Anda di halaman 1dari 8

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No.

1, Mei 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA


SMP MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Usman Aripin
usmanaripin@gmail.com

Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih rendahnya kemampuan pemahaman matematik siswa Sekolah
Menengah Pertama diperlukan pendekatan pembelajaran untuk mengatasi masalah tersebut. Alternatif
pendekatan yang diterapkan yaitu dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada
pendekatan konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Pada awal dan
akhir pembelajaran kedua kelas diberi tes. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP kabupaten
bandung barat, sedangkan sampelnya terdiri dari dua kelas yang dipilih secara acak kelas, diperoleh kelas
VIII-3 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-4 sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dalam
penelitian ini berupa tes sebanyak 5 soal uraian, kemudian data skor kemampuan pemahaman matematik
tersebut dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensial dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-
rata. Berdasarkan hasil penelitian, baik dari hasil analisis data maupun pengujian hipotesis, maka penulis
menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada yang menggunakan
pendekatan konvensional.

Kata Kunci: Kemampuan Pemahaman, Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.

ABSTRACT

This research is motivated by the poor ability of understanding mathematical junior secondary students
learning approach is needed to resolve the issue. Alternative approaches were applied, namely the
problem-based learning approach. This study aims to determine whether the increased understanding of
the mathematical ability of students learning using problem-based learning approach is better than the
conventional approach. The method used was experimental method. At the beginning and end of the
study both classes were given the test. The population in this study is the county junior high school
students bandung west, while the sample is composed of two classes randomly selected classes, derived
classes VIII-3 as the experimental class and VIII-4 as the control class. Collecting data in this study a test
as much as 5 about description, then the ability of understanding mathematical score data were analyzed
using descriptive and inferential statistics using two different test average. Based on the research results,
both from the results of the data analysis and hypothesis testing, the authors concluded that increased
understanding of the mathematical ability of students learning using problem-based learning approach
was better than using the conventional approach.

Keywords: Ability Understanding, Problem Based Learning Approach.

A. PENDAHULUAN biaya sekian rupiah berpikir bagaimana caranya


dengan biaya tersebut mendapatkan hasil yang
Matematika merupakan aktivitas manusia. Semua maksimal. Beliau akan melakukan perhitungan,
orang melakukan aktivitas matematika mulai dari penalaran sampai dengan logika bepikirnya
ibu rumah tangga, pedagang, pegawai, pelajar, sehingga dapat memutuskan apa yang akan
matematikawan dsb, sesuai dengan kebutuhannya dilaksanakan.
masing-masing. Misalnya seorang ibu rumah
tangga akan memasak untuk keluarganya dengan

120
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015

Dewasa ini salah satu problematika siswa dalam Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
belajar adalah matapelajaran matematika. Sudah pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai
menjadi rahasia umum bahwa bagi kebanyakan peran utama dalam keberhasilan proses
siswa matematika dianggap matapelajaran yang pembelajaran. Menurut Soedjadi (Tanti, 2012),
sukar. Padahal matematika itu salah satu pelajaran ‘Pendekatan pembelajaran berbasis masalah
yang penting untuk dikuasai, karena hampir memulai pembelajaran dengan masalah yang
disetiap jenjang pendidikan terdapat matematika. kompleks misalnya tentang hal-hal dalam
Selain itu dalam penilaian kompetensi seseorang kehidupan sehari-hari, kemudian dikupas menuju
salahsatu istrumennya soal matematika, seperti tes kepada konsep-konsep sederhana yang terkait’. Hal
masuk kerja, perguruan tinggi dsb. Oleh sebab itu ini dilakukan supaya siswa mengetahui manfaat
setiap orang penting untuk memahami matematika. matematika dalam kehidupan dan termotivasi
untuk memecahakan permasalahannya.
Kemampuan pemahaman matematika sangatlah
penting dikuasai siswa karena belajar matematika Menurut Sudrajat(2011) pendekatan pembelajaran
bukan hanya sekedar hafal rumus dan bisa berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan,
menghitung saja tetapi harus bisa memahami diantaranya:
konsepnya. Hal ini sesuai dengan pendapat 1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan
Purwanto (Harja: 2012), bahwa pemahaman adalah sebab mereka sendiri yang menemukan
tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa konsep tersebut;
mampu memahami arti atau konsep, situasi serta 2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah
fakta yang diketahuinya. dan menuntut keterampilan berpikir siswa
yang lebih tinggi;
Pemahaman matematis juga merupakan salah satu 3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skema
kompetensi yang harus dicapai. Hal ini sesuai yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran
dengan Depdiknas (2003:2) bahwa, pemahaman lebih bermakna;
konsep merupakan salah satu kecakapan atau 4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran
kemahiran matematika yang diharapkan dapat sebab masalah-masalah yang diselesaikan
tercapai dalam belajar matematika. Namun langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata,
kenyataan dilapangan menurut Suwarti (2013:51) hal ini dapat meningkatkan motivasi dan
hasil angket pemahaman matematik dapat ketertarikan siswa terhadap bahan yang
disimpulkan bahwa siswa masih mengalami dipelajari;
kesulitan pada tingkat kemampuan pemahaman 5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa,
matematik hal ini berarti kemampuan pemahaman mampu memberi aspirasi dan menerima
matematik siswa masih rendah. pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial
yang positif diantara siswa.
Peran guru merupakan salahsatu peran penting 6. Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok
dalam keberhasilan proses pembelajaran. Slameto yang saling berinteraksi terhadap pembelajar
(2003:163), ”Salah satu kemampuan yang harus dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan
dimiliki seorang guru adalah mampu menggunakan belajar siswa dapat diharapkan.
banyak pendekatan saat mengajar...”. Proses
pembelajaran dikelas akan lebih menarik, tidak Dilihat dari keunggulannya pendekatan ini
monoton dan memotivasi siswa untuk belajar lebih diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
aktif, sehingga dalam upaya meningkatkan pemahaman matematik siswa karena siswa
kemampuan pemahaman matematika hendaknya menemukan konsep sendiri yang berimplikasi
dapat memilih dan menerapakan suatu lebih memahami, mandiri dalam belajar serta
pembelajaran yang efektif. mempunyai keterampilan memecahkan masalah-
masalah matematika.
Mengatasi permasalahan diatas maka diperlukan
pendekatan pembelajaran yang mudah dipahami Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam hal
siswa dan mendorong siswa untuk aktif dalam ini peneliti merumuskan masalah yaitu apakah
mencapai kompetensi yang diharapkan. Banyak peningkatan kemampuan pemahaman matematik
metode pengajaran matematika yang relevan, salah siswa yang pembelajarannya menggunakan
satunya adalah menerapkan pendekatan pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based baik dari pada yang pembelajarannya
Learning) dalam pembelajaran matematika. menggunakan pendekatan konvensional?

121
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015

Sejalan dengan permasalahan diatas maka secara 1) Kemampuan menyatakan ulang konsep dan
garis besar penelitian ini bertujuan untuk menerapkan konsep secara alogaritma.
mengetahui apakah peningkatan kemampuan 2) Kemampuan mengklasifikasi objek-objek
pemahaman matematik siswa yang berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang telah membentuk konsep tersebut.
pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada 3) Kemampuan memberikan contoh dari konsep
yang pembelajaranya menggunakan pendekatan yang dipelajari dan menyajikan konsep dalam
konvensional. bentuk representasi matematika.
4) Kemampuan mengaitkan berbagai konsep
B. KAJIAN TEORI DAN METODE matematika.

1. Kajian Teori Berdasarkan literatur diatas maka kemampuan


pemahaman matematik dalam penelitian ini adalah
a. Kemampuan Pemahaman Matematik menyatakan ulang, mengklasifikasai objek-objek,
menyajikan, menerapkan dan mengaitkan berbagi
Pemahaman merupakan suatu kemampuan konsep matematika.
mengerti suatu permasalahan. Dalam matematika
pemahaman bukan hanya sekedar hafal rumus atau b. Pendekatan Pembelajaran Berbasis
bisa menghitung tetapi mengetahui kebenaran Masalah (problem based learning)
rumus atau konsep dalam matematika. Bloom
(Ruseffendi, 2006:221) menyatakan, “Ada 3 Pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu
macam pemahaman: pengubahan (translation), pembelajaran yang menyajikan masalah diawal
pemberian arti (interpretation), dan pembuatan pemebelajaran yang menuntut aktivitas mental
ekstrapolasi (extrapolation)”. Implementasi siswa supaya memahami suatu konsep
menurut Polya (Sumarmo, 1987) merinci pembelajaran (Ratnaningsih, 2003). Sedangkan
kemampuan pemahaman pada empat tingkat yaitu: menurut suryatno (Tanti,2012) menyatakan bahwa,
1) Pemahaman mekanikal merupakan kemampuan pembelajaran yang titik awal pembelajaran
mengingat dan menerapkan rumus secara rutin dimulai berdasarkan masalah dalam
dan sederhana. kehidupan nyata siswa dirangsang untuk
2) Pemahaman induktif merupakan kemampuan mempelajari masalah berdasarkan
menerpakan rumus atau konsep dalam kasus pengetahuan dan pengalaman telah mereka
sederhana atau dalam kasus serupa. miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk
3) Pemahaman rasioanal merupakan membuktikan membentuk pengetahuan dan pengalaman
kebenaran suatu rumus dan teorema. baru
4) Pemaham intuitif merupakan memperkirakan
kebenaran dengan pasti (tanpa ragu-ragu) Tujuan pemberian masalah diawal pembelajaran
sebelum menganalisis lebih lanjut. supaya siswa mengetahui manfaat matematika
dalam kehidupan nyata dan terrmotivasi untuk
Pollatsek dan Skemp (Sumarmo, 2010a) menyelesaikannya. Pentingya mengetahui tujuan
pemahaman dibedakan dua tingkat yaitu: pembelajaran karena siswa yang tidak tertarik pada
1) Pemahaman instrumental merupakan matapelajaran matemaika salah satunya karena
kemampuan hafal konsep ataupun rumus dan siswa tidak mengerti manfaat dan tujuan
menerapkannya dalam perhitungan sederhana matematika itu sendiri.
tanpa ada kaitan dengan konsep lain.
Kemampuan ini tergolong pada kemampuan Masalah merupakan titik awal pembelajaran
berfikir matematis tingkat rendah. supaya memahami konsep dan berlatih
2) Pemahaman relasional merupakan kemampuan memecahkan masalah. Dalam pembelajaran
mengkaitkan satu konsep atau prinsip dengan berbasis masalah guru bertidak sebagai fasilitator
konsep atau prinsip lainnya. Kemampuan ini pembelajaran artinya yang lebih banyak beperan
tergolong kemampuan tingkat tinggi adalah siswa. Guru membantu mengarahkan siswa
untuk melakukan penemuan solusi permasalahan.
Indikator dari pemahaman relasional menurut Implikasinya siswa dituntut untuk belajar mandiri
Skemp, mengacu pada indikator pemahaman dalam menyelesaikan masalah yang ada, dengan
menurut Kilpatrick dan Findell (Susanti, 2012) bekerja sama mencari informasi dan menganalisis
yaitu: permasalahan untuk menemukan solusinya.

122
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015

Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003) mengatakan dapat juga berupa laporan, model fisik, video
hal-hal yang harus terjadi dalam proses maupun program komputer
pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai 5. Kolaborasi.
berikut: Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan
1) Keterlibatan meliputi mempersiapkan siswa oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang
untuk berperan sebagai pemecah masalah yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau
bisa bekerja sama dengan pihak lain, dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk
menghadapkan siswa pada situasi yang terlibat dan saling bertukar pendapat dalam
mendorong untuk mempu menemukan melakukan penyelidikan sehingga dapat
masalah dan meneliti permasalahan sambil menyelesaikan permasalahan yang disajikan.
mengajukan dugaan dan rencana penyelesaian.
2) Inkuiri dan investigasi yang mencakup kegiatan Setiap pembelajaran apapun terdapat kelebihan
mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi. ataupun kekurangan. Kelebihan pembelajaran
3) Performansi yaitu menyajikan temuan. berbasis masalah sebagai suatu pendekatan
4) Tanya jawab yaitu menguji keakuratan dari pembelajaran menurut Widyastuti (2010) adalah:
solusi dan melakukan refleksi terhadap proses (a) Realistik dengan kehidupan siswa.
pemecahan masalah. (b) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa.
(c) Memupuk sifat inkuiri siswa.
Depdiknas (2003), ciri utama pembelajaran (d) Retensi konsep menjadi kuat.
berbasis masalah meliputi mengorientasikan siswa (e) Memupuk kemampuan problem solving.
kepada masalah atau pertanyaan yang autentik.
multidisiplin, menuntut kerjasama dalam Selain itu, kekurangannya adalah
penyelidikan, dan menghasilkan karya. Kemudian (1) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep)
ciri utama pendekatan pembelajaran berbasis yang kompleks.
masalah menurut Trianto (Tanti, 2012) sebagai (2) Sulitnya mencari problem yang relevan.
berikut : (3) Sering terjadi miss-konsepsi.
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. (4) Memerlukan waktu yang cukup panjang.
Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di
lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh Sintaks suatu pembelajaran menurut Widyastuti
siswa kepada masalah yang autentik ini dapat (2010) berisi langkah-langkah yang harus
berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau dilakukan oleh guru dan siswa. Terdapat 5
mendemontrasikan suatu kejadian yang langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis
mengundang munculnya permasalahan atau masalah yaitu sebagai berikut :
pertanyaan.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Tabel 1. Langkah- Langkah Pembelajaran
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah Berbasis Masalah
mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu Tahap Tingkah Laku guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
(IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) masalah menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
yang dipilih benar-benar nyata agar dalam Tahap-1 mengajukan fenomena atau demonstrasi
pemecahannya, siswa dapat meninjau dari Orientasi siswa pada atau cerita untuk memunculkan
berbagi mata pelajaran yang lain. masalah masalah, memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang
3. Penyelidikan autentik.
dipilih.
Pembelajaran berdasarkan masalah Guru membantu siswa untuk
mengharuskan siswa melakukan penyelidikan Tahap-2
mendefinisikan dan mengorganisasi
Mengorganisasi
autentik untuk mencari penyelesaian nyata tugas belajar yang berhubungan dengan
siswa untuk belajar
terhadap masalah yang disajikan. Metode masalah tersebut
Tahap-3 Guru mendorong siswa untuk
penyelidikan ini bergantung pada masalah yang Membimbing mengumpulkan informasi yang sesuai,
sedang dipelajari. penyelidikan melaksanakan eksperimen untuk
4. Menghasilkan produk atau karya. individual maupun mendapatkan penjelasan dan
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut kelompok pemecahan masalah.
Guru membantu siswa dalam
siswa untuk menghasilkan produk tertentu Tahap-4
merencanakan dan menyiapkan karya
dalam bentuk karya dan peragaan yang Mengembangkan dan
yang sesuai seperti laporan, video, dan
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian menyajikan hasil
pendekatan serta membantu mereka
karya
masalah yang mereka temukan. Produk itu untuk berbagi tugas dengan temannya.

123
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015

Populasi seluruh siswa kelas VIII SMP Kabupaten


Tahap-5 Guru membantu siswa untuk Bandung Barat. Sedangkan yang menjadi
Menganalisis dan melakukan refleksi atau evaluasi
mengevaluasi proses terhadap penyelidikan mereka dan sampelnya dipilih dua kelas secara acak, dimana
pemecahan masalah proses-proses yang mereka gunakan. kelas yang satu menjadi kelas eksperimen dan
kelas yang lain adalah kelas kontrol. Alasan
Perbedaan pembelajaran berbasis masalah dengan memilih sampel ini karena memiliki karakteristik
pembelajaran konvensional menurut Sumarmo yang dapat mewakili populasi. Karakteristik yang
(2014, 150) adalah terletak pada penyajian dimaksud adalah kemampuan pemahaman
masalah. Dalam pembelajaran konvensional matematika.
penyajian masalah diletakan diakhir pembelajaran
sebagai latihan dan penerapan konsep yang Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan
dipelajari sedangkan pembelajaran berbasis pemahaman matematika terdiri dari lima butir soal
masalah disajikan diawal pembelajaran, berfungsi berbentuk uraian. Uji coba instrumen dilakukan
untuk mendorong pencapaian konsep melalui sebelum penelitian dilaksanakan. Setelah itu agar
investigasi, inkuiri, pemecahan masalahdan memilki validitas empiris soal-soal tersebut
mendorong kemandirian belajar. diujicobakan dan kemudian dihitung validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan indeks
Berdasarkan studi literatur dan permasalahan yang kesukarannya. Untuk mengetahui seberapa besar
dirumuskan pada bagian sebelumnya, hipotesis peningkatan kemampuan pemahaman matematik
dalam penelitian ini adalah peningkatan siswa sebelum dan setelah kegiatan pembelajaran,
kemampuan pemahaman matematik siswa yang dilakukan analisis skor gain ternormalisasi dengan
pembelajarannya menggunakan pendekatan perhitungan gain ternormalisasi dari Hake
berbasis masalah lebih baik daripada yang (Hidayat, 2011 : 35) sebagai berikut :
pembelajarannya menggunakan pendekatan g =
konvensional.
Tingkat perolehan skor gain ternormalisasi
2. Metode dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu :
0,70 < ( g ) : Tinggi
Metode penelitian yang digunakan adalah 0,30 ≤ ( g ) ≤ 0,70 : Sedang
eksperimen. Penelitiaan ini terdapat perlakuan ( g )< 0,30 : Rendah
khusus pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran Teknik pengolahan data dilakukan dengan
dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran menggunakan bantuan software MINITAB 16.
Bebasis Masalah (Problem Based Learning)
sedangkan pada kelas kontrol menggunakan C. HASIL PENELITIAN DAN
pembelajaran konvensional. PEMBAHASAN
Menurut Ruseffendi (2010:50) “Penelitian 1. Hasil
eksperimen murni adalah pengelompokan subjek
secara acak. Disain penelitian eksperimen murni Rekapitulasi hasil penelitian kemampuan
yang diambil kontol pretes-postes (pretest-posttest- pemahaman matematik siswa antara yang
control group disign)”. Sebelum dan sesudah pembelajarannya pendekatan berbasis masalah
pembelajaran yang dilaksanakan kelas eksperimen dengan pendekatan konvensional disajikan dalam
dan kontrol diberi tes awal (pretest) dan tes akhir tabel berikut:
(posttest). Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini di sajikan sebagai berikut Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian
(Ruseffendi, 2010:50): Kemampuan Pemahaman Matematik
A O X O Eksperimen Kontrol
A O O pretes postes gain pretes postes gain
Keterangan: 28 25
A = Pengambilan sampel secara acak kelas 1,36 9,93 0,52 1,16 7,28 0,36
1,54 4,03 0,22 1,03 2,61 0,16
O = Tes awal = Tes akhir
X = Perlakuan pembelajaran berorientasi
pendekatan pembelajaran berbasis masalah Keterangan:
Skor Maksimum Ideal (SMI) Kemampuan
Pemahaman Matematik = 20

124
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015

Bedasarkan tabel 1 rerata gain kelas eksperimen antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
dan gain kelas kontrol yaitu 0,52 dan 0,36 dengan dengan taraf signifikansi 5%. Karena kedua sampel
simpangan baku masing-masing 0,22 dan 0,16 berangkat dari kemampuan yang sama, dapat di
artinya secara deskriptif peningkatan kemampuan bandingkan kemapuan pemahaman matematika
pemahaman kelas eksperimen lebih baik daripada antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun
kelas kontrol. Selanjutnya untuk mendukung pengujiannya sebagai berikut:
deskripsi kemampuan pemahaman matematik yang
telah dijelaskan, maka dilakukan analisis data Tabel 4. Rekapitulasi Pengujian Perbedaan
kemampuan pemahaman matematik siswa melalui Rerata Data Postes Kemampuan Pemhaman
uji statistik dengan menggunakan bantuan software Matematik
MINITAB 16 dan didapat hasil sebagai berikut: Kelas N S thit P Interpretasi
Eksperimen 28 9,93 4,03
2,87 0,006 H0 di tolak
Tabel 2. Rekapitulasi Pengujian Perbedaan Kontrol 25 7,28 2,61
Rerata Data Gain Kemampuan Pemahaman
Matematik Terlihat pada Tabel 4 di dapat P sebesar 0,006
Kelas N S thit P Interpretasi karena P < 0,05 dengan kata lain H0 ditolak artinya
Eksperimen 28 0,52 0,04
2,97 0,004 H0 di tolak terdapat perbedaan kemampuan pemahaman
Kontrol 25 0,36 0,03 matematik siswa antara yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
Terlihat pada Tabel 2 di dapat P sebesar 0,004 masalah dengan pendekatan konvensional pada
karena P < 0,05 dengan kata lain H0 ditolak artinya taraf signifikansi 5%.
terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
pemahaman matematik siswa antara yang Nilai rerata postes kelas eksperimen 9,93 berbeda
pembelajarannya menggunakan pendekatan secara signifikan dengan rerata postes kelas kontrol
pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan 7,28. Karena rerata kelas eksperimen lebih besar
konvensional pada taraf signifikansi 5%. dengan kelas kontrol maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemahaman matematik siswa
Nilai rerata gain kelas eksperimen 0,52 berbeda yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
secara signifikan dengan rerata gain kelas kontrol pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada
0,36. Karena rerata kelas eksperimen lebih besar yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
dengan kelas kontrol maka dapat disimpulkan konvensional.
bahwa peningkatan kemampuan pemahaman
matematik siswa yang pembelajarannya 2. Pembahasan
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
masalah lebih baik dari pada yang Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan
pembelajarannya menggunakan pendekatan masalah untuk membuat interaksi terhadap materi
konvensional. pembelajaran dan memberikan pengetahuan
tentang manfaatnya dalam kehidupan. Siswa lebih
Selanjutnya akan di uji kemampuan pemahaman antusias dalam belajar karena siswa mengetahui
matematik yang lebih baik antara kelas tujuan dan manfaat dari suatu materi. Dalam proses
eksperimen dan kontrol terlebih dahulu menguji pembelajaran siswa lebih aktif dan lebih
pretes untuk memastikan bahwa kedua kelas memahami karena peran guru hanya sebagai
tersebut berangkat dari kemampuan yang sama. fasilitator dan berpusat pada siswa dibandingkan
Berikut hasil pengujian: dengan pendekatan konvensional yang berpusat
pada guru.
Tabel 3. Rekapitulasi Pengujian Perbedaan
Rerata Data Pretes Kemampuan Pemahaman Berdasarkan analisis kemampuan awal siswa skor
Matematik pretes kedua kelompok menunjukan tidak terdapat
Kelas N S thit P Interpretasi perbedaan yang signifikan. Kemudian kedua
Eksperimen 28 1,36 1,54
Kontrol 25 1,16 1,03
0,55 0,58 H0 Diterima kelompok tersebut diberi perlakuan yang berdeda
yaitu, kelompok eksperimen mendapatkan
Terlihat pada Tabel 3 di dapat P sebesar 0,58 hal perlakuan berupa pendekatan pembelajaran
ini berarti P > 0,05 dengan kata lain H0 diterima . berbasis masalah sedangkan kelompok kontrol
Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan mendapatkan pembelajarn konvensional.
kemampuan awal pemahaman matematik siswa

125
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015

Selanjutnya dari hasil perhitungan gain yang pembelajarannya menggunakan pendekatan


ternormalisasi, jika dilihat secara keseluruhan rata- konvensional.
rata peningkatan pemahaman matematik siswa
kelas eksperimen adalah 0,52 (berada pada E. DAFTAR PUSTAKA
klasifikasi sedang) dan rata-rata peningkatan
kemampuan pemahaman siswa kelas kontrol Depdiknas (2003). Pedoman Khusus
adalah 0,36 (bearada pada klasifikasi sedang. Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis
Dilihat dari reratanya, peningkatan kemampuan Kompetensi SMP. Jakarta: Depdiknas.
pemahaman matematik siswa kelas eksperimen Harja (2012). Pemhaman Konsep
besar daripada kelas kontrol. Nilai P =0,002 , Matematis.[Online]. Tersedia :
maka P < 0,05 dapat disimpulkan bahwa http://mediaharja.blogspot.com/2012/05/pe
kemampuan pemahaman matematik siswa yang mahaman-konsep-matematis.html[20April
pembelajarannya menggunakan pendekatan 2014]
berbasis masalah lebih baik daripada yang Hidayat, W. (2011). Meningkatkan Kemampuan
pembelajrannya menggunakan pendekatan Berfikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa
konvensional. melalui Pembelajaran Kooperatif Think-
Thalk-Write. Tesis FPIMPA UPI. Bandung:
Terkadang peningkatannya lebih baik belum tentu tidak diterbitkan.
kemampuan akhirnya juga lebih baik maka dari itu Ratnaningsih, N. (2003). “Pengembangan
peneliti menganalisis data postes untuk melihat Kemampuan Berfikir Matematik Siswa
kemampuan pemahaman matematik siswa kelas SMU melalui Pembelajaran Berbasis
eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian rerata Masalah”. Tesis Program Pasca Sarjana UPI.
postes kelas eksperimen sebesar 9,93 dan rerata Bandung: Tidak diterbitkan
postes kelas kontrol sebesar 7,28 dengan skor Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada
maksimum idealnya 18. Secara deskriptif rerata Membantu Guru Mengembangkan
kelas eksperimen lebih besar daripada rerata kelas Kompetensinya dalam Pengajaran
kontrol. Selanjutnya hasil uji t’ menunjukan P = Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
0,003 maka P <0,05 artinya H0 ditolak, dapat Bandung: Tarsito
disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman Ruseffendi, E. T. (2010). Dasar-Dasar Penelitian
matematika siswa yang pembeljarannya Pendidikan & Bidang Non Eksakta
menggunakan pendekatan berbasis masalah lebih Lainnya. Bandung: Tarsito
baik daripada pendekatan konvensional. Slameto (2003). Belajar dan Factor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta
Oleh karena itu pendekatan pembelajaran berbasis Sudrajat, A. (2011). Pembelajaran Berdasarkan
masalah direkomendasikan untuk digunakan pada Masalah-Problem Based Learning.[ Online].
topik-topik tertentu. Pembelajaran berbasis Tersedia:
masalah mempunyai kelebihan diantaranya dapat https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/
membuat siswa lebih memaknai matematika 09/28/pembelajaran-berdasarkan-masalah/
karena masalah yang disajikan dalam pembelajaran Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman
masalah kehidupan sehari-hari. Siswa dituntut dan Penalaran Matematika Siswa SMA
untuk melakukan pemecahan masalah yang ada Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran
dengan mencari informasi, kemudian dianalisis dan Logika Siswa dan Beberapa Unsur Proses
diselesaikan menggunakan konsep matematika Belajar Mengajar. Disertasi UPI. Bandung:
yang relevan dengan masalah tersebut Tidak Diterbitkan
mengakibatkan siswa lebih memahami Sumarmo, U. (2014). Berpikir dan Disposisi
matematika. Matematika serta Pembelajarannya.
Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika
D. KESIMPULAN FPMIPA-UPI.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang


telah dikemukakan pada bab sebelumnya maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan
kemampuan pemahaman matematik siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan
pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada

126
P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015

Susanti, E. (2012). Perbandingan Peningkatan


Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa
yang Pembelajarannya Menggunakan Model
Cooperatif Learning Tie Giving Question
and Getting Answer dengan yang
menggunakan Model Langsung. Skripsi
Jurusan Matematika STKIP Siliwangi
Bandung: tidak diterbitkan .
Suwarti (2013). Kesulitan Tingkat Pemahaman
Matematika SMP. [Studi Pemula]. Cimahi:
Tidak diterbitkan.
Tanti (2012). Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah. [Online]. Tersedia: http://
catatantanti.blogspot.com/2012/09/pendekat
an-pembelajaran-berbasis-masalah. html [22
Januari 2012]
Widyastuti (2010). Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
dan Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Konteks (Contextual Teaching and
Learning). [Online]. Tersedia: http://blog.
unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/pendekata
n-pembelajaran-berbasis-masalah-problem-
based-learning-dan-pendekatan-pembelajar
an-berbasis-konteks-contextual-teaching-
and-learning/mrdetail/14376/. [22 Januari
2012].

127

Anda mungkin juga menyukai