Anda di halaman 1dari 16

ISSN : 2460 – 7797

e-ISSN : 2614-8234
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/fbc
Email : fibonacci@umj.ac.id Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

DESIGN RESEARCH : PENGEMBANGAN LINTASAN BELAJAR


DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS

Gavrilla Mei Sela Marande1)*, Hafsah Adha Diana2)


1,2)
Pendidikan Matematika, Fakultas Bisnis dan Pendidikan, Universitas MNC, Jl. Raya
Panjang, Kompek Green Garden Blok ZIII Kedoya Utara, 11520
*
marandegavrilla@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan lintasan belajar pada materi relasi dan fungsi
di kelas VIII. Jenis penelitian ini adalah Design Research yang dikemukakan oleh Gravemeijer
& Cobb, dilaksanakan melalui 3 tahapan, yaitu tahap persiapan penelitian, penelitian di dalam
kelas, dan analisis retrospektif. Adapun penelitian dilakukan di SMP Negeri 4 Mori Utara
dengan subjek penelitian berjumlah 12 orang siswa dan terdiri dari tiga pertemuan, yaitu 1)
pertemuan pertama : Konsep Relasi, Penyajian Relasi dan Konsep Domain, Kodomain dan
Range, 2) pertemuan kedua : Konsep Fungsi, Ciri-ciri Fungsi dan Korespondensi Satu-satu
dan 3) pertemuan ketiga : Notasi dan Nilai Fungsi. Instrumen penelitian yang digunakan
berupa hipotesis lintasan belajar dan data dikumpulkan melalui observasi, rekaman suara, dan
Lembar Aktivitas Siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lintasan belajar pada materi
Relasi dan Fungsi dengan pendekatan PMR yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Lintasan belajar
yang dihasilkan berupa alur kegiatan serta aktivitas yang dilakukan siswa di kelas guna
mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Adapun, penelitian ini
dilakukan hanya untuk melihat penerapan hipotesis lintasan belajar materi Relasi dan Fungsi
pada pendekatan PMR.
Kata Kunci: Lintasan Belajar, PMR, Kemampuan Pemecahan Masalah

PENDAHULUAN Indonesia dalam meningkatkan kualitas


Pendidikan merupakan salah satu hal pendidikan di seluruh wilayah Indonesia
yang hingga saat ini masih diperjuangkan sehingga dapat bersaing di mancanegara.
oleh Indonesia. Dalam Pembukaan Undang- Oleh sebab itu, untuk mewujudkan tujuan
Undang Dasar 1945 alinea ke-4, dengan tersebut, maka sistem pendidikan di
jelas menyatakan bahwa mencerdaskan Indonesia menetapkan suatu standar proses
kehidupan bangsa melalui pendidikan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
merupakan salah satu tujuan nasional harapan dapat menciptakan pembelajaran
Indonesia. Hal ini tentunya menjadi aktif dan inovatif serta memberikan
gambaran besar akan harapan bangsa kesempatan bagi peserta didik untuk dapat
DOI: https://dx.doi.org/10.24853/fbc.8.1.31-46
31
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 8 No. 1 Bulan Juni Tahun 2022

mengembangkan wawasan, sikap serta daya matematis khususnya pada kemampuan


cipta sesuai dengan minat dan bakat yang pemecahan masalah siswa di SMP Negeri 4
mereka miliki sehingga dapat mencapai Mori Utara sangatlah rendah. Hal ini
kompetensi lulusan (Permendikbud, 2016). ditemukan berdasarkan hasil pengerjaan soal
Hal inipun yang mendorong seluruh pihak ulangan tengah semester yang mencakup
pendidikan untuk proaktif dalam indikator pemecahan masalah matematis.
membangun kualitas pendidikan di Kesulitan yang dialami peserta didik
Indonesia yang lebih baik. ditemukan ketika akan menganalisis setiap
Di Indonesia, pendidikan menjadi komponen yang diketahui dalam soal. Hal
salah satu upaya yang dilakukan oleh ini disebabkan karena kurangnya
pemerintah untuk dapat menciptakan pemahaman akan konsep matematika akibat
kehidupan masyarakat maju dan dapat dari strategi pembelajaran konvensional
bersaing di masa yang akan datang. Dengan yang diterapkan oleh guru.
adanya pendidikan, maka akan terbentuk Pemecahan masalah matematis
karakter bangsa yang mandiri, dan memiliki merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
kecakapan dalam setiap bidang kehidupan. berpikir dalam menjabarkan pengetahuan
Namun, sejalan dengan upaya peningkatan terkait proses penyelesaian masalah
pendidikan di Indonesia, proses matematika secara sistematis (Kai Kow
pembelajaran yang terjadi di sekolah Joseph Yeo, 2009). Pemecahan masalah
tidaklah berjalan sebagaimana dengan yang matematis merupakan aktivitas yang
diharapkan, termasuk didalamnya yaitu mendorong siswa berpikir multidimensi
pembelajaran matematika. Matematika dalam mencari kemungkinan jawaban dari
sebagai ilmu pelajaran yang wajib ditekuni suatu permasalahan sehingga dapat
oleh peserta didik hingga saat ini masih membangun kemampuan pengamatan dan
dipandang sebagai hal yang sukar untuk analisis penyelesaian yang lebih baik
dipahami (Ulya & Agustyarini, 2020). (Rahmani & Widyasari, 2018). Branca
Keabstrakan yang dicerminkan oleh (1980) menginterpretasikan pemecahan
matematika membuat banyak siswa yang masalah matematis kedalam 3 bagian yaitu,
menghidari bahkan menutup diri terhadap 1) sebagai tujuan dan alasan dilakuakan
matematika. Hal ini tentunya menjadi pembelajaran matematika, 2) sebagai proses
momok terbesar dalam dunia pendidikan dan bagian strategi yang dilalui dan 3)
yang dimana bukan saja hanya mengganggu sebagai keahlian dasar yang harus dimiliki
berjalannya proses pembelajaran tetapi juga peserta didik. Polya (1973) mengemukakan
mempengaruhi ketercapaian kualitas 4 indikator dalam pemecahan masalah, yaitu
pendidikan yang dihasilkan. 1) Memahami masalah, yaitu proses
Terlepas dari berbagai metode, mengidentifikasi dan menguasai informasi
pendekatan dan strategi pembelajaran yang yang sudah ataupun belum diketahui, 2)
digunakan, masih banyak problematika yang Merencanakan penyelesaian, yaitu proses
seringkali ditemukan di lapangan. Dalam penyusunan pola yang akan digunakan
pembelajaran matematika sendiri, banyak dalam menyelesaikan masalah, 3)
ditemukan peserta didik yang mengalami Menyelesaikan masalah sesuai rencana,
kesulitan bahkan memiliki kemampuan yaitu proses pelaksanaan penyelesaian, dan
matematis yang sangat rendah. Berdasarkan 4) Menguji kembali dan kesimpulan
hasil studi pendahuluan, kemampuan penyelesaian, yaitu kegiatan meninjau
32
Gavrilla Mei Sela Marande1, dan Hafsah Adha Diana : Design Research : Pengembangan Lintasan Belajar Dalam
Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 8 (1), pp: 31-46.

kembali proses dan hasil apakah sudah permasalahan tersebut maka dibutuhkan
sesuai dengan yang direncanakan. pendekatan pembelajaran tertentu yang
Kemampuan pemecahan masalah diartikan mampu meningkatkan kemampuan
sebagai kecakapan kognitif yang harus pemahaman konsep serta pemecahan
dimiliki oleh siswa sehingga diperlukan masalah matematis peserta didik, yaitu
pembiasaan diri dalam menyelesaikan dengan menggunakan pendekatan
persoalan matematika melalui masalah pembelajaran Pembelajaran Matematika
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, siswa Realistik (PMR). Pembelajaran matematika
diharapkan mampu dalam memahami, realistik merupakan pendekatan
menyusun strategi, serta menyelesaikan pembelajaran yang hanya dikhususkan pada
permasalahan secara sistematis sesuai pembelajaran matematika. Secara spesifik,
dengan tahapannya sehingga memberikan pendekatan ini pertama kali dikembangkan
pengalaman belajar matematika yang pada tahun 1970 di Belanda dan berfokus
bermakna. pada pembelajaran penemuan ide
Sejalan dengan Kemendikbud matematika yang melibatkan aktivitas dalam
(2014) yang menyatakan tujuan kehidupan nyata sehari-hari (Tambunan,
dilakukannya pembelajaran matematika dkk., 2019). Terbentuknya pendekatan
kepada peserta didik adalah untuk memiliki Pembelajaran Matematika Realistik didasari
kemampuan : 1) Memahami serta atas gagasan bahwa matematika merupakan
mengaplikasikan konsep matematika, 2) bagian dari nilai kemanusiaan sehingga
Bernalar untuk menjelaskan sifat serta harus dikaitkan dengan kehidupan dunia
gagasan ide matematika, 3) Menyelesaikan nyata (Freudenthal, 2002). Pembelajaran
masalah yang mencakup pemahaman, Matematika Realistik merupakan
perancangan, serta penyelesaian model pendekatan yang berpusat pada dunia
matematika, 4) Mengkomunikasikan ide konkret dengan tujuan membantu siswa
matamatika ke dalam representasi lain dan memahami konsep matematis,
5) Bersikap positif sebagai bentuk meningkatkan kemampuan matematis, serta
penghargaan terhadap matematika dalam menemukan ide matematis melalui proses
kehidupan sehari-hari. Maka berdasarkan analisis masalah siswa dalam pembelajaran
tujuan matematika tersebut, setiap matematika (Lestary, dkk., 2020).
pembelajaran matematika hendaknya Proses eksplorasi dunia nyata pada
dimulai dengan pengalaman nyata akan Pembelajaran Matematika Realistik
konsep matematika yang didalamnya diterapkan melalui masalah yang dialami
melibatkan pemecahan masalah peserta sendiri oleh siswa. Sejalan dengan (Yurnalis
didik terhadap proses matematika. Melalui & Rahmi, 2017) yang menyatakan bahwa
pembelajaran kontekstual, peserta didik kebermaknaan Pembelajaran Matematika
akan terlibat secara langsung dalam Realistik timbul jika proses pembelajaran
penemuan konsep serta dapat mengaktifkan dikaitkan dengan masalah yang dapat
intuisi penalarannya saat bertemu dengan dibayangkan atau dirasakan secara nyata
masalah-masalah dalam kehidupan nyata oleh siswa, karena pembelajaran matematika
sehingga dapat memudahkan peserta didik realistik bukan hanya sebagai suatu sumber
memahami bahkan menyelesaikan masalah belajar tetapi merupakan proses aktivitas
yang dihadapinya. belajar. Untuk itu, penggunaan konteks
Oleh sebab itu, dalam mengatasi masalah yang baik dalam Pembelajaran
33
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 8 No. 1 Bulan Juni Tahun 2022

Matematika Realistik diharapkan dapat belajar menjadi instrumen yang dapat


memberikan kontribusi besar dalam menghubungkan aktivitas belajar dan teori
membangun konsep matematika serta matematika. Untuk itu, dalam merencanakan
menigkatakan kemampuan matematis siswa. pembelajaran matematika, guru harus dapat
Penelitian oleh Harahap & Lubis, mempertimbangkan setiap aspek dan dugaan
(2019) menunjukkan PMR efektif kemungkinan yang dapat mempengaruhi
digunakan dalam meningkatkan pembelajaran matematika.
kemampuan pemecahan masalah matematis Relasi dan fungsi merupakan salah
siswa. Pembelajaran Matematika Realistik satu materi matematika kelas VIII yang
(PMR) melibatkan aktifitas peserta didik dapat menggunakan masalah kontekstual
dalam penemuan kembali konsep dalam proses pembelajarannya. Relasi
matematika dimana peserta didik diartikan sebagai suatu hubungan dan hal ini
berkesempatan mendapatkan konsep sudah sering dijumpai bahkan dirasakan
matematika melalui pembelajaran yang secara langsung oleh peserta didik dalam
menggunakan permasalahan kontekstual kehidupan sehari-hari. Contoh relasi dalam
yang ada (Fitri, 2016). Pendekatan masalah kontekstual, antara lain anggota
pembelajaran ini memberikan ruang bagi keluarga, kegemaran, kepemilikan barang,
peserta didik untuk menemukan pemahaman dan lainnya. Mengingat bahwa dalam
matematika melalui kegiatan menyusun Pembelajaran Matematika Realistik, titik
model hingga menyelesaikan permasalahan awal pembelajaran dimulai dengan
melalui bimbingan guru. Oleh sebab itu, menggunakan konteks dari benda-benda
besarnya kontribusi yang diberikan peserta konkrit dalam menemukan serta
didik dalam pembelajaran ini menentukan membangun konsep matematika (Ningsih,
keberhasilan penerapan pendekatan 2014), maka dalam materi Relasi dan Fungsi
pembelajaran Pembelajaran Matematika digunakan konteks permasalahan nyata
Realistik. dengan bantuan “RESI” dalam pembelajaran
Selain itu, dalam Pembelajaran PMR. “RESI” merupakan alat pembelajaran
Matematika Realistik diperlukan lintasan yang terdiri dari gambar-gambar kontekstual
belajar sebagai desain pembelajaran yang yang dibuat secara sederhana, sehingga
mengatur seluruh alur aktivitas belajar. dapat membantu peserta didik lebih mudah
Lintasan belajar merupakan serangkaian alur memahami dan menemukan konsep relasi
pembelajaran yang didalamnya memuat serta fungsi. Keterkaitan antara materi dan
dugaan kemungkinan aktivitas peserta didik “RESI” dapat ditemukan pada penggunaan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir media tersebut yang dimana dalam
mereka sesuai dengan tujuan yang telah pengaplikasiannya memberikan gambaran
ditetapkan (Prahmana, 2017). Pembelajaran yang jelas atas suatu relasi atau hubungan
Matematika Realistik menjadi pendekatan yang dibentuk oleh dua buah himpunan.
yang memungkinkan adanya pengembangan Dengan demikian, konteks permasalahan
hipotesis lintasan belajar sebagai gambaran nyata berbantuan alat pembelajaran “RESI”
proses langkah pembelajaran yang tersusun dapat dijadikan sebagai sumber belajar oleh
secara sistematis sehingga diharapkan dapat peserta didik dalam mempelajari konsep
membantu siswa mengalami pembelajaran relasi dan fungsi.
yang bermakna. Sejalan dengan Liu (2020)
yang menyatakan bahwa hipotesis lintasan
34
Gavrilla Mei Sela Marande1, dan Hafsah Adha Diana : Design Research : Pengembangan Lintasan Belajar Dalam
Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 8 (1), pp: 31-46.

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 4 Mori


Utara, Kabupaten Morowali Utara tahun
ajaran 2021/2022 pada bulan November
hingga Desember 2021 dengan tahapan yang
digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. RESI
Atas dasar permasalahan diatas,
peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian pengembangan yang berjudul
“Design Research : Pengembangan Lintasan
Gambar 2. Tahapan penelitian
Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Realistik (PMR) untuk Meningkatkan Subjek penelitian ini adalah siswa
Kemampuan Pemecahan Masalah kelas VIII SMP Negeri 4 Mori Utara yang
Matematis”. Penelitian ini dilaksanakan berjumlah 12 orang. Instrumen yang
dengan tujuan untuk melihat bagaimana digunakan berupa hipotesis lintasan belajar
aktivitas penerapan Hipotesis Lintasan yang telah dirancang sebelumnya. Data
Belajar (HLB) pendekatan Pendiidikan dikumpulkan melalui observasi, perekam
Matematika Realistik terhadap proses suara dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS)
pembelajaran serta keefektifannya dalam yang telah dirancang untuk meningkatkan
meningkatkan kemampuan pemecahan kemampuan pemecahan masalah siswa.
masalah siswa. Adapun Pendekatan Selanjutnya, data dianalisis secara deskriptif
Pendidikan Matematika Realistik diterapkan berdasarkan hasil pengamatan pada proses
pada materi Relasi dan Fungsi kelas VIII pembelajaran. Proses analisis dilakukan
Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini dengan membandingkan hipotesis lintasan
dilakukan dengan harapan mampu menjadi belajar dan proses aktivitas pembelajaran
solusi terhadap permasalahan dalam proses yang berlangsung di dalam kelas. Seluruh
pembelajaran, khususnya meningkatkan data yang dikumpulkan baik melalui
kemampuan pemecahan masalah matematis observasi dan perekam suara ditulis ke
siswa pada materi Relasi dan Fungsi. dalam bentuk transkrip untuk dapat
memberikan gambaran keseluruhan terkait
METODE PENELITIAN
aktivitias pembelajaran di dalam kelas.
Penelitian ini merupakan penelitian
Kemudian, berdasarkan hasil analisis data
Design Research, yaitu penelitian yang
ditarik kesimpulan atas penelitian yang telah
berfokus pada pengembangan teori dan
dilakukan.
aktivitas pembelajaran (Gravemeijer, 2006).
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
tahapan yang dikemukakan Gravemeijer & Hasil penelitian menjelaskan secara
Cobb (2006), yaitu persiapan, penelitian di rinci bagaimana lintasan belajar yang terjadi
dalam kelas dan analisis retrospektif. dalam tahapan pembelajaran matematika
35
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 8 No. 1 Bulan Juni Tahun 2022

realistik pada materi relasi dan fungsi pada Adapun kegiatan penelitian
tiga pertemuan, yaitu sebagai berikut. dilaksanakan dalam dua kali uji coba,
tujuannya agar dapat menemukan teori baru
Tabel 1. Pertemuan Pembelajaran
dalam lintasan belajar yang sesuai dengan
Pertemuan Materi Aktivitas yang diharapkan. Pengujian pertama
Pembelajaran dilakukan pada 8 orang siswa, sedangkan
Pertemuan Konsep Menyatakan pada pengujian kedua dilakukan pada 4
1 relasi hubungan suatu orang siswa.
objek di Uji Coba Pertama
lingkungan
sekitar Pada uji coba pertama, ditemukan
Memahami bahwa HLB yang dirancang belum dapat
konsep relasi memberikan hasil yang maksimal. Pada
dalam pertemuan pertama, ditemukan kesalahan
kehidupan rancangan HLB khususnya pada hasil LAS
sehari-hari 1, yaitu siswa mengalami kesulitan untuk
Menyatakan menyimpulkan konsep relasi dan salah
relasi dalam dalam menyajikan relasi dengan diagram
bentuk diagram panah dan pasangan berurutan. Pada
panah, diagram aktivitas ini, siswa diminta untuk
kartesius, dan menuliskan pengelompokkan jenis hewan
pasangan yang mereka ketahui dari mata pelajaran
berurutan IPA. Materi pengelompokkan jenis hewan
Menyatakan sebenarnya sudah dipelajari oleh siswa sejak
domain, Sekolah Dasar dan pada dasarnya dapat
kodomain, dan dipahami oleh siswa. Namun, penggunaan
range suatu konteks ini dianggap terlalu sukar untuk
relasi. digunakan karena sudah melibatkan proses
Pertemuan Konsep Menyatakan berpikir yang abstrak, akibatnya siswa
2 fungsi suatu relasi kesulitan dalam memahami konsep relasi .
Menyelidiki Selain itu, terdapat kesalahan rancangan
ciri-ciri fungsi pada aktivitas menentukan domain,
Menyelidiki kodomain, dan range, dimana siswa
ciri-ciri mengalami kesulitan dalam memahami
korespondensi konsep domain, kodomain, dan range karena
satu-satu pemilihan contoh relasi yang terbentuk sejak
Pertemuan Notasi Menyelesaikan aktivitas awal tidak dapat memberikan
3 dan nilai permasalahan gambaran jelas akan bentuk relasi, sehingga
fungsi kontekstual pada aktivitas ini memerlukan sedikit
terkait nilai penjelasan materi dari guru. Kesalahan lain
fungsi yang ditemukan adalah siswa tidak dapat
mengingat dengan benar konsep himpunan.
Akibatnya, pada saat menulis anggota
himpunan sama yang berjumlah lebih dari
36
Gavrilla Mei Sela Marande1, dan Hafsah Adha Diana : Design Research : Pengembangan Lintasan Belajar Dalam
Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 8 (1), pp: 31-46.

satu, siswa menuliskannya secara berulang yang telah dirancang berdasarkan hasil uji
kali. coba pertama dan masukkan serta saran dari
para ahli.
Uji Coba Kedua
Adapun, lintasan belajar pada materi
Relasi dan Fungsi pada uji coba kedua
dideskripsikan sebagai berikut.
Pertemuan Pertama : Konsep Relasi,
Penyajian Relasi dan Konsep Domain,
Kodomain dan Range
Proses pembelajaran pertemuan
pertama dilakukan dengan tujuan untuk
siswa dapat memahami konsep relasi,
pernyajian relasi dan mampu menyatakan
domain, kodomain dan range dari sebuah
relasi. Aktivitas pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan konteks dari contoh
permasalahan yang terjadi di lingkungan
sehari-hari dan dihubungkan dengan ilmu
pengetahuan lainnya. Adapun dalam
Gambar 3. Kesalahan pada Hasil Kerja berlangsungnya aktivitas pembelajaran,
LAS Uji Coba Pertama digunakan “RESI” sebagai alat bantu yang
Pada pertemuan kedua, aktivitas menjembatani siswa untuk berpikir dari
yang dilakukan oleh siswa adalah matematika yang bersifat kontekstual
menemukan ciri-ciri fungsi dan menuju matematika abstrak. Oleh sebab itu,
korespondensi satu-satu berdasarkan contoh siswa diharapkan mampu menguasai konsep
relasi yang mereka temukan. Pada aktivitas dan penyajian relasi serta menyatakan
ini, siswa diminta untuk membuat relasi domain, kodomain, dan range daru suatu
berdasarkan nama, tanggal lahir, hoby dan relasi.
mata pelajaran favorit, kemudian Kegiatan pembelajaran pertemuan
menyatakannya ke dalam diagram panah. pertama diawali dengan proses mereview
Kesalahan yang diperoleh dalam hal ini kembali materi himpunan sebagai materi
adalah kurangnya pemahaman akan konsep prasyarat relasi dan fungsi. Dalam aktivitas
himpunan, dimana siswa menuliskan ini, siswa diminta untuk memberikan contoh
anggota himpunan yang sama sebanyak himpunan dengan cara menyebutkan serta
lebih dari satu. Sedangkan pada pertemuan memilih beberapa gambar dari “RESI” yang
ketiga, yaitu aktivitas menyelesaikan telah disediakan sebagai suatu contoh
permasalahan kontekstual terkait nilai himpunan. Namun, dalam aktivitas ini,
fungsi, tidak ditemukan kesalahan baik pada siswa masing-masing siswa juga diminta
rancangan HLB maupun hasil LAS. Oleh untuk memberikan contoh beserta cara
sebab itu, peneliti melakukan revisi kembali penulisan himpunan dari objek yang ada di
terhadap Hipotesis Lintasan Belajar (HLB) lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan
37
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 8 No. 1 Bulan Juni Tahun 2022

dugaan guru, siswa dapat menjelaskan


pengertian himpunan dan mampu
memberikan contoh himpunan dari benda-
benda yang ada di sekitar mereka.
Selanjutnya, guru membagikan LAS 1
(Lembar Aktivitas Siswa 1) dan menjelaskan
petunjuk pengisian LAS 1 serta tujuan
aktivitas yang akan dilaksanakan.
Guru : “Kalian pasti sudah pernah belajar
pengelompokkan jenis hewan
berdasarkan jenis makanan di
pelajaran IPA, kan?”
Siswa : “Sudah bu ”.
Guru : “Ada berapa pengelompokkan
jenis hewan berdasarkan jenis
makanan?”
Siswa : “Ada tiga bu… Ada Omnivora, ada
Herbivora, ada Karnivora”
Gambar 4. Kegiatan Pengelompokan
Guru : “Apa itu herbivora? Coba sebutkan
Hewan
contohnya.”
Siswa : “Herbivora itu hewan pemakan Berdasarkan hasil percakapan
tumbuhan. tersebut sesuai dengan dugaan guru bahwa
Siswa1 : “Contohnya ada sapi, kambing..” siswa dapat mengingat serta membedakan
Guru : “Kalau karnivora dan omnivora hewan yang termasuk ke dalam golongan
bagaimana? (Apa itu karnivora dan herbivora, karnivora, dan omnivora.
omnivora?) Selanjutnya, guru menyediakan sebuah
Siswa : “Kalau karnivora itu hewan yang kertas berisi beberapa gambar hewan, dan
pemakan daging sedangkan meminta siswa untuk menggunting kertas
omnivora hewan pemakan tersebut menjadi potongan masing-masing
segalanya..daging dan tumbuhan” hewan yang kemudian ditempelkan ke
Guru : “Contoh karnivora dan omnivora dalam tabel pada LAS 1 yang telah
apa?” disediakan. Aktivitas ini bertujuan untuk
Siswa : “Karnivora itu kayak kucing, menumbuhkan keaktifan dan motivasi siswa
singa, harimau. Kalo omnivora itu dalam pembelajaran sehingga dapat
monyet…ayam juga (siswa 2).” menciptakan pembelajaran yang kondusif
dan menyenangkan. Pada kesempatan ini,
guru mencoba bertanya terkait potongan
gambar hewan dengan tujuan memastikan
kembali apakah mereka dapat
mengelompokan hewan tersebut
berdasarkan jenis makanannya.

38
Gavrilla Mei Sela Marande1, dan Hafsah Adha Diana : Design Research : Pengembangan Lintasan Belajar Dalam
Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 8 (1), pp: 31-46.

Guru : “Coba sekarang perhatikan tabel Pada akhir kegiatan 1, guru


dan gambar-gambar yang kalian mengarahkan siswa untuk secara bersama-
buat. Apa yang kalian dapatkan? sama membuat kesimpulan mengenai relasi.
Ada berapa himpunan yang Kegiatan dilanjutkan dengan menyatakan
terbentuk?” penyajian relasi (diagram panah, diagram
Siswa1 : “Ada tiga ya bu? Himpunan hewan kartesius, dan pasangan berurutan)
herbivora, hewan karnivora dan berdasarkan pengelompokkan hewan pada
hewan omnivora.” kegiatan 1. Guru meminta siswa untuk
Guru : “Coba sebutkan masing-masing menyatakan relasi berdasarkan hasil yang
anggotanya.” mereka peroleh pada kegiatan 1 dengan
Siswa : “Untuk yang herbivore ada sapi, menanyakan kembali himpunan yang
kelinci, rusa. Yang karnivora itu ada terbentuk berdasarkan pembagian tabel,
harimau dan singa. Trus, yang yaitu hewan dan jenis makanan, yang
omnivora ada ayam, babi dan selanjutnya hasil kegiatan 2 ditunjukkan
monyet.” pada Gambar 5. Berdasarkan kegiatan 2,
Guru : “Nah..kira-kira apa hubungan dari dapat disimpulkan bahwa siswa mampu
tabel yang sudah kalian buat?” menyatakan relasi ke dalam tiga bentuk,
Siswa2 : “Hubungannya……hewan dan yaitu diagram panah, diagram kartesius, dan
jenis makanannya? (dengan nada pasangan berurutan.
ragu-ragu)”
Pada kegiatan ini, guru membimbing
siswa untuk mengidentifikasi hal-hal yang
diketahui untuk dapat menjawab pertanyaan.
Tujuannya adalah untuk memastikan serta
memperkuat pemahaman siswa mengenai
relasi.
Guru : “Dari apa yang sudah kalian buat,
apa itu relasi?”
Siswa : “Relasi itu adalah hubungan ya
bu?
Guru : “Iya, hubungan apa?”
Siswa2 : “Hubungan antara himpunan
pertama dan himpunan kedua.”
Percakapan diatas menunjukkan
bahwa melalui kegiatan menentukkan
pengelompokkan hewan berdasarkan jenis
makanan, siswa mampu memahami konsep
relasi walaupun terlihat bahwa siswa masih
ragu-ragu untuk menyatakan pendapatnya
mengenai pengertian relasi. Aktivitas
pembelajaranpun menunjukkan sikap dan Gambar 5. Hasil Kegiatan 2
respon yang positif dari siswa.

39
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 8 No. 1 Bulan Juni Tahun 2022

Selanjutnya, pada kegiatan 3 siswa Siswa1 : “Karena kan asalnya.”


dituntun untuk memahami domain, Guru : “Kalau daerah kawan?”
kodomain dan range yang dideskripsikan Siswa1 : “Himpunan kedua karena
pada percakapan berikut. temannya himpunan pertama”
Guru : “Sekarang, coba perhatikan lagi Guru : “Terus daerah hasil yang mana?”
relasi yang terbentuk pada diagram Siswa1 : “Daerah hasilnya itu…(terdiam
panah, apa himpunan pertamanya sejenak) oh yang ada pasangannya
dan apa himpunan keduanya?” bu.”
Siswa : (Sambil melihat kembali diagram Setelah siswa mampu menentukan
panah pada kegiatan 2) “Himpunan daerah asal, daerah kawan dan daerah hasil,
pertamanya itu hewan dan himpunan guru meminta siswa untuk menyimpulkan
keduanya jenis makanan bu.” apa yang mereka ketahui mengenai domain,
Guru : “Ya.. Jadi dalam relasi, kita harus kodomain dan range. Kemudian siswa
mengenal yang namanya daerah dituntun untuk dapat menyelesaikan soal
asal, daerah kawan, dan daerah pada Lembar Aktivitas Siswa 1 dan
hasil. Nah..kira-kira berdasarkan mempresentasikan hasil pengerjaan LAS
diagram panah tersebut yang yang mereka peroleh.
manakah yang dikatakan sebagai
daerah asal, daerah kawan, dan
daerah hasil?”
Siswa : (Terdiam)
Guru : “Ada yang tahu? Coba kita kaji
sama-sama kata-nya. Apa arti dari
kata daerah?”
Siswa3 : “Daerah itu tempat bu”
Guru : “Ya..tempat. Yang namanya suatu
tempat, contohnya taliwan atau
sekolah ini, dipasang pagar kan?
Apa artinya dipasang pagar?”
Siswa : “Pembatas”
Guru : “Betul sekali, ada batas. Nah kalo Gambar 6. Hasil Jawaban Siswa
kita kaji lagi kata asal, kawan, dan
hasil?” Pertemuan Kedua : Konsep Fungsi, Ciri-ciri
Siswa : “Kalau asal ya asal bu… kawan itu Fungsi dan Korespondensi Satu-satu
teman. Terus hasil itu apa yang Kegiatan pembelajaran pada
diperoleh.” pertemuan kedua dilakukan dengan tujuan
Guru : “Berarti apa itu daerah asal, siswa mampu memahami konsep dasar dan
daerah kawan dan daerah hasil? ciri-ciri suatu fungsi serta menyatakan syarat
Coba liat kembali diagram korespondesi satu-satu. Aktivitas
panahnya. Kira-kira daerah asal pembelajaran yang dilakukan tidak terlepas
yang mana?” dari konteks yang digunakan pada
Siswa1 : “Yang himpunan pertama ya bu? pertemuan awal, yaitu masalah kontekstual
(terdengar ragu-ragu)” yang ada di sekitar lingkungan siswa. Dalam
Guru : “Kenapa himpunan pertama?”
40 hal ini, guru menggunakan masalah
Gavrilla Mei Sela Marande1, dan Hafsah Adha Diana : Design Research : Pengembangan Lintasan Belajar Dalam
Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 8 (1), pp: 31-46.

kontekstual, yaitu : Kegiatan 1 pikiran siswa dapat terarah dengan baik


menggunakan masalah hubungan antara dalam memahami konsep dan ciri-ciri
antara nama, tanggal lahir, hoby serta mata fungsi.
pelajaran yang disukai, sedangkan Kegiatan
2 menggunakan konteks negara-negara Asia
Tenggara yang diambil dari mata pelajaran
PKn.
Pada kegiatan 1, siswa diarahkan
untuk menuliskan nama, tanggal lahir, hoby
dan mata pelajaran yang disukai pada
Lembar Aktivitas Siswa 2 sebagai langkah
awal dalam memahami konsep fungsi.
Berikutnya, siswa diminta untuk
menyatakan relasi ke dalam bentuk diagram
panah. Tujuannya adalah agar siswa Gambar 7. Hasil Aktivitas Pertemuan 2
memperoleh gambaran yang lebih jelas
mengenai bentuk suatu fungsi. Terlihat satu Setelah memahami fungsi, aktivitas
kesalahan yang dilakukan oleh siswa ketika pembelajaran dilanjutkan dengan
membuat diagram panah dari relasi ketiga memahami kosepondesi satu-satu.
yaitu terdapat anggota himpunan kedua yang Penggunaan konteks negara-negara Asia
ditulis secara berulang. Dan ketika guru Tenggara menjadi salah satu contoh yang
menanyakan hal tersebut, siswa mengatakan dapat digunakan dalam pendekatan
mereka tidak mengingat materi himpunan pembelajaran PMR. Aktivitas kegiatan 2
yang telah diajarkan sebelumnya. dimulai dengan meminta siswa untuk
menuliskan serta menyatakan relasi dari 5
Selanjutnya, guru meminta siswa negara dan ibu kotanya kedalam diagram
untuk mengamati hubungan yang terbentuk panah pada Lembar Aktivitas 2 yang
dari ketiga relasi (diagram panah). Hasil disediakan. Selanjutnya, guru membagikan
kegitan ini menujukkan adanya proses sebuah kertas yang berisikan gambar
diskusi antarsiswa dalam menemukan bendera-bendera negara Asia Tenggara yang
perbedaan ataupun persamaan pada ketiga kemudian digunting oleh siswa dan
relasi tersebut. Namun, pada awalnya siswa mengarahkan siswa untuk memilih bendera-
kesulitan saat mencari perbedaan atau bendera berdasarkan 5 negara yang telah
persamaan pada ketiga relasi sehingga hal mereka tuliskan di awal kegiatan. Dalam
itu berdampak pada penarikan kesimpulan kegiatan ini, terlihat bahwa siswa berdiskusi
dari pengertian fungsi yang mereka pahami untuk memilih negara beserta ibu kota yang
sehingga siswa membutuhkan bimbingan mereka ketahui dan saling bekerja sama
yang lebih dari guru. Dalam hal ini, guru untuk menyelesaikan tugas mereka. Adapun
mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi proses untuk memahami korespondensi
anggota setiap himpunan serta bentuk dari satu-satu dijelaskan berdasarkan percakapan
ketiga relasi (diagram panah) yang terbentuk di dalam kelas berikut ini.
dan selanjutnya membimbing siswa untuk
mengetahui setiap pasangan anggota Guru : “Sekarang, perhatikan kedua
himpunan dari masing-masing relasi agar relasi, yaitu negara dan ibukota, dan
41
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 8 No. 1 Bulan Juni Tahun 2022

negara dan bendera. Jadi, dalam


suatu relasi, ada yang dinamakan
dengan korespondensi satu-satu.
Nah, dari bentuk kedua relasi
tersebut, apa yang dapat kalian
simpulkan tentang korespondensi
satu-satu?”
Siswa2 : “Kalo dari bentuknya, anggota
himpunan satu sama jumlahnya
dengan anggota himpunan dua bu.”
Guru : “Ya. Itu satu. Ada yang punya
pendapat lain?”
Siswa3 : “Hmm… anggotanya punya
pasangan masing-masing bu.”
Guru : “Anggotanya punya pasangan
masing? Maksudnya bagaimana?”
Siswa3 : “Kayak Indonesia pasangannya
Jakarta, Malaysia pasangannya
Kuala Lumpur, Filipina
pasangannya Manila. Semuanya ada
bu.”
Guru : “Ya, betulnya. Jadi, anggota kedua Gambar 8. Korespondensi Satu-satu
himpunan baik itu pada relasi satu Pertemuan Ketiga : Notasi dan Nilai Fungsi
dan relasi dua itu masing-masing Dalam aktivitas pertemuan ketiga,
memiliki pasangan yang tepat satu. guru menyajikan permasalahan yang sesuai
Berarti apa itu korespondensi satu- dengan tujuan pembelajaran yang akan
satu? dilaksanakan, yaitu memahami penulisan
Siswa : “Korespondensi satu-satu itu, serta mengetahui cara menentukan nilai
anggota himpunan pertama punya fungsi. Permasalahan yang ada disajikan ke
tepat satu pasangan dengan dalam bentuk soal yang dimodifikasi
anggota himpunan kedua.” memiliki dua cara penyelesaian, yaitu (1)
Berdasarkan percakapan tersebut, dengan menggunakan tabel berbantuan uang
dapat disimpulkan bahwa siswa mampu mainan Rp.50.000, dan (2) menggunakan
memahami syarat sebuah relasi dapat rumus fungsi. Hal ini dilakukan untuk
dikatakan sebagai korespondensi satu-satu. memudahkan siswa memahami penggunaan
notasi fungsi serta menjembatani proses
berpikir siswa dari matematika yang bersifat
kontekstual pada matematika abstrak.
Sebagai langkah awal dari aktivitas
pembelajaran, guru meminta siswa untuk
membaca petunjuk serta materi mengenai
penulisan notasi fungsi yang sudah
dicantumkan pada Lembar Aktivitas Siswa
3. Aktivitas ini dilakukan untuk memberikan
42
Gavrilla Mei Sela Marande1, dan Hafsah Adha Diana : Design Research : Pengembangan Lintasan Belajar Dalam
Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 8 (1), pp: 31-46.

informasi tentang penulisan notasi fungsi


sehingga dapat mengantisipasi kesalahan
ketika siswa menyelesaikan soal saat
menggunakan rumus fungsi.
Proses penyelesaian soal
permasalahan dilakukan dengan
menggunakan alat bantu uang mainan
Rp.50.000 dengan tujuan agar siswa dapat
memahami proses penyelesaian masalah
yang ada. Guru memberikan beberapa
lembar uang Rp.50.000 kepada siswa dan
meminta siswa untuk memperagakan
kegiatan menabung sesuai dengan yang
tertulis pada soal. Ketika siswa
menyelesaikan permasalahan pada soal
menggunakan uang mainan, guru
melanjutkan aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan rumus fungsi, yang
percakapannya dideskripsikan sebagai
berikut.
Guru : “Berdasarkan soal yang ada,
berarti disini kita harus memisalkan
x dan f(x) dengan apa? ” Gambar 9. Hasil Jawaban Penyelesaian
Siswa : “x itu lama menabung, kalo f(x) Masalah
jumlah tabungannya bu.”
Guru : “Terus, bagaimana dengan rumus Selanjutnya, guru meminta siswa
fungsinya?” untuk menyelesaikan soal pemecahan
Siswa : “(Setelah berdiskusi beberapa masalah pada LAS 3. Berikut ini adalah hasil
detik)… rumus fungsinya itu 50.000 jawaban yang dikerjakan oleh siswa :
kali x bu.”

Berdasarkan percakapan tersebut,


terlihat bahwa siswa mampu mengolah
pemikiran mereka dalam menemukan rumus
fungsi berdasarkan soal yang ada. Siswa
juga mampu menyelesaikan masalah
berdasarkan hasil diskusi yang mereka
lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan konteks soal tabungan yang
menggunakan bantuan uang mainan
Rp.50.000 dapat membuka wawasan siswa
untuk menyelesaikan soal pemecahan
masalah yang berkaitan dengan fungsi.
43
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 8 No. 1 Bulan Juni Tahun 2022

diarahkan pada proses mengelompokkan


hewan berdasarkan jenis makanan. Ini
menunjukkan bahwa penggunaan masalah
pengelompokkan hewan menjadi bagian dari
karakteristik Pembelajaran Matematika
Realistik, yaitu penggunaan konteks serta
adanya keterkaitan antara konteks dan
materi yang digunakan. Selanjutnya,
masalah yang digunakan dimodelkan
melalui penggunaan “RESI” untuk
memberikan pemahaman konsep yang lebih
jelas bagi siswa. Selain itu, aktivitas
menggunting dan menempelkan gambar
hewan menunjukkan adanya kontribusi
siswa dalam menemukan konsep relasi.
Seluruh proses aktivitas pembelajaranpun
tidak terlepas dari interaksi antara guru
dengan siswa dan interaksi antarsiswa.
Pada lintasan belajar dalam
Gambar 10. Hasil Jawaban Soal
memahami konsep fungsi, penggunaan
Pemecahan Masalah
konteks yang digunakan secara langsung
Berdasarkan hasil ujicoba kedua, berkaitan dengan kehidupannya, yaitu
dapat disimpulkan bahwa hipotesis lintasan membuat relasi berdasarkan nama, tanggal
belajar yang telah direvisi sudah sesuai lahir, hobi, dan mata pelajaran favorit.
dengan tujuan pembelajaran yang Selanjutnya, siswa diminta untuk
diharapkan. Adapun aktivitas belajar yang menyatakan relasi kedalam diagram panah
direvisi pada hipotesis lintasan belajar dan menyelidiki setiap perbedaan maupun
adalah (1) Adanya aktivitas review konsep persamaan terhadap relasi yang terbentuk.
himpunan dengan menyebutkan contoh Ini merupakan proses penggunaan model
himpunan sebanyak-banyaknya, disertai matematisasi dimana siswa diarahkan untuk
dengan penulisan himpunan, dan (2) memahami ciri-ciri fungsi berdasarkan
Pemilihan contoh relasi yang akan diagram panah dari relasi yang mereka
digunakan pada aktivitas memahami konsep temukan. Selain itu, aktivitas ini melibatkan
relasi. interaksi serta kontribusi siswa dalam
menemukan konsep fungsi. Hal yang
Hipotesis lintasan belajar yang telah
samapun terjadi dalam proses memahami
dirancang secara keseluruhan tidak
konsep korespondensi satu-satu yang dalam
menunjukkan adanya kendala yang cukup
aktivitasnya menggunakan masalah Asia
besar untuk dihadapi. Siswa mampu
Tenggara.
memahami serta mengaplikasikan konsep
relasi dan fungsi dalam menyelesaikan soal Pada lintasan belajar pertemuan tiga,
permasalahan yang diberikan. Berdasarkan penggunaan konteks yang digunakan adalah
hasil lintasan belajar dalam menemukan soal permasalahan nyata yang didalamnya
konsep relasi, aktivitas pembelajaran melibatkan penggunaan uang mainan
44
Gavrilla Mei Sela Marande1, dan Hafsah Adha Diana : Design Research : Pengembangan Lintasan Belajar Dalam
Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 8 (1), pp: 31-46.

Rp.50.000. Aktivitas yang dilakukan adalah Berdasarkan hasil tersebut, lintasan


siswa diberikan soal pemecahan masalah belajar yang dirancang untuk meningkatkan
dan kemudian diminta untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah pada sudah
informasi apa saja yang terdapat pada soal. sesuai dengan karakteristik dari
Aktivitas ini menunjukkan adanya proses Pembelajaran Matematika Realistik, yaitu
interaksi baik antarsiswa serta siswa dengan melibatkan penggunaan konteks, pemodelan
guru. Siswa selanjutnya diminta untuk matematisasi, kontribusi siswa, interaksi,
memperagakan kegiatan menabung sesuai serta adanya keterkaitan antara konteks dan
dengan soal yang ditanyakan. Aktivitas ini materi. Proses pembelajaran yang
merupakan karakteristik kontribusi serta menggunakan permasalahan kontekstual
konstruksi siswa dari Pembelajaran mendorong siswa untuk berpikir secara aktif
Matematika Realistik. Selain itu, dalam sehingga siswa mendapatkan pemahaman
proses penyelesaian masalah, diperoleh yang nyata terkait konsep relasi dan fungsi.
proses pemodelan matematisasi yaitu Selain itu, dengan bantuan “RESI”, siswa
dengan memisalkan x sebagai lamanya mampu menemukan gambaran lebih jelas
menabung dan f(x) sebagai jumlah terkait konsep relasi dan fungsi. Proses
tabungan. Penggunaan uang mainan aktivitas belajar yang terjadi berlangsung
Rp.50.000 membantu siswa untuk dengan positif karena melibatkan partisipasi
memahami konsep soal serta menemukan aktif siswa sehingga mampu meningkatkan
langkah solusi penyelesaian masalah. motivasi siswa dalam belajar. Interaksi
antara guru dengan siswa dan siswa dengan
SIMPULAN
siswapun menciptakan suasana belajar yang
Berdasarkan hasil penelitian di atas, kondusif dan menyenangkan. Dengan
maka dapat disimpulkan bahwa lintasan demikian, lintasan belajar yang diperoleh
belajar pada materi Relasi dan Fungsi diharapkan mampu mengatasi permasalahan
dengan pendekatan PMR yang dirancang khususnya dalam materi relasi dan fungsi di
untuk meningkatkan kemampuan kelas VIII.
pemecahan masalah matematis dapat
DAFTAR PUSTAKA
diterapkan dalam proses pembelajaran.
Branca, N. A. (1980). Problem Solvong as
Lintasan belajar yang dihasilkan berupa alur Goal, Process, and Basic Skills. In
kegiatan serta aktivitas yang dilakukan siswa Problem Solving in School
di kelas guna mencapai tujuan pembelajaran Mathematics : 1980 Yearbook edited by
yang sudah ditetapkan sebelumnya. S. Krulik and R.E. Eyes. Reston, VA:
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam NCTM.
tiga pertemuan, yaitu 1) pertemuan pertama Fitri, Y. (2016). Model Pembelajaran
Matematika Realistik. Theorems, 1(2),
bertujuan supaya siswa dapat mengetahui
185–195.
konsep dan penyajian relasi serta Freudenthal, H. (2002). revisiting
menentukan domain, kodomain dan range, Mathematics Education : China
2) pertemuan kedua bertujuan agar siswa Lectures. New York: Kluwer
dapat memahami konsep relasi dan Academic Publishers.
korespondensi satu-satu, dan 3) pertemuan Gravemeijer, K., & Cobb, P. (2006). Design
ketiga bertujuan agar supaya siswa mampu research from a learning design
mengetahui notasi serta mencari nilai fungsi. perspective. In J. Akker, K..
Harahap, H. M., & Lubis, R. (2019).

45
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 8 No. 1 Bulan Juni Tahun 2022

Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Princeton, New Jersey: Princeton


Matematika Realistik (PMR) Terhadap University Press,.
Kemampuan Pemecahan Masalah Rahmani, W., & Widyasari, N. (2018).
Matematis Siswa SMP Negeri 7 Meningkatkan Kemampuan
Padangsidimpuan. JURNAL MathEdu Pemecahan Masalah Matematis Siswa
(Mathematic Education Journal), 2(2), Melalui Media Tangram. Fibonacci :
105–113. Jurnal Pendidikan Matematika Dan
Kai Kow Joseph Yeo. (2009). Secondary 2 Matematika, 4(1), 17–24.
Students’ Difficulties in Solving Non- Tambunan, S. J., Sitinjak, D. S., & Tamba,
Routine Problems. International K. P. (2019). Kemampuan Pemecahan
Journal for mathematics teaching and Masalah Matematis Siswa Kelas Xi Ips
learning. Pada Materi Peluang. JOHME: Journal
Kemendikbud. (2014). Permendikbud of Holistic Mathematics Education,
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang 2(2), 119–130.
Kurikulum 2013 SMP/MTs. Ulya, A. L., & Agustyarini, Y. (2020).
Kemendikbud. Pengaruh Pendekatan Pendidikan
Lestary, S. I., Ahmad, M., & Lubis, R. Matematika Realistik Terhadap
(2020). Upaya peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
kemamapuan pemecahan masalah Siswa Kelas V Pada Materi Bangun
matematika siswa di sekolah menengah Ruang. Atthiflah: Journal of Early
pertama melalui pendekatan Childhood Islamic Education, 7(2), 21–
pembelajaran matematika realistik. 33.
JURNAL MathEdu (Mathematic Wandanu, R. H., Mujib, A., & Firmansyah.
Education Journal), 3(3), 99–109. (2020). Hypothetical Learning
Liu, A. (2020). Hipotesis Lintasan Belajar Trajectory al Learning Tr jectory
Matematika Siswa Dengan Pendekatan Berbasis Pendidikan Matematika
Pendidikan Matematika Realistik Realistik Untuk Berbasis Pendidikan
Indonesia ( PMRI ) pada Siswa Kelas Matematika Realistik Untuk
VII SMP Negeri Maubeli Tahun Ajaran Mengembangkan Kemampuan
2019 / 2020. MATH-EDU: Jurnal Ilmu Pemecahan Masalah Matematis Siswa.
Pendidikan Matematika, 4, 9–15. Jurnal MathEducation Nusantara,
Ningsih, S. (2014). Realistic Mathematics 3(2), 8–16.
Education: Model Alternatif Yurnalis, & Rahmi, R. G. (2017). Pengaruh
Pembelajaran Matematika Sekolah. Pendekatan Pembelajaran Matematika
JPM IAIN Antasari, 01(2), 73–94. Realistik (Pmr) Terhadap Kemampuan
Permendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Kelas XI. UNES Journal of Education,
Tahun 2016 Tentang Standar Proses 1(4), 311–322.
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Polya, G. (1973). How To Solve It (Second).

46

Anda mungkin juga menyukai