Anda di halaman 1dari 10

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENGUKURAN

MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING


(PTK Pembelajaran Matematika Kelas IV SD N Kutoharjo V Rembang)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Matematika

Oleh:
DWI PUSPITA SARI
A 410 030 040

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008

i
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Maju mundurnya suatu

bangsa banyak ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri.

Karena itu peranan pendidikan sangatlah penting, sebab pendidikan

merupakan lembaga yang berusaha membangun masyarakat dan watak bangsa

secara berkesinambungan yaitu membina mental rasio, intelek, dan

kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya.

Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi adalah matematika. Oleh karena itu matematika

adalah salah satu ilmu dasar yang diajarkan pada semua jenjang sekolah,

dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi

perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang,

melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat,

jujur, efektif, dan efisien, serta dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai

ilmu (Warli, 2004:10).

Dalam kenyataannya banyak siswa di setiap jenjang sekolah

menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit. Ironinya, terdapat

suatu kenyataan yang dilematis bahwa matematika menjadi phobia bagi para

1
2

siswa serta nilai untuk mata pelajaran matematika selalu di bawah rata-rata.

Salah satu penyebabnya adalah pengalaman matematika yang mereka

dapatkan tidak menarik dan dapat dikatakan buruk.

Kaitannya dengan pengalaman pertama tahun matematika, Hudoyo

(1990:107) secara jelas mengatakan bahwa pengalaman pertama siswa dalam

bidang matematika umumnya akan menentukan sikap siswa terhadap

matematika. Apabila pengalaman pertama matematika siswa itu berkesan,

tidak menutup kemungkinan siswa itu akan senang dan respon dengan

matematika untuk selanjutnya. Sedangkan, apabila pengalaman pertama yang

buruk akan matematika, dalam artian siswa merasa kesulitan dan sudah tidak

ada rasa senang, maka tidak menutup kemungkinan siswa itu akan anti

terhadap matematika. Hal inilah yang menyebabkan adanya phobia

matematika yang seharusnya tidak ada. Kedua kemungkinan tersebut dialami

anak sejak pertama memperoleh matematika di Sekolah Dasar (SD).

Proses pendidikan khususnya di Indonesia selalu mengalami

penyempurnaan, nantinya akan menghasilkan suatu hasil pendidikan yang

berkualitas. Para pengelola pendidikan telah melakukan berbagai hal untuk

memperoleh kualitas pendidikan yang baik dalam rangka meningkatkan

prestasi peserta didik. Hal ini merupakan langkah awal untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia.

Pendekatan belajar (approach to learn) dan strategi belajar termasuk

faktor-faktornya turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Pendidikan dalam belajar mengajar pada dasarnya adalah melakukan proses


3

belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses

mengajar untuk memperoleh pemahaman.

Keberhasilan proses belajar mengajar pada umumnya dan pada

khususnya pembelajaran matematika diukur dari keberhasilan siswa yang

mengikuti pelajaran tersebut. Keberhasilan tersebut dapat diamati dari

beberapa sisi yaitu sisi tingkat pemahaman dan tingkat penguasaan, dan juga

dari sisi banyaknya soal yang mampu dikerjakan dengan betul. Semakin tinggi

pemahaman dan penguasaan siswa dalam suatu pelajaran dan semakin besar

banyaknya soal yang dikerjakan siswa dengan benar diharapkan semakin

tinggi tingkat keberhasilan pembelajaran tersebut.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu adanya pembaharuan

dibidang pendidikan antara lain adalah pembaharuan metode atau peningkatan

relevansi metode mengajar. Metode mengajar dikatakan relevan jika mampu

mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pengajaran.

Adapun tujuan pengajaran adalah supaya siswa dapat berpikir dan

bertindak secara hierarki dan kreatif, maka dari itu metode penyampaian guru

dalam mengajar yang efektif adalah apabila dampak dari pembelajaran itu

dapat menumbuhkan dan menciptakan gairah serta dorongan siswa untuk

aktif.

Materi matematika di sekolah dalam GBPP disusun secara berjenjang.

Dalam penyampaian materi matematika harus sudah dikembangkan oleh guru

sedemikian sehingga materi tersebut menjadi menarik, sebab secara realistik

seorang siswa yang belajar itu pada dasarnya adalah mencari hubungan antara
4

hal yang dipelajari dengan yang dimiliki, dikuasai, dan dialami atau diketahui

siswa.

Suatu konsep matematika dapat dipahami dengan baik apabila konsep

prasyarat dari konsep tersebut juga telah dipahami dengan baik. Belajar

matematika melibatkan struktur hierarki atau urutan konsep-konsep yang

mempunyai tingkatan lebih tinggi dan dibentuk atas dasar konsep atau

pengalaman yang sudah ada, sehingga belajar matematika harus terus menerus

dan berurutan karena belajar matematika yang terputus-putus akan

mengganggu pemahaman dan mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar

matematika yang baik dapat melibatkan intelektual siswa secara optimal

sehingga diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar

mengajar matematika.

Dalam pengajaran matematika banyak guru yang mengeluh kurang

optimalnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Hal ini

terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal dan

rendahnya prestasi belajar siswa (nilai) baik dalam ulangan harian, ulangan

catur wulan, maupun UAN. Padahal pelaksanaan proses belajar mengajar di

kelas biasanya memberikan tugas secara kontinu berupa latihan soal. Tetapi

dalam pelaksanaan latihan tidak sepenuhnya meningkatkan siswa dalam

menerapkan konsep matematika.

Salah satu kendala siswa belum lancar mengerjakan konsep

matematika yaitu belum ada kesiapan untuk mengerjakan soal yang berbeda

dengan contoh soal yang dibuat guru. Padahal soal-soal yang dibuat guru pada
5

ulangan harian maupun ulangan catur wulan bentuknya sedikit berbeda

dengan contoh soal yang dibuat guru pada saat pelajaran. Siswa seharusnya

dapat menerapkan konsep matematika yang telah dipelajari untuk

menyelesaikan soal-soal yang dibuat guru. Oleh karena itu siswa perlu

pengalaman untuk membuat soal dan menyelesaikannya.

Belajar pengukuran pada dasarnya harus dimulai dari konsep dasar

menuju proses berpikir deduktif. Bila konsep pengukuran yang mendahului

belum dikuasai dengan baik, maka sulit bagi siswa untuk menerima konsep

yang baru. Konsep pengukuran akan dikuasai siswa bila konsep tersebut

bermakna bagi siswa, artinya konsep yang akan dipelajari siswa harus disusun

sesuai dengan kemampuan siswa dan relevan dengan struktur kognitif siswa,

sehingga siswa dapat mengkaitkan konsep-konsep yang telah dikuasainya.

Problem posing adalah suatu kegiatan pemberian tugas dimana siswa

terlibat langsung dalam pembuatan soal dan menyelesaikannya sesuai dengan

konsep atau materi yang telah dipelajari (Tim Penelitian Tindakan Matematika

Sarolangun Jambi, 2001:2). Dalam pelaksanaannya, guru menerapkan dengan

cara siswa dikelompokkan sehingga pembelajaran akan lebih efektif. Dengan

metode ini, siswa dalam kelompok diberikan kesempatan secara terbuka untuk

mengembangkan kreativitas dan kemandiriannya. Kreatif dengan cara

membuat soal dan mengerjakan soal yang dibuat kelompok lain. Selanjutnya,

siswa yang mengkoreksi pekerjaan temannya dan mendiskusikannya dengan

guru apabila muncul masalah. Sedangkan lebih mandiri karena siswa akan

termotivasi untuk mencari buku-buku yang menambah pengetahuan siswa


6

dalam membuat soal dan penyelesaiannya. Dari berbagai kegiatan itulah

aktifitas siswa menjadi meningkat. Model pembelajaran ini mengarahkan pada

siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran problem posing adalah pengajaran yang dilakukan

melalui cara pengajuan soal oleh siswa dan cara penyajiannya juga oleh siswa

sendiri. Dalam hal ini, problem posing merupakan salah satu pengajaran yang

menuntut adanya keaktifan siswa baik mental maupun fisik.

Pemilihan dan penerapan model pembelajaran problem posing ini akan

mempengaruhi cara belajar siswa yang semula cenderung untuk pasif kearah

yang lebih aktif untuk mengembangkan pemahaman konsep tentang

pengukuran yang telah dimiliki.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis akan

mengadakan penelitian tentang “Peningkatan Pemahaman Konsep Pengukuran

Melalui Pendekatan Problem Posing Pada Siswa Kelas IV SD N Kutoharjo V

Rembang Tahun Ajaran 2007/2008”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa

masalah yang berkaitan dengan mutu pendidikan. Adapun masalah tersebut

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Adanya anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga

siswa kurang termatovasi belajar matematika.

2. Rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika.


7

3. Tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika kurang optimal

karena dalam proses pembelajaran, guru cenderung untuk memberitahu

segala sesuatu kepada siswa sehingga pola pikir siswa menjadi pasif

4. Kurangnya pemahaman konsep dalam mengerjakan soal-soal latihan

karena guru kurang memperhatikan karakteristik siswa dalam

menyampaikan pelajaran kepada siswa dengan metode yang tepat.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mengatasi permasalahan yang dibahas pada penelitian tidak

terlalu komplek, maka peneliti perlu memberikan batasan-batasan

permasalahan. Pembatasan masalah ini bertujuan agar penelitian yang akan

dilaksanakan dapat tercapai pada sasaran dan tujuan yang baik. Adapun

pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah problem posing.

2. Pembelajaran pada pokok bahasan pengukuran pada siswa kelas IV SD

Kutoharjo V Rembang, khususnya pengukuran panjang, berat, keliling dan

luas persegi panjang.

3. Keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dibatasi pada keaktifan

siswa untuk bertanya, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan soal dan

latihan ke depan kelas dan mengerjakan PR.

4. Pemahaman konsep dibatasi pada penguasaan materi konsep pengukuran.


8

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah

yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah tindakan guru dalam proses pembelajaran matematika pada pokok

bahasan pengukuran melalui pendekatan problem posing dapat

meningkatkan keaktifan siswa?

2. Apakah tindakan guru dalam proses pembelajaran matematika pada pokok

bahasan pengukuran melalui pendekatan problem posing dapat

meningkatakan pemahaman konsep siswa?

3. Apakah tindakan guru dalam proses pembelajaran matematika pada pokok

bahasan pengukuran melalui pendekatan problem posing dapat

meningkatakan hasil belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mendiskripsikan

jawaban dari permasalahan umum dan secara khusus tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui

pendekatan problem posing.

2. Meningkatkan pemahaman konsep siswa pada kegiatan individu dalam

proses pembelajaran matematika pokok bahasan pengukuran melalui

pendekatan problem posing.


9

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dan

pemahaman konsep siswa pokok bahasan pengukuran melalui pendekatan

problem posing.

2. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang sejenis.

Sedangkan secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai

berikut:

1. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan

pembelajaran matematika melalui pendekatan problem posing.

2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukkan khususnya bagi guru

kelas IV tentang suatu alternatif pembelajaran matematika dalam rangka

student centered melalui pendekatan problem posing.

3. Bagi siswa terutama sebagai subjek penelitian, diharapkan dapat

memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam

belajar matematika secara aktif dan menyenangkan sesuai perkembangan

berpikirnya.

4. Untuk dijadikan input bagi guru mengajar atau pengelola pendidikan yang

lain dalam memperbaiki praktek pembelajaran matematika dengan adanya

alternatif pendekatan problem posing.

Anda mungkin juga menyukai