Anda di halaman 1dari 19

PROBLEMATIKA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Tugas Problematika Pendidikan Matematika

Dosen: Dr. Armiati, M.Pd.

Oleh
Azizah Saswandila 19029075

Program Studi Pendidikan Matematika


Departemen Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang
2022
PROBLEMATIKA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

1. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah


Beberapa ahli telah mengemukakan pendapat mengenai definisi kemampuen pemecahan
masalah. Polya (1973) mengartikan problem solving sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu
kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat dicapai. Sependapat
dengan ini, National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) mendefinisikan, “Problem
solving means engaging in a task for which the solution method is not known in advance” (NCTM,
2000). Branca dalam Angkotasan (2013) mengemukakan kemampuan pemecahan masalah sebagai
berikut:
a. kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan (goal) umum pengajaran matematika,
bahkan sebagai jantungnya matematika,
b. pemecahan masalah meliputi metode, prosedur, dan strategi merupakan proses (process)
inti dan utama dalam kurikulum matematika;
c. pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar (basic skill) dalam belajar matematika.
2. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Polya (1973) menguraikan secara rinci empat langkah fase pemecahan masalah, keempat
langkah itu sebagai berikut.
a. Memahami masalah
Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu
menyelesaikan masalah dengan benar.
b. Merencanakan penyelesaian
Kemampuan untuk merencanakan penyelesaian masalah ini sangat tergantung pada
pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah.
c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana
Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak,
selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling
tepat.
d. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan
Melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari fase pertama sampai fase
ketiga. Dengan cara ini maka berbagai kesalahan yang tidak perlu dapat terkoreksi kembali
sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang
diberikan.
Sedangkan, NCTM (2000) merumuskan indikator kemampuan pemecahan masalah sebagai
berikut.
a) build new mathematical knowledge through problem solving; b) solve problems that arise
in mathematics and in other contexts; c) apply and adapt a variety of appropriate strategies
to solve problems; d) monitor and reflect on the process of mathematical problem solving.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga mendukung pentingnya kemampuan pemecahan masalah
ini pada pembelajaran matematika. Hal ini terlihat pada Permendikbud no. 58 tahun 2014 Lampiran
III yang mengatur tentang tujuan pembelajaran matematika untuk tingkat SMP salah satunya adalah
kemampuan menggunakan pemecahan masalah pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik
dalam penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada pada pemecahan masalah dalam
konteks matematika maupun di luar matematika (kehidupan nyata, ilmu, dan teknologi)vyang
meliputi kemampuan memahami masalah, membangun model matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh termasuk dalam rangka memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk tingkat SMA, salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam Permendikbud no. 58
tahun 2014 Lampiran III juga mencakup kemampuan pemecahan masalah. Indikator pemecahan
masalah menurut peraturan ini adalah memahami masalah, mengorganisasi data dan memilih
informasi yang relevan dalam mengidentifikasi masalah, menyajikan suatu rumusan masalah
secara matematis dalam berbagai bentuk, memilih pendekatan dan strategi yang tepat untuk
memecahkan masalah menggunakan atau mengembangkan strategi pemecahan masalah,
menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh untuk memecahkan masalah, serta menyelesaikan
masalah.
3. Hasil Penelitian Terdahulu Mengenai Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
a. Penelitian yang dilakukan oleh Davita dan Pujiastuti (2020) yang berjudul “Analisis
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Gender” merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif. Dengan subjek peserta didik kelas XII SMA Negeri 1 Wanasalam
diperoleh hasil bahwa pemecahan masalah matematika peserta didik perempuan lebih
tinggi daripada peserta didik laki-laki.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Akbar, Hamid, dan Sugandi (2018) yang berjudul “Analisis
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis Siswa Kelas XI SMA Putra
Juang dalam Materi Peluang” merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasilnya adalah
pencapaian pemecahan masalah belum tercapau sepenuhya serta kemampuan disposisi
siswa yang tergolong rendah.
c. Penetilian yang dilakukan oleh Nugraha dan Zanthy (2019) yang berjudul “Analisis
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA pada Materi Sistem Persamaan Linear”
merupakan penelitian relevan yang juga menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil
dari penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas X MIA
di SMA Sumur Bandung berada pada kualifikasi rendah. Kesalahan yang cukup siginifikan
terjadi pada tahap menyelesaikan serta memeriksa kembali hasil jawaban. Sikap kurang
teliti serta kurang fokusnya siswa perlu diperhatikan, karena pada tahap memeriksa
kembali proses serta jawaban sangat penting untuk menghindari kekeliruan atau kesalahan
pada hasil jawaban yang diperoleh.
d. Penelitian relevan selanjutnya berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas IX SMPN 2
Lubuk Alung”. Penelitian ini dilakukan oleh Nora dan Dwina (2019) dengan rancangan
penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu, Hasilnya adalah kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik yang belajar menggunakan model
pembelajaran Learning Cycle 5E lebihnbaik daripadankemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik yang belajar dengan pembelajaran konvensional di kelas IX SMPN
2 Lubuk Alung.
e. Hasna, Handayani, dan Hima (2022) melakukan penelitian yang relevan dengan judul
“Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Polya Pada Materi Transformasi Geometri”.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek pada penelitian ini
adalah tiga siswa kelas XI BDP 1 SMK Negeri 2 Kota Kediri tahun pelajaran 2020/2021
Hasilnya adalah secara keseluruhan terlihat bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan
masalah Polya pada materi transformasi geometri dalam kategori baik.
f. Penelitian yang dilakukan oleh Yunis dan Fauzan (2019) dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik dengan Strategi REACT” juga
termasuk penelitian relevan. Jenis penelitian ini adalah studi literatur. Hasil dari penelitian
ini adalah Strategi REACT diindikasikan secara umum dapat meningkatkan keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Penerapan langkah-langkah strategi REACT
akan memudahkan peserta didik memahami konsep dengan baik, berdiskusi dan
bekerjasama dalam kelompok, menerapkan konsep yang telah dipelajari ke dalam
kehidupan sehari-hari juga mampu mentransfer konsep yang telah dipelajari ke dalam
konteks baru yang lebih tinggi tingkatannya. Hal ini akan menguatkan pemahaman peserta
didik terhadap konsep-konsep materi yang dipelajari sehingga peserta didik mampu
menyelesaikan soal berupa pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun soal
dengan konteks yang lebih tinggi. Berdasarkan uraian yang telah dibahas sebelumnya,
secara teoritis strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik.
g. Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Syafrinaldo dan Elniati (2019). Penelitian ini
berjudul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik dalam Menyelesaikan
Soal Tipe Open-Ended Pada Kelas XI MIPA SMAN 1 Kota Solok”. Rancangan penelitian
ini adalah gabungan deskriptif dan one-group pretest-post-test. Hasil dari penelitian ini
adalah 1) Kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas XI MIPA 5 SMAN 1 Kota
Solok yang telah di latih dengan menggunakan soal kemampuan pemecahan masalah tipe
Open-ended dalam pembelajaran, mengalami perubahan kearah lebih baik dibandingkan
sebelumnya; 2) Penerapan pembelajaran dengan menggunakan soal Open-ended
membantu peserta didik dalam berperan aktif selama kegiatan pembelajaran karena dapat
memberikan membantu peserta didik lebih terbuka dalam mengembangkan berbagai
jawaban dalam menyelesaikan masalah.
h. Mehlaba dan Mudaly (2022) melakukan penelitian mengenai eksplorasi hubungan antara
kesadaran (commognition) dan teori Van Hiele untuk meneliti wacana pemecahan masalah
dalam geometri Euclid. Hasil penelitian ini adalah kemajuan dalam tingkat pemikiran
geometris Van Hiele tergantung terutama pada partisipasi wacana dari guru preservice
ketika memecahkan masalah geometri. Secara khusus, wacana eksploratif diperlukan
untuk pengembangan empat tingkat pemikiran geometris ini dibandingkan dengan
partisipasi wacana ritualistik.
i. Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Alabdulaziz (2022) dengan judul “The effect
of using PDEODE teaching strategy supported by the e-learning environment in teaching
mathematics for developing the conceptual understanding and problem-solving skills
among primary stage students”. Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuasi. Hasil
penelitian ini adalah pertama, ada signifikan secara statistik perbedaan pada tingkat
signifikansi 0,05 antara nilai rata-rata siswa dalam keduanya kelompok: eksperimental dan
kontrol dalam tes pemahaman konseptual yang mendukung siswa kelompok eksperimen.
Kedua, ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 0,05 antara
nilai rata-rata siswa dalam dua kelompok: eksperimental dan kontrol dalam tes
keterampilan pemecahan masalah berpihak pada siswa kelompok eksperimen. Ketiga, ada
korelasi positif antara skor siswa kelompok eksperimen dalam tes pemahaman konseptual,
dan skor mereka dalam tes keterampilan pemecahan masalah dalam matematika.
j. Son, Darhim, dan Fatimah (2020) juga melakukan penelitian yang relevan dengan judul
“Students’ Mathematical Problem-Solving Ability Based on Teaching Models Intervention
and Cognitive Style”. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi. Hasilnya
adalah erdapat efekinteraksi model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap KPMM
siswa, serta adanya perbedaan secara signifikan KPMM siswa yang belajar melalui
model CORE PMR, model CORE, dan model Konvensional. Berdasarkan gaya kognitif,
antara siswa yang belajar melalui model CORE PMR, model CORE, dan model
Konvensional ditemukan bahwatidak terdapat perbedaan secara signifikan KPMM antara
siswa FI. Selanjutnya, terdapat perbedaan secara signifikan KPMM antara siswa FD dan
KPMM siswa FI lebih baik dari KPMM siswa FD. Oleh karena itu, model pembelajaran
dan gaya kognitif siswa sangat penting untuk dipertimbangkan dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat memecahkan masalah matematika.
4. Fakta di Lapangan mengenai Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Untuk mengetahui fakta di lapangan mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis,
dilakukan tes kepada peserta didik Kelas XI MIPA 2 SMA Pembangunan Laboratorium UNP.
Instrumen yang digunakan adalah tes yang disusun berdasarkan indikator pemecahan masalah
menurut Polya (1973). Soal tes terdiri dari empat butir soal berbentuk essai. Ada pun soal tesnya
sebagai berikut,
Soal Tes Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Indikator Pemecahan Masalah
No Soal Indikator
Pemecahan
Masalah
1. Seorang pendaki sedang berada pada posisi koordinat (𝑎, −𝑏), Memahami
kemudian ia bergerak ke arah kiri sebanyak 2𝑎 langkah dan ke masalah
bawah 𝑏 + 3 langkah kemudian dilanjutkan kembali bergerak ke
kanan 3𝑎 langkah dan ke atas 2 + 𝑏 langkah. Jika 𝑎 dan 𝑏
merupakan bilangan bulat. tentukan koordinat posisi pendaki
tersebut berhenti.
2. Terdapat lima orang anggota klub menari. Mereka sedang Merencanakan
melakukan latihan dimana setiap orang memiliki posisi masing- penyelesaian
masing. Jika posisi masing-masing mereka adalah (1,1), (3,2),
(6,3), (−2,2) dan (−4,4) serta mereka sedang melakukan latihan
di depan cermin datar yang berada di posisi garis horizontal.
Berdasarkan permasalahan tersebut, tentukanlah posisi masing-
masing penari sebagai hasil dari pencerminan dengan
menggunakan
a. Gambar pada koordinat Kartesius.
b. Rumus pencerminan.
c. Persamaan (matriks).

3. Perhatikan gambar dibawah ini! Melakukan


pengecekan
kembali
terhadap semua
langkah yang
telah dikerjakan

Sebuah ∆𝐴𝐵𝐶 diputar pada titik 𝑂 dengan sudut putar 90°,


kemudian dilanjutkan dengan sudut putar 180°, apabila
putarannya searah jarum jam, benarkah gambar ∆𝐴”𝐵”𝐶”
merupakan bayangan akhir dari ∆𝐴𝐵𝐶? Jelaskan jawabanmu.

4. Bayangan titik 𝐴(3, −2) oleh dilatasi dengan pusat 𝑄(5,1) dan Menyelesaikan
faktor skala −3 adalah 𝐴’. Bayangan titik 𝐵(1,4) oleh dilatasi masalah sesuai
dengan pusat 𝑃(−3,0) faktor skala 3/2 adalah 𝐵’. Tentukan
koordinat 𝐴’ dan 𝐵’. rencana

Ada pun pembahasan dari soal di atas adalah sebagai berikut.

No Soal Indikator
Pemecahan
Masalah
1. Seorang pendaki sedang berada pada posisi koordinat (𝑎, −𝑏), Memahami
kemudian ia bergerak ke arah kiri sebanyak 2𝑎 langkah dan ke masalah
bawah 𝑏 + 3 langkah kemudian dilanjutkan kembali bergerak ke
kanan 3𝑎 langkah dan ke atas 2 + 𝑏 langkah. Jika 𝑎 dan 𝑏
merupakan bilangan bulat. tentukan koordinat posisi pendaki
tersebut berhenti.

Pembahasan:

Diketahui:
𝑎, 𝑏 ∈ 𝒁
(𝑥, 𝑦) = (𝑎, −𝑏)
𝑇1 = (−2𝑎, 0)
𝑇2 = (0, −(𝑏 + 3)) = (0, −𝑏 − 3)
𝑇3 = (3𝑎, 0)
𝑇4 = (0,2 + 𝑏)

Ditanya:
Koordinat posisi pendaki tersebut berhenti misalkan (𝑥 𝐼𝑉 , 𝑦 𝐼𝑉 )

Jawab:
𝑥 𝑇1 𝑥′ 𝑇2 𝑥" 𝑇3 𝑥′′′ 𝑇4 𝑥 𝐼𝑉
(𝑦) → ( ) → ( ) → ( ) → ( 𝐼𝑉 )
𝑦′ 𝑦" 𝑦′′′ 𝑦
−2𝑎 0 3𝑎
𝑎 ( 0 ) −𝑎 (−𝑏−3) −𝑎 ( )
0 2𝑎
( )→ ( )→ ( )→ ( )
−𝑏 −𝑏 −2𝑏 − 3 −2𝑏 − 3
0
( )
2+𝑏 2𝑎
→ ( )
−𝑏 − 1

Jadi, koordinat posisi pendaki tersebut berhenti adalah (2𝑎, −𝑏 −


1). ∎

Alternatif Pembahasan

Diketahui:
𝑎, 𝑏 ∈ 𝒁
(𝑥, 𝑦) = (𝑎, −𝑏)
𝑇1 = (−2𝑎, −𝑏 − 3)
𝑇2 = (3𝑎, 2 + 𝑏)

Ditanya:
Koordinat posisi pendaki tersebut berhenti misalkan (𝑥", 𝑦").

Dengan cara yang sama, sehingga diperoleh jawaban yang sama.

2. Terdapat lima orang anggota klub menari. Mereka sedang Merencanakan


melakukan latihan dimana setiap orang memiliki posisi masing- penyelesaian
masing. Jika posisi masing-masing mereka adalah (1,1), (3,2),
(6,3), (−2,2) dan (−4,4) serta mereka sedang melakukan latihan
di depan cermin datar yang berada di posisi garis horizontal.
Berdasarkan permasalahan tersebut, tentukanlah posisi masing-
masing penari sebagai hasil dari pencerminan dengan
menggunakan
a. Gambar pada koordinat Kartesius.
b. Rumus pencerminan.
c. Persamaan (matriks).

Pembahasan:

Diketahui:
Misalkan posisi orang pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima
adalah 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷, 𝑑𝑎𝑛 𝐸.
1
𝐴=( )
1
3
𝐵=( )
2
6
𝐶=( )
3
−2
𝐷=( )
2
−4
𝐸=( )
4
Cermin adalah sumbu horizontal, 𝐶𝑥 .

Ditanya:
Posisi masing-masing orang hasil pencerminan, 𝐴′ , 𝐵′ , 𝐶 ′ , 𝐷′ , 𝑑𝑎𝑛 𝐸 ′
berdasarkan gambar, rumus, dan matriks.

Jawab:
a. Hasil pencerminan titik terhadap sumbu x adalah sebuah titik lain
yang jika keduanya dihubungkan akan memotong sumbu x tegak
lurus dan dibagi dua oleh sumbu x tersebut.

b. Pencerminan (𝑥, 𝑦) terhadap sumbu 𝑥 adalah (𝑥, −𝑦). Sehingga,


1
𝐴′ = ( )
−1
3
𝐵′ = ( )
−2
6
𝐶′ = ( )
−3
−2
𝐷′ = ( )
−2
−4
𝐸′ = ( )
−4
c. Pencerminan (𝑥, 𝑦) terhadap sumbu 𝑥 adalah (𝑥 ′ , 𝑦 ′ ) di mana
𝑥′ 1 0 𝑥
( ′) = ( ) (𝑦 )
𝑦 0 −1
1 0 1 1
𝐴′ = ( )( ) = ( )
0 −1 1 −1
1 0 3 3
𝐵′ = ( )( ) = ( )
0 −1 2 −2
1 0 6 6
𝐶′ = ( )( ) = ( )
0 −1 3 −3
1 0 −2 −2
𝐷′ = ( )( ) = ( )
0 −1 2 −2
1 0 −4 −4
𝐸′ = ( )( ) = ( )
0 −1 4 −4

3. Perhatikan gambar dibawah ini! Melakukan


pengecekan
kembali
terhadap
semua langkah
yang telah
dikerjakan

Sebuah ∆𝐴𝐵𝐶 diputar pada titik 𝑂 dengan sudut putar 90°,


kemudian dilanjutkan dengan sudut putar 180°, apabila putarannya
searah jarum jam, benarkah gambar ∆𝐴”𝐵”𝐶” merupakan bayangan
akhir dari ∆𝐴𝐵𝐶? Jelaskan jawabanmu.
Pembahasan:

Diketahui:
∆𝐴𝐵𝐶 pada soal dirotasikan 90° searah jarum jam, dilanjutkan
rotasinya sebesar 180° juga searah jarum jam dengan pusat rotasi
𝑂.
𝑅1 = −90°, 𝑃1 (0,0)
𝑅2 = −180°, 𝑃2 (0,0)

Ditanya:
Apakah ∆𝐴”𝐵”𝐶” merupakan bayangan akhir dari ∆𝐴𝐵𝐶?

Jawab:
Jika ∆𝐴”𝐵”𝐶” bukan merupakan bayangan akhir rotasi ∆𝐴𝐵𝐶, maka
minimal terdapat satu titik pada ∆𝐴”𝐵”𝐶” yang bukan bayangan
dari rotasi ∆𝐴𝐵𝐶.

𝐴 = (3,1) dan 𝐴" = (−1,6)

Berdasarkan rumus komposisi rotasi pada pusat yang sama,


cos 𝛼 − sin 𝛼
𝐴" = ( )𝐴
sin 𝛼 cos 𝛼
cos −270° − sin −270° 3
=( )( )
sin −270° cos −270° 1
0 −1 3
=( )( )
−1 0 1
−1
=( )
−3

Karena 𝐴" hasil perhitungan tidak sama dengan 𝐴" pada gambar, maka
∆𝐴”𝐵”𝐶” merupakan bayangan akhir dari ∆𝐴𝐵𝐶 salah. ∎

Alternatif Pembahasan:
Jika menguji salah satu titik lain, sehingga diperoleh pernyataan tersebut
juga salah,
4. Bayangan titik 𝐴(3, −2) oleh dilatasi dengan pusat 𝑄(5,1) dan Menyelesaikan
faktor skala −3 adalah 𝐴’. Bayangan titik 𝐵(1,4) oleh dilatasi masalah sesuai
dengan pusat 𝑃(−3,0) faktor skala 3/2 adalah 𝐵’. Tentukan
rencana
koordinat 𝐴’ dan 𝐵’.

Pembahasan:

Diketahui:
Bayangan 𝐴(3, −2) 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑡𝑎𝑠𝑖 pusat 𝑄(5,1) dan faktor skala
−3 adalah 𝐴’.
Bayangan titik 𝐵 (1,4) oleh dilatasi dengan pusat 𝑃(−3,0) faktor
3
skala 2 adalah 𝐵’

Ditanya:
Koordinat 𝐴′ dan 𝐵′.

Bayangan titik (𝑥, 𝑦) hasil dilatasi faktor skala k dan pusat (𝑎, 𝑏)
adalah
𝑥′ − 𝑎 𝑘 0 𝑥−𝑎
( )=( )( )
𝑦′ − 𝑏 0 𝑘 𝑦−𝑏

Sehingga
𝑥′ − 5 6
( ′ )=( )
𝑦 −1 9

𝑥 11
𝐴′ = ( ′ ) = ( )
𝑦 10

𝑥 ′ − (−3) 6
( )=( )
𝑦′ − 0 6

𝑥 3
𝐵′ = ( ′) = ( )
𝑦 6

6 3
Jadi, koordinat ittik 𝐴′ dan 𝐵′ adalah ( )dan ( ) . ∎
9 6

Rubrik Penskoran soal tersebut adalah sebagai berikut.


No. Indikator No. Soal Skor Keterangan
1 Memahami masalah 1 0 Tidak ada jawaban atau jawaban
sama sekali tidak berkaitan dengan
diketahui dan ditanya
1 Menuliskan diketahui dan ditanya
secara tidak lengkap
2 Menuliskan diketahui dan ditanya
secara lengkap
2 Merencanakan penyelesaian 2 0 Tidak merencanakan penyelesaian
1 Menuliskan 1 rumus dengan benar
2 Menuliskan 2 rumus dengan benar
3 Menuliskan 3 rumus dengan benar
3 Menyelesaikan masalah sesuai 4 0 Tidak menyelesaikan masalah
rencana sesuai rencana
1 Melakukan operasi sesuai rumus
yang direncanakan dengan
terdapat benyak kesalahan
perhitungan
2 Melakukan operasi sesuai rumus
yang direncanakan dengan
terdapat sedikit kesalahan
perhitungan
3 Melakukan operasi sesuai rumus
yang direncanakan dengan tepat
4 Melakukan pengecekan 3 0 Tidak menuliskan kesimpulan atau
kembali terhadap semua kesimpulan tidak tepat.
langkah yang telah dikerjakan 1 Menuliskan kesimpulan yang tepat

Setelah dilakukan tes, ternyata hanya terdapat 2 orang peserta didik kelas XI MIPA 2
yang mengerjakan tes, dengan hasil dan pembahasan sebagai berikut.

Soal 1

Indikator yang diperhatikan pada soal no. 1 adalah indikator memahami masalah.
Dari dua orang peserta didik, hanya A2 yang menjawab, sedangkan A1 tidak
menjawab.
Dari jawaban ini terlihat bahwa A2 tidak menuliskan diketahui dan ditanya. Namun,
A2 memahami bahwa yang ditanya adalah hasil transformasi dari titik awal setelah
ditransformasi dua kali. Hal ini terlihat dari alur operasi yang dilakukan A2 sebenarnya
adalah penjumlahan yang mengarah kepada jawaban yang diminta soal. Sehingga, A2
memperoleh skor 1. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Hasna,
Handayani, dan Hima (2022) yang menemukan bahwa kemampuan memahami
masalah peserta didik sudah pada tahap baik.

Soal 2

Indikator yang diperhatikan pada soal no. 2 adalah indikator merencanakan


penyelesaian. Berikut jawaban peserta didik A1.

Dari jawaban A1, terlihat bahwa A1 belum mampu merencanakan penyelesaian


dengan tepat. Hal ini mungkin dikarenakan A1 menganggap bahwa sumbu
verticallah yang sumbu horizontal, sehingga rumus yang digunakan pun belum
tepat. Skor indikator merencanakan penyelesaian untuk A1 adalah 0.
Dari jawaban A2, terlihat bahwa A2 belum mampu merencanakan penyelesaian
dengan tepat. Hal ini mungkin dikarenakan A2 menganggap bahwa sumbu
verticallah yang sumbu horizontal. Selain itu A2 juga tidak mengingat rumus serta
matrik untuk pencerminan terhadap sumbu horizontal. Skor indikator
merencanakan penyelesaian untuk A2 adalah 0. Hal ini mungkin dikarenakan
kurangnya diskusi dengan teman ketika pembelajaran transformasi (Nora & Dwina,
2019) dan juga rendahnya kemampuan peserta didik dalam memilih rumus yang
akan digunakan (Hasna, dkk., 2022).

Soal 3
Indikator yang diperhatikan pada soal no. 3 adalah indikator melakukan
pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan. Berikut
jawaban peserta didik A1.
Dari jawaban A1, terlihat bahwa A1 tidak melakukan pengecekan kembali yang
ditandai dengan tidak memberikan kesimpulan. Hal ini mungkin dikarenakan A1
menganggap bahwa jawabannya sudah jelas salah. Meskipun perencanaan dan
langkah pengerjaan sudah hamper tepat, tetapi kesimpulannya tidak ada, sehingga
skor indikator ini untuk A1 adalah 0.

Dari jawaban A2, terlihat bahwa A2 melakukan pengecekan kembali yang ditandai
dengan memberikan kesimpulan yang tepat. Hal ini juga dijabarkan dengan
penjelasan yang logis. Skor untuk A2 pada indikator ini adalah 1. Hasil ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang membahas indikator ini bahwa level
kemampuan peserta didik perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki (Davita &
Pujiastuti, 2020).

Soal 4
Indikator yang diperhatikan pada soal no. 4 adalah indikator menyelesaikan masalah
sesuai rencana. Berikut jawaban peserta didik A1.

Dari jawaban A1, terlihat bahwa A1 menyelesaikan masalah sesuai rencana. Skor
untuk A1 adalah 3.
Dari jawaban A2, terlihat bahwa A2 menyelesaikan masalah sesuai rencana, namun
kurang tepat di akhir, sehingga skor untuk A2 adalah 2. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian Davita dan Puiastuti (2020) bahwa skor indikator ini perempuan lebih
tinggi dari pada laki-laki. Hal ini mungkin dikarenakan oleh subjek penelitian yang
lebih banyak sehingga biasnya juga semakin sedikit. Untuk penelitian selanjutkan
diharapkan menggunakan subjek yang lebih banyak.
REFERENSI
Akbar, P., Hamid, A., Bernard, M., & Sugandi, A. I. (2018). Analisis kemampuan pemecahan
masalah dan disposisi matematik siswa kelas xi sma putra juang dalam materi
peluang. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 144-153.
Alabdulaziz, M. S. (2022). The effect of using PDEODE teaching strategy supported by the e-
learning environment in teaching mathematics for developing the conceptual
understanding and problem-solving skills among primary stage students. Eurasia Journal
of Mathematics, Science and Technology Education, 18(5), em2109.
Angkotasan, N. (2013). Model PBL dan Cooperative Learning Tipe TAI Ditinjau dari Aspek
Kemampuan Berpikir Reflektif Dan Pemecahan Masalah Matematis. PYTHAGORAS:
Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1), 92–100
Davita, P. W. C., & Pujiastuti, H. (2020). Anallisis kemampuan pemecahan masalah matematika
ditinjau dari gender. Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 11(1), 110-117.
Hamka, J. P. D. PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
PESERTA DIDIK DENGAN STRATEGI REACT.
Hasna, Q. A. A., Handayani, A. D., & Hima, L. R. H. (2022, July). Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Polya Pada Materi Transformasi Geometri. In Prosiding SEMDIKJAR
(Seminar Nasional Pendidikan dan Pembelajaran) (Vol. 5, pp. 338-345).
Mahlaba, S.C., & Mudaly, V. (2022). Exploring the relationship between commognition and the
Van Hiele theory for studying problem-solving discourse in Euclidean geometry education.
Pythagoras, 43(1), a659. https://doi. org/10.4102/pythagoras. v43i1.659
NCTM. 2000. Principle and Standards for School Mathematics. USA: NCTM
Nora, M., & Dwina, F. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas IX SMPN 2 Lubuk
Alung. Jurnal Edukasi dan Penelitian Matematika, 8(4), 35-39.
Nugraha, A., & Zanthy, L. S. (2019). Analisis kemampuan pemecahan masalah siswa SMA pada
materi sistem persamaan linear. Journal on Education, 1(2), 179-187.
Polya G. 1973. How To Solve It. United States Of America: Princeton University Press.
Son, A.L., Darhim, & Fatimah, S. (2020). Students’ Mathematical Problem-Solving Ability based
on Teaching Models Intervention and Cognitive Style. Journal on Mathematics Education,
11(2), 209-222. http://doi.org/10.22342/jme.11.2.10744.209-222.
Syafrinaldo, A., & Sri, E. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik dalam
Menyelesaikan Soal Tipe Open-Ended pada Kelas XI MIPA SMAN 1 Kota Solok. Jurnal
Edukasi dan Penelitian Matematika, 8(4), 147-151.

Anda mungkin juga menyukai