Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No.

1 Januari 2024

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING


TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
SISWA KELAS VII SMPN 2 LEMBO KONAWE UTARA

Eda Lisastri1), La Masi2), Kadir3)


Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika, 2,3)Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
1)

E-mail : edhamakmur996@gmail.com; lamasimbahido_fkip@uho.ac.id; kadirraea@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang diajar model Problem Based Learning dan pembelajaran langsung. Penelitian ini
merupakan eksperimen semu dengan desain penelitian Posttest-Only Control Group Design, yang
dilaksanakan di kelas VIIA sebagai kelas eksperimen dan VII B sebagai kelas kontrol pada SMP
Negeri 2 Lembo Konawe Utara. Data penelitian dikumpulkan menggunakan lembar observasi dan tes
kemampuan pemecahan masalah matematis. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan uji-
t. Hasil penelitian menunjukkan (1) kemampuan pemecahan masalah matematis yang diajar model
Problem Based Learning memiliki nilai rata-rata 81,07; nilai minimum 74,00; dan nilai maksimum
90,00; (2) kemampuan pemecahan masalah matematis yang diajar model pembelajaran langsung
memiliki nilai rata-rata 66,80; nilai minimum 50,00; dan nilai maksimum 86,00; (3) kemampuan
pemecahan masalah matematis yang diajar model PBL lebih tinggi dari pada siswa yang diajar model
pembelajaran langsung. Disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan model PBL terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Kata Kunci : Pembelajaran matematika, model pembelajaran problem based learning, kemampuan
pemecahan masalah matematis

THE IMPLEMENTATION OF THE PROBLEM-BASED LEARNING MODEL


ON MATHEMATICAL PROBLEM SOLVING ABILITY
STUDENTS OF CLASS VII SMPN 2 LEMBO KONAWE UTARA

Abstrac
The purpose of this study was to analyze the differences in the mathematical problem solving
abilities of students who were taught the Problem Based Learning model and direct learning. This
research was a quasi-experimental with the Posttest-Only Control Group Design research design,
which was carried out in class VIIA as the experimental class and VIIB as the control class at SMP
Negeri 2 Lembo Konawe Utara. Research data was collected using observation sheets and tests of
mathematical problem solving skills. Data were analyzed using descriptive statistics and t-test. The
results showed (1) the ability to solve mathematical problems taught by the Problem Based Learning
model had an average value of 81.07; minimum value 74.00; and the maximum value is 90.00; (2)
the ability to solve mathematical problems taught by the direct learning model has an average value
of 66.80; minimum value 50.00; and the maximum value is 86.00; (3) the ability to solve
mathematical problems taught by the PBL model is higher than that of students taught by the direct
learning model. It was concluded that there was a significant influence of the PBL model on students'
mathematical problem solving abilities.

Keywords: math learning, problem based learning model, mathematical problem solving ability

Eda Lisastri, Kadir, La Masi 71


Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

Pendahuluan matematika sehingga tidak mampu


Matematika telah menunjukan kesamaan mengembangkan kemampuan pemecahan
yang nyata dalam kehidupan manusia sebagai masalah matematis siswa. Kondisi ini cukup
dasar ilmu pengetahuan sehingga siswa perlu menganbil andil dalam mempengaruhi
mempelajari matematika agar memiliki kemampuan pemacahan masalah matematis
kemampuan untuk memperoleh, memilih dan pada siswa. Model pembelajaran yang
mengolah informasi dan dapat bertahan dalam diterapkan di kelas masih mengunakan model
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan pembelajaran langsung dalam kelas.
kompetitif yan membutuhkan pemikiran kreatif Dari uraian fenomena di atas, maka untuk
dalam memecahkan masalah dapat di mengatasi permasalahan kemampuan
kembangkan melalui belajar matematika, karena pemecahan masalah matematis siswa
matematika memiliki struktur dan keterkaitan dibutuhkan suatu model pembelajaran yang
yang kuat dan jelas antara konsepnya. mampu menciptakan suasana menyenangkan.
Mengingat pentingnya peranan Salah satu cara untuk mengembangkan
matematika serta tantangan yang dihadapi guru kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa maka sudah sewajarnya guru dapat siswa yaitu dengan satu model pembelajaran
menetapkan model pembelajaran matematika yang mengutamakan keaktifan siswa sehingga
yang relevan dengan topik, tujuan dan mampu mengembangkan kemampuan
karateristik siswa. tantangan yang dihadapi pemecahan masalah matematikanya. Selain itu
siswa adalah kesulitan dalam mempelajari diperlukan suatu model pembelajaran yang
matematika, sedangkan tantangan yang dihadapi menyajikan tugas-tugas dalam bentuk masalah
guru adalah bagaimana mentransfer ilmu dan karena dengan adanya masalah siswa akan
member pemahaman kepada siswa yang berusaha mencari solusi dengan berbagai ide
memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. sehingga kemampuan berpikir siswa benar-
ada siswa yang memiliki tingkat intelegensi benar dioptimalkan melalui proses pemecahan
yang tinggi, sedang dan rendah, meskipun masalah tersebut. untuk itu, salah satu model
mereka mempelajari materi matematika yang pembelajaran untuk meningkatakan kemampuan
sama. Hal ini merupakan tantangan yang harus pemecahan masalah matematis siswa yaitu
ditemukan solusinya oleh seorang guru. melalui model Problem Based Learning.
Salah satu masalah menonjol yang Model pembelajaran menjadi pedoman
dihadapi guru dalam pembelajaran matematika bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
pada umumnya adalah kurangnya kemampuan mengajar untuk mencapai tujuan yang
siswa dalam memecahkan masalah matematika diharapkan. Guru dapat merancang langkah-
hal ini terjadi karena kurangnya kemampuan langkah pembelajaran yang mengacu pada
siswa dalam memecahkan masalah matematika. sintak model pembelajaran. Dengan demikian,
Hal ini terjadi karena kurangnya rasa ingin tahu model pembelajaran sebagai pola interaksi siswa
serta kurangnya kreatifitas siswa dalam dengan guru di dalam kelas yang menyangkut
mempelajari matematika, siswa hanya aktif strategi, pendekatan, metode, dan teknik
memecahkan masalah matematika dalam pembelajaran yang diterapkan dalam
besaran variasi soal. Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan belajar mengajaran.
wawancara peneliti pada tanggal 20 Desember Model pembelajaran Problem Based
2021 kepada guru mata pelajaran matematika Learning (PBL) merupakan salah satu model
kelas VII SMPN 2 Lembo Kabupaten Konawe pembejaran yang dianggap memiliki
Utara diperoleh informasi bahwa kemampuan karakteristik yang sangat cocok diterapkan pada
pemecahan masalah matematis siswa masih pembelajaran matematika karena dalam
rendah. mempelajari matematika, tidak cukup hanya
Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan mengetahui dan menghafalkan konsep-
infornasi mengungkapkan bahwa salah satu konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu
penyebab rendahnya hasil belajaran yang pemahaman dan kemampuan menyelesaikan
diperoleh siswa dikarenakan penerapan model persoalan matematika dengan baik dan benar
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan
matematika yang kurang tepat dan tidak sesuai kemampuan permecahan masalah matematika
dengan karakterisik mata pembelajaran siswa.

72
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

Beberapa temuan penelitian terkait dioptimalisasikan melalui proses kerja


penerapan Model pembelajaran Problem based kelompok atau tim yang sistematis, sehingga
learning yaitu penelitian yang dilakukan oleh siswa dapat memberdayakan, mengasah,
Haryanti (2017 : 61-62) dalam penelitiannya menguji, dan mengembangkan kemampuan
menyimpulkan bahwa model Problem Based berpikir secara berkesinambungan, (Rusman,
Learning memiliki andil yang sangat besar 2010: 229).
dalam mengembangkan kemampuan berpikir Model PBL ini memiliki keunggulan yang
kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa sangat banyak, diantaranya adalah
dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran mengembangkan pemikiran kritis dan
melalui langkah-langkah pembelajaran model keterampilan kreatif siswa, dapat meningkatkan
Problem Based Learning. Salah satu kemampuan memecahkan masalah para siswa
karakteristik model tersebut ada pada penyajian dengan sendirinya, meningkatkan motivasi
masalah sebagai fokus pembelajaran. Masalah siswa dalam belajar, membantu siswa belajar
yang digunakan bersifat kontekstual dan otentik untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi
bagi peserta didik. Melalui penyajian masalah yang serba baru, dapat mendorong siswa
peserta didik dituntut untuk berpikir tingkat mempunyai inisiatif untuk belajar secara
tinggi dalam memecahkan masalah tersebut. mandiri, mendorong kreatifitas siswa dalam
Model pembelajaran Problem Based Learning, mengungkapkan penyelidikan masalah yang
siswa diberi kesempatan untuk memecahkan telah ia lakukan, dengan model pembelajaran ini
dalam soal materi yang diberikan dengan akan terjadi pembelajaran yang bermakna,
caranya sendiri, dengan demikian disini siswa dengan model ini siswa mengintegrasikan
dilatih untuk mengembangkan kemampuannya pengetahuan dan keterampilan secara simultan
dalam memecahkan masalah matematika yang dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
diberikan dengan caranya sendiri, dengan relevan, model pembelajaran ini dapat
demikian disini siswa dilatih untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
mengembangkan kemampuannya dalam menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja,
memecahkan masalah matematika yang motivasi internal untuk belajar, dan dapat
diberikan kaitannya dengan kehidupan sehari- mengembangkan hubungan interpersonal dalam
hari. Beberapa temuan penelitian lainnya yaitu bekerja kelompok (Kurniasih dan Berlin, 2017:
penelitian yang di lakukan oleh Allo, dkk (2019) 48).
menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan PBL merupakan salah satu model
penerapan model Problem Based Learning dapat pembelajaran inovatif yang dapat memberikan
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah kondisi belajar aktif kepada siswa. Model ini
matematis siswa SMP Swasta Antam Pomalaa. dikembangkan untuk membantu siswa
Penelitian yang di lakukan oleh Steven (2018) mengembangkan kemampuan berpikir,
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang pemecahan masalah, dan ketrampilan
signifikan model Problem Based Learning intelektual. Lebih jelasnya PBL adalah suatu
terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis model pembelajaran yang menggunakan
siswa di kelas VII SMPN 2 Kendari. masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
Menurut Tan (Rusman 2010: 232) bahwa siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis
model pembelajaran PBL merupakan dan ketrampilan pemecahannya, serta untuk
penggunaan berbagai macam kecerdasan yang memperoleh pengetahuan dan konsep yang
diperlukan untuk melakukan konfrontasi esensial. Sehingga model PBL menggunakan
terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan siswa untuk belajar aktif, berpikir kritis, dan
kompleksitas yang ada. Kedua pengertian di atas ketrampilan intelektual dalam pemecahan
sama-sama menekankan bahwa pembelajaran masalah (Hesti dan Ririn, 2016: 156).
Problem Based Learning (PBL) merupakan Dalam memahami konsep tersebut maka
kemampuan untuk dapat menghadapi setiap siswa belajar dengan melakukan secara langsung
permasalahan yang dihadapi. Tan menegaskan aktivitas belajar di dalam kelas sehingga dapat
bahwa pembelajaran berbasis masalah mengembangkan secara optimal potensi yang
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dimiliki. Selain itu, kegiatan berkelompok dalam
dalam pembelajaran Problem Based Learning pembelajaran akan membantu siswa dalam
(PBL) kemampuan berpikir siswa betul-betul mengembangkan sikap kerja sama dan
Eda Lisastri, Kadir, La Masi 73
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

memahami suatu kebersamaan (Isrok’atun dan matematika; menerapkan strategi untuk


Amelia, 2018: 44). menyelesaikan berbagai masalah sejenis atau
Pembelajaran berdasarkan empat pilar masalah baru di dalam atau di luar matematika;
tersebut dikemas melalui permasalahan yang menjelaskan atau mengitepretasikan hasil sesuai
didapat di lingkungan, sebagai kajian konsep permasalahan asal; menyusun model
yang akan dipelajari. Hal ini erat kaitannya matematika dan menyelesaikannya untuk
dengan pernyataan bahwa belajar berdasarkan masalah nyata dan menggunakan matematika
masalah atau PBL adalah suatu proses secara bermaknya.
pembelajaran yang diawali dari masalah- Polya (Supratman, 2014:26) menyatakan
masalah yang ditemukan dalam suatu bahwa pemecahan masalah adalah sebagai usaha
lingkungan pekerjaan. Pendapat tersebut juga mencari jalan keluar dari suatu kesulitan,
sejalan dengan pernyataan Wena (Alzianina, mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat
2016: 11), yakni pada PBL siswa dihadapkan di capai. Dari pengertian tersebut tampak bahwa
pada permasalahan-permasalahan praktis dalam memecahkan masalah terhadap suatu
sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata masalah, sangat dibutuhkan usaha mencari jalan
lain siswa belajar melalui permasalahan- keluar. Pengertian mencari jalan keluar adalah
permasalahan. suatu usaha dalam memecahkan masalah dengan
Selain memiliki kelebihan, model PBL menggunakan kombinasi pengetahuan
juga memiliki celah kelemahan, diantaranya: 1) sebelumnya, seperti: penggunaan langkag-
model ini butuh pembiasaan, karena model itu langkah, aturan, dan konsep.
cukup rumit dalam teknisnya serta siswa betul- Siswono (Supriadi, Mardiyana dan
betul harus dituntut kosentrasi dan daya kreasi Subanti, 2015: 206) memaparkan bahwa
yang tinggi; 2) dengan mempergunakan model terdapat empat faktor yang mempengaruhi
ini, berarti proses pembelajaran harus kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
dipersiapkan dalam waktu yang cukup panjang. Keempat faktor tersebut adalah pengalaman
Karena sedapat mungkin setiap persoalan yang awal, latar belakang matematika, struktur
akan dipecahkan harus tuntas, agar maknanya masalah, dan motivasi. Sejalan dengan itu
tidak terpotong; 3) siswa tidak benar-benar tahu menurut Tambunan (2014: 36) jika seseorang
apa yang mungkin penting bagi mereka untuk dihadapkan pada soal matematika, maka ada
belajar, terutama bagi mereka yang tidak beberapa hal yang mungkin terjadi yaitu: (1)
memiliki pengalaman sebelumnya. Sering juga mempunyai gambaran tentang penyelesaiannya
ditemukan kesulitan terletak pada guru, karena dan berkeinginan untuk menyelesaikannya, (2)
guru kesulitan menjadi fasilitator dan langsung mengetahui atau mempunyai
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan gambaran tentang penyelesaiannya tetapi tidak
yang tepat dari pada menyerahkan mereka solusi berkeinginan untuk menyelesaikan soal itu, (3)
(Kurniasih dan Berlin, 2017:48) tidak mempunyai gambaran tentang
Pemecahan masalah dalam matematika penyelesaiannya akan tetapi berkeinginan untuk
pada hakekatnya merupakan proses berpikir menyelesaikannya, dan (4) tidak mempunyai
tingkat tinggi. Krulik dan Rays (Supratman, gambaran tentang penyelesaiannya dan tidak
2014:15) menyatakan bahwa pemecahan berkeinginan untuk menyelesaikannya. Lebih
masalah dapat dipandang sebagai kemampuan lanjut Ia menjelaskan bahwa apabila seseorang
dasar, sebagai proses, merupakan suatu kegiatan pada kemungkinan (3), maka dikatakan bahwa
yang lebih mengutamakan pentingnya prosedur soal itu adalah masalah baginya. Inilah yang
langkah-langkah, strategi dan karateristik yang dikenal dengan masalah matematika.
di tempuh siswa dalam menyelesaikan masalah Saad & Ghani (Hesti dan Ririn, 2016:
sehingga dapat menemukan jawaban soal dan 152) berpendapat bahwa masalah matematika
bukan hanya pada jawaban itu sendiri. didefinisikan sebagai situasi yang memiliki
pemecahan masalah sebagai tujuan, merupakan tujuan yang jelas tetapi berhadapan dengan
kemampuan yang harus di capai siswa. halangan akibat kurangnya algoritma yang
Kemampuan itu meliputi: mengidentifikasi diketahui untuk menguraikannya agar
unsur yang diketahui, ditanyakan, serta memperoleh sebuah solusi. Saat siswa sedang
kecukupan unsur yang diperlukan; merumuskan memecahkan masalah matematika, siswa
masalah dari situasi sehari-hari dalam dihadapkan dengan beberapa tantangan seperti

74
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

kesulitan dalam memahami soal karena masalah eksperimen ini. Penelitian ini menggunakan
yang dihadapi siswa bukanlah masalah yang desain penelitian Posttest-Only Control Group
pernah dihadapi siswa sebelumnya. Menurut Design, yaitu penelitian yang dilaksanakan pada
Saad & Ghani (Hesti dan Ririn, 2016: 153), dua kelompok. Satu kelompok (kelompok
siswa perlu melakukan beberapa hal seperti pertama) sebagai kelas eksperimen dan
menerima tantangan dari masalah, kelompok yang lain (kelompok kedua) sebagai
merencanakan strategi penyelesaian masalah, kelompok pembanding (Sugiyono, 2015).
menerapkan strategi, dan menguji kembali Kelompok pertama diberi perlakuan sebagai
solusi yang diperoleh. kelompok eksperimen yang menerapkan
Berdasarkan uraian yang telah pembelajaran problem based learning (PBL)
dikemukakan maka dalam penelitian ini dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol
bertujuan menerapkan model problem based menggunagunakan pembelajaran langsung.
learning (PBL) dalam pembelajaran matematika Desain dalam penelitin ini ditunjukkan pada
untuk mengetahui dan menganalisis Tabel 1 (Sugiyono, 2015).
pengaruhnya terhadap kemampuan pemecahan Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
masalah matematis siswa kelas VII SMPN 2 kelas VII SMPN 2 Lembo Kabupaten Konawe
lembo kabupaten Konawe Utara. Utara pada semseter genap tahun pelajaran
2021/2022, yang tersebar dalam 2 kelas yaitu
Metode kelas VIIA dan VIIB dengan jumlah siswa
masing-masing 15 orang. Kemampuan
Jenis penelitian yang digunakan adalah matematika siswa kedua kelas ini adalah relatif
penelitian eksperimen semu (Quasi- sama, yang ditunjukkan pada Tabel 2 (Data
experimental research), karena tidak SMPN 2 Lembo, 2021), sehingga penentuan
sepenuhnya dapat mengontrol variabel-variabel kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan
luar yang mempengaruhi pelaksanaan secara acak sederhana.
Tabel 1
Desain Penelitian
Kelas Treatment Postest
R X1 O1
R - O2

Oleh karena hanya dua kelas maka siswa matematika siswa kelas VII SMPN 2 Lembo
kedua kelas ini di ambil sebagai sampel. Variasi Kabupaten Konawe Utara seluruhnya dapat
rata-rata hasil ulangan tengah semester dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Data Nilai Rata-Rata Hasil Ulangan Semester 1
No. Kelas Rata-rata Varians
1 VIIA 56,075 21,455
2 VIIB 55,175 19,696

Penentuan kelas eksperimen dan kelas untuk belajar, (3) membantu penyelidikan
kontrol dilakukan secara acak. Hasil pengacakan individu dan kelompok, (4) mengembangkan
diperoleh kelas VIIA sebagai kelas eksperimen dan menyajikan hasil karya, dan (5)
yang berjumlah 15 orang siswa dan kelas VIIB menganalisis dan mengevaluasi proses
sebagai kelas kontrol yang berjumlah 15 orang. pemecahan masalah. Sedangkan model
Model pembelajaran Problem Based pembelajaran langsung dilaksankan dengan
Learning dalam penelitian ini mengikuti langkah-lmgkah: (1) guru menjelaskan tujuan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) dan pokok bahasan materi yang diajarkan, serta
memberikan orientasi tentang permasalahan meberikan contoh soal, (2) guru melakukan
kepada siswa, (2) mengorganisasikan siswa tanya jawab kepada siswa terkait materi yang

Eda Lisastri, Kadir, La Masi 75


Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

sudah diajarkan, (3) guru memberikan tugas meliputi: (a) memahami masalah (understand
untuk dikerjakan oleh siswa sesuai contoh yang the problem), (b) membuat rencana penyelesaian
sudah diberukan, (4) siswa mempersentasikan (devise a plan), (c) melaksanakan rencana
hasil penyelesaian tugasnya, (5) guru dan siswa penyelesaian (carry out the plan), dan (d)
bersama-sama menyimpulkan hasil melihat kembali (looking back). Tes yang
pembelajaran, (6) guru mengakhir dan menutup digunakan untuk mengukur kemampuan
pembelajaran. pemecahan masalah matematis dalam penelitian
Penelitian ini mempunyai dua instrumen ini adalah tes tertulis berbentuk uraian (posttest)
yaitu lembar observasi dan tes kemampuan pada materi perbandingan yang disusun oleh
pemecahan masalah matematis siswa. Lembar peneliti. Banyak soal yang diberikan adalah 5
observasi digunakan untuk mengukur tingkat butir soal yang memenuhi indikator pemecahan
aktivitas atau partisipasi guru dan siswa dalam masalah. Sebelum digunakan, instrumen
proses pembelajaran matematika dengan tersebut dianalisis terlebih dahulu melalui
menggunakan model PBL. Dalam penelitian ini panelis untuk mengetahui validitas dan
digunakan instrumen berupa lembar observasi reliabilitasnya.Data penelitian dianalisis dengan
untuk guru dan untuk siswa yang digunakan menggunakan statistik deskriptif dan inferensial.
pada setiap pertemuan. Lembar observasi dibuat Statistik deskriptif digunakan untuk
oleh peneliti dengan memperhatikan RPP. mendeskripsikan data penelitian berupa
Lembar observasi yang dibuat terdiri dari perolehan presentase (%), skor rata-rata ( y ),
beberapa aspek observasi yang bertujuan untuk median (Me), modus (Mo), standar deviasi (s),
mengamati setiap tindakan/aktivitas yang varians (s2), nilai maksimum (ymaks), dan nilai
dilakukan oleh guru dan siswa dalam kelas, minimum (ymin). Statistik inferensial digunakan
selama proses pembelajaran berlangsung, untuk menguji hipotesis penelitian
persiapan materi pembelajaran, serta teknik menggunakan uji-t. Sebelum dilakukan uji
yang digunakan guru dalam menerapkan model hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji
PBL. Selanjutnya, tes yang digunakan untuk normalitas dan uji homogenitas pada α= 0,05
mengukur kemampuan pemecahan masalah sebagai uji prasyarat (Zarkasyi, 2017; Arifin,
matematis dalam penelitian ini adalah tes tertulis 2017).
berbentuk uraian untuk tes akhir (posttest) pada
materi perbandingan yang disusun oleh peneliti.
Hasil
Banyak soal yang dierikan untuk tes akhir
adalah sebanyak 5 butir soal yang memenuhi Penelitian ini bertujuan untuk (1)
indikator pemecahan masalah. mendeskripsikan kemampuan pemecahan
Teknik pengumpulan data dalam masalah matematis siswa yang diajar dengan
penelitian ini menggunakan metode observasi model Problem Based Learning (PBL) pada
dan metode tes. Metode observasi menggunakan kelas VII SMPN 2 Lembo Konawe Utara, (2)
lembar observasi, diperoleh data aktivitas guru mendeskripsikan kemampuan pemecahan
dan aktivitas siswa. Observasi dilakukan di masalah matematis siswa yang diajar dengan
setiap pertemuan. Untuk tes kemampuan menggunakan model pembelajaran langsung
pemecahan masalah matematis (posttest) pada kelas VII SMPN 2 Lembo Konawe Utara,
dilaksanakan pada pertemuan terakhir pada (3) mengetahui perbedaan kemampuan
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kemudian pemecahan masalah matematis siswa yang
tes tersebut dikerjakan oleh siswa. Masing- diajar dengan model Problem Based Learning
masing soal yang telah dikerjakan, selanjutnya dan yang diajar dengan model pembelajaran
diberikan skor disesuaikan berdasarkan langsung. Pengujian kemampuan pemecahan
sistematika proses mengerjakannya, serta jenis masalah matematis siswa dapat diukur dengan
aspek kemampuan pemecahan masalah aspek kognitif dengan menggunakan tes. Tes
matematis siswa yang diberikan dalam soal. yang diuji berbentuk soal essay yang telah
Kemampuan pemecahan masalah dilakukan uji panelis untuk mengetahui validitas
matematis yang dimaksudkan dalam penelitian dan reliabilitas soal. Dari perhitungan tersebut
ini aadalah keterampilan/kecakapan siswa dalam diperoleh soal essay sebanyak 5 soal yang dapat
memecahkan permasalahan yang bersifat digunakan sebagai cara mengukur kemampuan
matematis berdasarkan tahapan polya yang pemecahan masalah matematis siswa pada
materi perbandingan.
76
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

Analisis data merupakan bagian yang posttest (tes akhir) kemampuan pemecahan
sangat penting dalam suatu penelitian. Analisis masalah matematis siswa. Tes ini diberikan
data posttest kemampuan pemecahan masalah kepada 30 orang yang terbagi dalam 2 kelas,
matematis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembo yakni 15 orang dari kelas eksperimen dan 15
pada kelas ekperimen yaitu kelas VIIA yang di orang dari kelas kontrol. Data posttest diperoleh
ajar menggunakan model PBL dan kelas kontrol dengan memberikan tes mengenai materi
yaitu kelas VIIB yang di ajar menggunakan Perbandingan. Sebelum dilakukan posttest,
model Pembelajaran Langsung menggunakan peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran
dua analisis yaitu hasil analisis deskriptif. sebanyak 4 kali pertemuan di kelas eksperimen
Berikut ini adalah penjabaran mengenai hasil menggunakan model PBL.
penelitian tersebut. Hasil observasi terhadap pelaksanaan
1. Hasil Analisis Deskriptif pembelajaran matematika dengan menggunakan
Data yang dianalisis dalam penelitian ini model PBL pada materi Perbandingan dapat
berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3
Deskripsi Keberhasilan Pengelolaan Pembelajaran
Pada Kelas Eksperimen

Pertemuan Skor Total Persentase Kriteria


Pertama 20/25 80% Baik
Kedua 23/25 92% Sangat Baik
Ketiga 25/25 100% Sangat Baik
Keempat 25/25 100% Sangat Baik

Berdasarkan Tabel 3, persentase yang tidak dilakukan oleh guru yakni membantu
keberhasilan pengelolaan pembelajaran pada siswa melakukan refleksi proses-proses yang
pertemuan pertama mencapai 80%. Pada telah mereka lakukan dalam memecahkan
pertemuan ini, langkah-langkah pembelajaran masalah, menyampaikan rangkuman materi
yang tidak dapat dilaksanakan adalah yang telah dipelajari, memberikan evaluasi
memberikan penghargaan kepada kelompok untuk dikerjakan siswa secara individu dan
yang kinerjanya bagus, membantu siswa mandiri memberikan evaluasi untuk dikerjakan
melakukan refleksi proses-proses yang telah siswa secara individu dan mandiri Akan tetapi,
mereka lakukan dalam memecahkan masalah, pada pertemuan ketiga dan keempat presentase
memberikan evaluasi untuk dikerjakan siswa keterlaksanaan terus meningkat hingga 100%.
secara individu dan mandiri, memberikan Hal ini karena guru telah melakukan refleksi
pekerjaan rumah (PR) berkaitan dengan materi terhadap pertemuan-pertemuan sebelumnya dan
yang telah diajarkan pada siswa, menyampaikan menyesuaikan alokasi waktu pembelajaran
materi pelajaran yang akan dipelajari pada dengan kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
pertemuan selanjutnya. Hasil Pengamatan aktivitas siswa pada
Persentase keberhasilan pengelolaan kelas eksperimen selama pembelajaran dapat
pembelajaran pada pertemuan kedua meningkat dilihat pada Tabel 4.
yakni 92%. Pada pertemuan kedua ini, kegiatan

Tabel 4
Deskripsi Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen

Pertemuan Skor Total Persentase (%) Kriteria


Pertama 21/25 84 Baik
Kedua 23/25 92 Sangat Baik
Ketiga 24/25 96 Sangat Baik

Eda Lisastri, Kadir, La Masi 77


Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

Keempat 25/25 100 Sangat Baik


Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa tidak sempat mengerjakan soal evaluasi
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran secara mandiri akibat waktu yang telah habis.
matematika menggunakan model PBL pada Pertemuan kedua, ketercapaian indikator
materi Perbandingan, pada pertemuan pertama yang diamati yakni 92% yang berada pada
ketercapaian dari seluruh indikator yang diamati kategori sangat baik. Ketercapaian keseluruhan
adalah 80% yang berarti bahwa keaktifan siswa indikator yang diamati pada pertemuan kedua
pada pertemuan pertama tergolong baik. Pada mulai meningkat dari pertemuan pertama,
pertemuan pertama, siswa antusias dalam namun pada tahap ini siswa telah berani
mengikuti pembelajaran matematika. Melalui menerima pendapat atau sanggahan dari siswa
bimbingan guru siswa mampu menyelesaikan lain. Pertemuan selanjutnya persentase keaktifan
soal yang diberikan. Akan tetapi terdapat siswa dalam kelas terus meningkat hingga
beberapa indikator yang tidak dilakukan oleh mencapai 100%.
siswa dalam proses pembelajaran. Ketika Berdasarkan hasil analisis tiap indikator
kelompok lain memberikan sanggahan terhadap nilai posttest kemampuan pemecahan masalah
presentase kelompok tertentu siswa belum matematis siswa menggunakan aplikasi
berani menerima pendapat tersebut walaupun Microsoft Excel diperoleh data hasil
mereka mengetahui bahwa sanggahan itu benar, kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa tidak melalui tahapan-tahapan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
pembelajaran dengan baik. Sehingga siswa tidak disajikan pada Tabel 5 sebagai berikut.
melakukan refleksi. Pada pertemuan ini juga,
Tabel 5
Hasil Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Tiap Indikator Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Nomor Soal
Indikator TOTAL
Pemecahan 1 2 3 4 5
Masalah
Eks Kon Eks Kon Eks Kon Eks Kon Eks Kon Eks Kon

Memahami
75,6 71,1 77,8 71,1 82,2 73,3 82,2 68,9 84,4 80 80,4 72,9
Masalah
Merencanakan
80 80 90 83,3 90 93,3 96,7 86,7 96,7 90 90,7 86,7
Penyelesaian
Melaksanakan
Rencana 68,3 43,3 76,7 51,7 76,7 43,3 81,7 50 68,3 50 74,3 47,7
Penyelesaian
Melihat
86,7 80 93,3 86,7 93,3 80 93,3 93,3 86,7 86,7 90,7 85,3
Kembali

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa untuk menunjukan bahwa kemampuan pemecahan


indikator memahami masalah nilai rata dari 5 masalah matematis kelas eksperimen lebih
soal yang di jadikan soal posttest kelas tinggi dari kelas kontrol.
eksperimen 80,44 dan kelas kontrol 72,89, Hasil analisis deskriptif nilai posttest
indikator merencanakan penyelesaian kelas kemampuan pemecahan masalah matematis
eksperimen 90,67 dan kelas kontrol 86,67, siswa menggunakan aplikasi SPSS diperoleh
indikator melaksanakan rencana penyelesaian data hasil kemampuan pemecahan masalah
kelas eksperimen 74,33 dan kelas kontrol 47,67, matematis siswa kelas eksperimen dan kelas
indikator melihat kembali kelas eksperimen kontrol yang disajikan pada Tabel 6.
90,67 dan kelas kontrol 85,33. Hal ini

78
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

Tabel 6
Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Statistik
Eksperimen Kontrol
Deskriptif
Jumlah Sampel 15 15
Mean 81,07 66,80
Median 80,00 68,00
Modus 80,00 60,00
Std. Deviation 4,27 9,99
Variance 18,21 99,89
Minimum 74,00 50,00
Maximum 90,00 86,00
Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa pada standar deviasi dan varians pada kelas kontrol
kelas eksperimen dengan jumlah sampel 15 berturut-turut 9,99 dan 99,89.
orang, nilai rata-rata sebesar 81,07; sedangkan
2. Hasil Analisis Inferensial
nilai rata-rata kelas kontrol dengan jumlah
Analisis yang digunakan dalam penelitian
sampel 15 orang sebesar 66,80. Nilai terendah
ini adalah uji hipotesis dengan uji-t. Melalui
dan tertinggi pada kelas eksperimen berturut-
analisis inferensial, kita dapat mengetahui
turut sebesar 74,00 dan 90,00; sedangkan nilai
apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima
terendah dan tertinggi pada kelas kontrol
atau ditolak. Terdapat beberapa tahap analisis
berturut-turut sebesar 50,00 dan 86,00. Modus
yang menjadi prasyarat untuk melakukan
(nilai yang sering muncul) pada kelas
analisis uji hipotesis yaitu analisis uji normalitas
eksperimen sebesar 80,00 dan modus pada kelas
data, analisis uji homogenitas data. Uji
kontrol sebesar 60,00. Median (nilai tengah)
normalitas data dan uji hipotesis. Berikut
pada kelas eksperimen sebesar 80,00 dan
penjabaran dari tahap analisis inferensial.
median pada kelas kontrol sebesar 68,00. Nilai
Uji normalitas digunakan untuk
ini menunjukkan bahwa data posttest
mengetahui apakah data kemampuan
kemampuan pemecahan masalah matematis
Pemecahan Masalah matematis kedua kelas
siswa kelas eksperimen lebih tinggi
berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji
dibandingkan data posttest kemampuan
apakah data berdistribusi normal atau tidak
pemecahan masalah matematis siswa kelas
digunakan statistik uji Kolmogorov Smirnov
kontrol. Adapun standar deviasi (simpangan
dengan menggunakan bantuan aplikasi IBM
baku) dan varians pada kelas eksperimen
SPSS Statistics 21, Dalam analisis ini digunakan
berturut-turut adalah 4,27 dan 18,21, sedangkan
nilai posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol.

Tabel 7
Hasil Analisis Uji Normalitas Data Posttes
Kelas Sig. (2-tailed) Keputusan
Eksperimen 0,241 Terima Ho
Kontrol 0,752 Terima Ho
Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui berdistribusi normal. Demikian juga untuk kelas
bahwa untuk kelas eksperimen nilai Asymp. Sig. kontrol diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed)>α
(2-tailed) >α sehingga H0 diterima. Analisis data sehingga H0 diterima. Hal ini berarti bahwa data
posttest kemampuan pemecahan masalah posttest kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa pada kelas eksperimen

Eda Lisastri, Kadir, La Masi 79


Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

matematis siswa pada kelas kontrol juga matematis siswa homogen atau tidak. Hasil uji
berdistribusi normal. homogenitas varians data dari kedua kelompok
Uji homogenitas varians digunakan untuk sampel dengan bantuan SPSS Statistics 21 dapat
mengetahui apakah varians dari kedua kelompok dilihat pada Tabel 8.
data posttest kemampuan pemecahan masalah

Tabel 8
Hasil Analisis Uji Homogenitas Varians Data Posttest
Sig. Keputusan
0,007 Terima H1

Berdasarkan hasil analisis uji t-test) dilakukan dengan rumus uji-t


homogenitas varians diperoleh nilai Sig = 0,007. menggunakan SPSS Statistics 21. Hipotesis
Karena nilai Sig < α maka H0 ditolak H1 diterima yang diuji kebenarannya dalam penelitian ini
hal ini berarti bahwa data yang diperoleh adalah “Terdapat pengaruh yang signifikan
memiliki varians yang tidak homogen model PBL terhadap kemampuan Pemecahan
(heterogen). Masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri
Pengujian hipotesis menggunakan uji-t 2 Lembo”. Adapun hasil analisis uji hipotesis
data sampel saling bebas (Independent Sample dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9
Hasil Analisis Uji Hipotesis
t hitung Sig (2−tailed) Keputusan
2
5.085 0,000 Terima H1
Berdasarkan Tabel 9, hasil analisis uji-t menjawab tujuan penelitian yang telah
diperoleh thitung = 5.084 > ttabel = 1,70 atau nilai dikemukakan pada bab pertama, berikut ini
Sig (2−tailed) adalah pembahasan sehubungan kemampuan
= 0,000 < 0,05; maka H0 Pemecahan Masalah matematis siswa
2
ditolak dan H1 diterima. Dengan ditolaknya H 0 berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya.
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
Kegiatan pembelajaran dengan model
pengaruh positif yang signifikan model problem
PBL di kelas eksperimen dimulai dengan tahap
based learning terhadap kemampuan pemecahan
pendahuluan, yakni guru membuka pelajaran
masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri
dan menginformasikan topik pembelajaran yang
2 Lembo.
akan dibahas, pemberian motivasi dan apersepsi
kepada siswa agar siswa antusias dalam belajar
Pembahasan di kelas. Pada kegiatan inti guru menerapkan
Model pembelajaran merupakan salah tahapan – tahapan dalam pembelajaran PBL
satu faktor yang dapat menyebabkan tinggi dan yaitu tahap orientasi siswa pada masalah, guru
rendahnya kemampuan pemecahan masalah meminta siswa mengamati beberapa contoh
matematis siswa, jika guru menggunakan model masalah yang berkaitan dengan materi yang
pembelajaran yang kurang inovatif maka dapat akan di pelajari masalah. Kemudian pada tahap
menyebabkan rendahnya kemampuan mengorganisasikan siswa untuk belajar, guru
pemecahan masalah matematika siswa. Salah membagi siswa menjadi kelompok heterogen.
satu model pembelajaran yang dapat digunakan Kemudian masing-masing kelompok diberikan
untuk membantu siswa terkait kemampuan soal untuk didiskusikan dan diselesaikan secara
Pemecahan Masalah matematis adalah model berkelompok. Pada tahap membimbing individu
PBL atau pembelajaran berbasis masalah. Untuk atau kelompok, guru berperan memberi
pengarahan dan bimbingan kepada siswa
80
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

melalui penjelasan atau pertanyaan yang dan selalu bertanya kepada guru. Ketika
mengarah kepada penyelesaian masalah. Setelah presentasi dilakukan, mereka masih terkesan
semua kelompok mengerjakan soal sesuai waktu malu-malu untuk mengungkapkan ide masing-
yang ditetapkan, pada tahap menyajikan hasil masing. Pada pembelajaran ketiga dan keempat
karya, beberapa siswa dipilih untuk mewakili persentase perolehan keaktifan siswa
kelompoknya untuk mempresentasikan hasil berdasarkan lembar observasi mengalami
kerja kelompoknya dan ditanggapi oleh peningkatan. Ketercapaian pada pertemuan
kelompok lain. Guru berperan memandu selanjutnya keempat terkategori sangat baik.
jalannya diskusi, meluruskan jika terdapat Pada pertemuan ketiga dan keempat ini siswa
jawaban keliru dan membantu siswa dalam mulai terbiasa menuliskan secara individu
mengambil kesimpulan jawaban yang benar. Di gambaran solusi dari suatu permasalahan, siswa
akhir pembelajaran, guru mengajak siswa untuk juga mulai terbiasa belajar secara berkelompok
melakukan refleksi dan evaluasi terhadap dengan menggunakan model PBL. Mereka terus
pembelajaran yang dilakukan. Terakhir, guru terlibat aktif dalam kelompok serta antusias
memberi tugas untuk dikerjakan di rumah secara bertanya dan mengikuti proses pembelajaran.
individu. Terlihat bahwa siswa sering bertanya saat
Berdasarkan data aktivitas guru, tingkat mengidentifikasi penyebab masalah dan saat
keberhasilan keterlaksanaan proses mendeteksi solusi dari masalah yang ada dan
pembelajaran selama empat kali pertemuan mereka mampu menemukan solusi dari suatu
berada pada kategori baik hingga sangat baik. permasalahan yang ada.
Pada pertemuan pertama, peneliti masih Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari
melakukan proses penyesuaian tahap-tahap data hasil posttest yang telah diperoleh, nilai
pembelajaran model PBL dalam kelas, begitu rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
pula siswa masih melakukan penyesuaian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas
dengan model ini. Selain itu, peneliti juga masih kontrol. Berdasarkan nilai rata-rata, maka
menyesuaikan kemampuan siswa dalam kelas kemampuan Pemecahan Masalah matematis
dalam menyelesaikan masalah, serta berapa siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari
banyak durasi waktu yang digunakan siswa kemampuan Pemecahan Masalah matematis
secara berkelompok untuk menyelesaikan soal siswa kelas kontrol. Hal ini mengindikasikan
yang diberikan. Pada pertemuan pertama, guru bahwa dari indikator nilai rata-rata, model PBL
memberikan dua sampai tiga soal latihan kepada dalam pembelajaran lebih baik dari model
masing-masing kelompok dalam soal yang ada pembelajaran langsung, sehingga dapat
pada buku siswa. Ternyata masing-masing dikatakan bahwa PBL memberi pengaruh yang
kelompok membutuhkan waktu yang lama positif dalam meningkatkan kemampuan
dalam menyelesaikan soal. Sehingga memakan Pemecahan Masalah matematis siswa jika
waktu yang lama dalam diskusi kelompok. dibandingkan dengan model pembelajaran
Akibatnya, terdapat kegiatan-kegiatan pada langsung.
pertemuan pertama yang telah direncanakan Ditinjau dari hasil posttest yang bertujuan
dalam RPP tidak terlaksana. Hal ini untuk mengukur presentase kemampuan
menyebabkan tidak terlaksananya beberapa pemecahan masalah matematis siswa. Pada
kegiatan sesuai RPP seperti yang telah indikator pertama, dari 5 soal posstest tingkat
direncanakan. Berdasarkan pengalaman pada kemampuan pemecahan masalah kelas
pertemuan pertama peneliti memperbaiki eksperimen lebih tinggi di bandingkan dengan
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya kelas kontrol, hal ini terjadi juga pada indikator
sehingga presentase keterlaksanaan kedua dan keempat sedangkan, pada indikator
pembelajaran mencapai 100%. ketiga soal kelima, tinggkat kemampuan
Selama empat kali tatap muka pada proses pemecahan masalah kelas eksperimen lebih
pembelajaran dengan model PBL pada kelas rendah dibandingkan kelas kontrol. Untuk
eksperimen, diperoleh tingkat keaktifan siswa presentase total kemampuan pemecahan
dalam mengikuti pembelajaran berkategori baik masalah matematis kelas eksperimen lebih
dan sangat baik Pada pertemuan pertama siswa tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan Salah satu faktor yang menyebabkan
soal yang diberikan namun mereka tetap aktif tingginya kemampuan pemecahan masalah
bertukar pikiran dengan teman kelompoknya matematis di kelas eksperimen adalah dengan
Eda Lisastri, Kadir, La Masi 81
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

pembelajaran PBL siswa lebih aktif sehingga lagi dalam memecahkan suatu masalah ataupun
mereka dapat berbagi informasi tentang masalah menarik kesimpulan/solusi yang tepat.
yang di hadapi dengan temannya yang Kenyataan yang diperoleh dalam penelitian ini
mengetahui solusi dari masalah itu. Sedangkan terdapat pengaruh penggunaan model PBL
di kelas pembelajaran berpusat pada guru terhadap kemampuan Pemecahan Masalah
sehingga siswa tidak aktif dan jika siswa matematis siswa atau menginformasikan bahwa
mendapatkan kendala dalam memecahkan penggunaan model PBLlebih baik daripada
masalah matematis mereka lebih memilih diam penggunaan model Pembelajaran Langsung
karena malu dari pada mengungkapkannya pada terhadap kemampuan Pemecahan Masalah
guru. Model pembelajaran langsung yang matematis siswa. Selain itu, model PBL ini
diterapkan adalah model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan
cukup sering digunakan oleh guru di sekolah, bagi guru untuk diterapkan sebagai salah satu
sehingga murid terkesan bosan dan beberapa alternatif untuk membantu siswa dalam
murid yang duduk di bagian belakang banyak meningkatkan kemampuan Pemecahan Masalah
bermain terutama saat guru memberikan soal matematis siswa. Hal ini relevan dengan
kepada peserta didik untuk dikerjakan. Penelitian yang dilakukan oleh Jamida (2017),
Penolakan Ho menunjukkan bahwa ada menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
perbedaan antara model PBL dengan model masalah matematik siswa lebih baik secara
pembelajaran langsung, dalam proses signifikan, setelah diajar dengan model
pembelajaran model PBL lebih baik dari model pembelajaran berbasis masalah. Hal ini berarti
pembelajaran langsung. Dengan demikian dapat ada pengaruh yang signifikan model
dikatakan bahwa model PBL mempunyai pembelajaran berbasis masalah terhadap
pengaruh lebih baik secara signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik
kemampuan Pemecahan Masalah matematis siswa pada kelas VIII SMP Negeri 18 Konawe
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembo. Adanya Selatan tahun ajaran 2016/2017. Penelitian yang
pengaruh kemampuan Pemecahan Masalah dilakukan oleh Steven (2018) menyimpulkan
matematis ini terjadi karena adanya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model
pembelajaran dengan menggunakan model PBL. Problem Based Learning terhadap kemampuan
Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan berpikir kreatif matematis siswa di kelas VIII
oleh Hesti dan Ririn, bahwa PBL adalah SMP Negeri 2 Kendari.
merupakan salah satu model pembelajaran
inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar Simpulan dan Saran
aktif kepada siswa. Model ini dikembangkan
untuk membantu siswa mengembangkan Simpulan
kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan
Berdasarkan hasil penelitian dan
ketrampilan intelektual. Lebih jelasnya PBL
adalah suatu model pembelajaran yang
pembahasan yang telah diuraikan, maka
menggunakan masalah dunia nyata sebagai dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang sebagai berikut:
cara berpikir kritis dan ketrampilan 1. Deskripsi kemampuan pemecahan
pemecahannya, serta untuk memperoleh masalah matematis siswa kelas VIIA SMP
pengetahuan dan konsep yang esensial. Negeri 2 Lembo yang diajar dengan
Sehingga model PBL menggunakan masalah menggunakan model Problem Based
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa Learning pada pokok bahasan
untuk belajar aktif, berpikir kritis, dan perbandingan diperoleh nilai rata-rata
ketrampilan intelektual dalam pemecahan 81,07; median 80,00; modus 80,00;
masalah.
standar deviasi 4,27; varians 18,21; nilai
Model PBL ini mendorong siswa untuk
berpikir secara kelompok maupun individu,
minimum 74,00; dan nilai maksimum
berperan aktif dalam pembelajaran dan mampu 90,00.
memecahkan masalah serta dapat menarik 2. Deskripsi kemampuan pemecahan
sebuah kesimpulan/solusi yang tepat dari suatu masalah matematis siswa kelas VIIB
masalah. Dengan demikian, siswa lebih terlatih SMP Negeri 2 Lembo yang diajar dengan

82
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

menggunakan model pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan hasil belajar
langsung pada pokok bahasan lebih optimal.
perbandingan diperoleh nilai rata-rata
66,80; median 68,00; modus 60,00;
Daftar Pustaka
standar deviasi 9,99; varians 99,89; nilai
minimum 50,00; dan nilai maksimum Allo, dkk. (2019). Penerapan Model Problem
86,00. Based Learning Setting Kelompok Untuk
3. Kemampuan pemecahan masalah Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMP Swasta
matematis siswa yang diajar dengan
Antam Pomalaa. Jurnal Pendidikan
model Problem Based Learning lebih Matematika, 10(1); 19-30.
tinggi dari pada kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang di ajar Alzianina, A.E. (2016). Pengaruh Model
dengan model pembelajaran langsung Problem Based Learning Terhadap
sehingga dapat dikatakan terdapat Kemampuan Komunikasi Matematis
pengaruh yang signifikan model Problem Siswa. Skripsi: Tidak Diterbitkan. FKIP
Based Learning terhadap kemampuan Universitas Lampung. Lampung.
pemecahan masalah matematis siswa di Arifin, Johar. (2017). SPSS24 Untuk
kelas VII SMP Negeri 2 Lembo. Penelitian dan Skripsi. Jakarta: Elex
Media Konputindo.
Saran Gunantara, G., Suarjana, I. M., & Riastini, P. N.
Berdasarakan kesimpulan penelitian (2014). Penerapan model pembelajaran
ini maka dapat disarankan beberapa hal problem based learning untuk
sebagai berikut: meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas
1. Kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 2
V. Mimbar PGSD Undiksha, 2(1).
Lembo untuk lebih meningkatkan mutu
pembelajaran matematika serta Cahyani, H., & Setyawati, R. W. (2017).
melengkapi fasilitas yang dibutuhkan Pentingnya peningkatan kemampuan
dalam pembelajaran. pemecahan masalah melalui PBL untuk
mempersiapkan generasi unggul
2. Kepada guru pelajaran matematika perlu
menghadapi MEA. In PRISMA, Prosiding
melakukan variasi dalam model Seminar Nasional Matematika (pp. 151-
pembelajaran yang sesuai dengan meteri 160).
pokok yang diajarkan dan mendorong
aktivitas pembelajaran, seperti Haryanti, Y. D., & Febriyanto, B. (2017). Model
penggunaan model Problem Based problem based learning membangun
kemampuan berpikir kritis siswa sekolah
Learning (PBL) sebagai salah satu
dasar. Jurnal Cakrawala Pendas, 3(2); 57-
alternatif pembelajaran yang dapat 63.
membangkitkan keaktifan siswa dalam
berdiskusi, bekerjasama sehingga dapat Isrok’atun dan Rosmala, Amelia. 2018. Model-
mengoptimalkan kemampuan pemecahan Model Pembelajaran Matematika. Jakarta:
masalah matematis. Bumi Aksara.
Kepada peneliti selanjutnya yang berminat Jamida. (2017). Pengaruh Model
melakukan penelitian sejenis agar melakukan Pembelajaran Berbasis Masalah
penelitian yang lebih sempurna, seperti Terhadap Kemampuan Pemecahan
membuat populasi yang lebih besar, atau Masalah Matematik Siswa Kelas VII
materi yang lebih mendalam sesuai dengan
SMP Negeri 15 Kendari. Skripsi.
model pembelajaran Problem Based
Learning serta memperhatikan alokasi waktu Universitas Halu Oleo. Kendari.
yang ada untuk melaksanakan tahapan- Jatisunda, M. G., & Nahdi, D. S. (2020).
tahapan pembelajaran sehingga pembelajaran Kemampuan pemecahan masalah

Eda Lisastri, Kadir, La Masi 83


Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

matematis melalui pembelajaran berbasis Berkarakter Terhadap Kemampuan


masalah dengan scaffolding. Jurnal Pemecahan Masalah Matematika Dengan
Elemen, 6(2); 228-243. Memperhitungkan Kovariat Disposisi
Matematis Siswa SMA. Tesis. Universitas
Kurniasih, I., dan Berlin S. (2017). Ragam
Haluoleo. Kendari.
Pengembangan Model Pembelajaran Untuk
Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Supriadi, D., Mardiyana dan S. Subanti. (2015).
Kata Pena. Analisis Proses Berpikir Siswa dalam
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Memecahkan Masalah Matematika
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Berdasarkan Langkah Polya Ditinjau dari
Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII
Steven, D., La Ndia, L. N., & La Arapu, L. A. SMP Al Azhar Syifa Budi Tahun Pelajaran
(2019). Pengaruh Model Problem Based 2013/2014. Jurnal Elektronik
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Pembelajaran Matematika, 3(2); 204-214.
Kritis Matematis Peserta Didik Kelas VIII
SMP Negeri 2 Kendari. Jurnal Penelitian Sugiyono. (2015). Metodologi Penelitian
Pendidikan Matematika, 7(3); 15-28. Tindakan Komperhensif. Bandung :.
Alfabeta.
Supratman. (2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Dan Perilaku Zarkasyi, M. W. (2017). Penelitian Pendidikan
Matematika. Bandung: Refika.

84
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 12 No. 1 Januari 2024

Eda Lisastri biasa dipanggil Eda, lahir di Kokapi pada tanggal 16 juli 1995.
Anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan bapak Samsul M. dan ibu
Rosmina. Memulai jenjang pendidikan di Sekolah Dasar tepatnya di SDN 1
Kokapi pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan
pendidikan di MTsN 1 Konawe Utara pada tahun 2007 dan lulus pada tahun
2010. Kemudian melanjutkan pendidikan di MA Bahrul Hikmah pada tahun
2010 dan lulus pada tahun 2013. Dan melanjutkan jenjang pendidikan di
perguruan tinggi Universitas Halu Oleo pada Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada tahun 2015 dan
lulus pada tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai