Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kurikulum adalah seperangkat sistem yang dipergunakan dalam
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran suatu jenjang dalam pendidikan tertentu.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 terkait sistem pendidikan nasional
mengungkapkan bahwa dalam memperoleh tujuan pendidikan, maka pelaksanaan
pendidikan membutuhkan kurikulum sebagai suatu program yang berisi rencana
pembelajaran, serta terkait dengan tujuan, isi, bahan ajar, dan metode yang digunakan
dalam pembelajaran (Siti Malikah : 2022).
Kurikulum menjadi penopang utama dalam proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran di dalam kelas dapat berjalan dengan terencana, terarah, dan sistematis.
Adanya kurikulum dalam pendidikan dapat membangun kesadaran dan berpikir kritis
terhadap peserta didik. Hal penting dalam pelaksanaan kurikulum yang harus
diperhatikan adalah mengenai perkembangan dan potensi dari para peserta didik, karena
peserta didik menjadi subyek dalam kegiatan pembelajaran (Kompri : 2014). Sehingga
keberadaan kurikulum di dalam lembaga pendidikan dipandang penting karena dapat
menjelaskan arah pembelajaran yang dilaksanakan dalam setiap institusi pendidikan.
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki mutu dan
kualitas berbagai aspek kehidupan baik dalam aspek pendidikan maupun sosial. Aspek
pendidikan dan sosial dipandang tidak dapat terpisahkan, karena pada dasarnya
pendidikan yang baik akan berdampak pada kehidupan sosial yang baik pula (Yose
Indarta : 2022). Mutu pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh kurikulum pendidikan
yang dilaksanakan pada jenjang satuan pendidikan mulai dari SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, Sekolah Menengah Kejuruan sampai Perguruan Tinggi. Sehingga, langkah
yang diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan
memperbaiki dan memperbaharui kurikulum. Tujuan dalam pembaharuan kurikulum ini
sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan, karena kurikulum menjadi organ vital
dalam dunia pendidikan. Kurikulum di Indonesia sudah mengalami banyak perubahan
dalam perihal penerapan pada setiap satuan pendidikan, antara lain kurikulum KTSP
(2006), Kurikulum 2013 (KURTILAS) dan kurikulum yang sekarang ini masih berjalan
yakni Kurikulum Merdeka.

1
Pendidikan di Indonesia mengalami permasalahan pada masa pandemi Covid-
19 yang memberikan dampak sangat signifikan. Proses pembelajaran tidak bisa berjalan
dengan maksimal karena kebijakan siswa belajar dari rumah dan menerapkan kegiatan
belajar yang dilakukan secara daring atau online. Kegiatan belajar dari rumah
menghabiskan waktu yang cukup lama, interaksi antara siswa dan guru terbatas,
kurangnya bimbingan dari guru, hingga munculnya rasa bosan dan motivasi belajar juga
menurun. Hal tersebut mengakibatkan proses pembelajaran selama masa pandemi
mengalami keterpurukan dan ketertinggalan pembelajaran (Learning Loss) (Dewi
Rahmadayanti dan Agung Hartoyo : 2022) Sehingga Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan kebijakan baru untuk mengembangkan
kurikulum menjadi kurikulum merdeka belajar. Merdeka belajar memiliki makna
sebagai persiapan yang memberikan keleluasaan bagi para peserta didik dalam
menjalani proses pembelajaran dengan kondisi yang lebih santai, gembira tidak
membosankan, tenang, tidak tertekan, serta bisa mengamati minat dan bakat yang
dimiliki oleh peserta didik. Konsep merdeka belajar dirancang supaya para peserta didik
dapat memahami dan menggali minat serta bakat yang dimiliki pada dirinya sendiri.
Kurikulum merdeka memiliki arti kurikulum dengan pembelajaran
intrakurikuler yang bermacam, supaya siswa dapat mengoptimalkan dan mempunyai
konsep dalam menguatkan kompetensi yang dipunyai. Rancangan kurikulum ini lebih
fleksibel, memfokuskan pada materi yang mendasar, serta mengakomodasi dalam
perkembangan karakter, kualitas dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Kurikulum ini membawa konsep Merdeka Belajar dengan keutamaan karakteristik
dalam memulihkan proses pembelajaran melalui rancangan kegiatan pembelajaran
berbasis proyek untuk meningkatkan softskill dan berkarakter sesuai profil pelajar
pancasila (Beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
Berkebhinnekaan global, Gotong-royong, Kreatif, Bernalar kritis, serta Mandiri),
kompetensi dasarnya dilakukan dengan memfokuskan pada materi pembelajaran dalam
pendalaman literasi dan numerasi pada setiap mata pelajaran, serta guru mempunyai
kebebasan untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswanya
yang selaras dengan konteks dan bermuatan lokal. Pelaksanaaan kurikulum merdeka
memberikan kebebasan bagi sekolah, guru maupun siswa untuk berinovasi dan
berkreasi. Pada kurikulum merdeka tidak menuntut tercapainya nilai tuntas minimum,
tetapi mengutamakan kualitas pembelajaran untuk siswa berkualitas dan karakter sesuai

2
dengan profil pelajar pancasila, serta mempunyai kompetensi SDM Indonesia yang
mampu menghadapi ancaman global.
Pembelajaran IPS adalah kumpulan konsep yang memiliki fokus pada
perkembangan pengetahuan, dan keterampilan sosial guna membentuk kepribadian
warga yang baik. Mata pelajaran IPS memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi
yang ada dalam diri peserta didik agar memiliki mental yang positif terkait kebaikan
dari segala kesenjangan yang terjadi, kompeten dalam melewati dan menyelesaikan
masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari baik yang menimpa diri sendiri maupun
orang lain. Dengan adanya kurikulum merdeka membuat keterampilan dalam berpikir
peserta didik dapat diasah melalui proses pembelajaran yang berpusat padanya.
Pendidikan IPS menjadi sarana dalam membangun kesepakatan dan kesadaran terhadap
nilai-nilai sosial dan rasa kemanusian antar sesama. Hal tersebut menjadi modal untuk
berhubungan dengan masyarakat yang beraneka ragam, baik lokal, nasional dan global
dengan berpegang teguh pada nilai-nilai pancasila.
SMP Negeri 1 Kuningan adalah salah satu sekolah penggerak yang berada di
Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Sekolah wajib menerapkan kurikulum
merdeka belajar karena sudah menjadi sekolah penggerak. SMP Negeri 1 Kuningan
melaksanakan In House Training (IHT) atau pelatihan lainnya yang wajib diikuti oleh
para guru untuk menunjang kesiapan penerapan kurikulum merdeka belajar.
Implementasi kurikulum merdeka telah berjalan cukup baik meskipun belum berjalan
secara optimal terutama dalam pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan. Dari hasil
awal observasi, implementasi kurikulum merdeka belajar di sekolah ini diterapkan
untuk peserta didik kelas tujuh (VII) dan dalam pembelajaran IPS terdapat kendala yang
dialami oleh para guru IPS. Kendala yang muncul pada pembelajaran IPS yaitu para
guru kesulitan dalam membuat perencanaan pembelajaran berupa modul ajar, kedua
para guru kesulitan dalam beradaptasi dengan pembelajaran yang dilakukan secara
online atau terkait dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Hal tersebut
disebabkan karena para guru IPS sudah terbiasa dengan kurikulum sebelumnya, lalu
dengan adanya kurikulum merdeka yang dalam tahap sosialisasinya tidak ada model
workshop secara langsung melainkan hanya dilakukan secara daring.
Adanya implementasi kurikulum merdeka pada pembelajaran IPS, yang
ternyata muncul permasalahan yang dialami oleh para guru, dikuatkan oleh sarana
sumber belajar yang kurang, maupun dari peserta didiknya dimana hanya beberapa

3
orang yang aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran IPS sebab kemampuan para
peserta didik tidak sama. Peneliti tertarik untuk meneliti secara mendalam terkait
implementasi kurikulum merdeka belajar dalam meningkatkan kompetensi aktif dan
kreatif yang dimiliki para peserta didik dan para guru di SMP Negeri 1 Kuningan.
Berdasar latar belakang tersebut menjadi pemikiran peneliti untuk mengambil judul
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam pembelajaran IPS kelas VII A di SMP
Negeri 1 Kuningan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana implementasi kurikulum merdeka belajar pada mata pelajaran IPS di
kelas VII A SMP Negeri 1 Kuningan ?
2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi
kurikulum merdeka pada mata pelajaran IPS di kelas VII A SMP Negeri 1
Kuningan ?

C. Tujuan Penelitian
Berlandaskan rumusan masalah yang sudah ada maka tujuan penelitian yang
akan dicapai antara lain :
1. Untuk mengetahui implementasi kurikulum merdeka pada mata pelajaran IPS di
kelas VII A SMP Negeri 1 Kuningan.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi
kurikulum merdeka pada mata pelajaran IPS di kelas VII SMP Negeri 1 Kuningan.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan partisipasi
pengembangan penerapan kurikulum merdeka dalam pembelajaran IPS serta dapat
dipergunakan sebagai referensi bagi penelitian sejenis berikutnya.
2. Manfaat praktis bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan
dalam menerapkan kegiatan pembelajaran yang belum sesuai dengan
implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran IPS di kelas VII SMP
Negeri 1 Kuningan.

4
3. Manfaat praktis bagi guru, hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan
kontribusi dan memotivasi para guru untuk terus mengembangkan implementasi
kurikulum dalam mengajar yang sesuai dengan perkembangan zaman, khususnya
pembelajaran pendidikan ilmu sosial.
4. Manfaat praktis bagi peneliti, hasil dari penelitian ini bisa menjadi referensi bagi
peneliti berikutnya yang terkait dengan implementasi kurikulum merdeka.

5
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum digunakan dari masa Yunani Kuno yakni Curriculum, yang berasal
dari kata Curir yang berarti pelari dan Curere tempat berpacu (Mohamad Mustari :
2014). Maka dari itu kurikulum memiliki arti sebagai jarak yang harus dilintasi oleh
seorang pelari. Istilah kurikulum dalam dunia pendidikan mempunyai arti bagaikan
sejumlah mata pelajaran yang harus diselesaikan oleh para peserta didik dalam
menuntut ilmu dan mendapatkan ijazah.
Definisi kurikulum dari periode ke periode selanjutnya mengalami
perkembangan. Menurut J. Galen dan William M. Alexander mengartikan kurikulum
sebagai berikut “The sum total of school’s efforts to influence learning whether in then
classroom, on the playground or out of school”. Maka kurikulum sebagai segenap
usaha dari sekolah untuk mempengaruhi proses belajar peserta didik yang dilakukan di
dalam kelas, halaman sekolah maupun di luar sekolah, hal inilah termasuk dalam
kegiatan ekstrakurikuler.
Kurikulum menurut Wiryokusumo mempunyai arti rencana yang tertulis terkait
keterampilan yang dipunyai berdasar standar nasional, materi yang akan dipelajari,
keahlian belajar yang perlu ditempuh, serta melakukan evaluasi dalam menetapkan
tingkat capaian dari peserta didik dan adanya peraturan yang berhubungan dengan
pengalaman belajar peserta didik saat mengembangkan kemampuan dirinya dalam
lembaga pendidikan. Definisi kurikulum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
terkait Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 19, dijelaskan sebagai rencana dan
aturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran dan model yang dipergunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran yang dijadikan pedoman guna mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum meliputi unsur atau komponen lengkap yang terdiri dari rancangan
tujuan pendidikan sampai penjelasannya dalam suatu lembaga dalam bentuk satuan
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang pendidik. Kurikulum menjadi
tahapan dalam menyampaikan materi pelajaran yang bisa diterapkan secara baik dan
lancar sehingga dapat meningkatkan eminensi pembelajaran.
Kurikulum yaitu rencana mengenai mutu pendidikan yang perlu dipunyai
peserta didik dengan keahlian atau pengetahuan dalam belajar. Oleh karena itu,

6
Kurikulum menjadi indikator penting buat pembaharuan pendidikan dan memiliki
hubungan yang erat dalam usaha mengembangkan peserta didik yang sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai.

B. Konsep Kurikulum Merdeka Belajar


1. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar
Istilah merdeka belajar berasal dari dua kata yakni merdeka dan belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merdeka memiliki arti bebas, lepas atau tidak
terkena tuntutan, tidak terikat maupun tidak tergantung pada orang atau pihak lain serta
leluasa. Sedangkan belajar memiliki makna proses guna memperoleh ilmu pengetahuan
sehingga terjadi perubahan yang ada dalam diri seseorang. Merdeka belajar ialah
memfokuskan pada kebebasan dalam berpikir dan berinovasi untuk belajar secara
mandiri maupun kreatif. Pendidik diharapkan dapat menjadi penggerak dalam
membawa tindakan dalam proses pembelajaran dengan memberikan perihal terbaik bagi
peserta didik (Ainia : 2020).
Kurikulum merdeka belajar menjadi program yang dicetuskan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan yang berkeinginan menciptakan suasana belajar yang
bahagia. Bahagia bagi para guru, peserta didik, orang tua, serta bahagia bagi semua
orang (Meylan Saleh : 2020). Tujuan merdeka belajar ialah agar para pendidik, peserta
didik serta orang tua dapat membuat proses pembelajaran menjadi suasana yang
menyenangkan dan membahagiakan dengan tambahan perkembangan daya pikir yang
inovatif oleh pendidik. Hal tersebut meningkatkan perilaku positif peserta didik dalam
menanggapi pembelajaran.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis merdeka belajar memberikan
kebebasan baik bagi guru dan peserta didik. Proses pembelajaran bisa dilaksanakan
dimana saja dan kapan saja, tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga dapat
dilaksanakan di luar kelas. Hal tersebut tergantung dari peserta didiknya dan membuat
peserta didik lebih dapat mengeksplorasi dirinya, sebab dapat terhubung langsung
dengan lingkungan dan tidak jenuh dengan pembelajaran di ruang kelas. Selain itu,
konsep dari merdeka belajar memusatkan pada pembelajaran yang berbasis proyek yang
membuat peserta didiknya harus berusaha sendiri mendapatkan informasi, terjun ke
lapangan langsung, menafsirkan data, serta menjadi problem solver. Kurikulum
merdeka belajar membawa konsep yang membuat suasana belajar lebih bahagia baik

7
bagi siswa, guru, maupun wali murid. Sehingga para siswa tidak dibebani dalam
pencapaian nilai-nilai tertentu, karena setiap seseorang mempunyai kemampuan, bakat
dan kecerdasannya masing-masing.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia meluncurkan aksi untuk dunia
pendidikan di Indonesia yakni melalui program Merdeka Belajar. Konsep merdeka
belajar yang dicetuskan oleh Nadiem Makarim terdapat beberapa poin yakni :
a. Konsep merdeka belajar yang merupakan jawaban dari permasalahan yang
dijumpai oleh tenaga pendidik dalam pelaksanaan Pendidikan.
b. Beban guru dalam menjalankan profesinya dikurangi, merdeka dalam melakukan
penilaian belajar peserta didik dengan beragam bentuk dan jenis instrumen
penilaian, leluasa dari berbagai pembuatan administrasi yang memberatkan,
merdeka dari tekanan ancaman dan kriminalisasi.
c. Membuka mata untuk menyadari banyaknya kendala yang dihadapi oleh para
guru dalam tugas proses pembelajaran di sekolah, mulai dari penerimaan peserta
didik baru (input), administrasi guru dalam menyiapkan kegiatan mengajar
termasuk RPP, proses pembelajaran, dan permasalahan evaluasi misalnya USBN-
UN (output).
d. Guru menjadi garda terdepan dalam membentuk generasi bangsa masa depan
dengan melalui proses pembelajaran. Sehingga menjadi penting untuk bisa
membuat dan menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang menyenangkan di
dalam kelas melalui sebuah kebijakan pendidikan yang nanti akan dapat berguna
bagi para guru maupun peserta didik (Muhammad Yamin dan Syahrir : 2020).
Kurikulum merdeka ialah sistem yang mengacu pada pendekatan minat dan
bakat yang dimiliki peserta didik. Para guru bisa lebih bebas dalam menentukan
pengembangan pelajaran apa saja yang akan dipelajari dan memberikan kebebasan
peserta didik dalam belajar yang sesuai dengan kecenderungan yang dimiliki.
Kurikulum merdeka ini secara umum diartikan sebagai kurikulum dengan beragamnya
pembelajaran intrakurikuler dimana materi pada mata pelajaran akan lebih
dimaksimalkan, supaya para siswa mempunyai waktu yang cukup dalam mendalami
konsep maupun memperkuat kompetensinya.
Kurikulum merdeka lebih dipandang sebagai kerangka kurikulum yang lebih
fleksibel. Kurikulum ini lebih memfokuskan pada materi yang esensial atau mendasar
dan lebih mengutamakan pada pengembangan karakter serta kompetensi dari para

8
siswa. Kurikulum ini juga bisa menguatkan pencapaian pelajar pancasila yang
ditingkatkan sesuai dengan tema tertentu yang sudah dirancang oleh pemerintah,
dimana proyek tersebut tidak mengarah untuk memperoleh capaian pembelajaran
tertentu, sehingga tidak terkait dalam konsep mata pembelajaran.
2. Karakteristik Kurikulum Merdeka Belajar
Karakteristik kurikulum merdeka dalam mendukung pemulihan pembelajaran
antara lain :
a. Sistem pembelajaran berbasis proyek, guna meningkatkan soft skills dan karakter
yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Pembelajarannya lebih signifikan dan
interaktif, hal tersebut disebabkan kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui
berbagai macam aktivitas projek. Sehingga memberikan kesempatan bagi para
siswa untuk lebih aktif dalam mencari isu-isu yang nyata dalam menopang
peningkatan karakter dan kompetensi profil pancasila.
b. Memfokuskan pada materi esensial, sehingga ada waktu pembelajaran yang lebih
mendalam untuk kompetensi dasar (literasi dan numerasi). Melalui kurikulum
merdeka ini materi pembelajaran menjadi sederhana dan lebih mendalam, karena
memfokuskan pada materi yang mendasar (esensial) dan meningkatkan
kemampuan siswa dengan cara bertahap. Sehingga proses pembelajaran
berlangsung menyenangkan, tidak terburuburu, memberikan waktu kepada guru
untuk mengajarkan konsep yang lebih mendalam.
c. Fleksibilitas buat para guru dalam melaksanakan pembelajaran yang terdiferensial
yang sesuai dengan keahlian siswa serta melakukan penyesuaian terhadap konteks
dan muatan lokal. Kurikulum merdeka membuat kegiatan pembelajaran menjadi
merdeka, sebab memberikan kebebasan kepada sekolah, guru maupun dari
siswanya.
(https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/enus/articles/6824331505561-
tentang-kurikulum-merdeka, diakses pada tanggal 11 Desember 2023).
3. Tujuan Kurikulum Merdeka Belajar
Berbagai studi nasional hingga internasional membuktikan bahwa Indonesia
telah menghadapi krisis pembelajaran (learning crisis) yang lumayan lama. Studi
tersebut menyakinkan bahwa anak-anak di Indonesia belum bisa memahami bacaan
sederhana maupun teori matematika dasar. Selain itu, temuan tersebut menunjukkan
ketimpangan yang curam di dunia pendidikan di antara daerah satu dengan daerah

9
lainnya dan kelompok sosial yang ada di Indonesia. Merebaknya virus Covid-19
membuat situasi pendidikan di Indonesia menjadi serius.
Upaya mengatasi berbagai tantangan dan krisis dalam dunia pendidikan,
dibutuhkan perubahan yang teratur, salah satunya yaitu melalui kurikulum. Kurikulum
menjadi penentu dalam memberikan materi yang diajarkan di kelas. Selain itu,
kurikulum juga berpengaruh pada kecepatan dan cara pengajaran yang dipergunakan
pendidik guna memenuhi keperluan para siswa. Hal tersebut membuat Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan kurikulum merdeka menjadi bagian yang
penting dari upaya dalam memulihkan kegiatan pembelajaran selama pandemi
(Direktorat PAUD Dikdasmen : 2021).
Kurikulum merdeka belajar yang diterapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, membuat para guru berespon baik sebab ada beberapa tujuan yang
diperlukan dan diperhatikan oleh para guru, sebagai berikut (Prayoga : 2023) :
a. Memperlihatkan kebiasaan pemikiran untuk peningkatan diri secara mandiri.
b. Melakukan refleksi atas penerapan pembelajaran pendidikan.
c. Menciptakan aspek kekuatan dan kelemahan menjadi seorang guru.
d. Menentukan tujuan dan rencana peningkatan diri.
e. Menetapkan model dan penyesuaian dalam melaksanakan pengembangan diri.
Tujuan dari kebijakan kurikulum merdeka yaitu menjadi upaya dalam
pemulihan kegiatan pembelajaran. Kurikulum ini juga memberikan kesempatan kepada
guru dalam menentukan dan menempatkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran yang diperlukan oleh lembaga pendidikan. Hal tersebut membuat para
siswa bisa dengan baik memahami dan menggali konsep serta menguatkan kemampuan
(kompetensi) yang sesuai dengan keperluan minat dan bakat belajarnya.
4. Struktur Kurikulum Merdeka Belajar
Struktur kurikulum merdeka bagi SMP/MTs berisi satu fase yakni fase D. fase
D ini mencakup untuk kelas VII, VII, dan IX. Struktur kurikulum SMP/MTs dibagi
menjadi dua antara lain :
a. Pembelajaran intrakurikuler,
b. 25% dialokasikan dalam projek penguatan profil pelajar pancasila dari
total JP per tahun,
(https://s.id/kepmen-kur-mer, diakses pada tanggal 13 Desember 2023).

10
Kurikulum merdeka terdiri dari kegiatan intrakurikuler, P5 (projek penguatan
profil pelajar pancasila), dan ekstrakulikuler. Alokasi jam pelajaran pada struktur
kurikulum dilakukan secara menyeluruh dalam jangka waktu satu tahun. Penerapan
projek penguatan profil pelajar pancasila dilakukan secara fleksibel, baik dengan cara
muatan maupun dalam waktu pelaksanaan. Secara muatan, projek harus memilih pada
capaian profil pelajar pancasila terkait dengan siswa dan tidak dikaitkan dengan capaian
pada mata pelajaran. Secara alokasi waktu, projek ini bisa dilakukan dengan cara
menjumlahkan alokasi jam pelajaran yang terkait dengan projek dari keseluruhan mata
pelajaran, serta penerapan keseluruhan total durasi setiap projek tidak harus sama.
Jadi dalam struktur kurikulum merdeka, JP (jam pelajaran) dibagi menjadi dua
kegiatan pembelajaran yakni mata pelajaran dan alokasi waktu. Alokasi waktu nya
terdiri atas pembelajaran intrakurikuler sebesar 75% dan kokurikuler (pembelajaran
projek penguatan profil pancasila) 25% yang dilaksanakan di luar pembelajaran
intrakurikuler. Apabila dihitung jam pelajaran kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
hanya dalam kelas (intrakulikuler), sebenarnya jam pelajarannya menjadi berkurang
dibandingkan dengan kurikulum 2013. Tetapi selisih dari jam pelajaran dialokasikan
dalam kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila. Kurikulum merdeka pada
jenjang SMP/MTs membuat mata pelajaran TIK (informatika) menjadi mata pelajaran
yang wajib, sedangkan mata pelajaran prakarya dan mata pelajaran seni (seni musik,
seni tari, dan seni rupa) menjadi salah satu mata pelajaran pilihan
(https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wpcontent/unduhan/bukusaku.pdf, diakses pada 13
Desember 2023).
5. Komponen Kurikulum Merdeka Belajar
Kompetensi dalam kurikulum merdeka belajar terdapat 3 aspek yakni
komitmen, kemandirian, dan refleksi. Aspek-aspek tersebut mempunyai keterkaitan
antara satu sama lainnya, saling menguatkan dan berperan penting yang sesuai pada
tahap kematangan dan perkembangan para peserta didik.
a. Aspek komitmen pada tujuan
Aspek ini mempunyai makna peserta didik mengarah pada tujuan dan
pencapaiannya. Peserta didik bersemangat dalam meningkatkan kemampuan
dirinya dalam berbagai bidang. Komitmen dalam merdeka belajar ialah kegigihan
perjalanan yang mengarah pada tujuan dan bermakna bagi diri sendiri.

11
b. Aspek kemandirian
Aspek kemandirian memiliki arti peserta didik bisa mengatur prioritas dalam
pengerjaan. Para siswa bisa menetapkan cara yang sesuai agar dapat bekerja secara
semangat dan berinovasi. Kemandirian ini menjadi salah satu utama yang menjadi
tujuan pendidikan. Maka dari itu, para pendidik tidak harus menciptakan
ketergantungan. Hal tersebut membuat kemandirian guru dan kemandirian para
siswa juga bisa saling mempengaruhi.
c. Aspek refleksi
Aspek refleksi mempunyai makna para siswa menilai dirinya sendiri atas kelebihan
dan kelemahan yang dimiliki. Siswa paham tentang perihal yang perlu ditingkatkan
dan bagaimana melakukannya. Selain itu, siswa bisa mengevaluasi terhadap
kemajuan dan pencapaian dalam dirinya (Najelaa Shihab : 2020).

C. Konsep Mata Pelajaran IPS dalam Kurikulum Merdeka


1. Pengertian mata pelajaran IPS
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) ialah salah satu pelajaran yang diarahkan baik
mulai dari jenjang SD, SMP, sampai dengan SMA. IPS tidak termasuk dalam ilmu
mandiri seperti ilmu-ilmu sosial lainnya, tetapi materi dalam pembelajaran IPS
mempergunakan materi dari ilmu-ilmu sosial yang telah dipilih dan sesuai dengan
tujuan pengajaran dalam pendidikan. Mata pelajaran IPS membahas berbagai isu-isu
sosial yang meliputi seperangkat kejadian, konsep, fakta maupun generalisasi. IPS pada
jenjang SD menerapkan pendekatan yang sesuai dengan ide, sedangkan pada satuan
pendidikan jenjang SMP mempergunakan pendekatan secara terpisah. Mata pelajaran
IPS pada jenjang SMP berisi materi sosiologi, ekonomi, sejarah, dan geografi (Eka
Susanti dan Henni Endayani : 2018).
Menurut para ahli Cokrodikardjo, mendefinisikan ilmu pengetahuan sosial
(IPS) ialah pelaksanaan dari suatu pendekatan interdisipliner ilmu-ilmu sosial yang
terpadu dari berbagai macam cabang-cabang ilmu sosial seperti antropologi budaya,
sosiologi, psikologi, sejarah, geografi, ilmu politik, ekonomi, serta ekologi manusia
yang dirangkap jadi satu untuk instruksional dengan materi yang sederhana supaya
pembelajarannya menjadi lebih mudah (Laila Nurjanah, dkk : 2021). Menurut pusat
kurikulum menyatakan bahwa IPS yaitu mata pelajaran yang berasal dari kehidupan
sosial masyarakat yang dipilih dengan memakai konsep-konsep ilmu sosial untuk

12
kepentingan proses pembelajaran. IPS adalah materi kajian terpadu dari
penyederhanaan, adaptasi dan pemilahan secara terorganisir dari konsep sejarah,
sosiologi, antropologi, geografi, dan ekonomi.
Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial atau disebut dengan IPS yaitu
kombinasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan liberalis (kemanusiaan) antara lain
sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, hukum, budaya dan politik. Pencetusan ilmu
pengetahuan sosial atas dasar dari fenomena dan realitas sosial yang diciptakan dari satu
pendekatan. Pelajaran IPS yang ada di sekolah harus lebih memfokuskan pada segi
pengetahuan, sikap serta keterampilan dari beraneka ragam masalah yang ada di
sekeliling peserta didik (Sapriya : 2009). Pendidikan IPS dihadapkan pada salah satu
upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang berfokus pada sumber daya
manusia, sehingga keberadaan pendidikan IPS bisa mengembangkan konsep
pemahaman dan berpikir kritis. Selain itu, pendidikan IPS diharapkan bisa menciptakan
warga negara yang bertanggung jawab dan bersikap baik atas bangsa dan negara.
2. Karakteristik Pembelajaran IPS
Karakteristik pembelajaran IPS secara akademik diformulasikan sebagai
berikut :
a. IPS ialah kombinasi ilmu dari unsur sejarah, ekonomi, geografi, hukum
dan politik, sosiologi, kewarganegaraan, maupun humaniora, pendidikan,
dan keagamaan.
b. Standar keterampilan dan kompetensi dasar IPS bersumber dari struktur
ilmu sejarah, geografi, sosiologi, dan ekonomi yang diringkas sedemikian
rupa, hingga menjadi tema atau materi pokok bahasan (Ida Astawa : 2017).
3. Tujuan Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS memiliki tujuan dalam meningkatkan bakat siswa supaya
tanggap terkait permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, mempunyai
mental yang positif atas terjadinya berbagai segala kesenjangan, dan membentuk
keterampilan dalam memecahkan setiap permasalahan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari yang mengganggu diri sendiri maupun masyarakat. Menurut NCSS, tujuan
mempelajari IPS yaitu menolong siswa sebagai warga negara dalam membuat
keputusan yang logis berdasar informasi, guna kebutuhan umum maupun publik mulai
dari masyarakat yang demokratis dan beraneka ragam budaya di dunia yang saling
ketergantungan (https://osf.io, Diakses pada tanggal 13 Desember 2023).

13
Tujuan belajar IPS dapat menopang kompetensi warga negara melalui perihal
pengetahuan, proses intelektual serta memiliki kepribadian demokratis yang dibutuhkan
peserta didik untuk dapat berperan aktif dalam kehidupan publik. Menurut BSNP,
pelajaran IPS memiliki tujuan supaya siswa mempunyai keahlian antara lain :
a. Memahami konsep-konsep yang terkait dengan kehidupan masyarakat
maupun lingkungannya.
b. Mempunyai kemampuan dasar untuk berpikir kritis, logis, inkuiri, rasa
ingin tahu, mengatasi permasalahan, dan terampil dalam kehidupan sosial.
c. Mempunyai keterikatan dan pemahaman terhadap nilainilai kemanusian
dan sosial.
d. Mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi, berpartisipasi serta
bersaing dalam masyarakat yang beraneka ragam di tingkat lokal, nasional
maupun global.
Berdasar penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran IPS
mempunyai tujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan, masyarakat maupun lingkungannya, mempunyai
kecakapan yang mendasar dalam berpikir logis dan kritis, terampil dalam kehidupan
sosial, rasa ingin tahu, mempunyai kesadaran dan komitmen terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan. Melalui IPS juga mendidik para siswa menjadi warga negara yang
baik, mempunyai pengetahuan dan sikap peduli sosial yang berguna bagi dirinya
sendiri, masyarakat maupun negara.
4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS
Ruang lingkup keilmuan ini menjadi tujuan dalam mengembangkan dan
mencapai pembelajaran IPS di lingkungan kelas. Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022
terkait tentang standar isi pada Pendidikan anak usia dini, jenjang Pendidikan dasar, dan
jenjang Pendidikan menengah. Hal tersebut dikembangkan melalui ruang lingkup materi
yang sesuai dengan kompetensi lulusan. Ruang lingkup dalam pembelajaran IPS untuk
SMP/Mts terkait pandangan bahwa IPS sebagai materi pembelajaran yang terkait fakta,
konsep, prosedur, dan metakognisi, maka cakupan materinya antara lain :
a. Keruangan, konektivitas antar ruang dan waktu.
b. Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa pra aksara, kerajaan, kolonial,
awal kemerdekaan sampai sekarang.
c. Interaksi, sosialisasi, institusi sosial serta dinamika sosial.

14
d. Kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dan berteknologi di era
global (Kemendikbudristek, Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan
: 2022).

D. Hasil Penelitian Terdahulu


Penelitian ini terkait dengan implementasi kurikulum merdeka belajar dalam
mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Guna mengetahui penelitian yang searah
dengan penelitian ini, pada pemaparan ini akan dijabarkan dari segi persamaan dan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Kasmawati pada tahun 2021 dalam skripsi yang
berjudul “Persepsi Guru dalam Konsep Pendidikan (Studi pada Penerapan
Merdeka Belajar di SMA Negeri 5 Takalar)”. Tujuan penelitian tersebut adalah
untuk mengetahui persepsi dari para guru terkait penerapan merdeka belajar dan
faktor yang menjadi kendala dalam penerapan kurikulum merdeka di SMA
Negeri 5 Takalar. Sementara hasilnya sebagai berikut, bahwa adanya penerapan
kurikulum merdeka ini bisa meningkatkan kemampuan diri karena mendapat
kebebasan dalam kegiatan pembelajaran dan pemahaman dari para guru, peserta
didik dan orang tua sangat minim terkait kurikulum merdeka belajar (Kasmawati
: 2021).
Persamaan skripsi tersebut dengan penelitian ini ialah mengenai kurikulum
merdeka dan menggunakan metode kualitatif. Sedangkan perbedaannya terletak
pada fokus penelitian. Pada penelitian di atas membahas tentang persepsi guru
dalam konsep penerapan kurikulum merdeka. Sedangkan pada penelitian ini
membahas tentang implementasi kurikulum merdeka belajar mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Serta, tempat pelaksaannya juga berbeda
pada penelitian dalam skripsi ini dilaksanakan pada jenjang sekolah SMA,
sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan pada jenjang SMP dan pada
pembelajaran IPS.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Irfana Eka Azzahra, Aan Nurhasanah, dan Eli
Hermawati pada tahun 2022, dengan judul “Implementasi Kurikulum Merdeka
Pada Pembelajaran IPAS di SD Negeri 4 Purwawinangun. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis kurikulum merdeka lebih lanjut dengan
memfokuskan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum

15
merdeka di jenjang sekolah dasar. Sementara hasil dari penelitian ini diharapkan
baik kepala sekolah maupun guru dapat memiliki pemahaman dan
keterampilan yang lebih jelas, sehingga persiapan mengajar, konsep
pembelajaran, dan penilaian dapat sesuai dengan rambu-rambu implementasi
Kurikulum Merdeka (Irfana Eka Azzahra, dkk : 2023).
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini ialah mengenai kurikulum
merdeka dan menggunakan metode kualitatif. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan terletak pada fokus dan lokasi penelitian. Penelitian
ini berfokus pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum
merdeka, sedangkan pada penelitian ini membahas tentang implementasi
kurikulum merdeka belajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Serta, tempat pelaksaannya juga berbeda pada penelitian ini dilaksanakan pada
jenjang Sekolah Dasar pada pembelajaran IPAS, sedangkan pada penelitian yang
penulis lakukan pada jenjang SMP dan pada pembelajaran IPS.

E. Kerangka Berpikir
Perubahan sejumlah kebijakan di bidang pendidikan yang dilakukan oleh
pemerintah, ditujukan untuk memperbaiki pendidikan yang ada di Indonesia agar lebih
baik lagi kedepannya dan agar memenuhi amanat konstitusi yang tertuang dalam batang
tubuh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memberikan jaminan bagi
warga negara untuk mengalami proses pendidikan yang bermakna. Kurikulum merdeka
belajar ini memberikan kebebasan kepada para peserta didik dan guru untuk berinovasi,
memiliki kebebasan dalam merencanakan proses belajar mengajar yang membuat para
peserta didik lebih kreatif, mandiri dan menikmati pembelajaran.
SMP Negeri 1 Kuningan menjadi salah satu sekolah yang sudah menerapkan
kurikulum merdeka untuk peserta didik kelas VII. Pada pelaksanaan kurikulum
merdeka ini dalam pembelajaran IPS masih terdapat permasalahan yang dialami baik
oleh guru maupun peserta didik. Guru masih kesulitan dalam membuat perangkat
pembelajaran dalam bentuk modul dan banyak menggunakan metode ceramah yang
pasti membuat para peserta didiknya menjadi jenuh, bosan hingga bicara sendiri dengan
temannya serta keaktifan siswa masih kurang.
Merdeka belajar menjadi upaya dalam perbaikan pendidikan untuk
memberikan kemudahan dan menyederhanakan materi pada proses pembelajaran.

16
Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan kurikulum tersebut,
guru harus melaksanakan kegiatan proses pembelajaran mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi serta faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam
pelaksanaan kurikulum merdeka. Berikut ini kebijakan baru kurikulum merdeka dalam
pembelajaran IPS yang diuraikan dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Kebijakan baru Kurikulum


Merdeka Belajar

Implementasi Kurikulum Merdeka


Belajar dalam Pembelajaran IPS di
SMP Negeri 1 Kuningan

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

Faktor Pendukung dan


Penghambat

Terlaksananya kurikulum merdeka


belajar yang efektif dan efisien

17
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research), dimana
dalam memperoleh data dari hasil penelitian melalui temuan-temuan data dari lapangan
yang berkaitan dengan masalah yang peneliti bahas. Penelitian kualitatif menjadi
metode penelitian ilmu-ilmu sosial dalam mencari, mengumpulkan, dan menganalisis
data melalui lisan atau tulisan yang berupa kata-kata dari para informan (Afrizal : 2015).
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk memperoleh data maupun
informasi yang mendalam dari informan, sehingga dapat mencapai tujuan penelitian.
Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh data secara mendalam dengan bantuan para
informan dalam suatu kasus, dimana penelitiannya bersifat umum serta bisa
berkembang atau berubah searah dengan situasi yang terjadi di lapangan. Selanjutnya
hasil data yang didapatkan melalui para informan dideskripsikan dalam bentuk tulisan
berupa kalimat atau kata-kata. Oleh karena itu, pendekatan kualitatif yang dipilih
peneliti dapat memperoleh data atau gambaran terkait proses implementasi kurikulum
merdeka dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan secara holistik dan akurat.
Penelitian ini menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif, dimana data
yang dikumpulkan berupa deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat
terkait fakta, sifat dan hubungan dengan peristiwa yang diselidiki (Moh. Nazir : 2014).
Pada penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif karena untuk mengumpulkan
informasi atau data aktual dilakukan secara rinci dari para informan, dengan
menggambarkan, menerangkan maupun menganalisis data guna mendapatkan
kebenaran dan kejelasan situasi dalam implementasi kurikulum merdeka belajar dalam
pembelajaran IPS.

B. Setting Penelitian
Setting penelitian diperlukan guna memperoleh informasi, data, dan keterangan
lainnya yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian. Setting penelitian yang dilakukan
oleh peneliti berada di Sekolah Menengah Pertama Negeri yang berada di kawasan
Kabupaten Kuningan, yaitu SMP Negeri 1 Kuningan. Sekolah ini terletak di Jalan
Siliwangi No. 74 Kuningan. Sekolah tersebut menjadi salah satu sekolah penggerak

18
angkatan 2 yang mewajibkan untuk menerapkan kurikulum merdeka dalam proses
pembelajaran IPS maupun pembelajaran lainnya khususnya untuk kelas VII.

C. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam suatu penelitian,
sebab keutamaan tujuan penelitian yaitu memperoleh data. Apabila peneliti tidak
mengetahui teknik dalam mengumpulkan data, maka peneliti tidak bisa memperoleh
data yang sesuai dengan standar yang sudah diterapkan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan diantaranya adalah :
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pengamatan secara langsung agar memperoleh data yang akurat dan objektif. Pada
dasarnya teknik observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara nyata pada
suatu kejadian atau peristiwa dalam menjawab pertanyaan. Observasi ini memiliki
tujuan utama yaitu mengumpulkan data atau informasi dari berbagai fenomena atau
gejala sosial, baik tindakan atau kejadian, interaksi informan dengan lingkungan, serta
faktor-faktor lainnya yang diamati (Zainal Arifin : 2011).
Pada penelitian ini observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan melihat
dan mengamati secara langsung proses implementasi kurikulum merdeka, kemudian
peneliti mencatat berbagai peristiwa maupun perilaku yang sebenarnya terjadi di SMP
Negeri 1 Kuningan baik dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum,
guru mata pelajaran, dan peserta didik. Penelitian ini menggunakan observasi dengan
bentuk observasi partisipasi pasif (passive participation) ialah seorang peneliti datang ke
tempat aktivitas seseorang yang diamati, tetapi tidak terlibat dalam aktvitas tersebut
(Sugiyono : 2009). Pada proses penelitian ini, peneliti tidak ikut serta dalam proses
kegiatan, namun hanya menjadi pengamat aktivitas pada aktivitas harian yang
dilaksanakan oleh para guru yang menjadi informan. Oleh karena itu, peneliti
melakukan pengamatan pada implementasi kurikulum merdeka belajar pada proses
pembelajaran IPS kelas VII A dan peneliti datang langsung ke SMP Negeri 1 Kuningan
untuk mengamati penerapan kurikulum merdeka.
2. Wawancara
Wawancara merupakan proses dalam berinteraksi atau komunikasi dalam
mengumpulkan data dan informasi, melalui pemberian berbagai pertanyaan yang

19
dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan para narasumber atau
responden (Amir Hamzah : 2019).
Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi secara
mendalam terkait judul yang diangkat pada penelitian. Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur yang sudah termasuk pada
kelompok wawancara mendalam guna memperoleh data atau informasi dari para
narasumber.
Pada penelitian ini, peneliti akan melaksanakan wawancara terlebih dahulu
dengan kepala sekolah sebagai penanggung jawab di SMP Negeri 1 Kuningan secara
langsung untuk meminta izin melaksanakan penelitian terkait implementasi kurikulum
merdeka belajar, kemudian dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru mata
pelajaran IPS, serta peserta didik dari kelas VII A.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan kegiatan yang sudah berlalu berupa gambar,
tulisan, dan dalam bentuk karya seni. Dokumentasi ini dipergunakan untuk
mendapatkan dan memberikan data atau informasi secara langsung dari tempat
penelitian melalui berbagai dokumentasi atau arsip, peraturan, buku, foto atau gambar,
laporan kegiatan dan film dari data yang relevan (Sudaryono : 2017).
Studi dokumen ini menjadi pelengkap penelitian dalam teknik pengumpulan
data observasi dan wawancara. Pada penelitian ini, peneliti mempergunakan artikel,
buku, surat kabar serta jurnal yang relevan dimana di dalamnya berisi informasi terkait
kondisi objektif SMP Negeri 1 Kuningan, seperti gambaran geografis, visi-misi sekolah,
sejarah berdirinya, struktur organisasi atau organisasi tata kelola, data guru dan peserta
didik, kondisi sarana prasarana atau fasilitas, serta data-data kegiatan lainnya pada SMP
Negeri 1 Kuningan. Selain itu, dokumen-dokumen yang dipilih pada penelitian ini
terkait dengan pelaksanaan kurikulum merdeka belajar, Alur Tujuan Pembelajaran
(ATP), modul ajar, program pembelajaran dan dokumen lainnya yang bisa dijadikan
referensi dalam pembelajaran IPS yang ada di SMP Negeri 1 Kuningan.
Adapun pengumpulan sumber data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua
cara, yakni sebagai berikut :
1. Data primer
Data primer menjadi data yang utama dan mendasar dalam melakukan
penelitian. Sumber data primer ialah sumber data yang secara langsung memberikan

20
data kepada pengumpul data (Sugiyono : 2009). Sumber data ini diperoleh dari para
narasumber atau informan utama yang memberikan berbagai informasi terkait situasi
dan kondisi pada lokasi penelitian. Berbagai narasumber atau informan dipilih berdasar
pada kebutuhan dalam penelitian yang kaitannya dengan judul penelitian.
Pada penelitian ini, menggunakan sumber data primer dengan datang langsung
ke lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Kuningan, karena memang peneliti sendiri adalah
guru di sekolah tersebut. Kedatangan dilakukan untuk bertemu dengan narasumber yaitu
dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran IPS serta peserta
didik. Informasi ini dilakukan dengan pengamatan maupun wawancara secara langsung
sebagai bahan untuk menambah atau menyusun informasi yang sudah dibutuhkan.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari sumber data yang secara tidak langsung dapat
memberikan data bagi peneliti. Data sekunder ini peneliti gunakan sebagai referensi
tambahan, guna melengkapi informasi dalam penelitian ini. Adapun sumber data
sekunder dari penelitian ini yaitu berkas-berkas yang dimiliki oleh guru IPS maupun
sekolah yang kaitannya dengan kurikulum merdeka.

D. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk memahami struktur pada fenomena yang terjadi
di lapangan yang dilaksanakan dengan cara menelaah terkait peristiwa yang terjadi
secara keseluruhan. Analisis data pada penelitian kualitatif dilaksanakan mulai dari
sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan hingga setelah selesai di lapangan.
Tetapi dalam pengumpulan data penelitian kualitatif, analisis data lebih memfokuskan
selama proses yang terjadi di lapangan secara langsung dengan wawancara dan setelah
selesai dalam pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan analisis data model
interaktif Miles dan Huberman, dimana langkah-langkah teknik analisis datanya sebagai
berikut :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merujuk pada kegiatan yang diperoleh dengan datang
langsung ke tempat penelitian dan dilakukan dengan cara wawancara kepada informan,
observasi dan dokumentasi terkait implementasi kurikulum merdeka belajar dalam
pembelajaran IPS di kelas VII A SMP Negeri 1 Kuningan.

21
2. Reduksi data
Reduksi data merujuk pada kegiatan merangkum, memilah hal-hal yang
esensial, memfokuskan pada pentingnya permasalahan, serta mencari tema dan pola
yang penting. Reduksi data mempunyai fungsi untuk mengasah, mengelompokkan,
memfokuskan, membuang yang tidak diperlukan dan disusun agar penjelasannya bisa
ditarik (Basrowi dan Suwandi : 2008). Data yang sudah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan kemudahan bagi para peneliti dalam mengumpulkan data
selanjutnya.
Tahapan reduksi data ini dilakukan dengan menganalisis secara menyeluruh
informasi yang diperoleh dari lapangan, yakni mengenai implementasi kurikulum
merdeka dalam proses pembelajaran IPS di kelas VII A SMP Negeri 1 Kuningan mulai
dari proses perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian. Sehingga diperoleh jawaban
dari rumusan masalah pada objek yang diteliti. Kegiatan reduksi data dilakukan dengan
mengumpulkan data maupun informasi melalui kegiatan mencatat hal-hal yang penting
selama kegiatan observasi, wawancara dan kajian dokumentasi, supaya data tersebut
memberikan gambaran yang jelas dan kemudahan bagi peneliti dalam memilah data.
3. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka dilanjutkan dengan menyajikan data. Penyajian
data mencakup gabungan dari berbagai informasi yang memberikan kemungkinan
dalam menarik kesimpulan dan mengambil tindakan. Bentuk penyajian data antara lain
berupa matriks, teks naratif, bagan, grafik dan jaringan yang bertujuan agar
mempermudah dalam membaca dan menarik kesimpulan (Basrowi dan Suwandi :
2008). Pada penelitian ini, data dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi
dengan para informan disajikan dalam bentuk teks yang sifatnya naratif.
4. Penyimpulan dan verifikasi
Langkah selanjutnya yaitu menarik kesimpulan dan verifikasi guna
mendapatkan bukti-bukti yang diperlukan dalam menjawab fokus permasalahan
penelitian.

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
SMP Negeri 1 Kuningan merupakan Sekolah Menengah Pertama yang
berstatus negeri dibawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah
Kabupaten Kuningan. Sekolah dengan alamat di jalan Siliwangi nomor 74 ini berada di
pusat kabupaten dan berada dekat dengan Kantor Bupati Kabupaten Kuningan. Sekolah
ini memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Berdasarkan bukti dokumen eigendom
Nomor : 5238 Tahun 1928 Sr. Ukur No. 15 Tanggal 26 – 2 – 1938, SMP Negeri 1
Kuningan didirikan pada tahun 1918. Sebagian bangunan merupakan bekas peninggalan
kolonial Belanda, yakni masing-masing empat ruang kelas di sebelah utara dan selatan,
serta 1 aula bawah yang masih dipertahankan struktur keasliannya sampai dengan
sekarang. Kemudian berdasarkan bukti Surat Putusan Menteri Pendidikan, Pengajaran
dan Kebudayaan RI Nomor : 2160/BIP tanggal 23 Juli 1951, maka SMP Negeri 1
Kuningan mulai beroperasi secara resmi pada tahun 1951 dengan kepala sekolah pada
saat itu ialah Bapak Setia Miharja (https://www.kuninganoke.com/2022/06/smpn-1-
kuningan-didirikan-tahun-1918.html).
SMP Negeri 1 Kuningan memperoleh akreditasi sekolah “A” pada tahun 2021
dan memiliki tenaga guru yang berjumlah 48 orang, 41 diantaranya guru tetap
(PNS/P3K), 7 diantaranya guru tidak tetap. Dibantu oleh tenaga tata usaha yang
berjumlah 13 orang, 7 orang diantaranya berstatus PNS/P3K dan 6 orang berstatus tidak
tetap. SMP Negeri 1 Kuningan merupakan salah satu sekolah penggerak angkatan 2
yang ada di Kabupaten Kuningan, sehingga ada kewajiban untuk mengimplementasikan
kurikulum merdeka yang dalam proses pembelajarannya terdapat tambahan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) untuk peserta didik (Dokumen profil SMP
Negeri 1 Kuningan, 2023/2024).
Dalam menjalankan manajemen untuk mencapai visi bersama, memudahkan
kinerja serta melancarkan proses pembelajaran, SMP Negeri 1 Kuningan membentuk
tim kerja yang tersusun dalam struktur organisasi. Hal tersebut dilakukan menegaskan
dan menjelaskan garis kerja yang bertanggung jawab. Struktur organisasi yang
dimaksud tersusun sebagai berikut :

23
Tabel 4.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Kuningan
Tahun Pelajaran 2022/2023

Kepala Sekolah

H. Adang Kusdiana, M.Pd.

Wakabid Kurikulum Wakabid Kesiswaan Wakabid Sarpras

Hamduli, S.IP., S.Pd., M.Pd. H. Mohammad Sidi, M.Pd. H. Ahmad Nurdin, M.Pd.
Wahyu Husen Derajat, S.Pd. Budi Santosa, M.Pd. Hendrayanto, S.Kom.

Wakabid Humas Wakabid Lingkungan

Hj. Neni Triana, S.Pd. Deni Herdiana, M.Pd.


Ade Suarsa, S.Pd. Satum, S.Pust.

Tata Usaha

Bendahara Gaji Bendahara BOS Kepegawaian

Nani Sumarni, S.E. Enin Sulasmini, S.E. Dewi Maya, S.Pd.

Kesiswaan Pustakawan Sarana Prasarana

Uswatun Hasanah Satum, S.Pust. Dodi Sudiono

Satpam Kebersihan

Asep Gunawan Ari Koesnandar


Tata Mas’ud
(Dokumen profil SMP Negeri 1 Kuningan, 2023/2024)

SMP Negeri 1 Kuningan memiliki visi dan misi yang dirumuskan sebagai
berikut. Visi sekolah “Terwujudnya Lulusan Yang Berbudaya, Agamis, Berwawasan
Global, Unggul dan Sehat”, dengan indikator penjabaran visi sebagai berikut :
24
1. Sopan, Santun, dan Salam terhadap warga sekolah.
2. Kepedulian terhadap lingkungan sekolah yang bersih.
3. Taat pada tata tertib sekolah.
4. Aktif dan kreatif dalam pengamalan ajaran agama di sekolah.
5. Memiliki rasa kepedulian terhadap sesama warga sekolah.
6. Mengikuti perkembangan kemajuan media informasi dalam pembelajaran di
sekolah.
7. Terbuka dalam menerima perbedaan di lingkungan sekolah.
8. Peduli dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat.
9. Mengembangkan pola hidup sehat jasmani dan rohani warga sekolah.
Sementara misi sekolah sebagai berikut :
1. Mewujudkan peserta didik yang berbudaya mandiri dan gotong royong.
2. Mewujudkan peserta didik yang agamis dengan beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia.
3. Mewujudkan peserta didik yang berwawasan global dengan menyadari prinsip
kebhinnekaan.
4. Mewujudkan peserta didik yang unggul dalam kreatifitas dan bernalar kritis.
5. Mewujudkan peserta didik sehat jasmani dan rohani.
Sedangkan tujuan sekolah dalam 5 tahun ke depan, terhitung mulai tahun 2020
sampai dengan 2025 adalah sebagai berikut :
1. Memfasilitasi terwujudnya peserta didik yang memiliki jiwa mandiri dan
menghargai nilai – nilai gotong royong.
2. Mendorong pelaksanaan berbagai kegiatan yang dapat mewujudkan peserta didik
yang agamis, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.
3. Memberikan motivasi kepada peserta didik guna menyadari nilai kebhinnekaan di
dalam lingkungan masyarakat global.
4. Memberikan layanan kegiatan pengembangan minat dan bakat, dalam mewujudkan
peserta didik yang unggul dalam kreatifitas dan bernalar kritis.
5. Menunjukkan keteladanan dalam mewujudkan peserta didik yang sehat dalam
pikiran, perkataan, dan perbuatan.
(Dokumen profil SMP Negeri 1 Kuningan, 2023/2024)
Berdasarkan kajian terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah, SMP Negeri 1
Kuningan berupaya menyelaraskan lulusan dengan proses implementasi kurikulum

25
merdeka dalam kaitannya dengan pencapaian projek penguatan Profil Pelajar Pancasila
(P3). Dimana peserta didik memiliki karakter yang mencerminkan dimensi profil
beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebhinnekaan global,
mandiri, gotong royong, kreatif, dan bernalar kritis.
Berdasarkan hasil temuan di sekolah yang dilaksanakan oleh penulis terkait
implementasi kurikulum merdeka belajar di SMP Negeri 1 Kuningan yang
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan
dokumentasi, berikut adalah hasil temuan data penelitian.
1. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam Mata Pelajaran IPS di
SMP Negeri 1 Kuningan
Kurikulum merdeka belajar adalah kurikulum kebijakan baru di Indonesia yang
dibuat oleh Kemendikbud, dalam kurikulum ini terdapat perbedaan dari kurikulum
sebelumnya yakni adanya projek penguatan Profil Pelajar Pancasila (P3). SMP
Negeri 1 Kuningan menjadi salah satu sekolah penggerak angkatan 2, sehingga
kegiatan belajar mengajar sudah mulai mengimplementasi kurikulum merdeka
belajar sejak tahun pelajaran 2022/2023 bagi peserta didik kelas tujuh. Oleh karena
itu, tahun pelajaran 2023/2024 sekarang merupakan implementasi kurikulum
merdeka belajar yang menginjak tahun kedua.
Adanya penerapan kurikulum merdeka, proses pembelajaran bagi setiap
peserta didik dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dan karakternya. Pada masa
sekarang, teknologi semakin canggih sehingga peserta didik dapat menggunakan
teknologi tersebut sebagai projek yang diberikan oleh guru, dengan berbagai macam
konten yang dibuat siswa terkait dengan materi pembelajaran. Implementasi
kurikulum merdeka sudah sesuai dengan kebijakan yang dibuat pemerintah dan
proses pembelajarannya telah berdiferensiasi, sehingga proses pembelajaran lebih
berpusat pada peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan paparan Bapak Hamduli
selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum.
Proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Kuningan sudah mengimplementasikan
kurikulum merdeka belajar untuk semua mata pelajaran terutama kegiatan
pembelajaran IPS. Kurikulum merdeka belajar yang sudah diimplementasikan di
SMP Negeri 1 Kuningan berjalan dengan baik meskipun belum sepenuhnya optimal
karena proses penerapannya dilakukan secara bertahap per tingkatan kelas.
Penerapan kurikulum merdeka belajar dalam mata pelajaran IPS mempergunakan

26
berbagai macam metode pada kegiatan pembelajaran di kelas. Metode tersebut
diantaranya adalah model ceramah yang tidak bisa ditinggalkan, metode inkuiri,
kemudian model cooperative jigsaw, dan model berdiferensiasi.
Pada pembelajaran IPS di kurikulum merdeka ini membuat para siswa diajak
untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pelajaran biasa maupun pada saat membuat
projek penguatan Profil Pelajar Pancasila. Alokasi waktu kegiatan intrakurikuler
mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan yaitu selama 4 jam pelajaran dalam
satu minggu. Terdapat berbagai kegiatan dalam penerapan kurikulum merdeka
belajar yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan,
antara lain sebagai berikut :
a. Persiapan guru mata pelajaran IPS dalam implementasi kurikulum
merdeka
Implementasi kurikulum merdeka sebelum dilaksanakan dalam proses
pembelajaran pada setiap tahun pelajaran baru, guru mata pelajaran IPS
mempersiapkan berbagai perihal yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Mulai dari kesiapan guru IPS dalam memulai pembelajaran, perangkat
pembelajaran, dan media pembelajaran. Pembelajaran yang berbasis kurikulum
merdeka perlu untuk diperhatikan, karena kurikulum ini terdapat perubahan
dengan kurikulum sebelumnya. Persiapan yang dilakukan oleh para guru IPS
antara lain sebagai berikut :
1. Mengikuti pelatihan
Para guru di SMP Negeri 1 Kuningan mempersiapkan
implementasi kurikulum merdeka belajar dengan mengikuti pelatihan-
pelatihan yang telah diadakan pemerintah melalui webinar atau
pembelajaran secara mandiri melalui platform merdeka mengajar, maupun
kegiatan yang difasilitasi dari sekolah. Mulai dari pelatihan dalam
menyusun Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP), cara
menyusun perangkat pembelajaran modul ajar, dan terkait dengan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Hal tersebut dilakukan supaya para
guru dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam mengikuti
perkembangan kurikulum merdeka dengan belajar secara bersama-sama.

27
2. Menyusun perangkat pembelajaran
Selain mengikuti pelatihan-pelatihan yang diberikan sekolah
maupun pemerintah, guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan
dalam implementasi kurikulum merdeka belajar menyiapkan berbagai
perangkat pembelajaran untuk menunjang proses belajar, tahap ini menjadi
tahap awal desain perencanaan yang dibuat oleh guru. Perangkat
pembelajaran yang dibuat meliputi alur tujuan pembelajaran (ATP), modul
ajar, bahan ajar, dan dokumen pendukung lainnya seperti buku nilai.
b. Pelaksanaan pembelajaran IPS yang berbasis kurikulum merdeka
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di sekolah terkait implementasi
pembelajaran IPS yang berbasis kurikulum merdeka di SMP Negeri 1 Kuningan
terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berikut proses
pembelajaran IPS di kelas VII A yang dilakukan oleh Ibu Leta Wulan Dari, S.Pd
selaku guru mata pelajaran IPS yang berbasis kurikulum merdeka.
1. Kegiatan awal
Sebelum memulai pembelajaran, guru menyiapkan modul yang
sudah dibuat sesuai dengan ketentuan implementasi kurikulum merdeka
terkait materi yang diajarkan untuk peserta didik. Masuk ruang kelas dengan
menyapa peserta didik dan mengenali karakter setiap peserta didik serta
kesiapannya dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut dilakukan
oleh guru IPS dengan memberikan arahan bagi peserta didik agar
mendengarkan gurunya saat menjelaskan materi.
2. Kegiatan inti
Pada proses pembelajaran dalam kegiatan inti yang dilaksanakan
oleh guru IPS di SMP Negeri 1 Kuningan sudah berjalan cukup baik
meskipun belum optimal, guru masih merasa kurang percaya diri dalam
melakukan implementasi kurikulum merdeka belajar dalam pembelajaran
IPS. Selain melaksanakan pembelajaran intra, guru IPS juga memandu
peserta didik dalam membuat projek penguatan Profil Pelajar Pancasila
yang sudah diagendakan oleh pihak sekolah. Hal tersebut senada dengan
penuturan dari guru pengajar IPS.
Pada pembelajaran IPS yang berbasis kurikulum merdeka
memberikan kebebasan bagi peserta didik agar tidak tertekan dalam belajar.

28
Sehingga bapak/ibu guru menggunakan berbagai metode dalam
pembelajaran untuk menarik para peserta didik saat mendengarkan materi.
Metode yang digunakan diantaranya yakni metode ceramah. Namun, guru
dalam menyampaikan materi melakukan modifikasi dengan
mempergunakan berbagai media pembelajaran atau cara lainnya seperti ice
breaking. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik tidak bosan dan
mengantuk dalam mengikuti pembelajaran IPS.
Selain menggunakan metode ceramah, guru menggunakan metode
Project Based Learning. Pendekatan ini dilakukan dengan pembelajaran
yang mempergunakan projek atau kegiatan yang menjadi media, sehingga
sesuai dengan kurikulum merdeka yang terdapat kegiatan membuat projek
sebagai penguatan profil pelajar yang sesuai dengan pancasila. Para peserta
didik melakukan berbagai cara untuk membuat berbagai bentuk dari hasil
belajar dalam proses pembelajaran IPS. Proses pembelajaran dengan metode
PBL memberikan kesenangan tersendiri dan dorongan bagi peserta didik
dalam menumbuhkan kreativitas, tanggung jawab, mandiri, dan berpikir
kritis.
Kegiatan pembelajaran pastinya membutuhkan sumber dan media
pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran. Proses belajar IPS di
SMP Negeri 1 Kuningan menggunakan buku paket yang telah disediakan
sekolah dan lembar kerja siswa (LKS). Sumber lainnya juga menggunakan
HP peserta didik untuk mencari lebih banyak informasi dari internet yang
terkait dengan materi yang telah diberikan guru dan video pembelajaran dari
YouTube. Dengan adanya sumber belajar bagi siswa maupun guru membuat
produktivitas dalam proses pembelajaran menjadi meningkat.
Saat pembelajaran berlangsung, guru IPS melakukan tanya jawab
dengan memberi beberapa soal singkat terkait materi yang akan atau sudah
dipelajari peserta didik. Hal tersebut dilakukan untuk mengingatkan memori
dan pemahaman peserta didik. Tidak hanya untuk menggali pemahaman,
tetapi juga mengajari peserta didik untuk lebih berani berpendapat dengan
mengacungkan tangan ke atas terlebih dahulu.

29
3. Kegiatan penutup
Pada akhir pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan, guru
melakukan refleksi atau kegiatan dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan bagi peserta didik supaya memberikan umpan balik dengan
menjawab dari pertanyaan yang telah diberikan. Hal tersebut dilakukan
untuk mengukur pemahaman para peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran. Sebelum menutup kegiatan pembelajaran, guru IPS
menyimpulkan hasil belajar dari materi tertentu bersama peserta didik.
Adanya kesimpulan tersebut membuat siswa mengingat kembali materi
yang telah dipelajari.
Selain kegiatan intrakurikuler, terdapat juga kegiatan projek sebagai
penguatan profil pelajar Pancasila bagi peserta didik. Supaya menjadi pelajar
generasi penerus bangsa yang mempunyai keterampilan global dan memiliki
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila. SMP Negeri 1 Kuningan sudah
mencoba untuk menerapkan profil pelajar Pancasila dalam setiap mata pelajaran
maupun projek. Untuk penguat profil pelajar Pancasila, sekolah memasukkannya
pada projek-projek yang dibuat oleh para peserta didik. Sehingga proses belajar
peserta didik beragam dan produk-produk yang dihasilkan juga beraneka ragam,
misal ada berupa makanan, minuman, video konten, sabun, gerakan senam dan
lainnya.
Adanya pembelajaran dengan kurikulum merdeka, membuat para peserta
didik menyukai karena memberikan kebebasan bagi peserta didik dalam
berkreativitas, berpendapat, berinovasi yang sesuai dengan minatnya.
Pelaksanaan kurikulum merdeka juga membuat peserta didik menjadi berani
dalam hal sikap untuk tampil ke depan dalam persentasi maupun berani untuk
berpendapat. Implementasi kurikulum merdeka di SMP Negeri 1 Kuningan
membuat peserta didik menjadi generasi muda yang mandiri, bernalar kritis dan
kreatif berinovasi sesuai dengan minat dan bakatnya.
Pada pembelajaran yang menerapkan kurikulum merdeka khususnya
pelajaran IPS, guru juga mengintegrasikan penerapan profil pelajar Pancasila
sebagai upaya pendidikan karakter pada proses belajar di dalam kelas. Materi
IPS untuk kelas VII ini diaplikasikan pada lingkungan sekitar, sehingga guru
menerapkan kesabaran, kerja sama dan pemahaman para siswanya untuk peduli

30
dengan lingkungan sekitar maupun sesama manusia. Kegiatan yang dilakukan
guru IPS untuk membentuk profil pelajar Pancasila dilakukan dengan penugasan
kelompok dan mandiri. Dari kegiatan yang dilakukan, peserta didik dapat
bergotong-royong dengan teman, berpikir kritis dan kreatif yang sesuai dengan
ciri dalam dimensi profil pelajar Pancasila. Peserta didik juga sudah memahami
indikator yang terdapat dalam profil pelajar Pancasila. Terkait projek yang
dilakukan peserta didik untuk memperdalam materi mata pelajaran IPS yang
telah dipelajari yakni membuat gambar dan mewarnainya peta Indonesia yang
dilakukan secara berkelompok.
Proses pembelajaran IPS yang menerapkan kurikulum merdeka bisa
menjadi efektif maupun tidak efektif, tergantung pada proses pembelajarannya.
Sehingga para guru tidak hanya memberi dan menjelaskan materi IPS, tetapi
juga bisa memberikan dan menerapkan penguatan karakter yang baik bagi
peserta didiknya serta memberikan motivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran sehari-hari.
c. Evaluasi atau Penilaian Pembelajaran IPS yang Berbasis Kurikulum
Merdeka
SMP Negeri 1 Kuningan melakukan evaluasi atau penilaian pembelajaran
secara mandiri dengan memanfaatkan portal penilaian secara online. Portal
tersebut merupakan kreasi dari pengembangan salah seorang guru SMP Negeri 1
Kuningan. Dengan portal penilaian secara mandiri, guru dan peserta didik dapat
mengaksesnya kapan dan di mana saja selama mendapatkan akses secara resmi
dari sekolah berupa akun. Setiap guru dan peserta didik memiliki akun yang
disediakan oleh sekolah.
Terkait evaluasi implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran
IPS, guru IPS SMP Negeri 1 Kuningan melakukan evaluasi atau penilaian pada
proses pembelajaran secara formatif dan setelah selesai materi pembelajaran
sumatif. Penilaian secara formatif adalah penilaian yang dilakukan dengan
tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan oleh
guru IPS sepanjang proses pembelajaran, dan harapannya dapat dijadikan
sebagai umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Sementara
penilaian sumatif adalah proses penilaian yang dilakukan pada akhir periode
pembelajaran, misalnya akhir suatu materi pembelajaran, akhir semester atau

31
akhir tahun pelajaran. Fokus penilaian sumatif yang dilakukan oleh guru IPS di
SMP Negeri 1 Kuningan menekankan pada hasil atau pencapaian akhir siswa
dalam materi pembelajaran. Hal ini sejalan dengan regulasi yang dikeluarkan
oleh pemerintah terkait standar penilaian dalam implementasi kurikulum
merdeka, yakni Permendikbudristek Nomor 21 tahun 2022.
Sedangkan bentuk penilaian lain yang dilakukan oleh guru IPS dalam
pembelajaran yakni refleksi, dimana peserta didik diberi kesempatan untuk
memberikan umpan balik baik berupa saran maupun kritik terkait dengan cara
guru dalam mengajar di kelas. Adanya umpan balik dari peserta didik menjadi
tolok ukur bagi guru dalam mengajar. Sehingga dalam pertemuan berikutnya
dapat mengajar dengan lebih teliti dan baik.
Adanya implementasi kurikulum merdeka di SMP Negeri 1 Kuningan ini
membuat kreativitas maupun hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.
Pada kurikulum merdeka memberikan kebebasan pada peserta didik, sehingga
dalam proses belajar maupun penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru
membuat peserta didik menjadi lebih kreatif. Hal tersebut dapat dilihat pada
produk tugas yang beraneka ragam sesuai dengan potensi peserta didik. Selain
itu, implementasi kurikulum merdeka membuat peserta didik menjadi lebih
kreatif dan berani dalam menyampaikan pendapat.

2. Faktor pendorong dan penghambat implementasi kurikulum merdeka


dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan
Implementasi kurikulum merdeka belajar dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 1 Kuningan, terdapat berbagai faktor pendorong maupun faktor penghambat
dalam pelaksanaannya yakni sebagai berikut.
a. Faktor Pendorong
Implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran di SMP Negeri 1
Kuningan mendapat dukungan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Kuningan. Hal tersebut karena sekolah ini menjadi sekolah
penggerak yang memang harus mendapat dukungan dari pemerintah daerah.
Orang tua atau Wali murid dari peserta didik melalui Komite Sekolah juga
memberikan dukungan untuk penerapan kurikulum merdeka yang berupa tenaga,
gagasan dan partisipasi keuangan.

32
Para guru di sekolah juga menjadi pendorong dalam implementasi
kurikulum merdeka, sebab kurikulum merdeka merupakan suatu kebijakan baru
yang harus dijalankan, sehingga membuat guru-guru harus penuh dengan
kreativitas dalam mengajar peserta didik. Dukungan wadah komunitas belajar
disediakan bagi para guru yang ada di sekolah dalam upaya untuk memberikan
fasilitas terbaik bagi para guru, supaya bisa saling berbagi dan berkarya bersama
diantara para guru terkait pembelajaran yang berbasis kurikulum merdeka.
Sehingga dapat terjadi proses pengembangan diri dengan bantuan rekan sejawat,
guna meningkatkan kompetensi pembelajaran saat mengajar di kelas.
Di SMP Negeri 1 Kuningan juga terdapat guru penggerak yang berasal dari
Program Pendidikan Guru Penggerak angkatan 3 dan 8 sebanyak 5 orang.
Dimana keberadaan mereka diharapkan bisa memberikan kontribusi berupa
motivasi bagi guru lainnya. Dengan adanya kolaborasi belajar antara guru-guru
penggerak maupun belum penggerak bisa saling bekerja sama dan bertukar
pikiran terkait proses pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada
pengalaman belajar peserta didik yang menyenangkan dengan menggunakan
media tertentu. Hal ini dilakukan supaya membuat peserta didik menjadi kreatif,
inovatif, dan lebih mandiri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran IPS yang menerapkan kurikulum merdeka membuat peserta
didik menjadi termotivasi, karena proses pembelajarannya yang lebih merdeka
dan memberikan kesempatan untuk bisa mengetahui maupun untuk
meningkatkan minat dan bakat yang dimiliki peserta didik. Semula peserta didik
belum mengetahui minat dan bakatnya, namun sekarang selama implementasi
kurikulum merdeka memberikan peserta didik SMP Negeri 1 Kuningan diberi
kesempatan untuk mengetahui dan mengembangkan minat bakatnya. Hal
tersebut memotivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran sebab diberi
kebebasan mulai dari pemberian tugas ataupun lainnya yang dapat diselesaikan
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki.
Berdasarkan fasilitas pembelajaran mulai dari buku paket utama, LKS,
buku-buku penunjang, LCD, atau lainnya yang terkait dengan pembelajaran IPS
sudah tersedia dengan baik untuk para guru dan para peserta didik dalam
mendukung pembelajaran di ruang kelas. Melalui buku paket maupun LKS yang
berbasis kurikulum merdeka bisa menjadi referensi, memberi arahan dalam

33
proses pembelajaran IPS. Apabila tidak terdapat informasi dalam buku paket,
bisa mencari tambahan referensi yang ada di internet guna melengkapi
pengetahuan terkait materi IPS yang diajarkan guru.
b. Faktor Penghambat
Selain faktor pendorong terdapat juga penghambat dalam implementasi
kurikulum merdeka di SMP Negeri 1 Kuningan, mulai dari pihak guru sampai
dengan peserta didik. Beberapa guru terutama yang senior di SMP Negeri 1
Kuningan menjadi faktor penghambat karena belum terbiasa dengan perubahan
kurikulum, kurang berpengalaman dan harus mengubah pemikiran kalau
pembelajaran yang berbasis kurikulum merdeka memberikan kebebasan bagi
para peserta didik untuk belajar dan mengerjakan tugas sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki peserta didik. Pembelajaran yang berbasis kurikulum
merdeka mendorong para guru menanyai para peserta didik yang mempunyai
kesulitan atau kekurangan dalam perihal mengikuti pembelajaran, sehingga para
guru tidak memarahi peserta didik.
Selain tenaga pendidik, peserta didik juga dapat menjadi penghambat
dalam implementasi kurikulum merdeka di sekolah ini, karena jumlah peserta
didik dalam satu kelas yang cukup banyak yakn 38 orang per kelas. Kondsi
tersebut membuat para guru tidak dapat memahami kondisi anak satu dengan
yang lain. Para guru mata pelajaran tidak dapat membimbing dan melayan
peserta ddik satu per satu secara optmal karena setiap harinya mengajar di kelas
yang berbeda, sehingga membuat peserta didik tidak dapat sepenuhnya
mendapatkan bimbingan secara individual dalam pembelajaran yang berbasis
kurikulum merdeka.
Faktor penghambat lainnya yakni berasal dari faktor kemampuan peserta
didik SMP Negeri 1 Kuningan yang belum muncul kreativitasnya maupun
belum berani tampil, hal ini membuat para guru merasa perlu untuk menggugah
dan membimbing dengan cara pelan agar peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik. Dalam proses pembelajaran IPS kemampuan para
peserta didik tidak merata, karena setiap peserta didik memiliki kemampuan di
bidangnya masing-masing. Kemampuan peserta didik yang mengikuti
pembelajaran IPS ada yang sudah memahami materi yang diajarkan guru, namun

34
ada juga peserta didik yang kemampuannya tidak sama dengan temannya karena
sulit memahami materi yang dijelaskan oleh guru.
Alokasi waktu juga menjadi salah satu penghambat dalam implementasi
kurikulum merdeka dalam pelajaran IPS. Dengan adanya projek penguatan
profil pelajar pancasila (P5), guru-guru IPS harus terlibat dalam melaksanakan
projek yang telah dibuat sekolah bagi peserta didik. Adanya kegiatan projek
sebagai upaya penguatan profil pelajar pancasila yang dilaksanakan dengan
mengambil 1 jam pelajaran atau sistem blok dalam tiap semester, proses
pembelajaran menjadi berkurang dalam alokas waktu tahunan. Hal tersebut
membuat kegiatan pembelajaran tidak berjalan secara maksimal dan para guru
harus mempergunakan waktunya sebaik mungkin untuk menjelaskan materi bagi
peserta didiknya.
Kurangnya referensi dalam proses pembelajaran menjadi penghambat juga
dalam penerapan kurikulum merdeka. Informasi dari bahan ajar cetak seperti
buku paket dan buku penunjang lainnya, isinya tidak sama dan kurang lengkap
sehingga peserta didik maupun para guru kesulitan untuk mencari informasi
akurat terkait dengan pembelajaran IPS. Dalam hal ini menjadi tanggung jawab
para guru IPS untuk membimbing dan mengarahkan materi pembelajaran
dengan cara memberikan informasi yang memudahkan untuk dipahami bagi para
peserta didik.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil sajian data peneltian yang telah dipaparkan terkait dengan
implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan,
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, guna memperoleh data-data dengan
melakukan analisa data dalam menguraikan lebih lanjut hasil penelitian. Berikut adalah
penjelasan hasil dari analisis data dengan menggunakan metode kualitatif.
1. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam Mata Pelajaran IPS di
SMP Negeri 1 Kuningan
Berdasar pada Surat Edaran No. 0574/H.H3/SK.02.01/2023, merespon
Keputusan Mendikbudristek Republik Indonesia Nomor 262/M/2022 terkait
perubahan atas keputusan sebelumnya yakni Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman
Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Satuan pendidikan

35
dapat melakukan implementasi kurikulum merdeka secara bertahap sesuai
kesiapannya.
Hal ini mempunyai tujuan guna memperbaiki proses pembelajaran pasca
pandemi melalui penerapan kurikulum merdeka. Hal tersebut sebagai bentuk
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Penerapan kurikulum merdeka
memberikan keleluasaan yang salah satunya yakni satuan pendidikan dberikan
akses pengembangan kurikulum dengan keberagaman prinsip yang sesuai dengan
situasi pendidikan, kebutuhan peserta didik dan potensi daerah. Kurikulum merdeka
dibentuk sebagai upaya dari pemerintah guna mengatasi krisis pembelajaran yang
dihadapi selama masa pandemi. Krisis tersebut dijumpai dengan hasil belajar
peserta didik yang rendah, bahkan pada hal yang esensial seperti literasi membaca.
Kurikulum merdeka pada implementasinya memberikan kesempatan berpikir
dan berkreativitas baik bagi guru maupun peserta didik dalam kegiatan belajar yang
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan gagasan
merdeka belajar Ki Hadjar Dewantara, bahwa esensi dari merdeka belajar adalah
kebebasan dalam berpikir yang tertuju pada murid, sehingga dapat mengeksplorasi
pengetahuan dari lingkungannya. Pendidik dalam mendidik para peserta didiknya
dilakukan dengan cara among dan memegang tiga semboyan pendidikan, yakni Ing
Ngarsa Sung Tulodho (dimuka memberi contoh), Ing Madya Mangun Karso (di
tengah membangun cita-cita), Tut Wuri Handayani (mengikuti dan
mendukungnya). Hal tersebut dilakukan para pendidik dalam mendidik peserta
didik dengan jiwa-jiwa kekeluargaan, berdasar pada kodrat, dan kemerdekaan.
Gagasan tersebut memperlihatkan keadaan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru dengan memberikan kebebasan bagi peserta didik dalam berpikir
maupun berkreativitas, sehingga hasil dari proses pembelajarannya menghasilkan
produk-produk yang beraneka ragam sesuai dengan minat dan bakat dari peserta
didik. Pada proses pembelajaran para guru juga mengajar dengan menuntun penuh
kasih sayang, tidak menuntut dengan perintah atau paksaan, menjadi figur dalam
memimpin kegiatan pembelajaran yang baik dengan memberikan kemerdekaan
belajar bagi siswa serta menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya. Selain itu, guru
juga harus memberikan semangat dan dorongan moral bagi peserta didik untuk
menjadi siswa yang lebih baik. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik dapat

36
leluasa dalam belajar, mendorong sikap untuk lebih percaya diri dan berani serta
mempunyai moral yang sesuai dengan profl pelajar pancasila.
SMP Negeri 1 Kuningan merupakan salah satu sekolah negeri menengah
pertama yang menjadi sekolah penggerak di Kabupaten Kuningan. Sekolah ini
sudah mengimplementasikan kurikulum merdeka, karena termasuk sekolah
penggerak yang diwajibkan untuk menerapkan kurikulum merdeka. Sekolah ini
mulai menerapkan kurikulum merdeka pada tahun pelajaran baru bulan Juli
2022/2023. Implementasi kurikulum merdeka termasuk pada proses pembelajaran
ilmu pengetahuan sosial, meskipun belum optimal karena menjadi tahap awal
dalam penerapannyan saat itu.
Berdasar hasil observasi dan wawancara berikut tiga tahapan pembelajaran IPS
yang dilaksanakan SMP Negeri 1 Kuningan dalam implementasi kurikulum
merdeka :
a. Perencanaan guru IPS dalam implementasi kurikulum merdeka
Pada kegiatan perencanaan sebelum dilakukan implementasi kurikulum
merdeka, sekolah mempersiapkan para guru termasuk guru mata pelajaran IPS
untuk mengkuti berbagai pelatihan baik yang diadakan oleh sekolah maupun
pelatihan yang diadakan pemerintah. Hal ini dilakukan supaya pada proses
pembelajaran tenaga pendidik sudah memahami dan mampu untuk menerapkan
kurikulum merdeka dengan baik yang sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas dari tenaga pendidik dalam
implementasi kurikulum merdeka. Adanya pelaksanaan pelatihan, menjadi
wadah bagi guru untuk penguatan pengetahuan dan keterampilan supaya para
guru dapat memahami lebih mendalam terkait kurikulum merdeka sehingga
bisa dipertanggungjawabkan. Hal tersebut dilakukan dengan saling berbagi
praktik baik pengalaman menerapkan kurikulum merdeka. Pada kegiatan ini
dilaksanakan dengan pendampingan oleh fasilitator pada penataan administrasi
atau dengan mengadakan IHT yang melibatkan komite pembelajaran di
sekolah yang sudah mendapatkan pelatihan lebih awal.
Perencanaan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS
kurikulum merdeka berkaitan dengan perangkat pembelajaran yang sudah
dibuat oleh guru dan mengikuti petunjuk perangkat pembelajaran berbasis
kurikulum merdeka yang disediakan oleh pemerintah dalam platform merdeka

37
mengajar. Seperti prajurit yang akan pergi ke medan perang dengan membawa
senjata, perangkat pembelajaran menjadi hal yang wajib atau harus ada bagi
seorang guru sebelum proses kegiatan pembelajaran. Penyusunan perangkat
pembelajaran juga menjadi salah satu perencanaan sebagai indikator
keberhasilan dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru.
Melalui perangkat pembelajaran kualitas pembelajaran bisa meningkat dan
mengetahui arah yang akan dicapai peserta didik pada setiap proses belajarnya.
Para guru dalam pembelajaran IPS melakukan identifikasi awal untuk
mengetahui kebutuhan, karakteristik, potensi dan tahap pencapaian peserta
didik. Sehingga pembelajaran bisa dirancang sesuai dengan kondisi dan
kompetensi dari peserta didiknya. Istilah yang terdapat dalam kurikulum
merdeka berbeda apabila dulunya RPP berganti menjadi modul ajar, namun
dari segi isi atau pembahasannya sama. Maka hal tersebut memerlukan
pemahaman dari para guru dalam implementasi kurikulum merdeka untuk
lebih cepat dalam pengaplikasiannya. Bapak ibu guru IPS menyusun perangkat
pembelajaran secara mandiri sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
kurikulum merdeka yakni memilih capaian pembelajaran (CP) menjadi tujuan
pembelajaran (TP) sehingga tersusun suatu alur tujuan pembelajaran (ATP),
mengembangkan modul ajar yang sesuai dengan tahapan capaian dan
karakteristik dari peserta didiknya, serta menyusun kurikulum operasional
satuan pendidikan (KOSP).
b. Pelaksanaan pembelajaran IPS yang berbasis kurikulum merdeka
Pada pelaksanaan kurikulum merdeka belajar sesuai dengan struktur
kurikulum merdeka yakni melalui pembelajaran intrakurikuler dalam mata
pelajaran IPS, pendidikan karakter melalui kegiatan projek penguatan profil
pelajar pancasila, dan kegiatan ekstrakurikuler. Sementara berikut adalah
tahapan yang dilakukan guru oleh IPS SMP Negeri 1 Kuningan dalam
implementasi kurikulum merdeka pada proses pembelajaran :
1. Kegiatan awal
Kegiatan awal menjadi langkah yang penting saat proses pelaksanaan
pembelajaran, karena menjadi penentu pada kegiatan selanjutnya. Melalui
pembukaan yang baik saat pelaksanaan pembelajaran akan memberikan
kesan untuk kegiatan selanjutnya supaya menjadi kegiatan yang

38
berkualitas dan lancar. Pada kegiatan awal proses pembelajaran, bapak ibu
guru IPS memulai pembelajaran sesuai dengan modul ajar. Guru IPS
memeriksa kehadiran peserta didik di kelas, lalu dilanjutkan dengan
melakukan apersepsi yakni menghubungkan pengalaman yang dialami
dengan materi yang telah dipelajari. Hal tersebut dilakukan untuk
membuat awal pembelajaran menjadi efektif, sehingga membuat peserta
didik sepenuhnya mengikuti langkah pembelajaran selanjutnya.
Guru IPS juga mengamati kesiapan peserta didiknya dalam menerima
materi yang akan dijelaskan oleh guru saat proses pembelajaran. Hal ini
dilakukan guru dalam memulai menjelaskan materi dan menarik perhatian
peserta didik, karena peserta didik belum sepenuhnya siap untuk memulai
pelajaran. Selain itu, guru juga memberikan pertanyaan-pertanyaan
pemantik yang mudah dan singkat sebagai penggugah semangat peserta
didik untuk memulai proses belajar di ruang kelas.
2. Kegiatan inti
Kegiatan inti pada proses pembelajaran dilakukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang dilakukan secara interaktif, menyenangkan, dan
memotivasi peserta didik berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Hal ini
membutuhkan kolaborasi antar guru serta peserta didik untuk saling
terhubung supaya proses pembelajaran menjadi mudah dan mengarah pada
tujuan yang hendak dicapai. Guru IPS di sekolah ini menggunakan
berbagai metode dalam menyampaikan materi bagi peserta didik. Sehingga
metode pembelajaran menjadi daya tarik bagi peserta didik agar dapat
memahami dengan mudah materi yang diajarkan.
Kegiatan inti merupakan tahap pendalaman konsep dalam proses
pembelajaran, dalam tahap ini guru IPS diberikan kebebasan untuk
memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan materi
maupun kebutuhan belajar peserta didiknya. Beberapa metode yang biasa
dipakai diantaranya :
a. Metode ceramah, menjadi metode yang klasik disukai oleh peserta
didik, karena penjelasan materi yang dilakukan dengan cara
menggunakan bahasa lisan dan biasanya berupa cerita. Metode ini

39
dikaitkan dengan cerita-cerita yang nyata, sehingga membuat peserta
didik menjadi memahami materi yang dijelaskan oleh para guru.
b. Metode tanya jawab, sebagai strategi dalam menyajikan materi
pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan dari
guru dan peserta didik harus menjawab. Hal tersebut dilakukan untuk
menguji pemahaman dalam membaca dari peserta didik.
c. Metode penugasan, sebagai proses belajar yang dilakukan guru
dengan memberikan tugas bagi peserta didik. Melalui metode ini
dapat mendorong anak untuk aktif dalam pembelajaran serta
memperluas dan memperdalam pengetahuannya.
d. Metode problem based learning, metode ini dilakukan dengan
memberikan masalah untuk membangkitkan pengetahuan peserta
didik. Sehingga peserta didik dapat mencoba pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru.
e. Metode inkuiri, metode dengan menyertakan peserta didiknya untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan kreatif yang merujuk pada
kegiatan eksperimen. Seperti contoh dalam pembelajaran IPS, peserta
didik dibimbing untuk membuat peta nasonal Indonesia.
f. Metode cooperative jigsaw, model ini dilakukan dengan kerja
kelompok, agar peserta didik dapat bekerja sama untuk menuntaskan
materi yang harus dipelajari. Serta, peserta didik mempunyai
tanggung jawab untuk menyampaikan dan mengajarkan materi kepada
kelompok lainnya.
Para guru saat kegiatan inti berlangsung, dalam menerangkan materi
juga memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat atau kuis bagi peserta
didiknya untuk mendorong partisipasi aktif serta mempertahankan
perhatian dalam proses pembelajaran.
3. Kegiatan penutup
Kegiatan penutup menjadi kegiatan yang dilakukan dalam mengakhiri
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk simpulan atau
rangkuman, refleksi dan penilaian, umpan balik serta tindak lanjut. Para
guru IPS melakukan tanya jawab dengan memberikan soal-soal kepada

40
peserta didik baik secara mandiri maupun kelompok untuk mengetahui
pemahaman peserta didik terkait materi yang dipelajari. Guru IPS
melakukan refleksi kepada peserta didik saat pembelajaran untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan pada kegiatan belajar yang telah
dilaksanakan. Peserta didik juga dipersilahkan untuk memberikan
tanggapan terkait bapak ibu guru dalam mengajar IPS. Hal tersebut
dilakukan agar bapak ibu guru mengetahui permasalahan yang dihadapi
dan memperbaiki proses pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
Para guru juga di akhir pelajaran memberikan dan menyampaikan
kesimpulan untuk peserta didiknya dari pembahasan materi. Pada akhir
kegiatan belajar, pendidik menutup proses pembelajaran dengan
menyampaikan gambaran materi untuk pertemuan selanjutnya,
memberikan atau mengingatkan tugas yang diberi oleh para guru dan
memberikan salam maupun menyanyikan lagu wajib nasional sebagai
penguat profil pelajar pancasila.
Sumber belajar yang dipergunakan beraneka ragam antara lain buku
paket bagi guru dan peserta didik yang telah dibagikan oleh kementerian,
buku LKS (lembar kerja siswa), atlas dan peta, buku panduan lainnya
dalam menunjang proses pembelajaran, dan internet. Penggunaan sumber
belajar internet didukung oleh sekolah yang diperbolehkan untuk
menggunakan HP pada kondisi tertentu dan atas perintah dari bapak ibu
guru. Adapun media pembelajaran yang dipergunakan oleh para guru
antara lain LCD proyektor, laptop, papan tulis, video pembelajaran dari
youtube, maupun media lainnya yang mendukung proses pembelajaran
IPS. Hal tersebut digunakan untuk menarik perhatian para peserta didik
agar menyimak proses pembelajaran.
Struktur kurikulum merdeka belajar selain kegiatan intrakurikuler, juga
terdapat kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila. Dengan
adanya profil pelajar pancasila diharapkan para peserta didik dapat
mengembangkan nilai karakter sehingga mempunyai perilaku pelajar yang
baik sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila serta
melekat pada diri peserta didik untuk kehidupan masa depannya. Pada
pembelajaran IPS terkait dengan materi yang diajarkan seperti sumber

41
daya alam sekitar, maka para guru membentuk karakter siswanya untuk
peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut sejalan dengan salah satu
tema dalam kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila, yakni gaya
hidup berkelanjutan. Selain itu, guru juga membentuk karakter akhlakul
karimah para peserta didik di sekolah ini yang sesuai dengan nilai-nilai
pancasila melalui pelibatan peserta didik dalam tema projek beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Meskipun kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila bersifat
lintas disiplin ilmu, ada beberapa bentuk projek yang berkaitan dengan
materi dalam pembelajaran IPS. Sehingga para guru IPS memberikan
projek penguatan profil pelajar pancasila yang dilakukan dengan cara
berkelompok maupun mandiri. Projek diberikan untuk memperdalam atau
menjadi pengayaan bagi para guru dalam mata pelajaran yang telah
dipelajari. Projek yang dibuat peserta didik dalam pembelajaran IPS yakni
membuat projek peta Indonesia. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik
dapat mengetahui dan memperdalam materi dalam mengenal lokasi.
Bentuk proyek dalam pembelajaran IPS juga berupa tulisan-tulisan yang
dilakukan secara berdiskusi. Adanya kerja kelompok, menjadi bentuk
penguatan profil pelajar pancasila yakni saling bergotong-royong dan
saling bermusyawarah, berpikir kritis, serta kreatif.
c. Evaluasi atau Penilaian Pembelajaran IPS yang Berbasis Kurikulum
Merdeka
Evaluasi diadakan bagi seluruh tenaga pendidik di sekolah ini secara
bersama agar dapat mengatasi hambatan saat proses pembelajaran maupun
projek. Evaluasi ini juga dilakukan dari setiap tenaga pendidik setelah
mengajar di dalam kelas terutama pada guru mata pelajaran IPS secara mandiri.
Evaluasi dilakukan dengan memberikan kebebasan berupa saran maupun kritik
dari peserta didik untuk menilai guru IPS saat mengajar. Hal tersebut dilakukan
untuk guru IPS, supaya menjadi masukan sendiri dalam memperbaiki proses
pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Evaluasi dilakukan sebagai penentu
hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan melalui pengukuran
atau penilaian tertentu pada proses pembelajaran.

42
Dalam kegiatan pembelajaran kurikulum merdeka terdapat dua
penilaian yang digunakan yakni penilaian formatif dan penilaian sumatif.
Penilaian formatif dilaksanakan pada awal kegiatan pembelajaran maupun saat
pembelajaran berlangsung. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui proses
perkembangan peserta didik. Melalui penilaian formatif, guru dapat
mengetahui perkembangan dan pemahaman peserta didiknya selama
pembelajaran serta mengetahui kesulitan yang dialami peserta didik, sehingga
menjadi umpan balik. Seperti guru memberikan kuesioner yang berkaitan
dengan materi yang sudah dipelajari baik tertulis maupun lisan. Dalam
penilaian formatif juga guru melakukan pengamatan secara langsung untuk
mengetahui perilaku peserta didik, atau dengan penilaian antar teman sejawat.
Sehingga guru dapat melakukan tindak lanjut untuk proses pembelajaran
berikutnya.
Selanjutnya penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran IPS
yakni penilaian sumatif. Penilaian ini dilaksanakan setelah proses pembelajaran
selesai melalui beberapa materi yang sudah dipelajari. Penilaian dilakukan
untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dan menjadi penentu kelulusan
atau nilai rapot. Penilaian ini dilakukan pada beberapa capaian tujuan
pembelajaran IPS dari sumatif setiap lingkup materi maupun sumatif akhir
semester. Penilaian sumatif dalam proses pembelajaran IPS yang dilakukan
guru berupa tes tertulis, penugasan, menjalankan proyek serta menghasilkan
produk.

2. Faktor pendorong dan penghambat implementasi kurikulum merdeka


dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan
Implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1
Kuningan, terdapat faktor pendorong dan faktor penghambat. Berikut faktor
pendorong dan penghambat implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran
IPS di SMP Negeri 1 Kuningan.

43
a. Faktor Pendorong
Ada beberapa faktor pendorong dalam implementasi kurikulum merdeka,
yakni ;
1. Dukungan dari Dinas
Adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan. Pemerintah daerah
memberikan dukungan bagi sekolah dalam bentuk kegiatan pelatihan,
pengadaan sarana pembelajaran, dan pengadaan buku dalam menunjang proses
pembelajaran. Hal tersebut membuat proses implementasi kurikulum merdeka
berjalan lebih baik dan memberikan pengaruh positif untuk kemajuan mutu SMP
Negeri 1 Kuningan.
2. Guru Penggerak
Adanya guru penggerak di sekolah ini karena sudah lulus seleksi maupun
telah mengikuti berbagai pelatihan dan memahami terkait kurikulum merdeka,
menjadi pengajar praktik dalam mengajar bagi guru-guru yang belum
penggerak, menjadi pendorong dan motivator kepemimpinan bagi peserta didik,
serta bertukar pikiran dengan guru-guru lainnya untuk meningkatkan mutu
pembelajaran.
Guru penggerak menjadi faktor pendorong dalam implementasi
kurikulum merdeka, karena dapat menjalankan proses pembelajaran dengan
mempergunakan teknologi yang ada, membuat proses belajar menjadi kreatif
dan menarik dengan menggunakan model dan media yang ada, sehingga
pembelajaran lebih berpihak pada peserta didik dan mereka dapat terdorong
untuk mengikuti pembelajaran serta membuat kegiatan belajar yang sesuai
dengan profil pelajar pancasila.
Guru penggerak menjadi motivator bagi guru lainnya dalam
mengembangkan proses pembelajaran yang mengimplementasikan kurikulum
merdeka. Mereka menjadi role model yang mampu untuk mendesain proses
belajar dapat menarik sehingga peserta didik termotivasi mengikuti
pembelajaran.
3. Dukungan dari sekolah
Lahirnya kebijakan kurikulum merdeka belajar memunculkan peran
sekolah dalam implementasinya, yakni dibentuknya komunitas belajar bagi

44
tenaga pendidik. Melalui komunitas belajar ini para guru dapat belajar dan
berkarya bersama, berdiskusi dan sharing terkait proses pembelajaran. Sehingga
guru penggerak berperan menjadi fasilitator dan motivator untuk menggerakkan
dan menjalankan komunitas belajar. Guru penggerak maupun guru belum
penggerak sama-sama berkontribusi, berbagi tanggung jawab dalam
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan menggunakan media
dan menerapkan proses pembelajaran yang kreatif, inovatif melalui beragam
praktik baik.
4. Dukungan orang tua
Pendorong lain keberhasilan implementasi kurikulum merdeka belajar
ialah dukungan dari orang tua peserta didik yang responsif. Hal tersebut terlihat
dari aktifnya para orang tua dari peserta didik berperan serta dalam agenda-
agenda yang diadakan oleh sekolah. Orang tua juga mendukung penuh
implementasi kurikulum merdeka secara finansial.
5. Sarana dan prasarana
Keberadaan sarana dan prasarana menjadi penunjang dalam keberhasilan
implementasi kurikulum merdeka. Sekolah penggerak memperoleh bantuan dana
guna melengkapi ketersediaan sarana dan prasarana dalam menunjang proses
pembelajaran terutama tersedianya buku pelajaran. Sehingga sarana dan
prasarana pembelajaran sangat diperlukan baik bagi seorang guru maupun
peserta didik dalam mempermudah proses pembelajaran. Adanya fasilitas yang
sudah lengkap, mulai dari bangunan sekolah, buku-buku, perpustakaan, internet
dan lainnya yang menunjang proses belajar membuat kegiatan belajar mengajar
pada mata pelajaran IPS maupun lainnya di sekolah ini berjalan dengan nyaman
dan menyenangkan bagi peserta didik maupun tenaga pendidiknya.
6. Motivasi peserta didik
Pendorong implementasi kurikulum merdeka juga berasal dari peserta
didiknya, antusias dan motivasi peserta didik untuk lebih kreatif dalam proses
pembelajaran. Adanya kurikulum merdeka, peserta didik termotivasi dan diberi
ruang untuk mempunyai kesempatan dalam mengembangkan potensi yang
sesuai dengan minat dan bakatnya.

45
b. Faktor Penghambat
Selain faktor pendukung, ada beberapa faktor penghambat dalam
implementasi kurikulum merdeka, yakni ;
1. Guru senoir
Terdapat pemikiran dari tenaga pendidik yang memasuki masa pensiun
atau guru senior menjadi faktor penghambat implementasi kurikulum merdeka,
sebab guru senior tidak dapat berubah maupun tidak dapat melaksanakan proses
pembelajaran yang sesuai dengan panduan dari kurikulum merdeka. Berdasar
hasil penelitian, terdapat tenaga pendidik di SMP Negeri 1 Kuningan terutama
guru senior yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan mengajar
yang sesuai dengan panduan kurikulum merdeka, mulai dari kurangnya
pengalaman yang baik dalam menggunakan teknologi terkait media
pembelajaran yang basisnya digital, hingga dalam merancang proses
pembelajaran yang berdiferensiasi belum paham secara maksimal dan masih
mempunyai pemikiran memarahi siswa yang kesulitan mengikuti pelajaran.
Sehingga para guru terutama guru senior tidak mudah beradaptasi meningkatkan
keterampilan dalam mengajar sesuai kurikulum merdeka.
2. Pemahaman dan jumlah peserta didik
Kurangnya pemahaman dari peserta didik di SMP Negeri 1 Kuningan
membuat proses implementasi kurikulum merdeka belajar tidak dapat tercapai
sesuai dengan konsepnya. Pemahaman dari setiap peserta didik berbeda-beda,
ada yang sudah memahami pembelajaran, ada juga siswa yang belum
memahami, sehingga membuat proses pembelajaran menjadi tidak maksimal.
Hal tersebut karena peserta didik menyesuaikan dengan kebutuhannya masing-
masing, padahal dalam implementasi kurikulum merdeka peserta didik dituntut
untuk mandiri dalam proses pembelajaran.
Banyaknya jumlah peserta didik juga menjadi penghambat implementasi
kurikulum merdeka. Hal tersebut terjadi karena para guru yang mengajar dalam
ruang kelas dan memegang jumlah peserta didik yang banyak kesulitan untuk
mengamati kemampuan dan karakteristik dari peserta didik yang berbeda-beda.
3. Alokasi waktu terbatas
Penghambat lainnya yang dirasakan oleh para guru ialah berkurangnya
jam pelajaran, sehingga proses kegiatan belajar tidak berjalan maksimal. Hal

46
tersebut disebabkan karena terdapat proyek yang menjadi bagian dari kegiatan
belajar. Tenaga pendidik sekarang tidak hanya menjelaskan materi bagi peserta
didik, tetapi berbagi fokus juga pada aksi nyata dalam membuat proyek untuk
mencapai penguatan profil pelajar pancasila. Guru di sekolah ini dalam
implementasi kurikulum merdeka dituntut untuk adaptif dengan perubahan yang
dilaksanakan.

47
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas
mengenai implementasi kurikulum Merdeka Belajar dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 1 Kuningan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Implementasi kurikulum merdeka belajar dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 1 Kuningan berjalan belum optimal, namun terus senantiasa melakukan
perbaikan dalam penerapannya dengan melaukan berbagai upaya saat memasuki
tahun kedua.
2. Implementasi merdeka belajar pada pembelajaran IPS terdapat tiga bagian mulai
dari tahapan perencanaan, guru IPS mengikuti pelatihan yang diadakan
pemerintah maupun sekolah untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
serta membuat perangkat pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan, tenaga
pendidik IPS melaksanakan kegiatan intrakurikuler sesuai dengan alur tujuan
pendidikan yang dibuat dan menggunakan berbagai macam metode dalam
menerangkan materi yang dilengkapi dengan sumber dan media pembelajaran
IPS. Sedangkan projek penguatan profil pelajar pancasila disesuaikan dengan
materi IPS.
3. Guru IPS melakukan evaluasi secara mandiri agar dapat memperbaiki kegiatan
pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan melakukan penilaian bagi peserta
didik dengan memberikan tugas dan pertanyaan-pertanyaan selama
pembelajaran berlangsung serta melakukan ulangan harian, membuat proyek dan
sumatif akhir semester.
4. Implementasi kurikulum merdeka belajar dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 1 Kuningan memiliki faktor pendorong dan faktor penghambat. Berikut
faktor pendorong implementasi kurikulum merdeka belajar yaitu kerjasama
dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang memberikan dukungan bagi
sekolah, terdapat guru penggerak yang menjadi fasilitator dan motivator bagi
guru lain yang belum penggerak. Sekolah juga memberikan wadah komunitas
belajar dan berkarya bersama bagi para guru, dukungan dari wali murid peserta
didik, sarana dan prasarana, dan motivasi dari peserta didik. Adapun faktor

48
penghambat dalam implementasi kurikulum merdeka belajar dalam
pembelajaran IPS yakni guru senior, karena kesulitan dalam kegiatan mengajar
yang sesuai dengan panduan kurikulum merdeka, faktor dan jumlah peserta
didik, alokasi waktu terbatas dan kurangnya referensi.

B. Saran
1. Bagi sekolah, supaya mengadakan pelatihan-pelatihan lagi maupun workshop
sehingga seluruh tenaga pendidik dapat berkembang dan meningkatkan
kompetensinya lebih baik lagi, serta memaksimalkan fasilitas sekolah.
2. Bagi kepala sekolah, untuk melakukan monitoring secara rutin terkait
implementasi kurikulum merdeka belajar supaya bisa melakukan perbaikan.
3. Bagi guru, supaya dalam menyusun perangkat pembelajaran kurikulum merdeka
belajar dapat segera diselesaikan, diharapkan guru mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial dapat lebih menguasai dan mengelola kelas agar peserta
didik tidak berbicara sendiri dengan teman sebangkunya, mempersiapkan media
pembelajaran yang lebih bervariasi, serta dalam proses pembelajaran guru dapat
meningkatkan kreatif dan mengembangkan karakter siswa yang sesuai dengan
profil pelajar pancasila.
4. Bagi peserta didik, supaya mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran yang
berbasis kurikulum merdeka dengan baik, lebih bersungguh-sungguh, dan
semangat dalam mengikuti pembelajaran di SMP Negeri 1 Kuningan, tidak
berbicara sendiri dengan teman sebaya saat bapak ibu guru menjelaskan materi
di kelas.

49
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. Metode Penelitian Kuantitatif : Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan


Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. 2nd ed. Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA, 2015.

Ainia, Dela Khoirul. “Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara Dan
Relevansinya Bagi Pengembanagan Pendidikan Karakter.” Jurnal Filsafat
Indonesia 3, no. 3 (2020): 95–101.

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011.

Astawa, Ida. Pengantar Ilmu Sosial. 1st ed. Depok: Rajawali Pers, 2017.

Basrowi, and Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Buku Saku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka. Kemdikbud.go.id, n.d.


https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wpcontent/unduhan/bukusaku.pdf.

Dokumentasi Profil Sekolah SMP Negeri 1 Kuningan, Tahun Pelajaran 2022/2023.

Hamzah, Amir. Metode Penelitian Kualitatif Rekontruksi Pemikiran Dasar Serta Contoh
Penerapan Pada Ilmu Pendidikan, Sosial, & Humaniora. Malang: CV. Literasi
Nusantara Abadi, 2019.

Https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/enus/articles/6824331505561-Tentang-
Kurikulum-Merdeka, Diakses pada tanggal 11 Desember 2023.

Https://s.id/Kepmen-Kur-Mer, Diakses pada tanggal 13 Desember 2023.

Https://osf.io, Diakses pada tanggal 13 Desember 2023.

https://www.kuninganoke.com/2022/06/smpn-1-kuningan-didirikan-tahun-1918.html,
Diakses pada tanggal 20 Desember 2023.

Indarta, Yose, Nizwardi Jalinus, Waskito Waskito, Agariadne Dwinggo Samala, Afif
Rahman Riyanda, and Novi Hendri Adi. “Relevansi Kurikulum Merdeka
Belajar Dengan Model Pembelajaran Abad 21 Dalam Perkembangan Era
Society 5.0.” Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan 4, no. 2 (2022): 3011–24.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i2.2589.

Irfana Eka Azzahra, Aan Nurhasanah, Eli Hermawati, “Implementasi Kurikulum


Merdeka pada Pembelajaran IPAS di SD Negeri 4 Purwawinangun”, Jurnal
Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN
Online : 2614-722XVolume 09 Nomor 02, Juni 2023.

50
Kasmawati. “Persepsi Guru Dalam Konsep Pendidikan (Studi Pada Penerapan Merdeka
Belajar Di SMA Negeri 5 Takalar).” Skripsi, 2021, 1–148.

Kemendikbudristek BSKAP. Salinan Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum,


Dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan
Teknologi Nomor 008/H/KR/2022 Tentang Capaian Pembelajaran Pada
Pendidikan Anak Usia Dini Jenjang Pendidikan Dasar Dan Jenjang Pendid.
Kemendikbudristek BSKAP RI, 2022.

Kompri. Manajemen Sekolah Teori Dan Praktik. Bandung: ALFABETA, cv., 2014.

Malikah, Siti, Winarti Winarti, Fitri Ayuningsih, Muh Rifki Nugroho, Sumardi
Sumardi, and Budi Murtiyasa. “Manajemen Pembelajaran Matematika Pada
Kurikulum Merdeka.” Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan 4, no. 4 (2022): 5912–
18. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3549.

Mustari, Mohamad. Manajemen Pendidikan. 1st ed. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO


PERSADA, 2014.

Nazir, Moh. Metode Penelitian (Ghalia Indonesia, 2014).

Nurjanah, Laila, Sri Handayani, dan Rudy Gunawan. “Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan
Sosial Dalam Dunia Pendidikan Basic Concepts of Social Science in
Education” 3, no. 2 (2021).

Rahmadayanti, Dewi, dan Agung Hartoyo. “Potret Kurikulum Merdeka, Wujud


Merdeka Belajar Di Sekolah Dasar.” Jurnal Basicedu 6, no. 4 (2022): 7174–87.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3431.

Saleh, Meylan. “Merdeka Belajar Di Tengah Pandemi Covid-19.” In Prosiding Seminar


Nasional Hardiknas, 1:51–56, 2020.

Sapriya. Pendidikan IPS : Konsep Dan Pembelajaran. Edited by Daris Effendi.


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Shihab, Najelaa. Merdeka Belajar Diruang Kelas. Tanggerang Selatan: Literati, 2020.

Sudaryono. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2017.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung : CV.


ALFABETA, 2009.

Susanti, Eka, and Henni Endayani. Konsep Dasar IPS. Medan: CV. Widya Puspita,
2018.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, 5.

51
Yamin, Muhammad, dan Syahrir Syahrir. “Pembangunan Pendidikan Merdeka Belajar
(Telaah Metode Pembelajaran).” Jurnal Ilmiah Mandala Education 6, no. 1
(2020).

52

Anda mungkin juga menyukai