Anda di halaman 1dari 53

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN BOGOR

PROPOSAL TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar strata 2 (S2) dalam program

studi pendidikan ilmu pengetahuan sosial

OLEH :

ERNI ERVINA

20217379018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan,

karena kurikulum merupakan arahan dan tujuan dalam pendidikan .kurikulum

merupakan panduan pembelajaran pada satuan pendidikan dimana dimaknai sebagai

titik awal sampai titik akhir dari pengalaman belajar peserta didik , kurikulum itu

kompleks dan multidimensi , kurikulum itu dapat diibaratkan sebagai jantungnya

pendidikan.

DiIndonesia sendiri sudah mengalami perubahan berkali-kali , perubahan

kurikulum diperlukan karena kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai

dengan zamannya, kurikulum yang terus berkembang dan beradaptasi sesuai dengan

konteks dan karakteristik peserta didik demi membangun kompetensi sesuai dengan

kebutuhan peserta didik di masa kini dan dimasa yang akan datang.

Indonesia akan mengalami usia emas pada tahun 2045 pada saat itu usia

Indonesia mencapai 100 tahun alias satu abad, dimasa itu Indonesia ditargetkan menjadi

negara maju dan telah sejajar dengan negara adidaya.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan persiapan matang sejak jauh-jauh

hari diantaranya adalah dengan mempersiapkan generasi muda yang berkualitas yang

pada saat tahun emas tersebut sudah siap menahkodai negara Indonesia. Sumber daya

manusia Indonesia harus unggul, berkualitas dan berkarakter .

Untuk mendapatkan generasi yang unggul , berkualitas dan berkarakter tersebut

diperlukan pendidikan yang kurikulumnya dapat mengarahkan generasi muda mencapai

tujuan tersebut.
Hasil progamme for international student assessment (PISA) menunjukan

bahwa 70% siswa berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam

memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar, skor PISA

ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam sepuluh hingga lima belas

tahun terakhir. Studi tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan besar

antarwilayah dan antar kelompok sosial ekonomi dalam kualitas belajar . hal ini

diperparah dengan adanya pandemi covid 19 pada tahun 2020 hingga 2022.

Kurikulum 2013 yang pada saat itu digunakan di anggap belum mampu

memecahkan persoalan diatas , kurikulum 2013 dianggap memiliki beberapa

kelemahan.

Kelemahan yang terdapat didalam kurikulum 2013 diantaranya banyaknya

guru yang salah kaprah , karena berangapan guru tidak perlu menjelaskan materi

kepada siswa dikelas , padalah banyak mata pelajaran yang harus tetap ada

penjelasan dari guru, Peran guru sebagai fasilitator tetap dibutuhkan, terlebih dalam

hal memotivasi siswa untuk aktif belajar. kedua, sebagian besar guru belum siap

secara mental dengan kurikulum 2013 ini , karena kurikulum ini menuntut guru

kreatif , pada kenyataanya sangat sedikit guru yang kreatif, Jangankan membuat

kreatif siswa, terkadang gurunya pun kurang kreatif untuk itu diperlukan pelatihan-

pelatihan dan pendidikan untuk merubah paradigma guru sebagai pemberi materi

menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif. Ketiga, tidak pernahnya guru

dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum, keempat terlalu banyak

materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi dapat tersampaikan

dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata

pelajaran yang dia ampu, kelima bahan belajar siswa dan guru terlalu berat sehingga

waktu belajar disekolah terlalu lama, sebagian guru masih menggunakan cara belajar

konvensional, penguasaaan teknologi informasi masih terbatas, guru tidak siap dengan
perubahan, belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan keterampilan,

menambah beban kerja guru dengan administrasi yang banyak, pramuka menjadi

beban bagi siswa yang tidak menyukai pramuka sehingga ada unsur keterpaksaan

( kurikulum pendidikan integrasi dalam pembelajaran hal 161 ).

Kelemahan yang terdapat dalam kurikulum 2013 menurut mentri pendidikan

Nadiem Makarim Pertama kata Nadiem, kurikulum yang dilaksanakan saat ini

tidaklah fleksibel. "Banyak guru yang merasakan jam pelajaran itu sudah ditentukan

per minggu. Tidak bisa memilih sekolah itu mau fokus di bagian apa dulu, guru itu

mau fokus untuk menguatkan pembelajaran apa, karena sangat kaku dan tidak

fleksibel," kata Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, dikutip Klik Pendidikan dari

Youtube Kemendikbud RI.

Kedua materi yang sangat padat pada kurikulum 2013.Terkait materi yang

sangat padat ini lanjutnya, pihaknya sudah mendapatkan banyak komplain dari para

peserta didik. Waktu yang diberikan tidak cukup untuk menerima seluruh materi yang

sangat padat tersebut. Dengan begitu waktu tidak cukup untuk melakukan pendalaman

pada materi yang sedang diajarkan."Tiap anak itu berbeda. Jadi jika ada yang

ketinggalan, akan terus ketinggalan.

Kelemahan ketiga dari kurikulum 2013 lanjutnya adalah materi yang disajikan

membosankan dan kurang beragam.Sehingga kata dia, guru tidak punya keleluasaan

untuk mengembangkan pembelajaran kontekstual."Pembelajaran terlalu kaku, terlalu

padat dan membuat para murid terlalu membosankan," kata dia lagi.

Kemudian kelemahan keempat dari kurikulum yang saat ini digunakan adalah

belum digunakannya secara maksimal teknologi digital."Kita ingin pindahnya ke

mana? Yang tadinya kurikulum kurang fleksibel, kita ingin kurikulumnya jauh lebih

fleksibel," pungkasnya
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kurikulum 2013

yang memiliki beberapa kekurangan dan dianggap belum mampu mengatasi

ketertinggalan Indonesia dalam peringkat PISA dengan kenyataan rendahnya

peringkat Indonesia dalam literasi dan numerasi . kurikulum 2013 juga dianggap

belum mampu mengatasi learning loss. Dalam hal pembentukan karakter dan sikap

pesrta didik juga kurikulum 2013 dianggap belum berhasil.

untuk mengatasi krisis ini dan berbagai tantangan tersebut maka kita

membutuhkan perubahan yang serentak , salah satunya melalui kurikulum. Kurikulum

menentukan materi yang diajarkan dikelas, kurikulum juga mempengaruhi kecepatan

dan metode mengajar yang digunakan guru untuk memenuhi kebutuhan peserta didik

. untuk itulah kemendikbudristek mengembangkan kurikulum merdeka sebagai bagian

penting dalam upaya memulihkan pembelajaran dari krisis yang sudah lama kita

pelajari.

Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran yang beragam

dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk

mendalami konsep dan menguatkan kompetensi . guru memiliki keleluasaan untuk

memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan

kebutuhan belajar dan minat peserta didik.projek untuk menguatkan pencapaian

profile pelajar pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan

oleh pemerintah . projek tersebut tidak terikat pada konten mata pelajaran . (portal

kemendikbud merdeka belajar)..

Menurut BSNP atau Badan Standar Nasional Pendidikan, kurikulum

merdeka belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang mengacu pada

pendekatan bakat dan minat. Di sini, para pelajar (baik siswa maupun mahasiswa)

dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari sesuai dengan bakat dan
minatnya. Kurikulum atau program Merdeka Belajar ini diluncurkan oleh

Mendikbud Ristek Nadiem Makarim dengan Kepmendikbudristek No 56 tahun

2022 tentang pedoman penerapan kurikulum dalam rangka pemulihan

pembelajaran ( kurikulum merdeka ) sebagai bentuk dari tindak evaluasi

perbaikan Kurikulum Sebelumnya.

Karakteristik dari kurikulum merdeka ini yang pertama adalah

pengembangan softskills dan karakter melalui projek penguatan profile pelajar

pancasila, yang kedua fokus pada materi esensial , relavan dan mendalam untuk

membangun kreativitas dan inovasi peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar

literasi dan numerasi , dan yang ketiga keleluasaan bagi guru dlam melakukan

pembelajaran dan perkembangan masing-masing peserta didik dan melakukan

penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal. ( portal kemendikbud, merdeka

belajar).

Langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah untuk menerapakan

kurikulum merdeka belajar adalah dengan mengeluarkan program sekolah penggerak

di seluruh tingkatan satuan pendidikan. Sekolah penggerak merupakan sekolah yang

dijadikan percobaan untuk menerapkan kurikulum merdeka. Akan tetapi tidak semua

sekolah dapat menjadi sekolah penggerak.

Pada tahun ajaran 2022 kemendikbud/ Ristek memberikan instruksi kepada

seluruh sekolah untuk memakai kurikulum merdeka belajar. Sekolah yang ingin

memakai kurikulum merdeka belajar ini terlebih dahulu belajar kepada sekolah

penggerak yang sudah terlebih dahulu menerapkannya.

“ Awal tahun 2022-2023 ( melalui program merdeka belajar ) disini mentri

pendidikan indonesia Nadiem Anwar Makarim, sudah mulai menghimbau untuk

seluruh sekolah untuk mengikuti program tersebut. Karna antusias sekolah dengan

program ini khusus nya di kota bogor sudah hampir sebagian besar sekolah
melaksanakannya secara mandiri. “
Kurikulum Merdeka Belajar adalah sebuah kebijakan dari Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi yang ingin mewujudkan kondisi

belajar yang menyenangkan, baik itu untuk guru ataupun siswa. Merdeka Belajar

dapat dipahami sebagai penerapan kurikulum yang mengedepankan situasi yang

menyenangkan dalam proses pembelajaran, serta adanya peningkatan berpikir

guru yang inovatif. Menurut Ade Erlangga, Merdeka Belajar merupakan sebuah

gebrakan baru untuk dapat merubah sistem pendidikan nasional yang selama ini

terkesan monoton (A. G. J. Nasution, 2020).

Merdeka Belajar menjadi revolusi pendidikan Indonesia yang makin

berkualitas. Kemerdekaan memberikan berbagai macam fleksibilitas di kurikulum.

Kemerdekaan adalah guru diberikan hak untuk memasukkan kearifan lokal dan

kemerdekaan pemikiran agar anak-anak bangsa bisa berpikir secara merdeka dan

tidak terjajah oleh pemikiran sempit. Merdeka Belajar dilaksanakan untuk

memerdekakan otak dan kesempatan ekonomi anak-anak penerus bangsa pada

saat masuk ke dunia pekerjaan, memerdekakan guru untuk bisa menentukan apa

yang terbaik bagi level kompetensi dan minat dari anak-anaknya, serta

memerdekakan institusi-institusi pendidikan untuk berinovasi dan mencoba hal-

hal yang baru.

Menurut Mendikbud R.I dalam (Hendri, 2020) bahwa “Merdeka Belajar”

adalah kemerdekaan berpikir. Nadiem A. Makarim mengartikan merdeka belajar

sebagai sebuah kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk 2 belajar dengan

mandiri dan kreatif. Artinya sekolah, guru dan siswanya punya kebebasan dalam

belajar dan menyiapkan pembelajaran.


Menurut Rian Irwinsyah (2020) Merdeka belajar menjadi salah satu

program inisiatif Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang ingin menciptakan

suasana belajar yang bahagia dan suasana yang happy. Dapat memahami dan

mengubah cara pandang pendidikan. Hal ini karena, manusia itu mempunyai

kemampuan yang unik dan luar biasa serta dapat mengatasi berbagai

permasalahan yang mengancam manusia itu sendiri. juga menolak corak

pendidikan yang otoriter yang terjadi di masa lalu dan sekarang. Pendidikan yang

otoriter dianggap dapat menghambat dalam mencapai tujuan tujuan yang baik,

karena kurang menghargai kemampuan yang dimiliki manusia dalam proses

pendidikan.

Menurut Eko Risdianto (2019:4) juga mengatakan bahwa kehadiran kurikulum

merdeka belajar ini juga bertujuan untuk menjawab tantangan pendidikan di era

revolusi industri 4.0 dimana dalam perwujudannya harus menunjang keterampilan

dalam berpikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan inovatif, serta terampil

dalam berkomunikasi dan berkolaborasi bagi peserta didik. Indonesia merupakan

negara yang persebarannya sangat luas yaitu dari Sabang-Marauke. Persebaran ini

memicu banyaknya daerah-daerah terpencil yang sulit untuk mendapatkan

mendidikan secara merata (Suastika, 2021).

Konsep merdeka belajar dimulai dalam pola fikir para guru sebelum

mereka mentransformasikan keilmuan mereka kepada peserta didik . dimana

pembelajaran dalam merdeka belajar memberikan keleluasaan dan kebebasan bagi

guru dalam mendesain pembelajaran yang kontekstual dan bermakna sesuai

dengan standar profile pelajar pancasila yaitu bertakwa kepada Tuhan Yang maha

Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebinekaan global, bernalar

kritis dan mandiri( Imas Kurniasih , S.Pd) A-z merdeka belajar.


Apabila terdapat tuntutan atau batasan akan keberhasilan dalam pendidikan

maka menjadi masalah bagi sebagian peserta didik yang tinggal didaerah terpencil.

Kebijakan pemerintah akan hal ini menjadi penentu keberhasilan generasi bangsa dalam

menuntaskan pendidikannya dimasa depan. Kurikulum merdeka belajar yang dicetuskan

oleh menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim menjadi solusi dalam

menjawab permasalahan dalam pendidikan saat ini.

Tujuan merdeka belajar agar para guru, peserta didik, serta orang tua bisa

mendapat suasana yang bahagia. “merdeka belajar itu bahwa proses pendidikan harus

menciptakan suasana-suasana yang membahagiakan”. Dalam hal ini yang perlu

dikembangkan adalah guru sebagai kunci utama keberhasilan merdeka belajar baik bagi

siswa maupun gurunya sendiri. Merdeka belajar adalah proses dimana seorang guru

mampu memerdekakan dirinya terlebih dahulu dalam proses belajar mengajar dan

mampu memberikan rasa nyaman serta rasa merdeka belajar bagi siswa-siswanya.

Impelmentasi Kurikulum merdeka yang sudah diterapkan disekolah-sekolah

sejak tahun pelajaran 2021/2022 disekolah-sekolah penggerak dan ditahun pelajaran

2022/2023 disekolah-sekolah yang ingin mengimplementasikannya tidak lepas dari

berbagai persoalan atau masalah, sehingga masih menjadi pertanyaan apakah

implementasi kurikulum merdeka di sekolah –sekolah tersebut telah sesuai dengan

tujuan dari kurikulum merdeka itu sendiri. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

asessment sampai output dari peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan

kurikulum merdeka ini apakag sudah sesuai dengan yang diharap kan yaitu adanya

peserta didik yang bahagia dalam mengikuti pembelajaran dan memiliki karakter

pelajar pancasila.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang Penelitian terdahulu

yang relevan dengan penelitian ini yang pertama Evi Hasim (2020) Dengan Judul

Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Perguruan Tinggi Di Masa Pandemi

Covid-19. hasil penelitiannya Meluasnya pandemi wabah covid-19 membuat

seluruh dunia merasa kesulitan dan terpaksa dalam memulai pembelajaran melalui

teknologi dengan cara unik dengan metode pembelajaran jarak jauh atau PJJ

dalam sistem jaringan atau daring. Walaupun


dalam keadaan terpaksa hal ini yang membuat perputaran roda inovasi

menjadi lebih cepat. Secara fakta dilapangan, sebagai penulis saya mengakui

bahwa pembelajaran online ini saat ini membuat semua orang merasakan

kesulitan dalam hal menjalankan proses belajar mengajar yang tidak hanya

dikalangan SD, SMP, SMA bahkan PT. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah

melalui Kemendikbud R.I mengambil satu Langkah kebijakan dalam dunia

Pendidikan yakni dengan membuat satu kurikulum yang dinilai cocok untuk

diterapkan pada masa wabah pandemic covid-19 saat ini, yakni kita kenal dengan

kurikulum Merdeka Belajar

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yang Kedua

Rosyida Nurul (2021) dengan judul Pelaksanaan Kampus Mengajar Angkatan 1

Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka di Sekolah Dasar. hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa pelaksanaan program kampus mengajar angkatan 1 tahun

2021 SD Muhammadiyah 1 Padas meliputi Pertama, mengajar yang terdiri dari

pembelajaran tatap muka, kunjungan rumah (home visit), dan pembelajaran

daring. Kedua, Adaptasi teknologi untuk membantu guru dalam pembuatan media

ajar dan bahan ajar yang sesuaidengan kurikulum. Ketiga, administrasi juga

dilakukan mahasiswa untuk membantu guru dalam penyusunan perangkat

pembelajaran sebagai kelengkapan administrasi. Pelaksanaan kampus mengajar

mampu memberikan pengalaman, dan memberdayakan mahasiswa serta

memberikan dampak positif pada peserta didik disituasi covid-19.

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yang Ketiga

Rodiyah (2021) dengan judul Implementasi Program Merdeka Belajar Kampus

Merdeka di Era Digital dalam Menciptakan Karakter Mahasiswa Hukum yang


Berkarakter dan Profesional. hasil penelitiannya Program Merdeka Belajar

Kampus Merdeka (MKBKM) yang dicanangkan Kementerian Pendidikan,

Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia merupakan salah satu

terobosan diera digitalisasi di bidang pendidikan. Program ini memungkinkan

pertukaran pelajar dan juga membuka batas ruang kelas (fisik) menjadi ruang

digital.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian

ini
,
16
:

B. Identifikasi Masalah

1. Sejauh mana Implementasi kurikulum merdeka diterapkan.

2. Permasalahan –permasalahan yang ditemui ketika mengimplementasikan

kurikulum merdeka di lapangan

3. Beberapa sekolah kurang memahami sistem dan pelaksanaan kurikulum

merdeka belajar sehingga banyak terjadi miss konsepsi dalam pelaksanaan

kurikulum merdeka

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dalam penelitian ini penulis

memberikan batasan masalah tentang Implementasi Kurikulum merdeka di Sekolah

menengah atas di kabupaten Bogor

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana implementasi kurikulum merdeka belajar di sekolah –sekolah

menengah atas di kab Bogor?

2. Bagaimana hambatan dan solusi yang ditempuh dalam pelaksanaan kurikulum

di sekolah –sekolah menengah atas di kab Bogor?

3. Sejauh mana sekolah memahami dalam penerapan kurikulum merdeka di

sekolah-sekolah menengah atas di kab Bogor?

17
E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk


1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan kurikulum merdeka belajar yang

dilaksanakan di sekolah menengah atas diKab Bogor

2. Untuk Mengetahui Hambatan dan solusi yang ditempuh dalam pelaksanaan

kurikulum Merdeka Belajar di Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kota

Padang

3. Untuk mengetahui sejauh mana sekolah-sekolah memahami dalam

penerapan kurikulum merdeka ini .

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis untuk

mendapatkan data dalam penulisan tesis

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi

dalam bidang Pendidikan

c) Memberikan manfaat bagi pembaca dengan memberikan informasi tentang

Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar di Kab Bogor

2. Manfaat praktis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para

pembaca

b) Diharapkan proposal ini nantinya dapat memberikan gambaran bagi mahasiswa

terkait Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar

18
c) Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi mahasiswa untuk

melakukan kegiatan kependididikan khususnya dalam pelaksanaan Kurikulum

Merdeka Belajar.

19
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Implementasi

1. Konsep Implementasi

Implementasi adalah usaha dalam menerapkan suatu hal.implementasi merupakan


suatu tindakan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci .
implementasi dilakukan ketika perencanaan sudah sempurna yang bermuara pada
aktivitas, aksi , tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem terencana.
( pengembangan kurikulum merdeka hal 21)

B. Kurikulum

1. Konsep kurikulum

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 dikemukakan bahwa

kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan maengenai isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar. Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu

curir dan currere yang merupakan istilah bagi temoat berpacu dan berlari dari

sebuah perlombaan yang telah dibentuk semacam rute pacuan dan harus dilalui

oleh para competitor. Dengan kata lain, rute tersebut harus dipatuhi dan dilalui

oleh para kompetitor sebuah perlombaan. Kurikulum dapat diartikan secara

20
sempit dan secara luas. Secara sempit kurikulum diartikan sejumlah mata

pelajaran yang harus diikuti atau diambil siswauntuk dapat menamatkan

pendidikannya, Pada lembaga tertentu, sedangkan secara luas kurikulum diartikan

dengan semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah kepada siswa selama

mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu. Usaha-usaha untuk

memberikan pengalaman belajar kepada siswa dapat berlangsung di dalam kelas

maupun di luar kelas baik yang dirancang secara tertulis maupun tidak, asal

ditujukan untuk membentuk lulusan yang berkualitas. (Pd, Sri Astuti M : 2018).

Kurikulum merupakan suatu komponen yang sangat penting dan

menentukan penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk

pencapaian tujuan pendidikan, Apabila tujuan pendidikan berubah maka maka

secara otomatis kurikulum juga harus dirubah. Bagi peserta didik, kurikulum

berguna sebagai alat untuk mengembangkan segenap potensi-potensi yang

dimilikinya ke arah yang lebih baik di bawah bimbingan guru di sekolah. Dan

bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dan acuan dalam

penyelenggaraan pembelajaran di sekolah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat bahan

pengalaman belajar siswa dengan segala pedoman pelaksanaannya yang tersusun

secara sistematik dan dipedomani oleh sekolah dalam kegiatan mendidik siswa.

2. Dasar Pengembangan Kurikulum

Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah

memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan

21
untuk berdirinya sesuatu. Setiap negara mempunyai dasar pendidikannya sendiri.

Ia merupakan cerminan falsafah hidup suatu bangsa. Berpijak pada dasar itulah

pendidikan suatu bangsa disusun. Dan oleh karena itu maka sistem pendidikan

setiap bangsa berbeda karena mereka mempunyai falsafah hidup yang

berbeda. ( Ramayulis,2008 ).

Pengembangan kurikulum tidak hanya merupakan abstraksi, akan tetapi

mempersiapkan berbagai contoh dan alternatif untuk tindakan yang merupakan

inspirasi dari beberapa ide dan penyesuaian penyesuaian lain yang dianggap

penting. Menurut Audrey Nicholls dan Howard Nicholls, sebagaimana dipahami

oleh Oemar Hamalik,bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan

kesempatan kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah

perubahan- perubahan yang diinginkan dan menilai sampai di mana perubahan

dimaksud telah terjadi pada diri siswa.

Menurut Harrick, sabagaimana dikutip oleh Hamalik bahwa sumber

kurikulum itu ada tiga yaitu pertama, pengetahuan sebagai sumber yang akan

disampaikan kepada anak yang disajikan dari berbagai bidang studi, kedua,

masyarakat sebagai sumber kurikulum di mana sekolah merupakan agen

masyarakat dalam meneruskan warisan-warisan budaya serta memecahkan

masalah-masalah dalam masyarakat. Dan ketiga, individu yang didik sebagai

sumber kurikulum di mana kurikulum disusun dengan maksud untuk membantu

perkembangan anak seoptimal mungkin.

Hal serupa mengenai dasar kurikulum juga dikemukakan oleh Nana

Syaodih Sukmadinata, dia mengatakan bahwa ada empat dasar/ landasan utama

22
dalam pengembangan kurikulum, yaitu; landasan filosofis, landasan psikologis,

landasan sosial-budaya dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Nana

Syaodih 1997) Untuk lebih jelasnya, dasar-dasar pengembangan kurikulum

tersebut sebagai berikut:

1. Dasar Filosofis dan Sejarah

Dalam filsafat pendidikan dikenal beberapa aliran filsafat yaitu

progresifisme, esensialisme, perennialisme, rekonstruksionalisme dan

eksistensialisme. Masing- masing aliran mempunyai latar belakang dan konsep

yang berbeda. Aliran progresifisme merupakan aliran yang mengutamakan

kebebasan dan menentang semua bentuk otoriter dan absolutisme. Berbeda

dengan aliran essensialisme yang berusaha menyatukan pertentangan antara

konsepsi idealisme dan realisme. Perennialisme tampil sebagai aliran yang

bersifat “progresif” yaitu mundur ke masa lampau sampai abad pertengahan.

Sedangkan aliran rekonstruksionalisme merupakan aliran yang memandang segala

gejala berpangkal pada eksistensi, yaitu cara manusia berada di dunia yang

berbeda dengan keberadaan materi. Sedangkan aliran eksistensialisme adalah

aliran yang memfokuskan pada pengalaman individu. ( Darwis. A.

Sulaiman,1995 ).

Dalam pengembangan kurikulum, tentunya harus berpijak pada aliran-

aliran filsafat tertentu, langkah ini akan memberi nuansa terhadap konsep dan

implementasi kurikulum yang dikembangkan. Aliran Filsafat Perenialisme,

Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari

terhadap pengembangan model kurikulum subjek-akademis. Sedangkan, filsafat

23
progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan model kurikulum

pendidikan pribadi. Sementara itu, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan

dalam pengembangan model kurikulum interaksional.

2. Dasar Psikologis

Syafruddin Nurdin mengatakan, bahwa pada dasarnya pendidikan tidak

terlepas dengan unsur-unsur psikologi, sebab pendidikan adalah menyangkut

perilaku manusia itu sendiri, mendidik berarti merubah tingkah laku anak menuju

kedewasaan. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar selalu dikaitkan

dengan teori-teori perubahan tingkah laku anak.19 Beberapa teori tingkah laku

antara lain adalah behaviorisme, psikologi daya, perkembangan kognitif, teori

lapangan (teori Gastalt) dan teori kepribadian. (Syafruddin Nurdin,2005).

3. Dasar Sosial-Budaya

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai

suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Ini

dapat dimaklumi bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk mempersiapkan

peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya

untuk pendidikan saja, namun lebih penting lagi untuk memberikan bekal

pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai

perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik

formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi

kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik

dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

24
Kita tidak mengharapkan munculnya manusia yang terasing dari lingkungan

masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan lahirnya manusia

yang dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyarakatnya.

Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan

kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di

masyakarakat.

Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan, bahwa melalui pendidikan

manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan

membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang

dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespon dan berlandaskan

pada perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks

lokal, nasional maupun global. Setiap lingkungan masyarakat masingmasing

memiliki sistem-sosial-budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola

hubungan antar anggota masyarakat. ( Nana Syaodih,2010 )

4. Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Awalnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dimiliki manusia

masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan

yang pesat. Berbagai penemuan baru terus berlangsung hingga saat ini. Dapat

dipastikan, bahwa masa yang akan datang penemuan tersebut semakin

berkembang. Seiring perkemban

gan akal manusia yang telah mampu menjangkau hal-hal yang

sebelumnya merupakan sesuatu tidak mungkin. Sebagai ilustrasi, pada zaman

dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa

menginjakkan kaki di permukaan Bulan, tetapi berkat kemajuan dan

25
perkembangan IPTEK pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo 11 berhasil

mendarat di bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil

menginjakkan kaki di bulan. ( Nana Syaodih,2010 )

Jadi dapat disimpulkan Masing-masing dasar tentunya memiliki

sumbangan penting terhadap pengembangan kurikulum pendidikan. Dasar

filosofis berperan dalam merumuskan tujuan pendidikan. Sementara dasar

psikologis memberi gambaran terhadap isi, proses dan evaluasi pendidikan.

Adapun dasar sosial-budaya, memberi gambaran tentang tujuan dan isi pendidikan.

Sedangkan dasar ilmu teknologi, memberi gambaran tentang isi dan proses

pendidikan.

3. Perkembangan kurikulum

Mulai dari Kurikulum 2013, Kurikulum ini baru diterapkan pada bulan

Juli 2013. Pengembangan kurikulum 2013 ini, aktifitas proses pembentukan

pengetahuan dan keterampilan diintegrasikan yang kemudian dituangkan dalam

RPP dan dilakukan dalam pembelajaran. Aktivitas pembelajaran didesain pada 3

ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan yang saling terpadu. Adapun

kompetensi yang dituangkan dalam RPP tersebut terbagi dalam analisis

KI(Kompetensi Inti) mulai dari sikap spritual (KI- 1), sikap sosial (KI-2),

pengetahuan (KI-3), dan keterampilam (KI- 4). Dalam proses perancangan dan

pembelajaran alur yang digunakan adalah: dimulai dari KI-3KI-4 dan selanjutnya

membentuk KI-2 dan KI-1. Kompetensi antar jenjang diintegrasikan sehingga

terlihat berkesinambungan. Dengan demikian kurikulum 2013 diharapkan dapat

lebih mengedepankan pendidikan akhlak dan budi pekerti.

26
Implementasi kurikuum 2013 ini membentuk perpaduan antara sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Belajar tidak hanya pada ranah kognitif tapi juga

kepada ranah afektif dan psikomotor. Selain itu kurikulum 2013 menanamkan

nilai- nilai agama pada tiap-tiap materi pembelajaran kemudian menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi

penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter.

Implementasi kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang

produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan

keterampilan yang terintegrasi. Dalam hal ini, implementasi kurikulum 2013

difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa

paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta penanaman nilai agama yang

dapat didemontrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap kosep

yang dipelajarinya secara kontektual.

Kemudian Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan Pendidikan Tinggi. Program Kurikulum Merdeka Belajar –

Kampus Merdeka (KMB-KM) merupakan bagian dari upaya Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan RI, yang bertujuan mendorong mahasiswa agar bisa

menguasai beragam kompetensi sebagaimana tertuang dalam Permendikbud

Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Kemantrian pendidikan membuat terobosan baru terkait kurikulum dan

sistem pembelajaran di Indonesia . kebijakan ini berupa program merdeka belajar.

Merdeka belajar adalah sebuah ide yang mengusung adanya kemerdekaan

berfikir baik bagi guru maupun peserta didik dalam pembelajaran


27
Ide dari gagasan merdeka belajar dilandasi oleh esensi kemerdekaan

berpikir untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan

capaian atau skor tertentu .

Konsep merdeka belajar dimulai dalam pola pikir para guru sebelum

mereka mentransformasikan keilmuan mereka kepada peserta didik . dimana

pembalajaran dalam merdeka belajar memberikan keleluasaan bagi guru dalam

mendesain pembelajaran yang kontekstual dan bermakna sesuai dengan standar

profile pelajar pancasila yaitu beriman dan bertakwa

Merdeka Belajar atau Kemerdekaan belajar-kampus merdeka adalah upaya

memberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan, dan merdeka dari

28
birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit serta mahasiswa

diberikan kebebasan untuk memilih bidang yang mereka sukai. Kurikulum yang

adaptif dan inovatif itu dalam hal ini sangat diperlukan, apalagi saat ini kita akan

memasuki new normal ditengah industri 4.0, sehingga pembelajaran jarak jauh

nantinya akan menjadi trend masa depan, oleh karena itu kurikulum itu harus

fleksibel.

Merdeka belajar diterjemahkan sebagai dengan pemberian ruang inovasi

seluasluasnya bagi program studi untuk meningkatkan kompetensi global melalui

berbagai mata kuliah kekinian seperti transformasi digital, STEAM, SDGs, soft

skill, kompetensi abad 21 dan sebagainya. Kemerdekaan itu berarti memberikan

peluang untuk mengembangkan program magang/internship dan immersion

bersama profesional, alumni, praktisi dan mitrastrategis.

C. Kurikulum Merdeka Belajar

1. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar

Menurut Fatmawati dan Yusrizal (dalam Juliati Boang Manlu. 2022 : 80)

Salah satu hal yang paling penting dilengkapi dalam dunia pendidikan adalah

kurikulum. Kurikulum merupakan sebuah rancangan pembelajaran, perangkat

pembelajaran beserta pengalaman belajar yang sudah direncanakan terlebih

dahulu. Kurikulum dapat difungsikan sebagai pedoman untuk setiap tenaga

pendidik dalam merealisasikan proses pembelajaran. Indonesia merupakan salah

satu negara yang melakukan revisi kurikulum.

29
Kurikulum di Indonesia sudah melalui beberapa perkembangan yakni

pada pertama kali menerapkan kurikulum 1947 yang disebut dengan istilah

Rentjana Pelajaran Terurai. Konsep kurikulum ini mengupayakan agar

terbentuknya karakater dan kesadaran warga negara dalam kehidupan berbangsa

dan bermasyarakat. Kurikulum ini terpengaruh oleh tatanan sosial politik di

Indonesia masa penjajahan Indonesia dengan Belanda.

Kemudian pada tahun 1952 kurikulum 1947 mengalami perubahan namun

tidak jauh berbeda yang disebut dengan Rentjana Pelajaran Terurai 1952.

Perubahan kurikulum tidak hanya berhenti sampai disini melainkan masih

berlanjut dengan munculnya kurikulum 1964 ( Ratjana Pendidikan 1964(,

kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, (kurikulum 1975 yang identik

dengan kompetensi, kurikulum 2006 (tingkat satuan pendidikan ) dan kurikulum

2013 yang juga sudah diinovasi melalui tindakan revisi ( Juliati Boang Manalu.

2022 : 81).

Kurikulum selalu beraptasi dengan perkembangan zaman sehingga pada

zaman yang penuh dengan tegnologi canggih ini melahirkan kurikulum merdeka

belajar. Kehadiran kurikulum ini dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan

Kebudayaaan Republik Indonesia Nadiem Karim. Kurikulum merdeka belajar

merupakan konsep kurikulum yang memberikan kebebasan pada pserta didik

dalam pembelajaran yang berarti ada tuntutan bagi peserta didik untuk bisa

belajar mandiri. Kurikulum merdeka tidak memberikan batasan pada konsep

belajar yang akan dipergunakan oleh tenaga pendidik dengan peserta didik karena

30
mengharapkan adanya pengembangankan kreatifitas yang dimiliki oleh masing-

masing individu dalam proses pembelajaran ( Juliati Boang Manalu. 2022 : 81)

Kurikulum merdeka belajar tidak memberikan patokan pada kemampuan

dan pengetahuan siswa berdasarkan nilai melainkan juga berdasarkan

keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Kurikulum ini mengusahakan agar peserta

didik bisa mengembangkan kreatifitas yang dimiliki dalam proses pembelajaran.

Dan juga menuntut agar tenaga pendidik bisa menerapkan konsep pembelajaran

yang keratif dan bersifat inovatif. Konsep dalam kurikulum merdeka belajar

menjadikan siswa dan guru harus membentuk kerjasama yang kuat untuk

menciptakan suasana belajar yang aktif dan produktif agar bisa mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan ( Juliati Boang Manalu. 2022 : 83).

2. Konsep Kurikulum Merdeka Belajar

Kurikulum merdeka belajar mempunyai konsep membentuk kemerdekaan dalam

berpikir. Kemampuan berfikir tersebut tidak hanya dikontrol oleh siswa namun

ditentukan oleh tenaga pendidik. Dalam hal ini berarti guru dijadikan pondasi

dalam mencapai tujuan pembelajaraan yang berpuncak pada keberhasilan

pendidikan. Di era digitalisasi ini teknologi sangat berkembang pesat sehingga

sangat mempengaruhi mutu pendidikan. Konsep pembelajaran dan guru tentu

harus beradptasi dengan hal yang berbasis digital. Oleh karena itu, penerapakan

kurikulum merdeka belajar menjadi alternatif dalam pengembangan segala

kreatifitas yang dimiliki oleh guru dan siswa karena menuntut adanya

kemampuan literasi, pengetahuan yang cakap, sikap yang terampil dan melek

teknologi.

31
Kurikulum merdeka belajar mengupayakan agar peserta didik bisa

mandiri dalam belajar. Mereka diberikan kebebasan dalam mengggunakan

pikiranya dengan tujuan untuk memaksimalkan pengetahuan yang ingin

ditempuh. Konsep kurikulum merdeka belajar sudah sangat wajar jika diterapkan

pada zaman sekaramg secara merata karena bisa melahirkan pembelajaran

inovatif. Beban yang ditanggung oleh guru akan diringakan melalui pelaksanaan

kurikulum ini. konsep kurikulum merdeka mampu menjadi solusi dalam

menjawab tantangan pendidikan di era digitalisasi karena diintegrasikan melalui

pembelajaran berdiferensiasi yang memenuhi kebutuhan belajar siswa secara

keseluruhan (Juliati Boang Manalu. 2022 : 84).

Konsep Merdeka Belajar ala Nadiem Karim muncul karena kemauannya

untuk menciptakan suasana belajar yang tidak hanya berfokus pada nilai

melainkan kebutuhan belajar. Merdeka belajar mempunyai empat pokok

kebijakan sebagai berikut :

A. Ujian Nasional (UN) digantikan dengan Assesmen Kompetensi

Minimum dan Survei Karakter. Pada assesmen ini menuntut adanya sebuah

peningkatan pada kemampuan menalar literasi dan numerik yang berdasarkan

kepada praktik tes PISA terbaik.

B. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diberikan kepada

sekolah sehingga mempunyai kebebasan dalam menentukan penugsan, penilaian

dan pembuatan perangkat pembelajaran yang ingin dikembangkan.

32
C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disederhanakan. Guru

diberikan kebebasan dalam mendesain rencana pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan siswanya

D. Perubahan pada kebijakan zonasi untuk penerimaan peserta didik

baru. Kebijakan merdeka belajar memberikan fleksabilitas sekolah dan daerah

untuk mengelola sistem zonasi dengan menyesuaikan kondisi sekolah dengan

daerah tersebut. Perubahan fasilitas terletak pada prsentase penerimaan siswa

baru melalui jalur zonasi, afirmasi dan prestasi.

3. Orientasi Kurikulum Merdeka Belajar

Perkembangan Industri 4.0 yang kemudian memunculkan education 4.0 ,

pendidikan berbasis luaran yang disebut dengan Outcome-Based Education (OBE)

untuk dewasa ini menjadi tujuan utama dalam mengelola pendidikan. Menurut

Karnataka (dalam Maman Saryaman. 2020 : 20) Terdapat dua kategori dalam

mengukur pendidikan yakni pendidikan berbasis input dan pendidikan outcomes.

Yang dimkasud dengan berbasis input adalah hal yang berkaitan dengan harta

kekayaan lembaga pendidikan seperti keuangan, sarana dan prasarana, ruang

kelas, perpustakaan, dan lain sebagainya sedangkan yang dimaksud dengan OBE

adalah seperti jumlah lulusan, nilai IPK dan keberhasilan kelulusan.

Kurikulum merdeka belajar adalah OBE. OBE merupakan pendidikan

yang memiliki proses terfokus pada pencapaian hasil nyata berdasarkan

pengetahuan yang berisikan hasil, potensi dan karakter. OBE merupakan sebuah

proses yang meliputi penataan kurikulum, penilaian, pelaporan dalam pendidikan

yang menggambarkan pencapaian pembelajaran tingkat tinggi daripada

33
akumulasi kredit. Ada 5 prinsip dari OBE yaitu (1) fokus pada CP, (2) kurikulum

dirancang menyeluruh, (3) memenuhi kesempatan belajar, (4) pembelajaran

konstruktif, (5) menggunakan siklus Plan-Do- Check-Action (PDCA).

E. Teori Belajar Kognitivisme dan Konstruktivisme

1. Teori Belajar Kognitivisme

Cognitivisme berasal dari kata “Cognition” yang sama dengan

“knowing”yang mempunyai arti mengetahui. Dalam arti yang lebih luas

“Cognition” dapat diartikan sebagai penataan, penggunaan dan pengetahuan.

Teori belajar ini lebih menuntut kepada proses belajar dibandingkan hasil belajar.

Baharudin menjelaskan bahwa teori ini lebih memfokuskan pada perhatian dari

peristiwa yang bersifat internal. Jadi bisa dikatakan belajar tidak hanya terkait

dengan stimulus dengan respon melainkan menekankan pada proses berpikir yang

bersifat kompleks (Nurhadi. 2020 : 4).

Teori ini berbeda berbeda jika dibandingkan dengan teori behavioristik

karena lebih mementingkan proses daripada hasil belajar. Para penganutnya

menegaskan bahwa teori kognitivisme merupakan bentuk teori yang disebut

dengan perceptual. Jadi memandang bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh

pandangan berserta pemehaman mereka mengenai keadaan yang berkaitan dengan

tujuan dari pembelajarannya. Perubahan dari belajar tersebut adalah pandangan

serta pemahaman yang tidak dapat dilihat selalu daru tingkah laku. Teori ini

mempunyai perspektif bahwa belajar merupakan proses yang meliputi

pengelolaan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar dalam artian

34
teori ini pasti melibat cara berpikir yang kompleks. Jadi pasti akan ada pengaturan

dalam stimulus yang akan diterima dan beraptasi dengan struktur kognitif yang

sudah terbentuk dalam diri seseorang berdasarkan pengalaman yang telah dilalui

sebelumnya. (Nurhadi. 2020 : 5).

Teori belajar kognitivisme menegaskan bahwa belajar merupakan interaksi

antar individu dan lingkungan dan hal bersifat continue. Teori ini menyebutkan

bahwa belajar yang dilaksanakn adalah hasil interaksi mental dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan pada pengetahuan beserta perilaku, sehingga

diberikan saran dalam pembelajaran sebaiknya menggunakan media yang bersifat

nyata untuk menghindari pemikiran anak secara abstrak. (Nurhadi. 2020 : 6).

Menurut Suyono (dalam Nurhani. 2020 : 6) teori kognitif lebih memperhatikan

proses dari pada hasil belajar :

1. Belajar tidak hanya sekedar meliputi pemberian stumulus dan respon melainkan

melibatkan pemikiran yang bersifat kompleks

2. Pengetahuan dimatangkan dalam diri individu melalui proses interaksi yang

berkelanjutan dengan lingkungan. Berdasarkan psikologi kognitivistik,belajar

dikatakan sebagai upaya untuk mengartikan suatu hal dengan cara

menghubungkannya dengn pengetahuan baru didalam fikiran yang memang sudah

ada. Usaha itu harus dilaksanakan secara aktif oleh peserta didik. Keaktifan yang

dimaksud adalah mencari pengalaman, memecahkan masalah, mempraktekan,

mengamati lingkungan dengan tujuan mencapai suatu hal yang telah ditetapkan

sehingga pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat berpengaruh pada

keberhasilan mempelajari informasi yang bersifat baru.

35
Teori ini beranggapan bahwa pembelajaran merupakan perpaduan antara

aspek kognitif dan persepsi dalam proses pemahaman. Model ini menekankan

perilaku seseorang ditentukan oleh pemahamannya. Selain itu juga menegaslam

bahwa perubahan dari pemahaman tersebut tidak akan bisa terlihat dari tingkah

laku yang berarti tidak bisa diamati (Nurhadi. 2020 : 83).

Ada beberapa tokoh yang mengemukan teori belajar ini diantaranya

sebagai berikut :

1. Jean Piaget

Tokoh ini merupakan pakar yang paling besar pengaruhnya dan ia

mengemukakan tentang beberapa tahap perkembangan anak yaitu (i) anak itu aktif

dan kreatif dalam menirukan ibunya berbahasa, (ii) kemampun dalam menguasai

itu menggunakan proses berfikir,(iii) proses berfikir tersebut memiliki fungsi

beserta struktur (Nurhadi. 2020 : 83). Dalam hal ini, piaget mengatakan bahwa

pembelajaran akan lebih berhasil jika disesuaiakan dengan aspek perkembangan

kognitif siswa.

Menurut Dalyono (dalam Nurhadi. 2020 : 83) siswa seharusnya diberikan

kesempatan untuk bisa melaksanakan percobaan dengan objek yang bersifat fisik

dimana ditunjang dengan interkasi temannya dan bisa dibantu oleh pertanyaan

guru yang kritis. Tenaga pendidik hendaknya mampu memberikan stimulus yang

bisa merangsang dengan baik agar interkasi dan kegiatan mengamati lingkungan

dapat berjalan secara aktif. Piaget menyampaikan ada tiga tahapan dalam

perkembangan kognitif ini yaitu :

36
1. Asimilasi : proses penggabungan antara informasi baru dengan aspek kognitif

yang telah dimiliki oleh anak sebelumnya.

2. Akomodasi : proses adaptasi aspek kognitif dengan keadaan baru.

3. Equlibrasi : proses berkesinambungan antara asimilasi dengan akomodasi.

Piaget berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptasi antara

pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada sebelumnya. Sehingga

hasil belajar sebelumnya dapat menjadi acuan untuk pembelajaran berikutnya

(Nurhadi. 2020 : 85). Selain itu, Piaget juga mengemukakan belajar yang

berproses harus disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, oleh karenanya

guru harus memahami tahap perkembangan anak yang berbeda-beda. Implikasi

teori ini terhadap pembelajaran adalah menuntut guru agar mengguakan bahasa

yang seseuai dengan cara berpikir anak dan membantu mereka untuk dapat

melakukan interaksi dengan lingkungan secara baik.

2. Jarome Bruner

Tokoh ini melihat bahwa pengetahuan siswa sangat berkaitan dengan

kebiasaan. Yang berarti kemampuan tersebut sangat dipengaruhi oleh kebudayaan

lingkungan terutama dalam berbahasa di kehidupan sehari-hari. Bruner

memberikan pengajaran agar sesuatu penegasan bahwa tidak perlu menunggu

anak sampai pada perkembangan tahap tertentu namun yang terpenting

pembelajaran harus diberikan kepadannya. Dengan kata lain bisa disimpulkan

bahwa kognitif seseorang bisa dikembangkan dengan cara mengatur bahan ajar

yang akan diberikan kepadanya sesuai dengan tingkatan perkembangan. ( Nurhadi.

2020 : 86).

37
Dampak dari teori Jarome Bruner terhadap pembelajaran adalah anak

berada pada situasi yang membuat bingung sehingga harus berusaha melakukan

perbandingan antara kenyataan di luar dirinnya dengan model yang belum terasah

pada dirinya. Oleh sebab itu, dengan pengalaman anak akan berusaha beradaptasi

dengan struktur ide untuk mencapai sebuah keseimbangan. Dalam hal ini, dapat

terlihat jelas bahwa setiap individu mempunyai pengalama didalam dirinya dalam

bentuk kognitif kemudian berdasarkan tahap perkembangan akan mengalami

perubahan persepsi dan pemahaman yang ia peroleh. (Nurhadi. 2020 : 86)

Teori ini juga menyatakan bahwa siswa akan bisa belajar dengan baik jika

tenaga pendidik memberikan kepada siswa kesempatan untuk menemukan sebuah

aturan yang menjadi sumber. Ada 3 tahapan perkembangan kognitif menurut teori

ini, yaitu sebagai berikut :

a) Enaktif : upaya dalam memahami lingkungan melalui pengalaman lapangan

b) Ikonik : melihat dunia melalui visual dan verbal

c) Simbolik : mempunyai gagasan yang bersifat abstrak dimana dipengaruhi oleh

logika dan menggunakan simbol.

3. Asubel

Menurut teori yang dikemukan oleh tokoh ini, belajar akan lebih baik jika

isi pelajarannya dijelaskan secara baik kepada siswa. Sehingga akan berpengaruh

pada kemampuan belajar dari siswa. Dalam teori ini guru harus mampu untuk

memahami isi pembelajaran dengan baik agar mampu menemui informasi yang

bersifat abstrak, umum dan inklusif untuk memimpin apa yang akan diajarkan.

38
Guru juga dituntut harus memiliki logika yang baik agar bisa memilah materi

yang akan diajarkan agar bisa mudah dipahami oleh siswa (Nurhadi. 2020 : 88).

2.Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivism berasal dari tiga kata yaitu konstruktiv dan isme.

Konstruktiv mempunyai arti memperbaiki sedangkan isme adalah paham.

Konstruktivisme merupakan aliran filsafat yang menuntut bahwa pengetahuan

merupakan hasi perbaikan sendiri. Pandangan teori ini dalam pembelajaran adalah

anak-anak diberikan kebebasan memakai strategi sendiri dalam belajar secara

sadar sedangkan guru yang mengawasi dan membina pada pengetahuan yang

lebih tinggi. (Ndaru Setya Mustafa. 2021 : 52)

Konsruktivisme merupakan salah satu cabang dari aliran koginitif yang

bertujuan untuk membuat siswa meningkatkan kemampuan berfikirnya. Teori ini

ini jika diimplikasikan dalam pembelajaran maka sangat berkaitan dengan metode

yang bersifat penemuan dan pembelajaran penuh makna. Konstruktivisme

melibatkan siswa untuk menambah pengetahuan mereka secara mandiri

berdasarkan rancangan model pembelajaran yang dibuatkan oleh tenaga pendidik

(Ndaru Setya Mustafa. 2021 : 52).

Menurut Woolfolk (dalam Ndaru Setya Mustafa. 2021 : 53) pendekatan

konstruktivisme merupakan proses belajar yang menuntut peran aktif siswa dalam

meningkatkan pemahamannya dan membuat sendiri pembelajaran itu bermakna

karena harus mengelola informasi berdasarkan peristiwa yang dirasakan.

Sedangkan menurut Donald (dalam Ndaru Setya Mustafa. 2021 : 53) menyatakan

yang dimaksud dengan konstruktivisme adalah proses belajar mengajar yang

39
memiliki tujuan untuk memantapkan pemahamn siswa. Dari dua defenisi ini dapat

disimpulkan bahwa konstruktivisme merupakan pendekatan yang berusaha

membuat siswa terlibat aktif dalam belajar serta bisa memaknai pembelajaran

tersebut berdasarkan pengalaman yang dirasakan untuk meningkatkan

pengetahuan.

Menurut Jonassen (dalam Ndaru Setya Mustafa. 2021 : 53) ada dua hal

yang menjadi fokus pada teori belajar konstruktivisme yaitu :

1. Belajar diartikan sebagai proses membangun secara aktif dan bukan hanya

sekedar menerima pengetahuan

2. Pembelajaran merupakan tindakan yang mendukung pembangunan

pengetahuan dan bukan hanya mengkomunikasikannya.

Suparno (dalam Ndaru Setya Mustafa.2021: 53) menyampaikan

bahwasannya prinsip dasar konstruktivisme diambil dari beberapa hal, yaitu :

1. Pengetahuan yang dibangun oleh siswa baik secara sendiri maupun sosial

dengan baik

2. Pengetahuan tidak akan dipisahkan antara peserta didik dengan tenaga

pendidik terkecuali ada metode penalaran yang diberikan kepada siswa

3. Siswa terus berusaha memperbaiki konseptual untuk memahami materisecara

lebih rinci

4. Guru mempunyai peranan membantu menyediakan fasilitas sesuai dengan

kondisi dengan tujuan konstruksi siswa dapat berjalan dengan baik. (Ndaru Setya

Mustafa. 2021 : 53).

40
Tokoh-tokoh pendidikan yang mencanangkan teori konstruktivisme

adalah Jean Piaget, Maria Montessori, John Dewey, dan Lev Vigostky. Tujuan

utama dari teori iniadalah agar siswa mempunyai kemampuan dalam mencari,

memahami dan mengelola informasi. (Ndaru Setya Mustafa. 2021 : 54). Teori ini

mempunyai beberapa karakteristik diatantaranya sebagai berikut :

1. Belajar secara aktif

2. Siswa harus terlibat dalam pembelajaran yang bersifat otentik dan situasional

3. Situasi belajar harus menarik dan menantang

4. Siswa harus menghubugkan informasi yang baru didapat dengan infromasi

lama yang ditangkap

5. Siswa harus bisa menyimpulkan pengetahuan yang sedang diterima

6. Guru berperan sebagai fasilitator

7. Guru harus menerima scafolding ( contoh-contoh konsep yang diajarkan

kepada siswa). (Ndaru Setya Mustafa. 2021 : 54)

41
KERANGKA KONSEPTUAL :

Kerangka konseptual merupakan kerangka berfikir dalam memberikan

gambaran terkait dengan hubungan konsep yang ingin diteliti. Tentunya juga

berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, untuk lebih jelasnya berikut

kerangka konseptual pada penelitian ini :

KURIK
U

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN
KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

HAMBAT
AN DAN

42
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sejauh dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penulis nantinya akan

menggunakan metode penelitian secara deskriptif yang memberikan gambaran

tentang Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar di Dinas Pendidikan Kota

Padang.

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif menurut

Bogdan dan Taylor (Moleong, 2013 : 4) merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang cocok digunakan untuk

jenis penelitian yang memahami tentang fenomena sosial dari perspektif

partisipan. Secara sederhana, dapat juga diartikan sebagai penelitian yang lebih

cocok digunakan untuk meneliti kondisi atau situasi objek penelitian.

Jadi penelitian kualitatif adalah metode yang pengumpulan datanya

melalui studi kasus, pengalaman personal, introspektif, teks wawancara, observasi,

sejarah, interaksional dan teks visual, serta mengasilkan data deskriptif.

43
B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kota

Padang, Yang beralamat Jalan Bagindo Aziz Chan No. 8 Padang Timur, Alang

Laweh, Kec. Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat dengan kode pos

25586.

Peneliti memilih lokasi ini dengan tujuan, karena ditempat tersebut akan

memudahkan peneliti mendapatkan data dan informasi pendukung dalam

penelitian ini dan dinas pendidikan kota Padang sudah merencanakan konsep dan

bentuk pelaksanaan kurikulum merdeka belajar sesuai dengan apa yang diteliti.

C. Informan Penelitian

Informan merupakan orang-orang yang dapat memberikan informasi,

sedangkan informan penelitian adalah sesuatu baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi), yang sifat keadaanya diteliti, (Sukandarumidi, 2002 : 65).

Informan ditentukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel

yang ditentukan atas pertimbangan tertentu sesuai dengan masalah penelitian,

yang dipilih menurut spesifikasi tertentu demi tercapainya tujuan penelitian

(Arikunto, 2010 : 33). Maka dari itu informan dalam penelitian ini sebagai

berikut :

NO NAMA KETERANGAN JUMLAH INFORMAN

1 Arman. M.Pd Kasi Tenaga Teknis 1

Diknas

2 Maidison, S.pd Kabid Diknas 1

44
Penentuan subjek penelitian bukan pada besarnya jumlah orang yang

diperlukan untuk memberikan informasi atau data, melainkan siapa saja diantara

mereka yang paling banyak tahu atau memiliki informasi penting yang diperlukan

dalam penelitian sehingga penelitian kualitatif cenderung menggunakan purposive

sampling (Herdiansyah, 2014 : 97)

D. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data utama dalam penelitian. Data ini berbentuk

katakata yang diucapkan secara lisan atau perilaku dari informan penelitian

(Arikunto,2010:22). Adapun data primer dalam penelitian ini diperoleh dari

informan Di Dinas Pendidikan Kota Padang. Data primer dapat diperoleh melalui

wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperlukan dalam penelitian untuk

melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer (Lofland dan

Moleong,2006:157). Data sekunder dapat diperoleh dari studi pustaka yang

berasal dari buku, dokumen dan data- data tertulis lainnya. adapun data sekunder

dari penelitian ini adalah arsip dan data- data tertulis lainnya yang didapatkan dari

kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang.

45
E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat pengumpulan data adalah

peneliti itu sendiri. Jadi dalam penelitian ini yang menjadi alat pengumpul data

adalah penulis. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan

peneliti adalah :

1. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2012 : 145), observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, dan proses yang paling penting yaitu berupa proses

pengamatan dan ingatan. Jenis observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian

ini ialah observasi non partisipan yaitu peneliti tidak terlibat langsung dengan

orang- orang yang sedang diamati, namun hanya sebagai pengamat saja.

2. Wawancara Mendalam

Menurut Moleong (2013 : 186) wawancara merupakan percakapan yang

dilakukan dengan tujuan tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak,

yaitu antara pewawancara dan pihak yang diwawancarai yang akan memberikan

jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Adapun instrumen

yang digunakan peneliti untuk melakukan wawancara adalah pedoman wawancara

atau interview guide, buku catatan, tape recorder, dan kamera. Dalam penelitian

peneliti melakukan wawancara kepada 2 orang informan, 1 orang adalah kabid

Diknas dan 1 orang Kasi Tenaga Teknis Diknas .

3. Studi Dokumentasi

Data dalam penelitian kualitatif pada umumnya diperoleh dari sumber

manusia atau human resources melalui observasi dan wawancara. Disamping itu,

46
ada pula sumber tidak manusia atau non human resources, antara lain berupa

dokumen, foto dan bahan statistik. Dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti

buku harian, buku saku, surat-surat dan dokumen resmi (Ghony & Almansyur,

2012 : 200).

F. Teknik Uji Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang

dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data

yang diperoleh. Agar data dalam penelitian kualitatif dapat

dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan

data. Adapun uji keabsahan data yang penulis lakukan yaitu adalah triangulasi

data.

Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang

dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya

adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga

diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang.

Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan

memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi

ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari

berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin

bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data ( Prof. Dr. H. Mudjia

Rahardjo, M. Si, 2010).

Triangulasi data dilakukan untuk membandingkan data hasil wawancara,

observasi dan dokumentasi. Apabila data ketiga teknik pengumpulan data tersebut

47
menghasilkan data yang berbeda-beda, maka penulis melakukan diskusi lebih

lanjut kepada informan yang bersangkutan untuk memperoleh data yang dianggap

benar. Data dianggap valid, jika dalam pengumpulan data sudah tidak ada lagi

ditemukan variasi informasi atau perbedaan informasi, maka peneliti tidak perlu

lagi mencari informan baru, dan proses pengumpulan data dianggap selesai. Oleh

karena itu, dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data,

maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Selain itu,

dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua triangulasi, yaitu

triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pertama triangulasi sumber menurut

Sugiyono (2015:330) berarti kegiatan membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda

dengan menggunakan teknik yang sama. Triangulasi sumber dalam penelitian ini

dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara dari informan

kabid dikanas dengan kasi tenaga teknis diknas atau membandingkan hasil

wawancara antar sesama Anggota Dinas Pendidikan Kota Padang, dan juga

membandingkan hasil wawancara antar sesama kariyawan dinas pendidikan kota

padang. Selanjutnya Triangulasi yang kedua yaitu triangulasi metode. Menurut

Sugiyo (2015:330) triagulasi metode adalah kegiatan membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

sumber yang sama dengan menggunakan teknik yang berbeda. Triangulasi metode

dalam penelitian ini artinya peneliti membandingkan hasil wawancara dengan

48
kabid dikanas dengan kasi tenaga teknis diknas dinas pendidikan kota padang

dengan hasil studi dokumentasi dari Kantor Dinas Pendidikan Kota Padang.

Triangulasi sumber dan metode yang dilakukan peneliti dilakukan dengan

tujuan agar derajat kepercayaan data yang diperoleh peneliti dapat dipertanggung

jawabkan. Jika data hasil wawancara dan studi dokumentasi sama maka derajat

kepercayaan dalam penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Sugiyono (2018:482) adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data mencakup menguji, menyortir, mengategorikan, mengevaluasi,

membandingkan, mengintesiskan, dan merenungkan data yang direkam, dan juga

meninjau kembali data mentah dan terekam (Ahmadi, 2014 : 229).

Menurut Miles dan Huberman dalam buku Sugiyono (2018:246) analisis

data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data, dan penarikan atau

verifikasi karena sebagai sesuatu yang saling menjalin merupakan proses siklus

49
dan interaksi pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam

bentuk sejajar yang membangun wawasan umum yang disebut analisis (Sillalahi,

2009 : 339).

1. Reduksi Data ( Data Reduction )

Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak untuk itu perlu dicatat

secara diteliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan maka jumlah data

semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data

melalui reduksi data (Sugiyono,2013:247). Reduksi data dengan kata lain adalah

kegiatan untuk merangkum, mengambil data- data yang pokok dan penting.

membuat kategorisasi, kemudian data yang tidak penting dibuang oleh peneliti.

Dalam tahapan ini peneliti melakukan pemilihan beberapa data didasarkan

kepentingan penulisan sehingga didapatkan pemisahan data yang penting dengan

yang kurang penting. Proses reduksi data adalah proses yang dilakukan secara

terus-menerus sampai pada proses penulisan laporan akhir selesai dilakukan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka selanjutnya adalah menyajikan data. Menurut

Sugiyono (2013) penyajian data penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Dalam hal ini yang paling sering digunakan dalam penyajian data kualitaatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan

memudahkan memahami apa yang akan terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Dalam penelitian ini peneliti

menyajikan data mengenai pelakasanaan kurikulum merdeka belajar yang

50
dilakukan Di Dinas Pendidikan Kota Padang untuk meningkatkan kualitas

kurikulum merdeka belajar ini dan kendala yang dihadapi untuk meningkatkan

dalam bentuk teks naratif.

3. Kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing/ verivication)

Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan yang dihasilkan bisa menjawab

rumusan masalah yang telah dirancang dari awal namun kesimpulannya bisa juga

tidak bisa menjawab rumusan masalah hal itu terjadi karena masalah dan rumusan

masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang sepanjang penelitian dilakukan (Sugiyono,2013: 252).

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan penemuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

yang sebelumnya masih remang- remang atau gelap, sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

51
Daftar Pustaka

Alhadad, Muhammad Roihan. 2018. Hakikat kurikulum pendidikan islam.


RAUDHAH Proud To Be Professionals Jurnal Tarbiyah Islamiah. Vol.3(1).

/
Amin, Solekhul. 2013. Tinjauan keunggulan dan kelemahan penerapan kurikulum
2013 tingkat SD/MI. Al-Bidayah. Vol.5(2).
[
Anwar, Rosyida Nurul. 2021. Pelaksanaan kampus mengajar angkatan 1 Program
Merdeka Belajar Kampus Merdeka di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
dan Kewirausahaan. Vol.9(1).

Aranggere, Wahdina Salim. 2022. Implementasi program merdeka belajar pada


pembelajaran Aqidah Akhlak dalam mengembangkan kreativitas peserta
didik di MTS Hidayatul Mubtadi’in Tasikmadu Malang. Skripsi. Prodi
Prodi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Agama Islam. Universitas Islam
Malang.

Arikunto,2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan. Jakarta

Bahri Syamsul. 2011. Pengembangan kurikulum dasar dan tujuannya.


Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA. Vol.XI(1).

Hasim, Evi. 2020. Penerapan kurikulum merdeka belajar perguruan tinggi di masa
pandemi Covid-19. Prosiding Webminar Magister Pendidikan Dasar
Pascasarjana Universitas Gorontolo.

Manalu, Julianti Boang. 2022. Pengembangan perangkat pembelajaran kurikulum


merdeka belajar. MAHESA Research Center. Vol.1(1).

Masgumelar, Ndaru Kukuh. 2021. Teori belajar konstruktivisme dan


implikasinya dalam pendidikan dan pembelajaran. GHAITSA: Islamic
Education Journal. Vol.2(1).

Moleong, Lexy. 2009. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya.

Mufidah, Zulfatul. 2020. Parenting dan pembentukan karakter anak (Studi Multi
Situs Peserta Didik RA Perwanida Surabaya dan TK Matahari Terbit
Gresik). Disertasi. Prodi Doktor. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Muhith, Abd. 2018. Problematika pembelajaran tematik terpadu di Min III


Bondowoso. Indonesian Journal of Islamic Teaching. Vol.1(1).

Moleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mulyati, Cucu. 2019. Pengembangan media flanel untuk memfasilitasi konsep


bilangan anak pada kelompok B. Vol. 1(1).

52
Nasution, Abdul Gani Jamora. Diskursus merdeka belajar perspektif pendidikan
humanisme. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara.
Medan.

Nurhadi. 2020. Teori kognitivisme serta aplikasinya dalam pembelajaran. EDISI:


Jurnal Edukasi dan Sains. Vol.2(1).Rodiyah. 2021. Implementasi program
merdeka belajar kampus merdeka di era digital dalam menciptakan karakter
mahasiswa hukum yang berkarakter dan profesional. Seminar Nasional
Hukum Universitas Negeri Semarang. Vol. 7(2).

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta

Sukandarumidi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif

Yusuf, M. 2021. Konsep merdeka belajar dalam pandangan filsafat


konstruktivisme. Al-Murabbi: Jurnal Studi Kependidikan dan
Keislaman. Vol.7(2).

53

Anda mungkin juga menyukai