Anda di halaman 1dari 12

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar | ISSN 2085-1243

Vol. 9. No.1 Januari 2017 | Hal 35-46

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA


SD DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL
DISKURSUS MULTY REPRESENTATION (DMR)
Oleh:
Deti Rostika1, Herni Junita2

Abstract: Mathematics is a science that is universal and able to integrate with other subjects. One of
the goals of mathematics learning based on Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan is to understand,
explain and apply mathematical concepts in the context of problem solving. But in the field, the students
tend to difficulties in resolving problems related to problem solving in mathematics. This is due to the
low ability students in mathematical problem solving in students' learning because not used to thinking
creatively. It required a real effort to improve students' problem-solving abilities in mathematics. One
of the measures taken namely through mathematics model Multy Discourse Representation (DMR).
Learning with models DMR is one alternative that can be used because it exposes students to work in
groups, in order to issue a power of representation held by the students.
Keyword: Problem solving ability, DMR Model, Mathematic learning.

Abstrak: Matematika merupakan suatu ilmu yang sifatnya universal dan mampu berintegrasi dengan
mata pelajaran lain. Salah satu tujuan pembelajaran matematika berdasarkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan adalah memahami, menjelaskan dan mengaplikasikan konsep matematika dalam konteks
pemecahan masalah. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, siswa cenderung kesulitan dalam
menyelesaikan persoalan terkait pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika. Hal ini
disebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis karena dalam
pembelajaran siswa tidak terbiasa berpikir secara kreatif. Untuk itu diperlukan upaya nyata dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika. Salah satu
upaya yang diambil yakni melalui pembelajaran matematika dengan model Diskursus Multy
Representation (DMR). Pembelajaran dengan model DMR merupakan salah satu alternatif yang dapat
digunakan karena menghadapkan siswa kepada bekerja secara berkelompok, supaya dapat
mengeluarkan daya representasi yang dimiliki oleh diri siswa.
Kata kunci: Kemampuan pemecahan masalah, Model DMR, Pembelajaran matematika

PENDAHULUAN algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan


Matematika merupakan salah satu WHSDW GDODP PHPHFDKNDQ PDVDODK´
mata pelajaran yang harus dipelajari siswa, Berdasarkan tujuan di atas, bahwa yang
melalui suatu upaya atau serangkaian menjadi fokus penting di dalam
aktivitas dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
siswa dapat mengembangkan pola pikirnya, ialah pemecahan masalah. Seperti yang
dan dapat memecahkan masalah dalam disebutkan oleh Cockroft (dalam
kehidupan sehari-hari. Matematika Ismawati,2014,hlm.2) menyatakan bahwa
merupakan suatu ilmu yang bersifat matematika perlu diajarkan kepada siswa
universal mampu berintegrasi dengan mata karena (1) selalu digunakan dalam segi
pelajaran yang lain maupun kehidupan kehidupan; (2) semua bidang studi
nyata. Berdasarkan Kurikulum Tingkat memerlukan matematika yang sesuai; (3)
Satuan Pendidikan Tahun 2006, bahwa merupakan sarana komunikasi yang kuat,
salah satu tujuan pembelajaran matematika singkat dan jelas; (4) dapat digunakan
EDJL VLVZD DGDODK ³PHPDKDPL NRQVHS untuk menyajikan informasi dalam
matematika, menjelaskan keterkaitan antar berbagai cara; (5) meningkatkan
konsep dan mengaplikasikan konsep atau kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan

1
Universitas Pendidikan Indonesia
2
Universitas Pendidikan Indonesia

Deti Rostika & Herni Junita: Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SD 35
kesadaran keruangan, dan (6) memberikan Kemampuan pemecahan masalah
kepuasan terhadap usaha memecahkan matematis merupakan hal terpenting di
masalah yang menentang. dalam pembelajaran matematika di kelas,
Selain itu temuan penelitian yang karena kemampuan pemecahan masalah
dilakukan oleh Bitter dan Capper (dalam dapat berguna bagi kehidupan sehari-hari
Asmariana,2013,hlm.2) menunjukkan untuk masalah saat ini, ataupun menjadi
bahwa µ3engajaran matematika harus pengetahuan baru yang dapat digunakan
digunakan untuk memperkaya, dalam kehidupannya kelak. Kriteria siswa
memperdalam, dan memperluas dapat dikatakan mampu menyelesaikan
kemampuan siswa dalam pemecahan atau memecahkan suatu masalah, apabila ia
masalah matematika¶. Berdasarkan paparan dapat memahami masalah yang terjadi,
tersebut, maka pembelajaran matematika mampu memilih cara atau strategi yang
dapat melatih siswa mengembangkan tepat dalam menyelesaikannya, serta dapat
kemampuan pemecahan masalah. Tujuan menerapkannya dalam penyelesaian
pembelajaran matematika menurut masalah tersebut.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Hasil observasi awal pada proses
No.22 tahun 2006 tentang standar isi pembelajaran materi pecahan, di salah satu
menyatakan bahwa kurikulum mata sekolah dasar Kota Bandung menunjukkan
pelajaran matematika mulai jenjang siswa mengalami kesulitan dalam
sekolah dasar sampai sekolah menengah di menyelesaikan soal-soal matematika yang
dalamnya terdapat standar kompetensi, berkaitan dengan materi tersebut.
yang salah satu kompetensi dasarnya Khususnya dalam menyelesaikan soal
mengarahkan siswa untuk mampu matematika yang berupa soal pemecahan
menggunakan konsep-konsep matematika masalah matematis. Rendahnya
dalam menyelesaikan masalah. kemampuan siswa dalam memecahkan
Ismawati (2014, hlm.3) masalah matematis, karena dalam
PHQJHPXNDNDQ EDKZD µNHPDPSXDQ pembelajarannya tidak membiasakan siswa
pemecahan masalah amatlah penting bukan untuk berpikir lebih kreatif. Guru biasanya
saja bagi mereka yang kemudian hari akan hanya memberikan rumus yang tercepat
mendalami matematika, melainkan juga agar siswa dapat menyelesaikan soal
bagi mereka yang akan menerapkannya matematika yang bersifat konsep, bukan
dalam bidang studi lain maupun kehidupan yang bersifat soal pemecahan masalah.
sehari-KDUL¶ 6HODLQ LWX 5H]HNL Penyebab lain, ialah salahnya persepsi guru
KOP PHQ\DWDNDQ EDKZD ³NHPDPSXDQ yang di dalam pembelajarannya
pemecahan masalah adalah komponen menganggap bahwa apabila siswa bekerja
penting dalam pembelajaran matematika, secara berkelompok membutuhkan waktu
dalam kemampuan tersebut siswa akan yang cukup lama dan sering terjadinya
mempunyai kemampuan dasar yang keributan di dalam pembelajaran, sehingga
bermakna lebih dari sekedar kemampuan proses pembelajaran seperti itu akan
EHUSLNLU´ mengganggu program pembelajaran yang
Pembelajaran yang diberikan sudah di buat sebelumnya. Padahal
kepada siswa dalam melatih kemampuan kemampuan pemecahan masalah
pemecahan masalah matematis, selalu matematis dapat berkembang, apabila
dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. adanya interaktif atau bertukar pendapat
Hal tersebut dikarenakan adanya tujuan, dalam memecahkan soal pemecahan
agar siswa mampu menghubungkan masalah.
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya Apabila faktor-faktor yang dapat
dengan materi. Selain itu supaya siswa menghambat berkembangnya kemampuan
dapat menerapkan pengetahuan yang pemecahan masalah matematis tersebut
dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. dibiarkan, maka siswa kurang dapat

36 EduHumaniora: Vol. 9 No. 1, Januari 2017


mengembangkan proses berpikir kreatif, representasi yang dimiliki oleh siswa.
kritis dan berpikir tingkat tinggi. Selain itu Seperti yang diungkapkan oleh Purwasih
siswa akan lebih sulit mengaplikasikan (2013,hlm.14) bahwa ³ 0RGHO Diskursus
materi yang telah dipelajarinya, dalam Multy Representation (DMR) merupakan
menyelesaikan masalah kehidupan sehari- salah satu pembelajaran matematika yang
hari di masa yang akan datang. Seharusnya berorientasi pada siswa´. Dalam model ini
di dalam mengembangkan kemampuan siswa melakukan berbagai aktivitas seperti
pemecahan masalah matematis ini didasari mengeluarkan ide, menulis ide,
oleh proses belajar mengajar yang diawali mendengarkan ide orang lain, serta
pada kehidupan nyata siswa, dengan melakukan percakapan berbagai arah untuk
mengaitkan pada pengetahuan yang sampai pada pemahaman matematis yang
berbeda atau yang belum diketahui oleh dipelajari oleh siswa.
siswa. Model Diskursus Multy
Dalam proses pembelajaran, siswa Representation (DMR) ini dibentuk secara
dilatih untuk menyelesaikan soal berkelompok atau kooperatif, supaya di
pemecahan masalah yang berupa soal dalam pembelajaran siswa menjadi aktif.
cerita. Sugondo (dalam Syamsuddin,2003, Menurut Johnson dan Johnson (dalam
hlm.226 PHQ\DWDNDQ EDKZD µODWLKDQ +XGD KOP µpembelajaran
memecahkan soal cerita penting bagi kooperatif ialah working together to
perkembangan proses secara matematis, accomplish shared goals yang berarti
menghargai matematika sebagai alat yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
dibutuhkan untuk memecahkan masalah, bersama¶. Sedangkan menurut Artz dan
dan akhirnya anak akan dapat Newman (dalam Huda,2013, hlm.32)
PHQ\HOHVDLNDQ PDVDODK \DQJ OHELK UXPLW¶ mendefinisikan µpembelajaran kooperatif
Berdasarkan paparan tersebut, bahwa soal merupakan kelompok kecil atau siswa yang
cerita dapat disajikan dalam bentuk cerita bekerja sama dalam satu tim untuk
yang pendek atau panjang sesuai dengan mengatasi suatu masalah, menyelesaikan
masalah yang disajikan, dan dalam masalah sebuah tugas, atau mencapai satu
penyajian soal ceritanya pun harus sesuai tujuan bersama¶. Pembelajaran kooperatif
dengan kehiduppan nyata siswa. Apabila merupakan suatu pembelajaran yang
siswa sudah dapat dengan mudah mengharuskan siswa bekerja secara
menyelesaikan masalah yang disajikan berkelompok, dengan bekerja secara
dalam bentuk soal cerita, maka siswa akan berkelompok siswa dapat menyelesaikan
dapat lebih mudah menyelesaikan masalah masalah yang ada dan mencapai tujuan
yang ada di lingkungan sekitar siswa dalam bersama dengan mudah, selain itu dengan
kehidupan sehari-hari. berkelompok kelak siswa dapat bekerja
Salah satu pembelajaran yang dapat secara mandiri dan dapat memecahkan
menunjang hal tersebut, adalah masalahnya sendiri. Kelompok-kelompok
menggunakan model pembelajaran kecil yang dibuat harus memperhatikan
Diskursus Multy Representation (DMR). anggota-anggota kelompoknya, agar semua
Kegiatan pembelajarannya, siswa dituntut anggotanya dapat bekerjasama secara
untuk aktif dalam menyelesaikan masalah maksimal. Tujuan pembelajaran kooperatif
di dalam proses pembelajaran. Model ialah untuk membentuk hubungan yang
pembelajaran Diskursus Multy positif antar siswa, dan membentuk rasa
Representation (DMR) merupakan bagian percaya diri yang besar.
dari setting pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran menggunakan model ini PEMBAHASAN
merupakan suatu pembelajaran yang A. Pemecahan Masalah Matematika
melibatkan siswa secara aktif dalam bentuk 1. Pengertian Masalah Matematika
kelompok, serta memanfaatkan

Deti Rostika & Herni Junita: Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SD 37
Masalah adalah segala sesuatu yang yang dihadapkan berupa masalah yang
terjadi di luar batas kemampuan yang serupa pada kehidupan nyata siswa.
dimiliki seseorang, dapat dikatakan Masalah dalam matematika itu dapat
demikian karena sesuatu dapat dikatakan memudahkan siswa, dalam menghadapi
masalah ketika penyelesaian sulit di masalah yang terjadi pada kehidupannya
dapatkan dan membutuhkan pemikiran sehari-hari.
yang kuat. Sehingga apabila seseorang 2. Jenis Masalah
mendapatkan masalah, maka dia akan Masalah dibedakan menjadi 4 jenis
terdorong dan berusaha untuk masalah, hal tersebut dikarenakan masalah
menyelesaikannya. Posamentier dan Krulik matematika timbul berdasarkan masalah
(dalam Pitasari, 2014, hlm.19) yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
mengemukakan pendapatnya mengenai Masalah dalam kehidupan sehari-hari,
PDVDODK µa problem is a situation that diperlukannya suatu solusi atau cara dalam
confronts the earner, that requires memecahkan permasalahan tersebut.
resolution, and for which the path to the Ajie,N. dan Maulana (2009,hlm.7)
DQVZHU LV QRW LPPHGLDWHO\ NQRZQ¶ berpendapat bahwa "permasalahan yang
Berdasarkan pengertian yang dipaparkan kita hadapi dapat dibedakan menjadi
oleh Posamentier dan Krulik, bahwa masalah yang berhubungan dengan
masalah merupakan suatu situasi yang masalah translasi, masalah aplikasi,
dihadapi oleh seseorang yang memerlukan masalah proses, dan masalah teka-teki".
suatu pemecahan, serta di dalam menjawab Penjabaran jenis-jenis masalah, antara lain:
permasalahan tersebut tidak dapat langsung a. Masalah Translasi
ditemukan jawabannya. Selain itu Bell Translasi memiliki arti
(dalam Sahyudin, 2014, hlm.11) perpindahan, sedangkan masalah translasi
PHQ\DWDNDQ EDKZD µVXDWX VLWXDVL merupakan suatu masalah yang ada di
merupakan suatu masalah bagi seseorang dalam kehidupan sehari-hari, yang untuk
jika ia menyadari keberadaannya, menyelesaikan masalah tersebut dengan
mengakui bahwa situasi tersebut cara perpindahan (translasi) dari bentuk
memerlukan tindakan, ingin atau perlu verbal ke bentuk matematika.
untuk bertindak dan mengerjakannya, tetapi b. Masalah Aplikasi
tidak dengan segera dapat menemukan Aplikasi memiliki arti penerapan,
SHPHFDKDQQ\D¶ %HUGDVDUNDQ EHUEDJDL sedangkan masalah aplikasi merupakan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan suatu konsep yang telah
masalah adalah suatu situasi yang dihadapi dipelajari dalam pelajaran matematika.
oleh individu dan disadari, serta mencari Dalam belajar matematika siswa dituntut
cara atau tindakan untuk menyelesaikan untuk dapat menyelesaikan masalah
masalah yang dihadapinya. matematika menggunakan bermacam-
Masalah dapat ditemukan dalam macam keterampilan matematika supaya
berbagai hal, termasuk di dalam proses dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
belajar. Masalah dapat dialami oleh harinya.
siapapun, tidak hanya orang dewasa tetapi c. Masalah Proses/ Pola
juga anak-anak dapat mengalami masalah. Masalah proses atau pola
Salah satu masalah yang dapat dialami oleh merupakan masalah yang dapat
anak-anak atau siswa sekolah dasar, ialah memberikan kesempatan yang baik untuk
pada mata pelajaran yang mereka anggap siswa, dalam mengeluarkan pendapatnya
sulit. Salah satu mata pelajaran yang untuk menyelesaikan berbagai masalah
dianggap sulit oleh siswa sekolah dasar, yang dihadapi.
seperti mata pelajaran matematika. Pada d. Masalah teka-teki
mata pelajaran matematika siswa selalu Masalah tekateki merupakan suatu
dihadapkan oleh suatu masalah, masalah masalah yang dimaksudkan untuk rekreasi

38 EduHumaniora: Vol. 9 No. 1, Januari 2017


dan kesenangan siswa di dalam menerima ukur mutlak, namun proses yang lebih
pembelajaran. Masalah ini juga dapat penting dari mana siswa dapat
digunakan untuk memusatkan perhatian mendapatkan jawaban tersebut. Variasi
siswa, dan untuk mengisi waktu yang strategi yang diharapkan muncul dalam
kosong atau tidak ada pelajaran. Masalah pembelajaran siswa SD.
teka-teki ini tidak memerlukan rumus Ada berbagai cara yang dapat
tertentu, akan tetapi menggunakan logika digunakan oleh siswa dalam memecahkan
seseorang. masalah tersebut. Seperti yang
3. Kemampuan Pemecahan Masalah diungkapkan oleh Suwangsih dan Tiurlina
Matematis (2010,hlm.25) menjelaskan terdapat
Kemampuan pemecahan masalah beberapa strategi pemecahan maslah
merupakan hal terpenting di dalam matematika yang digunakan untuk
pembelajaran, karena kemampuan memecahkan masalahm diantaranya
pemecahan masalah dapat berguna bagi sebagai berikut.
kehidupannya sehari-hari. Pembelajaran a. Beraksi (Act It Out)
yang baik haruslah pembelajaran yang b. Membuat gambar atau diagram.
berbasis masalah yang dekat dengan c. Menemukan pola.
kehidupan siswa. Permendiknas No. 22 d. Membuat tabel.
Tahun 2006 (dalam Asmariana, 2013 , e. Memperhatikan semua kemungkinan
hlm.14), menjelaskan bahwa µpemecahan secara sistematis.
masalah merupakan fokus dalam f. Tebak dan periksa.
pembelajaran matematik yang mencakup g. Strategi kerja mundur.
masalah tertutup dengan solusi tunggal, h. Menentukan yang diketahui,
masalah terbuka dengan solusi tidak ditanyakan, dan informasi yang
tunggal, dan masalah dengan berbagai cara diperlukan.
penyelesaiannya¶ 6HGDQJNDQ PHQXUXW i. Menggunakan kalimat terbuka.
Rezeki (2013, hlm.18) menyatakan bahwa j. Mengubah sudut pandang.
³NHPDPSXDQ SHPHFDKDQ PDVDODK DGDODK Strategi yang dipaparkan dapat
komponen penting dalam pembelajaran dipilih untuk digunakan sebagai cara dalam
matematika, dalam kemampuan tersebut menemukan jabawan dari masalah yang
siswa akan mempunyai kemampuan dasar ada. Strategi tersebut dapat menjadikan
yang bermakna lebih dari sekedar siswa lebih dapat berpikir kretif dalam
NHPDPSXDQ EHUSLNLU´ Berdasarkan memecahkan masalah yang ada serta akan
paparan di atas, maka dapat disimpulkan dapat mengembangkan daya
bahwa kemampuan pemecahan masalah representasinya dan kemampuan
ialah suatu usaha yang diakukan seseorang pemecahan masalah.
dalam menyelesaikan masalah yang sedang 5. Indikator Kemampuan Pemecahan
dihadapinya, serta dapat menciptakan suatu Masalah Matematis
ide baru untuk mencapai tujuan yang telah Kemampuan pemecahan masalah
diharapkan. siswa dapat diukur melalui beberapa aspek.
4. Strategi Memecahkan Masalah Dibawah ini adalah rincian tahapan yang
Matematis diungkapkan oleh Polya, antara lain:
Pemecahan masalah memerlukan
strategi dalam menyelesaikannya.
Kebenaran, ketepatan, keuletan dan
kecepatan adalah suatu hal yang diperlukan
dalam penyelesaian masalah. Keterampilan
siswa dalam menyusun suatu strategi
adalah suatu kemampuan yang harus dilihat
oleh guru. Jawaban benar bukanlah standar

Deti Rostika & Herni Junita: Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SD 39
Tabel 1
Indikator Pemecahan Masalah Matematis
Tahap Pemecahan
Indikator
Masalah Oleh Polya
Mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang
Memahami masalah
ditanyakan dan kecukupan unsur yang diperlukan.
Menyusun rencana Merumuskan masalah matematika atau menyusun
pemecahan masalah, model matematikanya.
Melaksanakan rencana Menerapkan strategi penyelesaian berbagai
penyelesaian masalah masalah di dalam atau di luar matematika.
Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai
Memeriksa kembali hasil
dengan permasalahan asal.
Sumber : Nirmalitasari (2009, hlm.4)
b. Kegiatan inti
Seorang siswa dapat dikatakan telah 1) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok,
memiliki kemampuan pemecahan masalah tiap kelompok beranggotakan 4-5
matematis, apabila siswa tersebut dapat orang siswa.
melakukan indikator dari kemampuan 2) Setiap kelompok medapatkan soal
pemecahan masalah itu sendiri. Indikator yang harus dikerjakan secara
yang dilakukan oleh siswa merupakan berkelompok.
suatu cara atau tahapan yang harus 3) Siswa diberikan waktu dalam
dilakukan, dalam memecahkan masalah menyelesaikan soal, yang berupa
matematis ataupun masalah yang ada dalam soal pemecahan masalah.
kehidupan nyata. 4) Setiap kelompok siswa menuliskan
6. Langkah-langkah Pemecahan apa yang diketahui dan ditanyakan
Masalah pada permasalahan yang tersedia.
Menurut Polya (dalam 5) Siswa merumuskan masalah
Susanto,2012, hlm.202) µada empat tahap matematika atau menyusun model
dalam pembelajaran pemecahan masalah, matematikanya
antara lain : a) memahami masalah, b) 6) Siswa menerapkan strategi
menyusun rencana pemecahan masalah, c) penyelesaian masalah terhadap
melaksanakan rencana penyelesaian permasalahan tersebut.
masalah, dan d) memeriksa kembali proses 7) Siswa menjelaskan atau
dan hasil¶. Berdasarkan tahapan-tahapan menginterpretasikan hasil sesuai
yang dipaparkan oleh polya, maka di bawah dengan permasalahan asal.
ini merupakan contoh langkah-langkah 8) Apabila telah selesai, perwakian
kegiatan pemecahan masalah di dalam tiap kelompok maju ke depan.
pembelajaran. 9) Masing-masing perwakilan
a. Kegiatan awal kelompok siswa mempersentasikan
1) Siswa mengkondisikan diri untuk siap hasil diskusi dengan kelompoknya
belajar dengan berdoa bersama. secara bergiliran.
2) Guru mengecek kehadiran siswa, 10) Guru memberikan reword kepada
dengan menanyakan siapa yang tidak perwakilan kelompok yang paling
hadir hari ini. cepat, sebanyak 4 kelompok berupa
3) Guru melakukan apersepsi tentang bintang.
materi sebelumnya tentang cahaya 11) Siswa dan guru melakukan tanya
4) Siswa mendengarkan guru dalam jawab tentang operasi hitung
menyampaikan tujuan pembelajaran campuran bilangan bulat, apabila
saat ini. ada yang belum memahami.

40 EduHumaniora: Vol. 9 No. 1, Januari 2017


c. Kegiatan akhir daripada siswa dapat bekerja sendiri.
1) Siswa mengerjakan soal evaluasi Berdasarkan pengertian tersebut dapat
yang diberikan oleh guru. dikatakan bahwa pendekatan kooperatif ini
2) Siswa mengumpulkan soal merupakan suatu strategi pembelajaran
evaluasi. dalam mencapai tujuan bersama dalam
3) Siswa dan guru menyimpulkan setting diskusi kelompok, dan akan dapat
pembelajaran. lebih mudah memecahkan suatu persoalan
4) Siswa dan guru menutup dibandingkan siswa yang bekerja secara
pembelajaran dengan berdoa mandiri. Dalam pembelajarannya siswa
bersama. dituntut untuk bekerja sama dalam
memecahkan suatu permasalahan yang
B. Model Pembelajaran Diskursus disediakan oleh guru. Hal ini mendukung
Multy Representation (DMR) makna bahwa siswa akan berhasil dalam
1. Pembelajaran Kooperatif pembelajarannya apabila dimotivasi oleh
Pembelajaran kooperatif sangat rekan sebayanya dan adanya komunikasi
bagus digunakan di dalam proses yang baik antar anggota kelompoknya.
pembelajaran, karena pembelajaran Maka dari itu dalam pembentukkan
kooperatif dapat mengembangkan rasa kelompok, guru harus memperhatikan
sosial yang baik untuk siswa. Menurut karakteristik siswa. Cara pembentukkan
Rusman (dalam Frada, 2012, hlm.10) kelompok-kelompok siswa di dalam kelas
bahwa µkeberhasilan belajar dan kelompok menurut Huda (2013,hlm.172), upayakan
tergantung pada kemampuan dan aktivitas masing-masing kelompok : ³(1) terdiri dari
anggota kelompok, baik secara individual anggota yang berkemampuan rendah,
maupun secara kelompok¶. Kemudian sedang/rata-rata tinggi, (2) terdiri dari
Solihatin,E dan Raharjo (2006, hlm.4) anggota yang berasal dari etnis dan ras yang
PHQJXQJNDSNDQ EDKZD ³SDGD GDVDUQ\D berbeda-beda, dan jika memungkinkan , (3)
cooperative learning mengandung terdiri dari anggota laki-laki dan
pengertian sebagai suatu sikap atau perempuan dengan jumlah yang
perilaku bersama dalam bekerja atau seimbang´. Maka guru disini berperan
membantu diantara sesame dalam struktur hanya sebagai fasilitator untuk siswa, guru
NHUMDVDPD \DQJ WHUDWXU GDODP NHORPSRN´. menyediakan sarana atau situasi
Begitu pula menurut Lewin, Deutsch pembelajaran yang menarik untuk siswa
(dalam Huda, 2013, hlm.11) dalam dan guru harus selalu memperhatikan
penelitiannya membuktikan bahwa µketika jalannya diskusi, diusahakan setiap siswa
suatu kelompok lebih memilih untuk bekerja aktif sesuai dengan bagiannya
berkooperaasi, mereka akan mencapai masing-masing.
tujuannya dengan lebih produktif, saling 2. Kelebihan dan Kelemahan
berkomunikasi, dan memiliki rasa Pembelajaran Kooperatif
kebersamaan yang lebih baik daripada Peran guru sangatlah penting di
mereka yang memilih untuk berkompetisi dalam proses pembelajaran di kelas.
atau bersaing satu sama lain¶. Disinilah peran guru untuk lebih dapat
Selain itu Slavin (1995, hlm.5) merancang pembelajaran sebaik mungkin,
mengemukakan bahwa ³students working supaya pembelajaran yang dilakukan akan
on structured "cooperative scripts" can berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
learn technical material or procedures far dibuat. Kelebihan pendekatan kooperatif
EHWWHU WKDQ FDQ VWXGHQWV ZRUNLQJ DORQH´ ini antara lain :
maksudnya siswa dalam mengerjakan suatu a. Siswa akan dapat berinteraksi dengan
soal atau menghadapi masalah secara teman sejawatnya.
bersama, akan dapat mempelajari materi b. Siswa akan lebih aktif di dalam
teknis atau prosedur jauh lebih baik, pembelajarannya.

Deti Rostika & Herni Junita: Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SD 41
c. Materi pembelajaran akan lebih masalah dalam bentuk symbol, gambar,
dipahami oleh siswa. grafik , dan lain-lain. Seperti yang
d. Siswa akan dapat lebih mudah dikatakan oleh Kartini (2009, hlm. 364)
menyelesaikan soal pemecahan bahwa ³representation yang dimunculkan
masalah, dibandingkan dengan siswa oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan
mengerjakan soal yang tersedia secara dari gagasan-gagasan atau ide-ide
mandiri. matematika yang ditampilkan siswa dalam
e. Siswa akan lebih sering berbicara, serta upayanya untuk mencari suatu solusi dari
mengeluarkan ide-ide yang masalah yang sedang dihadapinya´.
dimilikinya. Maka dapat disimpulkan bahwa
f. Terjadinya komunikasi yang baik multy representation diartikan sebagai
antara guru dan siswa. beberapa alternatif yang dapat digunakan
g. Pembelajarannya pun akan lebih rileks oleh siswa dalam memecahkan masalah
dan menyenangkan. dalam bentuk symbol, gambar, grafik , dan
Selain kelebihan yang dimiliki oleh lain-lain. Menurut NCTM (dalam Hudiono,
pendekatan ini, maka ada pula 2010, hlm.102) bahwa µpemahaman,
kelemahannya antara lain : pengetahuan, dan keterampilan yang perlu
a. Waktu yang dibutuhkan akan lebih dimiliki siswa tercakup dalam standar
lama. proses yang meliputi: Problom solving,
b. Guru harus lebih mempersiapkan reasoning and proof, and representation¶.
tenaga dan rencana pembelajaran yang Pernyataan tersebut dapat terlihat bahwa
baik. kemampuan representation merupakan hal
c. Alat dan bahan yang digunakan akan yang terpenting di dalam proses
lebih banyak dari pada pembelajaran pembelajaran dan tersebar pada materi
secara ceramah. matematika, serta dapat mengembangkan
d. Sering terjadinya debat antara anggota kemampuan matematis seperti pemecahan
kelompok. masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa
3. Model Diskursus Multy model pembelajaran Diskursus Multy
Representation (DMR) Representation (DMR) merupakan suatu
Model Diskursus Multy pembelajaran yang dirancang oleh guru
Representation (DMR) merupakan model secara berkelompok dan mengembangkan
pembelajaran yang termasuk dalam kemampuan pemecahan masalah
kooperatif, dimana proses pembelajarannya matematis dengan menggunakan daya
dibuat secara berkelompok kecil. Menurut representasi yang dimiliki oleh siswa.
Purwasih (2013, hlm.9) ³Diskursus sendiri Menurut Nuryadi (2013,hlm.2)
merupakan suatu pembelajaran yang bahwa di dalam pembelajaran terdapat 3
dirancang oleh guru dalam rangka tahap, antara lain : ³(1) tahap enaktif, (2)
membangkitkan terjadinya diskusi melalui tahap ikonik, dan (3) tahap simbolik´.
penyajian masalah, pemberian tugas, dan Penjabaran dari tahap-tahap tersebut antara
lembar latihan siswa´ Tetapi dalam diskusi lain: tahap yang pertama dalam
kelompok ini siswa melakukan percakapan pembelajaran ialah tahap enaktif, tahap ini
secara semi formal atau tidak resmi antar siswa lebih dapat dengan mudah menerima
anggota kelompoknya, dan guru konsep atau materi pembelajaran melalui
menyediakan iringan lagu klasik supaya benda konkret atau manipulasi benda.
siswa lebih leluasa dalam menyelesikan Setelah itu siswa lanjut pada tahap ikonik,
masalah atau soal yang disediakan oleh dimana pada tahap ini siswa sudah dapat
guru. memahami konsep dan materi melalui
Sedangkan representation gambar-gambar, dan tahap yang terakhir
merupakan suatu alternatif yang dapat ialah pada tahap simbolik dimana tahap ini
digunakan oleh siswa dalam memecahkan siswa sudah lebih memahami konsep

42 EduHumaniora: Vol. 9 No. 1, Januari 2017


melalui simbol-simbol matematika. Siswa siswa mengeluarkan perlengkapan
sekolah dasar dapat termotivasi untuk menulisnya.
belajar apabila disajikan gambar-gambar b. Pendahuluan
yang menarik, yang pada akhirnya siswa Pada tahap ini siswa mengulang
mampu menerima pembelajaran dan kembali pengetahuan sebelumnya dan
memahami konsep materi, seperti yang pengalamannya dalam kehidupan sehari-
dikatakan oleh Bruner (dalam Asia hari siswa supaya dapat menjadi pengantar
University, hlm.130) bahwa: untuk siswa dalam menerima pengetahuan
When we reach school age, our baru. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
PRWLYDWLRQ WR SHUFHLYH LV ³LFRQLF´ adanya tanya jawab antara siswa dan guru,
meaning that we are motivated to tanya jawab yang dilakukan tidak hanya
perceive things that are tied less to the untuk mendasari pengetahuannya saja
physical manipulation. We are motivated melainkan siswa dapat lebih termotivasi di
to perceive and learn from pictures and
dalam proses pembelajarannya. Selain
visual aids or memories from familiar
experiences. tanya jawab siswa juga secara terstruktur
Berdasarkan paparan di atas menyampaikan ide-ide yang dimilikinya,
maka daya representation siswa sesuai diusahakan tiap siswa dapat mengeluarkan
dengan tahap ikonik, siswa dapat ide yang dimilikinyya supaya siswa dapat
termotivasi dan lebih mengerti dalam lebih terlatih di dalam mengembangkan
belajar melalui gambar-gambar, maka daya representasi yang dimiliki siswa
apabila siswa dapat menggunakan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan
representasinnya dengan baik maka masalah matematika yang berupa soal
siswa akan dapat lebih memahami serta cerita.
lebih mudah dalam memecahkan c. Pengembangan
permasalahan yang ada. Pada tahap ini siswa melakukan
4. Tahapan Model Pembelajaran diskusi dengan kelompok yang telah dibuat
Diskursus Multy Representation sebelumnya, siswa diberikan soal
(DMR) pemecahan masalah berupa soal cerita oleh
Dalam pembelajaran matematika guru. Di sini siswa menuliskan informasi-
secara berkelompok atau diskursus, siswa informasi yang terdapat pada soal yang
tidak membutuhkan aturan yang pasti telah disediakan, atau menuliskan konteks
dalam setting pembelajaran di kelas. yang telah diketahui dan ditanyakan
Namun demikian, model pembelajaran berdasarkan soal tersebut. Siswa
DMR memiliki tahapan-tahapan dalam merancang sebuah rencana atau langkah-
pembelajarannya menurut Sahyudin (2014, langkah dalam menjawab soal tersebut, lalu
hlm.9) yaitu : ³persiapan, pendahuluan, siswa membuat model matematikanya.
pengembangan, penerapan, dan penutup´. Setiap anggota kelompok diharapkan ikut
Adapun jabaran mengenai tahapan-tahapan berpartisipasi dalam menentukan rencana
tersebut, antara lain : untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal
a. Persiapan ini perlu adanya peran guru. Guru perlu
Pada tahap ini sebelum memantau jalannya diskusi supaya diskusi
pembelajaran dimulai, siswa dan guru dapat berjalan dengan baik. Apabila tiap
membuka pembelajaran dengan berdoa kelompok sudah menemukan rencana yang
bersama. Guru mengatur tempat duduk sesuai untuk memecahkan masalah
untuk siswa secara berkelompok, serta tersebut, maka selanjutnya siswa
siswa duduk berdasarkan kelompok yang menjalankan rencana tersebut supaya soal
telah guru tentukan. Setiap kelompok pemecahan masalah yang diberikan oleh
beranggotakan 3-4 orang siswa. Setelah guru dapat terpecahkan masalahnya. Tidak
siswa duduk di tempatnya masing-masing, lupa siswa juga memeriksa kembali

Deti Rostika & Herni Junita: Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SD 43
jawabannya tersebut, dengan cara pertama akan mendapatkan pembelajaran
membuktikan kembali jawabannya. menggunakan model Diskursus Multy
Dalam menyelesaikan soal Representation (DMR), sedangkan kelas
pemecahan masalah tersebut, siswa yang kedua akan mendapatkan
diarahkan supaya daya representasinya pembelajaran secara konvensional.
dapat muncul dengan baik. Siswa perlu Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti
menggunakan daya representasi di dalam melakukan uji instrument terlebih dahulu,
menyelesaikan soal pemecahan masalah apabila instrument sudah valid, maka
tersebut, dikarenakan agar siswa dapat dilakukannya pretest pada kedua kelas yang
lebih mudah memahami dan memecahkan sudah dipilih. Kemudian dilakukannya
masalah yang ada. Siswa pada tingkat Sembilan kali pembelajaran dan diakhiri
sekolah dasar lebih mudah memahami oleh posttest untuk mengetahui
suatu materi pembelajarannya, apabila peningkatan kemampuan pemecahan
siswa menggunakan representasi dengan masalah matematis siswa. soal pretest dan
baik atau pada tahap ikonik. Pada tahap posttest yang diberikan terhadap kedua
ikonik siswa menggunakan gambar-gambar kelas tersebut ialah soal yang sama percis.
untuk lebih memahami konsep atau materi Kelas eksperimen mendapatkan
yang disampaikan oleh guru. pembelajaran menggunakan model
d. Penerapan Diskursus Multy Representation (DMR),
Pada tahap ini setiap kelompok dengan materi yang berbeda selama
siswa membuat laporan kelompok Sembilan kali pembelajaran atau
berdasarkan diskusi yang telah dilakukan pertemuan. Satu kali pertemuan itu
dalam memecahkan masalah matematika dilakukan dengan alokasi waktu 2x35
yang diberikan oleh guru. Laporan tersebut menit. Pemebelajaran yang dilakuka sesuai
akan dipersentasikan untuk mendapatkan dengan tahapan model pembelajaran
kesepakatan dari permasalahan yang Diskursus Multy Representation (DMR).
tersedia. Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga
e. Penutup kegiatan, yang di dalamnya terdapat
Siswa dan guru bersama-sama tahapan model Diskursus Multy
membuat kesimpulan terhadap masalah Representation (DMR). Kegiatan
yang didiskusikan pada pembelajaran. pembelajaran dapat dijelaskan sebagai
Setelah itu siswa melakukan evaluasi berikut ini:
berdasarkan pembelajaran yang telah a. Kegiatan awal
dilakukan, serta siswa dan guru melakukan Pada kegiatan awal pembelajaran,
refleksi. guru mengkondisikan siswa untuk
Berdasarkan paparan di atas, maka mempersiapkan diri dalam menerima
pembelajaran lebih memfokuskan pada pembelajaran, dilanjutkan guru membuka
aktivitas siswa dalam berkelompok. Serta pembelajaran dengan berdoa setelah itu
siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Guru guru mengatur tempat duduk untuk siswa
tidak hanya duduk manis melihat aktivitas secara berkelompok, serta siswa diminta
siswa, guru menjadi fasilitator dan untuk duduk berdasarkan kelompok yang
membimbing siswa dalam berkelompok telah guru tentukan. Setelah siswa duduk di
apabila mengalami kesulitan. Tatapi guru tempatnya masing-masing, siswa diminta
tidak memberikan suatu jawaban untuk untuk mengeluarkan perlengkapan
menjawab permasalahan yang ada. menulisnya.
5. Aplikasi Model Pembelajaran b. Kegiatan Inti
Diskursus Multy Representation Pada tahap ini siswa mengulang
(DMR) kembali pengetahuan sebelumnya dan
Penulis melakukan penelitian pengalamannya dalam kehidupan sehari-
dengan menggunakan dua kelas, kelas yang hari siswa, supaya dapat menjadi pengantar

44 EduHumaniora: Vol. 9 No. 1, Januari 2017


untuk siswa dalam menerima pengetahuan c. Akan terciptanya suasana yang
baru. Siswa dan guru tanya jawab secara menyenangkan di dalam pembeajaran.
terstruktur , dan menyampaikan ide-ide d. Siswa akan lebih aktif di dalam proses
yang dimilikinya. Setelah itu siswa pembelajaran.
melakukan diskusi dengan kelompok yang e. Akan terjalinnya komunikasi yang baik
telah dibuat sebelumnya, siswa diberikan antara siswa dengan siswa, dan siswa
soal pemecahan masalah berupa soal cerita dengan guru.
oleh guru. f. Siswa akan dapat meningkatkan
Dalam menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalahnya.
pemecahan masalah tersebut, siswa g. Siswa akan dapat menumbuhkan rasa
diarahkan supaya daya representationnya percaya diri.
dapat muncul dengan baik, dikarenakan h. Siswa akan dapat menumbuhkan rasa
agar siswa dapat lebih mudah memahami ingin tahu.
dan memecahkan masalah yang ada. Dalam i. Siswa akan dapat meningkatkan
diskusi kelompok yang dilakukan siswa, keterampilan komunikasi yang baik.
disini peneliti menyediakan sebuah iringan j. Siswa akan dapat meningkatkan
musik klasik, supaya jalannya diskusi tidak keterampian dalam bersosialisasi.
terjadinya ketegangan dalam diri masing-
masing siswa. Apabila tiap kelompok siswa SIMPULAN
sudah dapat memecahkan masalah tersebut, Kemampuan pemecahan masalah
maka setiap kelompok siswa membuat merupakan hal terpenting dalam
laporan kelompok berdasarkan diskusi pembelajaran matematika sesuai tuntutan
yang telah dilakukan. Laporan tersebut kurikulum tingkat satuan pendidikan
akan dipersentasikan untuk mendapatkan karena kemampuan ini dapat berguna bagi
kesepakatan dari permasalahan yang kehidupan siswa sehari-hari. Hal ini juga
tersedia. berlaku pada pembelajaran matematika,
c. Kegiatan Akhir khususnya konteks pemecahan masalah
Guru memberikan penguatan matematika. Salah satu upaya untuk
kepada siswa dan memberikan arahan yang meningkatkan kemampuan pemecahan
tepat, untuk jawaban yang telah diberikan masalah matematika yakni melalui
oleh siswa. Siswa dan guru bersama-sama penerapan model Diskursus Multy
membuat kesimpulan terhadap masalah Representation (DMR). Penerapan model
yang didiskusikan pada pembelajaran. DMR ini dipandang mampu meningkatkan
Setelah itu siswa melakukan evaluasi kemampuan pemecahan masalah
berdasarkan pembelajaran yang telah matematika siswa karena pembelajaran
dilakukan, serta siswa dan guru melakukan dilaksanakan secara berkelompok sehingga
refleksi. Kemudian diakhiri dengan berdoa siswa tertantang untuk mengeluarkan daya
bersama sebagai penutup pembelajaran. representasi dan kreativitas siswa dalam
6. Kelebihan Model Pembelajaran menemukan solusi permasalahan dalam
Diskursus Multy Representation pembelajaran matematika.
(DMR)
Keuntungan yang akan diperoleh DAFTAR PUSTAKA
oleh guru dan siswa, dalam pembelajaran Adjie, N.,&Maulana. (2009). Pemecahan
yang menggunakan model Diskursus masalah matematika. Bandung:UPI
Multy Representation (DMR) antara lain : PRESS.
a. Pembelajaran akan lebih bermakna bagi Asia University.(____). Learning theories -
siswa. cognitive learning theories.Diakses
b. Siswa akan lebih mudah mendapatkan dari:
materi pembelajaran yang diberikan http://peoplelearn.homestead.com/b
oleh guru. educ/chapter_5.pdf

Deti Rostika & Herni Junita: Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SD 45
Asmariana, A.H. (2013). Pendekatan Pitasari,R.G. (2014). Perbedaan
keterampilan metakognitif untuk kemampuan pemecahan masalah
meningkatkan kemampuan matematis siswa antara
pemecahan masalah matematis pembelajaran kontekstual rangka
siswa SD. (Skripsi). Sekolah bermodifikasi dengan pembelajaran
Sarjana, Universitas Pendidikan konvensional. (Skripsi). Sekolah
Indonesia,Bandung. Sarjana,Universitas Pendidikan
Frada, S. (2012). BAB II Kerangka Indonesia.Bandung.
teori.Diakses dari : - Purwasih,R. (2013). Pengaruh penggunaan
Huda,M.(2013).Cooperative model pembelajaran DMR
learning.Medio:PUSTAKA (diskursus multi representasi)
BELAJAR. terhadap peningkatan kemampuan
Hudiono,B. (2005). Peran pembelajaran komunikasi matematis siswa.Skripsi
diskursus multi representasi Jurusan Pendidikan Matemtika pada
terhadap pengembangan FPMIPA, Universitas Pendidikan
kemampuan matematika dan daya Indonesia,Bandung.
representasi pada siswa Solihatin, E. & Raharjo. (2006).
SLTP.Jurnal Cakrawaa Cooperative learning analisis model
Pendidikan,8(2), 101-203. pembelajaran IPS.Jakarta: Bumi
Ismawati, D.Y. (2014). Perbedaan Aksara
kemampuan pemecahan masalah Suwangsih, E. & Tiurlina. (2010). Model
matematis siswa menggunakan pembelajaran matematika. Bandung
pendekatan diskursif metode two : UPI Press.
stay two stray dengan pembelajaran Slavin, R.E.(1995). Research on
konvensional. (Skripsi). Sekolah cooperative learning and
Sarjana, Universitas Pendidikan achievement: what we know, what
Indonesia, Bandung. we need to know. Risk Johns
Kartini.(2009).Peranan representasi dalam Hopkins University.
pembelajaran matekatika. Prosiding Syamsuddin, H. (2003). Kesulitan siswa
Seminar Nasional Matematika dan kelas V SD menggunakan langkah-
Pendidikan Matematika Jurusan langkah pemecahan masalah dalam
Pendidikan Matematika FMIPA menyelesaikan soal cerita
UNRI (hlm.364). Tersedia: (Pengembangan Model
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/703 Pembelajaran). (Tesis). Surabaya:
6
Nirmalitasari,O.S. (2009). Profil
kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika
berbentuk open-start pada materi
bangun datar. (Skripsi). Sekolah
Sarjana, Universitas Negri
Surabaya,Surabaya.
Nuryadi. (2013). Aplikasi teori bruner
dalam pembelajaran matematikaa di
tingkat SD.Diakses
dari:https://made82math.wordpress.
com/2013/10/28/aplikasi-teori-
bruner-dalam-pembelajaran-
matematika-di-tingkat-sekolah-
dasar/.

46 EduHumaniora: Vol. 9 No. 1, Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai