Anda di halaman 1dari 8

Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 1 Marga

OLEH :

NAMA : PUTU DEVI PRADNYA SARI


NIM : 859016474
JURUSAN : S1 PGSD BI
POKJAR : KUTA UTARA

UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA DENPASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut hal
penting yang patut diperhatikan adalah proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu
kegiatan membuat siswa belajar dengan melibatkan beberapa unsur, baik ekstrinsik
yang melekat dalam diri siswa dan guru, termasuk lingkungan, guna tercapainya tujuan
belajar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dalam peroses pembelajaran perlu
melibatkan mental siswa secara maksimal dan pembelajaran diarahkan untuk berpikir
sehingga siswa mengkonstruksi sendiri pembelajaran yang diperoleh dari guru.
Pembelajaran merupakan penentu kualitas utama dalam belajar.

Berdasarkan pemaparan tersebut, sekolah dasar merupakan salah satu bagian


komponen penting dalam Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas) pendidikan dasar mencakup SD/MI, SMP/MTs. atau bentuk lain yang
sederajat, sedangkan pendidikan menengah meliputi antara lain SMA/MA, SMK/MAK
atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan dasar dan menengah merupakan pendidikan
untuk mengembangkan kualitas minimal yang harus dimiliki oleh setiap warga Negara
Indonesia sesuai dengan tuntutan perubahan-perubahan kehidupan lokal, Nasional dan
global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar ini tidak dapat
ditunda, karena perkembangan jaman di era globalisasai meningkat secara drastis.
Pendidikan Sekolah Dasar sebagai suatu proses yang bukan hanya memberi bekal
kemampuan intelektual dasar dalam membaca, menulis dan berhitung saja melainkan
juga sebagai proses mengembangkan kemampuan dasar peserta didik secara optimal
dalam aspek intelektual, sosial, dan personal, untuk dapat melanjutkan pendidikan.
Adanya keberhasilan mengikuti pendidikan disekolah menengah dan perguruan tinggi
banyak dipengaruhi oleh keberhasilan dalam mengikuti pendidikan dasar karena
pendidikan itu adalah sebuah proses, jika rendahnya kualitas dan mutu pendidikan pada
jenjang sekolah dasar maka sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya.

Kurikulum yang digunakan di setiap jenjang saat ini adalah Kurikulum 2013,
dimana di sekolah dasar Matematika dan PJOK terpisah dengan mata Pembelajaran
Tematik Terpadu. Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang berperan
penting dalam kemajuan teknologi dan berbagai bidang keilmuan lainnya. Peranan
matematika sebagai ilmu dasar sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, pelajaran matematika perlu diajarkan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar hingga ke jenjang perguruan tinggi untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, cermat, dan konsisten serta
kemampuan bekerja sama.

Keputusan pemisahan mata pelajaran matematika untuk kelas tinggi (4, 5, 6)


tersebut ada beberapa pertimbangan, diantaranya, (1) Matematika memiliki karakteristik
kajian dan metode yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Objek kajian matematika
bersifat abstrak,metode untuk melakukan kajian terhadap objek matematika bersifat
deduktif, tentunya tidak mengabaikan pengembangan kecakapan 4C (Critical, Creative,
Colaborative, dan Communication), (2) Kebermaknaan pembelajaran matematika di
SD/MI salah satunya dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dalam
konteks dunia nyata siswa. Pembelajaran dengan mengambil konteks kehidupan nyata
tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran tematik terpadu, (3) Kebermaknaan
pembelajaran merupakan energi bagi peningkatan motivasi belajar siswa, ketika
motivasi sudah dimiliki pembelajaran matematika dengan tema memiliki keterbatasan
dalam mengakomodir struktur dan konten matematika secara utuh. Oleh karena itu,
ketika konteks sudah diperoleh, pembelajaran Matematika dapat dilakukan dengan
pemahaman konsep matematika secara utuh (Ditjen Dikdasmen, 2016).

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SDN 1 Marga menunjukkan


bahwa rendahnya hasil belajar matematika siswa. Dari 20 orang siswa, hanya 40%
jumlah siswa yang mampu mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Walaupun matematika sudah dipisahkan dengan mata pelajaran tematik terpadu,
kenyataan dilapangan tetap memperlihatkan adanya kesulitan yang dialami siswa dalam
memahami dan memecahkan permasalahan dalam matematika yang kemudian
berdampak pada hasil belajar siswa. Adapun beberapa hal yang mempengaruhi
diantaranya; (1) kurangnya kemampuan siswa dalam menganalisis masalah dan
menafsirkan data yang diberikan karena siswa masih hanya dalam tahap menghafal, (2)
guru terlalu mendominasi dalam pembelajaran sehingga siswa kurang dalam
menyelesaikanmasalahnya secara mandiri, (3) siswa kurang diberikan kesempatan
untuk bertanya, (4) siswa cenderung pasif dalam pembelajaran, (5) dalam pembelajaran
guru kurang memperhatikan gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing siswa, (6)
dalam proses pembelajaran guru kurang menerapkan model pembelajaran sehingga
siswa cenderung pasif dan kurang memahami materi yang diajarkan.

Menurut Fachri (2014) diperlukan suatu alternatif pembelajaran yang dapat


melibatkan siswa secara aktif bekerjasama, berdiskusi dan berargumentasi dengan
teman sekelas agar dapat menemukan sendiri konsep-konsep matematika melalui
penyajian masalah yang dekat dengan kehidupan nyata siswa. Penyajian masalah
tersebut bertujuan agar siswa lebih dekat dengan matematika dan siswa dapat
memahami manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan
pengalaman yang bermakna dalam belajar yang akhirnya dapat terjadi peningkatan hasil
belajar siswa. Dalam pembelajaran matematika perlu adanya penerapan model
pembelajaran yang variatif sehingga menarik kemauan siswa dalam belajar matematika,
sehingga logika siswa berkembang dan akhirnya bermuara pada meningktanya hasil
belajar. Peran guru sangat penting dalam mengambil keputusan untuk menciptakan
suasana agar siswa lebih semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar. Kegiatan
pembelajaran yang dapat merangsang siswa dalam memecahkan masalah memerlukan
model pembelajaran yang tepat dan pengorganisasian materi yang tepat pula. Model
pembelajaran yang dibutuhkan haruslah yang berpusat pada siswa dan merangsang
siswa untuk berpartisipasi aktif, kritis, kreatif, dan mengajak siswa untuk berpikir secara
mandiri, salah satunya yakni model pembelajaran Problem Based Learning.

Hamdayana (2014: 215) menjelaskan bahwa model Problem Based Learning


yang selanjutnya akan disingkat PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah. Terdapat tiga ciri utama model PBL yakni (1) model pembelajaran berbasis
masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran. PBL tidak mengharapkan siswa
hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, tetapi
melalui PBL siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan
akhirnya menyimpulkan. (2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
masalah. (3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

Menurut Depdiknas (2004:27) ciri-ciri utama pembelajaran Problem Based


Learning meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada
keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya
dan peragaan. Guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning, berperan
sebagai penyaji masalah, fasilitator, membantu siswa memecahkan masalah dan
menjadi salah satu sumber belajar siswa, memberikan dukungan, motivasi dan dorongan
yang dapat meningkatkan kemampuan siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Yasa (2018) yang berjudul "Pengaruh Model
Problem Bassed Learning terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa SD" Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan siswa antara
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran model problem based learning dengan
penggunaan model belajar konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas V Gugus II
Kecamatan Jerebu.

Penelitian yang dilakukan oleh Astika (2019) yang berjudul Pengaruh Penerapan
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar
Matematika Peserta Didik Kelas V Sd Negeri 3 Perumnas Way Halim, Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment dengan
desain post-test only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
peserta didik kelas V di SD N 3 Perumnas Way Halim. Pengumpulan data
menggunakan instrument tes hasil belajar dan lembar observasi aktivitas. Data dianalisis
menggunakan uji regresi linear sederhana dan independent sample t-test. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penerapan model Problem Based
Learning terhadap hasil belajar Matematika, hal ini berarti penerapan model Problem
Based Learning dapat membantu meningkatkan hasil belajar matematika.
Penelitian terakhir yang paling membawa point pening adalah penelitian dari
Fauzia (2018) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SD” Penelitian ini menggunakan metode
sintesis kuantitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penggunaan model problem based learning pada mata pelajaran Matematika SD.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelusuri jurnal melalui
Google Cendekia Berdasarkan hasil analisis dari 10 hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan model Problem based learning (PBL) dapat meningkatkan
hasil belajar matematika peserta didik. Peningkatan hasil belajar dari yang terendah 5 %
sampai yang tertinggi 40%, dengan rata-rata 22,9%.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka diperlukan adanyaperbaikan proses


pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa sebagai upaya meningkatkann
kualitas pembelajaran siswa. Dalam hal ini peneliti membuat rancangan perbaikan
pembelajaran Matematika, rancangan ini lebih difokuskan pada model pembelajaran
yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Sehingga peneliti sangat tertarik
untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning dalam pembelajaran Matematika, diharapkan model
pembelajaran ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti tertarik untuk
mengangkat judul “Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning
terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 1
Marga tahun Pelajaran 2020/2021”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah adalah
Apakah implementasi model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Marga?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
kelas V SD Negeri 1 Marga melalui penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Dengan adanya penelitian ini siswa mampu meningkatkan hasil belajar
melalui pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa lebih
termotivasi dalam belajar khususnya mata pelajaran Matematika.

2. Bagi Guru
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
referensi baru mengenai Problem Based Learning dalam kegiatan
pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
b. Dapat di jadikan sebuah acuan dalam kegiatan pembelajaran
sehingga tercipta pembelajaran yang lebih efektif.
c. Dapat dijadikan tolak ukur sistem pembelajaran yang dilakukan guru
sehingga dapat dilakukan perbaikan.

3. Bagi Sekolah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan sekolah mampu
mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan
kebutuhan siswa sehingga mutu lulusan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai