Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN


MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SISTEM
PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

Atfy Safira Asify1, Intan Isma Fauziyah2, Lukman El Hakim3


Mahasiswi Prodi Pendidikan Matematika, FMIPA, UNJ1, Mahasiswi Prodi Pendidikan
Matematika, FMIPA, UNJ2, Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FMIPA, UNJ3
email korespondensi: atfy.safira19@gmail.com1, intanisma20@gmail.com2,
lukmanunj7@gmail.com3

Abstract: The purpose of this research is to obtain a deeper study of the influence of the
problem based learning model on students' mathematical problem solving abilities on linear
equation system of two variables. The method used research in this research is literature
study research using primary sources and secondary sources. Data collection technique is
to conduct a literature review in the form of research articles that are relevant to the
variables studied. Based on the results of a literature review of research articles, it can be
concluded that there is an influence of problem based learning model on the ability of
solving problems of mathematics in linear equation system of two variables.
Keywords: problem based learning, problem solving ability, linear equation system of two
variables

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh kajian lebih dalam mengenai
pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kajian pustaka dengan
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Teknik pengumpulan data yaitu
dengan melakukan kajian pustaka berupa artikel-artikel penelitian yang relevan dengan
variabel-variabel yang diteliti. Berdasarkan hasil kajian pustaka dari artikel-artikel
penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran problem
based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi
sistem persamaan linear dua variabel.
Kata Kunci: problem based learning, kemampuan pemecahan masalah, sistem
persamaan linear dua variabel

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,


serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS). Pendidikan memiliki

peranan yang sangat penting bagi perkembangan individu, karena dengan

pendidikan, individu dapat memperoleh pengetahuan dan kecerdasan serta

dapat mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku.

Matematika merupakan suatu ilmu yang mendasari perkembangan

teknologi modern yang mempunyai peranan penting dan mengembangkan

daya pikir manusia pada era globalisasi. Peranan tersebut terlihat pada

berbagai sektor kehidupan manusia seperti komputerisasi, transportasi,

komunikasi, ekonomi atau perdagangan, dan pengembangan ilmu

pengetahuan serta teknologi. Mata pelajaran matematika perlu diberikan

kepada semua peserta didik untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif, dan

kemampuan bekerja sama yang efektif. Oleh karena itu, matematika perlu

dikuasai dengan baik, sehingga dapat menunjang kehidupan (Aisyah, N.

2016:160). Akan tetapi, dalam proses pembelajaran matematika di sekolah

juga sebagian besar peserta didik masih belum fokus dan berpikir bahwa

matematika merupakan pelajaran yang sulit. Hal ini membuat peserta didik

kurang baik dalam melaksanakan pembelajaran matematika dan membuat

kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematika.

Kemampuan Pemecahan Masalah

Bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting adalah

kemampuan pemecahan masalah karena dalam proses pembelajaran


maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman

menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk

diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat rutin. Pemecahan

masalah merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa di dalam

memahami serta memilih strategi pemecahan untuk menyelesaikan suatu

permasalahan.

Menurut Umi Supraptinah (2019), kemampuan pemecahan masalah

adalah kemampuan siswa yang meliputi cara berpikir maupun bernalar

dalam menggunakan pengetahuan, keterampilan maupun pengalaman

yang diperoleh dari proses pembelajaran untuk menyelesaikan

permasalahan matematika. Kriteria atau indikator penilaian kemampuan

pemecahan masalah siswa meliputi:

1) Memahami masalah (pemahaman terhadap masalah,

menterjemahkan masalah, mengorganisasi data, memilih informasi

yang relevan).

2) Merencanakan strategi penyelesaian masalah, dapat berupa

membuat gambar, membuat dugaan, atau berpikir dari belakang dari

yang diketahui.

3) Melaksanakan strategi penyelesaian masalah.

4) Mengecek hasil penyelesaian masalah.

Sedangkan menurut Permendikbud Nomor 58 tahun 2014 tentang

Kurikulum SMP, Seorang peserta didik dikatakan telah memiliki

kemampuan pemecahan masalah yang baik jika telah memenuhi indikator


pemecahan masalah. Indikator pemecahan masalah yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu (1) memahami masalah, (2) mengorganisasi data

dan memilih informasi yang relevan dalam mengidentifikasi masalah

matematika, (3) menyajikan suatu rumusan masalah secara matematis

dalam berbagai bentuk. (4) memilih strategi yang tepat untuk memecahkan

masalah. (5) menggunakan strategi yang tepat untuk memecahkan

masalah, dan (6) menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh untuk

memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, salah satu model pembelajaran yang

dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika adalah

pembelajaran berbasis masalah atau yang dikenal dengan Problem Based

Learning, yaitu proses pembelajaran dengan titik awal berdasarkan

masalah dalam kehidupan nyata.

Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model

pembelajaran yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa

dengan mengarahkan siswa untuk bersama-sama memecahkan suatu

masalah. Pengajaran ini menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks belajar bagi siswa tentang cara berfikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) bermaksud

untuk memberikan ruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa untuk

mencari konsep dan penyelesaian masalah yang terkait dengan materi

yang diajarkan guru di sekolah. (Yanti, A. H. 2017: 119).


Sedangkan Yusri (2018) menyatakan pembelajaran dengan model

Problem Based Learning (PBL) adalah pendekatan pengajaran yang

memberikan tantangan bagi siswa untuk mencari solusi dari permasalahan

dunia nyata secara individu maupun kelompok. Pembelajaran dengan

model Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada prinsip bahwa

masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan ilmu baru.

Masalah yang disajikan dalam pembelajaran diharapkan dapat

meningkatkan motivasi siswa dalam memahami konsep yang diberikan.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) didesain dalam bentuk

pembelajaran yang diawali dengan struktur masalah real yang berkaitan

dengan konsep-konsep matematika yang akan diajarkan, siswa tidak hanya

sekedar menerima informasi dari guru saja tetapi guru harus memotivasi

dan mengarahkan siswa agar terlibat agar aktif dalam seluruh proses

pembelajaran.

Langkah-langkah dalam Problem Based Learning (Mirna, dkk.

2018), diantaranya: (1) menemukan masalah, (2) mendefinisikan masalah,

(3) mengumpulkan fakta, (4) menyusun hipotesis (dugaan sementara), (5)

melakukan penyelidikan, (6) menyempurnakan permasalahan yang telah

didefinisikan, (7) menyimpulkan alternatif penyelesaian secara kolaboratif,

(8) melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah.

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Penelitian ini mengangkat salah satu materi pokok matematika yaitu

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Sistem persamaan dan


pertidaksamaan linear dua variabel (SPLDV) merupakan salah satu materi

dalam matematika yang juga banyak digunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Banyak masalah-masalah berkaitan dengan SPLDV yang dapat

dengan mudah diselesaikan dengan prosedur yang ada dalam matematika

(Damiyanti, Y. dkk. 2019: 148).

Materi pokok ini dipilih dengan dasar pemikiran siswa sering

menemukan kesulitan dalam pengoperasian bilangan bulat dan kurang teliti

dalam menghitung. Siswa mengalami kesulitan dalam penggunaan atau

penentuan simbol yang digunakan sebagai variabel dari soal yang akan

dijawab. Kemudian siswa juga mengalami kesulitan bagaimana cara

menyelesaikan masalahnya, menghitung pecahan dalam bentuk aljabar,

serta dalam menerjemahkan kalimat cerita menjadi kalimat matematika

dalam bentuk persamaan. Selain itu, siswa kurang teliti dalam memeriksa

kembali hasil yang telah diperoleh.

Dalam model pembelajaran ini, masalah-masalah yang dijadikan

sebagai fokus dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga

dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa

sebagai kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman

belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat

hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan

data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan,

berdiskusi dan membuat laporan.


Berdasarkan uraian diatas tentang penelitian-penelitian yang

berkaitan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL),

kemampuan pemecahan masalah, dan materi Sistem Persamaan Linear

Dua Variabel (SPLDV), penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam

mengenai pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa pada materi sistem persamaan

linear dua variabel.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kajian

pustaka dengan menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer merupakan penelitian seseorang yang dipublikasikan

sehingga dalam hal ini berbentuk jurnal ilmiah. Peneliti mengkaji jurnal

ilmiah yang relevan dengan topik pembahasan sehingga ditemukan

jawaban dari penelitian. Sumber sekunder merupakan hasil publikasi yang

tidak diperoleh dari sumber primer. Sumber sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.

Sedangkan teknik pengumpulan data yaitu dengan melakukan kajian

pustaka berupa artikel-artikel penelitian yang relevan dengan variabel-

variabel yang diteliti. Peneliti akan mengkaji masalah pengaruh model

Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel.


Setelah keseluruhan data terkumpul maka langkah selanjutnya

penulis menganalisa data tersebut sehingga ditarik suatu kesimpulan.

Untuk memperoleh hasil yang benar dan tepat dalam menganalisa data,

penulis menggunakan teknik analisis melalui metode deskriptif sehingga

berfokus kepada fakta dari hasil penelitian dengan penjelasan yang

sistematis. Konsep dan teori yang diperoleh akan dianalisis untuk

membantu menyelesaikan masalah yang diteliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Permasalahan yang banyak terjadi pada siswa berdasarkan artikel-

artikel penelitian yang penulis kaji adalah kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang masih kurang. Oleh sebab itu, penulis ingin

mengkaji lebih dalam terkait pengaruh model pembelajaran problem based

learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa,

khususnya pada materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).

Penulis berharap dengan menggunakan model pembelajaran problem

based learning terdapat pengaruh terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Andi Yunarni Yusri (2018),

peneliti menggunakan instrumen penelitian yaitu tes kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning dan angket respon siswa terhadap

model pembelajaran Problem Based Learning. Dari hasil analisis data yang
peneliti lakukan, jika dilihat dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa dengan model PBL yang sudah dikelompokkan ke dalam

lima kualifikasi tingkat kemampuan pemecahan masalah, maka diperoleh

tabel sebagai berikut

Tabel 1. Deskripsi Kualifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Siswa

Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase (%)

85,00 – 100 Sangat Baik 2 5.9%

70,00 – 84,99 Baik 17 50%

55,00 – 69,99 Cukup 15 44.1%

40,00 – 54,99 Kurang 0 0%

0 – 39,99 Sangat Kurang 0 0%

Total 34 100%

(Sumber Peneliti: Hasil analisis data 2017)

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada

siswa yang memperoleh nilai sangat kurang pada rentang 0 – 39,99 (0%),

tidak ada siswa yang memperoleh nilai kurang pada rentang 40,00 – 54,99

(0%), terdapat 15 orang siswa yang memperoleh nilai cukup pada rentang

55,00 – 69,99 (44.1%), terdapat 17 orang siswa yang memperoleh nilai baik

pada rentang 70,00 – 84,99 (50%), dan terdapat 2 orang siswa yang

memperoleh nilai sangat baik pada rentang 85,00 – 100 (5.9%).


Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

respon siswa terhadap model pembelajaran Problem Based Learning

dengan pokok bahasan bilangan pecahan dalam kategori baik. Kemudian,

peneliti melakukan uji regresi sehingga diperoleh nilai Fhitung > Ftabel (5.673

> 4,15), dengan taraf signifikansi 0.023, terlihat bahwa Fhitung = 5.673

dengan tingkat signifikansi 0.023 < 0.05, sedangkan Ftabel = 4.15, maka H0

ditolak H1 diterima.

Sehingga berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat dikatakan

bahwa adanya pengaruh kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning siswa kelas VII Aritmatika SMP Negeri 1

Pangkajene.

Kemudian, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuniar

Damiyanti dan Luvy Sylviana Zhanty pada tahun 2018, para peneliti

melakukan kegiatan penelitian yang terbagi menjadi dua yaitu kegiatan

observasi awal dan kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan

observasi awal bertujuan untuk menemukan permasalahan yang akan

dijadikan bahan penelitian. Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti selama

masa observasi awal adalah melakukan pengamatan siswa saat mengajar

di kelas, wawancara dengan siswa mengenai proses pembelajaran

matematika, kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, kemampuan

matematis siswa dan menggali informasi dari guru mata pelajaran selain

matematika. Selama melakukan pengamatan, peneliti juga mengamati


tingkat kemampuan matematis siswa dengan melihat hasil soal latihan dan

ulangan harian.

Dari hasil observasi, peneliti mendapatkan beberapa penemuan

yang dianggap menjadi sebuah permasalahan yang perlu diselesaikan.

Permasalahan tersebut salah satunya adalah kemampuan pemecahan

masalah siswa masih kurang. Selanjutnya, peneliti melakukan kegiatan

pelaksanaan pembelajaran. Pada bagian ini, akan diuraikan mengenai

implementasi kegiatan pembelajaran yang terdiri dari 3 siklus dengan tiga

pertemuan. Gambaran pada tiap siklus berikut ini terdiri dari rencana

pembelajaran (planning), tindakan proses pembelajaran dan hasil kerja

siswa (action) serta refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan

(reflection). Proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tiap

pertemuan secara umum memuat langkah-langkah pendekatan PBL. Dari

kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini, diperoleh tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Perkembangan Dari Siklus Ke Siklus Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui


Pendekatan Problem Based Learning Dari Siklus Ke Siklus.

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3


No. Indikator Soal Soal Soal Soal Soal Soal
1(%) 2(%) 1(%) 2(%) 1(%) 2(%)
Siswa mampu memahami
1 86.7 100 100 100 100 100
masalah
Siswa mampu merencanakan
2 93.3 100 96.7 100 100 100
penyelesaian
- Siswa melaksanakan
3 rencana penyelesaian 48.9 60 50 61.1 61.1 64.4
- Siswa memeriksa kembali

4 Tuntas 36.7 63.3 73.3

5 Tidak Tuntas 63.3 36.7 26.7


Berdasarkan tabel, terdapat peningkatan kemampuan pemecahan

masalah melalui pendekatan problem based learning. Persentase siswa

dalam pemecahan masalah meningkat dari 48.9%, 50%, menjadi 61.1%

untuk soal pertama. Sedangkan soal ke 2 dari 60 %, 61.1% menjadi 64.4%.

Untuk tuntas klasikal ada peningkatan dari 36.7%, 63.3%, menjadi 73.3%,

kategori cukup. Dari hasil analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pendekatan problem based learning dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah pada materi SPLDV kelas X PM 1 SMK Sangkuriang

1 Cimahi. Dilihat dari peningkatan ketuntasan maka pendekatan problem

based learning dapat meningkatkan hasil belajar pada materi SPLDV kelas

X PM 1 SMK Sangkuriang 1 Cimahi.

Selain itu juga berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Khoirun Nisak dan Adha Istiana pada tahun 2017, menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Ngunut

tahun pelajaran 2017/2018. Dari hasil penelitian, diperoleh tabel sebagai

berikut:

Tabel 3. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa


Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran Problem Based

Learning sebesar 75,5556 dan sebelum diberi perlakuan dengan model

pembelajaran Problem Based Learning sebesar 45,7407. Berdasarkan

hasil penelitian tersebut, maka disarankan agar menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini dikarenakan model

pembelajaran Problem Based Learning memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan

masalah matematika.

Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Denil

Nilam Sari, Atus Amadi Putra, dan Mirna pada tahun 2018, terlihat bahwa

kelas eksperimen memiliki skor tes yang lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Standar deviasi kelas kontrol lebih besar dari standar deviasi kelas

eksperimen, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai peserta didik kelas

eksperimen lebih seragam daripada peserta didik kelas kontrol.

Tabel 4. Deskripsi Data Tes Pemecahan Masalah Matematika

DESKRIPSI DATA TES


PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Ke- Jumlah Skor Skor


Rata- rata SD
las Siswa Terendah Tertinggi

E 31 27 48 39 4,86

K 31 22 47 36 7,03
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah matematika peserta didik kelas eksperimen yang

belajar menggunakan model problem based learning lebih baik daripada

kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas kontrol yang belajar

dengan pembelajaran konvensional. Pada analisis data, terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas. Untuk kelas eksperimen diperoleh P-value = 0,302

dan untuk kelas kontrol P-value = 0,187. Nilai P-value yang diperoleh lebih

besar dari taraf nyata = 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil tes

kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik berdistribusi

normal. Untuk uji homogenitas variansi diperoleh P-value = 0,031. Karena

P-value lebih kecil dari taraf nyata yang dipilih, maka data hasil tes kedua

kelas sampel tidak memiliki variansi yang homogen. Berdasarkan uji

normalitas dan uji homogenitas diperoleh informasi bahwa data hasil tes

pemecahan masalah matematika peserta didik kelas sampel memiliki data

berdistribusi normal dan memiliki variansi yang tidak homogen.

Langkah selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t’. Uji

hipotesis menghasilkan P-value sebesar 0,023. P-value yang diperoleh

lebih kecil dari taraf nyata yang dipilih yaitu = 0,05, berarti tolak H0. Jadi

disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika peserta

didik yang pembelajarannya menerapkan model PBL lebih baik daripada

pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP Negeri 1 Padang. Hal ini

berarti bahwa model PBL memberikan pengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika peserta didik.


KESIMPULAN

Kemampuan pemecahan masalah adalah bagian dari kurikulum

matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran

maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman

menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk

diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat rutin. Pemecahan

masalah merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa di dalam

memahami serta memilih strategi pemecahan untuk menyelesaikan suatu

permasalahan.

Berdasarkan hasil kajian pustaka dari beberapa artikel penelitian

yang penulis kaji pada artikel ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat

peningkatan pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan

terdapat pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi sistem

persamaan linear dua variabel.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N. (2016). Pengaruh Model Problem Based Learning Berbantuan


Software Geogebra Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika. JKPM (Jurnal Kajian Pendidikan Matematika), 1(2):
159-168. Bimbingan Belajar Mandiri: Jakarta Timur.

Damiyanti, Y. & Zhanty, L. S. (2019). Meningkatkan Kemampuan


Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMK pada Sistem
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Dua Variabel dengan
Pendekatan Problem Based Learning. Jurnal on Education, 1(3):
147-154. IKIP Siliwangi: Jawa Barat.

Kemendikbud. (2014). Permendikbud Nomor 58 tahun 2014 tentang


Kurikulum SMP. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia.

Mirna, dkk. (2018). Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap


Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik. Jurnal Edukasi
dan Penelitian Matematika, 7(1): 25-30. Universitas Negeri Padang.

Nisak, K. & Istiana, A. (2017). Pengaruh Penerapan Problem Based


Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa. JKPM (Jurnal Kajian Pendidikan Matematika), 3(1): 91-98.
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik


Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta.

Supraptinah, Umi. (2019). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan


Masalah Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Problem
Based Learning. Jurnal Litbang Sukowati, 2(2): 48-59. SMP Negeri
1 Masaran: Sragen.

Yanti, A. H. (2017). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)


Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama
Lubuklinggau. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 2(2): 118-
129. Pascasarjana Pendidikan Matematika FKIP UNIB.

Yusri, A. Y. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based


Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Kelas VII di SMP Negeri Pangkajene. Jurnal Mosharafa, 7(1):
51-62. STKIP Andi Matappa Pangkep: Sulawesi Selatan.

Anda mungkin juga menyukai