Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Strategi Metakognitif ...

(Ferida Dwi Prasetyoningrum) 19

PENGARUH STRATEGI METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN


MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA

THE EFFECT OF METACOGNITIVE STRATEGY ON MATHEMATICAL PROBLEM


SOLVING ABILITY IN EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA

Ferida Dwi Prasetyoningrum, Dr. Ali Mahmudi


Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta
Email: feridadwi@gmail.com, ali_uny73@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas strategi metakognitif, mengetahui apakah
terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran
dengan strategi ekspositori, serta mengetahui pengaruh strategi metakognitif terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan
desain penelitian pretest posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta, dengan sampel penelitian yang dipilih secara acak yaitu kelas
VIII E sebagai kelas kontrol dengan strategi ekspositori dan kelas VIII F sebagai kelas eksperimen
dengan strategi metakognitif. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes dan
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Uji statistik yang digunakan adalah uji one sample t-
test dan independent sample t-test. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan taraf signifikansi 0,05
dapat disimpulkan bahwa (1) strategi metakognitif dalam pembelajaran matematika efektif ditinjau
dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, (2) terdapat perbedaan signifikan dalam hal
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi
metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori, (3) strategi metakognitif
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Kata kunci: strategi metakognitif, strategi ekspositori, kemampuan pemecahan masalah matematis

Abstract
The research aimed to know the effectivity of metacognitive strategies, to know whether there is
a significant difference in mathematical problem solving ability of students who learn with
metacognitive strategies and who learn with expository strategies, and to know the effect of
metacognitive strategies on mathematical problem solving ability. This research is quasi experimental
research with pretest posttest control group design. The population in this research was the 8th grade
of SMPN 6 Yogyakarta with the sample of this research were selected randomly, the class of VIII E as
the class of control was using the expository strategies and the class of VIII F as the class of
experiment was using the metacognitive strategies. The instruments that were used to collecting data
were test and observation sheets. The statistic tests were used test on one sample t-test and
independent sample t-test. The results of the research at the significance level of 0.05, it could be
inferred that (1) metacognitive strategies in mathematics learning is effective observed by
mathematical problem solving ability, (2) there is a significant difference in mathematical problem
solving ability of students who learn with metacognitive strategies and who learn with expository
strategies, (3) metacognitive strategies affect the students mathematical problem solving ability.

Keywords: metacognitive strategies, expository strategies, mathematical problem solving ability

PENDAHULUAN standar isi untuk SMP/Mts, yang menyebutkan


bahwa salah satu tujuan pembelajaran
Kemampuan pemecahan masalah
matematika adalah memecahkan masalah yang
penting untuk dikuasai oleh setiap manusia
meliputi kemampuan memahami masalah,
sebagai bekal dalam menghadapi masalah.
merancang model matematis, menyelesaikan
Kemampuan pemecahan masalah dapat
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
dikembangkan dalam pembelajaran
Hal tersebut menunjukkan bahwa struktur
matematika. Hal ini sesuai dengan
kurikulum pendidikan nasional sudah
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang
20 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 4 Tahun 2017

menekankan aspek pemecahan masalah sebagai rata 386 yang menandakan bahwa Indonesia
salah satu kompetensi yang harus dikuasai masih jauh di bawah skor rata-rata Internasional
siswa. Erman Suherman, dkk. (2003:89) yaitu 490.
menyatakan bahwa dalam kurikulum Kemampuan pemecahan masalah
matematika sekolah, tujuan diberikannya matematis siswa SMP di Indonesia masih
matematika antara lain agar siswa mampu rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
menghadapi perubahan keadaan di dunia yang faktor, salah satunya yaitu siswa yang tidak
selalu berkembang, melalui latihan bertindak terbiasa menyelesaikan soal-soal pemecahan
atas dasar pemikiran secara logis, rasional, masalah, sehingga kemampuannya untuk
kritis, cermat, jujur, dan efektif. Selain itu, memecahkan masalah menjadi kurang. Siswa
National Council of Teachers of Mathematics hanya terbiasa menghafal definisi, teorema,
(2000:52) juga mengungkapkan bahwa serta rumus-rumus matematika. Selain itu,
pemecahan masalah tidak hanya merupakan faktor lain yang menyebabkan rendahnya
tujuan dari pembelajaran matematika, tetapi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
juga merupakan alat utama untuk melakukan pemecahan masalah yaitu guru yang masih
belajar. banyak mengajarkan algoritma rutin yang
Erman Suherman, dkk. (2003:89) bersifat prosedural dan klasikal. Ketika guru
menyatakan bahwa pemecahan masalah memberikan soal pemecahan masalah, guru
matematika merupakan salah satu kegiatan juga kurang memberikan kesempatan kepada
matematika yang dianggap penting baik oleh siswa untuk mengeksplorasi kemampuan
guru maupun siswa di semua tingkatan mulai berpikirnya, guru kurang memberikan
dari Sekolah Dasar sampai SMU. Berdasarkan pertanyaan yang memancing siswa untuk
teori belajar yang dikemukakan Gagne (1970:8- berpikir tentang cara berpikirnya.
9), keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat Rendahnya kemampuan pemecahan
dikembangkan melalui pemecahan masalah. masalah juga terjadi pada siswa kelas VIII di
Hal ini disebabkan pemecahan masalah SMP Negeri 6 Yogyakarta. Berdasarkan hasil
merupakan tipe belajar paling tinggi dari tujuh pretest dari kedua kelas yang dijadikan sampel,
tipe yang dikemukakan oleh Gagne, yaitu nilai rata-rata siswa hanya mencapai 36,08 dan
signal learning, S-R learning, motor and verbal 35. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata
chain learning, multiple discrimination, yang diperoleh masih sangat jauh dibandingkan
concept learning, principle learning, dan dengan nilai KKM yaitu 78. Pembelajaran di
problem solving. Pentingnya kemampuan SMP Negeri 6 Yogyakarta masih menggunakan
pemecahan masalah juga ditegaskan oleh Eggen metode ekspositori. Guru menyampaikan materi
dan Kauchak (2012:309) yang menyatakan pelajaran secara lengkap, memberikan contoh
bahwa kemampuan pemecahan masalah dan soal beserta penyelesaiannya, dan meminta
pembelajaran mandiri adalah tujuan jangka siswa mengerjakan soal-soal latihan kemudian
panjang dan siswa memerlukan pengalaman membahasnya secara bersama.
terus-menerus untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan
Melalui pengalaman secara terus-menerus, wawancara dengan salah satu guru matematika
sedikit demi sedikit siswa akan berkembang kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta, diperoleh
secara utuh, baik pada aspek kognitif, afektif fakta bahwa siswa memiliki kecenderungan
dan psikomotorik seperti yang dikatakan oleh berpikir berdasarkan apa yang disampaikan dan
Wina Sanjaya (2008:213). dicontohkan guru saja. Siswa kurang mampu
Berdasarkan uraian di atas dapat mengungkapkan ide-ide untuk menyelesaikan
disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah. Sebagian besar siswa lebih
masalah penting untuk dikuasai oleh setiap mengedepankan hasil dari penyelesaian soal
siswa. Namun, kenyataan di sekolah tanpa memperhatikan pentingnya rangkaian
menunjukkan bahwa kemampuan siswa SMP proses penyelesaian soal. Hal tersebut
dalam pemecahan masalah matematika masih menimbulkan efek negatif ketika siswa
tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan menjumpai bentuk soal yang merupakan
hasil survei tiga tahunan PISA (Programme for pengembangan dari contoh soal sebelumnya,
International Student Assessment) yang siswa akan mengalami kesulitan dalam
diselenggarakan oleh OECD (Organisation for menyelesaikan permasalahan tersebut.
Economic Cooperation and Development) pada Mengingat pentingnya peranan kemampuan
tahun 2015 terkait kemampuan matematis pemecahan masalah dalam kehidupan, perlu
siswa. Indonesia menempati urutan 63 dari 70 ditingkatkan kemampuan pemecahan masalah
negara yang berpartisipasi, dengan skor rata- dalam pembelajaran matematika.
Pengaruh Strategi Metakognitif ... (Ferida Dwi Prasetyoningrum) 21

Untuk dapat meningkatkan pengaruh yang signifikan terhadap kognitifnya


kemampuan pemecahan masalah matematis (Flavell, 1979:908). Siswa yang menggunakan
siswa, perlu dilakukan pemilihan strategi yang strategi metakognitif dapat menentukan tujuan,
tepat dalam pembelajaran. Salah satu strategi mengetahui cara mencapai tujuan, dan
yang mampu meningkatkan kemampuan memperkirakan keberhasilan tujuan-tujuan
pemecahan masalah matematis siswa adalah tersebut. Menurut Brown (Ratna Wilis D,
strategi metakognitif. 2011:123), strategi metakognitif meliputi
Istilah Metakognitif pertama kali kemampuan siswa untuk menentukan tujuan
diperkenalkan oleh Flavell pada tahun 1976. belajar, memperkirakan keberhasilan
Metakognitif berasal dari kata metakognisi pencapaian tujuan itu, dan memilih alternatif-
(metacognition). Menurut Flavell (1976:231), alternatif untuk mencapai tujuan itu.
metakognitif mengacu pada pengetahuan atau Strategi metakognitif tidak hanya
kesadaran seseorang tentang proses berpikir meliputi proses menentukan dan mencapai
dirinya sendiri dan pengendalian diri selama tujuan, serta kegiatan memonitor proses
berpikir. Hal tersebut sejalan dengan pendapat tersebut, tetapi juga menghubungkan dengan
Hamzah B. Uno (2012:134) yang pengetahuan sebelumnya. Menurut Dirkes
mengungkapkan bahwa metakognitif (Blakey & Spence, 1990) yang menjadi dasar
merupakan keterampilan siswa dalam mengatur strategi metakognitif adalah menghubungkan
dan mengontrol proses berpikirnya. Secara informasi baru dengan pengetahuan
sederhana, metakognitif dapat didefinisikan sebelumnya, memilih strategi berpikir dengan
sebagai “thinking about thinking” yang artinya hati-hati, merencanakan, memonitor, dan
berpikir tentang berpikir (Livingston, mengevaluasi proses berpikir. Hampir sama
1997:906). dengan pendapat di atas, Woolfolk (2009:36)
Flavell (1979:907) mengungkapkan menyebutkan bahwa terdapat tiga macam
bahwa metakognitif melibatkan interaksi antara keterampilan esensial yang memungkinkan
seorang individu, tugas, dan strategi-strategi untuk melakukan metakognitif, yaitu
yang digunakan untuk menyelesaikan tugasnya. perencanaan (planning), pemantauan
Penentuan strategi sangat penting dalam (monitoring), evaluasi (evaluating).
menyelesaikan sebuah masalah atau tugas. Menurut Livingston (1997:907),
Strategi yang ditentukan merupakan integrasi meskipun sebagian besar individu telah
antara berpikir efektif dan memutuskan suatu melibatkan strategi metakognitif dalam kegiatan
keputusan. Sedangkan Bruning, et al. (2004:81) kognitifnya, tetapi terdapat perbedaan
menyebutkan bahwa pengetahuan metakognitif kemampuan dalam menerapkannya. Seseorang
melibatkan tiga komponen, yaitu pengetahuan yang melakukan strategi metakognitif yang
deklaratif, kondisional, dan prosedural. lebih baik cenderung lebih sukses dalam
Pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan kegiatan kognitifnya. Strategi ini dapat
tentang diri sendiri sebagai pembelajar dan dibiasakan dalam pembelajaran untuk
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja. menghasilkan regulasi diri yang lebih baik.
Pengetahuan kondisional merupakan Israel, et al. (2005:187) menambahkan
pengetahuan tentang kapan dan mengapa penerapan strategi metakognitif dengan
menggunakan suatu strategi. Pengetahuan aktivitas menyuarakan pikiran (think aloud).
prosedural merupakan pengetahuan tentang Think aloud merupakan strategi yang digunakan
strategi kognitif. Selain tiga komponen di atas, untuk menyuarakan sebanyak mungkin tentang
NCTM (2000) mengungkapkan bahwa apa yang dipikirkan. Aktivitas ini digunakan
pengetahuan konseptual juga merupakan sebagai alat untuk memantau pemahaman.
komponen yang sangat penting untuk Untuk memunculkannya, guru perlu
meningkatkan kemampuan kognitif siswa. memberikan model. Secara perlahan guru
Dengan pengetahuan konseptual, pembelajaran memfasilitasi siswa untuk berlatih secara
yang dilakukan siswa akan menjadi lebih individu maupun berkelompok.
bermakna, sehingga siswa menjadi lebih mudah
mengingat, mengaplikasikan serta Berdasarkan gagasan Polya tentang
menghubungkan pengetahuan baru dengan langkah-langkah pemecahan masalah, dapat
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. dikatakan bahwa semua langkah yang
Strategi metakognitif ini merujuk pada dikemukakan mengarahkan pada kesadaran
kegiatan memonitor secara sadar strategi dan pengaturan siswa terhadap proses yang
kognitif seseorang untuk mencapai tujuan- dilaksanakan untuk memperoleh solusi yang
tujuan tertentu sehingga dapat memberikan tepat. Bila dicermati langkah-langkah tersebut
22 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 4 Tahun 2017

akan tampak bahwa pemecahan masalah ekspositori dengan definisi operasional sebagai
dilaksanakan berdasarkan pada adanya berikut.
pengetahuan tentang kognisi (knowledge - Strategi metakognitif didefinisikan sebagai
about cognition), serta pengaturan kognisi kegiatan pembelajaran yang mengacu pada
(regulation of cognition) yang merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kesadaran
komponen dari metakognitif. Hal ini sesuai terhadap kognitif seseorang sehingga dapat
dengan pendapat Carr (2010:189) bahwa apa membantu orang tersebut dalam mencapai
yang siswa ketahui tentang diri sebagai tujuan pembelajaran secara optimal.
pembelajar dan tentang strategi yang Strategi metakognitif meliputi aktivitas
digunakan dapat menjadi perantara proses merencanakan (planning), memantau
pemantauan selama pemecahan masalah. (monitoring), dan mengevaluasi hasil
belajar yang telah dilakukan (evaluating).
- Strategi pembelajaran ekspositori
METODE PENELITIAN
merupakan strategi pembelajaran yang
Jenis Penelitian
berpusat pada guru, dengan guru
Jenis penelitian yang digunakan dalam
merupakan sumber informasi utama bagi
penelitian ini adalah quasi eksperimen. Desain
siswa. Strategi ekspositori mencakup
penelitian ini menggunakan pretest-posttest
langkah-langkah sebagai berikut. (1)
control group design.
pembukaan, dengan menyampaikan tujuan,
Tabel 1. Desain Penelitian
motivasi, dan apersepsi, (2) isi, ceramah
Group Pretest Treatment Posttest
materi pelajaran/rumus, memberikan
E O1 XM O2 contoh soal dan latihan soal, serta (3)
penutup, ditutup dengan kesimpulan dan
K O3 XK O4 PR (Pekerjaan Rumah) atau kuis.
Keterangan: Variabel terikat dalam penelitian ini
E = kelas eksperimen adalah kemampuan pemecahan masalah
K = kelas kontrol matematis yang didefinisikan sebagai
O1 = pretest kelas eksperimen kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa
O3 = pretest kelas kontrol untuk mengatasi berbagai permasalahan
XM = pembelajaran dengan strategi matematika yang diberikan oleh guru.
metakognitif Kemampuan tersebut meliputi kemampuan
XK = pembelajaran dengan strategi memahami masalah, merencanakan
ekspositori penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah
O2 = posttest kelas eksperimen sesuai rencana, serta menginterpretasikan
O4 = posttest kelas control jawaban ke masalah semula. Variabel yang
dikontrol dalam penelitian ini meliputi guru
Waktu dan Tempat Penelitian yang mengajar, materi pelajaran, dan jumlah
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun jam pelajaran.
ajaran 2016/2017 pada tanggal 5 sampai 26 Instrumen yang digunakan adalah tes
Januari 2017 di SMP Negeri 6 Yogyakarta yang kemampuan pemecahan masalah matematis dan
beralamat di Jalan RW Monginsidi 1 lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Yogyakarta, Cokrodiningratan, Kecamatan Terdapat kualifikasi pencapaian keterlaksanaan
Jetis, Kota Yogyakarta. pembelajaran sebagai berikut.

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Tabel 2. Kualifikasi Keterlaksanaan
Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017, dengan Pembelajaran
sampel penelitian yang dipilih secara acak yaitu Persentase Kualifikasi
kelas VIII E sebagai kelas kontrol dan kelas Keterlaksanaan
VIII F sebagai kelas eksperimen. Pembelajaran
80% ≤ P ≤ 100% Sangat Baik
Variabel, Instrumen, dan Teknik 60% ≤ P< 80% Baik
Pengumpulan Data 40% ≤ P< 60% Cukup
Variabel bebas pada penelitian ini 20% ≤ P< 40% Rendah
adalah strategi metakognitif dan strategi 0% ≤ P< 20% Sangat Rendah
Pengaruh Strategi Metakognitif ... (Ferida Dwi Prasetyoningrum) 23

Teknik pengumpulan data kemampuan Rata-rata kemampuan pemecahan


pemecahan masalah matematis dari hasil pretest masalah matematis siswa kelas eksperimen dan
dan posttest di kelas eksperimen dan kontrol. kelas kontrol dari hasil pretest dan posttest
Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.
diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaan Tabel 3. Deskripsi Data Pretest dan Posttest
pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
yang dilakukan oleh seorang observer. Kelas Kelas
Deskripsi Eksperimen Kontrol
Teknik Analisis Data Data Pre Post Pre Post
Data yang digunakan dalam analisis test test test test
statistik adalah data posttest. Analisis statistik Nilai 20 70 20 55
menggunakan uji one sample t-test dan Terendah
independent sample t-test dengan bantuan SPSS Nilai 55 91,6 48,3 93,33
16. Uji one sample t-test dan independent Tertinggi 7 3
sample t-test untuk mengetahui (1) keefektifan
strategi metakognitif dalam pembelajaran Rata-rata 36,0 84,6 35 79,26
matematika terhadap kemampuan pemecahan 8 1
masalah matematis siswa, (2) apakah terdapat Variansi 67,8 47,6 57,7 170,74
perbedaan yang signifikan dalam hal 3 5 4
kemampuan pemecahan masalah matematis Simpangan 8 7 8 13
siswa yang mengikuti pembelajaran matematika Baku
dengan strategi metakognitif dan yang Berdasarkan data di atas terlihat bahwa
mengikuti pembelajaran dengan strategi terjadi peningkatan secara signifikan nilai rata-
ekspositori. Hipotesis yang akan digunakan rata antara pretest dan posttest baik di kelas
pada uji one sample t-test jika tidak terdapat eksperimen maupun di kelas kontrol. Nilai rata-
kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan rata kelas eksperimen meningkat dari 36,08
kelas kontrol adalah sebagai berikut. pada pretest menjadi 84,61 pada posttest.
Sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol
meningkat dari 35 pada pretest menjadi 79,26
Hipotesis yang akan digunakan pada uji one pada posttest. Nilai rata-rata posttest kelas
sample t-test jika terdapat kemampuan awal eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol nilai rata-rata posttest kelas kontrol. Hal ini
adalah sebagai berikut. disebabkan karena proses pembelajaran yang
dilakukan di kelas eksperimen menuntun siswa
untuk selalu memikirkan kembali apa yang
telah dipikirkan. Siswa dibiasakan untuk selalu
Hipotesis yang akan digunakan pada uji melakukan perencanaan, pemantauan, dan
independent sample t-test jika tidak terdapat evaluasi terhadap hasil belajarnya, sehingga
kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan siswa akan lebih teliti dalam menyelesaikan
kelas kontrol adalah sebagai berikut. soal yang diberikan. Sedangkan di kelas
kontrol, pembelajaran yang dilakukan tidak
menuntun siswa untuk melakukan langkah-
Hipotesis yang akan digunakan pada uji langkah seperti yang dilakukan di kelas
independent sample t-test jika terdapat eksperimen, sehingga siswa merasa kesulitan
kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan untuk melakukan perencanaan dalam
kelas kontrol adalah sebagai berikut. menyelesaikan soal.
Variansi pretest kelas eksperimen tidak
berbeda jauh dengan variansi pretest kelas
kontrol, tetapi untuk variansi posttest kelas
Kriteria keputusan diambil jika nilai Sig. pada eksperimen sangat berbeda jauh dengan
output SPSS kurang dari α = 0,05, maka variansi posttest kelas kontrol. Hal ini
ditolak. disebabkan karena pembelajaran di kelas
eksperimen dilakukan dengan diskusi
HASIL PENELITIAN DAN kelompok, sehingga kemampuan siswa relatif
PEMBAHASAN sama. Siswa dapat bertukar pikiran selama
Deskripsi Data Kemampuan Pemecahan proses pembelajaran. Sedangkan di kelas
Masalah Matematis kontrol, pembelajaran tidak dilakukan dengan
24 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 4 Tahun 2017

diskusi kelompok, melainkan guru menjelaskan besar siswa memang masih kesulitan dalam
materi dan contoh soal secara runtut, sehingga komunikasi matematis. Siswa mengetahui
kemampuan siswa menjadi berbeda sesuai bagaimana menalar atau melogika solusi dari
dengan daya tangkap masing-masing. permasalahan yang diberikan, tetapi masih
Data yang diperoleh dalam penelitian terkendala bagaimana menyampaikannya atau
ini tidak hanya memperhatikan nilai akhir yang mengkomunikasikan secara matematis solusi
diperoleh dari pretest dan posttest saja, tetapi tersebut.
juga memperhatikan aspek kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Aspek Analisis Data
kemampuan pemecahan masalah matematis Sebelum melakukan uji hipotesis,
siswa terdiri dari aspek memahami masalah, dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan
merencanakan penyelesaian masalah, uji perbedaan kemampuan awal.
menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan Uji normalitas menggunakan uji
menginterpretasikan jawaban ke masalah Kolmogorov Smirnov dengan bantuan SPSS 16,
semula. Rata-rata skor kemampuan pemecahan diperoleh hasil sebagai berikut.
masalah matematis siswa kelas eksperimen dan Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Kelas
kelas kontrol adalah sebagai berikut. Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4. Data Setiap Aspek Kemampuan Kelas Data Sig. Keputusan
Pemecahan Masalah Matematis Kelas Pre 0,372 Ho diterima
Eksperimen dan Kelas Kontrol test
Eksperimen
Kelas Kelas Kontrol Post 0,113 Ho diterima
Eksperimen test
Aspek
Pre Post Pre Post Pre 0,631 Ho diterima
test test test test test
1 35,69 90,78 22,16 83,14 Kontrol
Post 0,142 Ho diterima
2 17,25 80 8,24 76,27 test
3 53,24 86,62 67,35 81,03 Keterangan: Ho: Data berasal dari populasi yang
4 30,59 78,24 29,71 74,41 berdistribusi normal.
Keterangan: Nilai maksimal =100 Dapat disimpulkan bahwa data diambil dari
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa populasi yang berdistribusi normal.
terjadi peningkatan pada setiap aspek Uji homogenitas bertujuan untuk
kemampuan pemecahan masalah matematis mengetahui apakah data kemampuan
siswa antara pretest dan posttest baik di kelas pemecahan masalah matematis siswa kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol. eksperimen dan kelas kontrol memiliki
Peningkatan yang sangat signifikan terlihat kesamaan variansi atau tidak. Uji ini dilakukan
pada aspek memahami masalah, merencanakan pada nilai pretest dan posttest menggunakan Uji
penyelesaian masalah, dan menginterpretasikan Levene Test dengan bantuan SPSS 16, diperoleh
jawaban ke masalah semula. Sedangkan untuk hasil sebagai berikut.
aspek menyelesaikan masalah sesuai rencana Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Kelas
tetap mengalami peningkatan, tetapi tidak Eksperimen dan Kelas Kontrol
terlalu signifikan. Hal ini berarti bahwa Data Nilai Keputusan
beberapa siswa lebih mengedepankan hasil dari Signifikansi
penyelesaian soal tanpa memperhatikan Pretest 0,952 Ho diterima
pentingnya rangkaian proses penyelesaian soal. Posttest 0,000 Ho ditolak
Ketika siswa ditanya mengapa tidak menuliskan Keterangan: data kemampuan pemecahan
langkah-langkah pemecahan masalah seperti masalah matematis siswa kelas eksperimen dan
yang diperintahkan, beberapa siswa menjawab kelas kontrol memiliki variansi yang sama.
bahwa menuliskan langkah-langkah tersebut Dapat disimpulkan bahwa data pretest
akan menyita banyak waktu dan mereka lebih kemampuan pemecahan masalah matematis
suka untuk mengerjakan soal secara langsung kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
tanpa menggunakan langkah-langkah variansi yang sama (homogen), sedangkan
pemecahan masalah. Hal tersebut dapat posttest kemampuan pemecahan masalah
menimbulkan efek negatif ketika siswa matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol
menjumpai bentuk soal yang merupakan mempunyai variansi yang tidak sama (tidak
pengembangan dari soal sebelumnya, siswa homogen).
akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan Uji perbedaan kemampuan awal
permasalahan tersebut. Selain itu, sebagian dilakukan dengan menggunakan rata-rata nilai
Pengaruh Strategi Metakognitif ... (Ferida Dwi Prasetyoningrum) 25

pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. pembelajaran matematika dengan strategi
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran
independent-sample t-test, diperoleh hasil dengan strategi ekspositori. Uji statistik yang
sebagai berikut. digunakan adalah uji independent-sample t-test
Tabel 7. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan dengan taraf signifikansi α = 0,05
Awal menggunakan bantuan software SPSS 16,
Asumsi Nilai Keputusan dengan hasil sebagai berikut.
Signifikansi Tabel 9. Hasil Uji Hipotesis 2
Normal Asumsi Nilai Keputusan
dan 0,578 Ho diterima Signifikansi
Homogen Normal
Keterangan: tidak terdapat perbedaan nilai dan tidak 0,040 Ho ditolak
rata-rata kemampuan awal siswa kelas Homogen
eksperimen dan kelas kontrol. Keterangan: tidak terdapat perbedaan yang
Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat signifikan dalam kemampuan pemecahan
perbedaan kemampuan awal siswa kelas masalah matematis siswa kelas eksperimen dan
eksperimen dan kelas kontrol. kelas kontrol.
Analisis selanjutnya adalah uji hipotesis Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
pada nilai posttest kemampuan pemecahan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
masalah matematis. Uji hipotesis untuk dalam kemampuan pemecahan masalah
menjawab rumusan masalah menggunakan matematis siswa kelas eksperimen dan kelas
bantuan SPSS 16. kontrol.

Hasil Uji Hipotesis 1 Hasil Uji Hipotesis 3


Uji hipotesis ini dilakukan untuk Uji hipotesis ini dilakukan untuk
mengetahui apakah strategi metakognitif efektif mengetahui apakah terdapat pengaruh
digunakan dalam pembelajaran matematika penggunaan strategi metakognitif terhadap
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah kemampuan pemecahan masalah matematis
matematis siswa. Pembelajaran dikatakan siswa. Hasil uji hipotesis ini merupakan
efektif jika nilai rata-rata posttest siswa pada kesimpulan dari dua hasil uji hipotesis yang
kelas eksperimen mencapai KKM, yaitu 78. Uji telah dijelaskan sebelumnya. Strategi
statistik yang digunakan adalah uji one sample metakognitif dikatakan berpengaruh terhadap
t-test dengan taraf signifikansi α = 0,05 kemampuan pemecahan masalah matematis
menggunakan bantuan software SPSS 16, siswa jika strategi metakognitif efektif
dengan hasil sebagai berikut. digunakan dalam pembelajaran matematika
Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis 1 ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah
Asumsi Nilai Keputusan matematis siswa dan terdapat perbedaan
Signifikansi signifikan dalam hal kemampuan pemecahan
Normal masalah matematis siswa yang mengikuti
dan 0,000 Ho ditolak pembelajaran matematika dengan strategi
Homogen metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran
Keterangan: strategi metakognitif tidak dengan strategi ekspositori.
efektif digunakan dalam pembelajaran Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
matematika ditinjau dari kemampuan pertama diperoleh bahwa strategi metakognitif
pemecahan masalah matematis siswa. efektif digunakan dalam pembelajaran
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan matematika ditinjau dari kemampuan
bahwa strategi metakognitif efektif digunakan pemecahan masalah matematis siswa.
dalam pembelajaran matematika ditinjau dari Berdasarkan hasil uji hipotesis yang kedua
kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh bahwa terdapat perbedaan signifikan
siswa. dalam hal kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
Hasil Uji Hipotesis 2 matematika dengan strategi metakognitif dan
Uji hipotesis ini dilakukan untuk yang mengikuti pembelajaran dengan strategi
mengetahui apakah terdapat perbedaan ekspositori.
signifikan dalam hal kemampuan pemecahan Dalam hal ini, perlu ditunjukkan bahwa
masalah matematis siswa yang mengikuti kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
26 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 4 Tahun 2017

strategi metakognitif lebih baik dibandingkan penelitian ini terbukti berpengaruh terhadap
dengan kemampuan pemecahan masalah kemampuan pemecahan masalah matematis
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran siswa. Guru disarankan untuk menggunakan
dengan strategi ekspositori. Strategi strategi metakognitif ini sebagai strategi
metakognitif dikatakan lebih baik ditinjau dari alternatif dalam pembelajaran matematika.
kemampuan pemecahan masalah matematis Selain itu, bagi peneliti lain disarankan untuk
siswa dibandingkan dengan strategi ekspositori, melakukan penelitian lanjutan untuk menguji
apabila rata-rata nilai posttest siswa kelas keefektifan strategi metakognitif pada materi
eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai dan kondisi siswa yang berbeda serta
posttest kelas kontrol. Pengujian dilakukan melibatkan atau mengkombinasikan dengan
dengan menggunakan uji independent-sample t- aspek lain seperti kemampuan komunikasi
test dengan taraf signifikansi α = 0,05 matematis. Hal ini karena dalam penelitian ini
menggunakan bantuan software SPSS 16, yang dirasakan yaitu siswa mengetahui
dengan hasil sebagai berikut. bagaimana menalar atau melogika solusi dari
Tabel 10. Hasil Uji Hipotesis 3 permasalahan yang diberikan, tetapi masih
Asumsi Nilai Keputusan terkendala bagaimana menyampaikannya atau
Signifikansi mengkomunikasikan secara matematis solusi
Normal tersebut. Sehingga diperlukan penelitian
dan tidak 0,040 Ho ditolak lanjutan terhadap komunikasi matematis. Selain
Homogen itu juga disarankan agar penelitian lanjutan
Keterangan: pembelajaran matematika mengenai metakognitif bukan hanya mengenai
dengan strategi metakognitif ditinjau dari jenis penelitian eksperimen saja, tetapi juga
kemampuan pemecahan masalah matematis pengembangan perangkat pembelajaran dengan
siswa tidak lebih baik dibandingkan dengan strategi metakognitif dalam rangka mendukung
strategi konvensional. pembelajaran dengan strategi metakognitif.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
dengan strategi metakognitif lebih baik
dibandingkan dengan kemampuan pemecahan Blakey, E., & Spence, S. (1990). Developing
masalah matematis siswa yang mengikuti Metacognition. ERIC Digest. Diakses
pembelajaran dengan strategi ekspositori. dari http://www.ericdigest.org/pre-
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat 9218/developing.htm pada tanggal 5
pengaruh penggunaan strategi metakognitif Oktober 2016.
terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Bruning, R. H. et al. (2004). Cognitive
SIMPULAN DAN SARAN psycology and instruction (4th ed).
Upper Saddle River, NJ: Pearson
Simpulan Merrill Prentice Hall.
Berdasarkan uji hipotesis menggunakan
taraf signifikansi 0,05 dapat disimpulkan bahwa Carr, M. (2010). The importance of
(1) strategi metakognitif efektif digunakan metacognition for conceptual change
dalam pembelajaran matematika ditinjau dari and strategy use in mathematics. Dalam
kemampuan pemecahan masalah matematis Waters, H. S. & Schneider, W. (Eds.),
siswa. (2) terdapat perbedaan signifikan dalam Metacognitive, strategy use, &
hal kemampuan pemecahan masalah matematis instruction (pp. 176-197). New York,
siswa yang mengikuti pembelajaran matematika NY: Guilford Press.
dengan strategi metakognitif dan yang
mengikuti pembelajaran dengan strategi Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri
ekspositori. (3) terdapat pengaruh penggunaan Pendidikan Nasional Republik
strategi metakognitif terhadap kemampuan Indonesia Nomor 22 tahun 2006
pemecahan masalah matematis siswa. tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Saran Eggen, Paul & Kauchak, Don. (2012). Strategi
Pembelajaran matematika dengan dan Model Pembelajaran:
menggunakan strategi metakognitif melalui Mengajarkan Konten dan Keterampilan
Pengaruh Strategi Metakognitif ... (Ferida Dwi Prasetyoningrum) 27

Berpikir. (Alih bahasa: Satrio Wahono). development. London: Lawrence


Jakarta Barat: Penerbit Indeks. Erlbaum Associates Publishers.

Erman Suherman, dkk. (2003). Strategi Livingston, J. A. (1997). Metacognition: An


pembelajaran matematika kontemporer. overview. American Psychologist, vol.
Bandung: JICA. 34, pp. 906-911.

Flavell, J. H. (1976). Metacognitive Aspects of NCTM. (2000). Principles and standards for
Problem Solving. Dalam L. B. Resnick school mathematics. Reston, VA:
(Ed), The Nature of Intelligence. Hlm. National Council of Teachers of
231-236. Mathematics, Inc.

Flavell, J. H. (1979). Metacognition and OECD. (2016). PISA 2015 Results in Focus.
cognitive monitoring: A new area of Paris: OECD.
cognitive-developmental inquiry.
American Psychologist, vol. 34, pp. Polya, G. (1973). How to solve it: A new aspect
906-911. of mathematical method second edition.
New Jersey, NJ: Princeton University
Gagne, Robert M. (1970). Learning Theory, Press.
Educational Media, and Individualized
Instruction. ERIC. Diakses dari Ratna Wilis D. (2011). Teori-Teori Belajar &
https://eric.ed.gov/?id=ED039752 pada Pembelajaran. Jakarta: Penerbit
tanggal 2 Maret 2017. Erlangga.

Hamzah B. Uno. (2012). Model pembelajaran: Wina Sanjaya. (2008). Perencanaan dan
Menciptakan proses belajar mengajar Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
yang kreatif dan efektif. Jakarta: PT Kencana.
Bumi Aksara.
Woolfolk, A. (2009). Educational psychology:
Israel, S. E. et al. (2005). Metacognition in Active learning edition. Penerjemah:
literacy learning: theory, assessment, Helly Prajitno Soetjipto & Sri
instruction, and professional Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai