Anda di halaman 1dari 39

PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATERI HUKUM NEWTON BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN


INKUIRI TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN, KETERAMPILAN
DAN KARAKTER PESERTA DIDIK PADA SMA/MA KELAS X

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Fisika

OLEH

DEWI SARTIKA
A1K119028

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
BAB I
LATAR BELAKANG

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah sarana bagi generasi penerus bangsa yang mampu
mengembangkan potensi diri dalam menghadapi perkembangan dunia
khususnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan
IPTEK yang pesat menuntut adanya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini
tercantum dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 . Menurut Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa,
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran yang aktif agar siswa mampu
mengembangkan potensi dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”
(Kemendikbud, 2003). Terkait dengan pengertian tersebut maka pendidikan
tidak hanya mengembangkan intelektual manusia saja, namun pendidikan
berusaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia dalam aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan
perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Tujuan Pendidikan Nasional,
pasal 3 yang berbunyi, “pendidikan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Muliani, 2019).
Di Indonesia menerapkan kurikulum 2013 bagi upaya meningkatkan mutu
pendidikan yang menekankan berbagai prinsip pembelajaran yang harus
dipenuhi yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik, interaktif dan peserta
didik menerima semua pembelajaran dari guru khususnya di bidang sains
yaitu pembelajaran fisika.
Proses pembelajaran yang baik memerlukan perangkat pembelajaran
yang dapat membantu dan memfasilitasi peserta didik memahami
pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media,
petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, perangkat pembelajaran sangat penting bagi seorang pendidik,
dikarenakan dapat dijadikan sebagai pedoman pendidik dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas (Siregar, 2019). Berdasarkan peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun
2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya Pasal 13 Ayat 2
tersebut jelas disebutkan bahwa menyusun RPP merupakan salah satu bagian
dari rincian kegiatan guru. Sehingga menyusun RPP merupakan salah satu
nagian dari sekian banyak kewajiban guru disamping kewajiban-kewajiban
yang lain yang harus dilaksanakan oleh guru.
Pengembangan perangkat pembelajaran salah satunya yaitu rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah acuan bagi pendidik untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan efisien. Tujuan
RPP adalah untuk mempermudah, memperlancar dan untuk meningkatkan
hasil proses belajar mengajar peserta didik. Selain itu, tujuan
dikembangkannya rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk
menghasilkan sebuah produk yang dapat membantu peserta didik dalam
proses pembelajaran di dalam kelas, dimana produk tersebut dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan terutama dalam meningkatkan
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan karakter peserta didik
(Ferywidyastuti, 2015).
Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terdapat
model pembelajaran yang perlu digunakan. Model pembelajaran merupakan
suatu perencanaan kegiatan pembelajaran agar dapat mengatasi kesulitan
dalam proses belajar dan merupakan salah satu komponen utama dalam
menciptakan suasana yang aktif, inovatif dan menyenangkan. Model
pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun
motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar dikelas
(Roziqin, 2022).
Pembelajaran akan lebih bermakna jika peserta didik diberi
kesempatan untuk tahu dan terlibat aktif dalam menemukan konsep dari
fenomena yang ada dari lingkungan dengan bimbingan guru. Salah satu
metode pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan tersebut adalah dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing. Penggunaan inkuiri terbimbing disebabkan
karena perkembangan intelektial peserta didik (Adiputra, 2017). Didalam
model ini, juga tercangkup penemuan makna, organisasi dan struktur dari idea
tau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana
mengorganisasikan dan melakukan penelitian guna mencapai tujuan
pembelajaran. Inkuiri terbimbing dapat memberikan hal-hal baru yang
sebelumnya belum pernah dialami dan dilakukan oleh peserta didik akan
memiliki pengalaman yang dapat tersimpan dalam ingat5an dengan baik,
tahan lama dan berkesan (Lasmo, 2017).
Model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu model pembelajaran
yang mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan karakter peserta
didik yang sesuai dengan kurikulum 2013. Model pembelajaran dimana posisi
pendidik membimbing peserta didik dengan suatu kegiatan dalam memberi
sebuah pertanyaaan awal yang dapat mengarahkan dalam sebuah diskusi.
Sehingga model pembelajaran inkuiri terbimbing ini cocok digunakan dalam
kurikulum 2013. Model pembelajaran ini dapat mengacu pada pendekatan
sebuah pembelajaran yang dapat digunakan, termasuk dalam sebuah tujuan-
tujuan pembelajaran dan pengelolaan kelas (Asrul, 2020).
Kurikulum 2013 memiliki ciri khas tersendiri yaitu adanya penerapan
pendidikan pendekatan saintifik atau ilmiah dalam proses pembelajarannya.
Kemedikbud memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah atau
saintifik approach dalam pembelajaran mencangkup komponen: menyanya,
mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Komponen-
komponen tersebut dapat dimunculkan dalam setiap praktek pembelajaran,
tetapi bukan sebuah siklus pembelajaran. Sesuai dengan Permendikbud No. 65
tahun 2013 tentang standar proses kurikulum menggunakan pendekatan ilmiah
(saintifik) sebagai pendekatan pokok yang perlu diperkuat. Kemendikbud
memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan saintifik dalam
pembelajaran mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan (Simbolon, 2019).
Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah. Dalam artian, apa yang
dipelajari dan diperoleh peserta didik dilakukan dengan indra dan akal pikiran
sendir, sehingga mereka secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu
pengetahuan. Dengan pendekatan tersebut peserta didik mampu menghadapi
dan memecahkan masalah yang dihadapi (Ghozali, 2017). Model
pembelajaran saintifik merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta
didik beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains. Dalam praktiknya, peserta
didik diharuskan untuk melakukan serangkaian aktivitas selayaknya langkah-
langkah penerapan metode ilmiah. Dalam pembelajaran pendekatan saintifik
berpusat pada peserta didik, melibatkan keterampilan proses sains serta dapat
mengembangkan karakter peserta didik (Mulyati, 2020).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru
bidang studi fisika di SMA Negeri 09 Kendari di Kelas X diperoleh informasi
bahwa ketersediaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sudah baik akan
tetapi langkah-langkah pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran belum
sesuai dengan format pembuatan RPP. Guru juga menyatakan bahwa proses
pembelajaran belum sepenuhnya sesuai skenario yang ada pada RPP,
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung menggunakan
model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Hal ini
menyebabkan kurangnya pengalaman belajar peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan baru dan terlatih untuk menemukan ide dalam penyelesaian
masalah. Dari peristiwa ini, diduga terdapat ketidaksesuaian Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang digunakan dengan materi yang diajarkan
sehingga berdampak bagi guru yang memberikan pelajaran maupun peserta
didik yang menerima pelajaran dan dapat menyebabkan proses pembelajaran
kurang efektif.
Beberapa penelitian sebelumnnya menunjukkan sejumlah pengaruh
penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran
dikelas. Penelitian Diawati, et al, (2016) menyatakan bahwa pengembangan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa aspek pengetahuan yang dapat dilihat dari
N-gain, yaitu 0,76 dengan kategori tinggi dibandingkan kelas menggunakan
model pembelajaran langsung. Nurmaya, et al, (2021) menyatakan bahwa
perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing pada materi alat-alat optik
meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan peserta didik. Penelitian
Rizaldi, (2022) menyatakan bahwa pengembangan Rencana Pelaksananaan
Pembelajaran fisika SMA berbasis model inkuiri terbimbing dengan
pendekatan saintifik pada materi listrik dinamis dapat meniingkatkan
keterampilan sains, penguasaan konsep serta sikap atau karakter peserta didik.
Rendahnya hasil belajar dan kurangnya aktivitas belajar peserta didik
menjadi permasalahan yang terjadi disekolah. Untuk menyikapi permasalahan
yang ada, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang berorientasi pada
peserta didik sehingga pembelajaran lebih berpusat pada peserta didik (student
center) bukan hanya berpusat pada guru (teacher center). Model pembelajaran
yang dimaksud adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
pendekatan saintifik.
Berdasarkan uraian tersebut bahwa penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik, sehingga dipandang perlu
dilakukan suatu penelitian dengan judul “Pengembangan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Materi Hukum Newton Berbasis Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Pendekatan Saintifik untuk
Meningkatkan Pengetahuan, Keterampilan dan Karakter Peserta Didik
pada SMA/MA Kelas X”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis
model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik pada
materi hukum Newton untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan karakter peserta didik pada SMA/MA kelas X?
2. Bagaimana kelayakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik pada materi
hukum Newton untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
karakter peserta didik pada SMA/MA kelas X?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini


adalah sebagai berikut.
1. Untuk menghasilkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik pada materi
hukum Newton untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
karakter peserta didik pada SMA/MA kelas X.
2. Untuk mendeskripsikan kelayakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
berbasis model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan
saintifik pada materi hukum Newton untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan karakter peserta didik pada SMA/MA kelas X.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan mengenai
media pembelajaran. Selain itu, penelitian dapat dimanfaatkan sebagai
bahan kajian lebih lanjut kepada peneliti dan akademisi, khususnya bidang
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis merupakan manfaat yang secara langsung dapat
dirasakan dampaknya saat penelitian dilakukan. Manfaat praktis dari
penelitian ini antara lain :
a. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang
perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan pendekatan
saintifik yang dikembangkan dan memberikan bekal bagi peneliti
sebagai pendidik.
b. Bagi guru, tersedianya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran model
inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik dan bisa langsung
digunakan dalam proses pembelajaran fisika untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan sains dan karakter peserta didik.
c. Bagi peserta didik, mendapatkan pembelajaran model inkuiri
terbimbing dengan pendekatan saintifik yang membantu keaktifan
dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar.
d. Bagi sekolah, tersedianya perangkat pembelajaran model inkuiri
terbimbing dengan pendekatan saintifik serta dapat dijadikan sebagai
acuan dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat dan baik.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Pengembangan

1. Pengertian Penelitian Pengembangan

Pengembangan dalam kamus bahasa Indonesia adalah perluasan.


Pengembangan merupakan penggunaan ilmu pengetahuan tekhnis dalam
rangka memproduksi bahan baru. Pengertian mengenai pengembangan
dapat disimpulkan bahwa pengembangan merupakan perluasan atau
pedalaman suatu materi pembelajaran sehingga menghasilkan suatu
produk (Ilmiawan, 2018).
Metode penelitian dan pengembangan (research and development)
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan menguji keefektifannya. Menurut Borg and Gall (1983), yang
dimaksud dengan penelitian dan pengembangan adalah “a process and
develop and validate educational product”. Bahwa penelitian
pengembangan sebagai usaha untuk mengembangka dan memvalidasi
produk-produk yang digunakan dalam proses pembelajaran
(Purnama, 2013).
Istilah penelitian pengembangan merupakan padanan makna dari
kata research dan development yang dalam bahasa Arabnya disebut
al-Bahts at-Tathwiry. Soenarto mengemukakan bahwa R&D digunakan
untuk mengatasi masalah pendidikan, meningkatkan efektivitas proses
belajar mengajar dikelas. Menurut Rickey dan Klien, tujuan penelitian
pengembangan adalah untuk memperkuat dasar-dasar emprik untuk
mengkreasi produk, alat pembelajaran maupun non-pembelajaran dengan
model-model baru yang baik (Ainon, 2013).
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa penelitian pengembangan
adalah penelitian yang memusatkan pada variable-variabel
perkembangannya selama beberapa kurun waktu. Penelitian ini
menyelidiki pola-pola dan perurutan perkembangan dan pertumbuhan,
dengan bagaimana variable berhubungan satu sama lain dan
mempengaruhi sifat-sifat pertumbuhan dan perkembangan.

2. Ciri-ciri Penelitian Pengembangan

Borg and gall menjelaskan empat cirri-ciri utama dalam penelitian


dan pengembangan yaitu sebagai berikut (Ibrahim, 2018).
a. Studying research findings pertinent to the product to be develop,
artinya melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-
temuan penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangakan
b. Developing the product base on this findings, artinya mengembangkan
produk berdasarkan temuan penelitian tersebut.
c. Field testing it in the setting where it will be used eventually, artinya
dilakukannya uji lapangan dalam seting atau situasi senyatannya
dimana produk tersebut nantinya digunakan.
d. Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage,
artinya melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan
yang ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan.
Empat ciri utama R&D tersebut, memberikan gambaran bahwa ciri
utama R&D adalah adanya langkah-langkah penelitian awal terkait dengan
produk yang akan dikembangakan. Hasil penelitian tersebut kemudian
produk pendidikan dirancang dan dikembangkan untuk kemudian diuji dan
diperbaiki/direvisi.

3. Karakteristik Penelitian Pengembangan

Menurut Haviz (2013), penelitian pengembangan dalam rangka


peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan
dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran
sebagai pertanggunjawaban professional dan komitmennya terhadap
pemerolehan kualitas pembelajaran.
b. Pengembangan model, pendekatan atau metode pembelajaran serta
media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kempetensi
siswa.
c. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli,
dan uji cob lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk
yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Proses pengembangan, validasi dan uji coba lapangan tersebut
dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan
secara akademik.
d. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode dan media
pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapid an dilaporkan
secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan
organilitas.

4. Model Pengembangan

Model pengembangan intruksional yang dimana model ini diartikan


dalam 4 tahap, yaitu defune (pendefenisian), design (perancangan),
develop (pengembangan) dan dessiminate (penyebaran). Model
pengembangan ini disebut dengan sebutan model 4-D yaitu sebagai
berikut (Numaya, 2021).
a. Define atau tahap defenisi, dalam tahap ini ada lima fase yang harus
dilakukan yakni analisis pembelajaran, analisis awal akhir, analisis
tujuan-tujuan instruksi khusus, analisis konsep dan analisis tugas.
b. Design atau tahap perancangan, fase dalam tahap ini ada dua yakni,
melakukan konstruksi tes yang didasarkan pada kriteria, pemilihan
format dan media, dan perancangan awal.
c. Develop atau tahap pengembangan, dalam tahap ini ada dua kegiatan
atau fase yang harus dilakukan yakni, ahli melakukan penilaian dan
pengembangan diuji coba.
d. Disseminate atau tahap penyebaran, pada tahap ini fase yag dilakukan
ada tiga yakni, validasi diuji coba, adopsi dan difusi.
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting


sebelum pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan
supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif. Perencanaan
pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) atau beberapa istilah lain seperti desain pembelajaran, skenario
pembelajaran. RPP memuat KI, KD, indikator yang akan dicapai, materi
yang akan dipelajari, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar serta penilaian (Susetya, 2017).
Rencana pelaksanaan kegiatan pembelajaran sangat menunjang
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Perencanaan teramat
dibutuhkan sebelum pelaksanaan proses pembelajaran dilaksanakan, hal
ini diperuntukkan agar proses pembelajaran tersusun dan terarah sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam sebuah satuan
pendidikan (Bararah, 2017). Adapun defenisi dari perencanaan
pembelajaran atau biasa disebut rencana pelaksanan pembelajaran (RPP)
adalah acuan bagi pengajar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efesien
(Ferywidyastuti, 2015).
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan gambaran pengorganisasian pembelajaran
untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan standar isi dan
dijabarkan dalam silabus dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran ini harus disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ada
sesuai kurikulum yang digunakan (Anggriani, 2018). Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah suatu upaya menyusun perencanaan pembelajaran
yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sesuai dengan kebutuhan
siswa, sekolah dan daerah.

2. Fungsi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Khaerullah (2019), memaparkan fungsi dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran sebagai berikut.
a. Pembelajaran yang dilaksanakan guru menjadi lebih mudah dan proses
kegiatan pembelajaran meningkat karena pembelajaran diterapkan
secara terprogram.
b. Guru mampu mempersiapkan situasi emosional yang dibangun,
suasana belajar menjadi menyenangkan, serta suasana terjalin baik
karena peserta didik yang aktif.
c. Guru mempunyai tumpuan pelaksanaan pembelajaran yang lebih
terarah, efesien dan efektif. Sebab itu tumpuan atau acuan yang
disusun sebaiknya flesibilitas.
3. Karakteristik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Suyatno (2020), menjelaskan bahwa perencanaan pembelajaran
memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berpikir,
disusun dengan mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat
berpengaruh, di samping disusun dengan mempertimbangkan segala
sumber daya yang tersedia yang dapat mendukung terhadap
keberhasilan proses pembelajaran.
b. Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku siswa
sesuai dengan tujuan tujuan yang ingin dicapai. Ini berarti fokus utama
dalam pembelajaran adalah ketercapaian tujuan.
c. Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itulah, perencanaan
pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoman dlam mendesain
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar (KD).

4. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Suatu pembelajaran tidak akan memperoleh hasil yang maksimal


apabila tidak mencakup pemahaman yang benar terjadap komponen yang
wajib ada dalam rumusan tersebut. Menurut Permendiknas Nomor 41
Tahun 2007, komponen RPP terdiri dari:
a. Identitas mata pelajaran.
b. Standar kompetensi.
c. Kompetensi dasar.
d. Indikator pencapaian kompetensi.
e. Tujuan pembelajaran.
f. Materi ajar.
g. Alokasi waktu.
h. Metode pembelajaran.
i. Kegiatan pembelajaran meliputi: pendahuluan, inti, penutup.
j. Sumber belajar.
k. Penilaian hasil belajar meliputi: soal, skor dan kunci jawaban.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005,
dalam pasal 20 menyatakan bahwa: “RPP minimal memuat sekurang-
kurangnya lima komponen yang meliputi: tujuan pembelajaran, materi
ajar, metode pengajaran, sumber belaja dan penilaian hasil belajar”.

5. Prinsip-Prinsip Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut Purwanto (2019), menejelaskan bahwa menyusun RPP


hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat
intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
b. Partisipasi aktif peserta didik.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan,
dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan
program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remedi.
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
g. Mengakomodasi pembelajaran tematik- terpadu, keterpaduan lintas
mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya .

6. Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Secara teknis, seorang guru harus memahami format yang baku


dalam kegiatan penyusunan RPP, mengingat sering kali terjadi perubahan
yang mengakibatkan rumusan RPP tersebut tidak tepat. Oleh karena itu,
langkah-langkah menyusun RPP antara lain:
a. Mengisi kolom identitas.
b. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang
telah ditetapkan.
c. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang
akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun.
d. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditentukan.
e. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/pembelajaran
yang terdapat dalam silabus, materi ajar merupakan uraian dari materi
pokok/pembelajaran.
f. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
g. Merumuskan langkah-langkah yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan
akhir.
h. Menentukan alat/bahan/sumber belajar yang digunakan.
i. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik
penskoran dan kunci jawaban.
Berdasarkan langkah-langkah penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran tersebut perlu diperhatikan setiap pendidik pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif dan efisien (Bararah, 2008).

C. Model Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), merupakan suatu


model pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan penyelidikan dan
menjelaskan hubungan antara objek dan peristiwa. Bentuk pembelajaran inkuiri
terbimbing berupa memberi motivasi kepada siswa untuk menyelidiki masalah-
masalah yang ada dengan menggunakan cara-cara keterampilan ilmiah dalam
rangka mencari penjelasan-penjelasannya. Pembelajaran inkuri terbimbing
lebih menekankan pada kolaborasi siswa untuk memecahkan masalah secara
berkelompok dan membangun pengetahuan secara mandiri. (Adiputra, 2017).
Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran
yang diterapkan dalam kurikulum 2013, yang merupakan Model pembelajaran
dimana posisi pendidik membimbing peserta didik dengan suatu kegiatan
dalam memberi sebuah pertanyaan awal yang dapat mengarahkan dalam
sebuah diskusi. Pendidik mempunyai peran aktif untuk sebuah permasalahan
dan tahap-tahap. Sehingga model pembelajaran inkuiri terbimbing ini cocok
digunakan dalam pembelajaran tematik, dimana peserta didik terlibat langsung
dengan objek yang dipelajarinya (Asrul, 2020).
Retnoningsih (2021), mengungkapkan bahwa model pembelajaran
inquiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya menanamkan
dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan
kreativitas dalam memecahkan masalah. Model pembelajaran inkuiri mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut seperti pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Pembelajaran Guru Peserta Didik

Mengajukan masalah Mendefenisikan sifat dan


Identifikasi dan penentapan untuk dipecahkan atau parameter masalah.
ruang lingkup (inisiasi) pertanyaan untuk
diselidiki.
Guru memberikan Peserta didik melakukan
kesempatan kepada curah pendapat
peserta didik untuk (Brainstrorm) hipotesis
curah pendapat yang akan diprioritaskan.
(Brainstrorm) dalam
membentuk hipotesis.
Guru membimbing
Membuat hipotesis (seleksi) peserta didik dalam
menentukan hipotesis
yang relevan dengan
permasalahan dan
memprioritaskan
hipotesis mana yang
menjadi prioritas
penyelidikan.
a. Guru memberikan a. Brainstrorm (curah
kesempatan kepada pendapat) tentang
peserta didik untuk alternatif prosedur dan
menentukan langkah- solusi pemecahan
langkah yang sesuai masalah.
hipotesis yang akan b. Memilih atau
dilakukan. merancang strategi
Merancang percobaan b. Guru membimbing pemecahan masalah
(Eksplorasi) peserta didik (langkah-langkah
mengurutkan langkah- percobaan)
langkah percobaan. c. Memilih alat dan bahan
c. Mendorong peserta yang dibutuhkan
didik untuk memilih dengan tepat.
dengan tepat alat dan
bahan yang
diperlukan.
a. Membimbing peserta a. Mengimplementasikan
didik dalam rencana untuk
melakukan investigasi, memecahkan masalah.
dan mendorong b. Menggunakan
tanggung jawab keterampilan proses
individu para anggota sains untuk
Melakukan percobaan kelompok. mengumpulkan data
unruk pengumpulan b. Mengarahkan peserta dan menganalisis
data/informasi (formulasi) didik memanfaatkan informasi.
sumber daya informasi c. Melakukan observasi,
lainnya untuk mengumpulkan data,
pemecahan masalah. berkomunikasi dan
bekerja sama dengan
anggota kelompok
lainnya.
Membimbing peserta a. Membuat catatan
didik mengorganisasikan pengamatan.
data dan membuat b. Mengolah data yang
Interpretasi data dan
kesimpulan. terkumpul dalam
mengembangkan
bentuk grafik dan tabel.
kesimpulan (koleksi)
c. Membuat pola-pola dan
hubungan dalam data.
d. Menarik kesimpulan.

D. Pendekatan Saintifik

Model pembelajaran saintifik merupakan model pembelajaran yang


menuntut siswa beraktifitas sebagaimana seorang ahli sains. Model
pembelajaran pendekatan saintifik dapat dikatakan sebagai proses
pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui
kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat dan
analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Guna mampu
melaksanakan kegiatan ini, siswa harus dibina kepekaannya terhadap
fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan, dilatih
ketelitiaanya dalam mengumpulkan data, dikembangkan kecermatannya
dalam mengolah data untuk menjawab pertanyaan, serta dipandu dalam
membuat simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukannya
(Pahrudin, 2019).
Ghozali (2017), menyatakan bahwa pendekatan saintifik merupakan
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa yang mana tujuannya
agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip.
Secara konseptual, pendekatan saintifik dianggap lebih unggul daripada
konsep eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi (EEK) karena pendekatan
saintifik mendorong peserta didik untuk aktif.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang berpusat pada siswa
membuat pembelajaran menjadi bermakna sehingga observasi. Pembelajaran
dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada peserta didik.
2. Melibatkan ketrampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep,
hukum atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
peserta didik.
4. Dapat mengembangkan karakter peserta didik (Simbolon, 2019).
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada
peserta didik untuk mengetahui, memahami, mempraktikkan apa yang sedang
dipelajari secara ilmiah. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran diajarkan
agar peserta didik pencari tahu dari berbagai sumber melalui mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta
untuk semua mata pelajaran).
Komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan
pendekatan saintifik (Musfiqon, 2015).
a. Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan
(Foster a sense of wonder).
b. Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourageobservation),
c. Melakukan analisis (Push for analysis).
d. Berkomunikasi (Require communication)
Menurut Bermawi (2016) menjelaskan bahwa dari keempat komponen
tersebut dapat dijabarkan ke dalam lima praktek pembelajaran seperti pada
Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Praktek Pembelajaran Pendekatan Saintifik
Instrumen Uraian
Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak
Mengamati (Observing)
(tanpa dan dengan alat).
Mengajukan pertanyaan dari yang faktual hipotesis
Menanya (Questioning) diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri
(menjadi suatu kebiasaan).
Mengumpulkan data yang diperlukan dari pertanyaan
Pengumpulan data
yang diajukan menentukan sumber data (benda, buku,
(Experimenting)
dokumen, dan eksperimen) serta mengumpulkan data.
Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,
Mengasosiasi
menentukan hubungan data/kategori menyimpulkan dari
(Associating)
hasil analisis data.
Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk
Mengkomunikasikan lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media
lainnya.

E. Hukum Newton tentang Gerak

1. Gaya
Gaya adalah suatu tarikan dan dorongan yang diberikan kepada
suatu benda sehingga benda mengalami perubahan posisi atau kedudukan
(bergerak) serta berubah bentuk. Selain itu, gaya juga dapat diartikan suatu
tarikan atau dorongan yang dikerahkan oleh sebuah benda terhadap benda
lain. Gaya dapat menimbulkan perubahan, gaya dapat diukur dan memiliki
arah (Hardiansyah, 2021). Gaya ada 2 macam yaitu gaya sentuh dan gaya
tidak sentuh. Gaya sentuh yaitu gaya yang timbul karena titik kerja gaya
langsung bersentuhan dengan benda. Contoh gaya sentuh yaitu gaya otot,
gaya magnet dan gaya listrik. Selain gaya sentuh juga ada gaya tidak
sentuh. Gaya tidak sentuh merupakan gaya yang bekerja diantara dua
benda, tetapi dua benda tersebut tidak bersentuhan. Salah satunya contoh
gaya tidak sentuh adalah gaya gravitasi.
Ada dua hal yang mencirikan gaya. Hal pertama adalah kekuatan
atau besar gaya dan kedua adalah arah gaya yang diberikan. Karena
dicirikan oleh besar dan arahnya, gaya merupakan besaran vektor.
Besarnya gaya dapat diukur dengan menggunakan pegas. Berdasarkan
satuan SI satuan gaya adalah Newton (N), dimana satu Newton memiliki
arti gaya yang diperlukan untuk memberi percepatan sebesar 1 m/s 2
kepada benda bermassa 1 kg atau dengan kata lainbesar 1 Newton = 1 kg
m/s2. Gaya dapat menyebabkan perubahan pada benda lain yaitu
perubahan bentuk, sifat gerak benda, kecepatan dan arah gerak benda
(Oktavia, 2006)
2. Hukum Newton
Hukum dasar yang dirumuskan oleh Issac Newton (1643-1727)
untuk mempelajari gerakan mekanik pada manusia dan hewan. Newton
mula-mula mengembangkan hukum gerakan dan menjelaskan gaya tarik
gravitasi antara dua benda. Hukum Newton sangat memadai dan banyak
penggunaannya didalam bidang astronomi, geologi, biomekanik dan
tehnik. Ada 3 hukum dasar mekanika yang dicetuskan oleh Newton yaitu:
a. Hukum Newton Pertama
Hukum Newton ini disebut pula hukum inersia (hukum
kelembaman). Ini berarti bahwa benda itu mempunyai sifat
mempertahankan keadaannya. Apabila benda itu sedang bergerak maka
benda itu akan bergerak terus. Demikian pula benda itu sedang tidak
bergerak maka benda itu bersifat malas untuk bergerak. Dapat pula
dikatakan bahwa semua objek/benda akan bergerak apabila ada gaya
yang mengakibatkan pergerakan tersebut. Pandangan ini disebut
sebagai hukum Newton yang berbunyi : “Bila resultan gaya yang
bekerja pada suatu benda sama dengan nol (tidak ada gaya), maka
benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap
bergerak dengan kecepatan konstan.” Seperti yang terlihat pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Hukum Newton I

Hukum Newton pertama ini dipakai untuk mengukur suatu


pengamatan. Persamaan hukum Newton Pertama yaitu sebagai berikut
(Gabriel, 1996).

∑ F= 0 (2.1)
Keterangan :
∑ F= resultan gaya (N)
b. Hukum Newton kedua
“Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu benda tidak sama
dengan nol, benda tersebut akan memperoleh percepatan sebanding
dengan besarnya gaya resultan dan dalam arah yang sama dengan arah
gaya resultan tersebut dan berbanding terbalik dengan massanya.”
Contoh hukum Newton Kedua dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.
Jika F diterapkan pada massa (m) maka berlaku (Purwanto, 2014).

a=
∑F atau ∑ F= m.a
m
(2.2)
Keterangan :
a = percepatan benda (m/s2)
F = gaya yang bekerja pada benda (N atau kg m/s2)
m = massa benda (kg)
Gambar 3.2 Hukum Newton II

c. Hukum Newton ketiga


“Jika benda A memberikan gaya ada benda B (aksi), maka benda
B akan memberikan gaya pada benda A (reaksi). Kedua gaya ini
memiliki besar yang sama tetapi arah yang berlawanan. Kedua gaya ini
bekerja pada benda yang berbeda.” Seperti yang terlihat pada Gambar
2.3. Dapat dituliskan pada persamaan sebagai berikut (Young, 2001).

F aksi =−F reaksi (2.3)


Keterangan :
F = aksi
-F = reaksi

Gambar 2.3 Hukum Newton III

3. Gaya Gesekan
Gesekan adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat adanya kontak
antara dua buah permukaan benda satu sama lain. Akibat gesekan ini,
maka muncul gaya gesek yang melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah
benda bersentuhan. Permukaan yang halus akan menyebabkan gaya gesek
(atau tepatya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil nilainya
dibandingkan permukaan yang kasar. Gaya gesek antara dua buah benda
padat misalya adalah gaya gesek statis dan kinetis. Gaya gesekan statis
bekerja pada benda yang diam, sedangkan gaya gesekan kinetis bekerja
pada benda yang bergerak. Gaya gesek dapat merugikan dan juga dapat
bermanfaat. Gaya gesekan adalah gaya yang berbanding lurus dengan
kondisi pelumasan pada permukaan benda kerja yang bersinggungan
(Fotrianto, 2015).
Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua benda padat saling
bergerak lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang
membedakan antara titik-titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap
atau saling berganti (bergeser).
a. Gaya Gesek Statis
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang
diam atau tidak bergerak relatif satu sama lainnya. Tidak bekerjanya
suatu benda meskipun ada gaya yang bekerja pada benda itu
menandakan bahwa resultan gaya yang bekerja padanya bernilai nol.
Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah benda meluncur
kebawah pada bidang miring. Koefisien gerak statis umunya
dinotasikan μs , dan pada umunya lebih besar dari koefisien gesek
kinetis. Pada gaya gesekan statis berlaku persamaan sebagai berikut
(Ilyas, 2020)
F s=μ s N (2.4)
Keterangan :
F s = gaya gesekan statis
μs = koefisien gesekan statis
N = gaya normal
b. Gaya gesek Kinetis
Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda
bergerak relatif satu sama lainnya dan saling bergesekan. Gaya gesek
ini mencerminkan hubungan relatif antara dua permukaan benda yang
melakukan kontak. Ketika sebuah benda bergerak pada permukaan
benda lain, gaya gesekan bekerja berlawanan arah terhadap kecepatan
benda. Koefisien gesek kinetis umunya dinotasian dengan μk dan pada
umunya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material yang
sama. Pada gaya gesekan kinetis berlaku persamaan sebagai berikut
(Hardiansyah, 2021).
F k =μk N (2.5)
Keterangan :
F k = gaya gesekan statis
μk = koefisien gesekan statis
N = gaya normal
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari bertempat di


Kendari dan akan di uji cobakan pada peserta didik kelas X SMA Negeri 09
Kendari.

B. Subjek Penelitian

Subjek uji coba dalam penelitian adalah peserta didik kelas X di SMA
Negeri 09 Kendari.

C. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research


and Development). Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu
recana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan mengikuti alur dari
Thiagarajan. S, (1974). Model pengembangan 4-D tahap yaitu (define, design,
develop and disseminate). Dalam penelitian ini hanya dilakukan sampai pada
tahap pengembangan (Development), untuk mengembangkan RPP yang
melibatkan penilaian ahli untuk melihat kelayakan perangkat yang digunakan.
Penelitian ini diuji cobakan pada peserta didik kelas X SMA Negeri Kendari,
pada tahap pengembangan (Development) meliputi telaah dan revisi, validasi,
serta uji coba terbatas.
D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah prosedur dalam penelitian ini menggunakan


pendekatan pengembangan model 4-D (define, design, develop and
disseminate). Dalam penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap
pengembangan (research and development). Menurut Ferywidyastuti (2015)
menyatakan bahwa secara garis besar tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tahap pendefinisian adalah tahap untuk menetapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat bahan ajar yang dibutuhkan. Tahap ini
mencakup lima langkah pokok, yaitu sebagai berikut.
a. Analisis awal-akhir
Analisis awal-akhir dilakukan untuk mengidentifikasi
kemampuan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran umum di
SMA Negeri 09 Kendari serta masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran sehingga diperlukan suatu pengembangan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada langkah ini dilakukan analisis
awal untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sedangkan analisis akhir
dilakukan dengan menganalisis keadaan akhir yang ingin dicapai melalui
proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu RPP
yang baik pada materi pokok Hukum Newton di SMA Negeri 09
Kendari yang mengacu pada silabus Kurikulum 2013 revisi.
b. Analisis peserta didik
Analisis peserta didik ini bertujuan untuk menganalisis
karakteristik peserta didik. Dalam hal ini sangat diperlukan untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan yang dialami peserta didik dalam
belajar. Karakteristik peserta didik yang dimaksud adalah: (1)
kompetensi awal dan latar belakang kemampuan, (2) sikap/cara berpikir
secara umum terhadap topik pembelajaran dan (3) pemilihan media,
format, dan bahasa. Hasil analisis ini menentukan cara penyajian produk
hasil pengembangan.
c. Analisis tugas
Analisis tugas dilakukan untuk mengidentifikasi tugas-tugas
utama yang akan dilakukan oleh peserta didik. Analisis tugas terdiri dari
analisis terhadap Kompotensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
terkait materi yang akan dikembangkan melalui penelitian ini.
d. Analisis konsep
Analisis konsep bertujuan untuk menentukan isi materi dalam
RPP yang dikembangkan. Analisis konsep dibuat dalam peta konsep
pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai sarana pencapaian
kompetensi tertentu, dengan cara mengidentifikasi dan menyusun
secara sistematis bagian-bagian utama materi pembelajaran.
e. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Spesifikasi tujuan pembelajaran yaitu proses konversi hasil
analisis tugas dan konsep, yaitu perumusan tujuan pembelajaran
berdasarkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang
tercantum dalam kurikulum 2013 dan konsep-konsep hasil identifikasi
pada materi hukum Newton. Tujuan pembelajaran yang dihasilkan
mendasari penyusunan tes evaluasi.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap pendesainan dilakukan untuk merancang Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran berdasarkan hasil analisis kebutuhan pada tahap
pendefinisian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pendesainan yaitu
sebagai berikut.
a. Pemilihan Media
Pemilihan media dilakukan untuk menentukan media yang sesuai
untuk menyampaikan materi pelajaran, guna untuk menyampaikan
pelajaran yang interaktif. Hal ini didasarkan pada manfaat media itu
sendiri yang dapat meningkatkan proses berfikir siswa.
a. Pemilihan Format
Pemilihan format dalam pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang
isi pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, model pembelajaran dan
sumber pembelajaran. Untuk itu dipilih format yang sesuai dengan
prinsip, karakteristik dan langkah-langkah RPP pendekatan saintifik.
c. Perancangan Awal
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah
mendesain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Fisika mengacu
pada hasil analisis yang telah dilakukan pada tahap pendefenisian, dan
fase lain sebelumnya pada tahap perancangan ini. Fase ini akan
menghasilkan produk berupa prototipe awal Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang akan dikembangkan pada tahap selanjutnya
yaitu tahap pengembangan.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP) yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari ahli.
Tahap ini meliputi dua langkah, yaitu sebagai berikut.
a. Validasi Ahli
Perangkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) divalidasi
oleh ahli untuk mendapatkan penilaian dan masukan. Penilaian kelayakan
diperoleh dari ahli materi yaitu dosen fisika dan guru pendidikan fisika.
RPP dibuatkan lembar validasi untuk mengetahui tingkat kevalidan RPP
yang akan digunakan. Dibuat pula angket tanggap guru untuk mengetahui
tanggapan guru terhadap RPP yang dikembangkan.
b. Hasil
Berdasarkan data yang diperoleh didapatkan produk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah diuji kevalidannya oleh
para ahli. Alur penelitian yang telah dijelaskan di atas dapat
disederhanakan melalui Gambar 3.1 berikut
Analisis Kebutuhan

Analisis peserta didik

Analisis tugas Analisis konsep

Spesifikasi tujuan
pembelajaran

Penyusunan instrument pembelajaran

Perancangan

Pemilihan media Pemilihan format Rancangan


awal

Pengembangan

Validasi
ahli

Produk

Hasil

Gambar 3.1 Alur Penelitian


E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dari penelitian ini berupa dokumentasi,


pengamatan, tes angket dan wawancara yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang relevan dan akurat.
1. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai
peserta didik sebagai objek penelitian foto peserta didik saat proses
pembelajaran serta data pendukung yang diperlukan.
2. Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data penelitian tentang
keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas peserta didik sekaligus
mengamati kendala yang ditemui dalam proses pembelajaran yang
menerapkan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
model inquiri terbimbing dengan pendekatan saintifik terhadap kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu dan suasana kelas.
3. Tes
Pemberian tes meliputi pretest dan posttest sesuai dengan
indikator dan tujuan yang dikembangkan oleh peneliti. Tes digunakan
untuk mengukur atau mengetahui adanya kontribusi perangkat
pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik
terhadap hasil belajar peserta didik setelah kegiatan belajar.
4. Angket
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket yang
merupakan data deskriptif tentang uji validitas terhadap perangkat
pembelajaran yang dikembangkan. Data angket digunakan untuk
memperoleh informasi tentang respon peserta didik terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung dan respon guru terhadap Rencana
Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dikembangkan.
5. Wawancara
Wawancara dilakukan pada saat observasi awal untuk
mengetahui karakteristik peserta didik baik kekurangan ataupun
kelebihannya serta untuk mengetahui model pembelajaran yang sering
digunakan di sekolah sebagai landasan peneliti untuk langkah selanjutnya.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu data


kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berbentuk angka-angka
dideskripsikan menjadi informasi, artinya penelitian ini hanya
menggambarkan objek permasalahan untuk mencapai kejelasan masalah yang
akan dibahas. Analisis data kualitatif yang berbentuk pernyataan yang
bertujuan untuk menemukan makna dibalik berbagai peristiwa atau masalah
yang tampak. Menurut Diawati (2016) menjelaskan bahwa analisis data pada
penelitian ini sebagai berikut.
1. Analisis Data Kevalidan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Untuk menguji validitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(RPP), pemerolehan keputusan dan komentar dari ahli pendidikan dan ahli
evaluasi, yaitu dengan memberikan lembar validasi yang berisikan
beberapa indikator sesuai dengan aspek yang akan diukur dalam perangkat
pembelajaran. Aspek-aspek yang akan dianalisis oleh para ahli meliputi
aspek kurikulum/pembelajaran aspek isi/materi, aspek tampilan, aspek
program dan aspek penyajian pembelajaran. Penentuan tingkat kepaling
dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan untuk uji coba produk,
kategorisasi hasil pengukuran menggunakan skala likert. Tiap butir dibagi 5
skala ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran terhadap Hasil Penilaian Validator Menggunakan
Skala Likert
Skor Kriteria
5 Sangat baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang
1 Sangat kurang
(Diawati, 2016).
Data yang diperoleh dari hasil penilaian oleh para ahli dalam proses
validasi yaitu berupa data kuantitatif (angka). Data tersebut diperoleh dari
lembar kuesioner yang dibuat oleh peneliti dan analisis secara deskriptif,
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Pengumpulan data kasar meliputi pemberian skor dengan banyaknya ahli
yang dimohon untuk memberi masukan sesuai dengan kebakaran yang
relevan dengan bidang yang diteliti.
b. Skor yang telah diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung
indeks kesepakatan ahli (Eater Agreement) dengan indeks icon yang
merupakan indeks untuk menunjukkan kesepakatan hasil penilaian para
ahli tentang validitas, baik untuk butir maupun untuk perangkatnya.

V=
∑S
n (c−1)
(3.1)
Keterangan :
V = indeks kesepakatan validator
S = skor yang diberikan validator dikurangi skor terendah dalam
kategori yang diinginkan (S = r - 1)
n = banyaknya validator
c = banyak kategori yang dapat diperoleh oleh validator
r = angka yang diberikan oleh validator
l = nilai terendah dari skala yang akan digunakan
c. Untuk menginterpretasi nilai validitas isi yang diperoleh dari perhitungan
di atas maka digunakan pengklasifikasian validitas seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Validitas Para Ahli


Interval Skor Kategori Validitas
0,80<V≤1,00 Sangat tinggi
0,60<V≤0,80 Tinggi
0,40<V≤0,60 Sedang
0,20<V≤0,40 Rendah
0,00<V≤0,20 Sangat rendah
(Diawati, 2016).
Pada lembar validasi tersebut skor maksimal adalah 5 sedangkan
skor minimal adalah 1, selanjutnya perhitungan indeks icon mengacu
pada tabel kriteria validasi ahli. Dari hasil perhitungan indeks V,
diperoleh data kuantitatif. Kemudian suatu item atau perangkat dapat
dikategorikan berdasarkan indeksnya dan dikonversikan ke data
kualitatif dengan interval kriteria penilaian dapat diperoleh melalui
Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala
Interval Skor Kriteria Validitas Kategori
0,80<V≤1,00 Sangat Tinggi Sangat Valid
0,60<V≤0,80 Tinggi Valid
0,40<V≤0,60 Sedang Cukup Valid
0,20<V≤0,40 Rendah Kurang Valid
0,00<V≤0,20 Sangat Rendah Tidak Valid
(Diawati, 2016)
2. Analisis Data Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Analisis kepraktisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dapat diperoleh dari lembar penilaian keterlaksanaan pembelajaran dan
lembar aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
Skor penilaian yang diberikan pengamat pada saat mengamati
keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas peserta didik adalah dengan
rentang 1 sampai 5. Kriteria hasil keterlaksanaan pembelajaran dan
aktivitas peserta didik berdasarkan skor rata-rata penilaian yang diberikan
dua pengamat dengan kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Kategori Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran dan


Aktivitas Peserta Didik
Interval Skor Kategori Validitas
0,80<V≤1,00 Sangat Tinggi
0,60<V≤0,80 Tinggi
0,40<V≤0,60 Sedang
0,20<V≤0,40 Rendah
0,00<V≤0,20 Sangat Rendah
(Diawati, 2016).
Pada lembar keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan aktivitas peserta didik skor maksimal adalah 5 sedangkan skor
minimal adalah 1, selanjutnya perhitungan indeks Aiken pada Tabel 3.3.
dari data kuantitatif yang diperoleh kemudian dikonversikan ke data
kualitatif dengan interval kriteria penilaian pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Konversi Data Kuantitatf ke Data Kualitatif dengan Skala 5 pada
Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran dan Aktivitas Peserta Didik
Interval Skor Kriteria Validitas Kategori
0,80<V≤1,00 Sangat Tinggi Sangat Baik
0,60<V≤0,80 Tinggi Baik
0,40<V≤0,60 Sedang Cukup Baik
0,20<V≤0,40 Rendah Kurang Baik
0,00<V≤0,20 Sangat Rendah Tidak Baik
(Diawati, 2016).
3. Analisis Keefektifan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a. Analisis Tes Hasil Belajar Peserta Didik
Analisis keefektifan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dapat diperoleh dari tes hasil belajar peserta didik dengan
menggunakan butir soal pretest dan posttest. Peningkatan dari hasil
pembelajaran diperoleh dengan menggunakan kriteria n-gain.
Pencapaian kompetensi ditentukan sesuai dengan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) mata pelajaran Fisika di SMA. Adapun persamaan
yang digunakan untuk menghitung nilai peserta didik secara individu
adalah sebagai berikut.
Jumlah skor yang diperolah
Nilai= ×100 % (3.2)
Jumlah skor total

Dengan kategori perolehan terbagi atas tiga yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.6 Kriteria N-Gain


Skor N-Gain Kategori Normalized Gain
0,70 < <g> Tinggi
0,30 ≤ <g> ≤ 0,70 Sedang
<g> < 0,3 Rendah
(Diawati, 2016).
b. Analisis Angket Respon Peserta Didik
Data angket peserta didik terhadap rencana pelaksanaan
pembelajaran yang dikembangkan selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan deskriptif kuantitatif. Persentase tiap resume peserta
didik terhadap perangkat pembelajaran secara matematis dapat
dihitung sebagai berikut.
Jumlah skor yang diperolah
P= ×100 %
Juml ah masimal total
(3.3)

Persentase respon peserta didik dikonversi dengan kriteria


seperti pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kriteria Pengkategorian Penilaian Keefektifan Rencana
Pelaksanaan Pembelajran
Interval Skor Kategori Penilaian
81% - 100% Sangat baik
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup baik
21% - 40% Kurang baik
0% - 20% Tidak baik
(Diawati, 2016).
c. Analisis Angket Respon Guru
Selain menggunakan respon peserta didik memakai efektif dan
juga dapat dilihat dengan menggunakan respon guru mengenai rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dikembangkan dan penerapannya
selama proses belajar mengajar. Adapun persamaan matematis yang
digunakan untuk menghitung skor penilaian guru terhadap perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut.

P=
∑ Pn (3.4)
n

Keterangan :
P = Rata-rata penolehan skor
∑ P n = Jumlah keseluruhan skor
n = Jumlah pertanyaan
Tabel 3.8 Kriteria Pengkategorian Respon Guru
Interval Skor Kategori
4,22 – 5,00 Sangat baik
3,41 – 4,20 Baik
2,61 – 3,40 Cukup baik
1,80 – 2,60 Kurang baik
0,00 – 1,79 Sangat kurang baik
(Diawati, 2016).55
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, D. (2017). Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan


Keterampilan Proses Sains terhadap Hasil Belajar IPA Kelas VI di SD Negeri
Cipete 2 Kecamatan Curug Kota Serang. Jurnal Pendidikan Dasar dan Setia
Budi. Vol. 01. No. 01, hal: 26-29.
Anggriani, W. dan Indihai, D. (2018). Analisis Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dalam Pembelajaran Menulis Narasi di SD. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah dasar. Vol. 05. No. 01, hal: 11-12.
Asrul., Rachman, A. dan Risakotta, H. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil belajar IPA pada Materi Panca Indra
Manusia Bagi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Papeda. Vol. 02. No. 01, hal: 37-
41.
Bararah, I. (2017). Efektivitas Perencanaan Pembelajaran dalam PPembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Jurnal Muddarisuna. Vol. 07. No. 01,
hal: 142-145.
Bermawi, Y. dan Fauziah, T. . (2016). Penerapan Pendekatan Saintifik dalam
Pembelajaran di Sekolah Dasar Aceh Besar. Jurnal Pesona Dasar . Vol. 02.
No. 04, hal: 66.
Diawati, S.M., Kardi, S. dan Supardi, I. (2016). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Sekolah Menegah Pertama. Jurnal Pendidikan Sains Pascasarjana.
Vol. 06. No. 01, hal: 1130-1137.
Ferywidyastuti, S. (2015). Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Menggunakan Jigsaw Berbasis Karakter untuk Meningkatkan Aktivitas
Mahasiswa. Jurnal University Research Coloquium. hal: 325-331.
Gabriel, J. (1996). Fisika Kedokteran. Jakarta: Anggota IKAPI.
Musfiqon, H.M. dan Nurdyansyah. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik.
Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Nurmaya, Y., Susilawati., Zuhdi, M. dan Hikmawati. (2021). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing pada Materi Alat-alat
Optik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika. Jurnal Hasil Kajian,
Inovasi dan Aplikasi Pendidikan Fisika. Vol. 01. No. 01, hal: 148-153.
Pahrudin, A. dan Pratiwi, D.D. (2019). Pendekatan Saintifik dalam Implementasi
Kurikulum 2013 dan Dampaknya Terhadap Kualitas Proses dan Hasil
pembelajaran. Lampung Selatan: Pustaka Ali Imran.
Purwanto, I. (2019). Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Sasaran dalam
Penyusunan RPP Yang Baik dan Benar Sesuai Kurikulum 2013 (Kuartilas)
Semester Satu Tahun Pelajaran 2018/2019 di SMP Negeri Mataram Melalui
Pendampingan Berbasis MGMP. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan. Vol. 03.
No. 1, hal: 69-71.
Retnoningsih, W. (2021). Penerapan Model Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Peserta Didik di Sekolah Dasar. Jurnal
Ilmiah Kependidikan. Vol. 09. No. 01, hal : 450-461.
Roziqin, M.K. dan Fajar, M.A. (2022). Pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Berbasis Model Inside Outside Circle (IOC)5 untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Dinamika. Vol. 07. No. 01, hal:
76-77.
Simbolon, J.F. dan Dongoron, J. (2019). Analisis Penerapan Langkah-Langkah
Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 pada
Pembelajaran Biologi di SMA Negeri Se-Kota Medan. Jurnal Darma Agung.
Vol. 27. No 03, hal 1100-1102.
Siregar, R. (2019). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan
Realistic Mathematics Education untuk Meningkatkan Kemempuan
Pemecahan Masalah Siswa MTS Swasta Ira Medan. Jurna Warta. Hal
127-133.
Susetya, B. (2017). Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Silabus
dan RPP Melalui Supervisi Akademik di SD Negeri Gambiran Yogyakarta
Tahun 2016. Jurnal Taman Cendikia. Vol. 01. No 01, hal 134-136.
Suyatno. (2020). Analisis Kompetensi Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Guru Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah. Jurnal
Pendidikan dan Pelatihan. Vol. 4. No. 01, hal 16-17.
Syarifuddin, S., Asri A. dan Mujizatin, A. (2020). Efektivitas Peranngkat
Pembelajaran deng Model Inkuiri Terimbing Berbatuan Strategi Peta Konsep
untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep. Jurnal Penelitian dan Pengkajian
Ilmu Pendidikan. Vol. 4. No. 01, hal 39-49.
Young, H.D. dan Freedman, R.A. (2001). Fisika Universitas Edisi Kesepuluh
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai