Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mohammad Nauval

NIM : 20171610023

Prodi : Pendidikan Matematika

5. Kajian Teori dari permasalahan dan solusi yang ada pada tugas sebelumnya

a. Kemampuan Komunikasi matematis

Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran
matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23
Mei 2006 tentang Standar Isi) disebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran
matematika adalah supaya siswa memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaaan atau
masalah. Tujuan permendiknas ini, sejalan dengan tujuan umum pembelajaran
matematika yang dirumuskan National Council of Teacher of Mathematics (NCTM)
(2000), salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut NCTM adalah belajar
untuk berkomunikasi (mathematical communication). Tetapi faktanya masih banyak
guru yang kurang memperhatikan permendiknas dan tujuan yang ada dalam NCTM
tersebut. Lebih lanjut Ansari (2012) mengungkapkan bahwa berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa merosotnya pemahaman matematik siswa di kelas antara lain
karena: (1) dalam mengajar guru mencontohkan pada siswa bagaimana
menyelesaikan soal; (2) siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru
melakukan matematik, kemudian guru memecahkannya sendiri; dan (3) pada saat
mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari,
dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal untuk latihan. Kondisi pembelajaran
yang disebutkan di atas juga berakibat tidak berkembangknya kemampuan
komunikasi matematis siswa.

Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam


menyampaikan ide matematika baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan
komunikasi matematis peserta didik dapat dikembangkan melalui proses
pembelajaran di sekolah, salah satunya adalah proses pembelajaran matematika. Hal
ini terjadi karena salah satu unsur dari matematika adalah ilmu logika yang mampu
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Dengan demikian, matematika memiliki
peran penting terhadap perkembangan kemampuan komunikasi matematisnya.

Sumber : Hodiyanto. (2017). Kemampuan komunikasi matematis dalam


pembelajaran matematika. AdMathEdu 7 (1)
b. Kemampuan pemecahan masalah

Setiap individu mengalami kesulitan yang berbeda-beda, dari individu


satu ke individu lainnya mempunyai konsep yang berbeda dalam menyelesaikan
persoalan matematika. Siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika sering
melakukan kesalahan atau kekeliruan dalam belajar berhitung, maupun
menyelesaikan soal cerita (Runtukahu dan Kandou, 2014:252). Kesulitan yang
dialami siswa, memungkinkan siswa melakukan kekeliruan dalam menyelesaikan
persoalan matematika (Untari, 2014:1). Hubungan antara kesulitan dan kesalahan bisa
diperhatikan pada kalimat “Jika seorang siswa mengalami kesulitan maka ia akan
membuat kesalahan” (Limardani, Trapsilasiwi, dan Fatahillah, 2015:2).

Kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa yang menyebabkan siswa


hanya bisa mengerjakan soal rutin atau soal yang sama persis dengan yang diberikan
oleh guru, sehingga siswa tidak dibiasakan mengerjakan soal yang tidak rutin yang
mengakibatkan siswa mengalami kesalahankesalahan dalam menyelesaikan soal
matematika. Kemampuan pemecahan masalah merupakan potensi yang dimiliki
seseorang atau siswa dalam menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak
rutin (berbeda-beda), mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari untuk
menemukan solusi atau memecahkan persoalan yang terdapat pada matematika.

Kemampuan pemecahan masalah sangat penting diberikan kepada siswa


karena kemampuan siswa dapat terlatih dengan seringnya diberikan soal yang tidak
rutin. Hal ini sejalan dengan pendapat Zulfah (2018) bahwa pemecahan masalah harus
didasarkan atas adanya struktur kognitif yang dimiliki siswa. Bila tidak didasarkan
atas struktur kognitif, siswa mempunyai kemungkinan kecil untuk dapat
menyelesaikan masalah yang disajikan. Begitu pula dengan pendapat Rosmawati
(2012:81) bahwa kemampuan pemecahan matematis merupakan bagian dari
kurikulum matematika yang sangat penting, karna dapat membantu siswa
mengembangkan keterampilan intelektual dan mengerjakan bagaimana memecahkan
masalah menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah.

Sumber : Fitrie Andayani, Adiska Nadiyah Lathifah. ( 2019 ). Analisis


kemampuan pemecahan masalah siswa smp dalam menyelesaikan soal
pada materi aritmatika sosial. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan
Matematika, 3(1), 1-10
c. PBL ( Problem Based Learning )

PBL adalah upaya melibatkan siswa secara aktif dalam proses


pembelajaran (Liu, 2005). Beberapa penelitian seperti Penelitian Albanese &
Mitchell (1993 dalam Liu, 2005; Setiawan, 2012 ) menunjukkan, pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi siswa dan sikap siswa
terhadap pembelajaran daripada konvensional dan meningkatkan keterampilan
Higher order thinking siswa. Pembelajaran berbasis Problem Based Learning
(PBL) pertama kali dikembangkan oleh Prof Howard Barrow pada tahuan
1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di Mcmaster Universty Canada
(Amir, 2009), sebagai suatu solusi dalam diagnosa untuk memudahkan
pemecahan masalah dengan pembentukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan
situasi yang nyata. Pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata
bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui
penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah.

Proses pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL). Dalam


kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik
mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan
pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Kelebihan menggunakan PBL, antara lain;

1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik


yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin
bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan
dengan situasi di mana konsep diterapkan;
2. Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan
dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan; dan
3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.

Sumber : Ruslan Ridwan, Zulkardi, Darmawijoyo. (2016). Pengembangan


perangkat pembelajaran aritmatika sosial berbasis problem based
learning di kelas vii smp. Jurnal Elemen, 2(2), 92 – 115.

Anda mungkin juga menyukai