1, Mei 2015
Usman Aripin
usmanaripin@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih rendahnya kemampuan pemahaman matematik siswa Sekolah
Menengah Pertama diperlukan pendekatan pembelajaran untuk mengatasi masalah tersebut. Alternatif
pendekatan yang diterapkan yaitu dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada
pendekatan konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Pada awal dan
akhir pembelajaran kedua kelas diberi tes. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP kabupaten
bandung barat, sedangkan sampelnya terdiri dari dua kelas yang dipilih secara acak kelas, diperoleh kelas
VIII-3 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-4 sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dalam
penelitian ini berupa tes sebanyak 5 soal uraian, kemudian data skor kemampuan pemahaman matematik
tersebut dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensial dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-
rata. Berdasarkan hasil penelitian, baik dari hasil analisis data maupun pengujian hipotesis, maka penulis
menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada yang menggunakan
pendekatan konvensional.
ABSTRACT
This research is motivated by the poor ability of understanding mathematical junior secondary students
learning approach is needed to resolve the issue. Alternative approaches were applied, namely the
problem-based learning approach. This study aims to determine whether the increased understanding of
the mathematical ability of students learning using problem-based learning approach is better than the
conventional approach. The method used was experimental method. At the beginning and end of the
study both classes were given the test. The population in this study is the county junior high school
students bandung west, while the sample is composed of two classes randomly selected classes, derived
classes VIII-3 as the experimental class and VIII-4 as the control class. Collecting data in this study a test
as much as 5 about description, then the ability of understanding mathematical score data were analyzed
using descriptive and inferential statistics using two different test average. Based on the research results,
both from the results of the data analysis and hypothesis testing, the authors concluded that increased
understanding of the mathematical ability of students learning using problem-based learning approach
was better than using the conventional approach.
120
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015
Dewasa ini salah satu problematika siswa dalam Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
belajar adalah matapelajaran matematika. Sudah pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai
menjadi rahasia umum bahwa bagi kebanyakan peran utama dalam keberhasilan proses
siswa matematika dianggap matapelajaran yang pembelajaran. Menurut Soedjadi (Tanti, 2012),
sukar. Padahal matematika itu salah satu pelajaran ‘Pendekatan pembelajaran berbasis masalah
yang penting untuk dikuasai, karena hampir memulai pembelajaran dengan masalah yang
disetiap jenjang pendidikan terdapat matematika. kompleks misalnya tentang hal-hal dalam
Selain itu dalam penilaian kompetensi seseorang kehidupan sehari-hari, kemudian dikupas menuju
salahsatu istrumennya soal matematika, seperti tes kepada konsep-konsep sederhana yang terkait’. Hal
masuk kerja, perguruan tinggi dsb. Oleh sebab itu ini dilakukan supaya siswa mengetahui manfaat
setiap orang penting untuk memahami matematika. matematika dalam kehidupan dan termotivasi
untuk memecahakan permasalahannya.
Kemampuan pemahaman matematika sangatlah
penting dikuasai siswa karena belajar matematika Menurut Sudrajat(2011) pendekatan pembelajaran
bukan hanya sekedar hafal rumus dan bisa berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan,
menghitung saja tetapi harus bisa memahami diantaranya:
konsepnya. Hal ini sesuai dengan pendapat 1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan
Purwanto (Harja: 2012), bahwa pemahaman adalah sebab mereka sendiri yang menemukan
tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa konsep tersebut;
mampu memahami arti atau konsep, situasi serta 2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah
fakta yang diketahuinya. dan menuntut keterampilan berpikir siswa
yang lebih tinggi;
Pemahaman matematis juga merupakan salah satu 3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skema
kompetensi yang harus dicapai. Hal ini sesuai yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran
dengan Depdiknas (2003:2) bahwa, pemahaman lebih bermakna;
konsep merupakan salah satu kecakapan atau 4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran
kemahiran matematika yang diharapkan dapat sebab masalah-masalah yang diselesaikan
tercapai dalam belajar matematika. Namun langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata,
kenyataan dilapangan menurut Suwarti (2013:51) hal ini dapat meningkatkan motivasi dan
hasil angket pemahaman matematik dapat ketertarikan siswa terhadap bahan yang
disimpulkan bahwa siswa masih mengalami dipelajari;
kesulitan pada tingkat kemampuan pemahaman 5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa,
matematik hal ini berarti kemampuan pemahaman mampu memberi aspirasi dan menerima
matematik siswa masih rendah. pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial
yang positif diantara siswa.
Peran guru merupakan salahsatu peran penting 6. Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok
dalam keberhasilan proses pembelajaran. Slameto yang saling berinteraksi terhadap pembelajar
(2003:163), ”Salah satu kemampuan yang harus dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan
dimiliki seorang guru adalah mampu menggunakan belajar siswa dapat diharapkan.
banyak pendekatan saat mengajar...”. Proses
pembelajaran dikelas akan lebih menarik, tidak Dilihat dari keunggulannya pendekatan ini
monoton dan memotivasi siswa untuk belajar lebih diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
aktif, sehingga dalam upaya meningkatkan pemahaman matematik siswa karena siswa
kemampuan pemahaman matematika hendaknya menemukan konsep sendiri yang berimplikasi
dapat memilih dan menerapakan suatu lebih memahami, mandiri dalam belajar serta
pembelajaran yang efektif. mempunyai keterampilan memecahkan masalah-
masalah matematika.
Mengatasi permasalahan diatas maka diperlukan
pendekatan pembelajaran yang mudah dipahami Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam hal
siswa dan mendorong siswa untuk aktif dalam ini peneliti merumuskan masalah yaitu apakah
mencapai kompetensi yang diharapkan. Banyak peningkatan kemampuan pemahaman matematik
metode pengajaran matematika yang relevan, salah siswa yang pembelajarannya menggunakan
satunya adalah menerapkan pendekatan pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based baik dari pada yang pembelajarannya
Learning) dalam pembelajaran matematika. menggunakan pendekatan konvensional?
121
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015
Sejalan dengan permasalahan diatas maka secara 1) Kemampuan menyatakan ulang konsep dan
garis besar penelitian ini bertujuan untuk menerapkan konsep secara alogaritma.
mengetahui apakah peningkatan kemampuan 2) Kemampuan mengklasifikasi objek-objek
pemahaman matematik siswa yang berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang telah membentuk konsep tersebut.
pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada 3) Kemampuan memberikan contoh dari konsep
yang pembelajaranya menggunakan pendekatan yang dipelajari dan menyajikan konsep dalam
konvensional. bentuk representasi matematika.
4) Kemampuan mengaitkan berbagai konsep
B. KAJIAN TEORI DAN METODE matematika.
122
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015
Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003) mengatakan dapat juga berupa laporan, model fisik, video
hal-hal yang harus terjadi dalam proses maupun program komputer
pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai 5. Kolaborasi.
berikut: Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan
1) Keterlibatan meliputi mempersiapkan siswa oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang
untuk berperan sebagai pemecah masalah yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau
bisa bekerja sama dengan pihak lain, dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk
menghadapkan siswa pada situasi yang terlibat dan saling bertukar pendapat dalam
mendorong untuk mempu menemukan melakukan penyelidikan sehingga dapat
masalah dan meneliti permasalahan sambil menyelesaikan permasalahan yang disajikan.
mengajukan dugaan dan rencana penyelesaian.
2) Inkuiri dan investigasi yang mencakup kegiatan Setiap pembelajaran apapun terdapat kelebihan
mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi. ataupun kekurangan. Kelebihan pembelajaran
3) Performansi yaitu menyajikan temuan. berbasis masalah sebagai suatu pendekatan
4) Tanya jawab yaitu menguji keakuratan dari pembelajaran menurut Widyastuti (2010) adalah:
solusi dan melakukan refleksi terhadap proses (a) Realistik dengan kehidupan siswa.
pemecahan masalah. (b) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa.
(c) Memupuk sifat inkuiri siswa.
Depdiknas (2003), ciri utama pembelajaran (d) Retensi konsep menjadi kuat.
berbasis masalah meliputi mengorientasikan siswa (e) Memupuk kemampuan problem solving.
kepada masalah atau pertanyaan yang autentik.
multidisiplin, menuntut kerjasama dalam Selain itu, kekurangannya adalah
penyelidikan, dan menghasilkan karya. Kemudian (1) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep)
ciri utama pendekatan pembelajaran berbasis yang kompleks.
masalah menurut Trianto (Tanti, 2012) sebagai (2) Sulitnya mencari problem yang relevan.
berikut : (3) Sering terjadi miss-konsepsi.
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. (4) Memerlukan waktu yang cukup panjang.
Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di
lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh Sintaks suatu pembelajaran menurut Widyastuti
siswa kepada masalah yang autentik ini dapat (2010) berisi langkah-langkah yang harus
berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau dilakukan oleh guru dan siswa. Terdapat 5
mendemontrasikan suatu kejadian yang langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis
mengundang munculnya permasalahan atau masalah yaitu sebagai berikut :
pertanyaan.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Tabel 1. Langkah- Langkah Pembelajaran
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah Berbasis Masalah
mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu Tahap Tingkah Laku guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
(IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) masalah menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
yang dipilih benar-benar nyata agar dalam Tahap-1 mengajukan fenomena atau demonstrasi
pemecahannya, siswa dapat meninjau dari Orientasi siswa pada atau cerita untuk memunculkan
berbagi mata pelajaran yang lain. masalah masalah, memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang
3. Penyelidikan autentik.
dipilih.
Pembelajaran berdasarkan masalah Guru membantu siswa untuk
mengharuskan siswa melakukan penyelidikan Tahap-2
mendefinisikan dan mengorganisasi
Mengorganisasi
autentik untuk mencari penyelesaian nyata tugas belajar yang berhubungan dengan
siswa untuk belajar
terhadap masalah yang disajikan. Metode masalah tersebut
Tahap-3 Guru mendorong siswa untuk
penyelidikan ini bergantung pada masalah yang Membimbing mengumpulkan informasi yang sesuai,
sedang dipelajari. penyelidikan melaksanakan eksperimen untuk
4. Menghasilkan produk atau karya. individual maupun mendapatkan penjelasan dan
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut kelompok pemecahan masalah.
Guru membantu siswa dalam
siswa untuk menghasilkan produk tertentu Tahap-4
merencanakan dan menyiapkan karya
dalam bentuk karya dan peragaan yang Mengembangkan dan
yang sesuai seperti laporan, video, dan
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian menyajikan hasil
pendekatan serta membantu mereka
karya
masalah yang mereka temukan. Produk itu untuk berbagi tugas dengan temannya.
123
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015
124
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015
Bedasarkan tabel 1 rerata gain kelas eksperimen antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
dan gain kelas kontrol yaitu 0,52 dan 0,36 dengan dengan taraf signifikansi 5%. Karena kedua sampel
simpangan baku masing-masing 0,22 dan 0,16 berangkat dari kemampuan yang sama, dapat di
artinya secara deskriptif peningkatan kemampuan bandingkan kemapuan pemahaman matematika
pemahaman kelas eksperimen lebih baik daripada antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun
kelas kontrol. Selanjutnya untuk mendukung pengujiannya sebagai berikut:
deskripsi kemampuan pemahaman matematik yang
telah dijelaskan, maka dilakukan analisis data Tabel 4. Rekapitulasi Pengujian Perbedaan
kemampuan pemahaman matematik siswa melalui Rerata Data Postes Kemampuan Pemhaman
uji statistik dengan menggunakan bantuan software Matematik
MINITAB 16 dan didapat hasil sebagai berikut: Kelas N S thit P Interpretasi
Eksperimen 28 9,93 4,03
2,87 0,006 H0 di tolak
Tabel 2. Rekapitulasi Pengujian Perbedaan Kontrol 25 7,28 2,61
Rerata Data Gain Kemampuan Pemahaman
Matematik Terlihat pada Tabel 4 di dapat P sebesar 0,006
Kelas N S thit P Interpretasi karena P < 0,05 dengan kata lain H0 ditolak artinya
Eksperimen 28 0,52 0,04
2,97 0,004 H0 di tolak terdapat perbedaan kemampuan pemahaman
Kontrol 25 0,36 0,03 matematik siswa antara yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
Terlihat pada Tabel 2 di dapat P sebesar 0,004 masalah dengan pendekatan konvensional pada
karena P < 0,05 dengan kata lain H0 ditolak artinya taraf signifikansi 5%.
terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
pemahaman matematik siswa antara yang Nilai rerata postes kelas eksperimen 9,93 berbeda
pembelajarannya menggunakan pendekatan secara signifikan dengan rerata postes kelas kontrol
pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan 7,28. Karena rerata kelas eksperimen lebih besar
konvensional pada taraf signifikansi 5%. dengan kelas kontrol maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemahaman matematik siswa
Nilai rerata gain kelas eksperimen 0,52 berbeda yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
secara signifikan dengan rerata gain kelas kontrol pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada
0,36. Karena rerata kelas eksperimen lebih besar yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
dengan kelas kontrol maka dapat disimpulkan konvensional.
bahwa peningkatan kemampuan pemahaman
matematik siswa yang pembelajarannya 2. Pembahasan
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
masalah lebih baik dari pada yang Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan
pembelajarannya menggunakan pendekatan masalah untuk membuat interaksi terhadap materi
konvensional. pembelajaran dan memberikan pengetahuan
tentang manfaatnya dalam kehidupan. Siswa lebih
Selanjutnya akan di uji kemampuan pemahaman antusias dalam belajar karena siswa mengetahui
matematik yang lebih baik antara kelas tujuan dan manfaat dari suatu materi. Dalam proses
eksperimen dan kontrol terlebih dahulu menguji pembelajaran siswa lebih aktif dan lebih
pretes untuk memastikan bahwa kedua kelas memahami karena peran guru hanya sebagai
tersebut berangkat dari kemampuan yang sama. fasilitator dan berpusat pada siswa dibandingkan
Berikut hasil pengujian: dengan pendekatan konvensional yang berpusat
pada guru.
Tabel 3. Rekapitulasi Pengujian Perbedaan
Rerata Data Pretes Kemampuan Pemahaman Berdasarkan analisis kemampuan awal siswa skor
Matematik pretes kedua kelompok menunjukan tidak terdapat
Kelas N S thit P Interpretasi perbedaan yang signifikan. Kemudian kedua
Eksperimen 28 1,36 1,54
Kontrol 25 1,16 1,03
0,55 0,58 H0 Diterima kelompok tersebut diberi perlakuan yang berdeda
yaitu, kelompok eksperimen mendapatkan
Terlihat pada Tabel 3 di dapat P sebesar 0,58 hal perlakuan berupa pendekatan pembelajaran
ini berarti P > 0,05 dengan kata lain H0 diterima . berbasis masalah sedangkan kelompok kontrol
Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan mendapatkan pembelajarn konvensional.
kemampuan awal pemahaman matematik siswa
125
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015
126
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015
127