Oleh:
CANDRA ANDRIAWAN
NIM. 836502069
candraandriawan27@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang masalah penelitian ini adalah bahwa pembelajaran matematika pada
kelas V di SD Negeri Kertasari masih kurang efektif serta penyampaian guru masih
konvensional sehingga siswa enggan mendengarkan penjelasan guru sehingga
mengakibatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita menjadi berkurang. Maka dari itu
perlu diadakan penelitian untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk
mendiskripsikan penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
berbasis media animasi Microsoft Power Point dalam meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita volume kubus dan balokdi kelas V SD Negeri Kertasari setelah
model diterapkan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil latar
SD Negeri Kertasari. Adapun urutan kegiatan penelitian mencakup : (1) Perencanaan,(2)
Pelaksanaan, (3) Observasi, (4) Refleksi. Hasil penelitian: (1) penerapan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) berbasis media animasi microsoft power
point dilakukan dalam dua siklus. (2) penerapan model pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) berbasis media animasi microsoft power point pada pembelajaran
matematka dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita volume kubus
dan balok di kelas V SD Negeri Kertasari. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita volume kubus dan balok di kelas V SD Negeri
Kertasari yang cukup signifikan, pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap materi
yang disampaikan guru, ketuntasan belajar meningkat dari masing-masing siklus I
(58%), dan Siklus II (92%).
2. Analisis Masalah
Masalah-masalah tersebut akan ditindakianjuti dengan mencarikan
solusi pemecahannya. Berdasarkan hasil pembelajaran selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, penulis menganalisis masalah yang timbul serta
berdiskusi dengan teman sejawat untuk mencari penyebab dan masalah yang
teridentifikasi di atas. Penyebab kurang berhasilnya pembelajaran
Matematika terhadap konsep materi volume kubvus dan balok di kelas V SD
Negeri Kertasari adalah sebagai berikut:
1. Materi volume kubus dan balok merupakan salah satu materi dalam
matematika yang memuat prinsip dan hitungan, memerlukan pemahaman
yang berlebih. Hal itu akan membuat siswa merasa jenuh dan bosan dalam
mengikuti proses pembelajaran;
2. Selain metode pembelajaran yang masih bersifat konvensional yang
digunakan di SD Negeri Kertasari Kecamatan, salah satu penyebab kurang
berminatnya siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika
yang berujung kepada rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematik adalah kurangnya penggunaan media pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Padahal SD Negeri Kertasari sudah termasuk sekolah
yang mempunyai sarana dan prasarana ataupun media pembelajaran yang
cukup lengkap baik itu OHV (Over Head Projector), Radio Tape, VCD
Player, in focus ataupun komputer/lap top yang merupakan media
pembelajaran yang berteknologi tinggi.;
3. Sampai saat ini masih banyak siswa yang beranggapan bahwa mata
pelajaran matematika sulit dipahami, bersifat abstrak, menjemukan dan
membosankan, sehingga tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahaminya.
4. Mengkaji dari perumusan masalah tersebut maka alternatif tindakan yang
akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyeleaikan soal cerita
matematika kelas V SDN Kertasari dalam materi pokok volume kubus dan
balok pada siswa kelas adalah dengan mengadakan penelitian tindakan
kelas (PTK). Dalam hal ini, siswa diharapkan dapat mencapai tujuan
pembelajaran dalam menyelesaikan soal cerita dalam materi pokok volume
kubus dan balok pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran problem solving yang berbasis Microsoft power point.
Penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut dilakukan dalam tiga siklus.
Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian tindakan
kelas. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus dengan masing-masing siklus
satu kali pertemuan. Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan
secara berulang.
5. Aqib (2011:8) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam PTK
merupakan suatu daur atau siklus. Sejalan dengan pemikiran tersebut,
Arikunto (2010 :137) menyatakan bahwa secara garis besar terdapat empat
tahapan yang lazim dilalui dalam melaksanakan penelitian tindakan, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun model dan
penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
6.
7.
B. Perumusan Masalah
Sebuah masalah yang dirumuskan terlalu umum dan luas tidak pernah
dapat dipakai sebagai masalah penyelidikan karena tidak pernah jelas batas-
batas masalah itu. Oleh karenanya supaya lebih terarah, penulis memberi
rumusan masalah sesuai dengan yang akan diteliti dengan penjabaran
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
“Bagaimana cara penggunaan model pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) berbasis animasi microsoft power point untuk meningkatkan
kemampuan menyelesaikan soal cerita volume kubus dan balok?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan cara
penggunaan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) berbasis
animasi microsoft power point untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian
soal cerita volume kubus dan balok.
D. Manfaat Penelitian
Masih rendahnya komunikasi matematik siswa merupakan salah satu
tantangan bagi guru untuk segera mengatasinya. Melalui penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi Penulis
Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan model pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) berbasis microsoft power point di kelas V
SD Negeri Kertasari;
2. Bagi siswa, diharapkan dapat:
a. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika;
b. Siswa semakin menyenangi matematika;
c. Meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa.
3. Bagi guru
Memberikan motivasi bagi guru untuk melakukan inovasi dalam
pembelajaran di kelas. Selain itu dapat memberikan masukan bagi para
guru untuk model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) berbasis
microsoft power point sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematik.
4. Bagi Sekolah
model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) berbasis microsoft
power point diharapkan menjadi suatu masukan untuk mengembangkan
suatu model pembelajaran yang baru dalam upaya peningkatan kualitas
dan prestasi sekolah.
5. Peneliti lain
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi insprirasi bagi
peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lain selain model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) berbasis microsoft power
point.
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)
BERBASIS MEDIA ANIMASI MICROSOFT POWER POINT DAN SOAL
CERITA VOLUME KUBUS DAN BALOK
2. Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi yang kondusif
untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu
diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak
secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental.
Menurut Thoifuri (2008 : 37) mengajar adalah kegiatan yang dilakukan
guru dan anak didik secara bersama-sama untuk memperoleh pengetahuan
melalui proses pembelajaran yang akhirnya membentuk perilaku atau
kepribadian anak. Sedangkan menurut Anitah, et.al. (2009 : 5.2) mengajar
bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran pada siswa, tetapi merupakan
suatu proses upaya membimbing dan memfasilitasi siswa supaya dapat
belajar secara efektif dan efisien.
B. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian
Matematika menurut Abdurahman (2003: 252) adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif dan keruangan sehingga fungsi teoritisnya adalah
untuk memudahkan berfikir. Kemudian arti matematika menurut
Ruseffendi (1980: 148) yang menyatakan bahwa matematika adalah ilmu
keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur
yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau
postulat dan akhirnya ke dalil.
Atas dasar-dasar teori konsep matematika menurut para ahli diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa pengertian matematika adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang susunan atau struktur yang terorganisasikan
yang dimulai dengan unsur yang tidak di definisikan/ diartikan, ke dalam
unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan yang pada akhirnya
ke dalil yang mana fungsi praktisnya berguna mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif serta keruangan sehingga fungsi teoritisnya ialah
guna memudahkan berfikir.
2. Hakikat Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika dimaksudkan untuk membangun
kemampuan anak untuk bernalar, kemampuan menganalisis masalah,
kemampuan mem-break-down masalah komplek menjadi potongan-
potongan masalah yang lebih sederhana. Belajar matematika juga
merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian
maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian
itu. Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran
matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
3. Tinjauan tentang Volume Kubus dan Balok
Volume artinya isi atau besarnya atau banyaknya benda di ruang.
Secara teori pengertian volume adalah banyaknya satuan volume yang
mengisi ruang bangun. Kalau satuan volume yang digunakan cm3, maka
menghitung volume artinya menghitung berapa banyak kubus berukuran 1
cm3 dapat masuk atau termuat. Volume atau bisa juga disebut kapasitas
adalah penghitungan seberapa banyak ruang yang bisa ditempati dalam
suatu objek. Objek itu bisa berupa benda yang beraturan ataupun benda
yang tidak beraturan. Benda yang beraturan misalnya kubus, balok,
silinder, limas, kerucut, dan bola. Benda yang tidak beraturan misalnya
batu yang ditemukan di jalan. Volume digunakan untuk menentukan massa
jenis suatu benda. Satuan volume adalah m3. Satuan lain yang banyak
dipakai adalah liter (dm3) dan ml. Dari beberapa pengertian di atas, maka
peneliti simpulkan bahwa yang dimaksud volume kubus dan balok adalah
isi atau bagian yang menempati bangun ruang kubus dan balok. Adapun
cara menghitung berapa besaran volume kubus dan balok adalah dengan
menggunakan konsep bangun ruang
Kubus adalah ruang yang berbatas enam bidang segi empat (seperti
dadu). Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh 6 buah sisi
berbentuk persegi yang kongruen. Bangun kubus mempunyai ketentuan
yaitu; terdapat 6 buah sisi yang berbentuk persegi dengan masing-masing
luasnya sama, terdapat 12 rusuk dengan panjang yang sama, semua sudut
bernilai 90 derajat atau siku-siku.. Menghitung volume kubus pada
dasarnya sama dengan menghitung volume balok, yaitu luas alas x tinggi
atau Vkubus = sxsxs = s3.
Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh 6 persegi
panjang, dimana setiap sisi persegi panjang berimpit dengan tepat satu sisi
persegi panjang yang lain dan persegi panjang yang sehadap adalah
kongruen. Bangun balok juga mempunyai ketentuan yaitu; terdapat 6 buah
sisi, sisi yang berhadapan sama panjang terdapat 12 rusuk, semua sudut
bernilai 90 derajat atau siku-siku. Cara menghitung volume balok, yaitu
luas panjang (p) x lebar (l) x tinggi (t) atau Vbalok = pxlxt.
Jenis Media 1 2 3 4 5 6
Gambar diam S T S S R R
Gambar hidup S T T T S S
Televisi S S T S R S
Obyek tiga dimensi R T R R R R
Rekaman audio S R R S R S
Programmed instruction S S S T R S
Demosntrasi R S R T S S
Buku teks tercetak S R S S R S
Keterangan
R = Rendah, S = Sedang, dan T = Tinggi
1 = Belajar informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5 = Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini, dan motivasi
F. Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
berbasis animasi Microsoft Power Point
Kemampuan siswa kelas V SD Negeri Kertasari dalam
menyelesaikan soal cerita matematika masih sangat rendah dan belum
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh
sekolah. Sikap dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika
masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan antara lain
karena belajar matematika dirasakan sulit dan banyak guru mengelola
pembelajaran matematika dengan metode yang kurang menarik.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu diadakan
perbaikan yaitu dengan menggunakan alternatif model pembelajaran lain.
Dalam hal ini akan digunakan model pembelajaran Creative Problem
Solving berbasis animasi Microsoft Power Point untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.
Kegiatan inti dari model pembelajaran Creative Problem Solving
berbasis Microsoft Power Point adalah mengungkapkan dan memilih
strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal cerita matematika,
tanpa ada contoh penyelesaian sebelumnya. Dalam menyelesaikan masalah
tersebut, dilakukan secara berkelompok. Dalam kelompok tersebut siswa
bebas mengungkapkan pendapatnya tentang strategi apa yang akan
digunakan untuk menyelesaikan masalah. Di sini guru memfasilitasi
jalannya diskusi. Setelah siswa memilih strategi apa yang akan digunakan
untuk menyelesaikan masalah, siswa kemudian menerapkan strategi
tersebut untuk menyelesaikan suatu masalah. Kemudian guru membantu
siswa untuk menganalisis hasil jawaban yang disajikan di depan kelas, jika
jawaban yang dihasilkan benar guru cukup menegaskan jawaban tersebut.
Apabila jawaban yang dihasilkan masih salah maka guru menunjuk siswa
lain untuk menjawab soal tersebut sampai diperoleh jawaban yang benar.
Setelah itu siswa dapat memperbaiki jawabannya, selanjutnya guru
mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan.
Dalam implementasinya, pembelajaran Creative Problem Solving
berbasis Microsoft Power Point dilakukan sebagai solusi kreatif. Solusi
kreatif sebagai upaya pemecahan masalah yang dilakukan melalui sikap
dan pola pikir kreatif, memiliki banyak alternatif pemecahan masalah,
terbuka dalam perbaikan, menumbuhkan kepercayaan diri, keberanian
menyampaikan pendapat, berpikir divergen, dan fleksibel dalam upaya
pemecahan masalah. Pembelajaran Creative Problem Solving berbasis
Microsoft Power Point dibangun atas tiga macam komponen, yaitu:
ketekunan, masalah dan tantangan. Ketiga komponen tersebut dapat
diimplementasikan dengan berbagai komponen pembelajaran.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SD Negeri Kertasari Kecamatan Ligung Kabupaten
Majalengka, Jawa Barat.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9
Maret 2018, 12 Maret 2018, dan 19 Maret 2018, semester genap tahun
pelajaran 2017/2018.
2. Siklus II
Pada siklus II ini juga prosedur pelaksanaan disusun sama dengan
siklus I yang terdiri dari :
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus II ini disusun berdasarkan
refleksi hasil observasi pembelajaran pada siklus I. Perencanaan
tindakan ini dipusatkan kepada sesuatu yang belum dapat terlaksana
dengan baik pada tindakan siklus I.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas yang
sama sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan
hasil refleksi siklus I.
c. Pengamatan
Kegiatan observasi ini meliputi pengamatan terhadap
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan tindakan siklus II, minat
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan di kelas V pada siklus II, guru melakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Dari hasil
refleksi dan diskusi dengan supervisor 2 menganalisis pelaksanaan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) berbasis microsoft power point untuk
membuat kesimpulan dalam meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa kelas V Semester 2 SD Negeri Kertasari, Kecamatan Ligung,
Kabupaten Majalengka terhadap pembelajaran matematika tahun
pelajaran 2017/2018.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dilihat dari daftar nilai hasil penelitian sampai dengan siklus II pada
mata pelajaran Matematika pada SD Negeri Kertasari telah terjadi
peningkatan kualitas hasil belajar. Ini dibuktikan banyak siswa yang sudah
mendapat nilai diatas KKM. Pada kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran berjalan optimal.
90
81,05
80
70 66.31
60 57.58
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
100
92%
90
80
70
60 58%
50
39%
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Dari grafik 4.2 terlihat bahwa pada pra siklus dari 38 siswa, 39%
siswa sudah mencapai KKM yakni memperoleh nilai 70 keatas sedangkan
yang belum berhasil mencapai nilai nilai 70 sebanyak 61%. Tetapi pada
siklus I terjadi peningkatan dan perbaikan nilai dari 38 siswa, 58% sudah
memperoleh nilai baik di atas 70. Peningkatan jumlah siswa yang mencapai
KKM meningkat tinggi terjadi pada siklus II, yakni 92%. Hal ini disebabkan
dalam proses belajar mengajar guru sudah mampu melibatkan siswa secara
langsung dan aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dengan cepat
bisa memahami materi yang diberikan. Disamping itu juga, guru lebih kreatif
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan
memberikan pengalaman yang konkrit kepada siswa.
Berikut ini adalah hasil observasi terhadap 38 siswa kelas V SD
Negeri Kertasari yang aktif dan siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran pada saat perbaikan pembelajaran berlangsung.
40
35
35
30
25 23 22
20 Siswa aktif
15 16 Siswa kurang aktif
15
10
5 3
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Dari grafik 4.3 menunjukkan bahwa dari ke-2 siklus tersebut pada
siklus II terjadi peningkatan yang signifikan terhadap keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran, yakni 35 siswa bisa menjawab benar dan aktif dalam
tanya jawab dengan guru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemauan
siswa melakukan tanya jawab dan aktif dalam pembelajaran mengalami
peningkatan yang tinggi.
1. Nilai terendah 20 20 50
120
100
100
90
80 81.05
80
66.31
57.58 Nilai terendah
60
50 Nilai tertinggi
Nilai rata-rata
40
20 20
20
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Dari grafik 4.4 perolehan nilai per siklus dapat dikatakan bahwa,
penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) berbasis
animasi microsoft power point dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita volume kubus dan balok kelas V di SD Negeri
Kertasari sebelum diberi tindakan diperoleh nilai rata-rata test awal siswa
kelas V SD Negeri Kertasari dengan taraf keberhasilan hasil test awal siswa
yang mencapai nilai ≥70 sebanyak 15 siswa (39%) dan <70 sebanyak 23
siswa (61%) dengan nilai ratarata kelas adalah 57,58. Pada siklus I nilai rata-
rata kelas 66,31 siswa yang mendapat nilai ≥70 sebanyak 22 siswa (58%) dan
<70 sebanyak 16 siswa (42%). Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata 81,05
siswa yang mendapat nilai ≥70 sebanyak 35 siswa (92%) dan <70 sebanyak 3
siswa (8%).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam dua
siklus dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Gambaran Penggunaan
model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) berbasis animasi
microsoft power point adalah sebagai berikut. Kegiatan inti dari model
pembelajaran Creative Problem Solving berbasis microsoft power point
adalah mengungkapkan dan memilih strategi yang akan digunakan untuk
menyelesaikan soal cerita matematika, tanpa ada contoh penyelesaian
sebelumnya. Dalam menyelesaikan masalah tersebut, dilakukan secara
berkelompok. Dalam kelompok tersebut siswa bebas mengungkapkan
pendapatnya tentang strategi apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan
masalah. Di sini guru memfasilitasi jalannya diskusi. Setelah siswa memilih
strategi apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah, siswa
kemudian menerapkan strategi tersebut untuk menyelesaikan suatu masalah.
Kemudian guru membantu siswa untuk menganalisis hasil jawaban yang
disajikan di depan kelas, jika jawaban yang dihasilkan benar guru cukup
menegaskan jawaban tersebut. Apabila jawaban yang dihasilkan masih salah
maka guru menunjuk siswa lain untuk menjawab soal tersebut sampai
diperoleh jawaban yang benar. Setelah itu siswa dapat memperbaiki
jawabannya, selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk menarik
kesimpulan.
Kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas V SD Negeri
Kertasari pada mata pelajaran matematika materi volume kubus dan balok
mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilaksanakan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) berbasis
animasi microsoft power point. Mengaitkan pembelajaran dengan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) berbasis animasi microsoft
power point akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna sera
keterampilan dan minat belajar siswa dalam tanya jawab selama proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving
(CPS) berbasis animasi microsoft power point dapat muncul dan 88%
menunjukkan peningkatan dengan perincian sebagai berikut: sebelum diberi
tindakan diperoleh nilai rata-rata test awal siswa kelas V SD Negeri Kertasari
dengan taraf keberhasilan hasil test awal siswa (pra siklus) yang mencapai
nilai ≥70 sebanyak 15 siswa (39%) dan <70 sebanyak 23 siswa (61%) dengan
nilai rata-rata kelas adalah 57,58 serta nilai tertinggi adalah 80 dan nilai
terendah 20. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 66,31 siswa yang mendapat
nilai ≥70 sebanyak 22 siswa (58%), dan <70 sebanyak 16 siswa (42%)
dengan nilai tertinggi adalah 90, nilai terendah 50. Sedangkan pada siklus II
nilai rata-rata 81,05 siswa yang mendapat nilai ≥70 sebanyak 35 siswa (92%)
dan <70 sebanyak 3 siswa (8%) dengan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai
terendah 60.