DISUSUN OLEH :
:MARINUS HAREFA
:FARIYANTO HALAWA
KELAS/SEMESTER : A/ V (LIMA)
MATAKULIAH : METODOLOGI PENELITIAN
DOSEN PENGAMPU: NETTI KARIANI MENDROFA,S.Pd, M.Pd
UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
T.A.2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang sangat membutuhkan
tersebut. Kompetensi global yang mencakup kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pribadi yang dilandasi dengan kompetensi moral merupakan modal utama
yang tidak boleh tidak harus dimiliki oleh manusia agar mampu mempertahankan eksistensi
dalam arus zaman yang harus berkembang. Pembentukan sumber daya manusia dimaksud
hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan dalam hal ini berorientasi dalam
Sehingga siswa ditempa untuk mampu mengembangkan potensi, dapat teraktualisasi secara
optimal dan terarah. Wena (2011:2) mengemukakan bahwa “ Guru sebagai komponen
penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran”
“pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
Proses pembelajaran harus diupayakan secara efektif serta menarik minat siswa
agar terjadi adanya perubahan tingkah laku siswa. Dalam proses belajar Guru harus dapat
membimbing dan memfasilitasi siswa agar dapat melakukan proses tersebut. Jadi dalam hal
ini dituntut keprofesionalan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang strategi bagi siswa.
Salah satu mata pelajaran yang sangat berperan penting dalam perkembangan IPTEK
adalah mata pelajaran Matematika, tetapi masih banyak ditemukan kelemahan dan
kekurangan baik dari pihak Guru, siswa maupun perhatian pemerintah terhadap sekolah.
Berdasarkan realita dilapangan minat belajar siswa masih kurang, dibuktikan dengan hasil
belajar siswa yang masih kurang jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal ini
tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yakni faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari keadaan fisikologis yaitu kondisi fisik, kondisi
panca indera, dan keadaan psikologi sedangkan faktor ekstern terdiri faktor lingkungan yaitu
lingkungan alam, lingkungan sosial, serta faktor instrumental yaitu kurikulum, guru, sarana,
Dalam pembelajaran matematika selain kognitif ,siswa harus dilibatkan secara afektif
dan psikomotorik untuk memahami tentang konsep- konsep yang dipelajari. Jika hal ini tidak
pada siswa kurang mendalam dan akan menyebabkan rendahnya pemahaman siswa yang
algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Sesuai dengan
tujuan pembelajaran matematika di atas maka setelah proses pembelajaran siswa diharapkan
pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika.
Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Zulkardi (2003:7)bahwa ”mata pelajaran matematika
menekankan pada konsep”. Artinya dalam mempelajari matematika siswa harus memahami
tersebut masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka dituntut mengerti tentang definisi,
hal tersebutakan menjadi bekal dalam mempelajari matematika pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Menurut Nurul Wafiyah(2012: 129), salah satu indikasi tidak tercapainya tujuan
pembelajaran matematika secara optimal adalah masalah konsepsi siswa. Konsepsi adalah
pemahaman atau tafsiran siswa tentang konsep yang telah ada dalam pikiran siswa sebagai
akibat dari proses belajar mengajar. Beberapa hasil penelitian (Soedjadi, 2001; Marpaung,
2002; Ratumanan, 2003) mengatakan bahwa pembelajaran selama ini berpusat pada guru dan
siswa dijadikan sebagai objek pembelajaran yang melakukan aktivitas dalam menyelesaikan
latihan soal sesuai dengan contoh-contoh yang disajikan guru. Pembelajaran di kelas tidak
pernah berubah, yaitu pembelajaran yang konvensional untuk mencapai pemahaman siswa,
sehingga siswa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menkonstruksi pengetahuan yang
dipelajarinya. Konsep dan prinsip dalam matematika diberikan dalam bentuk “Jadi” dari guru
kepada siswa tanpa melalui konstruksi pengetahuan dari diri siswa. Kondisi pembelajaran
yang seperti ini tidak memberikan kemudahan bagi siswa untuk mempelajari objek-objek
dasar matematika secara bermakna. Dengan demikian besar kemungkinan siswa akan
belajar dan tersedia berbagai model pembelajaran untuk memadukan antara model
tanggal 3 Desember 2022, bahwa sekolah ini merupakan sekolah yang terletak di kota
kecamatan gunugsitoli idanoi. Berdasarkan hasil observase yang dilakukan peneliti rata-rata
hasil belajar siswa mengenai pemahaman konsep kesebangunan bangun datar rendah.
yang diterapkan masih belum optimal artinya model yang diterapkan monoton pada satu tipe
saja, sehingga siswa merasa bosan dan kurang berminat untuk belajar.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti maka ditemukan beberapa
d. Kurangnya variasi dan metode yang digunaka guru saat melaksanakan proses
pembelajaran.
c. Pengetahuan dasar siswa masih kurang sehingga sulit untuk dilanjutkan materi
pembelajaran.
berlangsung.
a. Kurangnya variasi pembelajaran yang digunakan guru sehingga siswa merasa bosan
Berdasarkan masalah-masalah yang timbul di atas jika dibiarkan begitu saja akan
berakibat fatal pada hasil belajar siswa dan juga pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
serta tidak sesuai prinsip kurikulum K13, dimana pembelajaran lebih terfokus pada siswa(
student centered ). Siswa diharapkan terlibat langsung dan aktif dalam proses pembelajaran.
Prinsip dasar kegiatan belajar mengajar (KBM) pada K13 yaitu berpusat pada siswa,
mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan belajar melalui berbuat.
Berdasarkan prinsip K13 di atas maka tidak sesuai dengan realita dilapangan. Oleh
sebab itu, salah satu solusi untuk mengatasinya dengan menerapkan metode Inqury untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Menurut
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”. Dengan demikian peneliti membuat
bangun datar melalaui pembelajaran matematatika melalui metode inqury bagi siswa
B. Identifikasi Masalah
berlangsung.
C. Batasan Masalah
Mengingat identifikasi masalah terlalu luas maka peneliti membatasi masalah yang
diteliti yaitu :
D. Rumusan Masalah
merumuskan permasalahan. Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
metode inqury pada materi kesebangunan bangun datar pada mata pelajaran matematika
materi kesebangunan bangun datar pada mata pelajaran matematika SMP Swasta Idanoi
3. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran inqury pada
materi pokok kesebagunan bangun datar pada mata pelajaran matematika SMP Swasta
E. Tujuan Penelitian
Agar hal-hal yang hendak dicapai dalam penelitian ini lebih jelas maka peneliti
metode inqury
metode inqury
metode inqury.
6. Membuktikan secara signifikan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan metode inqury
F. Manfaat Penelitian
Sebagai acuan kepada kepala sekolah dalam mengambil suatu kebijakan terhadap
2. Untuk guru.
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat
3. Untuk peneliti
Dapat menambah pengetahuan dalam menulis karya ilmiah dan juga dalam melaksanakan
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap individu untuk meningkatkan
kemampuan atau kompetensinya. Dalam hal ini, pembahasan tentang peristiwa belajar
difokuskan pada proses belajar dalam konteks formal, yaitu proses belajar yang sengaja
didesain atau diciptakan atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
demikian, untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar, perlu dirumuskan
secara jelas pengertian belajar. Slameto dalam Hamdani (2010:20) menyatakan bahwa:
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
menjelaskan bahwa :
Belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku,
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan lain-lain.
Harefa (2010:1) menyatakan bahwa, “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku individu yang terjadi akibat interaksi dengan lingkungan”. Selain itu, Purwanto
(2008:38-39) menyatakan bahwa, “belajar merupakan proses dalam diri individu yang
perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”. Winkel dalam Purwanto (2008:38)
Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah sebagai
proses perubahan tingkah laku individu melalui kegiatan yang sengaja direncanakan dan
dilakukan untuk mencapai suatu kompetensi tujuan tertentu, seperti menulis, membaca,
menghitung, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa, proses perubahan tersebut
tidak terjadi sekaligus tetapi akan berlangsung secara berkesinambungan tanpa henti.
b. Belajar Matematika
Matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan ide-ide abstrak dan disajikan dalam
bentuk simbol-simbol serta disusun secara hierarkis. Belajar matematika pada dasarnya
merupakan proses yang diarahkan pada satu tujuan. Tujuan belajar matematika ditinjau dari
segi kognitif adalah terjadinya transfer belajar yang dapat terlihat dari kemampuan siswa
mengfungsionalkan materi matematika baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara
konseptual dimaksudkan untuk dapat mempelajari matematika lebih lanjut, sedangkan secara
matematika dalam bidang lain. Nurhadi (2004:203) menyatakan bahwa, “Belajar matematika
berarti belajar ilmu pasti. Belajar ilmu pasti berarti belajar menalar. Jadi, belajar matematika
masalah karena proses kerja matematika dilalui secara berurut yang Seseorang akan
merasa mudah memecahkan masalah dengan bantuan matematika, kerena ilmu
matematika itu sendiri memberikan kebenaran berdasarkan alasan logis dan
sistematis. Dismping itu, matematika dapat memudahkan dalam pemecahan meliputi
tahap observasi, menebak menguji hipotesis, mencari analogi, dan akhirnya
merumuskan teorema-teorema. Selain itu, matematika memiliki konsep struktur dan
hubungan-hubungan yang banyak menggunakan simbol-simbol.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika itu selalu
berhubungan dengan aktifitas manusia. Mempelajari matematika tidak dapat dilakukan secara
acak tetapi harus dimulai dari dasar dan bertahap. Penguasaan kemampuan dasar sangat
ditekankan dalam hal ini, kemampuan yang harus dimiliki seorang siswa pada suatu materi
pokok tertentu sebelum melangkah ke meteri pokok berikutnya. Jika tidak maka siswa
tersebut akan mengalami banyak masalah dalam pembelajaran selanjutnya. Oleh karena itu,
2. Hakikat Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang membuat orang (siswa) belajar. Dalam proses
pembelajaran, harus terjadi interaksi yang memadai antara siswa dan guru, siswa dan siswa
yang lain. Pembelajaran juga diartikan sebagai kegiatan pengajaran yang mengkondisikan
seseorang untuk belajar. Dalam hal ini, pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau
perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Sesuai pendapat Degeng dalam
Dimyati dan Mudjono (2009:297) menyatakan bahwa, “pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang
adalah suatu usaha kinerja guru dalam memberhasilkan siswa melalui perencanaan yang
sistematis, fleksibel, efektif dan efesien, sehingga terjadi perubahan tingkah laku anak didik,
dimana perubahan itu dapat dilihat pada saat terjadinya interaksi antara siswa dengan
pendidik.
b. Ciri-Ciri Pembelajaran
Bila hakekat belajar adalah perubahan maka hakekat pembelajaran adalah proses
pengaturan yang dilakukan oleh guru. Sebagai suatu pengaturan, pembelajaran tidak terlepas
dari ciri-ciri tertentu. Ada tiga ciri khas dalam sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh
1. Rencana ialah pinata ketenagaan, meterial dan prosedural yang merupakan unsur
sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
2. Saling ketergantungan (interdependence), antara unsur sistem pembalajaran yang
serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing
memberi sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Tujuan sistem pembelajaran adalah agar peserta didik dapat belajar.
c. Komponen-Komponen Pembelajaran
dalam proses pembelajaran dikelas. Sabri dalam Harefa (2011:29) menguraikan empat
komponen dalam proses pembelajaran yang harus dilakukan seorang guru agar tujuan dari
belajar. Sanjaya dalam Harefa (2011:30) mengemukakan beberapa peran guru dalam proses
pembelajaran yakni:
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Standar proses, baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan
pengawasan oleh BNSP, dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Mulyasa (2006:28-29)
positif pada diri siswa sebelumnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Mulyasa
3. Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran ada beberapa istilah tentang kegiatan pembelajaran, yaitu:
teknik mengajar, sedangkan dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran. Lufri dalam
Pegertian model pembelajaran adalah pola atau contoh pembelajaran yang sudah
didesain dengan menggunakan pendekatan atau metode atau strategi pembelajaran
yang lain, serta dilengkapi dengan langkah-langkah (sintatik) dan perangkat
pembelajarannya.
bahwa model pembelajaran adalah pola pembelajaran yang sudah didesain yang dapat
mencerminkan proses kegiatan pembelajaran yang dapat berfungsi sebagai pedoman bagi
4. Motedo inquiry
a. Pengertian Inquiry
Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris, yang artinya suatu teknik atau cara yang
digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Secara umum inquiry adalah proses dimana
para saintis mengajukan pertanyaan tentang alam dunia ini dan bagaimana mereka secara
Welch mendefinisikan inquiry sebagai proses dimana manusia mencari informasi atau
pengertian, maka sering disebut away of thought. Sedangkan Kidsvatter dkk menjelaskan
inquiry sebagai model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa
Sanjaya, inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
Inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya inquiry menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan dari
guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
sebagai proses dari proses mental. Dengan demikian, siswa tak hanya dituntut agar
menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya.
Langkah-langkah metode inquiry menurut Kindsvatter dkk dalam buku Paul Suparno
Langkah awal adalah menentukan persoalan yang ingin didalami atau dipecahkan dengan
metode inquiry. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru. Sebaiknya persoalan yang
ingin dipecahkan disiapkan sebelum mulai pelajaran. Persoalan sendiri harus jelas sehingga
dapat dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Dari persoalan yang diajukan akan
tampak jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan
ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh
siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat
siswa tidak semangat, sedang persoalan yang terlalu mudah yang sudah mereka ketahui tidak
menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan
siswa.
b. Membuat hipotesis.
Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang
suatu persoalan. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau
tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih
dulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup
memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan kelihatan setelah
c. Mengumpulkan data.
d. Menganalisis data.
Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis
e. Ambil kesimpulan.
Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan
c. Macam-macam Inquiry
Kindsvatter dkk membedakan antara dua macam Inquiry yaitu Guided Inquiry dan Open
Inquiry ( bebas ). Perbedaan itu lebih ditandai dengan seberapa besar campur tangan guru
a. Kelebihan
4. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya
siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang
b. Kelemahan
c. Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasan siswa dalam
belajar.
5. Hasil Belajar
Secara umum siswa selalu belajar secara efektif dan efesien untuk mencapai
keberhasilan. Hasil belajar yang dicapai oleh seorang siswa nampak dari kemampuannya
untuk menjawab setiap pertanyaan atau soal yang diberikan oleh guru. Namun hasil belajar
yang dicapai setiap siswa berbeda-beda, karena tergantung pada pengetahuan atau
pemahamannya.
yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Sejalan dengan itu
Waluyo (1987:2) menyatakan bahwa, “hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai oleh
siswa dalam mengikuti program pengajaran atau belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan”. Dalam Suprijono (2009:5) menyatakan bahwa, “hasil belajar adalah pola-pola
hasil belajar adalah tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus
yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran atau tingkat pencapaian
terhadap tujuan-tujuan umum pengajaran.
Perlu disadari bahwa hasil belajar siswa bukan terbatas pada banyaknya pengetahuan
dan dikuasai melainkan terletak pada penguasaan, penghayatan terhadap seluruh aspek
interaksi antara guru dan siswa. Depdiknas (2004:1) menguraikan bahwa, “suatu
pembelajaran berhasil apabila terjadi perubahan tingkah laku positif pada peserta didik sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan”. Senada dengan itu, Nasution dalam
hasil belajar adalah suatu peubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan
saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri
pribadi yang belajar.
Hasil belajar ini dapat diketahui setelah diukur menggunakan tes. Hal ini senada dengan
Hudojo (1988:145) yang menyatakan bahwa, “cara menilai hasil belajar biasanya dilakukan
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar berhasil adalah hal-hal
berikut:
1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,
baik secara individual maupun secara kelompok.
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK)
telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun secara kelompok.
hasil yang dicapai seseorang kearah yang lebih baik setelah mengalami dan mengikuti proses
pembelajaran.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Tindakan
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini
dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka pencapaian
tujuan pembelajaran yang maksimal. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini berfokus
pada proses pembelajaran di kelas. Objek tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan
1. Lokasi Penelitian
IDANOI
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas KELAS IX – A SMP SWASTA
IDANOI Tahun Pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 30 orang dengan jumlah laki-
1. Waktu Tindakan
Penelitian tindakan ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023.
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan waktu penyajian materi pokok
2. Lamanya Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan kurang lebih dua bulan, dan setiap siklus
dilaksanakan proses pembelajaran 2 kali pertemuan dan 1 kali pertemuan untuk pemberian
1. Instrumen Penelitian
sebagai berikut :
a. Lembaran Observasi
Adapun lembaran observasi yang peneliti gunakan sebagai instrumen penelitian, yaitu:
1) Lembar observasi untuk siswa yang tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang siswa yang tidak
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan
digunakan untuk mengumpulkan data tentang kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
digunakan untuk mengumpulkan data tentang kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
c. Angket
Angket ini merupakan instrumen kualitas pembelajaran yang disusun dalam bentuk
kuesioner objektif, dimana kepada responden akan diberikan beberapa butir soal dengan lima
alternatif jawaban. Selanjutnya responden diminta untuk memilih satu jawaban yang
dianggap paling sesuai dengan apa yang mereka rasakan. Angket ini diberikan kepada siswa
sekolah.
d. Rekaman Video/Foto
Dokumentasi yang digunakan yaitu foto dan klip video. Dokumentasi digunakan
menunjukkan gambaran konkrit pelaksanaan proses pembelajaran. Hasil rekaman video ini
tidak lagi diolah tetapi hanya sebagai bukti bahwa telah terlaksananya proses pembelajaran
dengan penerapan metode pembelajaran inguiri. Pengambilan rekaman video ini dilakukan
peneliti berdasarkan kisi-kisi tes . Sebelum tes dijadikan sebagai instrumen penelitian,
terlebih dahulu:
konstruksi dan ranah bahasa dimana setiap butir soal terdiri 2 kolom. Kolom 1: jika”ya”
dan skor 1 dan jika “tidak” skor 0 dan diolah menggunakan skala Guttman. Daniel
terjemahan Eddy Soewardi dalam Harefa (2008:28), Guttman mengajukan suatu indeks
reproduksibel minimum yang dapat diterima. Sedangkan kolom 2 dengan skala penilaian
2) Dilakukan ujicoba di sekolah lain untuk keperluan uji kelayakan tes, yaitu 1) uji validitas
tes, 2) uji reliabilitas tes, 3) uji tingkat kesukaran tes, 4) uji daya pembeda.
2. Desain Penelitian
Adapun tindakan atau tahapan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK),
yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan untuk setiap pertemuan pada kedua siklus, meliputi:
inguiry
c) Media pembelajaran.
pembelajaran.
(3) Guru.
e) Rekaman video/foto.
b) Kunci jawaban.
c) Lembar wawancara.
b. Tindakan (action)
pembelajaran.
c. Pengamatan (Observation)
d. Refleksi (reflection)
Pada tahap ini, peneliti sebagai guru, merefleksikan hasil observasi yang dilakukan oleh
a) Lembaran observasi untuk siswa yang tidak terlibat aktif dalam proses
pembelajaran.
Hal yang diuraikan di atas dapat dilihat pada desain penelitian di bawah ini:
Refleksi I Siklus I
Pengamatan I
Permasalahan
Perencanaan Tindakan II
Siklus II
Refleksi II
Pengamatan II
Gambar 2: Desain Penelitian
3. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus ke-I
untuk pemberian tes hasil belajar, dimana pada masing-masing pertemuan peneliti
tercantum pada RPP (terlampir). Selama siklus pertama berlangsung, guru mata pelajaran
dilakukan. Dan akhirnya pada pertemuan terakhir siklus pertama diadakan ujian harian
berupa tes hasil belajar. Dari hasil tersebut peneliti menetapkan apakah target sudah tercapai
atau belum. Jika target sudah tercapai maka penelitian selesai, tetapi jika tidak tercapai maka
data pada lembar pengamatan. Kekurangan-kekurangan ini akan disempurnakan pada siklus
berikutnya.
b. Siklus ke-II
Dengan mengevaluasi hasil pelaksanaan siklus pertama, jika ternyata masih belum
pada siklus berikutnya dengan tidak terabaikan langkah-langkah pada siklus pertama.
E. Teknik Analisis Data
reproduksibel minimum yang dapat diterima. Kolom 1: jika”ya” dan skor 1 dan jika “tidak”
skor 0 sedangkan kolom 2 dengan skala penilaian : 1 = tidak valid, 2 = kurang valid, 3 =
Uji validitas tes dilakukan untuk mengetahui apakah tes sebagai instrumen penelitian
layak digunakan. Suatu instrumen penelitian layak digunakan jika instrumen tersebut dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui validitas tes (lampiran 8)
r xy=
N ∑ XY- (∑ X )(∑ Y )
√ {N ∑ X 2−( ∑ X )2}{N ∑ Y 2−(∑ Y )2 }
dimana :
5% (α = 0,05). Jika harga rxy< rt, maka tes tersebut tidak valid dan jika rxy rt, maka tes
Uji reliabilitas tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes uraian (lampiran
(∑
)
∂2
k i
r 11 = 1−
k-1 ∂
t2
dimana :
∂
t2 = Varians skor total
Setelah rhitung (r11) diketahui, maka berkonsultasi dengan harga rtabel (rt), pada taraf signifikan
5% ( = 0,05). Jika harga r11 rt, maka tes tersebut tidak reliabel dan jika r11 rt, maka tes
(∑ Χ i )
2
∑ Χ i2 − Ν
∂2
i = Ν dan
∑ ∂i 2=∂1 2 +∂22 + ∂3 2 +. ..+ ∂k 2
∑ Χ t 2− Ν
∂
t2 = Ν
Harefa(2010:50)
Mean
TK =Skor maksimum yang telah ditetapkan pada pedoman penskoran
dimana :
TK = Tingkat Kesukaran
Uji daya pembeda tes (lampiran 11) dihitung dengan menggunakan rumus :
dimana :
DP = Daya Pembeda
Harefa (2010:63)
dengan jenis lembaran observasi yang digunakan sebagai instrumen penelitian. Lembaran
a. Lembar observasi untuk siswa yang tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
pengolahan lembar observasi untuk siswa yang tidak terlibat aktif dalam proses
pembelajaran (lampiran 12c dan 24c) dideskripsikan dalam persen dengan rumus :
pengolahan lembar pengamatan siswa dalam kegiatan pembelajaran (lampiran 13c dan
25c), diolah dengan menggunakan skala Likert, dengan kriteria yang diberikan Kunandar
dalam Daeli (2007:234), yaitu SB = Sangat baik skor 4; B = baik skor 3; C = Cukup skor
“menskor skala kategori Likert, jawaban diberikan bobot atau disamakan dengan nilai
pengamatan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk setiap item dirata-ratakan dengan
menggunakan rumus :
pengolahan lembar pengamatan proses pembelajaran responden guru (lampiran 14c dan
26c), diolah dengan menggunakan skala Likert, dengan kriteria yang diberikan Kunandar
dalam Daeli (2007:234), yaitu SB = Sangat baik skor 4; B = baik skor 3; C = Cukup skor
“menskor skala kategori Likert, jawaban diberikan bobot atau disamakan dengan nilai
lembar pengamatan proses pembelajaran responden guru untuk setiap item dirata-ratakan
≤ 55% = Kurang
yang diolah secara kualitatif dengan menarasikannya. Wawancara dilakukan peneliti kepada
beberapa orang siswa yang mewakili mengingat waktu yang terbatas dan dilakukan setiap
Sangat sering (5), Sering (4), Kadang-kadang (3), Kurang (2) Tidak pernah (1). Data dari
setiap item hasil angket (lampiran 16 dan 28) dideskripsikan dalam persen dengan
menggunakan rumus :
Jumlah Skor Setiap Item
Persentase pengamatan setiap item = x 100%
Jumlah Skor Ideal
Jumlah Skor Ideal = Skor Tertinggi x Jumlah Seluruh Responden.
Dengan ketentuan persen angket kualitas proses pembelajaran yang dikelompokkan ke dalam
Hasil belajar matematika yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa berbentuk tes
NSS = x Bobot
Dimana :
Untuk perhitungan nilai akhir (NA) setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan
nilai perolehan untuk setiap butir soal. Dengan rumus sebagai berikut:
NA = NSS
Dimana :
Harefa (2010:30)
Dasar) yang telah ditetapkan di SMP Swasta BNKP Hilimaziaya yaitu: KKM KD 1.1 = 60,
KKM KD 1.2 = 60. Siswa yang nilainya ≥ KKM KD dinyatakan tuntas belajar, sedangkan
siswa yang nilainya ≤ KKM KD dinyatakan tidak tuntas belajar. Selanjutnya ditentukan
persentase ketidaktuntasan 0%. Tetapi dalam penelitian ini, peneliti menetapkan target
pencapaian ketuntasan belajar 75%. Hal ini sesuai target minimal ideal yang telah ditetapkan
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar secara keseluruhan, maka terlebih dahulu
ditentukan rata-rata hitung dari hasil belajar siswa (lampiran 17c dan 29c). Rata-rata hitung
X=
∑X
n
Dimana :
X = nilai rata-rata
∑X = jumlah semua pengukuran
n = Banyaknya data
71 – 85 : baik
56 – 70 : cukup
41 – 55 : kurang
0 – 40 : sangat kurang
Depdiknas (2004:1)
8. Simpangan Baku
Untuk mengetahui standar rata-rata selisih dari data dengan nilai rata-rata maka
ditentukan simpangan baku. Untuk menentukan simpangan baku dari data tunggal (lampiran
s=
Telaumbanua (2010:22)
9. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis terhadap hasil belajar, diuji dengan menggunakan uji t deskriptif
t=
Keterangan:
n : Ukuran sampel
Untuk pengambilan kesimpulan, Nilai thitung dikonfirmasikan pada tabel nilai Kritis
−t 1 ≤t≤t 1
α ( dk ) α (dk )
Terima H0 jika 2 2 dan untuk keadaan lain, H0 ditolak.
t≥−t α ( dk )
Terima H0 jika dan untuk keadaan lain, H0 ditolak.
t≤t α ( dk)
Terima H0 jika dan untuk keadaan lain, H0 ditolak.
P−P o
Z=
√ Po (1−Po )
n
Keterangan:
Z = nilai Z hitung
Kriteria pengujian: