Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas strategi metakognitif, mengetahui apakah
terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran
dengan strategi ekspositori, serta mengetahui pengaruh strategi metakognitif terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan
desain penelitian pretest posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta, dengan sampel penelitian yang dipilih secara acak yaitu kelas
VIII E sebagai kelas kontrol dengan strategi ekspositori dan kelas VIII F sebagai kelas eksperimen
dengan strategi metakognitif. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes dan
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Uji statistik yang digunakan adalah uji one sample t-
test dan independent sample t-test. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan taraf signifikansi 0,05
dapat disimpulkan bahwa (1) strategi metakognitif dalam pembelajaran matematika efektif ditinjau
dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, (2) terdapat perbedaan signifikan dalam hal
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi
metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori, (3) strategi metakognitif
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Kata kunci: strategi metakognitif, strategi ekspositori, kemampuan pemecahan masalah matematis
Abstract
The research aimed to know the effectivity of metacognitive strategies, to know whether there is
a significant difference in mathematical problem solving ability of students who learn with
metacognitive strategies and who learn with expository strategies, and to know the effect of
metacognitive strategies on mathematical problem solving ability. This research is quasi experimental
research with pretest posttest control group design. The population in this research was the 8th grade
of SMPN 6 Yogyakarta with the sample of this research were selected randomly, the class of VIII E as
the class of control was using the expository strategies and the class of VIII F as the class of
experiment was using the metacognitive strategies. The instruments that were used to collecting data
were test and observation sheets. The statistic tests were used test on one sample t-test and
independent sample t-test. The results of the research at the significance level of 0.05, it could be
inferred that (1) metacognitive strategies in mathematics learning is effective observed by
mathematical problem solving ability, (2) there is a significant difference in mathematical problem
solving ability of students who learn with metacognitive strategies and who learn with expository
strategies, (3) metacognitive strategies affect the students mathematical problem solving ability.
menekankan aspek pemecahan masalah sebagai rata 386 yang menandakan bahwa Indonesia
salah satu kompetensi yang harus dikuasai masih jauh di bawah skor rata-rata Internasional
siswa. Erman Suherman, dkk. (2003:89) yaitu 490.
menyatakan bahwa dalam kurikulum Kemampuan pemecahan masalah
matematika sekolah, tujuan diberikannya matematis siswa SMP di Indonesia masih
matematika antara lain agar siswa mampu rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
menghadapi perubahan keadaan di dunia yang faktor, salah satunya yaitu siswa yang tidak
selalu berkembang, melalui latihan bertindak terbiasa menyelesaikan soal-soal pemecahan
atas dasar pemikiran secara logis, rasional, masalah, sehingga kemampuannya untuk
kritis, cermat, jujur, dan efektif. Selain itu, memecahkan masalah menjadi kurang. Siswa
National Council of Teachers of Mathematics hanya terbiasa menghafal definisi, teorema,
(2000:52) juga mengungkapkan bahwa serta rumus-rumus matematika. Selain itu,
pemecahan masalah tidak hanya merupakan faktor lain yang menyebabkan rendahnya
tujuan dari pembelajaran matematika, tetapi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
juga merupakan alat utama untuk melakukan pemecahan masalah yaitu guru yang masih
belajar. banyak mengajarkan algoritma rutin yang
Erman Suherman, dkk. (2003:89) bersifat prosedural dan klasikal. Ketika guru
menyatakan bahwa pemecahan masalah memberikan soal pemecahan masalah, guru
matematika merupakan salah satu kegiatan juga kurang memberikan kesempatan kepada
matematika yang dianggap penting baik oleh siswa untuk mengeksplorasi kemampuan
guru maupun siswa di semua tingkatan mulai berpikirnya, guru kurang memberikan
dari Sekolah Dasar sampai SMU. Berdasarkan pertanyaan yang memancing siswa untuk
teori belajar yang dikemukakan Gagne (1970:8- berpikir tentang cara berpikirnya.
9), keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat Rendahnya kemampuan pemecahan
dikembangkan melalui pemecahan masalah. masalah juga terjadi pada siswa kelas VIII di
Hal ini disebabkan pemecahan masalah SMP Negeri 6 Yogyakarta. Berdasarkan hasil
merupakan tipe belajar paling tinggi dari tujuh pretest dari kedua kelas yang dijadikan sampel,
tipe yang dikemukakan oleh Gagne, yaitu nilai rata-rata siswa hanya mencapai 36,08 dan
signal learning, S-R learning, motor and verbal 35. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata
chain learning, multiple discrimination, yang diperoleh masih sangat jauh dibandingkan
concept learning, principle learning, dan dengan nilai KKM yaitu 78. Pembelajaran di
problem solving. Pentingnya kemampuan SMP Negeri 6 Yogyakarta masih menggunakan
pemecahan masalah juga ditegaskan oleh Eggen metode ekspositori. Guru menyampaikan materi
dan Kauchak (2012:309) yang menyatakan pelajaran secara lengkap, memberikan contoh
bahwa kemampuan pemecahan masalah dan soal beserta penyelesaiannya, dan meminta
pembelajaran mandiri adalah tujuan jangka siswa mengerjakan soal-soal latihan kemudian
panjang dan siswa memerlukan pengalaman membahasnya secara bersama.
terus-menerus untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan
Melalui pengalaman secara terus-menerus, wawancara dengan salah satu guru matematika
sedikit demi sedikit siswa akan berkembang kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta, diperoleh
secara utuh, baik pada aspek kognitif, afektif fakta bahwa siswa memiliki kecenderungan
dan psikomotorik seperti yang dikatakan oleh berpikir berdasarkan apa yang disampaikan dan
Wina Sanjaya (2008:213). dicontohkan guru saja. Siswa kurang mampu
Berdasarkan uraian di atas dapat mengungkapkan ide-ide untuk menyelesaikan
disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah. Sebagian besar siswa lebih
masalah penting untuk dikuasai oleh setiap mengedepankan hasil dari penyelesaian soal
siswa. Namun, kenyataan di sekolah tanpa memperhatikan pentingnya rangkaian
menunjukkan bahwa kemampuan siswa SMP proses penyelesaian soal. Hal tersebut
dalam pemecahan masalah matematika masih menimbulkan efek negatif ketika siswa
tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan menjumpai bentuk soal yang merupakan
hasil survei tiga tahunan PISA (Programme for pengembangan dari contoh soal sebelumnya,
International Student Assessment) yang siswa akan mengalami kesulitan dalam
diselenggarakan oleh OECD (Organisation for menyelesaikan permasalahan tersebut.
Economic Cooperation and Development) pada Mengingat pentingnya peranan kemampuan
tahun 2015 terkait kemampuan matematis pemecahan masalah dalam kehidupan, perlu
siswa. Indonesia menempati urutan 63 dari 70 ditingkatkan kemampuan pemecahan masalah
negara yang berpartisipasi, dengan skor rata- dalam pembelajaran matematika.
Pengaruh Strategi Metakognitif ... (Ferida Dwi Prasetyoningrum) 21
akan tampak bahwa pemecahan masalah ekspositori dengan definisi operasional sebagai
dilaksanakan berdasarkan pada adanya berikut.
pengetahuan tentang kognisi (knowledge - Strategi metakognitif didefinisikan sebagai
about cognition), serta pengaturan kognisi kegiatan pembelajaran yang mengacu pada
(regulation of cognition) yang merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kesadaran
komponen dari metakognitif. Hal ini sesuai terhadap kognitif seseorang sehingga dapat
dengan pendapat Carr (2010:189) bahwa apa membantu orang tersebut dalam mencapai
yang siswa ketahui tentang diri sebagai tujuan pembelajaran secara optimal.
pembelajar dan tentang strategi yang Strategi metakognitif meliputi aktivitas
digunakan dapat menjadi perantara proses merencanakan (planning), memantau
pemantauan selama pemecahan masalah. (monitoring), dan mengevaluasi hasil
belajar yang telah dilakukan (evaluating).
- Strategi pembelajaran ekspositori
METODE PENELITIAN
merupakan strategi pembelajaran yang
Jenis Penelitian
berpusat pada guru, dengan guru
Jenis penelitian yang digunakan dalam
merupakan sumber informasi utama bagi
penelitian ini adalah quasi eksperimen. Desain
siswa. Strategi ekspositori mencakup
penelitian ini menggunakan pretest-posttest
langkah-langkah sebagai berikut. (1)
control group design.
pembukaan, dengan menyampaikan tujuan,
Tabel 1. Desain Penelitian
motivasi, dan apersepsi, (2) isi, ceramah
Group Pretest Treatment Posttest
materi pelajaran/rumus, memberikan
E O1 XM O2 contoh soal dan latihan soal, serta (3)
penutup, ditutup dengan kesimpulan dan
K O3 XK O4 PR (Pekerjaan Rumah) atau kuis.
Keterangan: Variabel terikat dalam penelitian ini
E = kelas eksperimen adalah kemampuan pemecahan masalah
K = kelas kontrol matematis yang didefinisikan sebagai
O1 = pretest kelas eksperimen kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa
O3 = pretest kelas kontrol untuk mengatasi berbagai permasalahan
XM = pembelajaran dengan strategi matematika yang diberikan oleh guru.
metakognitif Kemampuan tersebut meliputi kemampuan
XK = pembelajaran dengan strategi memahami masalah, merencanakan
ekspositori penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah
O2 = posttest kelas eksperimen sesuai rencana, serta menginterpretasikan
O4 = posttest kelas control jawaban ke masalah semula. Variabel yang
dikontrol dalam penelitian ini meliputi guru
Waktu dan Tempat Penelitian yang mengajar, materi pelajaran, dan jumlah
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun jam pelajaran.
ajaran 2016/2017 pada tanggal 5 sampai 26 Instrumen yang digunakan adalah tes
Januari 2017 di SMP Negeri 6 Yogyakarta yang kemampuan pemecahan masalah matematis dan
beralamat di Jalan RW Monginsidi 1 lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Yogyakarta, Cokrodiningratan, Kecamatan Terdapat kualifikasi pencapaian keterlaksanaan
Jetis, Kota Yogyakarta. pembelajaran sebagai berikut.
diskusi kelompok, melainkan guru menjelaskan besar siswa memang masih kesulitan dalam
materi dan contoh soal secara runtut, sehingga komunikasi matematis. Siswa mengetahui
kemampuan siswa menjadi berbeda sesuai bagaimana menalar atau melogika solusi dari
dengan daya tangkap masing-masing. permasalahan yang diberikan, tetapi masih
Data yang diperoleh dalam penelitian terkendala bagaimana menyampaikannya atau
ini tidak hanya memperhatikan nilai akhir yang mengkomunikasikan secara matematis solusi
diperoleh dari pretest dan posttest saja, tetapi tersebut.
juga memperhatikan aspek kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Aspek Analisis Data
kemampuan pemecahan masalah matematis Sebelum melakukan uji hipotesis,
siswa terdiri dari aspek memahami masalah, dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan
merencanakan penyelesaian masalah, uji perbedaan kemampuan awal.
menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan Uji normalitas menggunakan uji
menginterpretasikan jawaban ke masalah Kolmogorov Smirnov dengan bantuan SPSS 16,
semula. Rata-rata skor kemampuan pemecahan diperoleh hasil sebagai berikut.
masalah matematis siswa kelas eksperimen dan Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Kelas
kelas kontrol adalah sebagai berikut. Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4. Data Setiap Aspek Kemampuan Kelas Data Sig. Keputusan
Pemecahan Masalah Matematis Kelas Pre 0,372 Ho diterima
Eksperimen dan Kelas Kontrol test
Eksperimen
Kelas Kelas Kontrol Post 0,113 Ho diterima
Eksperimen test
Aspek
Pre Post Pre Post Pre 0,631 Ho diterima
test test test test test
1 35,69 90,78 22,16 83,14 Kontrol
Post 0,142 Ho diterima
2 17,25 80 8,24 76,27 test
3 53,24 86,62 67,35 81,03 Keterangan: Ho: Data berasal dari populasi yang
4 30,59 78,24 29,71 74,41 berdistribusi normal.
Keterangan: Nilai maksimal =100 Dapat disimpulkan bahwa data diambil dari
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa populasi yang berdistribusi normal.
terjadi peningkatan pada setiap aspek Uji homogenitas bertujuan untuk
kemampuan pemecahan masalah matematis mengetahui apakah data kemampuan
siswa antara pretest dan posttest baik di kelas pemecahan masalah matematis siswa kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol. eksperimen dan kelas kontrol memiliki
Peningkatan yang sangat signifikan terlihat kesamaan variansi atau tidak. Uji ini dilakukan
pada aspek memahami masalah, merencanakan pada nilai pretest dan posttest menggunakan Uji
penyelesaian masalah, dan menginterpretasikan Levene Test dengan bantuan SPSS 16, diperoleh
jawaban ke masalah semula. Sedangkan untuk hasil sebagai berikut.
aspek menyelesaikan masalah sesuai rencana Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Kelas
tetap mengalami peningkatan, tetapi tidak Eksperimen dan Kelas Kontrol
terlalu signifikan. Hal ini berarti bahwa Data Nilai Keputusan
beberapa siswa lebih mengedepankan hasil dari Signifikansi
penyelesaian soal tanpa memperhatikan Pretest 0,952 Ho diterima
pentingnya rangkaian proses penyelesaian soal. Posttest 0,000 Ho ditolak
Ketika siswa ditanya mengapa tidak menuliskan Keterangan: data kemampuan pemecahan
langkah-langkah pemecahan masalah seperti masalah matematis siswa kelas eksperimen dan
yang diperintahkan, beberapa siswa menjawab kelas kontrol memiliki variansi yang sama.
bahwa menuliskan langkah-langkah tersebut Dapat disimpulkan bahwa data pretest
akan menyita banyak waktu dan mereka lebih kemampuan pemecahan masalah matematis
suka untuk mengerjakan soal secara langsung kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
tanpa menggunakan langkah-langkah variansi yang sama (homogen), sedangkan
pemecahan masalah. Hal tersebut dapat posttest kemampuan pemecahan masalah
menimbulkan efek negatif ketika siswa matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol
menjumpai bentuk soal yang merupakan mempunyai variansi yang tidak sama (tidak
pengembangan dari soal sebelumnya, siswa homogen).
akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan Uji perbedaan kemampuan awal
permasalahan tersebut. Selain itu, sebagian dilakukan dengan menggunakan rata-rata nilai
Pengaruh Strategi Metakognitif ... (Ferida Dwi Prasetyoningrum) 25
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. pembelajaran matematika dengan strategi
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran
independent-sample t-test, diperoleh hasil dengan strategi ekspositori. Uji statistik yang
sebagai berikut. digunakan adalah uji independent-sample t-test
Tabel 7. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan dengan taraf signifikansi α = 0,05
Awal menggunakan bantuan software SPSS 16,
Asumsi Nilai Keputusan dengan hasil sebagai berikut.
Signifikansi Tabel 9. Hasil Uji Hipotesis 2
Normal Asumsi Nilai Keputusan
dan 0,578 Ho diterima Signifikansi
Homogen Normal
Keterangan: tidak terdapat perbedaan nilai dan tidak 0,040 Ho ditolak
rata-rata kemampuan awal siswa kelas Homogen
eksperimen dan kelas kontrol. Keterangan: tidak terdapat perbedaan yang
Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat signifikan dalam kemampuan pemecahan
perbedaan kemampuan awal siswa kelas masalah matematis siswa kelas eksperimen dan
eksperimen dan kelas kontrol. kelas kontrol.
Analisis selanjutnya adalah uji hipotesis Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
pada nilai posttest kemampuan pemecahan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
masalah matematis. Uji hipotesis untuk dalam kemampuan pemecahan masalah
menjawab rumusan masalah menggunakan matematis siswa kelas eksperimen dan kelas
bantuan SPSS 16. kontrol.
strategi metakognitif lebih baik dibandingkan penelitian ini terbukti berpengaruh terhadap
dengan kemampuan pemecahan masalah kemampuan pemecahan masalah matematis
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran siswa. Guru disarankan untuk menggunakan
dengan strategi ekspositori. Strategi strategi metakognitif ini sebagai strategi
metakognitif dikatakan lebih baik ditinjau dari alternatif dalam pembelajaran matematika.
kemampuan pemecahan masalah matematis Selain itu, bagi peneliti lain disarankan untuk
siswa dibandingkan dengan strategi ekspositori, melakukan penelitian lanjutan untuk menguji
apabila rata-rata nilai posttest siswa kelas keefektifan strategi metakognitif pada materi
eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai dan kondisi siswa yang berbeda serta
posttest kelas kontrol. Pengujian dilakukan melibatkan atau mengkombinasikan dengan
dengan menggunakan uji independent-sample t- aspek lain seperti kemampuan komunikasi
test dengan taraf signifikansi α = 0,05 matematis. Hal ini karena dalam penelitian ini
menggunakan bantuan software SPSS 16, yang dirasakan yaitu siswa mengetahui
dengan hasil sebagai berikut. bagaimana menalar atau melogika solusi dari
Tabel 10. Hasil Uji Hipotesis 3 permasalahan yang diberikan, tetapi masih
Asumsi Nilai Keputusan terkendala bagaimana menyampaikannya atau
Signifikansi mengkomunikasikan secara matematis solusi
Normal tersebut. Sehingga diperlukan penelitian
dan tidak 0,040 Ho ditolak lanjutan terhadap komunikasi matematis. Selain
Homogen itu juga disarankan agar penelitian lanjutan
Keterangan: pembelajaran matematika mengenai metakognitif bukan hanya mengenai
dengan strategi metakognitif ditinjau dari jenis penelitian eksperimen saja, tetapi juga
kemampuan pemecahan masalah matematis pengembangan perangkat pembelajaran dengan
siswa tidak lebih baik dibandingkan dengan strategi metakognitif dalam rangka mendukung
strategi konvensional. pembelajaran dengan strategi metakognitif.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
dengan strategi metakognitif lebih baik
dibandingkan dengan kemampuan pemecahan Blakey, E., & Spence, S. (1990). Developing
masalah matematis siswa yang mengikuti Metacognition. ERIC Digest. Diakses
pembelajaran dengan strategi ekspositori. dari http://www.ericdigest.org/pre-
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat 9218/developing.htm pada tanggal 5
pengaruh penggunaan strategi metakognitif Oktober 2016.
terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Bruning, R. H. et al. (2004). Cognitive
SIMPULAN DAN SARAN psycology and instruction (4th ed).
Upper Saddle River, NJ: Pearson
Simpulan Merrill Prentice Hall.
Berdasarkan uji hipotesis menggunakan
taraf signifikansi 0,05 dapat disimpulkan bahwa Carr, M. (2010). The importance of
(1) strategi metakognitif efektif digunakan metacognition for conceptual change
dalam pembelajaran matematika ditinjau dari and strategy use in mathematics. Dalam
kemampuan pemecahan masalah matematis Waters, H. S. & Schneider, W. (Eds.),
siswa. (2) terdapat perbedaan signifikan dalam Metacognitive, strategy use, &
hal kemampuan pemecahan masalah matematis instruction (pp. 176-197). New York,
siswa yang mengikuti pembelajaran matematika NY: Guilford Press.
dengan strategi metakognitif dan yang
mengikuti pembelajaran dengan strategi Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri
ekspositori. (3) terdapat pengaruh penggunaan Pendidikan Nasional Republik
strategi metakognitif terhadap kemampuan Indonesia Nomor 22 tahun 2006
pemecahan masalah matematis siswa. tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Saran Eggen, Paul & Kauchak, Don. (2012). Strategi
Pembelajaran matematika dengan dan Model Pembelajaran:
menggunakan strategi metakognitif melalui Mengajarkan Konten dan Keterampilan
Pengaruh Strategi Metakognitif ... (Ferida Dwi Prasetyoningrum) 27
Flavell, J. H. (1976). Metacognitive Aspects of NCTM. (2000). Principles and standards for
Problem Solving. Dalam L. B. Resnick school mathematics. Reston, VA:
(Ed), The Nature of Intelligence. Hlm. National Council of Teachers of
231-236. Mathematics, Inc.
Flavell, J. H. (1979). Metacognition and OECD. (2016). PISA 2015 Results in Focus.
cognitive monitoring: A new area of Paris: OECD.
cognitive-developmental inquiry.
American Psychologist, vol. 34, pp. Polya, G. (1973). How to solve it: A new aspect
906-911. of mathematical method second edition.
New Jersey, NJ: Princeton University
Gagne, Robert M. (1970). Learning Theory, Press.
Educational Media, and Individualized
Instruction. ERIC. Diakses dari Ratna Wilis D. (2011). Teori-Teori Belajar &
https://eric.ed.gov/?id=ED039752 pada Pembelajaran. Jakarta: Penerbit
tanggal 2 Maret 2017. Erlangga.
Hamzah B. Uno. (2012). Model pembelajaran: Wina Sanjaya. (2008). Perencanaan dan
Menciptakan proses belajar mengajar Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
yang kreatif dan efektif. Jakarta: PT Kencana.
Bumi Aksara.
Woolfolk, A. (2009). Educational psychology:
Israel, S. E. et al. (2005). Metacognition in Active learning edition. Penerjemah:
literacy learning: theory, assessment, Helly Prajitno Soetjipto & Sri
instruction, and professional Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.