PENDAHULUAN
siswa kelas VIII ini terlihat ketika peneliti melakukan Pengenalan Lapangan
pada tahap akhir penyelesaian soal yang diberikan. Sedangkan untuk siswa
yang ditulis terlihat bahwa siswa masih belum mampu memahami dengan baik
masalah yang diberikan, siswa juga belum mampu menulis apa yang diketahui
1
dan yang ditanya pada soal sehingga siswa kesulitan dalam merencanakan
Palangka Raya yang tergolong rendah ini juga diakui oleh salah satu guru
Banyak siswa yang mengalami kesulitan ketika diberikan soal apalagi yang
pada rendahnya hasil belajar siswa di sekolah. Hal ini juga berpengaruh pada
hasil ulangan semester siswa maupun hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) yang
2
permasalahan tersebut serta dapat mengakomodasi peningkatan kualitas
dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran matematika. Jika dilihat dari aspek
penting dimiliki oleh setiap siswa karena (a) pemecahan masalah merupakan
metoda, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam
3
kurikulum matematika, dan (c) pemecahan masalah merupakan kemampuan
sekolah mulai dari SD, SMP, hingga SMA. Kemampuan untuk memecahkan
karena itu maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib
4
Kurikulum 2013 edisi revisi 2016 yang tertuang dalam permendikbud
sekolah dasar kelas 1 hingga sekolah menengah atas kelas XII. Salah satu
tahap tersebut akan mencapai proses belajar yang baik yang pada akhirnya
5
yang baik, sehingga memperoleh hasil belajar yang memuaskan dan tujuan
oleh beberapa faktor. Secara garis besar, Siti Mila Kudsiyah mengelompokkan
faktor tersebut kedalam tiga aspek yaitu; aspek kognitif, aspek afektif dan
ini sebagai karakteristik cara berpikir. Menurutnya ada empat jenis karakter
berpikir, yaitu: sekuensial konkret (SK), sekuensial abstrak (SA), acak abstrak
(AA), dan acak konkret (AK). Tipe berpikir SK mengarah kepada mereka
Tipe berpikir SA merupakan mereka yang suka berpikir dalam konsep dan
6
menggunakan perasaan dalam belajar. Adapun untuk tipe berpikir AK adalah
Gregorc yaitu; SK, SA, AA, dan AK tidak dipahami oleh kebanyakan guru
jawaban itu. Satu dari sebagian peran guru dalam mengajarkan matematika
mengerjakan atau menjawab suatu soal. Selain itu, apabila guru mampu
mengenali karakteristik cara berpikir yang dimiliki setiap siswa maka akan
siswa tersebut. Dan ini akan berdampak baik bagi kemampuan guru dalam
sehingga siswa cenderung lebih pasif yaitu melalui upaya pemilihan model
7
matematika, lalu memberikan contoh dan latihan, di sisi lain siswa hanya
Pembelajaran semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi
hasil belajar siswa serta tidak bermakna pengetahuan yang diperoleh siswa.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa
karena itu, model pembelajaran berbasis masalah ini dapat digunakan untuk
8
Masalah Matematika Ditinjau Dari Karakteristik Cara Berpikir Siswa Melalui
B. Identifikasi Masalah
pembelajaran matematika.
C. Rumusan Masalah
(SK)?
9
2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII
(SA)?
(AA)?
(AK)?
D. Tujuan Penelitian
10
pembelajaran berbasis masalah pada materi peluang di kelas VIII SMP
E. Batasan Masalah
siswa pada materi peluang dan ditinjau dari karakteristik cara berpikir
siswa.
berbasis masalah.
11
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Siswa
3. Bagi Guru
karakteristik cara berpikir siswa agar lebih mudah dalam merancang dan
4. Bagi Sekolah
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Hakikat Matematika
diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga ke jenjang perguruan tinggi untuk
merupakan salah satu bagian yang penting dalam bidang ilmu pengetahuan.
ilmu yang mengkaji tentang cara berhitung atau mengukur sesuatu dengan
angka, symbol, atau jumlah. Untuk dapat memahami suatu pokok bahasan
13
yang dikemukakan Johnson matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
(Abdurrahman, 2012).
alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode pencarian kebenaran yang
dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu
matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi
Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu
analogi, dan akhirnya merumuskan teorema – teorema. Oleh karena itu, mata
14
pelajaran matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah
yang abstrak, konsep – konsep yang saling berhubungan satu sama lain yang
orang memiliki cara yang berbeda dalam menyusun sesuatu yang diamati,
15
dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada
siswa misalnya dalam bentuk soal dan siswa tersebut mampu mengerjakan
penyelesaiannya dengan baik dan benar maka tidak dapat dikatakan sebagai
beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau
memecahkan masalah. Siswa dapat belajar hal tersebut dari apa yang
16
pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki untuk menyelesaikan soal yang
hasil dan manfaat yang optimal dari pemecahan masalah. Pemecahan masalah
matematika dapat dibedakan atas dua jenis berikut: (1) Pemecahan rutin atau
masalah abstrak. Soal jenis ini adalah soal yang menyerupai soal nyata. Dalam
hampir sama dengan cara yang telah dijelaskan oleh guru. Sebuah contoh
masalah rutin (terkenal dengan soal cerita). (2) Pemecahan masalah non –
rutin atau pemecahan masalah nyata. Dewasa ini lebih dikenal dengan real
mathematics. Soal dimulai dari situasi nyata dan penyelesaiannya ialah dengan
cerita rutin, soal non – rutin membutuhkan pemikiran yang lebih tinggi untuk
17
menyelesaikan masalah. Masalah merupakan suatu situasi yang tidak
melibatkan proses berpikir secara optimal. Ada empat tahapan penting yang
atau diketahui adalah kemampuan siswa pada setiap langkah atau proses
18
berpikirnya dalam memecahkan masalah tersebut maka butir soal disusun
untuk setiap proses yang bersangkutan. Namun, bila kita ingin mengukur
rupa sehingga memuat semua proses pemecahan masalah yang ingin diukur.
Ochmke yang dirangkum dalam tabel 2.1 dibawah ini: (Isra, 2018)
menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Pada fase ini siswa akan
masalah. Proses berpikir adalah aktivitas yang terjadi dalam otak manusia.
19
Seseorang memerlukan pemikiran dalam memecahkan masalah. Berpikir merupakan
khusus”. Dengan kata lain, karakteristik meliputi satu ciri khusus atau lebih.
dan praktek, abstrak dan konkret, konsep dan fakta” (Danar, 2015).
segala sesuatu yang telah kita miliki, yang berupa pengertian – pengertian dan
Proses berpikir yang terjadi dalam benak siswa akan berakhir sampai
diketemukan jawaban. Proses atau jalannya berpikir itu ada tiga langkah,
penarikan kesimpulan.
proses belajar siswa. Untuk mengetahui karakteristik cara berpikir siswa, guru
20
Teori yang menjelaskan tentang karakteristik cara berpikir salah
lain yaitu Sekuensial Konkret (SK), Sekuensial Abstrak (SA), Acak Konkret
(AK), dan Acak Abstrak (AA). Menurut Anthony Gregorc, orang dengan
dengan kategori berpikir secara acak cenderung dalam dominasi otak kanan
dan mengingat detail dengan rinci dan lebih mudah. Tipe SK ini terrbiasa
2) Bagi para SK, realita terdiri dari apa yang dapat mereka ketahui melalui
21
6) Tipe SK sangat menyukai pengarahan dan prosedur khusus.
Pemikir dengan tipe Sekuensial Abstrak (SA) berpikir dalam konsep dan
3) Tipe SA menghargai orang dan peristiwa yang teratur rapi dan mudah
dipahami.
4) Menemukan detail penting seperti kata kunci adalah mudah bagi SA.
mendalam.
7) Tipe ini selalu ingin tahu sebab dibalik akibat dan memahami teori serta
konsep.
karakteristik:
22
3) Para AK cenderung lebih suka menemukan alternatif dan mengerjakan
menarik.
Pemikir dengan tipe Acak Abstrak (AA) lebih mudah dalam mengolah
memiliki karakteristik:
1) Bagi tipe abstrak, dunia nyata mereka adalah perasaan dan emosi. AA
refleksi, terkadang hal ini memakan waku lama (lamban) tetapi tepat,
sehingga orang lain tidak menyangka jika tipe AA mempunyai reaksi atau
pendapat.
23
6) AA sangat suka berkiprah di lingkungan yang tidak teratur yang
berpikir tersebut, tidak ada salah satu tipe karakterstik cara berpikir manapun
yang lebih baik atau lebih buruk dari pada yang lainnya. masing-masing tipe
karakterstik cara berpikir tersebut hanya berbeda saja. Tetapi meskipun begitu,
karakteristik cara berpikir dari keempat tipe tersebut. Hal ini karena tipe-tipe
orang tersebut termasuk pada tipe mana yang sekiranya paling sesuai dengan
a. Siswa diminta untuk membaca setiap kelompok pada tiap nomor yang
24
b. Siswa diminta memilih dua kata dari empat kata yang paling sesuai untuk
menggambarkan dirinya. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Setiap
bersikap jujur.
kata yang dipilih dilingkari pada setiap nomor dalam empat kolom yang
disediakan,
d. Lalu jawaban pada kolom I, II, III dan IV dijumlahkan dan kemudian pada
(Eka, 2021).
keterampilan dan kemampuan yang ada pada siswa dalam menentukan tujuan
pembelajaran agar tercapai. Setiap siswa memiliki cara berpikir yang berbeda
25
keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry kolaboratif, memandirikan siswa
masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa utuk
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran.
Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah
sendiri. Dan model pembelajaran berbasis masalah adalah metode belajar yang
26
berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan
procedural. Oleh karena itu, penilaian tidak hanya cukup dengan tes.
masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil
pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam proses kegiatan
kritis dan belajar secara individu maupun kelompok kecil sampai menemukan
solusi dari masalah tersebut. Peran guru pada model pembelajaran berbasis
perspektif yang ada pada siswa sehingga yang berperan aktif di dalam kelas
27
b. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
atas lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa
dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja
siswa.
28
ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut
pandang, setelah itu siswa menentukan sebab akibat yang akan dipecahkan
29
mengumpulakan informasi atau data dari berbagai sumber yang relevan,
menarik kesimpulan.
lain:
masalah;
(Hariyanto, 2012).
30
guru ataupun calon guru harus pandai memilih model pembelajaran dan harus
judi. Perkembangan teori peluang menjadi cabang dari ilmu matematika yang
digunakan sacara luas. Teori peluang banyak digunakan dalam dunia bisnis,
teori peluang, maka materi ini menjadi salah satu materi pokok yang wajib
dipelajari oleh siswa. Salah satu materi dari teori peluang meliputi peluang
banyaknya unsur ruang sampel itu terhingga, maka dapat didaftarkan unsur-
unsur tersebut menggunakan koma (,) atau memisahkan setiap unsur dan
Jadi contoh dari ruang sampel (𝑆) dari pelemparan satu keping uang
pelemparan tiga keping uang logam, maka untuk menentukan ruang contoh
31
dari percobaan tersebut maka dapat dirinci menggunakan diagram pohon
sebagai berikut.
A G
A A
G G
G A G
G G
Jadi ruang sampel dari pelemparan tiga keping uang logam tersebut
dapat dituliskan 𝑆 = {(𝐴, 𝐴, 𝐴), (𝐴, 𝐴, 𝐺), (𝐴, 𝐺, 𝐴), (𝐴, 𝐺, 𝐺), (𝐺, 𝐴, 𝐴), (𝐺,
𝐴, 𝐺), (𝐺, 𝐺, 𝐴), (𝐺, 𝐺, 𝐺)} Misalnya akan dilakukan pelemparan dua buah
Jadi ruang sampel dari pelemparan tiga keping uang logam tersebut
dapat dituliskan sebagai 𝑆 = {(1,1), (2,1), (3,1), (4,1), (5,1), (6,1), (1,2), (2,2),
32
(3,2), (4,2), (5,2), (6,2), (1,3), (2,3), (3,3), (4,3), (5,3), (6,3), (1,4), (2,4), (3,4),
(4,4), (5,4), (6,4), (1,5), (2,5), (3,5), (4,5), (5,5), (6,5), (1,6), (1,6), (3,6), (4,6),
(5,6), (6,6)}.
b. Peluang teoretik
teoretik adalah perbandingan dari hasil yang dimaksud dengan semua hasil
yang mungkin pada suatu percobaan tunggal. Kejadian adalah bagian dari
ruang sampel 𝑆. Suatu kejadian 𝐴 dapat terjadi jika memuat titik sampel pada
ruang sampel 𝑆. Misalkan (𝐴) menyatakan banyak titik sampel kejadian 𝐴, dan
𝑛(𝑆) adalah semua titik sampel pada ruang sampel 𝑆. Peluang teoretik kejadian
n( A)
𝑃(𝐴) =
n (S )
eksperimen.
33
{1,2,3,4, 6 Hasil Mata {3} 1 1
6
5,6) Dadu 3
{1,2,3,4, 6 Hasil Mata {} 0 0
atau 0
6
5,6) Dadu 7 Kosong
{1,2,3,4, 6 Hasil Mata {2,4,6} 3 3 1
atau
6 2
5,6) Dadu
Genap
Pelemparan {1,2,3,4, 6 Hasil Mata {1,3,5} 3 3 1
atau
6 2
satu Dadu 5,6) Dadu
Ganjil
c. Peluang Empirik
tersebut dirumuskan
n( A)
𝑓𝐴 =
M
buah dadu.
34
Tabel 2.6 Peluang Empirik Percobaan Penggelindingan Dadu
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang telah ada dan pernah
pendukung dalam sebuah penelitian yang baru. Pada bagian ini peneliti akan
diantaranya adalah:
35
di Kelas VIII MTs AlJamiyatul Washliyah Tembung Tahun Ajaran
masalah siswa dengan karakteristik cara berpikir tipe sekuensial konkret (SK)
lebih tinggi daripada siswa dengan karakteristik cara berpikir tipe SA, AK,
dan AA. Karena siswa dengan karakteristik cara berpikir SK sudah mencapai
penelitian yang akan dilakukan, karena penelitian ini memiliki kesamaan yaitu
pemecahan masalah berkatogori sangat baik dan mendapatkan hasil tes 95.06.
36
matematika berkategori sangat kurang dan mendapatkan hasil tes 35.55. Siswa
masalah berkategori cukup dan mendapatkan hasil tes 56.94. Penelitian ini
penelitian ini tes kemampuan pemecahan masalah pada materi Peluang dan
Learning).
3. Lestanti dkk (2016) dalam jurnal dengan penelitian yang berjudul “ Analisis
Abstrak) lebih tinggi daripada siswa dengan karakteristik cara berfikir tipe SK
tidak menuliskan apa yang ditanyakan dari soal dan menuliskan langkah-
dari cara berfikir siswa dengan model pembelajaran problem based learning.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Kecamatan Jekan Raya Palangka Raya pada semester genap tahun ajaran
2021/2022.
C. Subjek Penelitian
38
Subjek dalam peneitian ini adalah siswa kelas VIII-4 SMPN-8 Palangka
D. Prosedur Penelitian
penelitian yang sudah ditetapkan. Ada tiga tahap prosedur dalam penelitian
1. Tahap Persiapan
dilakukan.
c. Membuat RPP dan LKPD kelas eksperimen, divalidasi oleh dosen dan
guru matematika.
permohonan penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
39
a. Melaksanakan proses pembelajaran dengan model Pembelajaran
matematika.
3. Tahap Akhir
c. Dari hasil analisis data lembar angket dan tes akhir yang diperoleh
E. Definisi Istilah
40
yang telah dimiliki sebelumnya ke dalam situasi baru yang melibatkan
meliputi satu ciri khusus atau lebih. Berpikir merupakan suatu aktifitas
satu ciri khusus atau lebih dan bertujuan pada pemecahan permasalahan
F. Instrumen Penelitian
1. Pengembangan Instrumen
41
hasilnya lebih baik (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini instrumen yang
a. Instrumen Angket
oleh John Park Le Tellier untuk mengukur karakteristik cara berpikir siswa
(DePotter, 2010). Angket ini terdiri dari 15 soal dimana setiap soalnya
memuat 4 pilihan kata dan para siswa diminta untuk memilih dua kelompok
kata yang paling baik menggambarkan diri mereka. Hasil dari pilihan siswa ini
dibuat sendiri melainkan adopsi langsung dari John Park Le Tellier. Suci
berpikir adalah sebesar 0,893 dengan intepretasi sangat tinggi dan angket ini
42
sudah valid karena selalu diterapkan oleh penelitipeneliti sebelumnya
(Febriani, 2018).
b. Instrumen Tes
Pada penelitian ini tes yang digunakan berbentuk essay (uraian). Tes
data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan, maka siswa juga
43
suatu percobaan
2. Validitas Instrumen
Validitas Instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Oleh
karena itu, suatu instrument tes harus diuji kevalidannya. Dalam hal ini, butir
tes akan divalidasi oleh tiga orang ratters, yaitu dua dosen dari Program Studi
matematika kelas VIII dari SMP Negeri 8 Palangka Raya. Apabila paling
sedikit dua orang ratters memberikan skor A pada suatu soal yang sama, maka
soal tes tersebut dapat digunakan, apabila paling sedikit dua orang ratters
memberikan skor B pada suatu soal yang sama, maka soal tes tersebut dapat
digunakan tetapi perlu diperbaiki, dan apabila paling sedikit dua orang ratters
memberikan skor C pada suatu soal yang sama, maka soal tes tersebut tidak
dapat digunakan.
pemecahan masalah matematika siswa berupa tes akhir atau posttest. Tes
44
dilaksanakan berbentuk uraian yang terdiri 3 soal yang harus dijawab
terkait empat jenis karakteristik cara berpikir siswa, yaitu: SK, SA, AA,
pada angket yang dikembangkan oleh Tellier (De Porter, 2010). Setelah siswa
dengan cara menjumlahkan jawaban pada kolom I, II, III, IV lalu mengalikan
kolom II merupakan tipe skuensial abstrak, kolom III merupakan tipe acak
abstrak, dan kolom IV merupakan tipe acak konkret. Kolom dengan jumlah
informasi. Jika jawaban pada kolom I lebih banyak dari kolom lainnya maka
45
pada kolom II lebih banyak dari kolom lainnya maka siswa memiliki
karakteristik cara berpikir sekuensial abstrak, jika jawaban pada kolom III
lebih banyak dari kolom lainnya maka siswa memiliki karakteristik cara
berpikir acak abstrak, dan jika jawaban pada kolom IV lebih banyak dari
kolom lainnya maka siswa memiliki karakteristik cara berpikir acak konkret.
1. C D A B
2. A C B D
3. B A D C
4. B C A D
5. A C B D
6. B C A D
7. B D C A
8. C A B D
9. D A B C
10. A C B D
11. D B C A
12. C D A B
13. B D C A
14. A C D B
15. A C B D
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
I II III IV
46
Setelah mengetahui tipe karakteristik cara berpikir masing-masing
karakteristik cara berpikir yang sama. Hal ini akan memudahkan peneliti
masalah. Tes ini dikerjakan siswa secara individu. Setelah tes dilaksanakan
hasil tes tertulis adalah menentukan nilai tes siswa dan menentukan kategori
Keterangan:
X = skor rata-rata
47
80 ≤ X ≤100 sangat baik
60 ≤ X <80 baik
40 ≤ X <60 cukup
20 ≤ X <40 kurang
0 ≤ X <20 sangat kurang
(Arikunto, 2010)
BAB IV
A. Hasil Penelitian
penelitian ini adalah siswa kelas VIII-4 yang berjumlah 23 siswa. Dalam
penelitian ini, guru matematika SMP Negeri 8 Palangka Raya Ibu Harum, S.Pd
diajarkan oleh guru, 1 kali pertemuan untuk tes kemampuan pemecahan masalah.
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada Mei - Juli 2022. Adapun jadwal
48
Senin, 11 08.00
Seminar Proposal
April 2022 WIB
1. Peneliti mengirimkan perangkat
pembelajaran (RPP, LKPD, Tugas
Individual, dan Video Materi
Kamis, 19 09.00 Pembelajaran)
Mei 2022 WIB 2. Peneliti berdiskusi dengan guru
langkah-langkah penerapan model
pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning).
Jumat, 20 11.00 1. Peneliti bergabung pada grup google
Mei 2022 WIB classroom dan whatsapp kelas VIII-4
07.30-
Senin, 23
09.30 Pertemuan ke-1
Mei 2022
WIB
07.30-
Senin, 30 VIII-4
09.30 Pertemuan ke-2
Mei 2022
WIB
07.45-
Senin, 6
09.15 Pertemuan ke-3
Juni 2022
WIB
07.30-
Senin, 20 09.30 VIII-4 Tes akhir (post test)
Juni 2022 WIB
dengan pihak sekolah SMP Negeri 8 Palangka Raya dan guru matematika kelas
VIII-4 guna meminta izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Peneliti
dan siswa. Menurut guru yang bersangkutan, materi Peluang akan dilaksanakan
pada minggu pertama bulan Mei 2022, namun dikarenakan adanya kegiatan lain
akan diajarkan pada minggu ketiga bulan Mei 2022. Peneliti berdiskusi dengan
guru matematika kelas yang akan dipilih sebagai subjek penelitian. Peneliti
model pembelajaran berbasis masalah pada materi Peluang di kelas VIII-4. Guru
49
matematika meyetujui permintaan peneliti dengan baik, sehingga peneliti akan
Berikut ini uraian hasil pengumpulan data yang telah dilakukan di SMP
Negeri 8 Palangka Raya pada kelas VIII-4 mulai tanggal 23 Mei – 20 Juni 2022.
Data yang diambil dalam penelitian ini berupa hasil angket karakteristik cara
berpikir siswa dan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
oleh guru mata pelajaran matematika dengan jumlah 23 siswa. Materi yang
telah disusun oleh peneliti. Pada pembelajaran ini, guru membagi siswa menjadi
mengirimkan materi pembelajaran dan juga LKPD kepada siswa melalui Google
50
guru mengalami beberapa hambatan yaitu siswa yang sulit diatur dan sibuk
sendiri. Pada pembelajaran ini siswa belum aktif, baik dalam kegiatan diskusi dan
pembahasan soal-soal oleh kelompok lain yang sedang persentasi maupun dalam
mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Siswa juga masih mengalami
matematika di depan kelas serta masih ada beberapa kelompok yang belum
Teoritik. Sama seperti pertemuan sebelumnya materi dan LKPD sudah dibagikan
kelompok. Pada pertemuan kedua ini, terlihat siswa sudah mulai mengerti dan
paham alur pembelajaran yang dilakukan. Pada saat pemaparan materi dan
penjelasan temannya dengan seksama dan juga antusias saat diadakan sesi tanya
jawab, pada pertemuan kedua ini sudah lebih baik dari pertemuan sebelumnya
karena siswa sudah mulai aktif dalam berdiskusi baik antara guru dengan siswa
maupun antara siswa dengan siswa, meskipun pada pertemuan kali ini ternyata
masih ada satu kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-
soal pada LKPD yang berkaitan dengan pemecahan masalah matematika dan
terlihat bahwa siswa sudah ada usaha untuk mencari tahu dan menemukan cara
51
Pada pertemuan ketiga Senin, 6 Juni 2022 pada materi Hubungan Peluang
Empirik dengan Peluang Teoritik. Sebelum pertemuan ketiga ini sama seperti
kepada siswa sebagai bahan diskusi kelompok untuk dibahas dan dipresentasikan
oleh siswa pada saat pembelajaran. Pada pertemuan ketiga ini, siswa aktif dalam
proses pembelajaran, siswa sudah mulai terbiasa memaparkan hasil diskusi dan
siswa sudah mulai berani mengungkapkan kritik, saran dan pendapat pribadi
mengenai hasil diskusi temannya di depan kelas, siswa juga bertanya kepada guru
mengenai soal-soal yang masih belum dipahami agar dijelaskan kembali dengan
perlahan agar mudah dipahami. Pada pertemuan kali ini siswa sudah sangat baik
berbasis masalah yang sudah dilaksanakan ini dapat dilihat interaksi antar siswa
dengan siswa, siswa dengan guru sudah sangat baik. Guru dapat mengelola kelas
dengan sangat baik hingga akhir pertemuan. Pada akhir pembelajaran guru
tes akhir pada materi peluang, dimana pada pertemuan inilah soal tes untuk
jauh berbeda. Dimana siswa mempelajari materi dalam bentuk video dan
google classroom kemudian pada saat pertemuan tatap muka siswa berdiskusi
52
dan mempresentasikan hasil pekerjaannya. Pembelajaran dengan model PBL
meningkatkan interaksi antar siswa dengan siswa dan guru, dan terampil dalam
aktif dalam belajar mandiri, berdiskusi di kelas maupun dengan kelompok, maka
siswa akan memahami materi dengan baik dan bertahan lama serta mampu
matematika siswa kelas VIII-4 meningkat dengan baik disetiap pertemuan. Siswa
yang sebelumnya kurang aktif menjadi aktif, siswa yang sebelumnya asik sendiri
memberikan perdapat saat berdiskusi di kelas dan kerja kelompok, dan siswa
lebih berani bertanya apabila ada materi yang belum dipahami. Oleh karena itu,
Angket dibagikan kepada siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Palangka Raya
pada tangggal 23 Mei 2022. Hasil analisis angket karakteristik cara berpikir siswa
diperoleh 5 siswa dengan tipe berpikir SK, 6 siswa dengan tipe berpikir SA, 8
siswa dengan tipe berpikir AA, dan 4 siswa dengan tipe berpikir AK.
53
Sekuensial Abstrak 6 26,08%
Acak Abstrak 8 34,79%
Acak Konkret 4 17,40%
masalah yang terdiri dari 3 soal uraian pada hari Senin, 6 Juni 2022 bagi seluruh
siswa kelas VIII-4. Dari hasil pengelompokkan karakteristik cara berpikir siswa
cara berpikir siswa dipilih 2 subjek penelitian secara Purposive Sample. Subjek
Selanjutnya dari masing-masing tipe karakteristik siswa yang sudah dipilih akan
Materi Peluang
54
peluang empirik muncul selain
keduanya gambar…?
3 a. Memahami Masalah 3. Armando memperbolehkan ibunya
b. Merencanakan untuk mengambil 1 permen dari
Penyelesaian Masalah sebuah
c. Menyelesaikan Masalah kantong. Beliau tidak dapat melihat
warna permen tersebut. Banyaknya
d. Memeriksa Kembali
permen dengan setiap warna dalam
kantong tersebut ditunjukkan dalam
grafik berikut.
Berikut ini uraian hasil pengumpulan data yang telah dilakukan di SMP
Negeri 8 Palangka Raya pada kelas VIII-4 tanggal 20 Juni 2022. Data yang
diambil dalam penelitian ini berupa hasil tes pemecahan masalah matematika
Masalah (PBL). Adapun data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data sebagai
berikut.
1 ARR 100
2 SPR 16
3 AVA 100
4 AZT 83
5 CLA 83
6 CTN 100
7 CDB 83
8 DNA 83
55
9 EWM 100
10 EMP 33
11 FDA 83
12 IMDW 100
13 JJA 100
14 JTSM 15
15 LSP 66
16 LPA 15
17 MCL 44
18 PTSN 11
19 RKL 100
20 RRN 66
21 SBO 11
22 SRO 61
23 SMH 100
Jumlah 1.545
Rata-rata 67
berikut:
56
Berdasarkan tabel 4.5 dengan nilai rata-rata keseluruhan siswa 67 dapat
VIII-4 masuk ke dalam kategori Baik. Dengan demikian dari hasil data tes
kemampuan siswa yang awalnya tergolong rendah meningkat menjadi lebih baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan sebagaimana
dikutip oleh Lestanti, dkk (2016) aktivitas siswa yang ditimbulkan oleh model
pemecahan masalah siswa. Selain itu berdasarkan penelitian Klegis dan Hurren
Berikut ini adalah penyajian dari hasil tes yang telah dikerjakan oleh siswa
dalam mengerjakan soal pada materi peluang. Dari 23 siswa diambil sampel 8
berpikir Sekuensial Konkret (SK), Sekuensial Abstrak (SA), Acak Abstrak (AA),
57
a. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Tipe
1) Soal nomor 1
menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanya sesuai informasi yang ada pada
soal. Pada tahap merencanakan masalah, siswa cenderung tidak mampu membuat
bilangan prima jika diambil secara acak. Pada tahap menyelesaikan masalah,
subjek cenderung masih belum mampu dan kurang teliti dalam penyelesaian
masalah sehingga hasil jawaban masih kurang tepat. Pada tahap memeriksa
kembali, subjek cenderung tidak mampu melihat kembali jawaban yang sudah
58
dikerjakan. Subjek tidak mengembalikan pertanyaan yang dicari, tidak mencari
2) Soal nomor 2
menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanya sesuai informasi yang ada pada
soal. Pada tahap merencanakan masalah, siswa cenderung tidak mampu membuat
belum mampu dan kurang teliti dalam penyelesaian masalah sehingga hasil
jawaban masih kurang tepat. Pada tahap memeriksa kembali, subjek cenderung
tidak mampu melihat kembali jawaban yang sudah dikerjakan. Subjek tidak
59
mengembalikan pertanyaan yang dicari, tidak mencari jawaban dengan cara lain,
1) Soal nomor 3
apa yang diketahui dan ditanya sesuai dengan informasi yang ada pada soal. Pada
menentukan peluang terambilnya permen berwarna merah dengan benar yaitu 1/5.
Pada tahap memeriksa kembali, subjek cenderung tidak mampu melihat kembali
60
dicari, tidak mencari jawaban dengan cara lain, dan tidak menyimpulkan jawaban.
2) Soal nomor 2
apa yang diketahui secara lengkap dan menuliskan apa yang ditanyakan dari soal
secara tepat sesuai dengan informasi yang ada pada soal. Pada tahap perencanaan
kejadian muncul selain keduanya gambar. Pada tahap penyelesaian masalah, siswa
sudah mampu menjawab dengan benar sesuai dengan rencana penyelesaian yang
61
c. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Tipe
1) Soal nomor 1
masalah, subjek dengan karakteristik tipe acak konkret tidak menuliskan apa yang
diketahui dan ditanya pada soal. Pada tahap perencanaan penyelesaian masalah,
terambilnya kartu bernomor bilangan prima jika diambil secara acak dengan
dahulu sehingga didapat lah hasil nya yaitu 2/5 dan jawaban tersebut benar. Pada
62
dicari, tidak mencari jawaban dengan cara lain, dan tidak menyimpulkan jawaban.
2) Soal nomor 2
menuliskan apa yang diketahui dan ditanya pada soal. Pada tahap merencanakan
kejadian muncul selain keduanya gambar seperti yang ditanyakan pada soal. Pada
menentukan peluang empirik muncul selain keduanya gambar dengan benar. Pada
dicari, tidak mencari jawaban dengan cara lain, dan tidak menyimpulkan jawaban.
63
d. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Tipe
Soal nomor 1
masalah, subjek dengan karakteristik tipe acak abstrak tidak menuliskan apa yang
diketahui dan ditanya sesuai dengan informasi yang ada pada soal. Pada tahap
dan peluang terambilnya kartu bernomor bilangan prima jika diambil secara acak
terlebih dahulu sehingga didapat lah hasil nya yaitu 2/5 dan jawaban tersebut
benar. Pada tahap memeriksa kembali, subjek cenderung tidak mampu melihat
64
kembali jawaban yang sudah dikerjakan. Subjek tidak mengembalikan pertanyaan
yang dicari, tidak mencari jawaban dengan cara lain, dan tidak menyimpulkan
jawaban.
Soal nomor 3
masalah, subjek dengan tipe karakteristik acak abstrak mampu menuliskan apa
yang diketahui secara lengkap dan menuliskan apa yang ditanyakan dari soal
secara tepat sesuai dengan informasi yang ada pada soal. Pada tahap perencanaan
dengan baik yaitu dengan cara menjumlahkan seluruh permen yang dimiliki
Armando dan memisalkan permen merah dengan huruf A. Selanjutnya pada tahap
65
memeriksa kembali, subjek melakukan perhitungan ulang, mengembalikan
memecahkan masalah itu maka ia mempelajari sesuatu yang baru. Seperti yang
dikemukakan oleh Polya terdapat empat indikator penting yang harus ditempuh
66
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika siswa dengan tipe SK
informasi yang didapat dari soal dengan menuliskan apa yang diketahui dan apa
masalah, subjek EMP dan MCL belum mampu dalam perencanaan penyelesaian.
Keduanya belum mampu menentukan rencana apa yang akan digunakan dalam
berpikir SK cenderung masih belum mampu dan kurang teliti dalam penyelesaian
masalah sehingga hasil jawaban masih kurang tepat. Siswa dengan karakteristik
cepat tanpa ada menuliskan rencana penyelesaian terlebih dahulu sehingga siswa
dengan tepat dan benar karena kurang nya ketelitian dan kemampuan dalam
dikerjakan oleh siswa. Pada tahap memeriksa kembali, siswa dengan tipe berpikir
karena siswa tidak dapat memahami masalah dengan baik, rencana penyelesaian
pun tidak dibuat sehingga penyelesaian yang dikerjakan pun salah. Subjek
67
dengan karakteristik tipe SK termasuk kedalam kategori kurang dalam
satu cara dalam pengerjaan soal tersebut. Berdasarkan hasil tes kemampuan
lebih tinggi dari pada siswa dengan karakteristik cara berpikir tipe SA, AK, dan
AA. Karena siswa dengan karakteristik cara berpikir tipe SK sudah mencapai
indikator yang sistematis, teratur, teliti, dan logis dalam melakukan pemecahan
68
masalah serta belum mampu menyelesaikan masalah dengan tepat dan tidak
dipengaruhi materi yang diajarkan oleh Fannya Isra berbeda dengan materi yang
masalah siswa pada materi kubus dan balok dengan menggunakan model
informasi yang didapat dari soal dari kalimat verbal kedalam kalimat matematis
secara teratur dengan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
dari dalam soal, pada tahap merencanakan penyelesaian masalah, subjek CDB
rencana apa yang akan digunakan dalam penyelesaian masalah dan rencana
penyelesaian yang dikerjakan sudah baik. Sedangkan subjek EWM pada tahap
69
merencanakan penyelesaian masalah tidak membuat rencana penyelesaian
masalah terlebih dahulu. Pada tahap menyelesaikan masalah, subjek CBD dan
nilai rata-rata semua siswa dengan karakteristik cara berpikir tipe SA sebesar 68.
dengan tepat dan juga memeriksa kembali jawaban yang didapat. Meskipun
70
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika siswa dengan tipe AA
sebagain besar indikator tahapan dalam penyelesaian masalah karena: Pada tahap
didapat dari soal dari kalimat verbal kedalam kalimat matematis secara teratur
dengan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari dalam soal.
Sedangkan subjek AVA tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
AVA dan FDA mampu menentukan rencana apa yang akan digunakan dalam
hasil pekerjaan langkah demi langkah secara detail untuk meyakini kebenaran
71
cenderung hanya memili satu cara saja dalam penyelesaian masalah. Berdasarkan
hasil tes kemampuan pemecahan masalah, diperoleh nilai rata-rata semua siswa
masalah serta sudah mampu menyelesaikan masalah dengan tepat dan juga
dan CTN Berdasarkan hasil analisis, kemampuan pemecahan masalah subjek JJA
mampu menerjemahkan informasi yang didapat dari soal dengan menuliskan apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari dalam soal. Pada tahap
merencanakan penyelesaian masalah, subjek JJA dan CTN belum mampu dalam
masalah, subjek dengan tipe berpikir AK cenderung mampu dan teliti dalam
72
penyelesaian masalah walaupun tanpa membuat rencana penyelesaian masalah
terlebih dahulu. Hasil jawaban kedua subjek bernilai benar. Siswa dengan
singkat dan cepat tanpa ada menuliskan rencana penyelesaian terlebih dahulu
namun terlihat siswa mampu menyelesaikan masalah yang ada pada soal dengan
baik. Pada tahap memeriksa kembali, siswa dengan tipe berpikir AK cenderung
tidak memeriksa kembali hasil penyelesaian yang telah dilakukan karena siswa
ingin membuat semua menjadi singkat dan cepat. Subjek dengan karakteristik
walaupun tanpa menuliskan apa yang mereka pahami pada soal dan tanpa
cenderung tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada
soal serta tidak membuat rencana penyelesaian masalah terlebih dahulu dan juga
tidak memeriksa kembali hasil yang didapat, tetapi meskipun demikian siswa
73
Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, peneliti bekerjasama dengan
siswa merasa kurang puas dengan kelompok yang telah ditentukan oleh peneliti
dan guru karena tidak sesuai dengan harapan siswa. Namun pada pertemuan-
dan juga proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik. Pada saat berdiskusi,
siswa saling berinteraksi dengan sesama anggota kelompok. Interaksi yang terjadi
antara lain adanya tanya jawab, saling berpendapat dan menghargai pendapat dari
teman yang lain. Dengan kegiatan diskusi siswa dapat menemukan sendiri
Namun ada beberapa kekurangan pada saat diskusi kelompok berlangsung, yaitu
ada beberapa siswa yang hanya bergantung pada anggota kelompoknya yang lain
untuk mengerjakan soal, ada juga beberapa siswa yang sibuk sendiri bermain
handphone, dan selain itu saat tenggat waktu mengumpulkan tugas kelompok
sudah tiba ternyata masih ada beberapa kelompok yang terlambat mengumpulkan
Penunjukkan kelompok secara acak bergantung pada keinginan guru, ini menjadi
suatu hal yang positif yang secara tidak langsung menuntut setiap kelompok
74
untuk menguasai materi yang telah didiskusikan, karena setiap kelompok sama-
rata-rata seluruh siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Palangka Raya sebesar 67
dimana nilai tersebut masuk kedalam kategori baik. Sedangkan untuk nilai rata-
rata masing-masing karakteristik cara berpikir siswa yaitu: Nilai rata-rata siswa
dengan karakteristik berpikir tipe SK sebesar 34, siswa dengan karakteristik cara
berpikir tipe SA sebesar 68, siswa dengan karakteristik cara berpikir tipe AA
sebesar 84, siswa dengan karakteristik cara berpikir tipe AK sebesar 74. Hal ini
dengan tepat dan juga memeriksa kembali jawaban yang didapat. Kemudian
siswa dengan karakteristik cara berpikir tipe SA dan AK hanya mampu mencapai
dengan tipe SA, AK terkadang pada tahap memahami masalah serta membuat
75
memahami masalah dengan benar, belum mampu merencanakan penyelesaian
masalah serta belum mampu menyelesaikan masalah dengan tepat dan tidak
oleh Nihayah (2019) yang dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa
dengan karakteristik cara berpikir tipe Acak Abstrak (AA) memiliki kemampuan
pemecahan masalah berkategori sangat baik dan mendapatkan hasil tes 95.06.
Nihayah juga menyatakan bahwa siswa dengan karakteristik cara berpikir tipe
pemecahan masalah matematika dengan baik. Siswa dengan cara berpikir tipe
Acak Abstrak (AA) menunjukkan nilai kemampuan berpikir kritis secara signifikan
lebih tinggi dari pada siswa dengan karakteristik cara berpikir yang lain.
tipe AA: (1) menuliskan apa yang diketahui secara kurang lengkap dan tidak
menuliskan apa yang ditanyakan dari soal (2) memiliki satu cara untuk
76
berpikir AA belum mampu melaksanakan rencana penyelesaian, (4) tidak
memiliki cara atau asumsi lain untuk memperoleh hasil yang sama dengan cara
pertama dan tidak melakukan pengecekkan hasil pekerjaan langkah demi langkah
oleh Lestanti, dkk (2016) berbeda dengan materi yang diajarkan. Lestanti, dkk
siswa pada materi luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.
penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh DePorter & Hernacki
diantaranya, adalah: (1) Pikiran AA menyerap ide-ide, informasi, dan kesan serta
mengaturnya dengan refleksi kadang-kadang hal ini memakan waktu yang sangat
lama hingga orang lain tidak menyangka bahwa orang AA mempunyai pendapat
atau reaksi, dan (2) Mereka mengingat dengan baik jika informasi di
AA lebih unggul dibandingkan dengan cara berpikir SK, SA, dan AK”.
77
merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif dalam kegiatan
kerja sama yang baik dalam menemukan solusi dari masalah yang diberikan
ide-ide atau strategi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah tersebut.
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Rusman (2014) bahwa pembelajaran
interaksi antar siswa dengan siswa dan guru, dan terampil dalam pemecahan
dalam belajar mandiri, berdiskusi di kelas maupun dengan kelompok, maka siswa
akan memahami materi dengan baik dan bertahan lama serta mampu
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cara Berpikir Tipe Sekuensial Konkret (SK) belum mampu mencapai seluruh
tipe berpikir SK tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
masalah dengan baik. Siswa dengan tipe berpikir SK tidak memiliki cara atau
asumsi lain untuk memperoleh hasil penyelesaian masalah, siswa juga tidak
79
berpikir SA cenderung memahami masalah dengan baik, siswa mampu
menuliskan apa yang diketahui secara lengkap dan terurut, menuliskan apa
yang ditanyakan dari soal secara tepat sesuai informasi yang ada dari soal.
atau cara lain untuk memperoleh hasil yang sama dengan cara pertama, siswa
Acak Abstrak (AA) sudah mampu mecapai sebagian besar tahapan dalam
diketahui secara lengkap dan terurut, menuliskan apa yang ditanyakan dari
soal secara tepat sesuai informasi yang ada dari soal. Siswa dengan tipe
Siswa dengan tipe berpikir AA tidak memiliki asumsi atau cara lain untuk
penyelesaian.
80
4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Karakteristik
Tipe Acak Konkret (AK) sudah mampu mecapai sebagian indikator tahapan
tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari dengan
mngikuti informasi yang ada pada soal. Siswa dengan tipe berpikir AK
Siswa dengan tipe berpikir AK tidak memiliki cara atau asumsi lain untuk
memperoleh hasil yang sama dengan cara pertama dan siswa juga tidak
untuk meyakini jawabannya, siswa juga tidak membuat kesimpulan dari hasil
B. Implikasi Penelitian
cara berpikir siswa penting untuk diketahui agar dapat lebih mudah menentukan
pembelajaran seperti apa yang cocok untuk dilakukan didalam kelas agar siswa
tidak mudah bosan dan siswa juga lebih aktif dalam proses pembelajaran.
dijadikan salah satu alternatif untuk diterapkan oleh guru matematika dalam
81
proses pembelajaran di kelas dengan upaya memberikan pembelajaran yang
menarik minat belajar siswa, menjadikan siswa aktif, mandiri dan kreatif.
yang baik untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih
besar dalam berinteraksi antar siswa dengan siswa dan guru dengan siswa dalam
C. Saran
sebagai berikut:
cara berpikir siswa secara berkala, misalnya setiap awal semester. Dengan
guru mengetahui karakteristik cara berpikir siswa, hal ini akan lebih
siswa untuk dapat menemukan asumsi atau cara lain dalam merencanakan
penyelesaian dan memeriksa kembali peoses dan hasil. Guru juga sebaiknya
memberikan variasi soal maupun latihan terhadap topik yang dibahas agar
82
siswa terbiasa memecahkan masalah baru yang mungkin belum pernah
ditemukan sebelumnya.
83
Daftar Pustaka
Amelia, Suci Febriani. 2018. Analisis Gaya Belajar Dan Gaya Berpikir Siswa
Kelas VIII Pada Pembelajaran Ipa Di Smp Negeri 5 Padang Panjang.
Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Tadris Biologi, Institut
Agama Islam Negeri (IAIN), Batusangkar.
Danar, dkk. 2015. Analisis Proses Berfikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Langkah Polya Ditinjau Dari Kecerdasan
Emosional Siswa Kelas VIII SMP Al Azhar Syifa Budi Tahun Pelajaran
2013/2014. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Volume 3,
No 2, ISSN:2339-1685. Diakses pada 22 Januari 2022.
84
Gunantara, dkk. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD, Vol.2(1). Diakses pada 24 Januari 2022.
NCTM. 2000. Principles and Standars for School Mathematics. Reston: National
Council of Teachers of Mathematics, Inc.
85
Runtukahu, tombokan. 2014. Pembelajaran matematika dasar bagi anak
berkesulitan belajar. Cet. 1; Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
86
LAMPIRAN
87
Lampiran 1
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII-4 SMP NEGERI 8 PALANGKA RAYA
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
No Nama Siswa Kode Siswa
88
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMP Negeri 8 Palangka Raya
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII-4/Genap
Materi : Peluang
Kegiatan 10.1 Peluang Empirik
Pertemuan : 1 (Pertama)
Alokasi Waktu : 3×40 menit
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa terampil melakukan suatu percobaan agar memperoleh suatu data dan
menghitung peluang empirik dari data tersebut
2. Peserta didik mampu menentukan cara mencari frekuensi relatif dan frekuensi
harapan dari suatu percobaan
Karakter yang dikembangkan: Kolaborasi dan Komunikasi
B. METODE PEMBELAJARAN
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Waktu
Aktivitas Pembelajaran Platform
Pelaksanaan
Pra-Pembelajaran (Belajar mandiri di rumah)
1. Guru mengirimkan materi peluang dalam bentuk
video dalam youtube, tugas dalam bentuk LKPD Setelah
melalui group kelas di google classroom. (tahap 1 pertemuan
Google
PBM) sebelumnya
Classroom,
2. Peserta didik mempelajari materi dari video dan
Whatsapp
mengerjakan pertanyaan yang ada dalam LKPD
(tahap 2 PBM). Setiap jawaban di-upload di google
classroom sehari sebelum pertemuan tatap muka.
89
Pendahuluan
1. Peserta didik menyapa dan memberi salam kepada
guru
2. Salah satu peserta didik memimpin doa
3. Guru memeriksa kehadiran siswa
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari materi peluang dalam kehidupan
sehari-hari (Motivasi)
6. Guru mengingatkan kembali materi prasyarat dengan
bertanya serta mengajukan pertanyaan yang ada
keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan (Apersepsi)
7. Peserta didik dikelompokkan secara heterogen yang
terdiri dari 3-4 orang. Setiap kelompok duduk
bersama dengan anggota kelompoknya.
8. Guru mengingatkan cara mempraktikkan karakter
15 menit Tatap muka
Kolaborasi dan Komunikasi dalam pembelajaran di
terbatas
kelas, dan mengapa kedua karakter tersebut penting.
(Keterampilan kolaborasi sangat penting dikuasai
oleh siswa. Selain untuk meningkatkan prestasi
belajar, keterampilan tersebut akan menumbuhkan
karakter yang positif seperti merangsang untuk
melahirkan ide, menghargai orang lain, membina
hubungan dengan orang lain, dan bekerja sama
dengan orang lain untuk mencapai tujuan yang sama,
dan tanggung jawab).
(Kemampuan berkomunikasi menjadi
syarat penting dalam proses pembelajaran karena
dapat membantu dan memfasilitasi peserta didik
untuk mengutarakan gagasan, serta bertukar
informasi dengan guru atau sesama peserta didik.
Kemampuan komunikasi yang baik tidak hanya akan
mempermudah dalam kehidupan sehari-hari, tetapi
juga dalam dunia kerja nantinya).
Kegiatan Inti
1. Setiap anggota kelompok mendiskusikan hasil 80 menit Tatap muka
jawaban LKPD masing-masing yang sudah dikerjakan terbatas
di rumah (tahap 3 PBM)
2. Setiap kelompok bergiliran mempresentasikan hasil
diskusi. (tahap 4 PBM)
3. Guru memfasilitasi diskusi kelas dengan
mengajukan pertanyaan “mengapa” atau
90
“bagaimana” dan memberi kesempatan bagi peserta
didik lainnya yang memiliki jawaban atau cara
berbeda untuk menjawab.
4. Guru bertanya jawab dengan peserta didik terkait
materi yang belum dipahami.
Penutup
1. Beberapa peserta didik menarik kesimpulan dari
materi pembelajaran. (tahap 5 PBM)
2. Guru melakukan refleksi dengan mengajukan
pertanyaan kepada peserta didik.
a. Bagaimana perasaanmu mengenai kegiatan
belajar hari ini? 25 menit Tatap muka
b. Apa yang belum dipahami pada pembelajaran hari terbatas
ini?
3. Guru menyampaikan materi dan aktivitas belajar
mandiri untuk pertemuan berikutnya
4. Guru mengingatkan agar peserta didik terus
mempraktik-kan karakter yang telah disepakati.
E. PENILAIAN PEMBELAJARAN
1. Sikap : Pengamatan
2. Pengetahuan : Masalah pada LKPD
3. Keterampilan : Kuis individual/PR
Silphany
ACA 118 058
91
Lampiran 3
Kelompok :
Nama :
1.
2.
3.
4.
PETUNJUK:
1. Cermatilah materi pembelajaran
berupa video yang dikirim guru
dan bacalah LKPD ini dengan
cermat.
2. Diskusikan LKPD ini bersama
dengan teman sekelompok mu.
3. Tanyakan pada guru apabila ada
kesulitan atau kurang jelas
dalam mengerjakan LKPD
4. Setelah selesai mengerjakan
LKPD, setiap kelompok
mempresentasikan hasil
diskusinya.
92
Peluang Empirik
Ayo Mengingat
Anita memiliki sebuah kue, kemudian Anita membagi kue tersebut menjadi 7
bagian yang sama. Kemudian kue tersebut akan diberikan kepada Celin, Caca,
Una, dan Yoyo. Jika setiap orang mendapat 1 bagian kue tersebut, maka berapa
bagian yang diperoleh setiap orang jika dibandingkan jumlah seluruh kue
tersebut?
Dapatkah kalian menjelaskan maksud dari hasil tersebut?
Pada saat jam istirahat Nana dan Caca secara bersamaan menuju ke ruang
komputer sekolah untuk mengerjakan tugas. Setelah berdiskusi, mereka
memutuskan untuk menggunakan komputer secara bergantian masing-masing
selama satu jam. Masalahnya adalah mereka sama-sama ingin mendapat giliran
lebih dahulu. Bagaimanakah menurut kalian cara yang tepat untuk menyelesaikan
masalah tersebut?
93
Nana dan Caca memikirkan cara yang adil agar hasilnya bisa mereka
terima. Nana mengusulkan untuk mengundi dengan melempar uang logam,
sedangkan Caca mengusulkan untuk menggelindingkan dadu.
Suatu cara dikatakan Nana dalam masalah Nana dan Caca diatas, jika
dengan cara tersebut Nana dan Caca mempunyai kesempatan yang sama untuk
mendapatkan giliran menggunakan komputer terlebih dahulu. Untuk mengetahui
cara yang digunakan tersebut adil atau tidak, kalian bisa melakukan percobaan
dengan mengikuti langkah-langkah berikut.
Percobaan 1
a. Lemparlah satu koin sebanyak 10 kali.
b. Amati hasil yang didapatkan dalam setiap kali percobaan.
c. Tulislah hasil tersebut di dalam tabel di bawah ini.
Kejadian Turus Banyak Perbandingan f
Kejadian f terhadap n(P)
f
n(P)
Sisi Angka
Sisi Gambar
94
d. Dapatkah kalian Jelaskan tentang perbandingan f terhadap n (P) pada
kejadian sisi gambar?
Percobaan 2
a. Gelindinglah dadu sebanyak 10 kali.
b. Amatilah hasil yang didapatkan dalam setiap kali percobaan.
c. Tulislah hasil tersebut di dalam tabel di bawah ini.
Kejadian Turus Jumlah Turus Perbandingan f terhadap n(P)
f f
n( P)
(1) (2) (3) (4)
Mata dadu 1
Mata dadu 2
Mata dadu 3
Mata dadu 4
Mata dadu 5
Mata dadu 6
Jawablah pertanyaan dibawah ini dari hasil pengamatan percobaan diatas:
95
e. Berapakah perbandingan f terhadap n (P) untuk kejadian mata dadu 4?
Jawab:
96
Kerjakanlah soal-soal berikut dengan benar!
1. Pada percobaan pelambungan dua keping mata uang logam sebanyak 100
kali, muncul keduanya gambar sebanyak 45 kali. Berapakah peluang empirik
muncul selain keduanya gambar..?
Jawab:
Diketahui = ….?
Ditanya = ….?
Penyelesaian:
SELAMAT MENGERJAKAN
97
Lampiran 4
Pedoman Penskoran Soal Latihan
No Penyelesaian Indikator Skor
1 Diketahui:
N = 100 kali
Misalkan n(B) adalah kejadian muncul Memahami 10
keduanya gambar, maka: n(B) = 45 Masalah
Ditanya: berapa peluang empirik
muncul selain keduanya gambar?
Penyelesaian:
Misalkan C adalah kejadian muncul
selain keduanya gambar, maka
n = n(B) + n(C) Merencanaka
100 = 45 + n(C) n Penyelesaian 25
100 - 45 = n(C) Masalah
55 = n(C)
Sehingga:
n(C)
F (C) ¿
n
55 Penyelesaian
¿ Masalah 15
100
&
Memeriksa
Jadi, Peluang empirik muncul selain
Kembali
55
keduanya gambar adalah
100
2 Diketahui:
N = 200 kali
Misalkan H: jarum spiner menunjuk
warna hijau, maka: n(H) = 35 Memahami 10
Misalkan B: jarum spiner menunjuk Masalah
warna biru, maka: n(B) = 43
Misalkan O: jarum spiner menunjuk
warna orange, maka: n(O) = 40
Misalkan M: jarum spiner menunjuk
warna merah, maka: n(M) = 39
Ditanya: Peluang empirik jarum
spiner menunjukkan ke warna kuning!
Penyelesaian:
Misalkan K: jarum spiner menunjuk
warna kuning, maka: Merencanaka 25
n = n(H) + n(B) + n(O) + n(M) + n(K) n Penyelesaian
98
200 = 35 + 43 + 40 + 39 + n(K) Masalah
200 = 157 + n(K)
200-157 = n(K)
43 = n(K)
Sehingga:
43
f(K) ¿ Penyelesaian
200
Masalah
Jadi, peluang empirik jarum spiner &
Memeriksa 15
menunjukkan ke warna kuning adalah
Kembali
43
200
99
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah: SMP Negeri 8 Palangka Raya
Mata Pelajaran: Matematika
Kelas/Semester: VIII-4/Genap
Materi : Peluang
Kegiatan 10.2 Peluang Teoritik
Pertemuan : 2 (Kedua)
Alokasi Waktu : 3×40 menit
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
3. pesera didik dapat menjelaskan pengertian peluang teoritik
4. Peserta didik dapat menentukan ruang sampel dari suatu percobaan
5. Peserta didik dapat menentukan titik sampel yang memenuhi suatu kejadian
6. Siswa dapat menyelesaikan masalah terkait peluang teoritik
Karakter yang dikembangkan: Kolaborasi dan Komunikasi
B. METODE PEMBELAJARAN
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Waktu
Aktivitas Pembelajaran Platform
Pelaksanaan
Pra-Pembelajaran (Belajar mandiri di rumah)
3. Guru mengirimkan materi peluang dalam bentuk
video dalam youtube, tugas dalam bentuk LKPD Setelah pertemuan
melalui group kelas di google classroom. (tahap 1 sebelumnya
PBM)
Google
4. Peserta didik mempelajari materi dari video dan
Classroom,
mengerjakan pertanyaan yang ada dalam LKPD
Whatsapp
(tahap 2 PBM). Setiap jawaban di-upload di
google classroom sehari sebelum pertemuan tatap
muka.
100
Pendahuluan
9. Peserta didik menyapa dan memberi salam
kepada guru
10. Salah satu peserta didik memimpin doa
11. Guru memeriksa kehadiran siswa
12. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
13. Guru memberikan motivasi terkait materi yang
akan dipelajari dengan kehidupan nyata
14. Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya
serta mengajukan pertanyaan yang ada
keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan (Apersepsi)
15. Peserta didik dikelompokkan secara heterogen
yang terdiri dari 3-4 orang. Setiap kelompok
duduk bersama dengan anggota kelompoknya.
16. Guru mengingatkan cara mempraktikkan karakter
Kolaborasi dan Komunikasi dalam pembelajaran
di kelas, dan mengapa kedua karakter tersebut Tatap muka
penting. terbatas
15 menit
(Keterampilan kolaborasi sangat penting dikuasai
oleh siswa. Selain untuk meningkatkan prestasi
belajar, keterampilan tersebut akan
menumbuhkan karakter yang positif seperti
merangsang untuk melahirkan ide, menghargai
orang lain, membina hubungan dengan orang
lain, dan bekerja sama dengan orang lain untuk
mencapai tujuan yang sama, dan tanggung
jawab).
(Kemampuan berkomunikasi menjadi
syarat penting dalam proses pembelajaran karena
dapat membantu dan memfasilitasi peserta didik
untuk mengutarakan gagasan, serta bertukar
informasi dengan guru atau sesama peserta didik.
Kemampuan komunikasi yang baik tidak hanya
akan mempermudah dalam kehidupan sehari-hari,
tetapi juga dalam dunia kerja nantinya).
Kegiatan Inti
5. Setiap anggota kelompok mendiskusikan hasil 80 menit Tatap muka
jawaban LKPD masing-masing yang sudah terbatas
dikerjakan di rumah (tahap 3 PBM)
6. Setiap kelompok bergiliran mempresentasikan hasil
diskusi. (tahap 4 PBM)
7. Guru memfasilitasi diskusi kelas dengan
101
mengajukan pertanyaan “mengapa” atau
“bagaimana” dan memberi kesempatan bagi
peserta didik lainnya yang memiliki jawaban atau
cara berbeda untuk menjawab.
8. Guru bertanya jawab dengan peserta didik terkait
materi yang belum dipahami.
Penutup
5. Beberapa peserta didik menarik kesimpulan dari
materi pembelajaran. (tahap 5 PBM)
6. Guru melakukan refleksi dengan mengajukan
pertanyaan kepada peserta didik.
c. Bagaimana perasaanmu mengenai kegiatan
belajar hari ini? 25 menit Tatap muka
d. Apa yang belum dipahami pada pembelajaran terbatas
hari ini?
7. Guru menyampaikan materi dan aktivitas belajar
mandiri untuk pertemuan berikutnya
8. Guru mengingatkan agar peserta didik terus
mempraktik-kan karakter yang telah disepakati.
E. PENILAIAN PEMBELAJARAN
4. Sikap : Pengamatan
5. Pengetahuan : Masalah pada LKPD
6. Keterampilan : Kuis individual/PR
Silphany
ACA 118 058
102
Lampiran 6
Kelompok :
Nama :
1.
2.
3.
4.
PETUNJUK:
5. Cermatilah materi pembelajaran
berupa video yang dikirim guru
dan bacalah LKPD ini dengan
cermat.
6. Diskusikan LKPD ini bersama
dengan teman sekelompok mu.
7. Tanyakan pada guru apabila ada
kesulitan atau kurang jelas
dalam mengerjakan LKPD
8. Setelah selesai mengerjakan
LKPD, setiap kelompok
mempresentasikan hasil
diskusinya.
103
Peluang Teoritik
104
f. Berdasarkan permasalahan diatas maka perbandingan n(A) terhadap n(S)
dapat disebut juga sebagai ….
Mari
Berlatih!!!
3. Peluang muncul 1 angka dan 1 gambar pada pelemparan dua uang logam
adalah….
Jawab:
Diketahui = ….?
Ditanya = ….?
Penyelesaian:
4. Dua buah dadu dilempar secara bersamaan satu kali. Tentukan peluang
munculnya mata dadu berjumlah 10!
Jawab:
Diketahui = ….?
Ditanya = ….?
Penyelesaian:
SELAMAT MENGERJAKAN
105
SELAMAT MENGERJAKAN
Lampiran 7
A G Merencanakan
A (A,A) (A,G) Penyelesaian 25
G (G,A) (G,G) Masalah
Sehingga:
n( A)
P(A) ¿
n(S)
Penyelesaian
2
¿ (Sederhanakan) Masalah 15
4 &
Memeriksa
1 Kembali
¿
2
2 Diketahui:
S = {(1,1), (1,2), (1,3), (1,4), (1,5),
(1,6), (2,1), (2,2), (2,3), (2,4), (2,5),
(2,6), (3,1), (3,2), (3,3), (3,4), (3,5), Memahami 10
(3,6), 4,1), (4,2), (4,3), (4,4), (4,5), Masalah
(4,6), (5,1), (5,2), (5,3), (5,4), (5,5),
(5,6), (6,1), (6,2), (6,3), (6,4), (6,5),
106
(6,6)}
n (S) = 36
Ditanya: Peluang munculnya mata
dadu berjumlah 10?
Penyelesaian:
Misalkan A adalah kejadian muncul
mata dadu berjumlah sepuluh, maka: Merencanakan 25
Penyelesaian
A = {(4,6), (5,5), (6,4)} Masalah
n (A) = 3
Sehingga:
n( A)
P(A) ¿
n(S)
Penyelesaian
Masalah
3
¿ &
36 Memeriksa 15
Kembali
1
¿
12
107
Lampiran 8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMP Negeri 8 Palangka Raya
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII-4/Genap
Materi : Peluang
Kegiatan 10.3 Hubungan Peluang Empirik & Teoritik
Pertemuan : 3 (Ketiga)
Alokasi Waktu : 3×40 menit
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
7. Peserta didik mampu menemukan hubungan antara peluang empirik dengan
peluang teoritik
8. Peserta didik mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang
empirik dan peluang teoritik
Karakter yang dikembangkan: Kolaborasi dan Komunikasi
B. METODE PEMBELAJARAN
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Waktu
Aktivitas Pembelajaran Platform
Pelaksanaan
Pra-Pembelajaran (Belajar mandiri di rumah)
5. Guru mengirimkan materi peluang dalam bentuk
video dalam youtube, tugas dalam bentuk LKPD
melalui group kelas di google classroom. (tahap 1
PBM)
6. Peserta didik mempelajari materi dari video dan Setelah Google
mengerjakan pertanyaan yang ada dalam LKPD pertemuan Classroom,
(tahap 2 PBM). Setiap jawaban di-upload di google sebelumnya Whatsapp
classroom sehari sebelum pertemuan tatap muka.
108
Pendahuluan
17. Peserta didik menyapa dan memberi salam kepada
guru
18. Salah satu peserta didik memimpin doa
19. Guru memeriksa kehadiran siswa
20. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
21. Guru memberikan motivasi terkait materi yang akan
dipelajari dengan kehidupan nyata
22. Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya
serta mengajukan pertanyaan yang ada
keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan (Apersepsi)
23. Peserta didik dikelompokkan secara heterogen yang
terdiri dari 3-4 orang. Setiap kelompok duduk
bersama dengan anggota kelompoknya.
24. Guru mengingatkan cara mempraktikkan karakter
Kolaborasi dan Komunikasi dalam pembelajaran di Tatap muka
kelas, dan mengapa kedua karakter tersebut penting. terbatas
(Keterampilan kolaborasi sangat penting dikuasai
15 menit
oleh siswa. Selain untuk meningkatkan prestasi
belajar, keterampilan tersebut akan menumbuhkan
karakter yang positif seperti merangsang untuk
melahirkan ide, menghargai orang lain, membina
hubungan dengan orang lain, dan bekerja sama
dengan orang lain untuk mencapai tujuan yang sama,
dan tanggung jawab).
(Kemampuan berkomunikasi menjadi
syarat penting dalam proses pembelajaran karena
dapat membantu dan memfasilitasi peserta didik
untuk mengutarakan gagasan, serta bertukar
informasi dengan guru atau sesama peserta didik.
Kemampuan komunikasi yang baik tidak hanya akan
mempermudah dalam kehidupan sehari-hari, tetapi
juga dalam dunia kerja nantinya).
Kegiatan Inti
9. Setiap anggota kelompok mendiskusikan hasil 80 menit Tatap muka
jawaban LKPD masing-masing yang sudah dikerjakan terbatas
di rumah (tahap 3 PBM)
10. Setiap kelompok bergiliran mempresentasikan
hasil diskusi. (tahap 4 PBM)
11. Guru memfasilitasi diskusi kelas dengan
mengajukan pertanyaan “mengapa” atau
“bagaimana” dan memberi kesempatan bagi peserta
109
didik lainnya yang memiliki jawaban atau cara
berbeda untuk menjawab.
12. Guru bertanya jawab dengan peserta didik terkait
materi yang belum dipahami.
Penutup
9. Beberapa peserta didik menarik kesimpulan dari
materi pembelajaran. (tahap 5 PBM)
10. Guru melakukan refleksi dengan mengajukan
pertanyaan kepada peserta didik.
e. Bagaimana perasaanmu mengenai kegiatan
belajar hari ini? 25 menit Tatap muka
f. Apa yang belum dipahami pada pembelajaran hari terbatas
ini?
11. Guru menyampaikan materi dan aktivitas belajar
mandiri untuk pertemuan berikutnya
12. Guru mengingatkan agar peserta didik terus
mempraktik-kan karakter yang telah disepakati.
E. PENILAIAN PEMBELAJARAN
7. Sikap : Pengamatan
8. Pengetahuan : Masalah pada LKPD
9. Keterampilan : Kuis individual/PR
Silphany
ACA 118 058
110
Lampiran 9
Kelompok :
Nama :
1.
2.
3.
4.
PETUNJUK:
9. Cermatilah materi pembelajaran
berupa video yang dikirim guru
dan bacalah LKPD ini dengan
cermat.
10. Diskusikan LKPD ini
bersama dengan teman
sekelompok mu.
11. Tanyakan pada guru apabila
ada kesulitan atau kurang jelas
dalam mengerjakan LKPD
12. Setelah selesai mengerjakan
LKPD, setiap kelompok
mempresentasikan hasil
diskusinya.
111
Hubungan Peluang Empirik &
Teoritik
Suatu ketika Ameliya, Budi, Citra, Dana, Erik, dan Fitri mendapat tugas
kelompok dari gurunya untuk menemukan peluang empirik suatu percobaan.
Mereka melakukan percobaan dengan menggelindingkan satu dadu sebanyak 120
kali. Mereka membagi tugas untuk mencatat kemunculan mata dadu hasil
penggelindingan.
Ameliya bertugas mencatat setiap mata dadu 1 yang muncul.
Budi bertugas mencatat setiap mata dadu 2 yang muncul.
Citra bertugas mencatat setiap mata dadu 3 yang muncul.
Dana bertugas mencatat setiap mata dadu 4 yang muncul.
Erik bertugas mencatat setiap mata dadu 5 yang muncul.
Fitri bertugas mencatat setiap mata dadu 6 yang muncul.
Setelah menggelindingkan sebanyak 120 kali, Mereka merekap catatan
mereka dalam suatu tabel. Berikut tabel yang menyajikan hasil percobaanmereka.
112
Pada kolom kelima Tabel 10.1, nilai rasio (A) terhadap (B) disebut dengan
frekuensi relatif atau peluang empirik secara umum, jika n(A) merepresentasikan
banyak kali muncul kejadian A dalam M kali percobaan,
n( A)
f A=
M
Catatlah kemunculan pada setiap kali percobaan, Tuliskan catatan kalian pada
tabel berikut.
113
Percobaan penggelindingan dadu 120 kali
6 5 4 3 2 1
… … … … … … Banyak muncul (kali)
… … … … … … Ppeluang Empirik
Dari percobaan tersebut, bandingkan peluang empirik data hasil percobaan dengan
dugaan kalian sebelumnya. Bagaimanakah hubungan antara dugaan kalian dengan
percobaan yang kalian lakukan?
Sampaikan hasil percobaan yang kalian lakukan di depan kelas, lalu bandingkan
hasil percobaan tersebut dengan hasil percobaan kelompok lain!
Selamat Mengerjakan
114
115
Lampiran 10
KISI-KISI SOAL TES
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
116
Lampiran 11
SOAL TES
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Petunjuk:
a. Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal!
b. Tulislah nama dan kelasmu pada lembar jawaban yang telah disediakan!
c. Bacalah dan kerjakan soal berikut ini dengan teliti dan benar!
Soal Tes
4. Jasmin mempunyai 10 kartu yang bernomor 1 sampai 10. Jika satu kartu
diambil Jasmin secara acak, maka tentukanlah:
a. Ruang sampel percobaan?
b. peluang terambilnya kartu bernomor bilangan prima?
5. Pada percobaan pelambungan dua keping mata uang logam sebanyak 120 kali,
muncul keduanya gambar sebanyak 50 kali. Tentukanlah peluang empirik
muncul selain keduanya gambar…?
6. Armando memperbolehkan ibunya untuk mengambil 1 permen dari sebuah
kantong. Beliau tidak dapat melihat warna permen tersebut. Banyaknya
permen dengan setiap warna dalam kantong tersebut ditunjukkan dalam
grafik berikut.
117
Lampiran 12
PEDOMAN PENSKORAN
SOAL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Indikator
No Jawaban Bobot Pemecahan
Masalah
1 Penyelesaian:
Diketahui: 10 kartu bernomor 1 sampai 10 Memahami
Ditanya : Berapa peluang terambilnya 10 Masalah
kartu bernomor bilangan prima jika diambil
secara acak?
Ruang sampel kartu
𝑆 = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10} 15 Merencanakan
𝑛(𝑆) = 10 Penyelesaian
Misalkan P adalah kejadian terambil Masalah
kartu bernomor bilangan prima, maka:
𝑝 = {2,3,5,7}
𝑛(𝑝) = 4
Pembahasan:
Peluang terambilnya kartu bernomor
bilangan prima adalah: 5 Menyelesaikan
n( p) Masalah
𝑃(𝑃) =
n (s)
4
=
10
2
=
5
Jadi peluang terambilnya kartu
2
bernomor bilangan prima adalah
5
2 Penyelesaian:
Diketahui: 𝑛 = 120 kali 10 Memahami
Misalkan B adalah kejadian muncul Masalah
keduanya gambar, maka : 𝑛(𝐵) = 50
Ditanya : berapakah peluang empirik
muncul selain keduanya gambar?
Misalkan C adalah kejadian muncul
selain keduanya gambar, maka 15 Merencanakan
𝑛 = 𝑛(𝐵) + 𝑛(𝐶) penyelesaian
118
120 = 50 + 𝑛(𝐶) Masalah
120 − 50 = 𝑛(𝐶)
70 = 𝑛(𝐶)
Pembahasan:
Sehingga diperoleh 5 Menyelesaiaka
n(c ) n Masalah
𝑓(𝐶) =
n
70
=
120
Jadi, peluang empirik muncul selain
70
keduanya gambar adalah
120
3 Penyelesaian:
Diketahui : 10 Memahami
Jumlah permen merah n (M) = 6 Masalah
Jumlah permen Orange n (O) = 5
Jumlah permen kuning n (K) = 3
Jumlah permen hijau n (H) = 3
Jumlah permen biru n (B) = 2
Jumlah permen pink n (P) = 4
Jumlah permen ungu n (U) = 2
Jumlah permen coklat n (C) = 5
Ditanya : Berapakah peluang ibunya
Armando mengambil sebuah permen
berwarna merah ?
Jumlah seluruh permen:
n (S) = 6 + 5 + 3 + 3 + 2 + 4 + 2 + 5 = 30 15 Merencanakan
Jadi, jumlah keseluruhan permen milik Penyelesaian
Armando ialah 30. Masalah
Pembahasan:
Sehingga Peluang terambilnya sebuah 5 Menyelesaikan
permen berwarna merah ialah: Masalah
n( M )
𝑃(M) =
n( s)
6
=
30
1
=
5
Jadi, peluang terambilnya permen warna merah
119
1
adalah
5
Jumlah 90
120
Lampiran 13
121
Lampiran 14
122
Lampiran 15
123
Lampiran 16
124
Lampiran 17
125
Lampiran 18
126
Lampiran 19
127
Lampiran 20
128
Lampiran 21
Selamat Mengerjakan
129
Angket Karakteristik Cara Berpikir
Nama : ………………..
Kelas : ………………..
1 A. Imajinatif 9 A. Pembaca
B. Investigatif B. Suka bergaul
C. Realistis C. Mampu memecahkan masalah
D. Analitis D. Perencana
2 A. Teratur 10 A. Penghafal
B. Mudah Beradaptasi B. Berasosiasi
C. Kritis C. Berpikir mendalam
D. Penuh rasa ingin tahu D. Pemulai
3 A. Suka berdebat 11 A. Pengubah
B. Langsung pada permasalahan B. Penilai
C. Suka mencipta C. Spontan
D. Suka menghubung-hubungkan D. Mengharapkan arahan
4 A. Personal 12 A. Berkomunikasi
B. Praktis B. Menemukan
C. Akademis C. Waspada
D. Suka berpetualang D. Menggunakan nalar
5 A. Tepat 13 A. Suka tantangan
B. Fleksibel B. Suka berlatih
C. Sistematis C. Peduli
D. Penemu D. Memeriksa
6 A. Suka berbagi 14 A. Menyelesaikan pekerjaan
B. Teratur B. Melihat kemungkinan
C. Penuh perasaan C. Mendapatkan gagasan
D. Mandiri D. Menafsirkan
7 A. Kompetitif 15 A. Mengerjakan
B. Perfeksionis B. Berperasaan
C. Kooperatif C. Berpikir
D. Logis D. Bereksperimen
8 A. Intelektual
B. Sensitif
C. Kerja keras
D. Mau mengambil resiko
130
Lampiran 22
Keterangan:
Kolom I : ….. × 4 = ….. Sekuensial Konkret (SK)
Kolom II : ….. × 4 = ….. Sekuensial Abstrak (SA)
Kolom III : ….. × 4 = ….. Acak Abstrak (AA)
Kolom IV : ….. × 4 = ….. Acak Konkret (AK)
131
Lampiran 23
132
Lampiran 24
133
Lampiran 25
134
Lampiran 26
135
Lampiran 27
136
Lampiran 28
137
Lampiran 29
138
Lampiran 30
139
Lampiran 31
140
141
142
143
144
145
Lampiran 32 Administrasi
146
147
148
149
150
Lampiran 33
Dokumentasi Penelitian
151
(Pengisian Angket Karakteristik Cara Berpikir Siswa)
152