Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM


MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Tenjosari Kecamatan
Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya)

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh
DESI NUR ISMA IRMAWATI
NIM : 857492567

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ BANDUNG

2022
A. JUDUL PTK
PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Tenjosari Kecamatan
Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya)

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Matematika adalah ilmu yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perkekmbangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) karena matematika
merupakan pondasi yang melandasi ilmu pengetahuan, baik itu illmu eksak maupun
ilmu non-eksak. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat baik dari segi materi maupun
kegunaanya.
Tak jarang muncul keluhan bahwa matematika hanya membuat pusing siswa
dan orang tua bahkan dianggap sebaggai momok yang menakutkan bagi sebagian
siswa. Banyak siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Hal ini jelas
sangat berakibat buruk bagi perkembangan pendidikan matematika ke depan. Oleh
karena itu, perubahan proses pembelajaran matematika yang menyenangkan harus
menjadi prioritas utama. Hasil empiris di atas jelas merupakan suatu
permasalahanyang merupakan faktor penting dalam mewujudkan tujuan pembelajaran
matematika.
Pembelajaran matematika di Indonesia dewasa ini, hanya digunakan untuk
mengaplikasikan konsep dan kurang mematematisasi “dunia nyata”. Pengalaman
yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang
diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri.
Di sisi lain banyak guru yang mengeluh karena rendahnya kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal cerita. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam
mengerjakan soal-soal cerita sehingga prestasi matematika siswa rendah. Salah satu
penyebab siswa tidak mampu mengerjakan soal cerita adalah mereka belum mengerti
apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal cerita tersebut.
Kesulitan siswa dalam menentukan suatu penyelesaian bukanlah diakibatkan
karena siswa tidak menguasai langkah-langkah dalam menyelesaikan suatu soal cerita
namun lebih cenderung karena kesulitan siswa untuk memaknai soal tersebut, tanda
operasi yang harus mereka gunakan dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Untuk
itu guru yang memiliki peran seagai fasilitator harus mampu membantu siswa dalam
menemukan makna (pengetahuan).
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam
mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan kehidupan mereka sehari-hari.
Pendekatan kontekstual diyakini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika soal cerita. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk berkontribusi
pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kualitas pembelajaran soal cerita
matematika. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal cerita
Matematika” (Penelitian Tindakan Kelas di kelas V SD Negeri Tenjosari Kecamatan
Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya.

C. DIAGNOSIS
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti dapat
mendiagnosis masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya pemahaman dan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal cerita.
2. Siswa belum bisa memaknai soal, tanda operasi yang harus mereka gunakan
dalam menyelesaikan soal-soal cerita.
3. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih kurang
efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa terutama dalam menyelesaikan
soal cerita.

D. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita di kelas V SD
Negeri Tenjosari?
2. Bagaimana gambaran aktifitas siswa selama pembelajaran dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL)?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL)?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
2. Untuk mengetahui gambaran aktifitas siswa selama pembelajaran dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
3. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika
dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut:
1. Untuk Siswa
a. Agar mampu memahami soal cerita matematika yang tersedia.
b. Melatih siswa agar mampu menyelesaikan soal cerita matematika.
c. Melatih siswa berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi.

2. Untuk Guru
Manfaat untuk guru itu sendiri adalah sebagai masukan tentang alternative
model pembelajaran matematika SD dengan pendekatan kontekstual yaitu
pembelajaran yang bisa mengaitkan antara mata pelajaran matematika dengan
kehidupan nyata siswa.

G. KAJIAN PUSTAKA
1. Pembelajara Matematika di Sekolah Dasar
a. Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari Bahasa Yunani “Mathematikos” berarti
secara ilmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak
dan edukatif, dimana kesimpulan tidak tertarik berdasarkan pengalaman
keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu
melalui edukasi. (Ensiklopedia Indonesia : 13).
Matematikaberperan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia, serta siswa dilatih berfikir kritis, sistematis
dan logis (Andriani, 2013:1). Oleh karena itu, matematika merupakan
matapelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Jika kita mengaitkannya dengan mata pelajaran matematika maka hal
tersebut menuntut siswa siswa untuk mengembangkan potensinya dalam
menyelesaikan permasalahan matematika baik dalam pembelajaran maupun
kehidupan sehari-hari.
Matematika sekolah berfungsi sebagai wahana untuk:
a. Meningkatkan kertajaman penalaran siswa yang dapat membantu
memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan
dan symbol-simbol.

2. Soal Cerita
Soal cerita merupakan suatu permasalahan matematika dalam bentuk cerita
dan soal tersebut membutuhkan pengerjaan dan jawaban. Dalam menyelesaikan
soal cerita, siswa dituntut untuk lebih teliti dalam memahami soal. Oleh karena itu
diperlukan pemahaman tentang apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, serta
penyelesaian yang diperlukan.
Menyelesaikan soal cerita harus memahami terlebih dahulu masalah dalam
matematika. Masalah dalam matematika adalah persoalan yang ia sendiri harus
mampu menyelesaikan tanpa menggunakan cara atau alogaritma yang rutin.
Kurangnya pemahaman konsep menyebabkan siswa kesulitan mengerjakan
soal cerita dikarenakan guru yang mengajarkan dengan cara yang kurang tepat dan
tidak menggunakan contoh konkret yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-
hari. Kondisi tersebut seperti yang ditemukan dalam penelitian (Jamal, 2014)
tentang analisis kesulitan belajar matematika dengan kesimpulan bahwa
kesulitan siswa pada materi dikarenakan kurangnya pemahaman siswa dalam
memahami konsep dan sering salah menggunakan rumus dalam menyelesaikan
soal.
Agar siswa mampu menyelesaikan soal cerita dengan benar, selain
kemampuan melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, dan pembagia,
siswa juga dituntut memiliki kemampuan membaca pemahaman sehingga siswa
mampu memecahkan masalah yang terdapat dalam soal cerita matematika dengan
benar.

3. Pengertian Strategi Pendekatan Contextual Teaching and Learning


CTL pada awalnya dikembangkan oleh Washington state concorcium for
contextual teaching and learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20
sekolah, dan Lembaga-lembaga dalam dunia Amerika Serikat. Berdasarkan studi
yang dilakukan, proses belajar yang diciptakan melalui kegiatan kontekstual
secara umum bercirikan beberapa hal berikut: problem based, multiple context,
self-regulated, dan learning community. Pengajaran dan pembelajaran
kontekstual menekankan cara berpikir tingkat tinggi dalam mentransfer
pengetahuan, mengumpulkan, menganalisis data, dan informasi dari berbagai
sumber serta sudut pandang.
Metode pembelajaran CTL selalu dilaksanakan dalam bentuk kelompok
belajar. Siswa dapat dibagi dalam kelompok heterogen. Yang pandai mengajari
yang lemah, yang tahu mengajari yang belum tahu, memberikan gagasan
sehingga dengan belajar berkelompok diharapkan siswa dapat bekerjasama dan
saling membantu. Dalam CTL juga, guru berperan sebagai fasilitator dan tugas
utamanya adalah memberdayakan potensi kodrati sehingga siswa lebih
menangkap makna materi yang diajarkan yakni menghubungkan antara materi
ajar dengan lingkungan personal dan sosial. Hal yang sangat penting untuk
dilakukan adalah dengan menyajikan materi matematika di kelas yang dikaitkan
dengan pengalaman kehidupan nyata siswa, agar pembelajaran lebih bermakna
(Rahmawati, 2013:226)
Tugas guru selain mengatur strategi belajar, juga membantu
menghubungkan pengetahuan yang lama dengan yang baru serta memfasilitasi
belajar siswa agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, serta menyadarkan siswa
untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
Setiap materi yang yang disajikan memiliki makna dan kualitas yang
beragam. Makna yang berkualitas adalah makna kontekstual, yakni dengan
menghubungkan materi ajar dengan lingkungan personal dan sosial.
“Kontekstual” antara lain teralami oleh siswa.berdasarkan penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Pemecahan Soal


Cerita
Pendekatan CTL dapat menjadi alternatif pembelajaran pada materi
menyelesaikan soal cerita operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk
campuran. Dengan menerapkan pendekatan ini, proses pembelajaran akan lebih
berkesan dan bermakna bagi siswa, karena siswa dapat menemukan sendiri
konsep-konsep matematika melalui penyajian masalah yang dekat dengan
kehidupan siswa, dan siswa dapat membangun pemahamannya secara mandiri.
Pendekatan kontekstual membantu siswa untuk lebih mudah dalam
menyelesaikan soal cerita, karena pada dasarnya kebanyakan soal cerita itu ada
kaitannya terhadap lingkungan dan kehidupan sehari-hari.

5. Acuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Peneliti mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menurut
Kurikulum 2013.

H. KERANGKA BERPIKIR
Kita ketahui bahwa belajar matematika dianggap sulit bagi siswa-siswi sekolah
dasar. Mengajar matematika di sekolah dasar memerlukan konsep, Teknik dan
metode-metode yang menarik untuk mempermudah siswa dalam memahami dan
menyelesaikan soal, khususnya dalam penyelesaian soal cerita.
Guru yang memiliki peran sebagai fasilitator harus mampu membantu siswa
dalam menemukan makna (pengetahuan). Untuk itu perlu dicari suatu pendekatan
yang dapat mendukung proses pembelajaran matematika yang menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan motivasi sekaligus mempermudah pemahaman siswa
dalam belajar matematika.
Pendekatan kontekstual diyakini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran mata
pelajaran matematika khususnya dalam penyelesaian soal cerita. Pendekatan
kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan kehidupan sehari-
hari. CTLmelibatkan tujuh komponen yaitu, 1) konstruktivis, 2) bertanya,3)
penemuan, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan, 6) refleksi, dan 7) penilaian(Dinia,
dkk, 2014:32).
Atas hal tersebut peneliti yakin bahwa penerapan pendekatan CTL akan
berpengaruh positif dalam dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran soal
cerita matematika.

I. HIPOTESIS PENELITIAN
Jika dikaji dari rumusan masalah, hasil kajian pustaka, dan kerangka berpikir
pada penelitian ini sehingga peneliti dapat merumuskan hipotesis berupa hipotesis
tindakan. Guru merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran secara
efektif dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Siswa akan lebih tertarik saat
metode belajar yang digunakan diaplikasikan dalam bentuk nyata sesuai dengan
kegiatan pembelajaran yang akan dipelajari. Pembelajaran akan lebih bermakna bagi
siswa bila menggunakan media dan alat pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran.
Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator untuk keberhasilan siswa.

J. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN


Prosedur penelitian yang akan ditempuh sesuai dengan metode Penelitian
Tindakan Kelas adalah suatu bentuk proses pengkajian siklus yang terdiri dari empat
tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan
(planning), (2) Pelaksanaan (Acting), (3) Pengamatan (Observing), dan Refleksi
(Reflecting).
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari tiga siklus. Tiap siklus
dilaksanakan dengan perubahan yang ingin dicapai, untuk mengetahui sampai sejauh
mana penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam pemecahan masalah soal cerita. Berikut adalah penjelasan mengenai empat
tahapan dasar dalam siklus tersebut.
1. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:
a. Membuat skenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
b. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar
di kelas ketika pendekatan kontekstual diaplikasikan.
c. Menyiapkan alat bantu pembelajaran yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
d. Mendesain alat evaluasi belajar untuk melihat apakah siswa mampu untuk
menyelesaikan soal cerita matematika dengan benar melalui penerapan
pendekatan kontekstual.

2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan.

3. Observasi
Menurut Sugiyono (2018, hlm. 224) “pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.” Pada tahap ini
dilakukan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat. Data yang dikumpulkan dapat berupa data
kuantitatif (hasil tes, presentasi, nilai tugas dan lain-lain) atau data kuantitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, mata diskusi yang dilakukan dan
lain-lain.
Instrument yang digunakan adalah:
a. Soal tes,
b. Lembar observasi kegiatan siswa,
c. Lembar observasi kegiatan guru,
d. Catatan lapangan,
e. Wawancara.

4. Refleksi
Pada tahap melakukan refleksi berarti mengadakan upaya evaluasi yang
dilakukan guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Refleksi adalah serangkaian
proses penting dalam penelitian tindakan spiral karena mendorong pihak yang
terkena dampak untuk mengkritik, bertukar dan berbagi temuan mereka (Kemmis
& Mctaggert, 1988; Mettetal, 2004; Wongwanich, 2001) dalam Kunlasomboon, N,
dkk. (2015, hlm. 1316).
Keputusan untuk melakukan siklus lanjutan ataukah berhenti dapat
diketahui pada tahap ini karena masalahnya telah terpecahkan.

K. BIAYA PENELITIAN
Rencana anggaran yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

No. Jenis/ Nama Barang Jumlah Total


1. Persiapan:
a. ATK Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
b. Transfortasi Rp. 60.000,- Rp. 60.000,-
c. Dokumentasi Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
2. Pelaksanaan:
a. ATK Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
b. Media Pembelajaran Rp. 250.000,- Rp. 250.000,-
c. Transfortasi Rp. 60.000,- Rp. 60.000,-
d. Dokumentasi Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
3. Pelaporan:
a. ATK Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
b. Penggandaan Rp. 260.000,- Rp. 260.000,-
c. Pengesahan Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
d. Transfortasi Rp. 60.000,- Rp. 60.000,-
Jumlah Rp. 1.290.000,-

L. PERSONALIA PENELITIAN
Dalam melaksanakan Peneltian Tindakan Kelas ini, peneliti akan dibantu oleh
dua orang guru sebagai observer yaitu guru kelas V (lima) yang bernama Ibu Erni
Suhaerah, S.Pd dan seorang guru kelas VI bernama Ibu Lilis Sugiwangsih, S.Pd
terutama saat melakukan observasi dan refleksi hasil pembelajaran, dengan subjek
penelitiannya adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Tenjosari Kecamatan
Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya.
M. JADWAL PENELITIAN

No. Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan


Nov Des Jan Feb Mar apr
1. Studi pendahuluan
2. Penyusuna draf proposal
3. Perbaikan proposal
4. Penyusunan instrument penelitian
5. Validasi Instrumen oleh tim ahli
6. Uji coba Instrumen
7. Pengumpulan data

Keterangan:

= waktu pelaksanaan
DAFTAR PUSTAKA

Sugioyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
Dinia, dkk. 2014. Penerapanpendekatan CTL untuk Membantu Siswa Mengatasi
Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan Bilangan Bulat di
Kelas VII Semester Ganjil Smp Plus Miftahul Arifin Tahun Ajaran 2013/2014.
Jurnal Didaktik Matematika.[online].EdisiKhususVol.3,No. 3 Agustus 2014.
Tersedia:[http://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/viewFile/
760/578.pdf,10 September 2014].Hudojo, H. 1990. Strategi Mengajar Belajar
Matematika. Malang: IKIP Malang.
Jamal, F. (2014). Analisis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika
Pada Materi Peluang Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Meulaboh Johan
Pahlawan. Jurnal MAJU (Jurnal Pendidikan Matematika), 1(1), 18–36.
http://www.ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/mtk/article/view/232
Rahmawati,F.2013. PengaruhRealistik Matematikadalam meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SD. Dalam FMIPA.Unila.[Online].
Vol 1 (1), 225-238.
Tersedia:[http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/882/701.3
September 2014]
Andriani, D. G.2013.Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Dan Think Pair Share ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa SMP Se-Kota
Kediri.Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika.[online]. Volume 1, No.7,hal
651-660. Tersedia: [http://jurnal.pasca.uns.ac.id.19 Agustus 2014]
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai