Oleh
Kholili Uzzlah Maghfiroh
1401417115
NIM : 1401417115
1. Topik
Bahan Ajar Materi Bangun Ruang Berbasis Etnomatematika
2. Permasalahan
Pendidikan merupakan aspek penting dalam kehidupan. Seperti yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 mengenai tujuan nasional dari NKRI
salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan,
seseorang dapat menentukan arah kehidupan yang bermartabat. Seseorang
dapat mempelajari dan memperoleh ilmu pengetahuan melalui pendidikan
baik formal maupun informal. Arti dari pendidikan berdasarkan UU Nomor 20
Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar pesertadidik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Menurut Oemar dalam Munib (2016) pendidikan adalah suatu proses
untuk membantu siswa dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan agar
dapat menimbulkan perubahan yang baik dalam diri siswa dan bermanfaat
dalam kehidupan bermasyarakat.
Terdapat tiga jalur pendidikan berdasarkan Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu pendidikan formal,
pendidikan informal, dan pendidikan nonformal. Pada jalur pendidikan formal
terdiri atas tiga jenjang yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Adapun pendidikan dasar menjadi wadah pertama untuk
mencetak karakter dan menjadi dasar penentu keberhasilan suatu pendidikan.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan yang meliputi
sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) serta sekolah menengah
pertama (SMP) atau madrasah tsanawiyah (MTs). Dalam undang-undang
tersebut dikatakan bahwa pendidikan dasar hakikatnya pendidikan wajib yaitu
9 tahun yang terdiri atas pendidikan di sekolah dasar dan sekolah menengah
pertama. Dalam Susanto (2014: 70) visi pendidikan sekolah dasar yaitu
mengembangkan manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, terampil, kreatif, dan mandiri
serta dapat menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Salah satu aspek penting dalam pendidikan adalah kurikulum, dan saat
ini kurikulum yang digunakan dalam sistem pendidikan Indonesia adalah
Kurikulum 2013. Berdasarkan Permendikbud No. 57 Tahun 2014 kurikulum
2013 dirancang dengan beberapa karakteristik yaitu: (1) menyeimbangkan
pengembangan sikap spiritual dan sosial serta kemampuan intelektual dan
psikomotorik; (2) sekolah adalah bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar siswa dengan menjadikan masyarakat sebagai sumber
belajar untuk kemudian dimanfaatkan dan diterapkan dalam masyarakat; (3)
mengembangkan serta menerapkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
siswa di sekolah dan masyarakat; (4) waktu belajar siswa disekolah cukup
leluasa untuk mengembangkan sikap, pengetahuan maupun keterampilan
siswa secara optimal; (5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti
kemudian dirinci dalam kompetensi dasar; (6) konpetensi inti menjadi unsur
pengorganisasian kompetensi dasar dan mengembangkan pembelajaran untuk
mencapai kompetensi inti tersebut; (7) pengembangan kompetensi dasar
berdasar pada prinsip penggabungan, saling memperkuat (reinforced) dan
memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan.
Dalam kurikulum 2013 pendidikan dasar dan menengah wajib memuat
muatan pembelajaran matematika seperti yang tercantum dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003, terutama Bab X Pasal 37. Sesuai dengan
Permendikbud Nomor 57 Tahun 2014 Pasal 5 Ayat 2 (2014: 3) mengenai
konsep dasar dari mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu mata pelajaran umum
kelompok A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a matematika
merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan
peserta didik sebagai dasar dan penguatan kemampuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sedangkan pembelajaran matematika menurut teori Brunner dalam
Herman (1998) merupakan pembelajaran tentang konsep dan struktur
matematika serta mencari hubungan antar keduanya. Menurut Marsiyah dan
Rahayu (2007) pengajaran matematika merupakan suatu proses yang disusun
dengan sengaja untuk menciptakan suasana lingkungan belajar dalam
membantu siswa mencari pengalaman tentang matematika. Tujuan
pembelajaran matematia adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan
berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-
hari serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Susanto, 2014: 185). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika sudah seharusnya dimaksudkan untuk membekali siswa agar
terampil dalam penerapan pemecahan masalah matematika di dalam
masyarakat tempat tinggal siswa. Karena pada hakikatnya, matematika tidak
terlepas dari kehidupan sehari-hari yang dapat digunakan untuk pemecahan
masalah praktis yang merupakan penerapan dari konsep-konsep matematika.
Namun, pada kenyataannya tujuan pembelajaran matematika belum
terlaksana secara optimal di sekolah dasar maupun sekolah menengah, muatan
pembelajaran matematika masih menjadi permasalahan besar. Terbukti dari
hasil ulangan harian maupun ujian nasional menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika masih sangat rendah. Berdasarkan hasil penilaian PISA 2018
merujuk pada Kompas.com menunjukkan bahwa Indonesia berada pada
peringkat ke-72 dari 78 negara dengan skor 379. Hasil penilaian dunia tersebut
menjadi permasalahan besar bagi pendidikan matematika di Indonesia. Hasil
penilaian kemampuan matematis siswa sekolah dasar maupun menengah di
seluruh provinsi yang ada di Indonesia juga menunjukkan nilai yang masih
sangat rendah. Berdasarkan Asesmen Kompentensi Siswa Indonesia (AKSI)
2016 menunjukkan 77, 13% siswa SD memiliki kemampuan matematika
rendah dengan persentase siswa dengan kategori baik hanya 2, 29%.
Rendahnya kemampuan matematis tersebut menjadi kedaruratan
pendidikan matematika di Indonesia. Permasalahan tersebut tentu dipengaruhi
oleh beberapa hal baik faktor internal maupun eksternal. Menurut Susanto
(2014: 15) faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi, faktor kecerdasan
siswa, kesiapan dan kematangan siswa, bakat, minat, motivasi belajar, suasana
belajar, model penyajian materi pengajaran (bahan ajar), kompetensi dan sikap
guru, serta masyarakat di sekitar siswa. Slameto (2010) juga menyebutkan
bahwa keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor kecerdasan siswa, minat,
bakat, motif, perhatian, kematangan dan kesiapan siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru kelas, dan
beberapa siswa serta data hasil belajar siswa kelas V di SDN Gugus Imam
Bonjol Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo yang terdiri atas SDN 1
Pecekelan, SDN 2 Pecekelan, dan SDN Surojoyo peneliti menemukan
beberapa permasalahan yang terjadi. Diantaranya mengenai penerapan
kurikulum yang belum maksimal yang menuntut penilaian yang detail ini
dikatakan sangat rumit dan memakan banyak waktu sehingga kurang
memperhatikan perkembangan siswa dalam pemahaman suatu pembelajaran.
Dalam penerapan kurikulum 2013 siswa sulit memahami materi karena semua
muatan pelajaran disusun dalam tematik kecuali beberapa muatan
pembelajaran seperti matematika. Kondisi lingkungan sekolah yang sulit
terjamah IT dan kurangnya sarana prasarana sekolah menjadi salah satu
kendala dalam pelaksanaan kurikulum 2013.
Pada kurikulum 2013, jam pelajaran muatan matematika sudah dikurangi
sehingga penyampaian materi juga kurang maksimal. Padahal penyampaian satu
topik materi matematika tidak cukup disampaikan dalam waktu satu hari sehingga
hal ini sangat menghambat pembelajaran. Selain itu, dari hasil analisis dokumen
RPP dan silabus yang dibuat oleh guru kelas, model dan metode yang diterapkan
masih kurang variatif. Model yang digunakan hanya cooperative learning.
Sedangkan metode yang digunakan juga masih
konvensional seperti ceramah, pengamatan, diskusi, penugasan, tanya jawab,
dan praktik. Media yang digunakan untuk menunjang pembelajaran juga
masih sangat kurang dan tidak dapat digunakan untuk semua materi yang
harus disampaikan. Contoh media matematika yang tersedia di sekolah yaitu
kartu bilangan, papan hitung, penggaris, bidang datar, dan beberapa bentuk
bangun ruang.
Permasalahan lain, ditemukan rendahnya minat siswa pada
pembelajaran matematika. Beberapa guru menyampaikan bahwa banyak siswa
kelas V yang masih belum bisa perkalian dan pembagian. Padahal materi
tersebut merupakan dasar perhitungan matematika yang lainnya. Guru
menyebutkan bahwa masih sulit menanamkan konsep materi secara
keseluruhan agar dapat dipahami secara berkelanjutan. Kurangnya minat siswa
serta ketersediaan sumber belajar dan media menjadi faktor penyebab
permasalahan tersebut. Guru hanya menggunakan sumber belajar yang kurang
variatif seperti buku paket matematika dan buku LKS. Padahal cakupan materi
dalam buku tersebut kurang luas. Sumber belajar yang kurang ini
menyebabkan siswa sulit memahami materi yang disampaikan guru. Beberapa
siswa yang diwawancarai mengatakan bahwa siswa kurang antusias bahkan
menganggap sulit pembelajaran matematika karena cara penyampaian guru
yang dianggap membosankan dan kurang menyenangkan. Hal ini berkaitan
dengan variasi metode yang digunakan guru sehingga menyebabkan siswa
kurang antusias dalam pembelajaran matematika. Bahkan siswa mengatakan
bahwa guru hampir tidak pernah menggunakan media untuk menunjang
penyampaian materi matematika.
Dari hasil wawancara serta analisis data siswa dan rencana pembelajaran,
permasalahan cukup banyak ditemukan pada pembelajaran matematika. Kepala
SDN 1 Pecekelan menyebutkan bahwa kelas IV dan V merupakan kelas yang
paling banyak mengalami kesulitan dalam belajar matematika dari semua
tingkatan kelas. Di SDN 2 Pecekelan dikatakan bahwa tingkatan kelas dengan
hasil belajar matematika terendah di tingkat kelas V. Sedangkan di SDN Surojoyo
menyebutkan bahwa tingkatan kelas dengan hasil
belajar matematika terendah adalah kelas V dan VI. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa permasalahan matematika di SDN Gugus Imam Bonjol
paling banyak ditemukan pada tingkatan kelas V. Permasalahan tersebut
tentunya didukung oleh beberapa data. Dari minimnya media pembelajaran
yang tidak mencukupi semua materi matematika, kurangnya sumber belajar
yang cenderung hanya menggunakan buku guru dan buku siswa, penggunakan
metode yang masih sangat konvensional, dan rendahnya minat serta
pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika karena dinilai sangat sulit
dan membosankan. Dari data dokumen hasil belajar siswa SDN Gugus Imam
Bonjol Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo dapat dilihat bahwa hasil
belajar matematika masih rendah.
Di SDN 1 Pecekelan rata-rata nilai muatan pembelajaran matematika
masih rendah dibandingkan rata-rata nilai muatan pembelajaran yang lain dengan
prosentase ketuntasan sebesar 48, 14% dengan rata-rata nilai matematika yaitu 74,
5. Sedangkan rata-rata nilai muatan PKn sebesar 82, 5. Rata-rata nilai muatan
Bahasa Indonesia adalah 81, 2. Rata-rata nilai muatan IPA adalah 83, 6. Rata-rata
nilai muatan IPS adalah 80, 3 dan rata-rata nilai muatan SBdP sebesar 81, 6.
Jumlah siswa SDN 01 Pecekelan adalah 55 siswa, dengan 28 siswa dari kelompok
belajar V A dan 27 siswa dari kelompok belajar V B. Pada muatan pembelajaran
matematika banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Dari 55 siswa,
28 siswa belum memenuhi KKM dan 27 siswa sudah memenuhi KKM.
Sedangkan KKM untuk matematika adalah 72.
Di SDN 2 Pecekelan rata-rata nilai muatan pembelajaran matematika juga
masih rendah dibandingkan rata-rata nilai muatan pembelajaran yang lain dengan
prosentase ketuntasan sebesar 46, 42% dengan rata-rata nilai matematika yaitu 72,
7. Sedangkan rata-rata nilai muatan PKn sebesar 80. Rata-rata nilai muatan
Bahasa Indonesia adalah 83. Rata-rata nilai muatan IPA adalah 80, 4. Rata-rata
nilai muatan IPS adalah 82, 1 dan rata-rata nilai muatan SBdP sebesar 85, 9. Pada
muatan pembelajaran matematika banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah
KKM. Dari 28 siswa, 15 siswa belum memenuhi
KKM dan 13 siswa sudah memenuhi KKM. Sedangkan KKM untuk
matematika adalah 72.
Kemudian, di SDN Surojoyo rata-rata nilai muatan pembelajaran
matematika juga masih rendah dibandingkan rata-rata nilai muatan
pembelajaran yang lain dengan prosentase ketuntasan sebesar 50% dengan
rata-rata nilai matematika yaitu 72, 3. Sedangkan rata-rata nilai muatan PKn
sebesar 77, 9. Rata-rata nilai muatan Bahasa Indonesia adalah 74, 2. Rata-rata
nilai muatan IPA adalah 82, 1. Rata-rata nilai muatan IPS adalah 84, 6 dan
rata-rata nilai muatan SBdP sebesar 82, 3. Pada muatan pembelajaran
matematika 50% dari jumlah siswa belum memenuhi KKM dSedangkan KKM
untuk matematika adalah 72.
Berdasarkan hasil tes diagnostik dari 111 siswa sebanyak 83 siswa
(74,77%) belum mencapai KKM. Hasil tes diagnostik muatan pembelajaran
matematika kelas V Gugus Imam Bonjol ditunjukkan pada diagram berikut.
3. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Keterbatasan sumber belajar dan cenderung hanya menggunakan buku
guru dan buku siswa subsidi Kemendikbud
2. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi matematika yang dalam
buku siswa
3. Rendahnya minat serta antusias siswa dalam pembelajaran matematika
karena dianggap membosankan dan sulit dipahami oleh siswa
4. Hasil belajar matematika kelas V SDN 1 Gugus Imam Bonjol lebih rendah
dari muatan pelajaran yang lain dari seluruh tingkatan kelas. Dari 55 siswa,
28 siswa belum memenuhi KKM dan 27 siswa sudah memenuhi KKM.
Sedangkan KKM untuk matematika adalah 72
5. Sulitnya guru dalam penanaman konsep materi kepada siswa secara
keseluruhan dan bersifat permanen
6. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan
belajar
7. Kurangnya media pembelajaran yang menunjang penyampaian materi
8. Siswa kelas V belum mampu melampaui materi perkalian dan pembagian
yang merupakan dasar perhitungan matematika
9. Sulitnya penerapan kurikulum 2013
10. Sulitnya sekolah dalam mengakses teknologi infomasi
11. Waktu penyampaian materi pembelajaran nontematik yang sangat kurang
seperti pada muatan pembelajaran matematika
12. Penggunaan model pembelajaran yang kurang variatif yaitu hanya model
cooperative learning
13. Penggunaan metode pembelajaran yang masih konvensional seperti
ceramah, pengamatan, diskusi, penugasan, tanya jawab, dan praktik
4. Batasan Masalah
Berdasarkan idedntifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi masalah
pada sumber belajar atau bahan ajar muatan pembelajaran matematika. Sumber
belajar yang digunakan guru hanya berpedoman pada buku guru dan buku siswa
subsidi dari Kemendikbud. Hal tersebut cenderung membosankan bagi siswa
sehigga sulit untuk memahami materi pada buku tersebut. Hal ini menjadikan
siswa kurang minat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu
peneliti ingin meneliti tentang Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis
Etnomatematika pada Kelas V SD Negeri 1 Pecekelan.
5. Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah desain pengembangan bahan ajar bahan ajar matematika
berbasis etnomatematika pada kelas V SDN 1 Pecekelan?
2) Bagaimanakah kelayakan pengembangan bahan ajar matematika berbasis
etnomatematika pada kelas V SDN 1 Pecekelan?
3) Bagaimanakah keefektifan pengembangan bahan ajar matematika berbasis
etnomatematika terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Pecekelan?
6. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SDN 1 Pecekelan, dengan subjek siswa
dan guru kelas V terkait bahan ajar matematika berbasis etnomatematika.
7. Judul Penelitian
Pengembangan Bahan Ajar Materi Bangun Ruang Berbasis Etnomatematika
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN 1 Pecekelan
8. Lampiran
a. Daftar nilai siswa muatan pembelajaran matematika kelas V SDN 01
Pecekelan, Gugus Imam Bonjol.
b. Data Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Gugus
Imam Bonjol
c. Data hasil tes diagnostik pada muatan pembelajaran matematika siswa
kelas V Gugus Imam Bonjol
d. Pedoman wawancara dan hasil wawancara kepala sekolah, guru, dan siswa
e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran muatan pembelajaran matematika
f. Hasil analisa RPP muatan pembelajaran matematika
g. Hasil analisa bahan ajar matematika kelas V
h. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
AKSI. (n.d.). Pusat Asesmen dan Pembelajaran. Retrieved May 9, 2020, from
http://aksi.puspendik.kemdikbud.go.id/survey2016
Lampiran 1
Data hasil tes diagnostik pada muatan pembelajaran matematika siswa kelas
V Gugus Imam Bonjol
3 Apakah dalam mengajar guru Ada yang sudah dan ada yang belum
sudah menggunakan model
pembelajaran yang inovatif dan
media yang menunjang? Jika
sudah apa saja?
4 Bagaimanakah karakteristik siswa Karakteristik siswa bervariasi
yang ada di sekolah ini?
8 Apakah di sekolah ini pernah Pernah dalam pembelajaran seni budaya dan
mengaitkan kearifan lokal atau
muatan pembelajaran IPS
budaya dalam pembelajaran di
kelas?
9 Kendala apa saja yang dialami - Pemahaman konsep materi
siswa di sekolah ini dalam
- Pemahaman soal HOTS
memahami pembelajaran
khususnya matematika?
10 Di kelas berapa yang paling Di kelas 4 dan 5
banyak muncul kendala tersebut?
7. Menurut kamu, materi apakah yang paling sulit dipelajari pada pelajaran
matematika? Mengapa?
Jawab: Perkalian
10. Buku apa sajakah yang kamu gunakan untuk belajar matematika?
Jawab: LKS, buku paket, buku catatan
HASIL WAWANCARA SISWA
Nama Siswa : Nafisah Cahyani
Kelas :VB
Hari, Tanggal : Kamis, 2 April 2020
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan teliti dan jujur!
1. Apakah kamu bersemangat saat belajar di sekolah?
Jawab: Iya, karena di sekolah saya sangat banyak teman
7. Menurut kamu, materi apakah yang paling sulit dipelajari pada pelajaran
matematika? Mengapa?
Jawab: Pecahan, karena sulit untuk menghitungnya
10. Buku apa sajakah yang kamu gunakan untuk belajar matematika?
Jawab: Buku paket, LKS, buku catatan
HASIL WAWANCARA SISWA
Nama Siswa : A. Putra Domas
Kelas :VB
Hari, Tanggal : Kamis, 2 April 2020
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan teliti dan jujur!
1. Apakah kamu bersemangat saat belajar di sekolah?
Jawab: Iya, karena ada pelajaran yang kau sukai
7. Menurut kamu, materi apakah yang paling sulit dipelajari pada pelajaran
matematika? Mengapa?
Jawab: Materi bilangan, karena perkalian dan pembagian sangat sulit
10. Buku apa sajakah yang kamu gunakan untuk belajar matematika?
Jawab: Buku paket, LKS, Tematik
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
MATEMATIKA
C. TUJUAN
1. Dengan penjelasan guru siswa mampu siswa memahami perkalian dan
pembagian pecahan dan decimal
2. Dengan berbagai latihan siswa mampu mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian dan
pembagian pecahan dan decimal
D. MATERI
1. Pemecahan masalah perkalian dan pembagian pecahan,
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan 1. Guru memberikan salam dan mengajak 10 menit
Pendahuluan berdoa menurut agama dan keyakinan
masing-masing,
2. Melakukan komunikasi tentang
kehadiran siswa.
3. Mengajak berdinamika dengan tepuk
kompak dan lagu yang relevan
4. Guru memberi motivasi dan kegiatan
untuk menambah konsentrasi siswa
5. Guru menyiapkan fisik dan psikhis anak
dalam mengawali kegiatan pembelajaran
serta menyapa anak.
6. Guru mengulas kembali materi yang
disampaikan sebelumnya
7. Menyampaikan tujuan pembelajaran hari
ini
Kegiatan A. Mengamati 65 menit
Inti 1. Siswa mencermati bentuk perkalian
dan pembagian pecahan
2. Menjelaskan cara menyelesaikan
masalah perkalian dan pembagian
pecahan
B. Menanya
1. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan
2. Siswa menanyakan penjelasan guru
yang belum dipahami tentang
perkalian dan pembagian pecahan
3. Guru menjelaskan pertanyaan siswa
C. Menalar
1. Siswa mencoba berdiskusi dengan
temannya tentang perkalian dan
pembagian pecahan
2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk
maju dan menjelaskan hasil diskusi
tentang perkalian dan pembagian
pecahan dengan bimbingan guru
3. Guru memberikan pembenaran dan
masukan apabila terdapat kesalahan
atau kekurangan pada siswa
4. Guru menyatakan bahwa siswa telah
paham tentang perkalian dan
pembagian pecahan
(Creativity and Innovation)
D. Mencoba
1. Guru memberikan soal latihan
perkalian dan pembagian pecahan
kepada siswa
Ibu membeli 2 ½ kg telur di
warung. 10% telur tersebut
busuk. Berapa kg telur yang
busuk tersebut?
2. Guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal latihan tersebut
secara individu
3. Guru menunjuk beberapa siswa
untuk menuliskan hasil pekerjaannya
didepan kelas secara bergantian
Hasilnya:
2 ½ x 10% = 52 x 10010 = 20050 = 14
Jadi telur yang busuk ada 14 kg
E. Mengkomunikasikan
1. Siswa mempresentasikan secara lisan
kepada teman-temannya tentang
perkalian dan pembagian pecahan
2. Siswa menyampaikan manfaat
belajar perkalian dan pembagian
pecahan yang dilakukan secara lisan
di depan teman dan guru.
(Communication)
Kegiatan 1. Guru memberikan penguatan materi dan 15 menit
Penutup kesimpulan dari perkalian dan
pembagian pecahan
2. Guru mengapresiasi hasil kerja siswa
dan memberikan motivasi
3. Guru menyampaikan pesan moral hari
ini dengan bijak
4. Salam dan do’a penutup
H. PENILAIAN
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil
penilaian digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian terhadap materi
ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari pengamatan sikap, tes
pengetahuan dan praktek/ unjuk kerja sesuai dengan rubrik penilaian
sebagai berikut:
Butir soal:
1. Ketika akan membuat kue, ibu membeli 34 kg gula, 1 12 kg telur, dan 1
1
2 kg terigu dari took. Berapa kg berat bahan yang dibeli ibu?
2. Ketika dilaksanakan perkemahan regu Rajawali terdiri atas 9 anggota,
setiap anggota membawa beras sebanyak 12 kg. Berapa kg beras yang
terkumpul pada regu Rajawali?
3. Sebuah papan tulis berbentuk persegi panjang, panjangnya 2 23 meter
dan lebarnya 1 15 meter. Berapa m2 luas papan tulis tersebut?
Lampiran 6
HASIL ANALISA RPP MUATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dari analisis RPP muatan pembelajaran matematika yang dibuat oleh guru
kelas V SDN 1 Pecekelan, guru sudah cukup baik mencantumkan seluruh
komponen dalam RPP. Namun, pada kompetensi inti ranah sikap sosial (KI-2) dan
pengetahuan (KI-3), guru belum lengkap dalam mencantumkan beberapa poin.
Pada KI-2 seharusnya tidak hanya sampai pada poin “..dan tetangganya” tetapi
sampai “…serta cinta tanah air”. Pada KI-3 seharusnya tidak hanya memahami
pengetahuan faktual saja, tetapi juga memahami pengetahuan konseptual. Hal
tersebut sesuai dengan regulasi terbaru pada Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018
Tentang Perubahan atas Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Dasar pan Pendidikan Menengah.
Pengembangan indikator dari kompetensi dasar yang dilakukan guru masih
kurang representatif dari pencapaian KD yang ditentukan. Seharusnya bisa disusun
atas minimal tiga indikator meliputi indikator utama, indikator pendukung, dan
indikator pengayaan. Pemilihan kata kerja operasional (KKO) pada indikator masih
menunjukkan kata kerja yang tidak dapat ditentukan ukurannya, seperti kata kerja
“Memahami”. Permasalahan lain, pada bagian materi lebih baik di susun lengkap
mulai dari materi regular/kurikuler, remedial, pengayaan maupun materi ko-kurikuler.
Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran masih kurang variatif dilihat dari
beberapa RPP yang lain hampir semuanya sama. Model yang digunakan hanya model
cooperative learning dan metode yang digunakan masih konvensional yaitu hanya
sebatas pengamatan, penugasan, tanya jawab, diskusi dan praktik. Model dan metode
yang digunakan masih belum sesuai apabila dikaitkan dengan materi. Sehingga
pembelajaran cenderung masih berpusat pada guru.