Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran matematika memiliki peran yang sangat penting dalam

mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah

siswa. Menurut Efrialinda et al., (2020) Matematika merupakan salah satu mata

pelajaran yang diajarkan dalam setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar

sampai perguruan tinggi. Matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam

kehidupan sehari hari-hari. Di sekolah mata pelajaran matematika dijadikan

sebagai salah satu tolak ukur kelulusan peserta didik.

Matematika yang dipelajari disekolah termasuk ilmu pengetahuan murni yang

mengandalkan angka-angka, simbol, dan lambang. Pada umumnya, selama ini

pembelajaran matematika lebih difokuskan pada aspek komputasi yang bersifat

algoritmik. Tidak mengherankan bila berdasarkan berbagai studi menunjukkan

bahwa peserta didik menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang

menakutkan dan membosankan. Materi matematika dirasakan sebagai beban yang

harus diingat, dihafal, dan tidak dirasakan maknanya dalam kehidupan sehari hari.

Hal ini berdampak pada rendahnya aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa

(Yusri, 2018).

Perkembangan Kurikulum Merdeka memiliki tujuan pembelajaran

matematika yaitu untuk membantu peserta didik mengembangkan pemahaman

matematis dan kecakapan prosedural, penalaran dan pembuktian matematis,

memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang


model matematis, menyelesaikan model atau menafsirkan solusi yang diperoleh

(pemecahan masalah matematis), komunikasi dan representasi matematis, koneksi

matematis, dan disposisi matematis (Badan Standar Kurikulum dan Asesmen

Pendidikan, 2022). Menurut Yusri (2018) kemampuan pemecahan masalah

merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam

proses pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa dimungkinkan memperoleh

pengalaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki

untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat rutin.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam proses

pembelajaran. Menurut polya (1973), pemecahan masalah atau problem solving

merupakan suatu usaha dalam menemukan jalan keluar dari suatu kesulitan dalam

mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai dengan segera. Pemecahan masalah

adalah inti dari pembelajaran matematika. Kemampuan pemecahan masalah

diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah yang

muncul dengan solusi yang tepat (Sutisna & Pujiastuti, 2023). Hal ini diperkuat

oleh Aisyah Rahmayantri & Nanang Priatna (2022) bahwa kemampuan

pemecahan masalah sangat penting dan menjadi suatu hal yang sangat

menentukan suatu keberhasilan.

Namun, hasil tes program penilaian pelajar internasional (Programme for

International Student Assessment/PISA) 2022 yang diumumkan pada 5 Desember

2023 menunjukkan, 82 persen peserta didik Indonesia tidak paham matematika,

skornya berada di tingkatan 2 atau kurang, dibandingkan dengan tingkatan 5 atau


6, urutan paling baik di negara yang menajadi peserta. Dan juga didukung oleh

fakta yang terjadi di lapangan, berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu

guru di SMP Negeri 3 Kota Bengkulu yaitu Ibu Aryeni, S.Pd. teridentifikasi

bahwa dalam hasil ujian akhir semester kelas VIII, hanya 1 peserta didik yang

berhasil lulus memenuhi capaian standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

yaitu 75. Hal ini menunjukkan bahwa masih tergolong rendahnya kemampuan

pemecahan masalah matematis peserta didik terhadap materi di sekolah. Hal ini

berbanding terbalik dengan tujuan pembelajaran matematika, yang seharusnya

peserta didik memiliki kecapakan procedural dalam memecahkan masalah (Badan

Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan, 2022). Oleh sebab itu,

diperlukannya upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematis peserta didik.

Dominasi guru dalam proses pembelajaran juga membuat peserta didik

cenderung lebih pasif dalam memecahkan masalah. Dalam pembelajaran

hendaknya guru menerapkan model pembelajaran untuk membangkitkan

semangat siswa untuk berperan aktif (Ma’arif et al., 2020). Salah satu model

pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu Think Pair Share, karena model ini

memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir individu, sehingga membuat

siswa lebih memahami dan aktif berdiskusi bersama anggota kelompoknya untuk

menemukan konsep dan memecahkan masalah (Latifah & Luritawaty, 2020).

Menurut Tiara Simanjuntak & Minta Ito Simamora (2022) model Think Pair

Share menekankan pada tiga langkah utama yang dilaksanakan dalam proses

pembelajaran yaitu langkah think (berpikir secara individual), pair (berpasangan


dengan teman sebangku) dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau

seluruh kelas). Sehingga dengan menggunakan model Think Pair Share secara

efektif, siswa yang memiliki kesulitan dalam pemecahan masalah matematis

dapat mendapatkan dukungan, belajar dari teman sejawat, dan meningkatkan

pemahaman mereka secara bertahap.

Selain faktor penggunaan model pembelajaran, faktor yang juga

memperngaruhi dalam pemecahan masalah adalah Adversity Quotient. Hal ini

diperkuat oleh Imron & Agoestanto (2023) yang menyatakan bahwa Adversity

Quotient sebagai kemampuan seseorang untuk bisa bertahan dalam menghadapi

berbagai macam kesulitan hingga menemukan solusi atas kesulitan tersebut,

menyelesaikan segalam macam permasalahan, mengurangi hambatan dan

rintangan dengan mengubah cara berpikir dan sikap terhadap permasalahan

tersebut. Ketika peserta didik tergolong tipe campers (AQ tinggi), maka hasil

belajar matematika nya tinggi. Namun, ketika AQ peserta didik tergolong tipe

quitter (AQ rendah), hasil belajar matematika pun rendah. Peserta didik yang

kurang kemauannya dalam mengerjakan sesuatu karena ia selalu merasa kesulitan

itu tidak bisa dihadapi, kemampuan matematisnya cenderung rendah (Hanafiah,

2022). Oleh karena itu, diharapkan dalam proses pembelajaran disertai dengan

kemauan yang kuat dalam menghadapi suatu kesulitan.

Beberapa penelitian telah dilakukan yang berkaitan dengan model Think

Pair Share. Latifah & Luritawaty (2020) menemukan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematis dengan kualitas peningkatan berada pada interpretasi sedang.


(Komang et al., 2021) menyimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran

tipe Think Pair Share berbantuan alat peraga mampu meningkatkan pemahaman

konsep matematis. Selanjutnya Sutrisno et al.,(2020) menyatakan bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada model pembelajaran

Think Pair Share lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional. Namun, belum ada penelitian yang mengkaji pengaruh penerapan

model Think Pair Share terhadap kemampuan pemecahan masalah yang ditinjau

dari Adversity Quotient siswa.

Berdasarkan uraian pernyataan di atas, mendorong peneliti untuk meneliti

lebih lanjut apakah terdapat pengaruh dari model pembelajaran Think Pair Share

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik jika ditinjau

dari Adversity Quotient . Karena model pembelajaran Think Pair Share ini

berpusat pada peserta didik dengan melibatkan materi yang diajarkan dengan

masalah kehidupan sehari-hari seperti materi bangun ruang sisi datar. Maka dari

itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Think

Pair Share Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta

didik Ditinjau dari Adversity Quotient Kelas VIII SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini

adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh model Think Pair Share terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematis peserta didik SMPN 3 Kota Bengkulu?


2. Apakah terdapat pengaruh model Think Pair Share terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematis ditinjau dari Adversity Quotient peserta didik

SMPN 3 Kota Bengkulu?

3. Apakah terdapat perbedaan antara kelas Think Pair Share dan kelas

konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Think Pair Share terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik SMPN 3 Kota

Bengkulu.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Think Pair Share terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematis ditinjau dari Adversity Quotient

peserta didik SMPN 3 Kota Bengkulu.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kelas Think Pair Share

dan kelas konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,

diantaranya yaitu :

1. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini merupakan kesempatan untuk pengaplikasian teori yang

telah diperoleh selama perkuliahan.

b. penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah yang di hadapi

peneliti kelak saat mengajar dengan materi pembelajaran yang sama.


c. Peneliti dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut dan lebih

bermanfaat sehingga mengenal keragaman pembelajaran yang lebih

bervariasi untuk mengatasi kebosanan peserta didik terhadap cara

pembelajaran yang monoton.

2. Bagi Guru

a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

mendesain proses pembelajaran dengan memperhatikan faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat pemahaman dan semangat belajar peserta

didik.

3. Bagi Peserta didik

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan peserta didik lebih mudah

dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh guru.

b. Diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya

dalam memecahkan masalah, berkomunikasi, dan bekerjasama serta

berfikir kritis.

4. Bagi Sekolah

a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dan

masukan dalam usaha perbaikan proses pembelajaran bagi peserta

didik, guru, maupun sekolah yang bersangkutan, sehingga mutu

pendidikan di SMP Negeri 3 Kota Bengkulu dapat meningkat.

5. Bagi Pemerintah
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai penggunaan media yang dapat membantu proses

pembelajaran.
6. Pembaca atau Peneliti Lain

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya memperdalam

pengetahuan di bidang pendidikan dan dapat digunakan sebagai bahan

acuan untuk mengadakan penelitian serupa lebih lanjut.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian digunakan untuk mengetahui batasan variabel

yang diteliti. Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Model yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu model Think Pair

Share (TPS) dengan menggunakan tahapan tahapan dari buku (siti muyana &

Dian Ari Widyastuti, 2021)

2. Sintak atau langkah langkah dari penelitian ini adalah : a) mengorientasikan

peserta didik terhadap masalah; b) mengorganisasi peserta didik untuk

belajar; c) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; d)

mengembangkan dan menyajikan hasil karya; e) menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematis akan di ukur melalui intrumen

tes tertulis.

4. Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis pada penelitian ini

yaitu :

5. Adversity Quotient akan di ukur melalui indtrumen non tes berupa angket.
6. Indikator dari Adversity Quotient pada penelitian ini yaitu: (a) Kendali diri

(Control: C), (b) Asal-usul dan Pengakuan diri (Origin dan Ownership: O2),

(c) Jangkauan (Reach: R), (d) Daya tahan (Endurance: E) (Etika, 2016).
7. Subjek pada penelitian ini adalah kelas VIII SMP Negeri 3 Kota Bengkulu

semester 2 tahun ajaran 2023-2024.

8. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran matematika dengan pokok

bahasan yakni Bangun Ruang Sisi Datar. Adapun Kompetensi Dasar pada

materi Bangun Ruang Sisi Datar adalah sebagai berikut :

3.9 Membedakan dan menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang

sisi datar

4.9 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume

bangun ruang sisi datar serta gabungannya.

Daftar Pustaka

Aisyah Rahmayantri, & Nanang Priatna. (2022). Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Kelas Vii Dalam Menyelesaikan Soal Aritmatika


Sosial Berdasarkan Tipe Adversity Quotient. EduMatSains : Jurnal

Pendidikan, Matematika Dan Sains, 7(1), 197–208.

https://doi.org/10.33541/edumatsains.v7i1.3920

Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan. (2022). Capaian

Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Fase A - Fase F. Kementrian

Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi Republik Indonesia, 1–36.

Efrialinda, A., Yensy, N. A., & Rahimah, D. (2020). Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas Vii Smp Negeri 11 Kota Bengkulu. Jurnal Penelitian

Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), 4(3), 433–441.

https://doi.org/10.33369/jp2ms.4.3.433-441

Komang, N., Yunita, T., Sugiarta, I. M., & Parwati, N. N. (2021). Implementasi

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ( TPS ) Berbantuan

Alat Peraga untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa.

5(1), 40–47.

Latifah, S. S., & Luritawaty, I. P. (2020). Think Pair Share sebagai Model

Pembelajaran Kooperatif untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 9(1), 35–

46. https://doi.org/10.31980/mosharafa.v9i1.641
Ma’arif, A., Syaiful, S., & Hasibuan, M. H. E. (2020). Pengaruh Model

Pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Ditinjau dari Adversity Quotient Siswa. Jurnal Didaktik

Matematika, 7(1), 32–44. https://doi.org/10.24815/jdm.v7i1.15390

Sutisna, E., & Pujiastuti, H. (2023). Systematic Literature Review: Adversity

Quotient pada Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Berdasarkan Tahapan Polya. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan

Matematika), 7(1), 192. https://doi.org/10.33603/jnpm.v7i1.8052

Sutrisno, S., Zuliyawati, N., & Setyawati, R. D. (2020). Efektivitas Model

Pembelajaran Problem-Based Learning dan Think Pair Share Berbantuan

Geogebra Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. Journal of

Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, 4(1),

1. https://doi.org/10.31331/medivesveteran.v4i1.930

Yusri, A. Y. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Vii Di

Smp Negeri Pangkajene. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1),

51–62. https://doi.org/10.31980/mosharafa.v7i1.341

Anda mungkin juga menyukai