Anda di halaman 1dari 10

p-ISSN: 2086-4280

Putri, Suryani, & Jufri e-ISSN: 2527-8827

Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning


terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa

Rini Sri Putri1*, Mulia Suryani2, dan Lucky Heriyanti Jufri3

1*,2,3ProgramStudi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sumbar


Jalan Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat, Indonesia
1*rini_sriputri@yahoo.co.id

Artikel diterima: 25-03-2019, direvisi: 30-05-2019, diterbitkan: 31-05-2019

Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan model problem based
learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3
Palembayan berdasarkan tingkat Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa. Dimana siswa dibagi
menjadi 3 kategori yaitu KAM Tinggi, KAM Sedang dan KAM rendah. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimen, dengan rancangan penelitian
one shot case study. Subjek pada penelitian ini siswa kelas VII.3 yang dipilih secara secara acak.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes akhir. Tes yang digunakan adalah
berbentuk essay. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deksriptif kualitatif.
Berdasarkan analisis data secara keseluruhan, model PBL dapat membuat kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa lebih baik. Terlebih lagi untuk siswa yang termasuk ke
dalam kategori KAM tinggi. Ini terlihat dari ukuran pemusatan dimana rata-rata untuk siswa pada
kategori sedang 52,86 dengan simpangan baku 11,31 sehingga disimpulkan bahwa model ini
dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.
Kata Kunci: Problem Based Learning, Kemampuan Pemecahan Masalah, KAM, Kemampuan Awal
Matematis.

The Effect of Application of the Problem Based Learning Model on


Mathematical Problem Solving Students
Abstract
This study aimed to determine how the effect of problem-based learning model implementation
toward student mathematic problem-solving abilities at Class VII SMPN 3 Palembayan based on
the basic level of Mathematical Ability. Students were divided into 3 categories such as the low,
medium and high ability. It was pre-experimental research using one shot case research study
design. The research subject was class VII.3 students who were randomly selected. The
instrument was a final test in the form of an essay. It used a qualitative descriptive data analysis
technique. Based on the data analysis, the Problem-solving learning model can make students'
mathematics problem-solving abilities better. Moreover, those students are categorized into high
ability. It is seen from the concentration measure for students in the medium category are 52.86
with a standard deviation i.e. 11.31. It is concluded that problem-solving model can affect the
students' problem-solving abilities.
Keywords: Problem Based Learning, Problem Solving Ability, Basic Mathematical Ability.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 331


Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

I. PENDAHULUAN mengaplikasikannya dalam kehidupan


Utami dan Wutsqa (2017) mengatakan sehari-hari.
bahwa matematika merupakan salah satu Ada dua studi internasional yang
mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh mengukur kemampun pemecahan
siswa pada setiap jenjang pendidikan. masalah siswa yaitu Trends in International
Pentingnya matematika tidak hanya Mathematics and Science Study (TIMSS)
dipelajari di dalam kelas, namun dan Program for International Student
matematika dekat dengan kegiatan sehari- Assessment (PISA). Hasil uji TIMSS pada
hari. tahun 2015, Indonesia berada pada
Menurut Nikson dalam Muliyardi peringkat 44 dari 49 negara peserta
(2002) “Pembelajaran matematika adalah dengan nilai 386. Sedangkan hasil uji PISA,
upaya untuk membantu siswa untuk Indonesia berada pada peringkat 63 dari
mengkontruksi konsep-konsep atau 64 negara peserta dengan nilai 386. Skor
prinsip-prinsip matematika dengan rerata internasional untuk TIMSS dan PISA
kemampuannya sendiri melalui proses adalah 500. Kedua hasil uji studi
internalisasi sehingga konsep atau prinsip membuktikan bahwa Indonesia
itu terbangun kembali”. Salah satu menduduki posisi di bawah rata-rata, yang
kemampuan matematis yang harus dimiliki mana kemampuan pemecahan masalah
siswa adalah kemampuan pemecahan matematika siswa masih rendah yang
masalah matematika. (Utami & Wutsqa, disebabkan beberapa faktor. Salah
2017), kemampuan pemecahan masalah satunya, kurang berlatih dalam
menjadi salah satu tujuan pembelajaran menyelesaikan soal-soal yang non rutin
matematika yang harus dicapai oleh siswa (Afriansyah, 2016). Oleh karena itu, guru
yang terdapat pada Peraturan Menteri perlu meninjau kembali pembelajaran
Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006. matematika agar dapat menghasilkan
Adapun pendapat lain menurut Jones kemampuan pemecahan masalah siswa
(Budiyono, 2005) terdapat beberapa sesuai dengan yang diharapkan.
alasan perlunya kemampuan pemecahan Pengembangan ide dan pemecahan
masalah yaitu memberi kelancaran siswa masalah siswa masih rendah.
dalam membangun suatu konsep dan Kenyataannya juga ditemukan di SMP
berfikir matematis serta untuk memiliki Negeri 3 Palembayan Kabupaten Agam
pemahaman masalah yang kuat. menunjukkan kemampuan pemecahan
Selanjutnya, menurut (Gunantara, masalah matematika siswa belum sesuai
Suarjana, & Riastini, 2014) kemampuan dengan apa yang diharapkan. Misalnya
pemecahan masalah merupakan guru memberikan contoh soal serta
kecakapan atau potensi yang dimiliki siswa penyelesaiannya kemudian saat guru
dalam menyelesaikan permasalahan dan memberikan contoh soal yang kedua yang
akan diselesaikan oleh siswa, mereka tidak
332 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Putri, Suryani, & Jufri e-ISSN: 2527-8827

dapat mengerjakan soal tersebut karena mengembangkan kemandirian dan


sedikit berbeda dari contoh soal nomor percaya diri. Dimana suatu model
satu. Akibatnya, kemampuan pemecahan pembelajaran ini, dimulai dengan siswa
masalah matematika siswa tidak dihadapkan pada suatu masalah kemudian
diaplikasikan secara optimal. diikuti oleh proses pencarian informasi
Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa yang bersifat student center.
soal tidak dapat dipecahkan atau Menurut Tan (Rusman, 2013) PBL
diselesaikan dengan benar. Soal tersebut merupakan inovasi dalam pembelajaran
menanyakan luas lahan yang digunakan karena dalam PBL kemampuan berfikir
untuk taman, yang mana langkah pertama siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui
jumlahkan 2 pecahan yang diketahui proses kerja kelompok atau tim yang
dengan menyamakan penyebutnya sistematis, sehingga siswa dapat
terlebih dahulu kemudian dikali dengan memberdayakan, mengasah, menguji, dan
1 1
luas lahan. Penyelesaian 1 – ( 3 + )= mengembangkan kemampuan berfikirnya
4
4 3 7 5 secara berkesinambungan.
1 − (12 + ) = 1 − 12 = 12 . Jadi, luas
12 Menurut Ibrahim dalam
lahan yang digunakan Pak Karta adalah Suprihatiningrum (2013) mengemukakan
5
× 360 𝑚2 = 150 𝑚2 . bahwa sintak PBL adalah sebagai berikut:
12
Salah satu model pembelajaran yang a. Fase 1 (Orientasi siswa kepada
dapat meningkatkan kemampuan masalah). Menjelaskan tujuan
pemecahan masalah matematika siswa pembelajaran menjelaskan logistik
yang dibutuhkan dan memotivasi
adalah Problem Based Learning (Fatimah,
siswa untuk terlibat aktif dalam
2012). Menurut Arends dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Suprihatiningrum (2013), PBL merupakan b. Fase 2 (Mengorganisasikan siswa
suatu pendekatan pembelajaran, yang kepada masalah). Membantu siswa
mana siswa mengerjakan permasalahan mendefinisikan dan
yang otentik dengan maksud untuk mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah
menyusun pengetahuan mereka sendiri,
tersebut.
mengembangkan inkuiri dan keterampilan c. Fase 3 (Membimbing penyelidikan
berpikir tingkat lebih tinggi, individu dan kelompok). Mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Fase 4 (Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya). Membantu
siswa dalam merencanakan dan
Gambar 1. Lembar Jawaban Siswa menyiapkan karya yang sesuai seperti

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 333


Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

laporan, model dan berbagi tugas matematika. Dari hal tersebut, melalui
dengan teman. pemecahan masalah, siswa akan terbiasa
e. Fase 5 (Menganalisa dan dan mempunyai kemampuan dasar yang
mengevaluasi proses pemecahan
lebih bermakna dalam berpikir, dan dapat
masalah). Mengevaluasi hasil belajar
tentang materi telah membuat strategi-strategi penyelesaian
dipelajari/meminta kelompok untuk masalah-masalah selanjutnya.
presentasi hasil karya. Menurut Jones (Budiyono, 2005) dalam
Sebuah masalah timbul ketika terdapat (Sumartini, 1981) terdapat beberapa
“Situasi dimana seseorang mencoba alasan perlunya kemampuan pemecahan
mencapai beberapa tujuan dan harus masalah yaitu memberi kelancaran siswa
menemukan cara untuk sampai di sana” dalam membangun suatu konsep dan
(Chi & Glaser, 1985). Pemecahan masalah berfikir matematis serta untuk memiliki
mengacu pada usaha orang-orang untuk pemahaman masalah yang kuat.
mencapai tujuan karena mereka tidak Polya (Amir, 2015) mengemukakan
memiliki solusi otomatis. Masalah memiliki langkah-langkah pemecahan masalah,
tujuan yaitu apa yang coba didapatkan si yaitu:
pemecah masalah untuk pencapaian 1) Memahami masalah.
tujuan. Kegiatan dapat yang dilakukan pada
Pemecahan masalah merupakan suatu langkah ini adalah apa (data) yang
proses untuk mengatasi kesulitan- diketahui, apa yang tidak diketahui
kesulitan yang dihadapi untuk mencapai (ditanyakan), apakah informasi cukup,
tujuan yang diharapkan. Dalam kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi,
matematika, kemampuan pemecahan menyatakan kembali masalah asli dalam
masalah harus dimiliki oleh siswa untuk bentuk yang lebih operasional (dapat
menyelesaikan soal-soal berbasis masalah. dipecahkan).
Dalam (Sundayana, 2016) Pentingnya 2) Merencanakan pemecahannya.
kemampuan pemecahan masalah Kegiatan yang dapat dilakukan pada
dikemukakan oleh Branca (Krulik dan Rays, langkah ini adalah: mencoba mencari atau
1980), yaitu: (1) kemampuan pemecahan mengingat masalah yang pernah
masalah merupakan tujuan umum diselesaikan yang memiliki kemiripan
pengajaran matematika, bahkan sebagai dengan masalah yang akan dipecahkan,
jantungnya matematika, (2) pemecahan mencari pola atau aturan, menyusun
masalah dapat meliputi metode, prosedur prosedur penyelesaian.
dan strategi atau cara yang digunakan 3) Menyelesaikan masalah sesuai
merupakan proses inti dan utama dalam rencana.
kurikulum matematika, dan (3) Kegiatan yang dapat dilakukan pada
pemecahan masalah merupakan langkah ini adalah: menjalankan prosedur
kemampuan dasar dalam belajar yang telah dibuat pada langkah
334 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Putri, Suryani, & Jufri e-ISSN: 2527-8827

sebelumnya untuk mendapatkan kemampuan awalnya yaitu tinggi, sedang


penyelesaian. dan rendah.
4) Memeriksa kembali prosedur dan
hasil penyelesaian. II. METODE
Kegiatan yang dapat dilakukan pada Metode yang digunakan dalam
langkah ini adalah menganalisis dan penelitian ini adalah pre-eksperimen.
mengevaluasi apakah prosedur yang Arikunto (2010) bahwa “Penelitian Pre-
diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, experimental seringkali dipandang sebagai
atau apakah prosedur dapat dibuat eksperimen yang tidak sebenarnya atau
generalisasinya. sering disebut dengan istilah quasi
Pada proses pembelajaran, beberapa experiment atau eksperimen pura-pura.”
siswa mengalami kesulitan dalam Pre-eksperimen dengan rancangan
mengamati maupun memahami pelajaran penelitian yaitu random sampling
matematika. Mereka menganggap terhadap subjek. Populasi penelitian ini
matematika itu sulit. Contohnya pada saat adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 3
mengerjakan soal latihan, mereka kurang Palembayan, yang terpilih sebagai kelas
mampu menyelesaikan soal-soal non rutin sampel adalah kelas VII.3 yang berjumlah
sehingga proses yang mereka lakukan 26 siswa.
tidak mendapatkan hasil kerja yang tepat Variabel Penelitian
dan membuat mereka malas untuk a. Variabel Bebas (X): Model
menyelesaikan soal tersebut. Pada defenisi pembelajaran Problem Based
PBL yaitu proses pembelajaran yang Learning
berbasis pada penyelesaian masalah. b. Variabel Terikat (Y): Kemampuan
Maka penelitian ini bertujuan untuk pemecahan masalah matematika
mengetahui bagaimana pengaruh Desain Penelitian
penerapan model PBL terhadap Adapun desain dalam penelitian ini
kemampuan pemecahan masalah adalah one shot case study (Sugiyono,
matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3 2011), dapat dilihat pada gambar 2.
Palembayan berdasarkan tingkat Teknik analisis data yang digunakan
Kemampuan Awal Matematika (KAM)
siswa. KAM ini digunakan untuk
mengetahui gambaran mengenai X O
kemampuan awal matematis siswa Gambar 2. One Shot Case Study.
sebelum penelitian dilakukan atau
sebelum perlakuan diberikan. Di samping Keterangan
X : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen
itu, data KAM ini juga digunakan untuk
yaitu dengan menggunakan model PBL
siswa dikelompokkan berdasarkan O : Observasi (Variabel Dependen)

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 335


Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

yaitu analisis data deskriptif kualitatif. dilakukan pada tanggal 10 – 28 Januari


Menurut penelitian yang dilakukan oleh 2019 sebanyak 5 pertemuan. pertemuan 1
Iskandar (2009), menyatakan bahwa pembelajaran selama 120 menit,
penelitian deskriptif merupakan penelitian pertemuan 2 pembelajaran selama 80
untuk memberi uraian mengenai menit, pertemuan 3 pembelajaran selama
fenomena atau gejala sosial yang diteliti 120 menit, pertemuan 4 pembelajaran
dengan mendeskripsikan tentang nilai selama 80 menit dan pertemuan 5
variabel mandiri, baik satu variabel atau dilakukan tes akhir berupa soal esai
lebih berdasarkan indikator-indikator dari sebanyak 5 soal yang dilakukan selama
variabel yang diteliti tanpa membuat 100 menit yang diikuti oleh siswa sebanyak
perbandingan atau menghubungkan 24 orang (lihat tabel 2)
antara variabel yang diteliti guna untuk Berdasarkan tabel 2, nilai tes akhir
eksplorasi dan klasifikasi dengan siswa berdasarkan kemampuan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang pemecahan masalah secara keseluruhan
berkenaan dengan masalah variabel yang nilai siswa berada mendekati rata-rata.
diteliti. Pada tes akhir dapat dilihat
Pada saat penelitian siswa dibagi kemampuan pemecahan masalah KAM
kelompok berdasarkan KAM (tinggi, rendah dan KAM sedang dapat dilihat
sedang, rendah). Didapatkan siswa yang pada tabel 3.
kategori KAM tinggi ada 4 orang, kategori Hasil analisis data model PBL terhadap
KAM sedang 19 orang dan kategori KAM kemampuan pemecahan masalah paling
rendah 3 orang (lihat tabel 1).
Tabel 2.
Berdasarkan analisis data, model PBL Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah
terhadap kemampuan pemecahan Matematika Siswa
Tes ̅
𝑿 SB 𝑿𝑴𝒂𝒌𝒔 𝑿𝑴𝒊𝒏
masalah dapat memberikan pengaruh
Tes 92,92 13,50 100 40
terhadap siswa.
Akhir
̅
𝑿 : rata-rata nilai tes akhir
III. HASIL DAN PEMBAHASAN SB : simpangan baku tes akhir
Berdasarkan penelitian yang telah 𝑿𝑴𝒂𝒌𝒔 : nilai maksimal siswa
𝑿𝑴𝒊𝒏 : nilai minimum siswa
Tabel 1.
Pengelompokkan Siswa berdasarkan KAM Tabel 3.
Kriteria Kategori Rekapitulasi Kemampuan Pecahan Masalah
𝑥 ≥ 𝑥̅ + SB Tinggi T ̅
𝑿 ̅
𝑿 𝑺𝑩 𝑺𝑩
𝑥̅ - SB < 𝑥 < 𝑥̅ + SB Sedang e KAM KAM KAM KAM
𝑥̅ - SB ≥ 𝑥 Rendah s Rdh Sdg Rdh Sdg
Keterangan: Tes 30 52,86 2,91 11,31
𝑥 = nilai siswa
Ak-
𝑥̅ = rata-rata skor / nilai siswa
SB = simpangan baku dari skor / nilai siswa hir

336 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Putri, Suryani, & Jufri e-ISSN: 2527-8827

memberikan pengaruh terhadap siswa buku pegangan siswa ataupun buku


yang kategori KAM tinggi seperti tabel 1. matematika lain yang dipinjam dari
Karena telihat pada siswa KAM tinggi perpustakaan. Siswa menyelesaikan
merasa tertantang dan lebih sangat masalah dengan membuat rencana yang
bersemangat melakukan proses akan diselesaikan dan melakukan
pembelajaran yang di awali dengan soal perhitungan dengan benar. Sebagian siswa
pemecahan masalah yang mana siswa ada belum lengkap penyelesaian dan
memahami masalah terlebih dahulu, perhitungannya yang salah. siswa tersebut
membuat dugaan atau perencanaan disuruh untuk memperbaiki lembar
masalah, menyelesaikan masalah diskusinya dengan jawaban yang benar.
kemudian memeriksa kembali hasil Tahap akhir siswa membuat kesimpulan
masalah tersebut. Akan tetapi PBL atau memeriksa kembali hasil diskusinya.
terhadap pemecahan masalah tidak cocok Kemampuan siswa menjawab dalam
pada siswa KAM rendah karena mereka lembar jawabannya dengan tahapan
sulit mengikuti pembelajaran tanpa pemecahan masalah sebagai berikut:
dijelaskan terlebih dahulu oleh guru. a. Memahami Masalah
Sedangkan siswa KAM sedang, sebagian Pada tahapan ini siswa memahami
sama dengan siswa berkemampuan tinggi. masalah yang dan mengidentifikasi soal
Sehingga hasil ujian terhadap kemampuan apa saja yang diketahui dan ditanya. Siswa
pemecahan masalah meningkat dari KAM tinggi telah mampu menemukan
sebelumnya. masalah dengan benar. Begitupun siswa
Pada diskusi kelompok siswa kesulitan KAM sedang telah menemukan masalah
memahami masalah yang terdapat pada dengan benar. Siswa KAM rendah
lembar diskusi. Kemudian guru membantu sebagian menemukan masalah pada soal
siswa mengarahkan untuk dapat tetapi tidak lengkap.
menemukan masalah pada soal. Siswa Berdasarkan gambar 3, siswa KAM
KAM tinggi dapat menemukan masalah tinggi telah mampu mengindentikasi dan
walaupun kesulitan di awal. Begitu juga memahami soal serta menemukan apa
dengan siswa KAM sedang mereka sulitan yang diketahu dan tanya. Begitupun pada
memahami masalah. Siswa KAM rendah siswa KAM sedang juga sama dengan KAM
tidak memahami masalah dan takut tinggi (lihat gambar 4).
bertanya. Kemudian siswa membuat Berdasarkan gambar 5, siswa KAM
rencana untuk menyelesaikan masalah.
Siswa awalnya bingung pada tahap ini,
kemudian dijelaskan guru baru mereka
paham tahap apa yang harus diselesaikan.
Guru mendorong siswa untuk mencari
Gambar 3. Lembar Jawaban Siswa KAM Tinggi.
informasi dari berbagai sumber, misalnya
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 337
Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

rendah hanya sedikit memahami soal dan masalah. Akan tetapi KAM rendah masih
tidak menemukan apa yang ditanya pada kurang lengkap tahap perencanaannya
soal. Jadi KAM rendah masih ketinggalan (lihat gambar 8).
dari KAM tinggi dan sedang. Berdasarkan gambar 8, siswa KAM
b. Merencanakan Masalah rendah mampu membuat rencana atau
Tahapan merencanakan masalah siswa dugaan untuk menyelesaikan masalah
merasa ragu dan kesulitan pada awalnya. meskipun kurang lengkap.
Akan tetapi pada saat tes akhir siswa KAM c. Menyelesaikan Masalah
tinggi dan sedang mampu membuat Tahapan menyelesaikan masalah siswa
rencana atau dugaan dengan benar. Siswa dengan mudah melakukan karena rencana
KAM rendah melakukan 1 rencana dengan atau dugaan telah dibuat dengan benar.
benar tetapi tidak ada lain yang akan Jadi siswa mengikuti prosedur yang ada.
diselesaikan. Siswa KAM tinggi dan sedang telah mampu
Berdasarkan gambar 6, siswa KAM melakukan tahapan ini dengan benar.
tinggi telah mampu membuat rencana Siswa KAM rendah melakukan 1
untuk menyelesaikan permasalahan penyelesaian dengan benar tetapi tidak
dengan benar. Begitupun dengan KAM lengkap atau belum selesai dengan
sedang telah mampu memahami soal. tahapan berikutnya (lihat gambar 9).
Berdasarkan gambar 7, siswa KAM Berdasarkan gambar 9, siswa KAM
sedang telah mampu membuat rencana tinggi telah mampu menyelesaikan
atau dugaan untuk menyelesaikan masalah dengan benar dan tepat sesuai
dengan prosedur yang ada. Begitupun
KAM sedang telah mampu melakukan

Gambar 4. Lembar Jawaban Siswa KAM


Sedang. Gambar 7. Lembar Jawaban Siswa KAM
Sedang.

Gambar 5. Lembar Jawaban Siswa KAM


Rendah.

Gambar 8. Lembar Jawaban Siswa KAM


Rendah.
Gambar 6. Lembar Jawaban Siswa KAM Tinggi.

338 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Putri, Suryani, & Jufri e-ISSN: 2527-8827

penyelesaian walaupun hasil perhitungan


salah (lihat gambar 10) IV. PENUTUP
Berdasarkan gambar 10, siswa KAM Berdasarkan hasil analisis data dan
sedang telah mampu membuat pembahasan maka dapat disimpulkan dari
penyelesaian tetapi perhitungan yang kemampuan pemecahan masalah dengan
dilakukan salah. Begitupun KAM rendah, PBL memberikan pengaruh terhadap
perhitungannya juga salah tetapi tahapan kemampuan pemecahan masalah siswa.
yang dilakukan sudah sesuai dengan Pada penelitian ini siswa dikelompok yaitu
prosedur (lihat gambar 11). berdasarkan KAM. KAM merupakan
Berdasarkan gambar 11, siswa KAM kemampuan awal matematis siswa yang
rendah telah membuat penyelesaian terdiri dari 3 kategori yaitu KAM tinggi,
sesuia dengan prosedur yang ada. Akan KAM sedang dan KAM rendah.
tetapi perhitungan yang dilakukannya
salah. DAFTAR PUSTAKA
Hasil analisi data menunjukkan bahwa Afriansyah, E. A. (2016). Investigasi
PBL memberikan pengaruh yang positif Kemampuan Problem Solving dan
Problem Posing Matematis
terhadap kemampuan pemecahan
Mahasiswa via Pendekatan Realistic.
masalah siswa. Hal ini sejalan dengan Mosharafa: Jurnal Pendidikan
temuan Nadhifah dan Afriansyah (2016) Matematika, 5(3), 269–280.
yang menyatakan hal yang sama. Amir, M. F. (2015). Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan: Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan, (2011),
34–42.
https://doi.org/10.3917/rsi.100.0107
Fatimah, F. (2012). Kemampuan
Gambar 9. Lembar Jawaban Siswa KAM Tinggi. Komunikasi Matematis dan
Pemecahan Masalah melalui Problem
Based-Learning. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, 16(1), 249-259.
Gunantara, G., Suarjana, M., & Riastini, P.
N. (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning
Gambar 10. Lembar Jawaban Siswa KAM untuk Meningkatkan Kemampuan
Sedang. Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1),
1–10.
https://doi.org/10.1073/pnas.070399
Gambar 11. Lembar Jawaban Siswa KAM 3104
Rendah.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 339


Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Utami, R. W., & Wutsqa, D. U. (2017).


Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Analisis kemampuan pemecahan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada masalah matematika dan self-efficacy
Press.
siswa SMP negeri di Kabupaten
Muliyardi. (2002). Strategi Pembelajaran
Matematika. Padang: Universitas Ciamis. Jurnal Riset Pendidikan
Negeri Padang. Matematika, 4(2), 166.
Nadhifah, G., & Afriansyah, E. A. (2016). https://doi.org/10.21831/jrpm.v4i2.14
Peningkatan Kemampuan Pemecahan 897
Masalah Matematis Siswa dengan
Menerapkan Model Pembelajaran RIWAYAT HIDUP PENULIS
Problem Based Learning dan Inquiry.
Rini Sri Putri.
Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 5(1), 33–44. Lahir di Koto Alam, 11 April
Rusman. (2013). Model-model 1996. Studi S1 Pendidikan
Pembelajaran Mengembangkan Matematika STKIP PGRI
SUMBAR, lulus tahun 2019.
Profesionalisme Guru. Jakarta:
RajaGrafindo.
Schunk, D. H. (2012). Teori Pembelajaran:
Perspektif Pendidikan. Yogyakarta: Mulia Suryani, M.Pd.
Pustaka Belajar.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Lahir di Padang, 12 November
1987. Dosen tetap yayasan di
Kuantitatif, Kualitatifdan R & D. STKIP PGRI SUMBAR.
Bandung: Alfabeta. Menjabat sebagai
Sundayana, R. (2016). Kaitan antara Gaya Lektor/Penata di Program
Belajar, Kemandirian Belajar, dan studi pendidikan matematika
Studi S1 Pendidikan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika STKIP PGRI
Siswa SMP dalam Pelajaran SUMBAR, lulus tahun 2009. Studi S2 Kosentrasi
Program studi pendidikan matematika. Studi S1
Matematika. Mosharafa: Jurnal
Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR,
Pendidikan Matematika, 5(2), 75–84. lulus tahun 2009. Tahun 2010 melanjutkan studi
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi S2 bidang Kosentrasi pendidikan Matematika
Pasca Sarjana UNP, lulus tahun 2012.
Pembelajaran Teori dan Aplikasi.
Jogjakarta: Ar-RuzzMedia
Lucky Heriyanti Jufri, S.Si, M.Pd.
Sumartini, T. S. (1981). Peningkatan
Kemampuan Penalaran Matematis Lahir di Padang, 12 Agustus
1987. Dosen tetap yayasan di
Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis STKIP PGRI SUMBAR. Studi
Masalah. Mosharafa: Jurnal S1 Pendidikan Matematika di
Pendidikan Matematika, 4(1), 1–10. Universitas Pendidikan

http://dx.doi.org/10.31980/mosharaf
a.v4i1.239.g244

340 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 8, Nomor 2, Mei 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika

Anda mungkin juga menyukai