya terutama pada sains dan teknologi. Matematika merupakan salah satu
bidang studi yang diajarkan diseluruh lembaga pendidikan, baik itu di SD, SMP,
dasar matematika dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru harus
mampu membuat siswa agar bisa memahami materi yang diajarkan, paling tidak
siswa mulai memiliki kerangka berpikir tentang materi tersebut sehingga siswa
2011:3).
pembelajaran yang menekankan posisi guru yang tidak lagi langsung memberi
masih jauh dari memuaskan. Pernyataan tersebut mengacu pada hasil test
15 tahun, yang menunjukkan bahwa prestasi Indonesia jauh dari memuaskan. Dari
keikutsertaan Indonesia pada tahun 2015, PISA 2015 Indonesia berada di posisi
63 dari 70 negara dengan skor matematika adalah 386 dan hasil PISA pada tahun
2018 untuk kategori matematika itu indonesia berada peringkat ketujuh dari
bawah dari 79 negara dengan skor kemampuan matematika 379, ini menjadi
melihat sejauh mana pendekatan pembelajaran yang telah kita lakukan dapat
rendah, siswa sulit memecah masalah dalam soal-soal yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, karena mereka tidak terbiasa dengan soal –soal yang
berkaitan dengan kehidupan nyata, sehingga mereka tidak mampu menalar dan
materi barisan dan deret di kelas XI. Barisan dan deret merupakan materi
banyak siswa mengeluh tidak memahami materi yang diajarkan dan bagaimana
yang sesuai dengan contoh tanpa mengetahui manfaatnya, dan apabila guru
memberikan soal yang polanya tidak sama dengan contoh maka siswanya tidak
mampu menyelesaikannya.
ceramah dan buku teks dengan soal-soal yang rutin jadi siswa kurang tertarik
dengan pelajaran matematika yang terkesan monoton dan tidak bermanfaat untuk
masalah kehidupan siswa dalam lingkungannya. Oleh karena itu guru seharusnya
mungkin agar siswa memahami masalah yang diberikan dan mampu menemukan
Guru seharusnya tidak fokus pada buku teks pembelajaran saja tetapi juga
bisa menggunakan bahan ajar yang lain yang bisa membuat siswa berkembang
dan menyukai pelajaran matematika dan membuat siswa lebih aktif, kreatif
pelajaran yang paling sulit dipahami bagi siswa, maka diperlukan alat penunjang
siswa kurang memberi perhatian pada pelajaran ini karena siswa menganggap
metematika itu pelajaran yang menakutkan serta mempunyai soal-soal yang sulit
abstrak dan tidak memiliki fungsi dalam kehidupan nyata, matematika adalah
pelajaran yang mengajarkan rumus saja, dan rumus tersebut tidak bisa
menyelesaikannya.
matematika agar siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah dan dapat melatih
salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya
memuat tujuan pembelajaran, materi atau subtansi belajar dan evaluasi. Modul
berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri sesuai dengan kecepatan
Intructional) dan tidak bergantung pada media lain (self alone) dalam
penggunaannya. Modul juga memiliki sifat self contained artinya dikemas dalam
2011:219).
ajar adalah bruner (Siregar E dan Nara.H, 2010:33) mengusulkan bahwa proses
belajar akan belajar dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi
sumbernya.
sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan
pemahaman realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka. Modul yang baik
8
misalnya menyajikan masalah dalam situasi nyata dan meminta siswa untuk
intruksi awal ke lebih spesifik untuk mata pelajaran matematika yang telah
mereka sendiri. Tahapan yang akan dilalui siswa dalam pendekatan matematika
siswa diberikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, lalu siswa
diajak untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Selain itu, siswa juga
matematisnya. Ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dkk.
(2020) yang menggunakan modul berbasis RME pada kemampuan literasi siswa
erat dalam kehidupan sehari-hari dengan pokok bahasan barisan dan deret, yang
sehingga siswa akan merasa bahwa ilmu matematika yang mereka pelajari dapat
Bayu”.
2. Kurangnya bahan ajar yang menyajikan contoh dan permasalahan nyata dalam
4. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul matematika
Bayu pada materi barisan dan deret aritmatika di semester genap yang didasarkan
11
pada standar isi dan kompetensi dasar yang dibatasi pada model ADDIE (Analysis
1 Syamtalira Bayu?
1 Syamtalira Bayu?
biasa dilakukan, sehingga peserta didik tidak merasa jenuh dan bosan ketika
belajar matematika .
12
menguasai materi dan merasa materi itu ada dalam kehidupan nyata.
menentukan metode belajar yang tepat, yang dapat menjadi alternatif lain
pembelajaran.
pembelajaran tersebut.
2. Pengembangan modul matematika ini terbatas pada materi barisan dan deret
aritmatika saja. Selain itu, uji coba hanya diterapkan pada satu kelas di kelas
sebagai berikut:
1. Modul matematika berbasis RME pada materi barisan dan deret yang
1 Syamtalira Bayu.
bahasan yang diajarkan, materi barisan dan deret aritmatika di kelas XI SMA
kontruksi, teknis, didaktik, sesuai standar isi, kualitas materi dalam modul dan
kesesuaian dengan pendekatan RME, serta tampilan yang baik dan menarik
14
sehingga dapat dikategorikan sebagai bahan ajar yang valid dan praktis
bagian, yaitu: Bagian awal terdiri dari:1) judul, 2) kata pengantar, 3) daftar isi.
daftar pustaka.
pada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, beberapa istilah
berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, dengan imbuhan ke-an kata
untuk menghasilkan bahan ajar berupa modul matematika berbasis RME yang
valid atau memenuhi kriteria layak dan praktis digunakan terhadap kemampuan
a. Modul matematika berbasis RME dikatakan valid jika menurut para ahli
b. Modul matematika berbasis RME dikatakan praktis jika hasil respon siswa
3. Barisan dan deret Aritmatika merupakan jenis barisan serta deret bilangan yang
kebutuhan dalam dirinya dalam kehidupan saat ini dan akan datang seperti suatu
16
17
pada kehidupan setiap individu, karena berkaitan dengan tugas dan pekerjaan
berbagai konteks.
secara maksimal. Dalam proses memecahkan masalah atau konteks, siswa yang
matematika yang telah dipelajari dapat menjadi sarana menemukan solusi dari
penyelesaiannya.
dari :
dalam bentuk visual lisan, tulisan, dan bentuk visual lainnya, memahami
masalah nyata .
Selain tiga hal tersebut, dalam PISA juga terdapat 7 kemampuan dasar
matematika yang menjadi pokok dalam proses literasi matematis (OECD, 2017),
yaitu meliputi:
hubungan matematis.
matematis yang ingin digunakan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan PISA
pengalaman atau yang berada dalam kehidupan sehari- hari siswa. Freudental
Education (RME).
aktivitas siswa, siswa diajak berpikir cara menyelesaikan masalah yang pernah
dialami. Suatu masalah realistik tidak harus selalu berupa masalah yang ada di
duinia nyata (real word problem) dan bisa ditemukan dalam kehidupan siswa.
(imaginabel) dan nyata (real) dalam pikiran siswa. Suatu cerita rekaan ,
pengalaman gurunya.
4. Banyak ditekankan pada penyelesaian masalah yang tidak rutin dan mungkin
suatu topik materi jika disajikan atas dua pertimbangan, yaitu melihat
kemungkinan aplikasi dalam pengajaran dan sebagai titik tolak dalam proses
matematika.
formal. Model dibuat oleh siswa sendiri dalam memecahkan masalah. Model
awalnya adalah suatu model dari situasi yang dikenal (akrab) oleh siswa.
mereka dari metode informal ke arah yang lebih formal yaitu baku.
4. Interaktivitas. Interaksi antara siswa dan guru merupakan hal yang mendasar
secara eskplisit, intervensi, koperasi dan evaluasi sesama peserta didik, peserta
didik dan guru serta guru dan lingkungannya. Maksudnya untuk mendapatkan
hal yang formal diperlukan interaktivitas baik antara guru dengan murid,
murid dengan murid, maupun murid dengan orang lain atau ahli yang sengaja
disediakan.
manusia.
dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka
siswa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak
harus sama antara yang satu dengan dengan orang yang lain. Setiap siswa bisa
lain, akan bisa diperoleh cara penyelesaian yang tepat, sesuai dengan tujuan
sesuatu yang utama dan siswa harus menjalani proses itu dan berusaha untuk
hal, misalnya mengenai siswa, guru, dan peranan sosial atau masalah
RME.
3. Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik, serta sesuai dengan
2017).
telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri (Susilo dkk, 2016). Menurut
27
Asyhar (2012:155) modul adalah bahan ajar yang dirancang untuk belajar
secara mandiri oleh peserta pembelajaran , karena itu modul dilengkapi dengan
bahwa modul merupakan sarana pembelajaran dalam bentuk media cetak yang
berikut:
1. Fungsi Modul
kehadiran pendidik.
28
dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka.
modul adalah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan
dan cara masing-masing. Oleh karena itu bisa saja di dalam pengerjaan suatu
masalah yang sama, siswa dapat menyelesaikannya dengan cara yang bervariatif
1) Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan pendidik.
2) Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan
pembelajaran.
modul adalah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar memahami dan
yang terdapat dalam bahan ajar berupa modul baik secara pribadi maupun
secara kelompok. Oleh karena itu bisa saja di dalam pengerjaan suatu masalah
yang sama, siswa dapat menyelesaikannya dengan cara yang bervariatif sesuai
a. Self Instruction
belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi
materi pembelajaran.
b. Self Contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang
atau media lain, atau tidak harus digunakan bersamas-ama dengan bahan ajar
d. Adaptive
fleksibel.
serta menggunakan istilah yang umum, merupakan salah satu bentuk user
friendly.
contained, stand alone, adaptive, dan friendly (bersahabat). Oleh karana itu,
harapannya dapat digunakan dengan mudah oleh siswa, baik dari segi
sebagai berikut:
antara lain:
b. Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari guru untuk terus menerus
barisan dan deret aritmatika ini konteks yang digunakan adalah konteks
kepada setiap anak dengan jumlah yang berbeda sesuai dengan umur anak.
siswa.
mereka sendiri.
33
dalam modul untuk mengasah kemampuan literasi matematis siswa pada materi
barisan dan deret aritmatika. berikut ini contoh iceberg barisan aritmatika.
jaminan kualitas.
34
dengan kebutuhan siswa , secara sistematis dan menggunakan bahasa yang mudah
1) Kevalidan (kelayakan)
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas instrumen juga
menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek
yang diukur (Sukmadinata, 2017:228). Dengan demikian data yang valid adalah
data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Ada beberapa macam validitas, yaitu
2) Kepraktisan
kepraktisan yang tinggi apabila guru dan ahli menganggap bahwa produk dapat
bermanfaat bagi pengguna dan mudah untuk guru dan peserta didik untuk
(selisih) di antara dua suku berurutan merupakan bilangan tetap. Rumus umum
U1 = a
Dimana :
U2 = a + b
a adalah suku pertama / nilai awal
U3 = a + 2b b adalah beda (selisih)
U4 = a + 3b
Jadi: Un = a + (n – 1) b
Contoh :
Jawab :
a = -3, b = 7 – 2 = 5 , n = 20
Un = a + (n – 1) b
Un = -3 + (20– 1) 5
Un = -3 + (19) 5
36
Un = -3 + 95
Un = 92
Deret Aritmatika
Dari barisan aritmatika 4, 7, 10, 13, 16, . . . dapat dibentuk suatu deret yang
Sn = n [2a + (n – 1) b]
Contoh :
Jawab :
1+3+5+7+9+ ...
1
Sn = n [2a + (n – 1) b]
2
1
Sn = 100 [2 . 1 + (100 – 1) 2]
2
Sn = 50 [2+ (99) 2]
Sn = 50 [200] = 10.000
37
dibuat dan dianggap mempunyai keterkaitan dengan judul yang akan diteliti
1. Putri dkk. (2020), hasil penelitian menunjukkan bahwa modul berbasis RME
layak digunakan dengan kriteria 1) modul sangat valid setelah adanya revisi
dengan besar persentase 93.00%, 2) modul praktis digunakan dengan hasil rata
–rata uji terbatas angket respon siswa 88.67 dan 77.67 pada uji lapangan, 3)
validitas modul berbasis RME menurut ahli mencapai 85% yang termasuk
guru dan 90% menurut siswa yang keduanya termasuk kategori sangat
valid. Yang kedua nilai kepraktisan dengan presentase sebesar 82,26% dalam
krteria sangat praktis. Yang ketiga nilai keefektifan diperoleh nlai sebesar
38
39
40
literasi matematis siswa SMA kelas XI pada materi barisan dan deret
aritmatika dan mengetahui kualitas bahan ajar yang akan dikembangkan. Alasan
keunggulan yaitu dilihat dari prosedur kerjanya yang sistematik yakni pada setiap
langkah yang akan dilalui selalu mengacu pada langkah sebelumnya yang sudah
1. Analiysis yaitu analisis kebutuhan untuk menentukan masalah dan solusi yang
siswa.
Kabupaten Aceh Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena
1. Letak sekolah tersebut tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti.
melihat bahwa masih banyak siswa yang masih sulit dalam memahami
materi yang diajarkan oleh guru dan kurangnya bahan ajar yang dapat
1. Analisis (Analysis)
Langkah analisis terdiri atas 3 tahap, yaitu analisis masalah, analisis kebutuhan
a. Analisis Masalah
b. Analisis kebutuhan
sedang dihadapi.
c. Analisis Kurikulum
Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang akan
dijadikan tujuan yang akan dicapai dari pembelajaran serta situasi belajar yang
2. Perancangan (Design)
Pada langkah perancangan (design) ini dilakukan penyusunan modul
Realistic Mathematics Education (RME) pada materi barisan dan deret aritmatika
yang dikembangkan terdiri dari tiga bagian utama yaitu bagian awal, isi
dan penutup. Bagian awal berisi sampul, kata pengantar, daftar isi, dan
pendahuluan. Bagian isi uraian materi yang akan dipelajari dan rangkuman
unsur yang harus ada dalam modul matematika, dan urutan dari unsur-
unsur tersebut.
yang akan diujicobakan, adapun instrumen yang akan digunakan adalah angket.
3. Pengembangan (Development)
Pada tahap pengembangan (development), modul matematika yang sudah
pembelajaran. Dalam tahap ini diikuti dengan revisi yang berguna memperoleh
yang dikembangkan.
4. Implementasi (Implementation)
Langkah selanjutnya adalah menguji cobakan modul matematika kepada
keefektivan dari modul yang telah dikembangkan. Uji coba ini dilakukan setelah
produk dinyatakan valid (layak) oleh validator yaitu dosen ahli dan guru
kepada siswa. Peneliti hanya menguji sampai pada tahap pengujian kelompok
44
besar yang terdiri dari 32 siswa, dikarenakan adanya keterbatasan waktu, dan dan
Pada tahap ini, produk yang telah dinyatakan valid oleh ahli kemudian
SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu. Implementasi yang dilakukan pada penelitian ini
1. Uji coba produk dilakukan dengan subjek uji coba kelompok kecil yang
3. Uji coba kelompok besar dengan subjek yang berjumlah 32 orang peserta
didik.
4. Analisis hasil uji coba kelompok besar dilakukan untuk mengetahui tingkat
5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan
kualitas sesuatu, terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti. Pada dasarnya,
evaluasi sudah dilakukan dari tahap development yaitu evaluasi tingkat validasi
modul oleh para ahli. Akan tetapi, evaluasi pada tahap ini lebih kepada evaluasi
telah diimplementasikan.
45
dari hasil pengisian angket respon siswa pada tahap implementasi. Pada tahap ini
juga dilakukan revisi yang terakhir terhadap modul yang dikembangkan. Hal ini
bertujuan agar modul yang dikembangkan dapat digunakan lebih luas lagi.
digunakan adalah kurikulum 2013 sehingga dibutuhkan bahan ajar yang dapat
membantu dalam proses pembelajaran dan bahan ajar yang akan digunakan
berbasis RME.
b. Tahap design (perancangan), pada tahap ini peneliti mulai merancang modul
matematika yang akan dikembangkan mulai dari judul, materi serta soal,
dan RPP.
dikembangkan kemudian modul diuji kevalidanya oleh dosen ahli dan guru
46
kategori siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Tahap ujicoba
mengisi angket respon, hasil dari angket respon siswa jika menunjukkan bahwa
siswa diminta Kembali untuk mengisi angket respon siswa untuk mengetahui
sejauh mana tingkat kepraktisan modul Ketika digunakan pada jumlah siswa
yang lebih banyak. Tahap evaluasi, pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap
produk yang dihasilkan benar-benar bermutu, tepat guna dan sasarannya, uji coba
produk merupakan salah satu syarat yang harus dikerjakan oleh peneliti dalam
mengambil penelitian model pengembangan, adapun desain uji coba, subjek uji
coba dan jenis data dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.
47
baru diujicobakan kepada siswa. Berikut ini tahapan yang dilakukan Sesuai
Tahap Analisis
Analisis kinerja, kebutuhan dan situasi belajar.
Tahap Desain
Merancang modul matematika berbasis RME
pada materi barisan dan deret aritmatika
Tahap Development
Mengembangkan modul matematika yang telah
dirancang sesuai dengan pendekatan RME
Ya Tidak
Tahap Evaluation
Penilaian terhadap modul matematika yang telah digunakan
Education (RME) ini adalah dosen ahli dan guru ahli materi yang kompeten
2. Tahap Ujicoba
Pada tahap ini, produk yang telah dinyatakan valid oleh ahli kemudian
SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu. Implementasi yang dilakukan pada penelitian ini
5. Uji coba produk dilakukan dengan subjek uji coba kelompok kecil yang
7. Uji coba kelompok besar dengan subjek yang berjumlah 28 orang peserta
didik.
50
Pada tahap pengujian, peneliti menggunakan uji coba kelompok kecil yang
terdiri dari 6 orang siswa, kemudian dilanjutkan dengan uji coba kelompok besar.
Uji coba kelompok kecil digunakan untuk menguji tingkat kepraktisan modul.
Data kualitatif ialah data yang dinyatakan bukan dalam bentuk angka. Sedangkan
data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Data
kualitatif berupa kritik, saran, dan komentar para ahli terhadap modul
diperoleh dari data hasil angket dari lembar validasi ahli materi, angket respon
penelitian ,karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
untuk mengumpulkan data mengenai penilaian beragam aspek validasi dari suatu
51
modul pembelajaran. Validasi akan dilakukan oleh dosen ahli dan guru
berupa angket penilaian yang menggunakan format skala perhitungan skala likert.
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau
modul matematika yang dikembangkan dari segi aspek kontruksi dan teknisnya.
Skala penilaian komponen angket tersebut adalah sebagai berikut: untuk jawaban
sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan
sangat tidak setuju diberi skor 1. Kisi-kisi Lembar validasi untuk ahli media
Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Validasi Modul Matematika Untuk Dosen Ahli
Matematika
No Kriteria Indikator Nomor Butir
1. Aspek konstruksi Ketepatan penggunaan bahasa dan
kalimat 1, 2, 7
aspek didaktik, kualitas dan kesesuaian materi dengan pendekatan RME. Skala
sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan
sangat tidak setuju diberi skor 1. Berikut kisi-kisi lembar validasi modul
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Validasi Modul Matematika Untuk Guru Ahli
Matematika
No Kriteria Indikator Nomor Butir
Aspek didaktik Kesesuaian dengan
1, 2
kemampuan siswa
1
Kegiatan yang merangsang
3, 4
siswa
Aspek kualitas Kesesuaian uraian materi
5, 6, 7, 8
materi dalam modul dengan SK dan KD
matematika Keakuratan materi 9, 10, 11, 12, 13
2 Teknik penyajian materi 14, 15
Mendorong siswa untuk
aktif dalam kemampuan 16, 17
literasi matematis
Aspek pendekatan Memuat fase-fase
Realistic pembelajaran berbasis
18, 19, 20, 21,
3 Mathematics pendekatan Realistic
22
Eduication (RME) Mathematics Education
(RME)
Jumlah Butir 22
Sumber : Syakrina (2012)
dengan modul matematika berbasis RME untuk melihat bagaimana repon siswa
komponen angket tersebut adalah sebagai berikut: untuk jawaban sangat setuju
diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak
Jumlah Butir 25
Sumber: Rahmantiwi (2012)
saran perbaikan yang tedapat pada angket. Teknik analisis deskriptif kualitatif ini
digunakan untuk mengolah data hasil Tanggapan dari ahli materi pembelajaran
dan ahli media pembelajaran matematika berupa saran dan komentar mengenai
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekolompok orang
sebagai berikut:
matematika berbasis RME yang akan dilakukan oleh validatior ahli. Adapun
3.1)
Keterangan:
berikut.
Kriteria modul matematika dikatakan baik jika minimal tingkat validitas yang
dicapai adalah tingkat layak. Jika tingkat validitasnya masih dibawah layak, maka perlu
dilakukan juga penilaian bahan ajar untuk mengetahui kepraktisan bahan ajar
terhadap peserta didik. Penilaian berdasarkan data angket yang diperoleh. Rumus
............................................................................................... (3.2)
Keterangan:
: Nilai praktikalitas
Y : Skor maksimum
57
yang dicapai adalah tingkat praktis. Jika tingkat masih dibawah praktis, maka perlu
diadakan revisi sesuai dengan hasil angket respon siswa terhadap kepraktisan modul