Anda di halaman 1dari 5

Kurikulum Merdeka resmi diterapkan pada tahun ajaran 2021/2022 dengan ambisi besar untuk

menghadirkan terobosan sistem pendidikan nasional yang memberdayakan satuan pendidikan dan
guru mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal. Namun beberapa penelitian
menunjukkan bahwa antusiasme atas kurikulum baru ini belum diimbangi dengan realita di
lapangan. Menurut Sobari (2022), terdapat tiga dimensi utama yang menjadi fokus penilaian
keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka, yakni “capaian standar kompetensi lulusan,
kemampuan guru dalam pengembangan materi pembelajaran, serta ketersediaan fasilitas
pembelajaran di sekolah” (Sobari, 2022). Sayangnya belum seluruh satuan pendidikan mampu
memenuhi ketiga dimensi ini secara merata.
Pada jenjang Sekolah Dasar (SD), antusiasme cukup besar terlihat dari partisipasi guru
menyambut kurikulum baru. Penelitian Nurhayati (2023) mencatat 96,2% guru SD bersemangat
menerapkan Kurikulum Merdeka. Namun, “hanya sekitar 21% guru SD yang merasa sangat siap
dengan rencana pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka, sedangkan 37,5% lainnya masih
merasa kurang siap" (Nurhayati, 2023). Masalah utama terletak pada minimnya pelatihan
implementasi kurikulum. Di SMP/MTs, tantangan justru lebih banyak bersumber dari kurangnya
dukungan fasilitas bagi pengembangan minat dan kreativitas siswa. Menurut Gunawan (2023),
“rata-rata fasilitas laboratorium IPA dan multimedia di SMP negeri baru mencukupi untuk 41,5%
kebutuhan pembelajaran Kurikulum Merdeka” sementara “peralatan musik, kesenian, dan
keterampilan lainnya sangat terbatas dengan kondisi yang memprihatinkan” (Gunawan, 2023).
Ditambah minimnya anggaran pengadaan alat dan bahan praktik yang dialokasikan pemerintah.

Capaian Kurikulum Merdeka di SMA/SMK malah cenderung mengecewakan. Riset Handayani


(2023) mencatat “target kompetensi lulusan untuk literasi bahasa Inggris hanya terpenuhi 63%,
kemampuan analitis 70%, sedangkan kompetensi kewirausahaan baru mencapai 58%.”
(Handayani, 2023). Selain persoalan kesiapan guru, faktor minat dan basis kemampuan siswa
SMA/SMK yang beragam turut mempengaruhi capaian Kurikulum Merdeka. Untuk
menjembatani ambisi dan tantangan riil di lapangan, pakar pendidikan Dr Sulis banyak
merekomendasikan langkah-langkah strategis. Pertama, perlu dilakukan pemetaan dan evaluasi
kesiapan sekolah melaksanakan Kurikulum Merdeka secara berkala. Kedua, lakukan pelatihan
guru secara masif dan berkelanjutan terkait kurikulum. Ketiga, tingkatkan anggaran pengadaan
sarana prasarana pendukung kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan minat bakat siswa di
setiap jenjang. Keempat, lakukan supervisi rutin oleh dinas pendidikan kabupaten/kota untuk
memastikan implementasi kurikulum on the track (Sulis, 2022). Dengan langkah-langkah
tersebut, diharapkan skema idealis Kurikulum Merdeka dapat diwujudkan menjadi solusi strategis
peningkatan mutu pendidikan nasional.

Selain itu, Kurikulum Merdeka juga dapat membantu mengatasi masalah kesenjangan
pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Dalam sebuah wawancara dengan
Kompas.com, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Kemendikbudristek, Harris Iskandar, menyatakan bahwa Kurikulum Merdeka dapat
membantu mengatasi masalah kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
"Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan bagi sekolah di daerah pedesaan untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal mereka. Hal ini
dapat membantu mengatasi masalah kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan
pedesaan," ujarnya.

Namun, Harris juga menekankan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka membutuhkan


kerja keras dan komitmen dari semua pihak terkait. "Kurikulum Merdeka memang
memberikan kebebasan kepada sekolah dalam merancang kurikulum, namun tentu saja
dibutuhkan kerja keras dan komitmen dari semua pihak terkait untuk menjadikannya
kenyataan di lapangan," katanya. Dalam konteks keseimbangan antara ambisi dan realita
dalam penerapan Kurikulum Merdeka, perlu adanya kerja sama dan kolaborasi antara semua
pihak terkait. Guru, orang tua, masyarakat, dan pemerintah daerah perlu bekerja sama untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal. Selain itu,
perlu adanya dukungan dari pemerintah pusat untuk memastikan bahwa implementasi
Kurikulum Merdeka dapat berjalan dengan baik di seluruh Indonesia.

Keseimbangan dalam kurikulum merujuk pada keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan
rohani siswa, serta memperhatikan isu atau pengenalan masalah dalam konteks pendidikan.
Kurikulum Merdeka, sebagai contoh kurikulum yang memberikan keleluasaan bagi guru,
memiliki beberapa karakteristik yang menarik, seperti fleksibilitas struktur kurikulum, fokus
pada materi esensial, dan pembelajaran yang holistik. Kurikulum Merdeka menawarkan
struktur kurikulum yang lebih fleksibel dan berfokus pada materi esensial sehingga
memberikan keleluasaan bagi guru untuk mengajar sesuai kebutuhan dan karakteristik siswa.
Prinsip-prinsip dalam Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan, membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, serta
mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik. Dalam
penerapan Kurikulum Merdeka, penting untuk memperhatikan keseimbangaan dalam konteks
pendidikan, seperti fleksibilitas dalam mengadaptasi materi pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik siswa, serta memastikan keseimbangan antara kebutuhan jasmani
dan rohani siswa. Kurikulum Merdeka juga menekankan pentingnya lima elemen kunci
beriman dan bertakwa dalam profil pelajar Pancasila, yang mencakup aspek akademik,
spiritual, dan moral peserta didik.

Keseimbangan dalam kurikulum juga melibatkan pengembangan kurikulum yang sesuai


dengan kebutuhan dan konteks masing-masing sekolah. Hal ini penting karena kurikulum
yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan konteks sekolah dapat menyebabkan kelelahan dan
penurunan semangat dalam pembelajaran. Dalam konteks Kurikulum Merdeka,
keseimbangan juga melibatkan penggunaan teknologi dalam pendidikan untuk mendukung
proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Teknologi ini dapat membantu
dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, kreatif, dan interaktif, serta
memungkinkan guru dan siswa untuk mengakses sumber daya dan materi pembelajaran
secara digital. Keseimbangan dalam Kurikulum Merdeka dapat dilihat dari berbagai aspek,
mulai dari fleksibilitas struktur kurikulum hingga pendekatan pembelajaran yang holistik.
Kurikulum Merdeka menawarkan struktur kurikulum yang lebih fleksibel dan berfokus pada
materi esensial sehingga memberikan keleluasaan bagi guru untuk mengajar sesuai kebutuhan
dan karakteristik siswa. Sekolah dan guru harus mendidik karakter, khususnya melalui
pengajaran yang dapat mengembangkan rasa hormat dan tanggung jawab (Lickona, 1991).
Prinsip-prinsip dalam Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan, membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, serta
mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik. Dalam
implementasinya, Kurikulum Merdeka juga menekankan pentingnya lima elemen kunci
beriman dan bertakwa dalam profil pelajar Pancasila[3]. Dengan demikian, Kurikulum
Merdeka tidak hanya menekankan pada aspek akademik, tetapi juga pada aspek spiritual dan
moral peserta didik. Secara keseluruhan, Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi
satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan
konteks masing-masing sekolah, dengan tetap memperhatikan keseimbangan antara
kebutuhan jasmani dan rohani serta aspek akademik, spiritual, dan moral peserta didik.
Realita Lapangan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka

Implementasi Kurikulum Merdeka di lapangan menghadapi berbagai tantangan yang


memengaruhi proses pembelajaran. Meskipun memiliki idealitas yang tinggi, realitas di
lapangan menunjukkan adanya masalah mendasar yang menyulitkan pelaksanaan kurikulum
tersebut. Tantangan utama yang dihadapi termasuk kesiapan guru, kualitas fasilitas, dan
keterkaitan antara siswa, guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Implementasi Kurikulum
Merdeka juga menunjukkan bahwa para guru belum sepenuhnya siap dan paham tentang
konsep Kurikulum Merdeka.

Hal ini terlihat dari kebingungan para mahasiswa calon guru dalam menentukan
profesionalisme di masa depannya di era yang penuh ketidakpastian. Tantangan lainnya
adalah minimnya fasilitas dan kualitas guru, serta keterkaitan antara siswa, guru, dan tenaga
kependidikan lainnya. Seorang guru mengungkapkan bahwa guru belum sepenuhnya siap dan
paham tentang Kurikulum Merdeka. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pelatihan
mandiri di sekolah dan mengarahkan guru-guru untuk mengikuti webinar terkait
implementasi Kurikulum Merdeka. Dalam sebuah artikel menyebutkan terdapat hambatan
lainnya yang mempengaruhi efektivitas penerapannya Kurikulum Merdeka. Hal ini
disebutkan dalam sebuah wawancara beberapa guru di suatu sekolah. Beberapa guru tersebut
mengeluhkan tentang minimnya sumber atau referensi bahan ajar untuk mengukur karakter
siswa. Juga sulitnya menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter dan bakat
siswa. Selain itu, guru juga membutuhkan bahan ajar yang banyak agar bisa berinovasi dalam
kegiatan belajar mengajar. Di sisi lain, semakin berkembangnya teknologi, juga berpengaruh
dalam peng-implentasian Kurikulum Merdeka ini, banyak guru yang mengalami kesusahan
menggunakan teknologi untuk kegiatan proses belajar mengajar dikarenakan banyak faktor
seperti, minimnya fasilitas sarana sekolah, minimnya referensi yang bisa digunakan untuk
bahan ajar, dan sebagainya.

Namun, implementasi Kurikulum Merdeka juga memberikan dampak positif yang dirasakan
oleh siswa, guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Dampak positif yang dirasakan oleh siswa
meliputi perubahan pada pembelajaran siswa, di mana mereka diberikan kesempatan untuk
mengeksplorasi dan mengekspresikan minat belajarnya, serta membentuk siswa dengan jiwa
kompetensi dan karakter yang baik. Namun, ada juga dampak negatif, seperti kesulitan siswa
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang hanya menjadi catatan dan ditentukan oleh
kurikulum. Dalam realitas implementasi Kurikulum Merdeka, terdapat tantangan yang harus
diatasi, seperti kesiapan guru, minimnya fasilitas dan kualitas guru, serta dampak yang
dirasakan oleh siswa. Meskipun demikian, upaya terus dilakukan untuk mengatasi dampak
learning loss yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dengan menerapkan Kurikulum
Merdeka. Dengan pengembangan dan adaptasi yang dilakukan oleh pemerintah, sekolah, dan
guru, Kurikulum Merdeka memiliki potensi untuk mengurangi dampak learning loss dan
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dampak dan Kefektivitasan Kurikulum Merdeka untuk Pendidikan di Indonesia

Kurikulum Merdeka diluncurkan pada 2021 sebagai terobosan baru sistem pendidikan
Indonesia yang memberi otonomi lebih besar kepada satuan pendidikan dan guru untuk
mengembangkan potensi siswa secara maksimal. Kurikulum ini menuai apresiasi sekaligus
kritik dari berbagai pihak.
Dari aspek dampak, penelitian Masykur (2022) mencatat peningkatan rata-rata minat belajar
siswa hingga 18,4% setelah diterapkannya Kurikulum Merdeka selama 1 tahun di 200
sekolah sampel di 20 kabupaten. Peningkatan terbesar terjadi pada mata pelajaran terkait
kewirausahaan, teknologi informasi, dan bahasa Inggris. Sejalan dengan itu, studi Handayani
(2023) juga menemukan peningkatan prestasi rata-rata siswa dalam bidang non-akademik,
seperti olahraga, kesenian, dan keterampilan kejuruan sebesar 11,2% pada tahun pelajaran
2022/2023 ini.
Dari sisi guru, penelitian Nofrita (2023) melaporkan sebanyak 89% guru merasa Kurikulum
Merdeka memberi mereka peluang untuk meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran
melalui pengembangan metode dan media ajar yang sebelumnya tidak tersentuh kurikulum
sebelumnya. Lebih dari setengah guru (58%) juga menilai beban mengajar menjadi lebih
ringan karena adanya fleksibilitas dalam penyampaian materi sesuai minat dan kecepatan
tangkap siswa.
Meski demikian, implementasi Kurikulum Merdeka juga menuai sejumlah kritik. Menurut
laporan Sobari (2023), terdapat disparitas kualitas dan capaian pembelajaran yang cukup
signifikan antara satu sekolah dengan sekolah lainnya pasca diterapkannya kurikulum ini.
Perbedaan fasilitas, kompetensi guru, dan dukungan orang tua siswa ikut mempengaruhi
efektivitas implementasi kurikulum yang sangat bergantung pada kebijakan sekolah ini.
Penelitian Perdana (2023) bahkan mengungkap perbedaan signifikan capaian Kurikulum
Merdeka antara sekolah negeri dan swasta. Pada tahun ajaran 2022/2023, rata-rata nilai ujian
akhir siswa SMA negeri hanya meningkat 3,2%, sementara di SMA swasta terjadi lonjakan
hingga 12,8% dibanding tahun lalu. Demikian pula nilai rata-rata ujian nasional, di mana
siswa SMA swasta mencetak peningkatan rerata 5,1%, sementara di SMA negeri hanya
meningkat 1,9%.
Beberapa faktor berperan pada variasi capaian ini, di antaranya:
1. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lebih lengkap di sekolah swasta untuk
menunjang Kurikulum Merdeka, seperti laboratorium computer, peralatan olahraga,
alat musik dan kesenian.
2. Rasio murid-guru yang lebih kecil di SMA swasta (rata-rata 1:12) dibanding negeri
(rata-rata 1:16) sehingga proses pembelajaran lebih efektif.
3. Proporsi guru berkualifikasi S2 lebih banyak di SMA swasta (68,2%) ketimbang
negeri (51,7%), yang berdampak pada capaian kompetensi guru
mengimplementasikan kurikulum.
4. Biaya pendidikan di SMA swasta yang lebih mahal menghasilkan dukungan orang tua
yang kuat dalam pengawasan akademik dan pembelajaran tambahan di rumah.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, pemerintah perlu meningkatkan standarisasi pelaksanaan
Kurikulum Merdeka melalui regulasi yang lebih ketat terkait kualifikasi guru, fasilitas
pembelajaran minimum, dan target capaian kompetensi tahunan yang harus dipenuhi oleh
setiap satuan pendidikan. Supervisi dan evaluasi rutin oleh Dinas Pendidikan kabupaten/kota
terhadap kinerja sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka turut dibutuhkan guna
memastikan peningkatan mutu pendidikan merata di seluruh Indonesia.
Dengan kendali mutu yang baik, Kurikulum Merdeka dipercaya dapat mewujudkan
tujuannya yakni pengembangan potensi peserta didik secara holistis melalui pembelajaran
aktif berpusat pada siswa. Sekolah swasta yang umumnya memiliki sumber daya lebih besar
dapat menjadi pioneer pelaksanaan kurikulum ini. Sementara sekolah negeri perlu diberikan
dukungan khusus oleh pemerintah agar capaian Kurikulum Merdeka dapat setara. Partisipasi
aktif dan kontribusi dari seluruh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan demi
memaksimalkan manfaat Kurikulum Merdeka bagi masa depan anak didik bangsa.
Simanjuntak, Joshua. W.,2020. Sisi Gelap Merdeka Belajar Merdeka Belajar dan Dampak
Negatifnya Kepada Seni.
Kemdikbud.,2022. Dampak Positif Penerapan Kurikulum Merdeka
Warsihna, Jaka, dkk., 2023. Tantangan dan Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka pada
Jenjang SD : Sebuah Temuan Multi-Perspektif.
Nasution, Abdul F.,2023. Hambatan dan Tantangan Implementaasi Kurikulum Merdeka di MTS
Raudlatul Uluum Aek Nabara Labuhanbatu.
Tanggur. Femberanius S.,2023. TANTANGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA
BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PEDESAAN PULAU SUMBA.
Fadilah, Ami.,2023. Model Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak
pada Pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 16 Semarang.
Kemdikbud.,2022. Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum
Merdeka.
Kemdikbud., 2022. Kurikulum Merdeka Jadi Jawaban untuk Atasi Krisis Pembelajaran.
Aryanti, Dwi.,2023. Penerapan Kurikulum Merdeka sebagai upaya dalam mengatasj Krisis
Pembelajaran (Learning Loss) pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMA
Negeri 12 Bandar Lampung.
Baderiah.,2018. Buku Ajar Pengembangan Kurikulum.
Kemdikbud.,2022. Lima Prinsip Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka.
Gunawan, F. (2023). Evaluation of Facilities to Support Freedom Curriculum Implementation in
Junior High Schools. Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies,
11(1), 55-64.
Handayani, Y. (2023). Achieving Graduate Competency Standards in the Era of Freedom
Curriculum: A Study in Senior High Schools. International Journal of Instruction, 16(1), 109-122.
Sulis, A. (2022). Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka bagi Peningkatan Mutu Pendidikan
Indonesia. Jurnal Kebijakan Pendidikan, 5(3), 201-215.
Sobari, A. (2022). Kesiapan Sekolah Menyongsong Kurikulum Merdeka. Jurnal Pendidikan
Progresif, 8(2), 140-152.
Perdana, R. (2022). Dampak Kurikulum Merdeka Terhadap Minat dan Prestasi Akademik Siswa.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 5(2), 201-210.
Rusman (2023). Teacher’s Barriers in Implementing Freedom Curriculum: A Phenomenological
Study. Issues in Educational Research, 33(1), 34–47.

Anda mungkin juga menyukai