Anda di halaman 1dari 11

KURIKULUM - 13

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“ Pengembangan Kurikulum ”

Dosen Pengampu:
Zeni Murtafiati Mizani, M.pd.I

Disusun Oleh:
1.Saiful Yunain (201210400)
2.Sony Syarifudin (201210429)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONOROGO 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan niat & harapan yang dituangkan kedalam bentuk
rencana maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di
sekolah. Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah
proses belajar mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan
peserta didik.1
Kurikulum merupakan seperangkat atau suatu sistem rencana dan pengaturan
mengenai bahan pembelajaran yang dapat dipedomani dalam aktivitas belajar
mengajar. Intinya kurikulum adalah rencana pembelajaran. Oleh karena itu, semua
pihak yang terlibat dan berkaitan langsung dengan fungsi kurikulum ini wajib
memahaminya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian K13
2. Kompetensi K13
3. Isi / Muatan Kurikulum K13
4. Proses K13
5. Proses K13
6. Penilaian K13

1
Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005)

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian K13
Kurikulum 2013 merupakan sebuah penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dirasa
masih kurang berperan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Kurikulum
2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengedepankan pada sikap dan perilaku
peserta didik, pada hakikatnya kurikulum ini menginginkan manusia Indonesia
yang berakhlak mulia juga pandai dalam berbuat dan berfikir.2
Inti dari Kurikulum 2013 ada pada upaya penyederhanaan dan sifatnya
yang tematik-instegratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi
yang siap dalam menghadapi tantangan masa depan. Karena itu kurikulum
disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.

B. Kompetensi K13
Kompetensi pada Kurikulum 2013 terbagi menjadi 2 sebagaimana
ditetapkan oleh Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor
24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pada kurikulum
2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, sebagaimana berikut:
(1) Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan
yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat
kelas.
(2) Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi
pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik
untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan
pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.
(3) Kompetensi inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:

2
Danu eko agustinova, penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran sejarah pada sekolah
menengah atas, vol. 4 no. 1, 2018, hal. 2

2
a. kompetensi inti sikap spiritual;
b. kompetensi inti sikap sosial;
c. kompetensi inti pengetahuan; dan
d. kompetensi inti keterampilan.
(4) Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi kemampuan
dan materi pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada
masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada
kompetensi inti.
(5) Kompetensi inti dan kompetensi dasar digunakan sebagai
dasar untuk perubahan buku teks pelajaran pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

C. Isi / Muatan Kurikulum K13


Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional, yang meliputi bahan kajian dan mata
pelajaran. Isi kurikulum adalah mata pelajaran pada proses belajar-mengajar,
seperti pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diasosiasikan dengan
mata pelajaran. Dengan tujuan agar tertanam pada jiwa peserta didik hal-hal
yang dapat bermanfaaat baik pada diri sendiri maupun orang lain.
Isi kurikulum selain menumbuhkan kecakapan sosial, seperti
kecakapan bekerja kooperatif, kolaboratif, dan solidaritas. Kurikulum berbasis
kompetensi berorientasi kecakapan hidup (life skill), membelajarkan siswa
secara terkondisi dan kebermaknaan, dan tidak menuntut mereka untuk
menghafal materi pengetahuan, melainkan kecakapan yang dapat ditularkan di
tengah masyarakat atau dalam kehidupan sehari-hari yaitu masyarakatbelajar
(learning sociality).

D. Proses K13
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 diawali kegiatan mengamati
oleh siswa dengan cara melihat, membaca, mendengar dan menyimak tentang
masalah yang berkaiatan dengan materi pelajaran. Setelah siswa mengamati, siswa

3
dapat bertanya tentang apa yang dilihat, dibaca, didengar dan disimak baik secara
lisan maupun tulisan. Langkah selanjutnya kegiatan menganalisis dengan cara
mengumpulkan informasi, menghubungkan informasi yang didapat oleh siswa,
dan menentukan keterkaitan antara informasi yang satu dengan lainnya (mengolah
informasi). Kegiatan akhir yang dilakukan oleh siswa adalah mengomunikasikan
hasil pengamatan yang telah dibuat oleh siswa.
1. Pembelajaran langsung
Pembelajaran Kurikulum 2013 mengembangkan proses pendidikan di
mana siswa mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan
psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang
dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran kurikulum 2013 meliputi kegiatan belajar mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan
mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis.
Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan
langsung atau yang disebut dengan instructional effect. Hasil nya adalah
bertambahnya pengetahuan dan keterampilan siswa yang bisa diukur dengan
instrumen evaluasi yang sesuai.
2. Pembelajaran tidak langsung
Pembelajaran Kurikulum 2013 berupa pembelajaran tidak langsung terjadi
selama proses pembelajaran langsung dilakukan tetapi tidak berwujud kegiatan
khusus. Pembelajaran tidak langsung pada Pembelajaran Kurikulum 2013
berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan
moral dan perilaku. Pembelajaran Kurikulum 2013 yang digunakan sebagai media
pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan
dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat.
Pengembangan nilai dan sikap dalam diri siswa ini dilakukan dan atau terjadi
melalui interaksi antar siswa dalam kerja kelompok, diskusi siswa dengan guru
dan siswa dengan lingkungan belajar.3

3
Nyalanesia.Id/Perkembangan-Kurikulum-Di-Indonesia-Hingga-Kurikulum-2013-K13

4
E. Penilaian K13
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh guru untuk mengetahui
pencapaian pembelajaran dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh siswa
adalah melakukan evaluasi dalam bentuk penilaian. Adapun beberapa model
penilaian yang dapat digunakan adalah penilaian karakter, formatif, kinerja,
portofolio dan tertulis. Berdasarkan PERMENDIKBUD 53/2015 yang membahas
mengenai penilaian hasil belajar oleh guru dan satuan pendidikan pada
Dikdasmen telah dijelaskan pada pasal dua. Pada Permendikbud ini mengatur
tentang penilaian hasil belajar oleh guru dan satuan pendidikan dalam pendidikan
dasar dan menengah saat melaksanakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Kemudian pada pasal 11 membahas lebih lengkap tentang perencanaan,
pelaksanaan, pengolahan, pemanfaatan, dan tindakan untuk penilaian hasil belajar
siswa oleh guru dan satuan pendidikan serta format rapor yang telah ditetapkan
berupa Panduan Penilaian oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah dengan melakukan koordinasi dengan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan.

F. Perkembangan Kurikulum K-13


Perkembangan kurikulum K13 Berlangsung oleh beberapa proses diantaranya
adalah :
1. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947
Kurikulum ini adalah pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasional. Saat itu mulai ditetapkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Kurikulum ini sebutan Rentjana Pelajaran 1947, dan baru dilaksanakan pada
tahun 1950. Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka
pendidikan yang diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan
hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.

5
2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Adanya kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya,
merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran Terurai
1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia.
Seperti setiap pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata
pelajaran menunjukkan secara jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.

3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964


Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, namanya
Rentjana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik,
keprigelan (keterampilan), dan jasmani.

4. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama sejak jatuhnya Soekarno dan digantikan Soeharto. Bersifat
politis dan menggantikan Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama. Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati,
kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani,
moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan
pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan
fisik sehat dan kuat.

6
5. Kurikulum 1975
Pemerintah memperbaiki kurikulum pada tahun itu. Kurikulum ini menekankan
pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK
dan SD Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena
pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by objective).
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana
pelajaran setiap satuan bahasan.

6. Kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut “Kurikulum 1975 disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan
kurikulum kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun,
perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik
berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan
nasional sampai muatan lokal. Misalnya bahasa daerah, kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain.

8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)


Pada 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai
pengganti Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus
mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi
indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian
kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.
KBK mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, menekankan pada ketercapaian

7
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil
belajar dan keberagaman. Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode
bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.

9. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)


Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol
terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari
desentralisasi sistem pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah
pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut
mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan
daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi
sebuah perangkat dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

10. Kurikulum 2013


Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga
aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap
dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran
terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang
dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan
materi yang ditambahkan adalah materi Matematika. 4

4
Danu Eko Agustinova, Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Pada Sekolah
Menengah Atas

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia
pendidikan karena kurikulum ini digunakan oleh pakar-pakar pendidikan terutama
guru-guru sebagai landasan untuk mengembangkan proses pendidikan yang lebih
inovatif dan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Sesuai dengan
Kurikulum 2013, guru dituntut siap untuk melaksanakan pendekatan saintifik dalam
proses belajar mengajar. Pendekatan saintifik merupakan proses belajar yang
dirancarang agar anak didik aktif dan inovatif. Dengan melihat lingkungan sekitarnya
siswa diharapkan mampu mengidentifikasi dan menemukan masalah, merumuskan
masalah, mengumpulkan data, memproses data yang ditemukan, menemukan
jawaban, dan mengomunikasikan jawaban yang ditemukan.
Pendekatan saintifik ini dilakukan dengan lima (5) langkah yaitu: mengamati,
menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, mengomunikasikan. Berdasarkan hasil
pengolahan data hasil observasi dan wawancara untuk mengetahui kesiapan guru
PPKn untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 terkhusus pelaksanaaan
pendekatan saintifik maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan guru-
guru PPKn di SMP Kota Medan telah siap melaksanakan pendekatan saintifik dalam
kurikulum 2013. Guru-guru sudah berupaya untuk mendesain pembelajaran lebih
inovatif agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan.

9
Daftar Pustaka

Sudjana , Dr. H. Nana Tahun (2005)

Agustinova, Danu Eko, penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran sejarah pada
sekolah menengah atas, vol. 4 no. 1, 2018, hal. 2

Nyalanesia.Id/Perkembangan-Kurikulum-Di-Indonesia-Hingga-Kurikulum-2013-K13

Agustinova, Danu Eko, Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Pada
Sekolah Menengah Atas

10

Anda mungkin juga menyukai