Anda di halaman 1dari 12

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesiapan guru dan sekolah pada jenjang sekolah dasar
dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Penelitian ini mengkaji persiapan Kurikulum
Merdeka di SD Negeri Kembaran, Banyumas untuk menganalisis persiapan dan kendala dari
implementasi Kurikulum Merdeka. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui observasi,
wawancara, dan kajian Pustaka. Analisis data menggunakan model Miles & Huberman. Hasil
analisis dari penelitian ini adalah guru dan kepala sekolah bekerjasama untuk mempersiapkan
implementasi Kurikulum Merdeka di kelas 2, 3, 5, dan 6 yang akan mengimplementasikan
pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka di tahun ajaran baru. Persiapan yang dilakukan oleh
guru adalah mengikuti diklat Kurikulum Merdeka sehingga guru mendapatkan persiapan
administratif dari Kurikulum Merdeka. Sekolah memiliki peranan penting dalam persiapan
Kurikulum Merdeka yaitu sebagai penghubung untuk guru mempersiapkan dan melaksanakan
Kurikulum Merdeka sesuai dengan regulasi Kurikulum Merdeka. Disamping itu, sekolah juga
memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan sarana dan prasarana yang digunakan oleh guru
untuk mempersiapkan dan mengimplementasikan model pembelajaran berbasis Kurikulum
Merdeka.

Kata kunci : Guru, Kesiapan, Kurikulum Merdeka, Kepala Sekolah

Abstract

This study aims to examine the readiness of teachers and schools at the elementary school level
in implementing the Independent Curriculum. This study examines the preparation of the
Independent Curriculum at SD Negeri Kembaran, Banyumas to analyze the preparation and
constraints of the implementation of the Independent Curriculum. This research uses a type of
qualitative research with a phenomenological approach. Data collection techniques used
through observation, interviews, and literature review. Data analysis using the Miles &
Huberman model. The result of the analysis of this study is that teachers and principals work
together to prepare for the implementation of the Independent Curriculum in grades 2, 3, 5, and
6 which will implement Independent Curriculum-based learning in the new school year. The
preparation made by the teacher is to follow the Independent Curriculum training so that the
teacher gets administrative preparation from the Independent Curriculum. Schools have an
important role in the preparation of the Independent Curriculum, namely as a liaison for
teachers to prepare and implement the Independent Curriculum in accordance with the
regulations of the Independent Curriculum. In addition, schools also have the responsibility to
prepare the facilities and infrastructure used by teachers to prepare and implement the
Independent Curriculum-based learning model.

Keywords: Teacher, Readiness, Independent Curriculum, Principal

PENDAHULUAN

Berdasarkan pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang
menyatakan bahwa salah satu komponen dari pendidikan yang tidak dapat dipisahkan adalah
kurikulum yang berperan penting dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Kurikulum
berisikan rancangan konsep dan aturan yang digunakan dalam menjalankan pendidikan.
Pendidikan memiliki tujuan sebagai pemberi pengalaman belajar yang dapat menentukan arah
perkembangan individu dalam menjalankan hidupnya. Disamping itu, pendidikan merupakan
hak bagi setiap anak sehingga anak tersebut diberikan kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan atau potensi yang dapat bermanfaat sebagai warga negara Indonesia dan global.
Perkembangan zaman memberikan tantangan dalam dunia pendidikan sehingga keberadaan
kurikulum memiliki konsep penting yaitu sebagai pendorong dalam dunia pendidikan sehingga
didapatkan kolaborasi yang seimbang antara siswa, guru, lingkungan, dan orang tua. Teknologi
dan perkembangan jaman memainkan peranan penting dalam dunia pendidikan. Perubahan
kurikulum akan mengikuti kebutuhan perkembangan jaman sehingga kurikulum yang digunakan
dalam dunia pendidikan diharapkan mampu menjawab tantangan di setiap jaman (Pugach, dkk,
2020: 100).

Indonesia telah mengalami pergantian kurikulum pendidikan sebanyak sebelas kali.


Perubahan tersebut dimulai sejak pendidikan Indonesia menganut sistem Kurikulum 1975 hingga
saat ini, Indonesia menganut sistem Kurikulum Prototipe atau Kurikulum Merdeka yang belum
dilaksanakan secara serentak (nasional). Kurikulum Merdeka memiliki karakteristik yang
berbeda dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Berikut merupakan karakteristik dari
Kurikulum Merdeka, yaitu: a) memiliki pembelajaran yang berbasis proyek untuk
mengembangkan karakter siswa (beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa gotong royong,
mandiri, keberagaman global, berpikir nalar kritis, dan kreativitas), b) berfokus pada materi
esensial sehingga terdapat waktu yang cukum untuk mempelajari secara mendalam kompetensi
esensial, dan c) guru memiliki waktu yang fleksibel untuk melaksanakan pembelajaran yang
disesuaikan dengan kemampuan siswa dengan cara menggabungkan konteks dan kontek lokal
yang kontekstual (Wardani, dkk, 2023: 519). Perbedaan dalam Kurikulum Merdeka
menyebabkan guru diharuskan untuk menyiapkan dirinya dalam mengimplementasikan
pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka khususnya pada jenjang sekolah dasar (SD).

Kabupaten Banyumas merupakan kabupaten yang berwilayah di Jawa tengah dengan


memiliki jumlah total sekolah sebanyak 1.359 sekolah dari jenjang SD-SMA. Berdasarkan data
badan pusta statistik, Kabupaten Banyumas memiliki 14 perguruan tinggi yang meliputi
universitas, politeknik, sekolah akademik tinggi, dan institut. Keberagaman jenjang pendidikan
di kecamatan Kembaran dapat dijadikan bukti bahwa sudah cukup banyak memiliki lembaga
pendidikan dan keberagaman tersebut dapat dijadikan sebagai indikator bahwa kabupaten
Banyumas telah berhasil menjadi wilayah yang mampu menyediakan jenjang pendidikan dari
level terendah hingga level tertinggi. Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan dengan salah
satu pengawas Korwilcam yang dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2022 mengemukakan
bahwa terdapat 31 sekolah dasar. Sekolah dasar yang menjadi lokasi kajian peneliti adalah SD
Negeri Kembaran dimana SD Negeri Kembaran telah mengimplementasikan Kurikulum
Merdeka pada kelas 1 dan 4. Wawancara yang dilaksanakan dengan kepala sekolah SD Negeri
Kembaran pada tanggal 19 Desember 2022 didapatkan informasi bahwa SD Negeri Kembaran
masih berada di tahap kedua (mandiri berubah) yang dimaksudkan masih belum seluruh kelas
menerima pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka. Disamping itu, didasarkan pada
wawancara dengan kepala sekolah yang menyatakan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka
lebih terarah dibandingkan dengan Kurikulum 2013.

Wawancara yang dilaksanakan dengan guru SD Negeri Kembaran pada 22 Desember


2022 menyatakan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka yang didukung oleh adanya fitur-
fitur yang terdapat di dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM) sangat membantu pihak guru
dikarenakan fitur tersebut memberikan berbagai macam pengetahuan tentang Kurikulum
Merdeka dan dapat mempermudah guru untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dalam
pembelajaran. Adanya Kurikulum Merdeka juga menghasilkan rancangan pembelajaran yang
sesuai dengan keadaan siswa, sehingga siswa dapat menjadi kreatif dan inovatif dalam
pembelajaran yang dituangkan dalam penerapan Profil Pelajar Pancasila (P5). Dalam
implementasi; Kurikulum Merdeka materi pembelajaran kurang beragam sehingga guru kurang
leluasa dalam mengembangkan pembelajaran kontekstual. Belum dilaksanakan serentaknya
Kurikulum Merdeka sehingga menyebabkan masih banyaknya hambatan dan tantangan dalam
pengimplementasian Kurikulum Merdeka yang mendorong guru membutuhkan persiapan untuk
mengembangkan kompetensi dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Tentunya, dalam
persiapan yang dilakukan oleh guru membutuhkan faktor pendukung, yaitu: murid, rekan guru,
kepala sekolah, sarana dan prasarana, serta guru diharuskan untuk melek teknologi yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka.

Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan oleh peneliti pada tahun 2022 tersebut, maka
peneliti tertarik untuk mengkaji tentang persiapan dan hambatan tantangan yang diterima oleh
guru SD Negeri Kembara dalam mempersiapkan pengimplementasian Kurikulum Merdeka di
tahun ajaran baru pada sekolah yang menduduki fase kedua.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kembaran Banyumas. Metode yang digunakan


adalah metode penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan fenomenologis. Penelitian
fenomenologis merupakan salah satu jenis studi naratif yang digunakan untuk melaporkan cerita
terkait pengalaman dari satu atau beberapa individu (Yusanto, Y., 2020: 9). Fenomenologi
merupakan salah satu dari penelitian kualitatif yang memiliki strategi penelitian dimana peneliti
melakukan identifikasi terkait pengalaman manusia terkait fenomena tertentu atau objek yang
menjadi kajian peneliti. Kajian fenomenologi dilakukan dengan mengesampingkan pengalaman
pribadi peneliti, sehingga peneliti memiliki fokus utama pada pengalaman narasumber
penelitiannya (Creswell, J.W., 2021: 21). Pengumpulan data penelitian kualitatif dilakukan
dengan menggunakan tiga jenis, yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga
peneliti tidak memerlukan angka-angka dalam mencari data penelitian.
Sumber data dari penelitian ini adalah guru kelas 2, 3, 5, 6, kepala sekolah dan telaah
dokumen yang telah dipersiapkan oleh guru yang sedang mengikuti diklat persiapan
implementasi Kurikulum Merdeka. Data penelitian juga didapatkan dari hasil observasi sarana
prasarana sekolah, persiapan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, dan
managemen sekolah untuk mendukung guru dalam menyiapkan implementasi Kurikulum
Merdeka di tahun ajaran baru. Instrumen penelitian digunakan sebagai alat untuk memberikan
informasi terkait subjek yang sedang kita teliti. Instrumen penelitian memegang peranan penting
dalam sebuah penelitian yaitu digunakan untuk menentukan mutu instrumen yang digunakan
untuk pengumpulan data (Sugiyono, 2013: 225). Tujuan dari adanya instrumen adalah untuk
mengukur dan penggunaan teori yang akan digunakan oleh peneliti sehingga instrument
penelitian tidak dapat dipengaruhi oleh peneliti lainnya. Peneliti memiliki kewenangan dalam
merancang instrumennya sendiri yang akan digunakan dalam penelitiannya sehingga hal ini akan
berpengaruh terhadap kualitas penelitian yang dilakukan oleh peneliti (Sukendra, K.I., Kadek,
S.A., 2020: 1-2).
Uji keabsahan data menggunakan triangulasi data yang beragam berasal dari sumber,
metode, dan teori sehingga memperkuat bukti yang didapatkan oleh peneliti. Triangulasi dapat
dilaksanakan dengan meggunakan beragam teknik pengumpulan data, seperti wawancara,
observasi dan studi dokumen. Triangulasi juga memiliki fungsi lain selain digunakan untuk
memeriksa keabsahan data, yaitu untuk memperkaya data. Untuk dapat memperkaya dan
memperkuat data yang didapatkan oleh peneliti, maka peneliti direkomendasikan untuk
menggunakan setidaknya dua prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
(wawancara, observasi, dan studi dokumen) (Creswell, J.W., 2015: 347-349). Peneliti
menggunakan dua jenis a data triangulasi yaitu teknik dan sumber. Analisa data menggunakan
model Miles & Huberman yaitu menggunakan beberapa langkah untuk menganalisis data yaitu
mengumpulkan data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan (Ahmad, A., & Muslimah, M.,
2021: 177).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kesiapan Guru dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di SD Negeri Kembaran
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang digunakan oleh pemerintah sebagai upaya
untuk mengembalikan pembelajaran yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kurikulum dalam rangka pemulihan pendidikan di Indonesia sebagai dampak dari
adanya Covid-19 menyebabkan pendidikan di Indonesia mengalami loss learning. Kurikulum
Merdeka memiliki fokus pada materi, pengembangan karakter, dan kompetensi siswa
(Zelvionita, Y., & Wirman, A, 2021: 40). Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang
dirancang untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, mempercayai Tuhan
Yang Maha Esa, dan mempertahankan nilai budaya. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum
yang berimpretasi sebagai kurikulum yang mampu merangsang siswa untuk berpikir secara
mandiri, memberikan kebebasan kepada guru dan siswa untuk memilih inovasi pembelajaran
yang dibutuhkan sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan, dan pembelajaran pada
Kurikulum Merdeka merupakan pembelajaran yang kreatif. Kurikulum Merdeka memberikan
posisi kepada guru untuk menjadi fasilitator untuk mengembangkan potensi pada peserta
didiknya (Shandri, R., 2023: 204).
Guru sebagai tenaga pendidik memiliki peranan penting dalam memberikan pembelajaran
kepada peserta didik. Masih belum diberlakukannya Kurikulum Merdeka secara nasional
membutuhkan persiapan yang matang dari guru sehingga guru mampu memberikan layanan
pendidikan kepada peserta didik secara merata. Tahapan persiapan yang dilaksanakan oleh guru
sebelum mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dalam proses pembelajaran adalah guru
mengikuti serangkaian workshop dan pelatihan terkait Kurikulum Merdeka (Pertiwi, P. D.,
Novaliyosi, N., Nindiasari, H., & Sukirwan, S, 2023: 1720). Pelatihan atau workshop memiliki
peranan penting dalam persiapan yang dilakukan oleh guru mengingat banyaknya perbedaan
antara Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013. Hasil yang didapatkan oleh penulis yang
melakukan kajian terhadap persiapan yang dilaksanakan oleh guru kelas 2, 3, 5, dan 6 di SD
Negeri Kembaran didapatkan hasil bahwa guru telah mengikuti workshop atau diklat tentang
Kurikulum Merdeka. Disamping itu, guru juga melakukan pembelajaran mandiri dengan cara
mengakses website yang disediakan oleh Kemendikbudristek melalui website khusus Kurikulum
Merdeka.
Persiapan lain yang dilakukan oleh guru di SD Negeri Kembaran adalah melakukan
koordinasi dan sharing terkait Kurikulum Merdeka yang difasilitasi dengan menggunakan
kelompok kinerja guru melalui platform whatsapp. Adanya persiapan yang dilakukan oleh guru
tersebut memberikan dampak positif guru mengetahui istilah administratif dari Kurikulum
Merdeka seperti modul ajar, CP, ATP, TP, P5, dan strategi yang cocok untuk digunakan dalam
melaksanakan proses pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka di SD Negeri Kembaran pada
kelas 2, 3, 5, dan 6 untuk tahun ajaran baru. Adanya persiapan yang matang tersebut
menyebabkan guru mampu menganalisis evaluasi dari proses pembelajaran berbasis Kurikulum
Merdeka yang sedang dijalankan sehingga sesuai dengan tujuan dari Kurikulum Merdeka
(Zelvionita, Y., & Wirman, A, 2021: 40). Tentunya, persiapan guru dalam melaksanakan
pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka memberikan tekanan kepada guru untuk memahami
dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam Kurikulum Merdeka. Guru memiliki peranan penting
dalam mengimplementasikan paradigma Kurikuum Merdeka. Apabila guru memiliki kualitas
unggul maka guru akan mampu bertindak secara professional untuk melaksanakan tugasnya. Hal
tersebut menyebabkan guru diharuskan untuk lebih kreatif, inovatif, dan berkomitmen untuk
terus belajar khususnya untuk mempelajari hal-hal baru pada era digital (Kasman, K., & Lubis,
S.K, 2022: 761).
Persiapan yang dilaksanakan oleh guru untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka
tentu memiliki hambatan dan tantangan dalam persiapan yang dilaksanakan. Hambatan dan
tantangan yang dihadapi oleh guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka adalah
kesulitan guru dalam menangkap materi sosialiasasi terkait pelaksanaan Kurikulum Merdeka
dikarenakan masih belum dilaksanakan secara nasional. Meskipun guru dan siswa diberikan
kebebasan untuk memilih pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
menjadikan pembelajaran ke arah diferensiasi yang dimana hal ini menjadi tantangan bagi guru
untuk memilih dan memilah metode dan model pembelajaran yang dapat diserap oleh seluruh
siswa Nurcahyono, N. A., & Putra, J.D., 2022: 381). Hambatan lain dari persiapan implementasi
Kurikulum Merdeka adalah guru masih belum mampu untuk menyusun rencana pembelajaran
yang tepat sehingga masih dibutuhkan pelatihan secara terus menerus. Disamping itu, masalah
finansial dalam pelaksanaan pelatihan Kurikulum Merdeka hanya dialokasikan pada sekolah
yang telah berada di fase sekolah penggerak. Sehingga sekolah yang masih berada di tahap
kedua harus mencukupi finanasial sekolah itu sendiri (Rizki, R. A., & Fakhrunisa, L, 2022: 35).
Beragam persiapan, hambatan, dan tantangan yang dihadapi oleh guru di SD Negeri
Kembaran menyebabkan guru-guru di SD Negeri Kembaran meminimalisir hal tersebut dengan
melakukan kegiatan sharing yang dituangkan dalam sebuah wadah KKG (kelompok kinerja
guru) sehingga didapatkan diskusi antar guru baik yang sudah mengimplementasikan dan
mempersiapkan Kurikulum Merdeka yang akan dilaksanakan pada tahun ajaran baru. Disamping
itu, kesadaran guru untuk mencari sumber secara mandiri terkait Kurikulum Merdeka dibutuhkan
sehingga guru telah siap baik secara fisik, mental, dan pengetahuan untuk mengimplementasikan
pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka di SD Negeri Kembaran khususnya pada guru yang
mengampu kelas 2, 3, 5, dan 6 sehingga guru mampu menciptakan pembelajaran yang tidak
membosankan dan menarik minat belajar bagi peserta didik (Zulaiha, S., Meisin, M., & Meldina,
T, 2022: 174).
2. Kesiapan Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di SD Negeri
Kembaran
Kepala sekolah memiliki peranan yang cukup penting dalam menumbuhkan kemampuan guru
dalam proses pembelajaran sehingga guru dapat meningkatkan kompetensi dan berkembang
menjadi guru professional. Kepala sekolah merupakan pemimpin yang mampu menjadi manajer
dan supervisor sehingga kepala sekolah dituntut untuk dapat memberikan layanan professional
sehingga dapat dijadikan panutan bagi guru dalam rangka peningkatan kompetensi professional
guru. Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007 menyebutkan bahwa kepala sekolah
diharuskan untuk memiliki kompetensi pengawasan yang meliputi perencaan program supervise
akademik untuk meningkatkan kompetensi guru professional yang dilaksanakan dengan
melakukan pendekatan yang tepat (Winarno, J., Fitria, H., & Fitriani, Y, 2021: 478-479).
Dukungan yang diberikan oleh kepala sekolah kepada guru dalam mempersiapkan implementasi
Kurikulum Merdeka diwujudkan dalam bentuk pemberikan pelatihan, pengawasan, dan
pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan Kurikulum
Merdeka. Kepala sekolah juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan manajemen pendidikan
di sekolah sehingga kepala sekolah bertindak sebagai pemimpin sebuah perubahan pembelajaran,
administrator, dan penanggung jawab keberhasilan kualitas lulusan yang dihasilkan
(Simanjuntak, R., Elfrianto, E., Yusmidani, Y., & Saragih, V, 2023: 2615).
Pada persiapan Kurikulum Merdeka di SD Negeri Kembaran, kepala sekolah memberikan
informasi kepada guru bahwa terdapat sosialiasi yang dapat diikuti oleh guru untuk menyiapkan
diri dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Disamping itu, kepala sekolah SD Negeri
Kembaran juga memberikan fasilitas yang cukup seperti jaringan internet dan sarana prasarana
pendukung yang dapat digunakan oleh guru untuk melaksanakan persiapan implementasi
Kurikulum Merdeka. Manajemen pendidikan memiliki peranan penting untuk
mengorganisasikan, memberikan arahan, dan mengelola sumber daya sehingga tujuan
pendidikan dapat diraih secara efektif dan efisien. Manajemen sekolah diperlukan untuk
memberikan pengawasan dan arahan terhadap guru yang sedang mempersiapkan implementasi
Kurikulum Merdeka di SD Negeri Kembaran khususnya pada guru yang mengampu kelas 2, 3,
5, dan 6 (Gemnafle, M., & Batlolona, J. R, 2021: 31). Manajemen di sekolah dibutuhkan untuk
mengatasi beragam konflik yang terjadi di lingkungan sekolah seperti: permasalahan
komunikasi, manusia, kontlik interapersonal, interpersonal, intragroup, antar kelompok, dan
antar organisasi. Maka dari itu, dibutuhkan manajemen sekolah yang dipimpin oleh kepala
sekolah digunakan untuk memberikan manfaat yang positif dan menghindari dampak negatif dari
adanya konflik di sekolah tersebut. Dalam menghapi konflik, kepala sekolah tidak boleh
menghindari konflik, namun kepala sekolah diharuskan untuk dapat memberikan dorongan
kepada sekolah sehingga konflik yang terjadi tidak menghambat program sekolah (Larasati, R.,
& Raharja, S, 2020: 192).
Tentunya, dalam pelaksanaan persiapan implementasi Kurikulum Merdeka kerap menghadapi
kendala dan hambatan sehingga memberikan dampak pada terganggunya persiapan yang
dipimpin oleh kepala sekolah. Langkah yang diambil oleh kepala sekolah SD Negeri Kembaran
untuk meminimalisir hambatan dan kendala terkait persiapan implementasi Kurikulum Merdeka
di SD Negeri Kembaran. Kendala yang dihadapi oleh SD Negeri Kembaran terkait implementasi
Kurikulum Merdeka adalah adanya ketimpangan antara kelas yang sudah menggunakan
Kurikulum Merdeka dan belum, kurangnya referensi, kurangnya sosialisasi terkait pelaksanaan
Kurikulum Merdeka yang menyebabkan kebingungan pada sekolah dan guru, akses platform
yang belum merata, dan masih diperlukan evaluasi terhadap materi pada referensi Kurikulum
Merdeka apakah sudah sesuai dengan persiapan peserta didik untuk bersaing dengan masyarakat
global (Dewi, L. M. A. W., & Astuti, N. P. E, 2022: 36).
Kepala sekolah sebagai individu yang memiliki kemampuan lebih untuk mengatur jalannya
pengembangan organisasi khususnya dalam mengembangkan profesionalisme. Kompetensi yang
dimiliki oleh kepala sekolah akan memberikan dampak terhadap suksesnya program yang sedang
dijalankan (Tonich, T, 2021: 52). Kurikulum Merdeka yang dapat dilaksanakan oleh kepala
sekolah adalah dengan langkah mendasari strategi-strategi yang sesuai dengan prinsip-prinsip
dari perancangan kurikulum, yaitu: bersifat sederhana, mudah untuk dipahami dan diterapkan,
berfokus pada kompetensi dan karakter Pancasila yang dihasilkan oleh peserta didik, gotong
royong, dan memperhatikan hasil kajian serta umpan balik. Kepala sekolah juga diharuskan
untuk memiliki visioner sehingga mampu menciptakan suasana yang mendukung guru dalam
menyiapkan Kurikulum Merdeka (Mastur, M., 2023: 15). Disamping itu, kepala sekolah juga
memberikan fasilitas diklat-diklat kepada guru untuk menyiapkan guru menerapkan Kurikulum
Merdeka di tahun ajaran baru. Kepala sekolah juga menjadi individu yang sudah seharusnya
menyiapkan strategi yang mampu untuk membantu guru dalam menyiapkan implementasi
Kurikulum Merdeka, sehingga kepala sekolah harus terus melakukan pembaharuan terhadap isu-
isu Kurikulum Merdeka yang sedang berlaku (Anggraini, H., Haryono, S. E., Muntomimah, S.,
Wijayanti, R., & Akbar, M. R, 2022: 186).
Strategi implementasi Kurikulum Merdeka dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah dengan
memfokuskan pada kesiapan sekolah yang dilakukan dengan memberikan pendampingan
analisis kesiapan sekolah yang dilakukan dalam beberapa periode secara berkala sehingga
didapatkan kesesuaian terhadap kebutuhan peserta didik. Kepala sekolah juga dapat
menyediakan perangkat-perangkat yang digunakan dalam mendukung implementasi Kurikulum
Merdeka seperti memfokuskan pada pengembangan teknologi yang digunakan dalam
pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka (Irawati, D., dkk, 2022: 2509). Disamping itu,
strategi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk menyiapkan implementasi Kurikulum
Merdeka adalah dengan memfasilitasi ruang kepada guru-guru yang sudah atau belum
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sehingga dapat menjadi wadah yang digunakan
untuk bertukar pengalaman antar guru sehingga pelakanaan Kurikulum Merdeka dapat berjalan
secara efektif dan efisien (Fitriana, L. N. L., Ahid, N., Prasetiyo, G. E., & Daratista, I, 2022:
1508-1509).
Berdasakan penjelasan tersebut, maka didapatkan hasil temuan bahwa persiapan implementasi
Kurikulum Merdeka pada SD Negeri Kembaran, Banyumas mendapatkan temuan-temuan terkait
implementasi masih dalam tahap “merangkak” dan “meraba” dimana seluruh guru yang
mengampu kelas 2, 3, 5, dan 6 masih berusaha untuk memahami bagaimana seharusnya
implementasi Kurikulum Merdeka dilaksanakan sesuai dengan regulasi pemerintah. Hal yang
menarik dari temuan terkait persiapan implementasi Kurikulum Merdeka adalah guru yang telah
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di kelas 1 dan 4 tidak segan untuk berbagi ilmu
kepada guru yang masih mengalami kebingungan terhadap regulasi Kurikulum Merdeka.
Gotong-royong yang dilakukan antar guru merupakan hal yang positif dikarenakan hal ini
mampu memajukan SD Negeri Kembaran dalam memberikan pendidikan dan pengetahuan
kepada peserta didik.
SIMPULAN
Persiapan implementasi Kurikulum Merdeka di SD Negeri Kembaran berada di tahap
kedua. Persiapan implementasi Kurikulum Merdeka menjadi tanggung jawab guru dan kepala
sekolah yang masih mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada kelas 1 dan 4. Sedangkan
guru yang mengampu kelas 2,3,5, dan 6 memiliki waktu untuk melakukan persiapan
implementasi Kurikulum Merdeka di tahun ajaran baru. Persiapan dilaksanakan oleh guru yang
belum mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dalam proses pembelajarannya. Persiapan
yang dilaksanakan oleh guru dilaksanakan dengan mengikuti diklat, melaksanakan pembelajaran
mandiri terkait Kurikulum Merdeka melalui platform Kurikulum Merdeka, persiapan
administratif dengan menyusun Modul Ajar, membuat TP, ATP, model dan metode
berdiferensiasi. Kendala dan hambatan yang dialami oleh guru terkait persiapan implementasi
Kurikulum Merdeka adalah guru masih kesulitan dalam memahami regulasi terkait Kurikulum
Merdeka. Untuk dapat mengatasi hambatan dalam persiapan Kurikulum Merdeka, maka guru
melakukan sharing dengan guru lain sehingga dapat mengevaluasi terkait pelaksanaan
Kurikulum Merdeka. Kepala Sekolah juga memiliki peran dalam memberikan fasilitas sosialisasi
terkait Kurikulum Merdeka kepada guru sehingga guru dan kepala sekolah mampu memberikan
inovasi dalam melaksanakan persiapan pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka. Langkah lain
yang dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah untuk mendukung persiapan guru dalam
melaksanakan Kurikulum Merdeka adalah menerapkan manajemen sekolah dan membuat grup
kelompok guru sehingga guru yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka dapat memberikan
gambaran kepada guru yang masih mempersiapkan implementasi Kurikulum Merdeka.

References
Irawati, D. N. (2022). Merdeka Belajar Curriculum Innovation and Its Application in Education
Units. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(2), 2506-2514.

Kasman, K. &. (2022). Teachers’ Performance Evaluation Instrument Designs in the


Implementation of the New Learning Paradigm of the Merdeka Curriculum. Jurnal
Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan,
Pengajaran Dan Pembelajaran, 8(3), 760-775.
Larasati, R. &. (2020 ). Conflict management in improving schools effectiveness. In 3rd
International Conference on Learning Innovation and Quality Education , 191-197 .

Mastur, M. (2023). Strategy The principal's Leadership Style in Implementing “Merdeka


Belajar” in Schools. Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, 10(1), 10-21.

Pugach, M. C. (2020 ). Curriculum theory: The missing perspective in teacher education for
inclusion. Curriculum theory: The missing perspective in teacher education for inclusion,
85-103 .

Shadri, R. H. (2023). Assessment In The Merdeka Curriculum: What The Teachers’ Perspectives
On It. Jurnal Pajar (Pendidikan Dan Pengajaran), 7(1), 202-208.

Tonich, T. (2021). The role of principals’ leadership abilities in improving school performance
through the school culture. Journal of Social Studies Education Research, 12(1), 47-75.

Wardani, H. K. (2023). Analysis of the Impact of the Merdeka Curriculum Policy on


Stakeholders at Primary School. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 11(2), 512-530.

Winarno, J. F. (2021). The role of principal academic supervision in improving the


professionalism of teachers of state junior high schools. JPGI (Jurnal Penelitian Guru
Indonesia), 6(2), 478-481.

Anda mungkin juga menyukai