Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika adalah salah satu dasar ilmu pengetahuan dari ilmu

pengetahuan yang sekarang telah berkembang pesat. Karena matematika dianggap

penting untuk dipelajari dan sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari- hari. Ilmiyana (2018:15)

menyatakan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang mengkaji suatu hal

yang abstrak ke dalam hal-hal yang konkret dimana seseorang diajak berpikir

mengenai matematika yang berupa bilangan-bilangan berkaitan dengan

perhitungan. Berdasarkan definisi di atas dengan matematika manusia belajar

untuk memahami dan memecahkannya. Belajar matematika yang efektif

berhubungan dengan pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru. Peran

guru di sekolah sangat dibutuhkan dalam tercapainya tujuan pembelajaran

matematika, serta proses belajar mengajar untuk membantu siswa mencapai hasil

belajar yang optimal. Salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar

siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

Dalam praktik pembelajaran matematika di sekolah, setiap siswa dituntut

untuk memiliki berbagai kemampuan matematis. National Council of Teachers of

Mathematics (NCTM, 2000:67) menetapkan lima standar kemampuan matematis

yang harus dimiliki siswa yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem

1
2

solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi

(connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan

representasi (representation). Dengan demikian kemampuan pemecahan masalah

merupakan salah satu kemampuan yang dituntut dalam pembelajaan matematika.

Pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan atau proses untuk dapat

menyelesaikan suatu masalah yang diberikan menggunakan pemahaman,

keterampilan, dan pengetahuan yang dimilikinya. Sehingga pemecahan masalah

matematis adalah suatu usaha untuk dapat menyelesaikan masalah matematika

yang diberikan menggunakan pemahaman, keterampilan, dan pengetahuan yang

dimilikinya (Ismi, 2015; 3).

Pentingnya pemecahan masalah juga ditegaskan dalam NCTM (2000:52) yang

menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan integral dalam pembelajaran

matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan dari pembelajaran

matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Ilmiyana (2018:3) pemecahan

masalah merupakan upaya untuk mencari jalan keluar dalam mencapai suatu

tujuan, juga memerlukan kesiapan, kreatifitas, kemampuan, pengetahuan yang

bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan pemecahan masalah matematis

dianggap sebagai bagian terpenting dalam bidang matematika. Berdasarkan uraian

mengenai kemampuan pemecahan masalah di atas, yang dimaksud dengan

kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan

siswa dalam menerapkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman dalam

menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari untuk

menemukan solusi penyelesaian dengan memperhatikan proses menemukan


3

jawaban. Oleh sebab itu, pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan

yang diperlukan dalam belajar dan dalam matematika itu sendiri.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa dibuktikan oleh hasil

survey PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2015

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD,2016),

Indonesia menempati ranking 63 dari 72 negara peserta dengan skor rata–rata 386

untuk matematika dengan rata–rata skor internasional adalah 490. Faktor yang

menjadi penyebab dari rendahnya prestasi siswa Indonesia dalam PISA yaitu

lemahnya kemampuan pemecahan masalah non - routine atau level tinggi. Soal

yang diujikan dalam PISA terdiri dari 6 level (level 1 terendah sampai level 6

tertinggi). Sedangkan siswa di Indonesia hanya terbiasa dengan dengan soal–soal

rutin pada level 1 dan 2. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa Indonesia rendah.

Berdasarkan wawancara terhadap salah satu guru matematika di SMP

Negeri 6 Singkawang serta pengalaman peneliti di lapangan diperoleh informasi

bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada

pembelajaran matematika secara umum masih tergolong rendah. Pada umumnya

siswa cenderung tidak menyukai pelajaran matematika, karena siswa menganggap

matematika itu sulit, banyak menggunakan rumus, terutama pada materi teorema

pythagoras. Siswa masih kesulitan memahami soal yang diberikan oleh guru yaitu

materi teorema pythagoras yang diaplikasikan dalam bentuk soal kehidupan nyata.

Siswa mengerti jika diberikan soal seperti yang dicontohkan guru, namun jika

diberikan soal baru siswa kesulitan dalam memahami soal tersebut karena siswa
4

tidak dibiasakan partisipasinya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan

yang dibutuhkan dalam penyelesaian masalah. Berdasarkan hasil Ulangan

Semester tahun ajaran sebelumnya siswa yang tidak mengalami ketuntasan pada

materi teorema pythagoras mencapai 35% padahal materi ini sangat penting untuk

diketahui oleh siswa. Rendahnya nilai hasil tes siswa menunjukkan bahwa nilai

rata-rata ulangan harian belum memenuhi KKM yaitu 70.

Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah teorema pythagoras. Salah

satu kompetensi dasar yang ada pada materi teorema pythagoras adalah

memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan teorema

pythagoras. Materi teorema pythagoras pada segitiga siku-siku, sering

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan diharapkan mampu melatih dan

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa secara maksimal.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya kemampuan

pemecahan masalah siswa adalah gaya belajar (Richardo et al.,2014. Kesulitan

siswa dalam menyelesaikan masalah matematika antara lain dipengaruhi oleh

gaya belajar, karena setiap beberapa siswa memiliki gaya belajarnya masing-

masing, meskipun mereka dalam satu kelas yang sama. Hal ini diperkuat dari hasil

wawancara terhadap salah satu siswa yang menyatakan bahwa matematika adalah

pelajaran yang membosankan, dan cara guru menyampaikan pelajaran masih

belum menarik perhatian siswa. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru

dapat menyesuaikan gaya mengajar sehingga siswa memperoleh cara efektif

dalam menyerap materi pelajaran. Sejalan dengan hal ini, Afif (2016:6)
5

menyatakan bahwa tidak akan ada pelajaran yang sulit jika setiap anak

menangkap informasi/ materi sesuai dengan gaya belajarnya.

Gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan

berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi (Amir, 2015: 163). Selain itu,

karakteristik siswa perlu dikaji dan dipertimbangkan dalam pembelajaran adalah

gaya belajar siswa, karena menurut Aljaberi (2015:154), gaya belajar mengarah

pada perilaku dan cara seseorang dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.

Menurut Deporter dan Hernacki (2010:110) gaya belajar merupakan kunci

untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, sekolah, dan dalam situasi antar

pribadi, dengan begitu gaya belajar akan mempengaruhi seseorang dalam

menyerap dan mengolah informasi sehingga akan mempengaruhi prestasi yang

dicapai. Secara ringkasnya, gaya belajar berhubungan dengan bagaimana siswa

memperoleh, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk menanggapi

suatu tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi yang dialaminya.

Terdapat beberapa jenis gaya belajar. Menurut Deporter dan Hernacki

(2010:119) mengungkapkan ketiga jenis gaya belajar memiliki arti yang berbeda-

beda. (1) Siswa dengan gaya belajar visual lebih banyak menggunakan indra

penglihatan untuk membantu belajar sehingga siswa dengan gaya belajar visual

akan lebih suka belajar dengan cara melihat, mengamati, dan menggambarkan

sesuatu. (2) Siswa dengan gaya belajar auditorial memanfaatkan kemampuan

pendengaran unuk mempermudah proses belajar. Oleh sebab itu, siswa dengan

gaya belajar auditorial akan lebih banyak mendengarkan dan berbicara. (3) Siswa

dengan gaya belajar kinestetik lebih banyak menggunakan fisiknya sebagai alat
6

belajar yang optimal. Kegiatan fisik yang dilakukan siswa dengan gaya belajar

kinestetik misalnya mempraktekkan langsung apa yang sedang dipelajarinya.

Gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik secara

simultan/bersama-sama maupun secara terpisah/masing-masing dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa (Arylien dkk, 2014:173).

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, penulis

memperoleh permasalahan yang menarik. Analisis ini akan dijabarkan melalui

penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Ditinjau Dari Gaya belajar Siswa Pada Materi Teorema pythagoras Kelas VIII

SMP Negeri 6 Singkawang”.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi

masalah dan merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih tergolong rendah

berdasarkan hasil wawancara guru di SMP Negeri 6 Singkawang.

b. Siswa kesulitan memahami materi teorema pythagoras.

c. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dipengaruhi oleh

gaya belajar.

2. Rumusan Masalah
7

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang ditinjau

dari gaya belajar visual pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP

Negeri 6 Singkawang ?

b. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang ditinjau

dari gaya belajar auditorial pada materi teorema pythagoras di kelas VIII

SMP Negeri 6 Singkawang?

c. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang ditinjau

dari gaya belajar kinestetik pada materi teorema pythagoras di kelas VIII

SMP Negeri 6 Singkawang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

yang ditinjau dari gaya belajar visual pada materi teorema pythagoras di kelas

VIII SMP Negeri 6 Singkawang.

2. Untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

yang ditinjau dari gaya belajar auditorial pada materi teorema pythagoras di

kelas VIII SMP Negeri 6 Singkawang.

3. Untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

yang ditinjau dari gaya belajar kinestetik pada materi teorema pythagoras di

kelas VIII SMP Negeri 6 Singkawang.


8

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat

teoritis maupun yang bersifat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Peneliti berharap penelitian ini mampu memberikan deskripsi mengenai

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang ditinjau dari gaya belajar

pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 6 Singkawang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengalaman tentang ilmu

matematika dan pembelajaran disekolah, sehingga dapat dijadikan bekal

ketika nanti menjadi guru.

b. Bagi siswa, sebagai bahan masukan mengenai kemampuan pemecahan

masalah matematis dan mengetahui gaya belajarnya yang sesuai untuk

menyelesaikan soal-soal matematika, sehingga mereka akan lebih

termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.

c. Bagi guru matematika, sebagai referensi dan juga evaluasi dari

pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga guru dapat memberikan

metode atau model pembelajaran yang sesuai dan dapat membangun

kemampuan pemecahan masalah matematis dengan membagi soal ke dalam

berbagai bentuk representasi sesuai dengan gaya belajar siswanya dalam

suatu kelas, khususnya pada materi teorema pythagoras.


9

d. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu

kebijakan yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah.

e. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan

dalam penelitian selanjutnya, sehingga akan menjadi suatu karya ilmiah

yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai