PROPOSAL
OLEH
DEWI SARTIKA
A1K119028
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah sarana bagi generasi penerus bangsa yang mampu
mengembangkan potensi diri dalam menghadapi perkembangan dunia
khususnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan
IPTEK yang pesat menuntut adanya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini
tercantum dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 . Menurut Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa,
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran yang aktif agar siswa mampu
mengembangkan potensi dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”
(Kemendikbud, 2003). Terkait dengan pengertian tersebut maka pendidikan
tidak hanya mengembangkan intelektual manusia saja, namun pendidikan
berusaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia dalam aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan
perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Tujuan Pendidikan Nasional,
pasal 3 yang berbunyi, “pendidikan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Muliani, 2019).
Di Indonesia menerapkan kurikulum 2013 bagi upaya meningkatkan mutu
pendidikan yang menekankan berbagai prinsip pembelajaran yang harus
dipenuhi yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik, interaktif dan peserta
didik menerima semua pembelajaran dari guru khususnya di bidang sains
yaitu pembelajaran fisika.
Proses pembelajaran yang baik memerlukan perangkat pembelajaran
yang dapat membantu dan memfasilitasi peserta didik memahami
pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media,
petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, perangkat pembelajaran sangat penting bagi seorang pendidik,
dikarenakan dapat dijadikan sebagai pedoman pendidik dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas (Siregar, 2019). Berdasarkan peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun
2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya Pasal 13 Ayat 2
tersebut jelas disebutkan bahwa menyusun RPP merupakan salah satu bagian
dari rincian kegiatan guru. Sehingga menyusun RPP merupakan salah satu
nagian dari sekian banyak kewajiban guru disamping kewajiban-kewajiban
yang lain yang harus dilaksanakan oleh guru.
Pengembangan perangkat pembelajaran salah satunya yaitu rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah acuan bagi pendidik untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan efisien. Tujuan
RPP adalah untuk mempermudah, memperlancar dan untuk meningkatkan
hasil proses belajar mengajar peserta didik. Selain itu, tujuan
dikembangkannya rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk
menghasilkan sebuah produk yang dapat membantu peserta didik dalam
proses pembelajaran di dalam kelas, dimana produk tersebut dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan terutama dalam meningkatkan
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan karakter peserta didik
(Ferywidyastuti, 2015).
Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terdapat
model pembelajaran yang perlu digunakan. Model pembelajaran merupakan
suatu perencanaan kegiatan pembelajaran agar dapat mengatasi kesulitan
dalam proses belajar dan merupakan salah satu komponen utama dalam
menciptakan suasana yang aktif, inovatif dan menyenangkan. Model
pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun
motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar dikelas
(Roziqin, 2022).
Pembelajaran akan lebih bermakna jika peserta didik diberi
kesempatan untuk tahu dan terlibat aktif dalam menemukan konsep dari
fenomena yang ada dari lingkungan dengan bimbingan guru. Salah satu
metode pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan tersebut adalah dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing. Penggunaan inkuiri terbimbing disebabkan
karena perkembangan intelektial peserta didik (Adiputra, 2017). Didalam
model ini, juga tercangkup penemuan makna, organisasi dan struktur dari idea
tau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana
mengorganisasikan dan melakukan penelitian guna mencapai tujuan
pembelajaran. Inkuiri terbimbing dapat memberikan hal-hal baru yang
sebelumnya belum pernah dialami dan dilakukan oleh peserta didik akan
memiliki pengalaman yang dapat tersimpan dalam ingat5an dengan baik,
tahan lama dan berkesan (Lasmo, 2017).
Model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu model pembelajaran
yang mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan karakter peserta
didik yang sesuai dengan kurikulum 2013. Model pembelajaran dimana posisi
pendidik membimbing peserta didik dengan suatu kegiatan dalam memberi
sebuah pertanyaaan awal yang dapat mengarahkan dalam sebuah diskusi.
Sehingga model pembelajaran inkuiri terbimbing ini cocok digunakan dalam
kurikulum 2013. Model pembelajaran ini dapat mengacu pada pendekatan
sebuah pembelajaran yang dapat digunakan, termasuk dalam sebuah tujuan-
tujuan pembelajaran dan pengelolaan kelas (Asrul, 2020).
Kurikulum 2013 memiliki ciri khas tersendiri yaitu adanya penerapan
pendidikan pendekatan saintifik atau ilmiah dalam proses pembelajarannya.
Kemedikbud memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah atau
saintifik approach dalam pembelajaran mencangkup komponen: menyanya,
mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Komponen-
komponen tersebut dapat dimunculkan dalam setiap praktek pembelajaran,
tetapi bukan sebuah siklus pembelajaran. Sesuai dengan Permendikbud No. 65
tahun 2013 tentang standar proses kurikulum menggunakan pendekatan ilmiah
(saintifik) sebagai pendekatan pokok yang perlu diperkuat. Kemendikbud
memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan saintifik dalam
pembelajaran mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan (Simbolon, 2019).
Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah. Dalam artian, apa yang
dipelajari dan diperoleh peserta didik dilakukan dengan indra dan akal pikiran
sendir, sehingga mereka secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu
pengetahuan. Dengan pendekatan tersebut peserta didik mampu menghadapi
dan memecahkan masalah yang dihadapi (Ghozali, 2017). Model
pembelajaran saintifik merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta
didik beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains. Dalam praktiknya, peserta
didik diharuskan untuk melakukan serangkaian aktivitas selayaknya langkah-
langkah penerapan metode ilmiah. Dalam pembelajaran pendekatan saintifik
berpusat pada peserta didik, melibatkan keterampilan proses sains serta dapat
mengembangkan karakter peserta didik (Mulyati, 2020).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru
bidang studi fisika di SMA Negeri 09 Kendari di Kelas X diperoleh informasi
bahwa ketersediaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sudah baik akan
tetapi langkah-langkah pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran belum
sesuai dengan format pembuatan RPP. Guru juga menyatakan bahwa proses
pembelajaran belum sepenuhnya sesuai skenario yang ada pada RPP,
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung menggunakan
model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Hal ini
menyebabkan kurangnya pengalaman belajar peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan baru dan terlatih untuk menemukan ide dalam penyelesaian
masalah. Dari peristiwa ini, diduga terdapat ketidaksesuaian Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang digunakan dengan materi yang diajarkan
sehingga berdampak bagi guru yang memberikan pelajaran maupun peserta
didik yang menerima pelajaran dan dapat menyebabkan proses pembelajaran
kurang efektif.
Beberapa penelitian sebelumnnya menunjukkan sejumlah pengaruh
penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran
dikelas. Penelitian Diawati, et al, (2016) menyatakan bahwa pengembangan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa aspek pengetahuan yang dapat dilihat dari
N-gain, yaitu 0,76 dengan kategori tinggi dibandingkan kelas menggunakan
model pembelajaran langsung. Nurmaya, et al, (2021) menyatakan bahwa
perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing pada materi alat-alat optik
meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan peserta didik. Penelitian
Rizaldi, (2022) menyatakan bahwa pengembangan Rencana Pelaksananaan
Pembelajaran fisika SMA berbasis model inkuiri terbimbing dengan
pendekatan saintifik pada materi listrik dinamis dapat meniingkatkan
keterampilan sains, penguasaan konsep serta sikap atau karakter peserta didik.
Rendahnya hasil belajar dan kurangnya aktivitas belajar peserta didik
menjadi permasalahan yang terjadi disekolah. Untuk menyikapi permasalahan
yang ada, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang berorientasi pada
peserta didik sehingga pembelajaran lebih berpusat pada peserta didik (student
center) bukan hanya berpusat pada guru (teacher center). Model pembelajaran
yang dimaksud adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
pendekatan saintifik.
Berdasarkan uraian tersebut bahwa penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik, sehingga dipandang perlu
dilakukan suatu penelitian dengan judul “Pengembangan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Materi Hukum Newton Berbasis Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Pendekatan Saintifik untuk
Meningkatkan Pengetahuan, Keterampilan dan Karakter Peserta Didik
pada SMA/MA Kelas X”.
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan mengenai
media pembelajaran. Selain itu, penelitian dapat dimanfaatkan sebagai
bahan kajian lebih lanjut kepada peneliti dan akademisi, khususnya bidang
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis merupakan manfaat yang secara langsung dapat
dirasakan dampaknya saat penelitian dilakukan. Manfaat praktis dari
penelitian ini antara lain :
a. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang
perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan pendekatan
saintifik yang dikembangkan dan memberikan bekal bagi peneliti
sebagai pendidik.
b. Bagi guru, tersedianya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran model
inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan bisa langsung
digunakan dalam proses pembelajaran fisika untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan sains dan karakter peserta didik.
c. Bagi peserta didik, mendapatkan pembelajaran model inkuiri
terbimbing dengan pendekatan saintifik yang membantu keaktifan
dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar.
d. Bagi sekolah, tersedianya perangkat pembelajaran model inkuiri
terbimbing dengan pendekatan saintifik serta dapat dijadikan sebagai
acuan dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat dan baik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Pengembangan
4. Model Pengembangan
D. Pendekatan Saintifik
1. Gaya
Gaya adalah suatu tarikan dan dorongan yang diberikan kepada
suatu benda sehingga benda mengalami perubahan posisi atau kedudukan
(bergerak) serta berubah bentuk. Selain itu, gaya juga dapat diartikan suatu
tarikan atau dorongan yang dikerahkan oleh sebuah benda terhadap benda
lain. Gaya dapat menimbulkan perubahan, gaya dapat diukur dan memiliki
arah (Hardiansyah, 2021). Gaya ada 2 macam yaitu gaya sentuh dan gaya
tidak sentuh. Gaya sentuh yaitu gaya yang timbul karena titik kerja gaya
langsung bersentuhan dengan benda. Contoh gaya sentuh yaitu gaya otot,
gaya magnet dan gaya listrik. Selain gaya sentuh juga ada gaya tidak
sentuh. Gaya tidak sentuh merupakan gaya yang bekerja diantara dua
benda, tetapi dua benda tersebut tidak bersentuhan. Salah satunya contoh
gaya tidak sentuh adalah gaya gravitasi.
Ada dua hal yang mencirikan gaya. Hal pertama adalah kekuatan
atau besar gaya dan kedua adalah arah gaya yang diberikan. Karena
dicirikan oleh besar dan arahnya, gaya merupakan besaran vektor.
Besarnya gaya dapat diukur dengan menggunakan pegas. Berdasarkan
satuan SI satuan gaya adalah Newton (N), dimana satu Newton memiliki
arti gaya yang diperlukan untuk memberi percepatan sebesar 1 m/s 2
kepada benda bermassa 1 kg atau dengan kata lainbesar 1 Newton = 1 kg
m/s2. Gaya dapat menyebabkan perubahan pada benda lain yaitu
perubahan bentuk, sifat gerak benda, kecepatan dan arah gerak benda
(Oktavia, 2006)
2. Hukum Newton
Hukum dasar yang dirumuskan oleh Issac Newton (1643-1727)
untuk mempelajari gerakan mekanik pada manusia dan hewan. Newton
mula-mula mengembangkan hukum gerakan dan menjelaskan gaya tarik
gravitasi antara dua benda. Hukum Newton sangat memadai dan banyak
penggunaannya didalam bidang astronomi, geologi, biomekanik dan
tehnik. Ada 3 hukum dasar mekanika yang dicetuskan oleh Newton yaitu:
a. Hukum Newton Pertama
Hukum Newton ini disebut pula hukum inersia (hukum
kelembaman). Ini berarti bahwa benda itu mempunyai sifat
mempertahankan keadaannya. Apabila benda itu sedang bergerak maka
benda itu akan bergerak terus. Demikian pula benda itu sedang tidak
bergerak maka benda itu bersifat malas untuk bergerak. Dapat pula
dikatakan bahwa semua objek/benda akan bergerak apabila ada gaya
yang mengakibatkan pergerakan tersebut. Pandangan ini disebut
sebagai hukum Newton yang berbunyi : “Bila resultan gaya yang
bekerja pada suatu benda sama dengan nol (tidak ada gaya), maka
benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap
bergerak dengan kecepatan konstan.” Seperti yang terlihat pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Hukum Newton I
∑ F= 0 (2.1)
Keterangan :
∑ F= resultan gaya (N)
b. Hukum Newton kedua
“Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu benda tidak sama
dengan nol, benda tersebut akan memperoleh percepatan sebanding
dengan besarnya gaya resultan dan dalam arah yang sama dengan arah
gaya resultan tersebut dan berbanding terbalik dengan massanya.”
Contoh hukum Newton Kedua dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.
Jika F diterapkan pada massa (m) maka berlaku (Purwanto, 2014).
a=
∑F atau ∑ F= m.a
m
(2.2)
Keterangan :
a = percepatan benda (m/s2)
F = gaya yang bekerja pada benda (N atau kg m/s2)
m = massa benda (kg)
Gambar 3.2 Hukum Newton II
3. Gaya Gesekan
Gesekan adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat adanya kontak
antara dua buah permukaan benda satu sama lain. Akibat gesekan ini,
maka muncul gaya gesek yang melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah
benda bersentuhan. Permukaan yang halus akan menyebabkan gaya gesek
(atau tepatya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil nilainya
dibandingkan permukaan yang kasar. Gaya gesek antara dua buah benda
padat misalya adalah gaya gesek statis dan kinetis. Gaya gesekan statis
bekerja pada benda yang diam, sedangkan gaya gesekan kinetis bekerja
pada benda yang bergerak. Gaya gesek dapat merugikan dan juga dapat
bermanfaat. Gaya gesekan adalah gaya yang berbanding lurus dengan
kondisi pelumasan pada permukaan benda kerja yang bersinggungan
(Fotrianto, 2015).
Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua benda padat saling
bergerak lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang
membedakan antara titik-titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap
atau saling berganti (bergeser).
a. Gaya Gesek Statis
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang
diam atau tidak bergerak relatif satu sama lainnya. Tidak bekerjanya
suatu benda meskipun ada gaya yang bekerja pada benda itu
menandakan bahwa resultan gaya yang bekerja padanya bernilai nol.
Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah benda meluncur
kebawah pada bidang miring. Koefisien gerak statis umunya
dinotasikan μs , dan pada umunya lebih besar dari koefisien gesek
kinetis. Pada gaya gesekan statis berlaku persamaan sebagai berikut
(Ilyas, 2020)
F s=μ s N (2.4)
Keterangan :
F s = gaya gesekan statis
μs = koefisien gesekan statis
N = gaya normal
b. Gaya gesek Kinetis
Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda
bergerak relatif satu sama lainnya dan saling bergesekan. Gaya gesek
ini mencerminkan hubungan relatif antara dua permukaan benda yang
melakukan kontak. Ketika sebuah benda bergerak pada permukaan
benda lain, gaya gesekan bekerja berlawanan arah terhadap kecepatan
benda. Koefisien gesek kinetis umunya dinotasian dengan μk dan pada
umunya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material yang
sama. Pada gaya gesekan kinetis berlaku persamaan sebagai berikut
(Hardiansyah, 2021).
F k =μk N (2.5)
Keterangan :
F k = gaya gesekan statis
μk = koefisien gesekan statis
N = gaya normal
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Subjek uji coba dalam penelitian adalah peserta didik kelas X di SMA
Negeri 09 Kendari.
Spesifikasi tujuan
pembelajaran
Perancangan
Pengembangan
Validasi
ahli
Produk
Hasil
V=
∑S
n (c−1)
(3.1)
Keterangan :
V = indeks kesepakatan validator
S = skor yang diberikan validator dikurangi skor terendah dalam
kategori yang diinginkan (S = r - 1)
n = banyaknya validator
c = banyak kategori yang dapat diperoleh oleh validator
r = angka yang diberikan oleh validator
l = nilai terendah dari skala yang akan digunakan
c. Untuk menginterpretasi nilai validitas isi yang diperoleh dari perhitungan
di atas maka digunakan pengklasifikasian validitas seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 3.2.
P=
∑ Pn (3.4)
n
Keterangan :
P = Rata-rata penolehan skor
∑ P n = Jumlah keseluruhan skor
n = Jumlah pertanyaan
Tabel 3.8 Kriteria Pengkategorian Respon Guru
Interval Skor Kategori
4,22 – 5,00 Sangat baik
3,41 – 4,20 Baik
2,61 – 3,40 Cukup baik
1,80 – 2,60 Kurang baik
0,00 – 1,79 Sangat kurang baik
(Diawati, 2016).55
DAFTAR PUSTAKA