Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional pada pasal 1 alinea 1 menjelaskan bahwa, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan sangat menentukan cara berpikir seseorang. Dari sudut pandang
pisikologi pendidikan, sudah dapat diyakini secara awam bahwa hakikat
pendidikan sangat penting dalam mengubah pola prilaku manusia, khususnya
dalam pengembangan wawasan ataupun pengetahuannya. Dalam pendidikan
membutuhkan kurikulum untuk menjadi acuan tercapainya tujuan pendidikan di
lembaga. Kurikulum dibentuk bertujuan untuk mewujudkan pendidikan terarah
dan terstruktur.
Beauchamp menyatakan “A curriculum is a written document which may
contain many ingredients, but is a plan for the education of pupils during their
enrollment in given school”. dalam hal ini beauchamp memberikan penekanan
bahwa kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Suatu rencana
akan dilaksanakan pada proses bembelajaran berlangsung yang dirancang dengan
sebaik mungkin sesuai perkembangan jaman dan teknologi.
Perkembangan kurikulum di Indonesia seiring dengan perkembangan sistem
pendidikan yang ada di Indonesia. Inovasi kurikulum baru dirancang kembali dan
disahkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik
Indonesia yaitu, Kurikulum Merdeka Belajar. Kebijakan Implementasi kurikulum
merdeka belajar di lembaga pendidikan telah disosialisasikan kepada guru – guru
indonesia sejak pada tahun ajaran 2021 – 2022 hingga saat ini.
Menurut Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
(BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo “Kualitas pembelajaran kita

1
belum sesuai dengan apa yang diharapkan,” karenanya, “hadirnya Kurikulum
Merdeka diperlukan untuk memperkuat upaya Transformasi pembelajaran,”.
Terbentuknya kurikulum merdeka belajar diharapkan dapat mentransformasi
pembelajaran di lingkungan belajar madrasah. Sehingga terwjudnya pembelajaran
bermakna, menyenangkan, relevan dan sesuai dengan karakteristik satuan
pendidikan.
Hal ini lah yang melatarbelakangi keinginan penulis menelaah lebih lanjut
mengenai wujud transformasi kurikulum merdeka terhadap pembelajaran
sehingga dapat mengimplementasikannya di lingkungan belajar madrasah.

B. Rumusan Masalah.
1. Apa wujud transformasi pembelajaran kurikulum merdeka belajar
2. Bagaimana implementasi kurikulum merdeka belajar di madrasah
C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui wujud transformasi pembelajaran \kurikulum merdeka
belajar
3. Dapat mengetahui implementasi kurikulum merdeka belajar di madrasah
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk mewujudkan transformasi pembelajaran kurikulum merdeka di
madrasah.
2. Sebagai salah satu syarat menjadi peserta Tunjangan Khusus Guru (TKG)
di wilayah kemenag kabupaten Tangerang.
3. Sebagai acuan bagi dewan guru di madrasah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kurikulum Merdeka Belajar


1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan kegiatan belajar yang direncanakan, dan
diprogramkan bagi peserta didik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Kurikulum disusun untuk jangka panjang, karena itu harus memiliki sifat
antisipasi yang berarti harus dapat melihat jauh ke depan, meramalkan
kejadian di masa mendatang. Kurikulum memuat komponen – komponen
yang menunjang suatu proses pendidikan, antara lain apa yang sebenarnya
harus dipelajari. Kurikulum senantiasa bersifat dinamis guna lebih
menyesuaikan dengan berbagai perkembangan pengetahuan dan tuntutan
jaman, serta untuk lebih memantapkan hasil belajar sesuai dengan tujuan
(Nuryani,21:2005).
Selain sebagai pedoman bagi peserta didik, kurikulum memiliki enam
fungsi penting dan strategis, yaitu;
1.1 Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk melanjut
kan studinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan lebih baik.
1.2 Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk memilih program program belajar yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
1.3 Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan layanan terhadap perbedaan indi
vidu peserta didik. Setiap peserta didik memiliki perbedaan, baik dari
aspek fisik maupun psikisnya, baik dari aspek minat maupun bakatnya.
1.4 Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu mengarahkan peserta didik agar memiliki

3
sifat well adjusted. Artinya, mampu menyesuaikan dirinya dengan lingku
ngan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial masyarakatnya.
1.5 Fungsi pengintegrasian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi pribadi yang utuh dan
terintegrasi. Peserta didik pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral masyarakat.
1.6 Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan peserta didik
untuk dapat memahami dan menerima potensi potensi yang dimilikinya,
serta kelemahan kelemahan yang ada pada dirinya. (Khairurrijal,2:2022).
2. Merdeka Belajar
Kurikulum Merdeka diterapkan dengan tujuan untuk melatih
kemerdekaan dalam berpikir peserta didik. Inti paling penting dari
kemerdekaan berpikir ditujukan kepada guru. Jika guru dalam mengajar
belum merdeka dalam mengajar, tentu peserta didik juga ikut tidak merdeka
dalam berpikir.
Guru juga memiliki target tertentu dari pemerintah seperti akreditasi,
administrasi, dan lain lain. Tentu dalam keadaan seperti ini peserta didik
tidak dapat secara luwes berkembang dalam pembelajaran karena hanya
Pengembangan Kurikulum Merdeka terpaku pada nilai saja. Dengan adanya
merdeka belajar, peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
sesuai dengan bakat dan minatnya karena peserta didik juga memiliki
kemampuan yang berbeda beda dalam penyerapan ilmu yang disampaikan
oleh guru.
Kurikulum Merdeka Belajar Menurut BSNP atau Badan Standar
Nasional Pendidikan, pengertian kurikulum merdeka belajar adalah
kurikulum pembelajaran yang berkaitan dengan pendekatan bakat dan minat.
Di sini, siswa (baik laki-laki maupun perempuan) dapat memilih mata
pelajaran yang ingin dipelajari sesuai dengan bakat dan minatnya. Kurikulum
atau Program merdeka belajar didirikan oleh Nadiem Makarim, Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) sebagai

4
bentuk penilaian perbaikan kurikulum 2013. Silabus prototipe merupakan
penyederhanaan dari silabus 2013 dengan sistem pembelajaran berbasis
proyek. Sejak tahun 2020 di tengah pandemi COVID-19, telah diupayakan
penerapan kurikulum pembelajaran mandiri atau kurikulum prototipe
setidaknya 2.500 sekolah mengemudi dan SMK Pusat Kompetensi Indonesia.
3. Karakteristik kurikulum merdeka belajar
Terdapat karakteristik khusus yang digunakan dalam kurikulum merdeka
belajar, antara lain:
3.1 Pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan untuk mengembangkan soft
skills dan karakter sesuai profil belajar Pancasila.
3.2 Berfokus pada materi esensial sehingga tersedia waktu yang cukup untuk
pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan
numerasi.
3.3 Fleksibilitas bagi guru dalam melakukan pembelajaran yang
terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan
penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
4. Tujuan Kurikulum Merdeka
Pada masa Covid-19, pendidikan di Indonesia menjadi terbelakang dan
ketinggalan. Kebijakan Kurikulum Merdeka menjadi solusi terhadap
ketinggalan pendidikan di Indonesia. Tujuan dari Kurikulum Merdeka adalah
untuk menjawab permasalahan pendidikan terdahulu. Adanya kurikulum ini
akan mengarahkan dalam mengembangkan potensi dan kompetensi peserta
didik. Kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan potensi, salah satunya
proses pembelajaran yang dirancang dengan relevan dan interaktif.
Pembelajaran yang interaktif salah satunya dengan membuat proyek.
Pembelajaran tersebut akan membuat peserta didik lebih tertarik dan bisa
mengembangkan isu isu yang berkembang di lingkungan.
5. Kelebihan Kurikulum Merdeka
5.1 Lebih sederhana dan mendalam
Materi yang esensial menjadi fokus pada Kurikulum Merdeka.
Pembelajaran yang sederhana dan mendalam tanpa tergesa gesa akan

5
lebih diserap peserta didik. Pembelajaran mendalam dengan rancangan
yang menyenangkan akan membuat peserta didik lebih fokus dan tertarik
dalam belajar.
5.2 Lebih merdeka
Kurikulum Merdeka yang menjadi kebijakan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia menjadi tolak ukur dalam merancang
pembelajaran. Konsep merdeka yang diberikan memberikan kemerdekaan
kepada guru dalam merancang proses pembelajaran sesuai kebutuhan dan
capaian pembelajaran.
5.3 Lebih relevan dan interaktif
Kegiatan proses pembelajaran yang lebih relevan dan interaktif akan
memberikan dampak yang baik bila diterapkan dalam proses pembe
lajaran. Pembelajaran yang interaktif akan membuat peserta didik lebih
tertarik dan bisa mengembangkan kompetensi yang dimilikinya.
B. Transformasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka 
1. Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek (PJBL)
Menurut Supriyanto selaku pelaksana tugas kepala pusat perbukuan
Kemendikbud Riset dan Teknologi mengatakan bahwa salah satu karakteristik
dalam kurikulum merdeka (kurikulum prototipe) adalah menerapkan
pembelajaran berbasis proyek untuk mendukung pengembangan karakter sesui
dengan profil pelajar Pancasila. Dalam kurikulum merdeka (kurikulum
prototipe), sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan
proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan
sekolah. Disini guru dituntut mampu menerapkan pembelajaran berbasis
proyek dengan baik agar tujuan penerapan kurikulum ini tercapai.
2. Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil ‘Alammin
Profil pelajar Pancasila, yang terdiri dari 6 dimensi, yang terdiri dari
beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global,
gotong royong, mandiri, bernalar kritis, Kreatif.
Profil pelajar terdapat beberapa dimensi dan nilai yaitu; 1) Beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; 2)

6
Berkebhinekaan global; 3) Bergotong royong; 4) Mandiri; 5) Bernalar kritis;
6) Kreatif.
Nilai moderasi beragama in meliputi: 1) Berkeadaban (ta’addub); 2)
Keteladanan (qudwah); 3) Kewarganegaraan dan kebangsaan (muwaṭanah); 4)
Mengambil jalan tengah (tawassuṭ); 5) Berimbang (tawāzun); 6) Lurus dan
tegas (I’tidāl); 7) Kesetaraan (musāwah); 8) Musyawarah (syūra); 9) Toleransi
(tasāmuh); 10) Dinamis dan inovatif (taṭawwur wa ibtikār).
3. Asesmen
Asesmen dilakukan untuk mencari bukti ataupun dasar pertimbangan
tentang ketercapaian tujuan pembelajaran. Maka dari itu, pendidik dianjurkan
untuk melakukan asesmen-asesmen berikut ini:
3.1 Asesmen formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk
memperbaiki proses belajar. 1) Asesmen di awal pembelajaran, dilakukan
untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar
dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. 2) Asesmen di
dalam proses pembelajaran, dilakukan selama proses
pembelajaran untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan
sekaligus pemberian umpan balik yang cepat.
3.2 Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan
ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan
pada akhir setiap proses pembelajaran pada satu tujuan pembelajaran atau
dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran,
sesuai dengan pertimbangan pendidik, misalnya terkait keterbatasan
alokasi waktu, maupun kebijakan satuan pendidikan.
4. Teknologi
Berbagai cara penggunaan teknologi dalam membuat produk/ konten
pembelajaran antara lain penggunaan video pendidikan, pembelajaran audio,
multimedia interaktif, dan munculnya Virtual Reality (VR) dan Augmented
Reality (AR). Guru dan siswa bisa mendapatkan konten-konten tersebut yang

7
disiapkan kemendikbudristek dengan mengakses Portal Rumah Belajar di
laman.
Secara mandiri guru juga dapat mendapatkan semua melalui Platform
Merdeka Mengajar. Platform Merdeka Mengajar dipersembahkan untuk
mempermudah guru mengajar sesuai kemampuan murid, menyediakan
pelatihan untuk tingkatkan kompetensi, serta berkarya untuk menginspirasi
rekan sejawat.
C. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Madrasah

Implementasi Kurikulum Merdeka pada madrasah diterapkan secara bertahap


mulai Tahun Pelajaran 2022/2023. Dalam mengimplementasikan kurikulum
merdeka, madrasah dapat memilih dua opsi atau pilihan yaitu;

Pertama, madrasah masih menggunakan kurikulum 2013, dengan menerapkan


beberapa prinsip Kurikulum Merdeka. Dimana madrasah melakukan kreasi dan
inovasi dalam mengembangkan kurikulum operasional madrasah sesuai visi, misi,
tujuan dan target madrasah. Madrasah memiliki fleksibilitas dalam mengelola
pembelajaran dan asesmen/penilaian sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan
sumber daya yang dimiliki. Madrasah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi
dengan memberi layanan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik
yang beragam bakat, minat dan kemampuannya. Madrasah melaksanakan
pembelajaran kolaboratif berbasis proyek, terutama dalam Proyek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin.

Kedua, madrasah melaksanakan Implementasi Kurikulum Merdeka secara


penuh, artinya menerapkan standar kompetensi lulusan (SKL), standar isi (SI),
capaian pembelajaran (CP) sesuai Kurikulum Merdeka. Madrasah melaksanakan
spirit kurikulum merdeka dengan melakukan kreasi dan inovasi dalam
pengembangan kurikulum operasional madrasah, pembelajaran dan asesmen,
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin,
pembelajaran kolaboratif, pembelajaran berdiferensiasi dan lain sebagainya.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kurikulum merdeka merupakan kurikulum baru untuk diterapkan di madrasah


agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan karakteristik
siswa. Merdeka belajar memberikan fleksibelitas dalam proses pembelajaran.
Salah satu wujud transformasi pembelajaran di madrasah yaitu dengan
menggunakan pembelajaran dan asesmen, berbasi proyek penguatan Profil Pelajar
Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin, pembelajaran kolaboratif,
pembelajaran berdiferensiasi. Kriteria tujuan pembelajara dan teknologi
merupakan suatu bentuk transformasi dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai