RESUME
ANALISIS KURIKULUM MERDEKA BELAJAR
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah
Manajemen Pengelolaan Kebijakan dan Pengolahan Pendidikan Dasar
Oleh :
KELOMPOK 2
1
A. Konsep Merdeka Belajar
Seiring perkembangan zaman, pendidikan dewasa ini dipandang tidak
hanya sebagai sector penyedia pelayanan umum (public goods), melainkan juga
sebagai investasi produktif (productive investment) yang memacu pertumbuhan
dalam berbagai bidang dan sector pembangunan di Indonesia. Pendidikan
sebagai tolak ukur kemajuan bangsa dan negara, memiliki peran yang sangat
strategis dan merupakan inisiator penentu kemajuan suatu negara. Oleh karena
itu, setiap pengelola pendidikan diharapkan mampu melahirkan output peserta
didik yang memiliki keilmuan dan keterampilan sesuai dengan harapan semua
pihak. Berangkat dari hal tersebut, maka diperlukan konsepsi, kebijakan, dan
program-program pendidikan yang tepat, terarah, dan aplikatif. Semangat untuk
melakukan inovasi dan perubahan inilah roh pertama program merdeka belajar
untuk diterapkan di sektor pendidikan Indonesia. Apalagi di era revolusi industri
4.0, sistem pendidikan diharapkan dapat mewujudkan peserta didik memiliki
keterampilan yang mampu berfikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan
inovatif serta keterampilan komunikasi dan kolaborasi (Ammas, 2021).
2
dan membebaskan diri dari penindasan yang tidak manusiawi dan pada saat yang sama
waktu membebaskan para penindas dari penjara hati nurani yang tidak jujur menindas”
(Abdul Razzak, 2020). Jika masih ada pengecualian, kebebasan dan kebebasan
sejati tidak akan pernah tercapai sepenuhnya dan penuh arti. Saat ini, kebebasan
pendidikan terletak pada gagasan humanisme baru (Marope, 2019).
Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH, M.Si dalam Seminar Nasional “Merdeka
Belajar: dalam Menapai Indonesia Maju 2045” yang diselenggarakan di Universitas
Negeri Jakarta pada tanggal 10 Maret 2020 memaparkan empat program kebijakan
Merdeka Belajar (Tohir, 2019) yaitu pertama, USBN diganti dengan menjadi ujian
(assessment) pada tahun 2020 sesuai dengan Permendikbud No 43 Tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Ujian yangdiselenggarakan Satuan Pendidikan dan Ujian
Nasional ini menunjukkan bahwa sekolah dan guru merdeka dalam menilai hasil belajar
siswa; kedua, UN tahun 2021 diganti menjadi assessment kompetensi minimum dan
sesuai karakter. Pada assessment ini juga ditekankan penguasaan aspek literasi dan
numerisasi dengan merujuk standar Internasional; ketiga, RPP dipersingkat dan
dibuat simple serta semudah mungkin; dan keempat, zonasi PPDB lebih fleksibel
dengan mempertimbangkan ketimpangan akses dan kualitas sesuai daerah (Sherly
et al., 2020).
2. UN
Ujian Nasional (UN) sering kali menjadi beban siswa, guru, dan orangtua
karena jadi indikator kelulusan siswa sebagai individu. Tahun 2020 ini, UN akan
dilaksanakan untuk terakhir kalinya dan diubah menjadi Asesmen Kompetensi
Minimum dan Survei Karakter yang meliputi tiga kemampuan, yakni:
a. Literasi: Kemampuan bernalar tentang dan menggunakan bahasa.
b. Numerasi: Kemampuan bernalar menggunakan matematika.
c. Karakter: Kemampuan karakter siswa. Misalnya pembelajar, gotong royong,
kebhinekaan, dan perundungan.
Berbeda dengan UN yang dilakukan siswa pada akhir jenjang sekolah, ujian
asesmen hanya ditujukan kepada siswa yang berada di tengah jenjang sekolah, yakni
kelas 4, 8, dan 11. Penilaian ketiga kemampuan di atas juga bukan jadi basis seleksi
siswa ke jenjang berikutnya. “Arah kebijakan ini juga mengacu pada praktik, baik
pada level internasional seperti PISA dan TIMSS,” tutur Mendikbud. Hasil
asesemen di tiap sekolah diharapkan menjadi masukan bagi sekolah untuk
memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya sebelum peserta didik
menyelesaikan Pendidikan akhir.
3. RPP
Acuan guru dalam menerapkan format pembelajaran yang ada saat ini dianggap
kaku sehingga tidak leluasa dalam mengembangkan metode belajar maupun melihat
potensi siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menjadi salah satu yang
dirombak dalam Program Merdeka Belajar. RPP yang baru hanya ditekankan pada
komponen inti, yakni tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen.
Komponen lainnya bersifat pelengkap dan dapat dipilih secara mandiri. Selain itu,
5
penulisan RPP yang ada saat ini banyak memakan waktu guru. “Penulisan RPP
dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga guru memiliki lebih banyak waktu
untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri.
4. PPDB
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang ada saat ini dianggap kurang
mengakomodir perbedaan situasi domisili siswa. Dengan Program Merdeka
Belajar, peraturan ditetapkan dengan pertimbangan akses dan kualitas di berbagai
daerah. Pemerintah setempat juga ditunjuk punya kewenangan dalam menentukan
proporsi dan wilayah zonasi. “Pemerataan akses dan kualitas pendidikan perlu
diiringi dengan inisiatif lainnya oleh pemerintah daerah, seperti redistribusi guru ke
sekolah yang kekurangan guru,” pesan Mendikbud seperti dikutip laman resmi
Kemdikbud.go.id
Meski tetap menggunakan sistem zonasi, komposisinya akan dibuat lebih
fleksibel, yakni:
a. Jalur Zonasi: minimal 50%
b. Jalur Afirmasi: minimal 15%
c. Jalur Perpindahan: maksimal 5%
d. Jalur Prestasi: disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar 0—30%
Dengan Program Merdeka Belajar ini menjadi gerbang dan muara baru
Pendidikan yang lebih merata, berkualitas, dan menghasilkan siswa-siswi serta
pengajar bermutu untuk Indonesia yang lebih baik.
D. Kebijakan Pemerintah yang mengatur mengenai Merdeka Belajar
Implementasi Kurikulum Merdeka untuk pemulihan pembelajaran dilakukan
berdasarkan kebijakan-kebijakan berikut ini:
1. Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022:
Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Standar kompetensi lulusan
merupakan kriteria minimal tentang kesatuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang menunjukkan capaian kemampuan peserta didik dari hasil pembelajarannya
pada akhir jenjang pendidikan. SKL menjadi acuan untuk Kurikulum 2013,
Kurikulum darurat dan Kurikulum Merdeka.
6
2. Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022:
Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah. Standar isi dikembangkan melalui perumusan ruang lingkup
materi yang sesuai dengan kompetensi lulusan. Ruang lingkup materi merupakan
bahan kajian dalam muatan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan: 1) muatan
wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2) konsep
keilmuan; dan 3) jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Standar isi menjadi acuan
untuk Kurikulum 2013, Kurikulum darurat dan Kurikulum Merdeka.
3. Permendikbudristek No. 262/M/2022:
Perubahan Atas Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam
Rangka Pemulihan Pembelajaran. Memuat struktur Kurikulum Merdeka, aturan
terkait pembelajaran dan asesmen, Projek Penguatan Profil Pelajar Peancasila, serta
beban kerja guru.
4. Keputusan Kepala BSKAP No.008/H/KR/2022 Tahun 2022:
Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah, pada Kurikulum Merdeka. Memuat Capaian
Pembelajaran untuk semua jenjang dan mata pelajaran dalam struktur Kurikulum
Merdeka.
5. Keputusan Kepala BSKAP No.009/H/KR/2022 Tahun 2022:
Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum
Merdeka. Memuat penjelasan dan tahap-tahap perkembangan profil pelajar
Pancasila yang dapat digunakan terutama untuk projek penguatan pelajar Pancasila.
6. SuratEdaranNo.0574/H.H3/SK.02.01/2023:
Menindaklanjuti Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Republik Indonesia Nomor 262/M/2022 tentang Perubahan Atas
Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor
56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan
Pembelajaran.
7
901 SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) sebagai bagian dari pembelajaran dengan
paradigma baru. Kurikulum ini diterapkan mulai dari TK-B, SD & SDLB kelas I
dan IV, SMP & SMPLB kelas VII, SMA & SMALB dan SMK kelas X.
a. Mandiri Belajar
b. MandiriBerubah
c. MandiriBerbagi
8
b. Kurikulum merdeka lebih memfokuskan pada pengetahuan esensial dan
pengembangan peserta didik berdasarkan tahapan dan prosesnya.
d. Peserta didik lebih merdeka, contohnya pada siswa SMA tidak ada lagi program
peminatan. Peserta didik boleh menentukan mata pelajaran yang diminati sesuai
bakat dan aspirasinya.
e. Kelebihan Kurikulum Merdeka bagi guru ialah pada saat kegiatan belajar mengajar
guru dapat melaksanakan pengajaran sesuai penilaian terhadap jenjang capaian dan
perkembangan peserta didik.
b. Sistem pendidikan dan pengajaran yang dirancang belum terealisasi dengan baik.
c. Kurangnya sumber daya manusia (SDM), serta sistem yang belum terstruktur.
9
F. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Dasar
Implementasi Kurikulum Merdeka di jenjang SD/MI mengutamakan pada
pembelajaran berbasis proyek demi mewujudkan profil pelajar Pancasila. Hal ini juga sangat
relevan dengan pembelajaran abad-21 dimana pembelajaran mengfokuskan tidak hanya
pada ranah pengetahuan tapi juga menekankan pada aspek karakter, penguasaan literasi,
keterampilan dan teknologi. Pembelajaran pada kurikulum merdeka akan dikembalikan
dalam pendekatan mata pelajaran. Adapun penyusunan jadwal cukup memudahkan guru
karena pembagian waktu per minggu menggunakan mata pelajaran. Penyusunan pada
kurikulum ini berbeda dengan penyusunan jadwal pada kurikulum 2013 dimana harus
mempertimbangkan rincian hari efektif dan minggu efektif. Meskipun penyusunan jadwal
cukup mudah, guru harus memperhatikan beberapa hal yang ada pada kurikulum merdeka
yaitu terkait Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Proyek ini adalah pembelajaran
yang menggabungkan lintas disiplin keilmuan berbasis proyek atau praktek tentang
pemahaman materi dan penyelesaian masalah yang dipecahkan langsung oleh peserta didik.
Penyusunan jadwal wajib menyertakan P5 dengan opsi yang bisa dilakukan per akhir
pelajaran, per minggu atau per periode.
Beberapa perubahan kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka di jenjang SD/MI
menurut Kemdikbud Ristek yaitu 1. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) digabungkan, 2. Mata pelajaran seni sebagai mata pelajaran
keterampilan. Terdapat 3 (tiga) pilihan dalam penerapan atau implementasi kurikulum
merdeka (IKM) di jenjang SD/MI, yaitu: 1. Katagori Mandiri Belajar yaitu sekolah atau
satuan pendidikan tetap menggunakan kurikulum 2013 atau K13 yang disederhanakan /
Kurikulum Darurat dengan menerapkan bagian-bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka. 2.
Katagori Mandiri Berubah yaitu pada tahun ajaran 2022/2023 satuan pendidikan mulai
menggunakan Kurikulum Merdeka mengacu pada perangkat ajar yang telah disiapkan oleh
PMM (Platform Merdeka Mengajar) sesuai jenjang satuan pendidikan. Adapun perangkat
ajar yang telah disediakan untuk jenjang SD/MI adalah kelas I dan kelas IV SD/MI. 3.
Katagori Mandiri Berbagi yaitu sekolah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dan
mengembangkan sendiri beberapa perangkat ajar pada jenjang kelas I dan kelas IV SD/MI
mulai tahun ajaran 2022/2023.
11