Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

RESUME
ANALISIS KURIKULUM MERDEKA BELAJAR
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah
Manajemen Pengelolaan Kebijakan dan Pengolahan Pendidikan Dasar

Oleh :
KELOMPOK 2

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Prof. Nurhizrah Gistuati, M.Ed., Ed.D.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2023

1
A. Konsep Merdeka Belajar
Seiring perkembangan zaman, pendidikan dewasa ini dipandang tidak
hanya sebagai sector penyedia pelayanan umum (public goods), melainkan juga
sebagai investasi produktif (productive investment) yang memacu pertumbuhan
dalam berbagai bidang dan sector pembangunan di Indonesia. Pendidikan
sebagai tolak ukur kemajuan bangsa dan negara, memiliki peran yang sangat
strategis dan merupakan inisiator penentu kemajuan suatu negara. Oleh karena
itu, setiap pengelola pendidikan diharapkan mampu melahirkan output peserta
didik yang memiliki keilmuan dan keterampilan sesuai dengan harapan semua
pihak. Berangkat dari hal tersebut, maka diperlukan konsepsi, kebijakan, dan
program-program pendidikan yang tepat, terarah, dan aplikatif. Semangat untuk
melakukan inovasi dan perubahan inilah roh pertama program merdeka belajar
untuk diterapkan di sektor pendidikan Indonesia. Apalagi di era revolusi industri
4.0, sistem pendidikan diharapkan dapat mewujudkan peserta didik memiliki
keterampilan yang mampu berfikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan
inovatif serta keterampilan komunikasi dan kolaborasi (Ammas, 2021).

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan , merdeka belajar adalah


memberikan kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan dan merdeka dari
birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit serta mahasiswa diberikan
kebebasan memilih bidang yang mereka sukai (Tinggi, 2020). Melalui kebijakan
Merdeka Berlajar, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim
ingin menciptakan suasana belajar yang happy dan kondusif bagi peserta didik.
Merdeka belajar menurut Mendikbud berangkat dari keinginan agar output
pendidikan menghasilkan kualitas yang lebih baik dan tidak lagi menghasilkan siswa
yang hanya jago menghafal namun juga memiliki kemampuan analisis yang
tajam, penalaran serta pemahaman yang komprehensif dalam belajar untuk
mengembangkan diri (Saleh, 2020). Merdeka belajar dalam proses pembelajaran sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Agustinus Tanggu Daga dari beberapa literatur
diartikan sebagai merdeka berpikir, merdeka berinovasi, merdeka belajar mandiri
dan kreatif, dan merdeka untuk kebahagiaan (Daga, 2021).

. Humanisasi bisa juga berarti pembebasan atau pembebasan orang-orang


dari situasi batas yang menindas mereka ingin. "Yang tertindas harus membebaskan

2
dan membebaskan diri dari penindasan yang tidak manusiawi dan pada saat yang sama
waktu membebaskan para penindas dari penjara hati nurani yang tidak jujur menindas”
(Abdul Razzak, 2020). Jika masih ada pengecualian, kebebasan dan kebebasan
sejati tidak akan pernah tercapai sepenuhnya dan penuh arti. Saat ini, kebebasan
pendidikan terletak pada gagasan humanisme baru (Marope, 2019).

Hakikat kebebasan berpikir menurut Nadiem, harus didahului oleh guru


sebelum mereka mengajarkannya kepada siswa. Nadiem menuturkan, dalam
kompetensi guru di level manapun, tanpa proses penerjemahan kompetensi dasar
dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi.
Dengan adanya kebijakan merdeka belajar ini, Kemendikbud berharap agar
mengaplikasikan kurikulum dalam proses pembelajaran haruslah menyenangkan
ditambah dengan pengembangan berfikir yang inovatif oleh para guru, hal ini
dapat menumbuhkan sikap positif siswa dalam mersepon pembelajaran.

Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH, M.Si dalam Seminar Nasional “Merdeka
Belajar: dalam Menapai Indonesia Maju 2045” yang diselenggarakan di Universitas
Negeri Jakarta pada tanggal 10 Maret 2020 memaparkan empat program kebijakan
Merdeka Belajar (Tohir, 2019) yaitu pertama, USBN diganti dengan menjadi ujian
(assessment) pada tahun 2020 sesuai dengan Permendikbud No 43 Tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Ujian yangdiselenggarakan Satuan Pendidikan dan Ujian
Nasional ini menunjukkan bahwa sekolah dan guru merdeka dalam menilai hasil belajar
siswa; kedua, UN tahun 2021 diganti menjadi assessment kompetensi minimum dan
sesuai karakter. Pada assessment ini juga ditekankan penguasaan aspek literasi dan
numerisasi dengan merujuk standar Internasional; ketiga, RPP dipersingkat dan
dibuat simple serta semudah mungkin; dan keempat, zonasi PPDB lebih fleksibel
dengan mempertimbangkan ketimpangan akses dan kualitas sesuai daerah (Sherly
et al., 2020).

Untuk kemampuan numerik, apa itu yang dinilai bukan matematika,


tetapi penilaian kemampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep numeric kehidupan
nyata. Satu aspek yang tersisa, Survei Karakter, bukanlah ujian. Tapi mencari sejauh
mana yang merupakan penerapan nilai-nilai budi pekerti, agama, dan pancasila yang
dianut siswa (Mendikbud, 2019). Kebijakan merdeka belajar ini diharapkan dunia
pendidikan memberikan gebrakan kebijakan yang dapat dirasakan berbagai
kalangan sehingga mampu memajukan sistem pendidikan secara merata dan
3
mencetak generasi penerus bangsa yang unggul, kompetitif dan berdaya saing global
(Arifin et al., 2021).

B. Tujuan Merdeka Belajar


Dengan adanya kebijakan baru dari Kementrian Pendididkan dan
Kebudayaanatau (KEMENDIKBUD) tentang Konsep Merdeka Belajar pastilah
memiliki tujuanuntuk menciptakan link and match atau yang menghubungkan dunia
belajar dan duniakerja. Kebijakan Merdeka Belajar juga bertujuan untuk mewujudkan
kualitas ataumutu pendidikan yang berkelanjutan. Seperti yang kita ketahui dengan
MerdekaBelajar, peserta didik mempunyai keleluasaan dalam belajar bukan hanya di
dalamsatu segmen karena menurut Namdie Makariem,

Selanjutnya yaitu Survei Karakter yang berbedadengan berbeda dengan tes,


biasanya pemerintah dinilai hanya memiliki data kognitifdari peserta didik, tetapi tidak
mengetahui kondisi ekosistem di sekolah sebenarnya,kemudian nantinya peserta didik
di berikan sejumlah pertanyaan, misalnya surveyimplementasi gotong royong di
sekolah, lalu apakah ada bulliying yang terjadi,apakah level toleransinya sehat dan baik
di sekolah dan apakah peserta didik sudahmenerapkan asas Pancasila dalam hidup
peserta didik, jadi peserta didik bukan hanya belajar mata pelajaran tetapi juga belajar
menghormati satu dengan yang lain, salintolong menolong sehingga peserta didik
benar-benar bisa merasakan dan bisadiimplementasikan , dan kemudian Survey
Karakter ini diharapkan dan di gunakansebagai tolak ukur atau panduan sebagai feed
back bagi sekolah dan pemerintahsebagai perbaikan dan perubahan Kebijakan
Pendidikan di masa mendatang (Rosyidi,2020)

C. Empat Pokok Kebijakan Merdeka Belajar


Gebrakan baru dikemukakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Nadiem Anwar Makarim, pada pertengahan Desember 2019 lalu melalui sebuah
program bertajuk “Merdeka Belajar”. Mas Menteri, demikian Nadiem biasa disapa,
menjelaskan tujuan program tersebut sebagai upaya pemerataan akses dan kualitas
Pendidikan. Merdeka Belajar terdiri atas empat pokok kebijakan yang meliputi Ujian
Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.
1. USBN
Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) pada tahun 2020 hanya akan
dilakukan oleh pihak sekolah dengan tetap mengacu pada kurikulum yang ada.
4
Kompetensi siswa menjadi tujuan penilaian asesmen dengan memberi tugas-tugas
yang meliputi portofolio, tugas kelompok, karya tulis, dan lain-lain. “Ini harus saya
tekankan bahwa ini tidak memaksakan untuk harus mengubah tes kelulusannya.
Kalau sekolah itu siap untuk melakukan perubahan silakan. Sementara kalau
sekolah ingin menggunakan format seperti USBN yang lalu itu juga dipersilakan,”
kata Mendikbud. Dengan demikian, sekolah bisa lebih merdeka dalam menilai
siswa-siswinya. “Anggaran USBN sendiri dapat dialihkan untuk mengembangkan
kapasitas guru dan sekolah, guna meningkatkan kualitas pembelajaran,”
tambahnya.

2. UN
Ujian Nasional (UN) sering kali menjadi beban siswa, guru, dan orangtua
karena jadi indikator kelulusan siswa sebagai individu. Tahun 2020 ini, UN akan
dilaksanakan untuk terakhir kalinya dan diubah menjadi Asesmen Kompetensi
Minimum dan Survei Karakter yang meliputi tiga kemampuan, yakni:
a. Literasi: Kemampuan bernalar tentang dan menggunakan bahasa.
b. Numerasi: Kemampuan bernalar menggunakan matematika.
c. Karakter: Kemampuan karakter siswa. Misalnya pembelajar, gotong royong,
kebhinekaan, dan perundungan.
Berbeda dengan UN yang dilakukan siswa pada akhir jenjang sekolah, ujian
asesmen hanya ditujukan kepada siswa yang berada di tengah jenjang sekolah, yakni
kelas 4, 8, dan 11. Penilaian ketiga kemampuan di atas juga bukan jadi basis seleksi
siswa ke jenjang berikutnya. “Arah kebijakan ini juga mengacu pada praktik, baik
pada level internasional seperti PISA dan TIMSS,” tutur Mendikbud. Hasil
asesemen di tiap sekolah diharapkan menjadi masukan bagi sekolah untuk
memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya sebelum peserta didik
menyelesaikan Pendidikan akhir.
3. RPP
Acuan guru dalam menerapkan format pembelajaran yang ada saat ini dianggap
kaku sehingga tidak leluasa dalam mengembangkan metode belajar maupun melihat
potensi siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menjadi salah satu yang
dirombak dalam Program Merdeka Belajar. RPP yang baru hanya ditekankan pada
komponen inti, yakni tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen.
Komponen lainnya bersifat pelengkap dan dapat dipilih secara mandiri. Selain itu,

5
penulisan RPP yang ada saat ini banyak memakan waktu guru. “Penulisan RPP
dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga guru memiliki lebih banyak waktu
untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri.

4. PPDB
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang ada saat ini dianggap kurang
mengakomodir perbedaan situasi domisili siswa. Dengan Program Merdeka
Belajar, peraturan ditetapkan dengan pertimbangan akses dan kualitas di berbagai
daerah. Pemerintah setempat juga ditunjuk punya kewenangan dalam menentukan
proporsi dan wilayah zonasi. “Pemerataan akses dan kualitas pendidikan perlu
diiringi dengan inisiatif lainnya oleh pemerintah daerah, seperti redistribusi guru ke
sekolah yang kekurangan guru,” pesan Mendikbud seperti dikutip laman resmi
Kemdikbud.go.id
Meski tetap menggunakan sistem zonasi, komposisinya akan dibuat lebih
fleksibel, yakni:
a. Jalur Zonasi: minimal 50%
b. Jalur Afirmasi: minimal 15%
c. Jalur Perpindahan: maksimal 5%
d. Jalur Prestasi: disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar 0—30%
Dengan Program Merdeka Belajar ini menjadi gerbang dan muara baru
Pendidikan yang lebih merata, berkualitas, dan menghasilkan siswa-siswi serta
pengajar bermutu untuk Indonesia yang lebih baik.
D. Kebijakan Pemerintah yang mengatur mengenai Merdeka Belajar
Implementasi Kurikulum Merdeka untuk pemulihan pembelajaran dilakukan
berdasarkan kebijakan-kebijakan berikut ini:
1. Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022:
Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Standar kompetensi lulusan
merupakan kriteria minimal tentang kesatuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang menunjukkan capaian kemampuan peserta didik dari hasil pembelajarannya
pada akhir jenjang pendidikan. SKL menjadi acuan untuk Kurikulum 2013,
Kurikulum darurat dan Kurikulum Merdeka.

6
2. Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022:
Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah. Standar isi dikembangkan melalui perumusan ruang lingkup
materi yang sesuai dengan kompetensi lulusan. Ruang lingkup materi merupakan
bahan kajian dalam muatan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan: 1) muatan
wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2) konsep
keilmuan; dan 3) jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Standar isi menjadi acuan
untuk Kurikulum 2013, Kurikulum darurat dan Kurikulum Merdeka.
3. Permendikbudristek No. 262/M/2022:
Perubahan Atas Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam
Rangka Pemulihan Pembelajaran. Memuat struktur Kurikulum Merdeka, aturan
terkait pembelajaran dan asesmen, Projek Penguatan Profil Pelajar Peancasila, serta
beban kerja guru.
4. Keputusan Kepala BSKAP No.008/H/KR/2022 Tahun 2022:
Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah, pada Kurikulum Merdeka. Memuat Capaian
Pembelajaran untuk semua jenjang dan mata pelajaran dalam struktur Kurikulum
Merdeka.
5. Keputusan Kepala BSKAP No.009/H/KR/2022 Tahun 2022:
Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum
Merdeka. Memuat penjelasan dan tahap-tahap perkembangan profil pelajar
Pancasila yang dapat digunakan terutama untuk projek penguatan pelajar Pancasila.
6. SuratEdaranNo.0574/H.H3/SK.02.01/2023:
Menindaklanjuti Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Republik Indonesia Nomor 262/M/2022 tentang Perubahan Atas
Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor
56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan
Pembelajaran.

Satuan pendidikan dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka


secara bertahap sesuai kesiapan masing-masing.
1. Sejak Tahun Ajaran 2021/2022 Kurikulum Merdeka telah diimplementasikan di
hampir 2500 sekolah yang mengikuti Program Sekolah Penggerak (PSP) dan

7
901 SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) sebagai bagian dari pembelajaran dengan
paradigma baru. Kurikulum ini diterapkan mulai dari TK-B, SD & SDLB kelas I
dan IV, SMP & SMPLB kelas VII, SMA & SMALB dan SMK kelas X.

2. Mulai Tahun Ajaran 2022/2023 satuan pendidikan dapat memilih


untuk mengimplementasikan kurikulum berdasarkan kesiapan masing-
masing mulai TK-B kelas I, IV, VII, dan X. Pemerintah menyiapkan angket untuk
membantu satuan pendidikan menilai tahap kesiapan dirinya untuk menggunakan
Kurikulum Merdeka.

3. Tiga pilihan implementasi Kurikulum Merdeka untuk satuan pendidikan yang


memilih menggunakan Kurikulum Merdeka pada tahun 2023/2024:

a. Mandiri Belajar

Satuan pendidikan menerapkan beberapa prinsip Kurikulum Merdeka dalam


pelaksanaan pembelajaran dan asesmen namun tetap menggunakan kurikulum
satuan pendidikan yang sedang diterapkan.

b. MandiriBerubah

Menggunakan Kurikulum Merdeka dalam pengembangan kurikulum satuan


pendidikannya dan menerapkannya dalam melaksanakan pembelajaran dan
asesmen.

c. MandiriBerbagi

Menggunakan Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan satuan


pendidikannya dan menerapkannya dalam melaksanakan pembelajaran dan
asesmen dengan komitmen untuk membagikan praktik-praktik baiknya kepada
satuan pendidikan lain.

E. Kelebihan dan kekurangan Merdeka Belajar


Setiap kurikulum yang diterapkan di Indonesia memiliki kelebihan dan juga
kekurangan, jika dibandingkan dengan Kurikulum 2013, maka ada beberapa kelebihan
yang dimiliki Kurikulum Merdeka, di antaranya ialah:

a. Kurikulum lebih sederhana, meskipun sederhana namun kurikulum ini cukup


mendalam.

8
b. Kurikulum merdeka lebih memfokuskan pada pengetahuan esensial dan
pengembangan peserta didik berdasarkan tahapan dan prosesnya.

c. Pembelajaran lebih bermakna, tidak tergesa-gesa atau terkesan menuntaskan


materi, pembelajaran lebih terasa menyenangkan.

d. Peserta didik lebih merdeka, contohnya pada siswa SMA tidak ada lagi program
peminatan. Peserta didik boleh menentukan mata pelajaran yang diminati sesuai
bakat dan aspirasinya.

e. Kelebihan Kurikulum Merdeka bagi guru ialah pada saat kegiatan belajar mengajar
guru dapat melaksanakan pengajaran sesuai penilaian terhadap jenjang capaian dan
perkembangan peserta didik.

Setelah mengemukakan kelebihan dari Kurikulum Merdeka yang diluncurkan


Kemenristekdikti, maka di bawah ini akan diuraikan beberapa kekurangan dari
Kurikulum Merdeka, di antaranya ialah:

a. Dari segi implementasinya Kurikulum Merdeka masih kurang matang.

b. Sistem pendidikan dan pengajaran yang dirancang belum terealisasi dengan baik.

c. Kurangnya sumber daya manusia (SDM), serta sistem yang belum terstruktur.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa Kurikulum Merdeka


jauh lebih sederhana dibandingkan kurikulum sebelumnya, baik itu kurikulum 2004,
2006, 2013, dan kurikulum lainnya. Dalam praktik dan penerapannya, Kurikulum
Merdeka lebih membebaskan siswa untuk kreatif dalam proses belajar. Siswa juga
diberi kebebasan untuk mengembangkan minat dan bakatnya sehingga proses
pembelajaran akan terasa jauh lebih menyenangkan. Pada Kurikulum Merdeka guru
juga diberikan kebebasan untuk menentukan bahan ajar. Dibalik kelebihan yang
dimiliki Kurikulum Merdeka, terdapat beberapa kelemahan yang menjadi kendala
untuk menerapkannya, di antaranya ialah belum memadainya fasilitas dan sumber
daya manusia untuk mendukung penerapan Kurikulum Merdeka. Dalam
penerapannya, Kurikulum Merdeka juga harus memiliki fasilitas yang mendukung.
Untuk saat ini secara kasat mata hanya sekolah yang memiliki fasilitas yang
mendukung yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka, terutama sekolah negeri.

9
F. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Dasar
Implementasi Kurikulum Merdeka di jenjang SD/MI mengutamakan pada
pembelajaran berbasis proyek demi mewujudkan profil pelajar Pancasila. Hal ini juga sangat
relevan dengan pembelajaran abad-21 dimana pembelajaran mengfokuskan tidak hanya
pada ranah pengetahuan tapi juga menekankan pada aspek karakter, penguasaan literasi,
keterampilan dan teknologi. Pembelajaran pada kurikulum merdeka akan dikembalikan
dalam pendekatan mata pelajaran. Adapun penyusunan jadwal cukup memudahkan guru
karena pembagian waktu per minggu menggunakan mata pelajaran. Penyusunan pada
kurikulum ini berbeda dengan penyusunan jadwal pada kurikulum 2013 dimana harus
mempertimbangkan rincian hari efektif dan minggu efektif. Meskipun penyusunan jadwal
cukup mudah, guru harus memperhatikan beberapa hal yang ada pada kurikulum merdeka
yaitu terkait Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Proyek ini adalah pembelajaran
yang menggabungkan lintas disiplin keilmuan berbasis proyek atau praktek tentang
pemahaman materi dan penyelesaian masalah yang dipecahkan langsung oleh peserta didik.
Penyusunan jadwal wajib menyertakan P5 dengan opsi yang bisa dilakukan per akhir
pelajaran, per minggu atau per periode.
Beberapa perubahan kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka di jenjang SD/MI
menurut Kemdikbud Ristek yaitu 1. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) digabungkan, 2. Mata pelajaran seni sebagai mata pelajaran
keterampilan. Terdapat 3 (tiga) pilihan dalam penerapan atau implementasi kurikulum
merdeka (IKM) di jenjang SD/MI, yaitu: 1. Katagori Mandiri Belajar yaitu sekolah atau
satuan pendidikan tetap menggunakan kurikulum 2013 atau K13 yang disederhanakan /
Kurikulum Darurat dengan menerapkan bagian-bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka. 2.
Katagori Mandiri Berubah yaitu pada tahun ajaran 2022/2023 satuan pendidikan mulai
menggunakan Kurikulum Merdeka mengacu pada perangkat ajar yang telah disiapkan oleh
PMM (Platform Merdeka Mengajar) sesuai jenjang satuan pendidikan. Adapun perangkat
ajar yang telah disediakan untuk jenjang SD/MI adalah kelas I dan kelas IV SD/MI. 3.
Katagori Mandiri Berbagi yaitu sekolah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dan
mengembangkan sendiri beberapa perangkat ajar pada jenjang kelas I dan kelas IV SD/MI
mulai tahun ajaran 2022/2023.

G. Analisis hasil penerapan implementasi Merdeka Belajar


Merdeka Belajar adalah sebuah kebijakan pendidikan yang dicanangkan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
pada tahun 2019. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa
10
dalam menentukan jalur belajar, metode pembelajaran, serta memilih materi yang ingin
dipelajari. Dalam implementasinya, Merdeka Belajar mengandalkan tiga pilar utama,
yaitu Literasi, Numerasi, dan Karakter. Secara umum, hasil penerapan implementasi
Merdeka Belajar adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran
Merdeka Belajar memberikan kebebasan kepada siswa untuk menentukan
materi yang ingin dipelajari. Hal ini memotivasi siswa untuk lebih aktif dan terlibat
dalam proses pembelajaran. Selain itu, Merdeka Belajar juga mengajarkan siswa
untuk mandiri dan memperkuat kemampuan belajar mandiri. Sehingga, siswa dapat
memaksimalkan waktu belajar dan mencapai hasil yang lebih baik.
2. Meningkatnya Kualitas Pembelajaran
Merdeka Belajar menempatkan guru sebagai fasilitator pembelajaran, bukan
hanya sebagai pengajar. Guru memberikan panduan, saran, dan dukungan kepada
siswa dalam memilih materi yang ingin dipelajari. Hal ini memberikan kesempatan
bagi guru untuk memperkaya materi pembelajaran, menciptakan suasana belajar
yang kondusif, dan memberikan perhatian yang lebih pada siswa secara individual.
Sehingga, kualitas pembelajaran meningkat.
3. Meningkatnya Kemampuan Siswa dalam Literasi, Numerasi, dan Karakter
Tiga pilar Merdeka Belajar, yaitu Literasi, Numerasi, dan Karakter, menjadi
fokus utama dalam pembelajaran.

11

Anda mungkin juga menyukai