Anda di halaman 1dari 13

KENDALA GURU DALAM MENERAPKAN

KURIKULUM MERDEKA DI MI DARUL MA’ARIF


SERUT
Naskah publikasi ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata kuliah : Magang II
Dosen Pengampu : Laelatul Badriah, S.Pd.I., M. Pd.

Disusun Oleh :
Semester 4/ Strata 1 (S1)
Diah Solawati (211200280)
Okti Dewi Lestari (211200313)
Aisyah Avriliana Sudaryanti (211200281)
Arafiq Ramlin (211200287)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU


MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2023
KENDALA GURU DALAM MENERAPKAN KURIKULUM MERDEKA
DI MI DARUL MA’ARIF SERUT

ABSTRAK

Peneltian ini dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan yang sudah


teridentifikasi diantaranya guru kelas I dan kelas IV masih memiliki kendala
dalam menerapkan pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar baik itu pada
pembuatan perencanaan pembelajaran, admiistrasi pembelajaran, serta
menerapkan penilaian pada Kurikulum Merdeka Belajar.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana kendala guru dalam
menerapkan kurikulum merdeka belajar pada siswa kelaas I dan kelas IV di MI
Darul Ma’arif Serut.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif dengan dengan teknik pengumpulan data menggunakan, observasi,
wawancara, dan dokuemtasi. Kemudian analisis data menggunakan reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian yang didapatkan Kendala atau hambatan Guru dalam
Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Pada Siswa kelas I dan IV di MI Darul
Ma’arif Serut yaitu pada perencanaan pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.
Kendala yang dihadapi mulai dari menganalisis Capaian Pembelajaran (CP)
menjadi Tujuan Pembelajaran (TP), menyusunya Alur Tujuan Pembelajaran
(ATP) dan membuatnya dalam bentuk Modul Ajar, kesulitan dalam menentukan
metode dan strategi pembelajaran yang tepat serta masih minimnya kemampuan
guru dalam menggunakan teknologi. Selain itu, terbatasnya buku siswa kurangnya
kemampuan dan kesiapan guru dalam menggunkan metode dan media
pembelajaran yang bervariasi, kurang mahir dalam mengaplikasikan teknologi
dalam pembelajaran, materi ajar yang terlalu luas, serta dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis proyek guru kesulitan dalam menentukan proyek kelas di
kelas I dan IV serta kurangnya alokasi waktu untuk pembelajaran berbasis proyek,
menentukan bentuk asesmen yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, dan menentukan bentuk asesmen pada saat pembelajaran berbasis proyek.

2
A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu bagian dari kehidupan manusia yang cukup
penting. Kalimat tersebut mengartikan bahwa untuk mendapatkan layanan
Pendidikan setiap individu akan mendapatkan hak yang sama. Sebuah proses
untuk mengembangkan potensi setiap individu untuk kelangsungan hidupnya
sehingga dapat menjadi individu yang terdidik, dari segi afektif, kognitif, dan
psikomotorik maka proses merupakan makna dari Pendidikan. Dalam
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDA), Pendidikan memiliki peran yang
sangat penting agar mampu bersaing pada dunia abad 21 ini. Salah satu aspek
yang menjadi tolak ukur dari kemajuan suatu negara dilihat dari bidang
pendidikannya, dengan demikian pemerintah Indonesia memberikan perhatian
serius terkait pendidikan(Iskandar et al., 2023, p. 1).

Pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk membantu jiwa peserta didik
secara lahir dan batin, dari sifat kodratinya menuju sifa yang lebih baik lagi
kedepannya. Pendidikan juga merupakan suatu proses yang terus berlanjut dan tak
pernah berakhir sampai kapanpun atau bisa di sebut dengan (never ending
proces), sehingga menghasilkan kualitas yang berkesinabungan sampai masa yang
akan datang yang bertanamkan pada nilai-nilai budaya bangsa dan pancasila
(Jannah et al., 2022, p. 2).

Oleh sebab itu untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan sebuah
pembaharuan kurikulum sesuai dengan kemajuan zaman dan teknologi. Dengan
seiringnya perkembangan zaman jika masih menggunakan kurikulum lama maka
pembelajaran di Indonesia akan mengalami keterlambatan dengan pedidikan
negara lain. Pembaharuan kurikulum penting dilakukan untuk dapat dijadikan
seagai acuan dan pedoman dalam proses pembelajaran agar lebih efektif sehingga
akan tercipta pembelajran yang dapat mencpai tujuan nasional yang sudah
menjadi ketetapan pendidikan di Indonesia.

3
Kurikulum merupakan hal yang penting dalam pendidikan karena pendidikan
dan kurikulum saling berhubungan. Kurikulum yang berjalan baik dan didukung
dengan berbagai komponen yang baik, akan membuat proses dalam pembelajaran
berjalan baik dan menghasilkan output peserta didik yang baik (Indriani et al.,
2023, p. 2).

Ruh pendidikan terletak di kurikulum dan tak akan pernah bisa dipisahkan.
Kamiludin dan Suryaman menyatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat
program pendidikan yang telah disusun dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang di dalamnya terdapat komponen yang saling berkaitan dan
mendukung satu sama lain. Kurikulum menempati posisi sentral dalam seluruh
ragam kegiatan pendidikan, agar terciptanya tujuan pendidikan, kurikulum harus
mampu meningkatkan kualitasnya, dimana kurikulum harus bisa menyesuaikan
dengan situasi setiap sekolah baik, memperhatikan kebutuhan dan tahap
perkembangan peserta didik, kebutuhan pengembangan nasional dengan tetap
mengingat bahwa pendidikan nasional berpangkal pada kebudayaan nasional dan
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
(Hartoyo & Rahmadayanti, 2022, p. 1).

Hampir semua peserta didik Indonesia ternyata cuma menguasai pelajaran


sampai level tiga saja, sementara banyak peserta didik dari negara lain dapat
menguasai pelajaran sampai level empat, lima, bahkan enam. Hasil dari kedua
survei tersebut merujuk pada suatu simpulan bahwa: prestasi peserta didik
Indonesia tertinggal dan terbelakang (Prastowo, 1970, p. 2) .

Oleh sebab itu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, kurikulum


yang diterapkan harus berkembang, menyesuaikan dengan satuan pendidikan,
potensi wilayah, dan pnting dilakukan evaluasi kajian sejauh mana efektivitas
penerapan kurikulum.

4
Nadiem Makarim mengubah dan menetapkan Kurikulum Merdeka sebagai
penyempurnaan dari kurikulum 2013 pada tanggal 10 Desember 2019. Dimulai
dengan empat kebijakan Merdeka Belajar yang dipaparkan oleh Kemdikbud,
(2021a) antara lain :

1. Pada tahun 2020 mengganti Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)


menjadi ujian atau asesmen yang diselenggarakan oleh pihak sekolah dengan
penilaian kompetensi siswa bisa dilakukan dalam berbagai bentuk yang lebih
komprehensif yang memberikan kebebasan pada guru dan sekolah untuk
menilai hasil belajar siswanya.
2. Tahun 2021 Ujian Nasional berubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) dan Survei Karakter yang berfokus pada kemampuan literasi,
numerasi, dan karakter sebagai usaha mendorong guru dan sekolah
memperbaiki mutu pembelajaran yang mengacu pada praktik baik asesemen
interasional seperti PISA dan TIMSS.
3. Penyederhanaan dalam penyusunan perangkat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), yang semula terdiri dari 13 komponen menjadi 3
komponen inti meliputi tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan
asesmen. Hal ini bertujuan agar guru memiliki lebih banyak waktu untuk
melakukan persiapan dan mengevaluasi pembelajaran selain keefektifan dan
efisien.
4. Kebijakan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru yang lebih fleksibel agar
mampu menopang ketimpangan dalam hal akses dan kualitas di daerah
(Hartoyo & Rahmadayanti, 2022, p. 3).

Kurikulum merdeka belajar berfokus pada materi intrakokurikuler dan


kokurikuler, karna pada kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2013 umumnya
hanya terfokus pada intrakurikuler. Kurikulum merdeka ini menciptakan proses
belajar yang berarti serta berintelektual untuk siswa. Kurikulum merdeka kini
sudah banyak diterapkan di sekolah baik ditingkat lanjutan pertama maupun
dilanjutan atas. Kurikulum merdeka sudah diterapkan sejak satu tahun terakhir ini.

5
Penerapan kurikulum merdeka belajar tentunya dengan harapan bisa
meningkatkan prestasi siswa (Sulkipli et al., 2023, p. 2).

Oleh sebab itu dalam hal ini kemampuan guru adalah suatu hal yang paling
menentukan dalam setiap kebijakan yang sudah ditetapkan, terutama menyangkut
masalah penerapan kurikulum merdeka belajar yang sudah diberlakukan. Tujuan
merdeka belajar ini adalah agar para guru siswa serta orangtua bisa mendapatkan
suasana yang menyenangkan. Diharapkan dari merdeka belajar ini guru dan siswa
dapat merdeka dalam berpikir sehingga hal ini dapat diimplementasikan dalam
inovasi guru dalam menyampaikan materi kepada siswa, tidak hanya itu siswa
juga dimudahkan dalam merdeka belajar karena siswa dimudahkan dalam
berinovasi dan kreativitas dalam belajar.

Salah satu sekolah yang sudah menerapkan kurikulum merdeka adalah MI


Darul Ma’arif Serut yang sudah menerapkan kurikulum ini dari tahun 2022 pada
tahap awal ajaran baru. Kurikulum Merdeka Belajar di MI Darul Ma’arif Serut di
terapkan secara bertahap yaitu untuk kelas I dan Kelas IV sedangkan kelas II, III,
V, dan VI masih menerapkan KTSP 2013.

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di MI Darul Ma’arif Serut


selama melaksanakan kegiatan magang ada beberapa permasalahan yang dialami
oleh guru kelas I dan Kelas IV dalam menerapkan krikulum merdeka belajar
diantaranya :

1. Guru belum mempunyai pengalaman dengan konsep Kurikulum Merdeka


Belajar,
2. Keterbatasan referensi sehingga guru kesulitan menemukan rujukan
mendesain dan mengimplementasikan merdeka belajar
3. Guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah atau penugasan
sehingga pembelajaran cenderung bersifat menoton.
4. Guru terkendala dengan bahan ajar dari pusat yang masih terbatas.

6
5. Guru juga mengalami permasalahan di format asesmen diagnostik, formatif,
dan sumatif yang masih dibuat secara manual karena belum ada format dari
pusat, dan dalam penerapan dan penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, beliau
mengatakan bahwa dalam Kurikulum Merdeka Belajar ini terdapat Profil Pelajar
Pancasila yang merupakan hal baru dan harus guru terapkan didalam
pembelajaran. Dalam menerapkan Profil Pelajar Pancasila sikap itu benar-benar
harus kita rubah sesuai dengan 6 karakter di dalam Profil Pelajar Pancasila
yang semua itu memerlukan penilaian, hal baru inilah yang masih kita coba untuk
sempurnakan dalam penerapannya dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan di atas makadapat diambil suatu rumusan :


bagaimana kendala guru dalam menerapkan kurikulum merdeka belajar pada
siswa kelaas I dan kelas IV di MI Darul Ma’arif Serut. Adapaun tujuan
penelitiannya adalah : untuk mengetahui kendala atau hambatan guru dalam
menerapkan kurikulum merdeka belajar pada kelas I dan Kelas IV di MI Darul
Ma’arif Serut.

B. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan


metode penelitian dreskriptif kualitatif. Penelitian ini berlangsung di MI Darul
Ma’arif Serut Kelurahan Sendang Sari Kabupaten Bantul pada 22 Juli sampai 11
Agustus 2023. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah ; Kepala
Sekolah, guru kelas I dan Kelas IV sebagai data primer dan siswa kelas I dan
kelas IV sebagai data sekuder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah ;
observasi, waawancara, dan dokumentasi dengan analisis data menggunakan
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Kemudian melakukan uji
keabahan data dengan Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data
dengan cara mengecek setiap sumber data dengan teknik yang berbeda.

7
Subjek Penelitian ini adalah :

Sumber Data Primer Sumber DataSekunder


1. Kepala Sekolah : Sri Handayani, S. Pd 1. Peserta Didik Kelas 1
2. Guru Kelas 1. A : Isti Khomah. S. Pd dan Kelas IV
3. Guru Kelas 1. B : Watik. S. Sos. I 2. Dokumen :
4. Guru Kelas 4. A : Dewi Nopwitasar, S.Sy Administrasi guru.
5. Guru Kelas 4 B : Miftajhul Jannah, S. Pd 3. Literatur yang relean

C. Pembahasan

Berdasarkan penelitian di MI Darul Ma’arifSerut penerapan Kurikulum


Merdeka Belajar di MI Darul Ma’arif Serut mulai berjalan sekitar satu tahun.
Sementara penerapannya masih dilakukan secara bertahap sehingga baru
diterapakan pada kelas I dan IV sedangkan kelas II, III, V dan VI masih
menerapkan KTSP 2013.

Menurut Kepala Sekolah MI Darul Ma’arif Serut. Karena kurikulum merdeka


belajar ini merupakan suatu hal yang baru sudah barang tentu banyak terdapat
kendala yang dihadapi dalam penerapannya pada proses pembelajaran. Dalam
penerapannya MI Darul Ma’arif sudah menerapkan berbagai hal yang berkaitan
dengan Kurikulum Merdeka Belajar. Salah satunya adalah penerapan Profil
Pelajar Pancasila dengan Pembelajaran Berbasis Projek. Dalam projek ini terbagi
menjadi proyek kelas yang dilaksankan pada akhir bab pembelajaran dan proyek
sekolah dilaksanakan persemester hal ini sudah bisa diditerapkan di Madrasah.
MI Darl Ma’arif Serut juga sudah menerapkannya pada perangkat
pembelajaran seperti Tujuan Pembelajaran, Alur Tujuan Pembelajaran dan untuk
Modul Ajar masih disusun secara berkelompok serta juga telah membuat raport
walaupun masih masih memerlukan penyempurnaan dan revisi.

8
Pengembangan karakter dan kompetensi kurikulum merdeka belajar bertujuan
untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan karakter dan
kompetensinya, termasuk kemampuan sosial, berpikir kritis, dan kreatif. Hal ini
dicapai dengan menawarkan berbagai kesempatan belajar yang menarik untuk
membantu siswa belajar dengan cara yang lebih menyenangkan dan efisien.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kurikulum merdeka belajar yaitu pembelajaran
yang bertujuan untuk memerdekakan peserta didik (Melati, 2022, p. 5).

Penelitian di MI Darul Ma’arif Serut sudah menerapkan beberapa konsep dari


Merdeka Belajar yaitu pada perencanaan pembelajaran, pembuatan administrasi,
walaupun diakukan secara berkelompok, penerapan Profil Pelajar Pancasila
meskipun masih perlu adanya perbaikan dan pengembangan karena baru satu
tahun proses implementasinya, menerapkan pembelajaran berbasis proyek kelas
maupun proyek madrasah, dan hal ini agar konsep Kurikulum Merdeka Belajar
yang ingin dicapai dapat terealisasikan dengan baik.

Berdasarkan teori bahwa dalam membangun profil siswa melalui budaya


sekolah, ekstrakurikuler dan pembelajaran ekstrakurikuler, proyek-proyek untuk
mengangkat profil pelajar pancasila, dan budaya kerja, Pancasila berfokus pada
pengembangan karakter dan penanaman kemampuan pada setiap siswa.

Profil Pelajar Pancasila menjadikan kebijakan pendidikan untuk berpusat atau


berorientasi pada pelajar, khususnya terhadap pengembangan enam dimensi Profil
Pelajar Pancasila secara utuh dan menyeluruh, yaitu peserta didik yang 1) beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia, 2)
berkebinekaan global, 3) bekerja sama, 4) mandiri, dan 5) bernalar kritis. Profil
Pelajar Pancasila menjelaskan kompetensi dan karakter yang perlu dibangun pada
setiap peserta didik di Indonesia (Melati, 2022, p. 6).

Beberapa permasalahan yang dihadapi guru di MI Darul Ma’arif Serut yaitu


pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dalam Kurikulum
Merdeka Belajar yaitu : Berdasarkan wawancara dengan salah seorang guru kelas
I MI Darul Ma’arif Serut yang menyatakan, guru mengalami kesulitan saat

9
menyusun perencanaan pembelajaran yaitu pada saat menganalisis Capaian
Pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa dikarenakan dibuat per fase, kemudian
merumuskannya dalam bentuk Tujuan Pembelajaran (TP) dan menyusunya dalam
bentuk Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). Tidak hanya demikian, guru yang tidak
bisa menggunakan teknologi dengan baik, maka akan mengalami kesulitan-
kesulitan dalam pembuatan RPP. Hal ini yang dialami oleh salah satu guru yang
mengaku kesulitan dalam menyusun Modul Ajar. Selain itu permasalahan yang
dialami guru yaitu masih kesulitan dalam menentukan metode dan strategi
pembelajaran yang tepat bagi anak agar proses pembelajaran menjadi
menyenangkan dan juga siswa ikut aktif dalam prose pembelajaran.

Senada dengan teori yang mengatakan bahwa kompetensi yang diperlukan


oleh pendidik dalam pembelajaran kurikulum merdeka selain kompetensi
kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial, diperlukan juga kompetensi
digital. Dengan adanya kemampuan guru dalam digital maka seorang guru akan
lebih mudah mecari dan memberikan informasi yang aktual kepada siswa. Selain
itu dengan kemampuan digitalnya, seorang guru mampu menciptakan
pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan menggunakan beberapa aplikasi
yang dapat memicu kreatifitas siswa dalam mendukung merdeka belajar (Sulkipli
et al., 2023, p. 3).

Selanjutnya hasil wawancara dengan guru kelas IV MI Darul Ma’arif Serut,


dapat dilihat bahwa masih terbatasnya buku siswa yang menyebabkan
pembelajaran sedikit terhambat, kurangnya penggunaan metode dan media
pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran sehingga
membuat iklim belajar menjadi membosankan. Sementara guru harus
menciptakan proses pembelajaran yang atif dan menyenangkan. Di samping itu
materi ajar yang terlalu luas juga menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami
materi yang diajarkan, guru masih kesulitan dalam menentukan proyek kelas
untuk kelas I dan IV serta kurangnya alokasi waktu untuk pembelajaran berbasis
proyek.

10
Kemudian hasil wawancara yang dilakukan, guru meyatakan bahwa ia tidak
begitu mengalami kesulitan dalam melakukan asesmen diagnostik, formatif, dan
sumatif hanya saja terkendala dalam menentukan asesmen yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menentukan asesmen pada saat
pembelajaran berbasis proyek hal ini membingungkan bagi guru dikarenakan
banyaknya jenis atau bentuk asesmen seperti presentasi, proyek, produk, lisan,
tulisan dan sebagainya.

Hal ini senada dengan teori yang menyatakan bahwa kurangnya pemahaman
dan persiapan guru menjadi salah satu kendala dalam mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka. Guru membutuhkan pemahaman yang baik tentang
Kurikulum Merdeka, baik dari segi konsep, strategi pembelajaran, hingga
penilaian hasil belajar. Kurangnya pemahaman dan persiapan guru dapat
menghambat efektivitas implementasi Kurikulum Merdeka. Selain itu,
keterbatasan sumber daya juga menjadi kendala dalam implementasi Kurikulum
Merdeka. Implementasi Kurikulum Merdeka membutuhkan sumber daya yang
cukup, termasuk buku-buku teks, perangkat pembelajaran, dan pelatihan untuk
guru. Keterbatasan sumber daya dapat menjadi hambatan dalam
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka (Sudirman et al., 2020, p. 3).

D. Kesimpulan

Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar pada siswa kelas I dan IV di MI Darul


Ma’arif sudah berjalan cukup baik, yaitu masih diterapkan secara bertahap yaitu
baru untuk kelas I dan IV sedangkan kelas II, III, V dan VI masih menerapkan
KTSP 2013.

Kendala atau hambatan Guru dalam Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar


Pada Siswa kelas I dan IV di MI Darul Ma’arif Serut yaitu pada perencanaan
pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Kendala yang dihadapi mulai dari
menganalisis Capaian Pembelajaran (CP) menjadi Tujuan Pembelajaran (TP),
menyusunya Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) dan membuatnya dalam bentuk
Modul Ajar, kesulitan dalam menentukan metode dan strategi pembelajaran yang

11
tepat serta masih minimnya kemampuan guru dalam menggunakan teknologi.
Selain itu, terbatasnya buku siswa kurangnya kemampuan dan kesiapan guru
dalam menggunkan metode dan media pembelajaran yang bervariasi, kurang
mahir dalam mengaplikasikan teknologi dalam pembelajaran, materi ajar yang
terlalu luas, serta dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek guru kesulitan
dalam menentukan proyek kelas di kelas I dan IV serta kurangnya alokasi waktu
untuk pembelajaran berbasis proyek, menentukan bentuk asesmen yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dan menentukan bentuk asesmen
pada saat pembelajaran berbasis proyek.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hartoyo, A., & Rahmadayanti, D. (2022). Potret Kurikulum Merdeka, Wujud


Merdeka Belajar di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4), 2247–2255.
https;//jbasic.org/index.php/basicedu
Indriani, N., Suryani, I., & Mukaromah, L. ’lu ’ul. (2023). Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar dalam pembentukan karakter disiplin peserta
didik di sekolah dasar. Jurnal Ilmiah Kependidikan: Khazanah Pendidikan,
17(1), 242–252. https://doi.org/10.30595/jkp.v17i1.16228
Iskandar, S., Rosmana, P. S., Alifah, A. N., Nurhikmah, J., Ningsih, R. R., &
Ilahi, R. S. N. (2023). Penerapan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(2), 6194–6201.
Jannah, F., Irtifa, T., & Fatimattus Az Zahra, P. (2022). PROBLEMATIKA
PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR 2022. 4(2), 55–65.
Melati, P. S. (2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Pada Sekolah
Dasar Mempengaruhi Pada Hasil Evaluasi Belajar Peserta Didik.
Proceedings Series of Educational Studies, 263–272.
http://conference.um.ac.id/index.php/pses/article/view/7893/2339
Prastowo, A. (1970). Paradigma Baru Madrasah dalam Implementasi Kebijakan
Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 95.
https://doi.org/10.14421/jpi.2014.31.95-113
Sudirman, Hermansyah, & Mansyur. (2020). Problematika Implementasi
Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(2), 318–
333.
Sulkipli, N. A., Ruslan, M., Suriani, S., Program, M., Manajemen, S.,
Pascasarjana, P., Bosowa, U., Manajemen, P. S., Pascasarjana, P., Bosowa,
U., & Belajar, M. (2023). Indonesian Journal of Business and Management
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR TERHADAP
PRESTASI SISWA PADA SMP NEGERI 1 MAKASSAR The Implementation
of Independent Learning Curriculum on Student Achievement at Junior High.
5(2), 341–347. https://doi.org/10.35965/jbm.v5i2.2648

13

Anda mungkin juga menyukai