belajar matematika. Pernyataan tersebut didukung dari kenyataan yang ada dilapangan yang
menunjukkan bahwa hasil belajar matematika di MIN Yehsumbul tergolong rendah bila
dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya.
Berdasarkan hasil observasi, rendahnya nilai hasil belajar siswa di MIN Yehsumbul
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah
masih bersifat konvensional dan penggunaan alat peraga/media jarang sekali digunakan,
sehingga pemahaman terhadap konsep matematika sulit dicerna. Siswa kurang dilibatkan
dalam proses pembelajaran dan cenderung pasif, terbukti dalam kegiatan belajar siswa selalu
diam saja ketika mendapatkan kesulitan dalam belajar, siswa selalu menunggu guru untuk
diberikan contoh-contoh soal dan cara pengerjaannya yang benar tanpa mencoba berpikir
untuk menggali dan membangun idenya sendiri, siswa tidak pernah mengajukan pertanyaan
yang dianggap kurang dimengerti dan siswa tidak berani menjawab pertanyaan serta
mempresentasikan jawaban di depan kelas. Karena itu metode ini lebih baik jika diubah
dengan metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar yang
produktif.
Menurut informasi yang diberikan oleh guru di MIN Yehsumbul khususnya kelas IIB,
terdapat permasalahan yang dihadapi oleh siswa yaitu kurangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika pada perkalian bilangan cacah. Terlihat dalam
mengerjakan soal, siswa tidak mengerti apa yang harus dilakukan untuk menghitung
perkalian dengan cara yang lebih mudah,
rencana
(mengerjakan jawaban), dan memeriksa kembali jawaban yang telah diperoleh. Pernyataan
tersebut didukung pula pada hasil nilai ulangan harian siswa pada perkalian pada bilangan
cacah, yaitu dari 24 siswa, hanya 11 siswa tuntas belajar (sesuai SKM yaitu 60), sedangkan
13 siswa tidak tuntas belajar. Jadi prosentase ketuntasan belajar siswa di kelas IIB yaitu siswa
yang tuntas belajar sekitar 45,83% dan yang tidak tuntas belajar sekitar 54,17 %. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini:
Table 1.1 nilai ulangan awal observasi
Siswa
Siswa yang tuntas belajar
Siswa yang tidak tuntas belajar
Jumlah
Nilai
60
60
Jumlah siswa
Persentase
11
45,83 %
13
54,17 %
24
100
1.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat memberikan pengalaman baru bagi
penulis, serta dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran
khususnya Matematika, sehingga pengalaman ini dapat didesain sedemikian rupa sehingga
dapat diterapkan pada Mata Pelajaran lain.
b.
Bagi Kepala Sekolah dan Guru, dapat dijadikan media motivasi untuk dapat dilaksanakan di
sekolah di tempat bekerja yaitu di MIN Yehsumbul, dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran.
c.
Bagi siswa, dapat memberikan kesan bahwa belajar matematika itu mudah dan
menyenangkan serta dapat memberikan wawasan materi pembelajaran.
Bagi pembaca, dapat dijadikan rujukan atau bahan pembelajaran dalam upaya melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dalam mentransfer ilmu dan pengetahuan mengenai logika dan problem numerik yang
memiliki objek abstrak dan dibangun sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya.
Adapun tujuan pelajaran matematika di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidiyah agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
4.
mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam
mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and
Central Management(1971 : 8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup keempat hal
sbb :
a.
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil seperti apa yang
harus dicapai dan menjadi sasaran usaha itu yang sesuai dengan aspirasi dan selera
masyarakat.
b.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama manakah yang dipandang
paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.
c.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh
untuk mencapai sasaran tersebut.
d.
Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan patokan ukuran yang harus
dipergunakan untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha tersebut.
Melihat paparan tersebut di atas, maka strategi belajar mengajar dapat disimpulkan sebagi
suatu proses upaya untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Dengan demikian
tidak lepas dari peran serta guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu
memberikan suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat siswa akan
menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.
2.3 Metode Pembelajaran
Metode sebagai salah satu komponen pembelajaran, menempati peran yang tidak
kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun
kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pembelajaran. Ini berarti guru
memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar
mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman, A.M (1987) adalah motif-motif yang aktif
dan berfungsi, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat
perangsang dari luar yang dapat membangkitkan motivasi belajar seseorang (Djamarah,
1996:83).
Metode mengajar merupakan suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
dipergunakan guru dalam proses belajar mengajar dikelas. Menurut (Sudjana, 2002:56)
metode mengajar adalah cara atau petunjuk tentang apa yang dikerjakan serta kegiatankegiatan guru dalam proses belajar mengajar. Hasibuan (1995:3) mendefinisikan metode
mengajar sebagai salah satu cara pelaksanaan suatu strategi belajar dalam penyampaian
materi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
pengertian metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Salah satu tugas utama guru adalah mengajar, maka setiap guru dituntut untuk
memiliki kompetensi mengajar yaitu memiliki pemahaman dan penerapan berbagai metode
pembelajaran. Macam-macam metode pembelajaran yang dikenal dalam dunia pendidikan,
menurut Moedjiono dan Dimyati (1992:28-29) ada beberapa metode pembelajaran yang
dapat dipilih guru dalam proses belajar mengajar antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Metode ceramah
Metode tanya jawab
Metode kerja kelompok
Metode pemberian tugas
Metode demonstrasi
Metode eksperimen
Metode simulasi
Metode penemuan
Metode pengajaran
Metode diskusi
Berdasarkan beberapa macam metode di atas metode yang akan diterapkan dalam
penelitian ini adalah metode diskusi kelompok, yang selanjutnya dikenal dengan metode
Buzz Group, karena dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, menghemat waktu dan
memberikan variasi kegiatan belajar.
2.4 Metode Buzz Group
Metode Buzz Group adalah suatu jenis diskusi kelompok kecil yang beranggotakan 34 orang yang bertemu secara bersama-sama membicarakan suatu topik yang sebelumnya
telah dibicarakan secara klasikal (Moejdiono dan Dimyati, 1992:54).
Berdasarkan pendapat diatas, metode diskusi Buzz Group adalah metode pengajaran
yang dilakukan pada saat sedang atau akhir pelajaran berlangsung dengan maksud
menajamkan, memperjelas materi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, sehingga informasi
pengetahuan dan konsep yang disampaikan guru dapat diterima siswa dengan persepsi yang
sama. Penggunaan metode Buzz Group dimaksudkan untuk membandingkan interpretasi,
informasi pengetahuan dan konsep yang diperoleh masing-masing siswa agar dapat saling
memperbaiki komponen pengetahuan tersebutuntuk menghindarkan kekeliruan dan
miskonsepsi dalam menerima materi pelajaran.
Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan, menurut
Moedjiono dan Dimyati (1992) menyatakan bahwa keunggulan dan kekurangan metode Buzz
Group adalah :
a.
Keunggulan metode diskusi Buzz Group antara lain mendorong individu yang malu-malu
untuk memberikan sumbangan pemikiran, menciptakan suasana yang menyenangkan,
menghemat waktu, memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan, memberikan variasi
kegiatan belajar, dan dapat digunakan bersama metode lain.
b. Kekurangan metode Buzz Group adalah tidak ada waktu persiapan yang cukup, tidak akan
berhasil jika anggota kelompok terdiri dari individu yang tidak tahu apa-apa dan mungkin
diskusi akan berputar-putar.
Dalam hal ini, guru membentuk kelompok 2 orang karena dengan 2 orang akan lebih
efektif dan meningkatkan hubungan kerjasama yang baik.
2.4.1 Sintakmatik Model
Menurut Sudjana (2005:123), langkah-langkah pelaksanaan metode Buzz Group
adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Guru menyampaikan materi secara umum dengan ceramah secara klasikal, kemudian
menentukan masalah atau topik yang akan didiskusikan.
Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 2 siswa. Setiap
kelompok menunjuk juru bicara (pelapor) yang merupakan wakil dari kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Setiap kelompok mengerakan masalah yang sama.
Guru membagikan tugas kepada masing-masing siswa sesuai dengan kelompoknya dan
menjelaskan tentang tugas kelompok yang harus dilakukan, kemudian menentukan batas
waktu untuk mengerjakan tugas kelompok.
Kelompok-kelompok kecil berdidskusi untuk membahas masalah yang telah ditentukan (5-15
menit). Selama kegiatan ini, guru mengunjungi setiap kelompok untuk mengetaui adakah
kesulitan dalam memecahkan permasalahan.
Apabiala waktu yang ditentukan selesai, guru mengundang kelompok- kelompok kecil untuk
berkumpul kembali dalam satu kelas, kemudian wakil dari kelompok-kelompok kecil tersebut
secara bergiliran menyampaikan diskusinya kedepan kelas.
Setiap peserta didik diminta untuk mengomentari hasil diskusi yang disampaikan oleh
kelompok-kelompok kecil tersebut.
Setiap kelompok kecil mengumpulkan hasil dari diskusi.
2.4.2 Sistem Sosial
Metode Buzz Group bersifat aktif. Sisw dituntut aktif bekerjasama menyelesaikan
soal yang diberikan oleh guru, untuk memperoleh nilai yang terbaik. Siswa mempunyai
tanggung jawab masing-masing untuk mengerjakan soal yang diberikan. Setiap kelompok
mengadakan kerjasam diharapkan dapat meningkatkan kebersamaan. Guru hendaknya
sebagai pembimbing bersikap terbuka, ramah, dan sabar.
2.4.3 Prinsip Reaksi
Guru menanamkan konsep terlebih dahulu pada anak, dengan menyampaikan
informasi-informasi yang sesuai dengan materi ajar. Selanjutnya guru membentuk kelompok
dan membimbing siswa dalam mengerjakan tugas. Guru menilai hasil kerja siswa secara
objektif sehingga menimbulkan kepuasan bagi siswa.
2.5 Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari medium. Kata itu berasal dari bahasa latin
medius yang artinya tengah. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata medium artinya antara.
Secara harfiah kata media berarti perantara atau pengantar. Lebih khusus, pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal
(Arsyad, 2006:3)
Dalam Sadiman dkk (1996: 6) beberapa ahli dan organisasi telah memberikan
batasan mengenai pengertian media ini, yaitu antara lain:
AECT membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan/informasi.
Gagne (1970) mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
NEA mengatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak mauun
audiovisual serta peralatannya.
Menurut Rohani (1997:3) media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang
berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk memproses komunikasi (proses belajar
mengajar). Sedangkan menurut Sadiman dkk (1996: 6) media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari
sumber informasi kepada penerima informasi.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional
atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran
(Arsyad, 2006:4). Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu guru dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga siswa dapat menerima materi tersebut
dengan mudah. Ditegaskan oleh Danim (1994:7) media pendidikan (pembelajaran)
merupakan alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka
berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Dengan adanya media pembelajaran
diharapkan proses belajar mengajar menjadi lebih efisien.
Pilihlah media yang bisa dibuat sendiri oleh siswa atau sekelompok siswa
Kembangkan media yang berfungsi sebagai media untuk kelompok
Ciptakan media yang bisa meningkatkan konsentrasi siswa
Permainan untuk siswa sekolah dasar sangat banyak variasinya.
Dari uraian tersebut diatas, maka peneliti menggunakan media lidi untuk membantu
siswa dalam menghitung perkalian bilangan cacah. Media lidi adalah salah satu alat yang
sangat sederhana untuk menghitung suatu penjumlahan atau perkalian, karena sangat
sederhananya media ini hanya biasanya digunakan untuk penjumlahan ataupun perkalian
dengan bilangan-bilangan sederhana(kecil) Media ini biasanya digunakan oleh siswa kelas I
dan II. Media ini biasanya dibuat dari bambu seperti lidi dan dipotong dengan ukuran ukuran
panjang 7 cm.
2.7 Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil atau tidak, dapat dilihat dari hasil belajar
yang diperoleh sesudah melakukan kegiatan belajar. Dimyati dan Mudjiono (1994:4)
menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Sedangkan menurut Sudjana (2002:49) hasil belajar adalah kemampuan
yang dimiliki siswa setelah dia menerima pengalaman belajarnya.
Dari hasil belajar dapat diketahui ketuntasan belajar dalam pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Adapun kriteria ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika
disesuaikan dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) MIN Yehsumbul adalah sebagai
berikut:
1. Daya serap individu, seorang siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai nilai 60 % dari
nilai maksimal 100.
Daya serap klasikal, suatu kelas dikatakan tuntas apabila terdapat minimal 60% siswa telah
mencapai nilai 60
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas II MIN Yehsumbul
Kec. Mendoyo Kab. Jembrana, mulai tanggal 3 Agustus sampai dengan tanggal 15 Agustus
2011. Jadwal pelaksanaan perbaikan ini adalah sebagai berikut :
1) Siklus I, Tanggal 3 Agustus 2013
2) Siklus II, Tanggal 6 Agustus 2011
Adapun karakteristik siswa kelas IIB MIN Yehsumbul diantaranya adalah jumlah
siswa 24 orang yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 13 orang perempuan usia siswa ratarata 7 8 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian besar tergolong ekonomi menengah
kebawah dengan pekerjaan orang tuanya kebanyakan nelayan dan petani, tempat tinggal tidak
jauh dari sekolah.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IIB semester genap MIN Yehsumbl
Tahun Pelajarn 2013/2014.
3.
Hasil Belajar
Yang dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh
siswa pada mata pelajaran matematika setelah mengerjakan soal-soal pokok bahasan
perkalian bilangan cacah.
3.4 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Adapun ciri-ciri
pendekatan kualitatif seperti yang dikemukakan Sudjana (1989:197) adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung.
2. Bersifat deskripsi analitik karena data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk
statistik, namun dalam bentuk kata-kata atau gambar.
3. Lebih menekankan pada proses daripada hasil.
4. Analisis data bersifat induktif karena penelitian ini tidak dimulai dari deduksi teori tetapi dari
lapangan yaitu fakta empiris.
5. Mengutamakan makna.
Pedekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan saat mengamati dan menganalisis
kendala-kendala yang didapatkan dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan
media kokami yang diperoleh dari data observasi dan wawancara.
Sedangkan angka-angka hasil perhitungan yang diperoleh dengan pendekatan
kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui besarnya persentase aktivitas
dan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah
dengan media kokami.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), adalah suatu
penyelidikan atau kajian secara sistematis dan terencana untuk memperbaiki dengan jalan
mengadakan perbaikan atau perubahan dan mempelajari akibat yang ditimbulkannya. Esensi
penelitian tindakan terletak pada adanya tindakan praktisi dalam situasi yang alami untuk
RevisiPerencanaan
tidak
Stop pembelajaran
ya
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas adaptasi dari Kemmis dan
Mc Taggart (dalam Sukma, 2007:28).
3.5
Rencana penelitian
Berdasarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis masalah bekerjasama dengan
teman sejawat dan supervisor, kemudian diadakan rancangan perbaikan pembelajaran sesuai
dengan tujuan perbaikan yang telah ditetapkan. Dengan demikian penulis akan melaksanakan
perbaikan pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar penggunaan perkalian cara
susun untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami perkalian dalam mata
pelajaran matematika.
Untuk melaksanakan penelitian, maka disusunlah penelitian secara umum yaitu :
1)
2)
3)
a).
b).
c).
d).
Memilih alat peraga atau media yang sesuai dengan materi pembelajaran.
e).
No.
1.
2.
Hari/ Tanggal
Senin, 3 Agustus 2011
Kamis, 6 Agustus 2011
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Mata Pelajaran Matematika
Mata Pelajaran Siklus
Matematika
I
Matematika
II
Materi
Menjelaskan operasi
perkalian
Menjelaskan operasi
perkalian dengan cara
susun
10.
11.
12.
13.
14.
15.
mempresentasian hasilnya
Kelompok lain memberikan komentar terhadap perwakilan anggota kelompok ang maju
Setiap kelompok mengumpulkan hasil diskusi
Memberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami
Memberikan tindak lanjut
Memberikan penguatan terhadap hasil evaluasi
Mengucapkan salam penutup
b. Siklus II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
3.6 Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat setelah proses
perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran Matematika selesai. Sesuai dengan hasil
yang diperoleh siswa ternyata masih ada sebagian siswa yang belum mampu mamahami
materi sehingga dalam menjawab soal masih ada yang salah dengan kualifikasi dibawah ratarata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi guru yang terlalu cepat dan kurangnya
situasi tanya jawab yang diberikan guru. Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan
pembelajaran akan dilakukan pada siklus II.
Pada siklus II guru memberikan materi yang efisien serta pemberian diskusi tanya
jawab antara siswa dengan guru sehingga terjadi komunikasi yang baik antara siswa dan
guru. Guru juga memberikan media sederhana yaitu media korak api yang dapat membantui
siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian pada siklus II terdapat hasil yang
konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi tidak terdapat nilai yang kurang. Dengan demikian
siklus ke II dinyatakan berhasil membangkitkan semangat siswa sehingga tidak diperlukan
tahapan siklus selanjutnya.
3.7 Prosedur Penelitian
Penelitin ini menggunakan desain penelitian tindakan kelasyang terdiri dari dua
siklus. Setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Jika pada siklus I sudah mencapai ketuntasan hasil belajar maka siklus
II tidak perlu dilakukan.
tersebut (Sukidin dkk., 2002:111). Penelitian ini akan menggunakan analisis deskriptif kualitatif
dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah analisis data yang diperoleh dari
hasil observasi dan wawancara sedangkan analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes belajar
siswa.
Data yang akan dianalasis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase
peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dalam materi pokok masalah-masalah sosial.
Persentase peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari perolehan skor siswa
setelah mengikuti pembelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian bilangan cacah
dengan menggunakan media lidi melalui rumus sebagai berikut:
P = nx 100%
N
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan hasil belajar siswa
n = Jumlah siswa yang tuntas belajar
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas II MIN Yehsumbul, maka
diperoleh data yang menunjukan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain dari itu
terdapat beberapa hasil pembelajaran yang diperoleh setelah penulis melakukan penelitian.
Adapun hasil dari penelitian mata pelajaran matematika di kelas II MIN Yehsumbul dapat
dilihat pada tebel berikut :
Tabel 4.1
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus I
No.
1.
Nama Siswa
Amat Mustakim
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
5
6
5
6
5
7
8
6
5
5
5
6
5
5
6
5
8
5
6
6
5
5
6
136
5,6
Ayu Astuti
Anwar Rizal
Ahmad Kelvin
Dio Saputra
Dela Sagita
Diki Ferdian
Devi Aprilia
Fika Nurkumala
Fajar Nurul Fitri
Firda Maulida
Hilda Amalia
Linda Hatifah
Linda Amalia
M. Faruq Zidni
M. Sulthon Maulana
Mas Sultan
Novi Rofiqoh
Putri Agustin Kusuma D
Siti Holifah
Rifki Rahman
Renaldi Akbar
Sandy Arobby
Sabna Husniawati
Jumlah
Rata-rata
Tabel 4.2
Analisi Kategori Evaluasi Siklus I
Kategori
1. Baik
2. Sedang
3. Kurang
Jumlah Siswa
3 orang
8 orang
13 orang
Persen ( % )
3/24 x 100 = 12,5
8/24 x 100 = 33,33
13/24 x 100 = 54,17
Tampak pada ananalisis kategori di atas bahwa nilai yang berkategori baik baru
mencapai 12,5 %. Itu artinya sebagian kecil pada siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada
sebelum adanya perbaikan pembelajaran.
Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam poses terbanyak
yaitu sebesar 54,17 % dan yang berkategori sedang sebanyak 33,33%. Itu akhirnya pada
siklus ke II jumlah siswa yang berkategori sedang dan kurang harus mengalami penurunan.
Setelah permasalahan utama yang menjadi focus perbaikan dalam mata pelajaran
Matematika, penulis mencoba memperbaiki terhadap proses pembelajaran serta meminta
bantuan kepada teman sejawat untuk mengidentifikasi factor penyebab rendahnya tingkat
penguasaan terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Dan akhirnya dari hasil refleksi dan
diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa penyebab, antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Guru terlalu cepat dalam mencapaikan pembelajaran.
2. Guru kurang menguasai dalam penggunaan alat pera.ga.
3. Guru kurang menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.
5. Tidak adanya diskusi antara siswa dan guru
Tabel 4.3
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus II
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Nama Siswa
Amat Mustakim
Ayu Astuti
Anwar Rizal
Ahmad Kelvin
Dio Saputra
Dela Sagita
Diki Ferdian
Devi Aprilia
Fika Nurkumala
Fajar Nurul Fitri
Firda Maulida
Hilda Amalia
Linda Hatifah
Linda Amalia
M. Faruq Zidni
M. Sulthon Maulana
Mas Sultan
Novi Rofiqoh
Putri Agustin Kusuma D
Siti Holifah
Rifki Rahman
Renaldi Akbar
Sandy Arobby
Sabna Husniawati
Jumlah
Rata-rata
Tabel 4.4
Analisi Kategori Evaluasi Siklus II
Kategori
Jumlah Siswa
Persen ( % )
1. Baik
2. Sedang
3. Kurang
20 orang
4 orang
-
20/24 x 100
4/24 x 100
= 83,33
= 16,67
-
Tampak pada analisis kategori diatas bahwa nilai yang berkategori baik jauh lebih
banyak dan mengalami kenaikan prestasi yang cukup signifikanyaitu mencapai 83,33%. Itu
artinya pada siklus ke II sudah menunjukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran dengan
hal ini maka cukup hanya sampai siklus II karena sampai tahap ini tingkat keberhasilan
belajar sudah tercapai. Selanjutnya siswa yang mendapatkan kategori sedang terdapat
16,67%. Hal ini jel;as terliha bahwa prestasi siswa sedang mengalami penurunan yang
signifikan.
Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II
dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya nilai siswa pada pelaksanaan
perbaikan pembelajaran pada siklus ke II dilihat dari kategori sedang yang mengalami
penurunan serta tidak terdapatnya siswa yang mendapat nilai kurang.
Nilai 10
Tidak ada
Nilai 9
Tidak ada
Nilai 8
2 orang siswa
Nilai 7
1 orang siswa
Nilai 6
8 orang siswa
Nilai 5
13 orang siswa
Dengan demikian bisa terlihat pada tahapan siklus I yang menunjukan bahwa kenaikan
hasil evaluasi siswa belum terlalu terlihat signifikan, tetapi apabila dibandingkan pada
sebelum ada perbaikan masih dapat dikategorikan lebih baik dari sebelumnya karena pada
siklus I tidak terdapat nilai dibawah 4 ke bawah. Dengan demikian menunjukan bahwa
perbaikan pembelajaran belum signifikan tetapi sudah menunjukan sedikit perubahan kearah
yang lebih baik dengan kualifikasi baik 12,5 %, sedang 33,33 % dan kurang 54,17 %. Dengan
demikian penulis mencoba pada tahapan selanjutnya yaitu di tahap siklus II.
2). Siklus II
Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar, hal ini terbukti dengan hasil evaluasi dengan
rincian sebagai berikut :
-
Nilai 10
Tidak ada
Nilai 9
9 orang siswa
Nilai 8
Nilai 7
4 orang siswa
Nilai 6 Ke bawah
Tidak ada
11 orang siswa
Dengan demikian terjadi perubahan yang sangat signifikan antara hasil dari penelitian
siklus II, dimana pada siklus II terdapat hasil evaluasi yang dapat dikategorikan baik. Dengan
demikian penelitian sudah dapat dikatakan berhasil pada siklus II serta tidak ada tahapan
siklus selanjutnya karena pada siklus II sudah dapat dikategorikan baik dengan hasil evaluasi
83,33 % siswa dengan hasil kategori baik dan 16,67 % siswa dengan kategori hasil evaluasi
sedang.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari proses perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan terbukti menunjukan ada perubahan belajar siswa yang signifikan dari
perkembangan siswa dengan adanya upaya dan desain serta metode pembelajaran yang
diupayakan pada setiap siklusnya.
Hal ini terbukti dengan hasil yang tampak dari kemajuan yang dialami oleh masingmasing siswa yang semakin meningkat dilihat dari rekapitulasi nilai perbaikan pembelajaran.
Tabel 4.9
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus I dan II
No.
1.
2.
3.
Nama Siswa
Amat Mustakim
Ayu Astuti
Anwar Rizal
9
8
7
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Ahmad Kelvin
Dio Saputra
Dela Sagita
Diki Ferdian
Devi Aprilia
Fika Nurkumala
Fajar Nurul Fitri
Firda Maulida
Hilda Amalia
Linda Hatifah
Linda Amalia
M. Faruq Zidni
M. Sulthon Maulana
Mas Sultan
Novi Rofiqoh
Putri Agustin Kusuma D
Siti Holifah
Rifki Rahman
Renaldi Akbar
Sandy Arobby
Sabna Husniawati
Jumlah
Rata-Rata
5
6
5
7
8
6
5
5
5
6
5
5
6
5
8
5
6
6
5
5
6
136
5,6
8
8
8
8
7
9
8
9
9
9
8
9
8
9
8
8
9
8
8
9
8
197
8,21
Pelaksanaan proses perbaikan yang telah dilaksanakan pada Mata Pelajaran Matematika
tentang penggunaan perkalian cara susun untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
perkalian. Dengan demikian penulis menggunakan metode cara susun dengan menggunakan
media korek api yang dijadikan alat Bantu untuk proses penjumlahan bilangan dalam teknik
perkalian cara susun.
Pada tahapan pertama terdapat sedikit kenaikan hasil pembelajaran, hal ini didasarkan
oleh penyampaian guru yang terlalu cepat dan kurang adanya system diskusi antara siswa
dengan guru. Oleh sebab itu tahapan pertama yaitu pada siklus I hanya sedikit mengalami
kenaikan serta belum begitui signifikan.
Setelah melakukan berbagai diskusi dengan teman sejawat, maka penulis mencoba
mendesain pola pembelajaran yang lebih kreatif yaitu disamping menggunakan media teknik
cara susun dalam penyampaian materi perkalian dalam proses pembelajaran, penulis juga
menggunakan system diskusi tanya jawab dengan mencoba uji keberanian terhadap siswa.
Dengan demikian penulis mendapatkan hasil temuan yaitu meningkatnya tingkat hasil belajar
siswa, maka dari itu proses penelitian penulis cukupkan pada siklus II karena pada siklus ini
hasil belajar siswa sudah didapatkan dengan hasil yang baik. Untuk lebih jelasnya kita dapat
melihat grafik 4.1 analisis kategori evaluasi siklus I dan II
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka dari hasil perbaikan pembelajaran telah
dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut : Proses penyamapain
pembelajaran matematika harus didasarkan pada penguasaan konsep serta pemberian alat
Bantu bagi siswa. Dengan demikian alat Bantu tersebut bisa digunakan pada saat proses
belajar mengajar sehingga dapat menjadikan bahan untuk meningkatkan frekuensi hasil
belajar. Maka dari itu guru harus mampu menciptakan desain pembelajaran yang dapat
diterima oleh siswa.
1.2 Saran
Dengan mengacu terhadap kesimpulan, maka dari itu penulis dapat
memberikan saran yaitu sebagai berikut : Dalam menyampaikan proses pembelajaran guru
sebaiknya tidak terlalu cepat dalam menjelaskan materi pembelajaran. Selanjutnya harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dengan demikian siswa bisa lebih
berani dan mampu untuk menerima mat