Abstrak
Pendahuluan
Menurut kurikulum 2013 tujuan dari pembelajaran matematika disekolah adalah untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, salah satunya yaitu
29
ISSN 2798-8791 (Online)
matetematis yang meliputi prosedur, dan strategi yang merupakan proses inti dan utama
sebagai jantung matematika.
31
ISSN 2798-8791 (Online)
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun jenis penelitian yang
dipergunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan Non-equivalent
control group desaign.
Populasi/ Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP NEGERI 2
DEWANTARA tahun ajaran 2019/2020. Sedangkan Sampel dalam penelitian adalah siswa
kelas VIIA dan siswa kelas VIIB.
Prosedur
Pengolahan data diawali dengan menguji persyaratan statistik yang diperlukan sebagai
dasar pengujian hipotesis, antara lain adalah ujii normalitas data, uji homogenitas, dan uji-t.
Seluruh pengujian statistik menggunakan bantuan program komputer SPSS 18 dan Microsoft
office excel 2007. Sedangkan untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa menggunakan nilai N Gain.
32
ISSN 2798-8791 (Online)
Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang terdiri dari 4 soal berbentuk uraian
pada materi garis dan sudut serta lembar observasi. Soal ini yang akan digunakan dalam
pretest dan posttest. Instrumen tes diujicobakan terlebih dahulu untuk melihat kelayakan
berdasarkan tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran pada setiap
butir soal.
Pre-
22 1 3,75 3,18 0,690 22 1,50 6,50 3,27 1,825
test
Postte
22 4,75 10 8,90 1,194 22 2,25 10 5.79 2,773
st
0,419
N-gain 22 0,19 1,00 0.8381 0,1809 22 0,03 1,00 0,350
1
Skor Maksimum = 10
kemampuan pemecahan masalah matematis untuk kelas eksperimen dengan skor 0,690 lebih
rendah dibanding simpangan baku pre-test untuk kelas kontrol dengan skor 1,825. Simpangan
baku posttest siswa kemampuan pemecahan masalah matematis untuk kelas eksperimen
dengan skor 1,194 juga lebih rendah dibanding simpangan baku posttest siswa kelas kontrol
dengan skor 2,773.
Rata-rata N-Gain yang merupakan gambaran peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis dengan model pembelajaran berbasis masalah maupun dengan
pembelajaran konvensional selengkapnya dapat dilihat pada table berikut:
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diperoleh bahwa skor N-Gain minimum data kelas
eksperimen dengan skor 0,19 lebih tinggi daripada N-Gain minimum kelas kontrol dengan
skor 0,03 sedangkan N-Gain maksimum kelas eksperimen dengan skor 1,00 sama dengan
N-Gain maksimum kelas kontrol dengan skor 1,00. Simpangan baku skor N-Gain
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dengan skor 0,18097
lebih rendah dibandingkan dengan skor N-Gain kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas kontrol dengan skor 0,35052, artinya skor N-Gain kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama menyebar.Untuk
skor rata-rata N-Gain lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut:
Pada gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa rerata N-Gain kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dengan skor 0,8381 terlihat lebih tinggi
dibandingkan dengan rerata skor N-Gain kelas kontrol dengan skor 0,4191.
Setelah dilakukan pengolahan data, nilai signifikansi (Asymp. sig. 2-tailed) dengan uji
Mann-Whitney U adalah 0,000. Setengah dari nilai signifikansi ini = 0,000 lebih
kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
34
ISSN 2798-8791 (Online)
siswa dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang
menggunakan model konvensional
Hal tersebut memberikan gambaran bahwa pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Hasil penelitian ini seajalan dengan hasil peneliti-peneliti sebelumnya,
seperti penelitian yang dilakukan (Handayani, 2017), menyatakan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang memporoleh pembelajaran berbasis masalah lebih
baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran berbasis
masalah lebih baik dari pada model konvensional di SMPN 2 Dewantara Kab. Aceh Utara.
DAFTAR PUSTAKA
35