Anda di halaman 1dari 9

Implementasi Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Multimedia

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik


Tema 8 Subtema 1 pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Sumberngepoh

Shovia Ismi Sholichah1, Farida Kumala, S.Si., M.Pd2,


Drs. Didik Iswahyudi, M.Pd
Mahasiswa Universitas PGRI Kanjuruhan Malang1, Dosen Pembimbing I2,
Dosen Pembimbing II3

E-Mail : azzahramaulida04@gmail.com

ABSTRAK

Kurikulum 2013 yang diterapkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar, merupakan
kurikulum yang menekankan pada pembelajaran tematik terpadu mulai dari tingkat
kelas I hingga kelas VI. Pembelajaran tematik terpadu ini kemudian dipadukan dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Penggabungan pembelajaran tematik terpadu
dengan pendekatan saintifik hendaknya memberikan suatu pengalaman belajar yang
bermakna bagi peserta didik melalui penyampaian materi pembelajaran secara utuh
tanpa terasa adanya pemisah antara materi satu dan materi lainnya melalui kegiatan-
kegiatan pembelajaran ilmiah. Namun nyatanya, proses penyampaian pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik tersebut masih terkendala oleh penggunaan media
pembelajaran yang kurang tepat sasaran untuk pembelajaran tematik terpadu.
Penelitian ini di latarbelaki oleh seluruh pesert didik Kelas V SDN 2 Sumberngepoh
yang kurang aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajarnya di bawah KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik Kelas V SDN 2 Sumberngepoh setelah di terapkan model
pendekatan Saintifik dengan berbasis media audiovisual. Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah
peserta didik yang berjumlah 25 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model Saintifik meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran Tematik Tema 8 Subtema 1 Kelas V. Hal ini terlihat dari peningkatan
presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik pada silus I yang hanya 64% yaitu 9
siswa tuntas dan 16 siswa tidak tuntas. Setelah itu mengalami peningkatan pada siklus
II menjadi 88% yaitu 3 siswa tidak tuntas dan 22 siswa mengalami ketuntasan.

Kata kunci : Tematik, Hasil Belajar, Media Audiovisual, Saintifik.

ABSTRACT

The 2013 curriculum, which is applied at the elementary school level, is a curriculum
that emphasizes integrated thematic learning from grade I to grade VI. This integrated
thematic learning is then combined using a scientific approach. The combination of
integrated thematic learning with a scientific approach should provide a meaningful
learning experience for students through the delivery of learning material in its
entirety without feeling any separation between one material and another through
scientific learning activities. However, in reality, the process of delivering learning that
is in accordance with these characteristics is still hampered by the use of learning
media that is not well targeted for integrated thematic learning. This research was
carried out by all Class V students of SDN 2 Sumberngepoh who were less active in
learning so that their learning results were below the KKM (Minimum Completeness
Criteria). The aim of this research is to determine the learning outcomes of Class V
students at SDN 2 Sumberngepoh after implementing the scientific approach model
based on audiovisual media. This type of research is classroom action research carried
out in two cycles. The research subjects were 25 students. The results of the research
show that the application of the Scientific model improves student learning outcomes
in Thematic learning Theme 8 Subtheme 1 Class V. This can be seen from the increase
in the percentage of completeness of student learning outcomes in the first cycle,
which was only 64%, namely 9 students completed and 16 students did not complete.
After that, it increased in cycle II to 88%, namely 3 students did not complete and 22
students completed.

Keywords : Thematic, Learning Outcomes, Audiovisual Media, Scientific.

1. PENDAHULUAN Menurut Pasal 1 ayat 19 Undang-


undang No 20 Tahun 2003, kurikulum
Keberhasilan suatu pendidikan bisa adalah seperangkat rencana dan
dinilai dari proses belajar mengajar di pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
kelas yang dipengaruhi oleh beberapa bahan pembelajaran kegiatan
faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi pembelajaran untuk mencapai tujuan
peserta didik, guru, lingkungan, dan pendidikan tertentu. Definisi
kurikulum. Peran guru sangat krusial pendidikan menurut Pasal 1 ayat 1
karena mereka membantu peserta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
didik dalam memperoleh pengetahuan adalah upaya sadar dan terencana
dan pengalaman belajar untuk untuk menciptakan suasana belajar dan
meningkatkan hasil belajar, baik itu proses pembelajaran agar peserta didik
dalam kompetensi pengetahuan, secara aktif mengembangkan potensi
keterampilan, maupun karakter yang diri dalam hal kekuatan spiritual
akan menjadi modal penting bagi masa keagamaan, pengendalian diri,
depan peserta didik. Pembelajaran di kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
Sekolah Dasar (SD) merupakan serta keterampilan yang diperlukan
pendidikan formal yang memberikan dirinya, masyarakat, bangsa dan
landasan pengetahuan bagi peserta negara. Fungsi pendidikan nasional
didik untuk dapat melanjutkan yang diuraikan pada Pasal 3 Undang-
pendidikan ke jenjang sekolah Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
berikutnya. Untuk menciptakan Sistem Pendidikan Nasional adalah
pendidikan yang berkualitas, diperlukan mengembangkan kemampuan dan
penyusunan kurikulum yang mengatur membentuk watak serta peradaban
proses pembelajaran di sekolah. bangsa yang bermartabat dengan
tujuan mencerdaskan kehidupan proses pembelajaran kurang variatif,
bangsa. Hal ini bertujuan agar peserta dan (5) minat dan kesadaran peserta
didik dapat menjadi manusia yang didik untuk belajar masih rendah
beriman dan bertakwa kepada Tuhan dibuktikan dengan beberapa peserta
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, didik masih sering berbicara sendiri
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta saat pelajaran berlangsung. Beberapa
menjadi warga negara yang demokratis masalah tersebut berdampak pada hasil
dan bertanggung jawab. Saat ini di belajar peserta didik yang masih rendah
Indonesia, Sekolah Dasar menerapkan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
dua jenis kurikulum yaitu kurikulum (KKM). Jumlah peserta didik yang
merdeka dan kurikulum 2013. Namun, berhasil mencapai KKM hanya ada 9
kurikulum merdeka belum diterapkan dari total peserta didik yang berjumlah
di semua kelas Sekolah Dasar (SD), 25 orang. Meskipun sudah
melainkan dilakukan secara bertahap menggunakan model pembelajaran
dimulai dari kelas 1 dan 4. Kelas 2, 3, 5, yang inovatif namun pelaksanaan
dan 6 masih menggunakan kurikulum pembelajaran tematik masih belum
2013. Pada kurikulum 2013 optimal. Untuk menyelesaikan
pembelajaran disajikan secara tematik permasalahan tersebut, diperlukan
terpadu, pembelajaran tematik terpadu alternatif tindakan pemecahan masalah
merupakan pendekatan pembelajaran dengan memaksimalkan model
yang mengintergrasikan berbagai pembelajaran untuk meningkatkan
kompetensi dari beberapa mata hasil belajar peserta didik di atas
pelajaran ke dalam tema (Cahyadi, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan
Dwikurnaningsih, & Hidayati, 2019). memperbaiki kualitas pembelajaran.
Prinsip utama yang paling mendasar Salah satu model pembelajaran yang
pada kurikulum 2013 adalah dapat digunakan adalah model
penekanan pada kemampuan guru pembelajaran Saintifik berbasis media
mengimplementasikan proses audiovisual. Hasil belajar adalah adalah
pembelajaran yang otentik, menantang kemampuan yang diperoleh peserta
dan bermakna bagi peserta didik didik setelah menyelesaikan kegiatan
sehingga dengan demikian dapatlah pembelajaran, dalam hal ini
berkembang potensi peserta didik pembelajaran tematik terpadu dalam
sesuai dengan apa yang diharapkan kurikulum 2013. Faktor-faktor yang
oleh tujuan pendidikan nasional (Nisa', mempengaruhi hasil belajar Menurut
Huda, & Susanto, 2021). Berdasarkan Daryanto (2014:51) pembelajaran
hasil observasi awal di Kelas V SDN 2 dengan pendekatan saintifik adalah
Sumberngepoh ditemukan beberapa proses pembelajaran yang dirancang
masalah dalam proses pembelajaran, sedemikian rupa agar siswa secara aktif
antara lain : (1) beberapa peserta didik mengkonstruksi konsep, Hukum atau
kurang disiplin saat belajar, (2) terdapat prinsip melalui tahapan-tahapan
beberapa peserta didik yang kurang mengamati (untuk mengidentifikasi
aktif dalam pembelajaran, (3) diskusi atau menemukan masalah),
kelompok di dominasi oleh peserta merumuskan masalah, mengajukan
didik yang pintar, (4) media pertanyaan atau mengajukan hipotesis,
pembelajaran yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik memicu motivasi belajar, mendorong
kesimpulan dan mengkomunikasikan interaksi antara peserta didik dan
konsep, hukum atau prinsip-prinsip lingkungan belajar, serta
yang ditemukan. Pendekatan saintifik memungkinkan peserta didik untuk
menurut Imas Kurniasih (2014:29) belajar sesuai dengan minat dan
adalah proses pembelajaran yang kemampuan mereka. Dalam konteks
dirancang sedemikian rupa agar pembelajaran ini, media audiovisual
peserta didik secara aktif adalah salah satu pilihan yang bisa
mengkonstruksikan konsep digunakan. Arsyad (2014:146)
pembelajaran melalui tahapan-tahapan menjelaskan bahwa kombinasi slide
mengamati (untuk mengidentifikasi (presentasi gambar) dengan rekaman
atau menemukan masalah), audio adalah jenis sistem multimedia
merumuskan masalah, mengajukan yang paling mudah diproduksi. Sistem
atau merumuskan hipotesis, multimedia ini memiliki banyak
mengumpulkan data dengan 10 kegunaan, mudah digunakan, dan
berbagai teknik,menganalisis data, cukup efektif untuk pembelajaran
menarik kesimpulan dan kelompok atau individu serta
mengkomunikasikan konsep. Menurut pembelajaran mandiri. Jika dirancang
Imas kurniasih (2014:34) Beberapa dengan baik, sistem multimedia yang
prinsip pendekatan saintifik dalam menggabungkan slide (visual) dan
kegiatan pembelajaran adalah sebagai rekaman audio dapat memberikan
berikut: (1) pembelajaran berpusat dampak yang signifikan dan tentunya
pada siswa, (2) pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar. Hal
membentuk students self concept, (3) ini ditunjukkan dengan data hasil
pembelajaran terhindar dari belajar peserta didik meningkat 3%
verbalisme, (4) pembelajaran pada siklus I dengan rata-rata nilai 55
memberikan kesempatan pada siswa dan persentase rerata nilai sebesar
untuk mengasimilasi dan 36%. Pada siklus II rata-rata nilai
mengakomodasi konsep , hukum, dan meningkat menjadi 86 dengan
prinsip. (5) pembelajaran mendorong persentase rerata nilai sebesar 88%
terjadinya peningkatan kemampuan dan sudah masuk kategori tinggi pada
berfikir siswa. (6) pembelajaran skala PAP. Berdasarkan hasil penelitian
meningkatkan motivasi belajar siswa terdahulu yang telah dipaparkan, maka
dan motivasi pengajar guru. (7) peneliti dapat menarik kesimpulan
memberikan kesempatan kepada siswa bahwa persamaan penelitian ini dengan
untuk melatih kemampuan dalam peneliti diatas sama-sama meneliti
komunikasi. (8) adanya proses validasi tentang penerapan model
terhadap konsep, hukum, dan prinsip pembelajaran Saintifik. sedangkan
yang dikonstruksi siswa dalam struktur perbedaan penelitian ini dengan
kognitifnya. Arsyad (2014) menggaris peneliti diatas adalah lokasi penelitian,
bawahi beberapa keuntungan praktis subjek yang diteliti , dan jenis
dari penggunaan media pembelajaran, penelitian yang berbeda. Berdasarkan
seperti memperjelas penyampaian uraian latar belakang tersebut, maka
pesan dan informasi sehingga dapat peneliti mengkaji permasalahan melalui
meningkatkan proses dan hasil belajar, penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan model pembelajaran menggunakan nilai hasil belajar peserta
Saintifik berbantu media audiovisual. didik sebagai data kualitatif yang
Adapun tujuan penelitian ini adalah berupa angka. Ketuntasan belajar
Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik diukur dengan hasil
peserta didik kelas V melalui penerapan belajar yang melebihi Kriteria
model Saintifik berbasis media Ketuntasan Minimal (KKM) yang
audiovisual di SDN 2 Sumberngepoh. digunakan dalam penelitian ini, yaitu 70
sesuai dengan KKM yang ditetapkan
2. METODE PELAKSANAAN oleh sekolah tempat penelitian.
Indikator keberhasilannya adalah
Penelitian ini dilakukan di SDN 2 seluruh peserta didik kelas V SDN 2
Sumberngepoh yang terletak di Desa Sumberngepoh pada tahun pelajaran
Sumberngepoh Kecamatan Lawang, 2022/2023 harus mencapai hasil belajar
Kabupaten Malang. Peserta didik kelas yang memenuhi KKM pada tema 8 yaitu
V SDN 2 Sumberngepoh pada tahun “Lingkungan Sahabat Kita”.
pelajaran 2022/2023 sebanyak 25 siswa
menjadi subjek dalam penelitian ini. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode yang digunakan adalah
penelitian tindakan kelas (PTK). Kurt Berdasarkan penelitian tindakan kelas
Lewin menjelaskan bahwa ada empat yang berlangsung dari 30 Maret hingga
hal yang harus dilakukan dalam proses 14 April 2023 pada kelas V SDN 2
penelitian tindakan yakni perencanaan, Sumberngepoh tahun ajaran
tindakan, observasi dan refleksi. 2022/2023 membuktikan bahwa
Pelaksanaan penelitian tindakan adalah penerapan model pembelajaran
proses yang terjadi dalam suatu Saintitfik dapat meningkatkan hasil
lingkaran yang terus menerus (Sanjaya, belajar peserta didik. Hal ini terbukti
2013:154). Penelitian dilakukan dalam dari hasil evaluasi yang menunjukkan
2 siklus. Setiap siklus terdiri dari dua peningkatan hasil belajar peserta didik
pertemuan. Proses setiap siklus terdiri dari tahap prasiklus, siklus I dan siklus
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, II. Data prasiklus sebelum penerapan
observasi, dan refleksi. Pada tahap model pembelajaran Saintitfik dapat
perencanaan, peneliti menyiapkan dilihat pada data berikut: Hasil
perangkat yang akan digunakan. Kemampuan Peserta didik Pra Siklus
Selanjutnya, pada tahap pelaksanaan, Jumlah Peserta didik 25, Tuntas 5,
peneliti melaksanakan praktik Belum Tuntas 20, Presentasi
mengajar. Setelah praktik mengajar ketuntasan 20% .Data tersebut
selesai, peneliti melakukan observasi menunjukkan bahwa sebelum adanya
terhadap hasil pembelajaran dan model Saintifik pada pembelajaran di
melakukan refleksi untuk mengetahui terapkan, presentase ketuntasan
kekurangan dan langkah perbaikan peserta didik dalam pembelajaran
untuk siklus berikutnya. Teknik hanya 20%. Hal ini mengindikasikan
pengumpulan data dalam penelitian bahwa sebagian besar peserta didik
meliputi metode tes, dokumentasi, dan masih belum menguasai materi
catatan lapangan. Adapun teknik pembelajaran. Melalui pengamatan,
analisis data yang digunakan adalah ditemukan bahwa banyak peserta didik
teknik analisis data kualitatif dengan yang tidak fokus saat guru memberikan
penjelasan. Beberapa di antaranya hanya 56% atau 9 dari 25 peserta didik
terlihat mengantuk, berbicara dengan yang berhasil mencapai standar
teman, atau sibuk dengan benda-benda ketuntasan belajar. Rata-rata nilai yang
di sekitarnya. Berdasarkan refleksi diperoleh 25 peserta didik adalah
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebesar 68,23, dengan nilai tertinggi
diperlukan model pembelajaran yang yang dicapai oleh 2 peserta didik
dapat mendorong peserta didik untuk mencapai skor 100 dan nilai terendah
lebih aktif dan mengeksplorasi yang diperoleh hanya sebesar 20 oleh 4
kemampuan serta minat mereka. Maka peserta didik. Berdasarkan hasil yang
untuk meningkatkan hasil belajar didapat pada siklus I dilakukan kegiatan
peserta didik di SDN 2 Sumberngepoh, refleksi. Refleksi pada siklus I
perlu diberikan alternatif pemecahan menunjukkan bahwa hasil belajar pada
masalah terhadap masalah pelajaran tersebut belum mencapai
pembelajaran yang ada. Salah satu indikator keberhasilan yang
solusi pemecahan masalah tersebut diharapkan. Oleh karena itu, diperlukan
adalah menggunakan model perbaikan pada tahap selanjutnya yaitu
pembelajaran inovatif yang ke siklus II. Pembelajaran pada siklus II
menekankan peran guru sebagai mengacu pada RPP dengan Tema 8,
fasilitator, motivator, evaluator, dan Subtema 1, dan Pembelajaran 5. Pada
juga informator. Peneliti menyarankan tahap pelaksanaan, peneliti menyusun
model pembelajaran inovatif yang RPP, LKPD, bahan ajar, media
dapat mengurangi masalah pembelajaran dan evaluasi. setelah itu
pembelajaran dan meningkatkan hasil pada tahap pelaksanaan, peneliti
belajar peserta didik, yaitu melalui melaksanakan kegiatan pembelajaran
penerapan model Saintifik dengan sesuai dengan langkah-langkah yang
bantuan media audiovisual. tercantum dalam RPP yang
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada menggunakan model pembelajaran
siklus I dalam proses pembelajaran Saintifik yang berbantu media
yang dilaksanakan, diperoleh data audiovisual dan juga melakukan variasi
berupa hasil belajar peserta didik dalam metode pembelajaran untuk
ranah kognitif. Hasil data pengamatan meningkatkan hasil belajar peserta
pada siklus I, pada Tema 8 Subtema 1 didik. Di akhir pembelajaran, dilakukan
Pembelajaran 2 menunjukkan hasil tes evaluasi pembelajaran untuk
sebagai berikut: Hasil Kemampuan mengetahui peningkatan hasil belajar
Peserta didik Siklus I Jumlah Peserta peserta didik dalam ranah kognitif
didik 25 Tuntas 9 Belum Tuntas 16 Nilai (pengetahuan). Berdasarkan hasil
Tertinggi 100 Nilai Terendah 30 Rata- pelaksanaan pada siklus II dalam proses
Rata 36% Presentase Ketuntasan 64%. pembelajaran yang dilaksanakan,
Dari data tersebut, dapat diketahui diperoleh data berupa hasil belajar
bahwa hasil belajar peserta didik dalam peserta didik dalam ranah kognitif.
ranah kognitif pada siklus I Tema 8 Hasil data pengamatan pada siklus II,
Subtema 1 Pembelajaran 2 melalui pada Tema 8 Subtema 1 Pembelajaran
model Saintifik berbantu media 5 menunjukkan hasil sebagai berikut:
audiovisual mengalami peningkatan. Hasil Kemampuan Peserta didik Siklus II
Berdasarkan hasil pengumpulan data, Jumlah Peserta didik 25, Tuntas 22,
Belum Tuntas 3, Nilai Tertinggi 100, pembelajaran sedang berlangsung,
Nilai Terendah 50, Rata-Rata 82, memberikan tugas dan latihan soal agar
Presentase Ketuntasan 88%. dapat meningkatkan pemahaman
Berdasarkan data tersebut dapat peserta didik. Dari hasil data yang
disimpulkan bahwa hasil belajar diperoleh oleh peneliti mulai dari fase
peserta didik dalam aspek kognitif pada pra-tindakan yakni prasiklus hingga fase
siklus II mengalami peningkatan pasca-tindakan dengan menggunakan
menjadi 52%, yaitu dari 16 peserta model pembelajaran Saintifik berbasis
didik menjadi 22 peserta didik yang media auidovisual dari siklus I sampai
berhasil menyelesaikan tugas dengan siklus II, terungkap bahwa
pembelajaran. Sementara itu, 12% atau terjadi peningkatan hasil belajar
3 peserta didik tidak berhasil peserta didik. Data mengenai
menyelesaikan tugas tersebut. peningkatan hasil belajar peserta didik
Terdapat 2 peserta didik yang meraih pada Tema 8 tertera di bawah ini:
nilai tertinggi dengan skor 100, Gambar 1. Diagram Peningkatan hasil
sedangkan 2 peserta didik lainnya belajar prasiklus sampai siklus II Dari
meraih nilai terendah dengan skor 20 diagaram diatas, dapat disimpulkan
dan 1 peserta didik dengan skor 30. bahwa terjadi perbandingan
Setelah menyelesaikan siklus II, peneliti peningkatan ketuntasan peserta didik
merefleksikan peningkatan hasil belajar pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus
peserta didik. Pada pembelajaran siklus II. Persentase ketuntasan 0% 20% 40%
II peserta didik telah mencapai 60% 80% 100% Diagram Peningkatan
indikator keberhasilan yang Hasil Belajar Prasiklus sampai Siklus II
diharapkan. Namun, meskipun terdapat TUNTAS TIDAK TUNTAS peserta didik
peningkatan hasil belajar peserta didik, meningkat dari 28% pada tahap pra
masih ada beberapa masalah yang siklus menjadi 36% pada siklus I,
perlu diatasi. Salah satu masalah kemudian meningkat lagi menjadi 88%
tersebut adalah kurangnya kemampuan pada siklus II, dan mencapai ketuntasan
peserta didik dalam berdiskusi dengan klasikal sebesar 88% pada siklus II. Hasil
kelompok. Masalah tersebut terlihat penelitian tersebut menunjukkan
dari adanya peserta didik yang bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
bertengkar dengan teman satu dari tahap pra siklus hingga siklus II.
kelompoknya, sehingga mengurangi Berdasarkan data tersebut
semangat belajar dan menyebabkan menunjukkan bahwa prestasi akademik
tugas LKPD dan evaluasi yang diberikan peserta didik di kelas V sudah mencapai
oleh peneliti dikerjakan melebihi batas indikator keberhasilan pada siklus II
waktu yang ditentukan. Oleh karena itu hingga siklus II. Peserta didik telah
pada pembelajaran siklus II sudah berhasil mencapai ketuntasan belajar
memenuhi indikator keberhasilan yang sesuai dengan KKM yang ditetapkan
diharapkan. Untuk lebih meningkatkan yaitu 70. Hal ini membuktikan bahwa
hasil belajar peserta didik maka masih penerapan model Saintifik berbasis
perlu adanya perbaikan-perbaikan media audiovisual dapat meningkatkan
tersebut yaitu dengan memberikan hasil belajar peserta didik di kelas V.
motivasi peserta didik agar lebih rajin Penerapan model pembelajaran Project
dalam belajar dan fokus ketika Based Learning pada siklus I
menunjukkan hasil yang kurang menunjukkan terdapat peningkatan
memuaskan. Oleh karena itu, perlu hasil belajar peserta didik pada “tema 8
dilakukan perbaikan pada siklus II. Pada Lingkungan Sahabat Kita” dengan
siklus II, peneliti mencoba memberikan penerapan model pembelajaran
tugas yang memerlukan strategi, kerja Saintifik berbasis media audiovisual.
sama, dan tingkat berpikir yang lebih Peningkatan hasil belajar peserta didik
tinggi untuk menyelesaikannya. dapat dilihat dari peningkatan
Sementara pada siklus ketiga, peneliti perolehan hasil belajar pada setiap
mencoba memberikan tugas yang siklusnya. KKM satuan pendidikan di
memerlukan kreativitas, kerja sama, SDN 2 Sumberngepoh yaitu 70.
dan ketelitian dalam penyelesaiannya. Berdasarkan batasan KKM yang telah
Tugas yang dipilih harus benar-benar ditentukan, rata-rata hasil belajar pada
mendorong peserta didik untuk aktif prasiklus 52 dengan presentase
bergerak, aktif berdiskusi, dan bekerja ketuntasan 28%. Selain itu, rata-rata
sama. Sependapat hasil belajar siklus I adalah 68 dengan
dengan Permendikbud Nomor 103 presentase ketuntasan 36%. Hasil
Tahun 2014, pendekatan tersebut menunjukkan peningkatan
saintifik dioperasionalisasikan dalam be dibandingkan dengan hasil prasiklus.
ntuk kegiatan pembelajaran yang di Peningkatan yang terjadi pada siklus I
dalamnya memuat pengalaman juga terjadi pada siklus II. Pada siklus II
belajar dalam bentuk kegiatan ratarata hasil belajarnya adalah 82
mengamati, menanya, mengumpulkan dengan presentase ketuntasan 88%.
informasi (mencoba),menalar
(mengasosiasi), dan 5. DAFTAR PUSTAKA
mengomunikasikan. Dengan begitu
tidak hanya aspek pengetahuan Abdullah. (2017). “Pendekatan dan
(kognisi) yang terbangun tetapi juga Model Pembelajaran yang
aspek afeksi dan psikomotor. Dalam Mengaktifkan Siswa”. Jurnal
penelitian ini, penggunaan model Edureligia. 1 (01).
Project Based Learning berbantu media
A.M., S. (2011). Interaksi & Motivasi
audiovisual pada peserta didik kelas V
Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
SDN 2 Sumberngepoh selain dapat
Grafindo Persada.
meningkatkan hasil belajar juga
memiliki dampak positif pada Abidin, Y. (2014). Desain Sistem
kreativitas peserta didik. Evaluasi hasil Pembelajaran Dalam Kontek
belajar dilakukan melalui tes tulis pada Kurikulum . Bandung: PT Refika
aspek kognitif. Tercatat bahwa hasil Aditama.
belajar meningkat secara signifikan
pada siklus I dan siklus II dengan Ahmadi, A., & Supriyono, W. (2004).
capaian keseluruhan mencapai 88%. Psikologi Belajar. Jakarta: PT
Rineka Kerja.
4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan penelitian Anderson, R. (1994). Pemilihan dan
yang telah dilakukan pada peserta didik Pengembangan Media Audio
kelas V SDN 2 Sumberngepoh Visual. Jakarta: Grafindo Pers.
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang
Daryanto. (2010). Media Rahman, T. (2018). Aplikasi Model-
pembelajaran : peranannya model Pembelajaran dalam
sangat penting dalam mencapai Penelitian Tindakan Kelas.
tujuan pembelajaran. Semarang: CV. Pilar Nusantara.
Yogyakarta: Gava Media.
Rusman. (2017). Belajar dan
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2006). Pembelajaran: Berorientasi
Strategi Belajar Mengajar. Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Rineka Cipta. Jakarta: Kencana.

Hamalik, O. (2008). Teknik Pengukuran Saddhono, K., & Slamet, S. Y. (2014).


dan Evaluasi Pendidikan. Pembelajaran Keterampilan
Bandung: Mandar Maju. Berbahasa Indonesia: teori dan
aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hamalik, O. (2013). Proses Belajar
Mengajar . Jakarta: PT Bumi Sani, R. A. (2014). Pembelajaran
Aksara. saintifik : untuk implementasi
kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
Indonesia, R. (2003). Undang-Undang Aksara.
Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan
Pendidikan Nasional. Jakarta. Kelas. Jakarta: Prenada Media
Group.
Kosasih, E. (2015). Strategi Belajar dan
Pembelajaran Implementasi Sanjaya, W. (2013). Penelitian
Kurikulum 2013. Bandung: Pendidikan : Jenis, Metode, dan
Yrama Prosedur . Jakarta: Kencana.

Widya. Kunandar. (2014). Penilaian


Autentik (Penilaian Hasil Belajar
Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013) : Suatu
Pendekatan Praktis Disertai
dengan Contoh. Jakarta:
Rajawali Pers.

Maryani, I., & Fatmawati, L. (2018).


Pendekatan Scientific dalam
Pembelajaran di Sekolah Dasar:
Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Deepublish.

Ismail, M. Ilyas Ismail dkk. (2020).


Teknologi Pembelajaran Sebagai
Media Pembelajaran. Makassar :
Cendekia Publisher.

Anda mungkin juga menyukai