Anda di halaman 1dari 9

Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No.

2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN


FISIKA MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN
VIDEOSCRIBE PADA MATERI KALOR UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
SMAN 1 KEDUNGWARU

Fitria Rahmawati1), Soegimin2), Soeparman Kardi3)

1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
2), 3)
Dosen Pascasarjana Prodi Pendidikan Sains Univesrtitas Negeri Surabaya
Email: fitriarahma.mpale@gmail.com

Abstract: The aim of this research is to develop physics learning material based on guided inquiry model completed video scribe
at heat material to improve senior high school achievement. Development of Physics Learning Material is used Dick and Carey
model, this research using one-group pretest-posttest design. Data were analyzed using descriptive analysis qualitatively and
quantitatively. Validation results showed that learning material is feasible to be implemented, including: (a) lesson plan; (b)
student worksheet; (c) student books; (d) evaluation instrument. The results of this research were analyzed and obtained: lesson
plan was properly implemented, good student responses, all students interested in learning. Learning evaluation of knowledge, N-
gain include knowledge aspect and critical thinking skills, showed high improvement. Concluded that, physics learning materials
developed is feasible to implemented and it can improve the student achievement..

Keyword: Physics Learning Materials, Guided Inquiry Model, Learning Achievement, Critical Thinking Skills

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran fisika berbasis model inkuiri terbimbing berbantuan
videoscribe yang layak untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA pada materi kalor. Pengembangan perangkat pembelajaran
menggunakan model Dick and Carey, perangkat pembelajaran diujicobakan pada sekelompok subjek dengan rancangan one
group pretest-posttest design. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil validasi perangkat
pembelajaran menunjukkan perangkat pembelajaran layak untuk diimplementasikan, meliputi: (a) RPP; (b) LKS; (c) Buku Ajar;
(d) Media videoscribe; dan (e) Tes Hasil Belajar. RPP terlaksana dengan baik, dan siswa memberikan respon positif terhadap
pembelajaran. N-Gain pada aspek pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis menunjukkan peningkatan dengan kategori
tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini yakni perangkat pembelajaran yang dikembangkan layak diimplementasikan dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Pembelajaran Fisika, Inkuiri Terbimbing, Hasil Belajar, Keterampilan Berpikir Kritis

I. PENDAHULUAN memupuk sikap ilmiah; mengembangkan kemampuan


Tujuan pendidikan nasional diimplementasikan bernalar dalam berpikir analisis; induktif; dan deduktif
dalam kurikulum. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk
dan Teknologi membuat perubahan dan perbaikan pada menjelaskan berbagai peristiwa alam dan
kurikulum untuk mempersiapkan sumber daya manusia menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun
yang tangguh dan memiliki daya saing. kuantitatif, serta mempunyai keterampilan
Fisika bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan proses dan produk tentang pengkajian (Kemendikbud, 2006). Hal ini mengindikasikan bahwa
gejala alam. Fisika merupakan ilmu yang sistematis dan dalam memahami materi fisika memerlukan pemikiran
menyatu. Sistematis karena produk yang satu berkaitan dan penalaran agar dapat menyelesaikan masalah fisika.
dengan produk yang lain, dan menyatu karena produk Penguasaan materi sains (fisika) diperlukan
satu dengan lainnya dapat saling menunjang (Sutarto keterampilan berpikir dasar (Novak & Gowin, 1985)
dan Indrawati, 2010). Fisika tidak hanya berisi teori- dan juga keterampilan berpikir kompleks, termasuk
teori atau rumus-rumus untuk dihafal tetapi fisika juga berpikir kritis (Costa, 1985). Hasil wawancara terhadap
berisi banyak konsep yang harus dipahami secara guru mata pelajaran fisika menunjukan sebagian besar
mendalam (Bektiarso, 2000). Tujuan pembelajaran siswa kesulitan dalam memahami materi fisika,
fisika di SMA adalah untuk membentuk sikap positif; terutama materi yang membutuhkan analisis,
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 1039
Terbimbing Berbantuan Videoscribe pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
memerlukan konsep berpikir tingkar tinggi. Nur, 2008) Advance organizer dapat meningkatkan
Keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah. Siswa pemahaman siswa, tetapi metode mengaktifkan kembali
belum dilatihkan keterampilan berpikir kritis dalam pengatahuan dulu dapat gagal jika pengetahuan
menyelesaikan permasalah fisika. Pada hakikatnya sebelumnya lemah. Menjembatani hal tersebut, maka
pembelajaran fisika memerlukan keterampilan berpikir dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dibantu
logis, kritis, dan reflektif. Dalam mengembangkan dengan media video scribe. Video scribe dapat
keterampilan berpikir kritis, seperti halnya mengilustrasikan konsep yang kompleks dalam
mengembangkan keterampilan motorik, keduanya pembelajaan, meningkatkan minat, dan motivasi siswa
memerlukan latihan-latihan (Penner, 1995, dalam (Sparkol, 2014). Videoscribe merupakan sebuah
Kartimi, dan Liliasari, 2010). software yang digunakan guru dan siswa membuat
Merujuk pada rendahnya keterampilan berpikir animasi berbentuk papan tulis untuk meningkatkan
kritis siswa, maka dalam pembelajaran fisika perlu minat dan retensi dalam pembelajaran. Videoscribe
dilatih untuk mengembangkan keterampilan berpikir dapat meningkatkan pembelajaran dengan
kritis. Ennis (1985) mendefinisikan berpikir kritis mengkombinasikan audio dan visual. Menurut Mayer
sebagai cara berpikir reflektif yang masuk akal atau (2009) siswa lebih memahami konsep dalam
berdasarkan penalaran yang difokuskan, untuk pembelajaran dengan animasi. Penggunaan model
menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. inkuiri terbimbing berbantuan videoscribe ini
Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir
untuk menganalisis argumen dan memunculkan kritis siswa.
wawasan terhadap tiap-tiap makna dan pretasi, untuk Hasil penelitian Thorir M, et al (2013)
mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, menyimpulkan bahwa implementasi pembelajaran
memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan
posisi, memberikan model presentasi yang dapat keterampilan berpikir kritis. Rahmawati, et al (2013)
dipercaya, ringkas dan meyakinkan. menyimpulkan pembelajaran IPA fisika dengan metode
Glaser juga menyatakan bahwa berpikir kritis ‘guided discovery’ dapat melatih keterampilan berpikir
adalah suatu pengetahuan dari metode inkuiri atau kritis serta mampu menuntaskan penguasaan konsep
penemuan. Pendapat Glasser yang terakhir mengenai kognitif siswa. Windarti, et al (2014) menyimpulkan
berpikir kritis adalah keterampilan yang dapat pembelajaran inkuiri terbimbing efektif untuk
diimplementasikan melalui metode inkuiri. Pendekatan melatihkan kemampuan berpikir kritis siswa dan
inkuiri membantu siswa untuk mengembangkan meningkatkan hasil belajar. Miri, et al (2007)
kemampuan penyelidikan, membangun pemahaman menyimpulkan bahwa jika guru menggunakan strategi
dan pengetahuan ilmiah, lebih lanjut keterlibatan siswa belajar dengan mengaplikasikan kemampuan berpikir
dalam menyelidiki akan memberikan dasar yang kuat tingkat tinggi, seperti menghubungkan dengan
bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman tentang permasalahan otentik, membangun ‘open-ended’ dalam
karakteristik sains dan inkuiri. Tetapi, dalam diskusi kelas, mendorong penemuan yang berorientasi
perkembangannya, siswa yang belum terbiasa dalam pada eksperimen, hal ini dapat mengembangkan
belajar mandiri, memerlukan bimbingan guru dalam keterampilan berpikir kritis.
pembelajaran penemuan. Penelitian Mayer (2009). Sparkol (2014)
Pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki beberapa menyimpulkan bahwa penggunaan video scribe dapat
keunggulan, menurut Kuhlthau dan Todd (2008), meningkatkan retensi. Liliasari (2010) menyimpulkan
karakteristik inkuiri terbimbing yaitu siswa belajar aktif bahwa pembelajaran inkuiri menggunakan tekonologi
dan terefleksasi pada pengalaman, siswa menggunakan informasi dan komunikasi dapat mengkatifkan siswa,
pengetahuan yang sebelumnya diketahui dalam mendukung teori dan praktikum di laboratorium,
pembelajaran, mendapatkan bimbingan dalam memotivasi, dan meningkatkan penguasaan konsep
mengembangkan rangkaian berpikir selama proses siswa.
pembelajaran, perkembangan kognitif siswa terjadi Berdasarkan penjelasan di atas dipilih model inkuiri
secara bertahap, melatihkan metakognitif, dan siswa terbimbing berbantuan videoscribe untuk meningkatkan
belajar interkasi sosial dengan orang lain. keterampilan berpikir kritis yang merupakan bagian
Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing membuat dari hasil belajar, pada siswa kelas X SMA Negeri 1
siswa dapat membangun pengetahuan dengan apa yang Kedungwaru, Tulungagung pada materi kalor. Peneliti
telah mereka ketahui sebelumnya (Kuhlthau & Todd, ingin merancangkan dan melakukan penelitian berjudul
2008). Ausubel mengembangkan teknik advance “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika
organizer untuk membantu siswa memperlajari materi Model Inkuiri Terbimbing Berbantuan Video Scribe
baru dengan mengingat kembali informasi-informasi pada Materi Kalor untuk Meningkatkan Hasil Belajar
yang berkaitan. Menurut Alverman et al (1985, dalam Siswa SMAN 1 Kedungwaru”.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 1040


Terbimbing Berbantuan Videoscribe pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
II. METODE PENELITIAN X : Perlakuan, yaitu pelaksanaan pembelajaran
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan menggunakan model inkuiri terbimbing
karena mengembangkan perangkat pembelajaran fisika berbantuan video scribe.
model inkuiri terbimbing berbantuan video scribe pada O2 : Uji akhir (post-test), untuk mengetahui
materi kalor untuk meningkatkan hasil belajar. penguasaan terhadap materi setelah proses
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi: pembelajaran
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku ajar
siswa (BAS), lembar kerja siswa (LKS), media video Variabel pada penelitian ini terdiri dari validitas
scribe, dan lembar penilaian. Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran, keterlaksanaan pembelajaran
ini mengacu pada model pengembangan Dick and fisika menggunakan model inkuiri terbimbing, hasil
Carey yang dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan belajar siswa, respon siswa terhadap pelaksanaan
kebutuhan di lapangan. Subjek penelitian ini adalah pembelajaran, hambatan yang muncul selama proses
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan pembelajaran.
diuji cobakan pada 120 siswa kelas X MIA di SMA Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
Negeri 1 Kedungwaru, Tulungagung tahun pelajaran meliputi: dokumentasi, observasi, tes, dan angket.
2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan pada 3 kali Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terlebih
pertemuan semester genap tahun 2015 dahulu divalidasi yang meliputi Rencana Pelaksanaan
Prosedur penelitian pengembangan dilaksanakan Pembelajaran (RPP), Validitas Buku Ajar Siswa (BAS),
menjadi dua tahap yaitu: tahap pengembangan dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS), penilaian hasil belajar.
tahap uji coba. Pengembangan perangkat pembelajaran Teknik analisis data yang dilakukan untuk rumusan
model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil masalah menggunakan analisis data deskriptif
belajar siswa pada penelitian ini menggunakan model kuantitatif-kualitatif. Tujuan analisis ini adalah untuk
pengembangan Dick and Carey. Berikut ini prosedur mendiskripsikan peningkatan hasil belajar siswa
pengembangan perangkat pembelajaran dalam setelah proses pembelajaran dengan menggunakan
penelitian: inkuiri terbimbing berbantuan video scribe pada materi
1. Identifikasi tujuan umum pembelajaran kalor. Analisis ini meliputi validitas pengembangan
2. Melakukan analisis pembelajaran perangkat dan implementasi perangkat pembelajaran
3. Analisis siswa dan koneks Analisis data perangkat pembelajaran dilakukan
4. Menuliskan tujuan kinerja dengan deskriptif kuantitatif dan kualitatif yaitu
5. Mengembangkan instrumen penilaian dengan merata-rata skor hasil validasi setiap komponen.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran Hasil skor rata-rata dideskripsikan sebagai berikut
7. Mengembangkan dan memilih materi Tabel 1. Kategori validasi perangkat pembelajaran
pembelajaran
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
10. Desain awal perangkat pembelajaran (Draft I)
11. Validasi perangkat pembelajaran
12. Hasil validasi/Revisi II (Draft 2) Sumber: Ratumanan dan Laurens (2011)
13. Uji coba I
14. Analisis hasil uji coba I Teknik yang digunakan untuk menganalisis data
15. Revisi III:Drfat 3 hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran adalah
16. Uji coba II deskriptif kualitatif. Penilaian dan pengamatan
17. Analsisi hasil uji coba II dilakukan setiap kali tatap muka oleh pengamat yang
18. Revisi IV: Draft 4 sudah dilatih sehingga dapat mengoperasikan lembar
19. Perangkat pembelajaran yang layak pengamatan secara benar. Teknik analisis data dihitung
dengan persamaan berikut.
Rancangan dalam penelitian ini menggunakan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
rancangan One-Group Pretest-Posttest Design dengan 𝑃= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
rancangan sebagai berikut: (Arifin, 2009)
O1 X O2 Tabel 2. Persentase keterlaksanaan pembelajaran
menggunakan kriteria sebagai berikut:
Keterangan: 0% - 24% : tidak terlaksana
O1 : Uji awal (pre-test), untuk mengetahui 25% - 49% : terlaksana kurang
penguasaan awal siswa terhadap pengetahuan 50% - 74% : terlaksana baik
75% - 100% : terlaksana sangat baik
tentang materi sebelum diberikan perlakuan.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 1041


Terbimbing Berbantuan Videoscribe pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
Tabel 3. Perbandingan rata-rata peniaian kedua pada skala 1 – 4 dengan rumus pengolahan nilai sebagai
pengamat, menggunakan kriteria: berikut.
1.00 – 1.49 : Tidak baik 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
1.50 – 2.49 : Kurang baik × 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
2.50 – 3.49 : Cukup baik
3.50 – 4.00 : Baik
C. Mengukur Sikap
(Ratumanan & Laurens, 2006)
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data
hasil belajar sikap adalah deskriptif kualitatif.
A. Mengukur Pengetahuan
Pengamatan dilakukan setiap pembelajaran berlangsung
Hasil belajar dikatakan mencapai ketuntasan secara
oleh pengamat menggunakan lembar observasi sikap.
individu jika memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
Penilaian didasarkan pada observasi dan kreteria
(KKM) yang telah ditetapkan. KKM di tempat
rentangan yang terlampir pada Permendikbud No.104
penelitian yaitu 75 atau 3,00 untuk kompetensi
tahun 2014.
pengetahuan. Secara individual, ketuntasan siswa dapat
dihitung dengan persamaan berikut.
∑ indikator yang tercapai D. Mengukur Respon Siswa
ketuntasan individual = × 100%
∑ indikator Data respon siswa dianalisis secara deskriptif
Ketuntasan hasil belajar klasikal dihitung dengan kualitatif. Teknik analisis data untuk respon siswa
persamaan berikut. dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Skala ini
∑ siswa yang tuntas disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh
Ketuntasan klasikal = × 100 %
∑ siswa lima respon yang menunjukkan tingkatan.
Kriteria ketuntasan untuk masing-masing indikator SS = Sangat setuju.
atau tujuan pembelajaran adalah 75%. Satu indikator S = Setuju.
atau tujuan pembelajaran dikatakan tuntas apabila TB/RR = Tidak berpendapat/ragu-ragu.
persentase (P) siswa yang mencapai indikator tersebut TS = Tidak Setuju.
≥ 75%. Perhitungan persentase ketuntasan indikator STS = Sangat tidak setuju.
atau tujuan pembelajaran dapat dihitung menggunakan
rumus berikut ini. Penskoran skala likert dapat dimulai dari sangat
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 negatif sampai dengan sangat positif, sebagai berikut:
𝑃= × 100%
∑ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 Untuk pernyataan positif (favorable), SS = 5, S = 4,
RR = 3, TS = 2, dan STS = 1; atau SS = 4, S = 3, RR =
Data hasil pretest dan posttest siswa dianalisis 2, TS = 1, dan STS = 0.
menggunakan N-gain Score. N-gain menunjukkan Ratumanan dan Laurens (2011)
peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
perlakuan. Data respon siswa dianalisis menggunakan rumus:
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒
〈𝑔〉 = ∑𝐾
𝑆𝑚𝑎𝑥 − 𝑆𝑝𝑟𝑒
𝑃=
Keterangan: ∑𝑁
〈𝑔〉 : Nilai gain Keterangan:
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 : Nilai posttest 𝑃 = Presentase respon siswa
𝑆𝑝𝑟𝑒 : Nilai pretest ∑𝐾 = Jumlah skor respon siswa
𝑆𝑚𝑎𝑥 : Nilai maksimal ∑𝑁 = Jumlah seluruh skor respon siswa

Kriteria skor n-gain diklasifikasikan pada tabel 3. Kriteria deskripsi pada tabel 5, berikut.
Tabel 4. Kriteria normalized gain Tabel 5. Kriteria Respon Siswa
Skor N-Gain Kriteria Normalized Gain Nilai (%) Kriteria
N-Gain < 0,3 Rendah
85% ≥ Respon Siswa Sangat positif (SP)
0,3 ≤ N-Gain < 0,7 Sedang
70% ≥ Respon Siswa < 85% Positif (P)
N-Gain ≥ 0,7 Tinggi
(Hake, 1999) 50% ≥ Respon Siswa < 70% Kurang Positif (KP)
B. Mengukur Keterampilan Respon Siswa < 50% Tidak Positif (TP)
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data
hasil belajar ketrampilan tersebut adalah deskriptif Temuan Kendala atau hambatan-hambatan di
kualitatif. Pengamatan dilakukan setiap pembelajaran dalam pembelajaran dianalisis secara deskriptif
berlangsung oleh pengamat menggunakan lembar kualitatif yaitu pengamat dan peneliti memberikan
observasi keterampilan. Skor rata-rata yang diperoleh catatan tentang hambatan atau kendala yang terjadi
siswa tiap aspek keterampilan yang teramati dikonversi pada saat pelaksanaan pembelajaran

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 1042


Terbimbing Berbantuan Videoscribe pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
III. HASIL ANALISIS DAN DISKUSI Hasil tersebut menunjukkan Rencana Pelaksanaan
Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran Pembelajaran (RPP) yang telah dikembangkan dapat
dengan model inkuiri terbimbing berbantuan diimplementasikan dalam pembelajaran setelah direvisi
videoscribe ini dilaksanakan dengan dua tahap. berdasarkan saran dari ahli; (5) instrumen hasil belajar:
Pertama, tahap pengembangan perangkat pembelajaran. (a) soal tes pengetahuan dan ketererampilan berpikir
Kedua, tahap implemetasi perangkat pembelajaran. kritis mendapat skor rata-rata 3.31 menurut Ratumanan
Tahap pengembangan perangkat pembelajaran meliputi dan Laurens (2006) hasil validasi dengan interval skor
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar 2,6 ≤ SV < 3,5 berkategori baik dan dapat digunakan
Kegiatan Siswa (LKS), Buku Ajar Siswa (BAS), media dengan sedikit revisi; (b) soal tes formatif mendapat
videoscribe, dan Tes Hasil Belajar (THB). Perangkat skor rata-rata keseluruhan hasil validasi adalah 3.18,
pembelajaran yang telah dikembangkan kemudian menurut Ratumanan dan Laurens (2006) hasil validasi
ditelaah atau divalidasi oleh ahli. Hasil validasi ahli dengan interval skor 2,6 ≤ SV < 3,5 berkategori baik
menentukan kelayakan perangkat pembelajaran untuk dan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Hasil
diterapkan atau perlu direvisi, sebelum digunakan tersebut menunjukkan Rencana Pelaksanaan
dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran Pembelajaran (RPP) yang telah dikembangkan dapat
dapat diimplementasikan jika telah melalui proses diimplementasikan dalam pembelajaran setelah direvisi
validasi dan memperoleh hasil minimal baik. berdasarkan saran dari ahli.
Tahap kedua yakni, tahap implementasi perangkat
pembelajaran. Pada tahap uji coba II, implementasi B. Implementasi Perangkat Pembelajaran
perangkat pembelajaran dilakukan pada 120 orang Perangkat pembelajaran yang telah melalui proses
siswa kelas X MIA di SMA Negeri 1 Kedungwaru, telaah atau validasi oleh ahli, direvisi, dan mendapatkan
Tulungagung, Jawa Timur, Tahun pembelajaran hasil minimal berkategori baik, maka perangkat
2014/2015. Pada implementasi ini, data yang diperoleh tersebut selanjutnya dapat diimplementasikan dalam
yakni keterlaksanaan perangkat pembelajaran, data pembelajaran. Pada implementasi perangkat
hasil belajar siswa, respons siswa, dan hambatan- pembelajaran diamati oleh dua orang pengamat. Hasil
hambatan yang muncul selama proses implementasi pengamatan berupa persentase keterlaksanaan
berlangsung. Berikut ini uraian hasil validasi perangkat pembelajaran, hasil belajar, dan hambatan-
pengembangan perangkat pembelajaran dan data yang hambatan yang muncul selama proses pembelajaran.
diperoleh selama penelitian. Berikut ini hasil implementasi perangkat pembelajaran.
A. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Rata-rata keterlaksaan RPP memperoleh skor
Berdasarkan hasil validasi dari tiga ahli untuk: (1) keseluruhan tiga kelas yakni 3.67 dengan kategori baik,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mendapat dengan keterlaksaan 92%. Berikut ini data tersaji dalam
skor rata-rata keseluruhan adalah 3.53 menurut gambar 1.
Ratumanan dan Laurens (2006) hasil validasi dengan
interval skor 2,6 ≤ SV < 3,5 berkategori baik. Hasil
tersebut menunjukkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dikembangkan dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran setelah direvisi
berdasarkan saran dari ahli; (2) LKS mendapat skor
rata-rata adalah 3.66 menurut Ratumanan dan Laurens
(2006) hasil validasi dengan interval skor 3,6 ≤ P < 4
berkategori sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang telah
dikembangkan dapat diimplementasikan dalam
pembelajaran setelah direvisi berdasarkan saran dari Gambar 1. Diagram Keterlaksanaan RPP
ahli; (3) Buku Ajar Siswa BAS) skor rata-rata adalah
3.42 menurut Ratumanan dan Laurens (2006) hasil Kegiatan pendahuluan meliputi: memulai kegiatan
validasi dengan interval skor 2,6 ≤ SV < 3,5 berkategori pembelajaran dengan berdo’a; melakukan apersepsi;
baik, Hasil tersebut menunjukkan Rencana Pelaksanaan memotivasi siswa dengan menayangkan videoscribe;
Pembelajaran (RPP) yang telah dikembangkan dapat menyajikan permasalahan; menyampaiakn tujuan
diimplementasikan dalam pembelajaran setelah direvisi pembelajaran, dan membagi lembar kegiatan siswa
berdasarkan saran dari ahli; (4) Media pembelajaran dalam beberapa kelompok. Kegiatan inti meliputi:
(VideoScribe) mendapat skor rata-rata adalah 3.37 membimbing siswa merumuskan hipotesis,
menurut Ratumanan dan Laurens (2006) hasil validasi membimbing siswa menentukan variabel manipulasi,
dengan interval skor 2,6 ≤ SV < 3,5 berkategori baik, variabel respon, dan variabel kontrol, membimbing

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 1043


Terbimbing Berbantuan Videoscribe pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
siswa mempersiapkan dan melakukan eksperimen, model inkuiri pada kegiatan eksperimen dapat
membimbing siswa menganalisis data hasil eksperimen, memunculkan sikap sosial yakni jujur, siswa mencatat
membimbing siswa merumuskan kesimpulan. data dan merumuskan kesimpulan sesuai dengan data
Sedangkan kegiatan penutup meliputi: membimbing hasil pengamatan eksperimen, tidak mencontek
siswa mengevaluasi, membuat kesimpulan akhir, dan jawaban orang lain; sikap tanggung jawab, siswa
memberikan tes formatif. mengembalikan alat alat eksperimen dan membuat
Hasil pengamatan keterlaksanaan RPP mendapat laporan hasil eksperimen; sikap peduli lingkungan; dan
hambatan pada alokasi waktu pembelajaran yang displin. Hal ini senada dengan apa yang disampaiakan
kurang tepat. Hal ini terjadi pada fase melakukan oleh Kuhlthau dan Klentschy yang menyatakan bahwa
eksperimen, siswa belum efektif dan efisien dalam inkuiri terbimbing dirancanag untuk membimbing
melaksanakan eksperimen, perlu bimbingan dan kontrol siswa dalam proses berpikir, membangun pengetahuan,
yang lebih selama pelaksanaan eksperimen. Hal ini meningkatkan minta untuk mencari informasi dan
diperbaiki pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan dan
berikutnya Siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pemahaman mendalam, bertahap pada belajar mandiri.
eksperimen, analisis eksperimen yang berkaitan dengan 2. Aspek Pengetahuan
keterampilan berpikir kritis. Peran guru sudah mulai Tes hasil belajar pada aspek pengetahuan diberikan
dikurangi sedikit demi sedikit siswa lebih aktif dalam setelah pembelajaran pada setiap pertemuan (tes
kegiatan eksperimen, dan melakukan diskusi dengan formatif), sebelum pembelajaran (pretest), setelah
teman sebaya, terkait pengambilan data dan analisis. pembelajaran (posttest). Berdasarkan data hasil belajar,
Hal ini sesuai dengan teori Vygotsky tentang konsep hasil tes sebelum pembelajaran (pretest) seluruh siswa
zona of proximal development dan scaffolding. Pada tidak mencapai ketuntasan. Belum tercapainya
konsep zone of proximal development, menjelaskan ketuntasan siswa secara individu maupun secara
bahwa siswa tidak dapat mengerjakan tugas sendiri klasikal dikarenakan siswa kurang memahami betul
tetapi dapat menyelesaikannya bila dibantu oleh teman konsep materi kalor. Sebagian besar siswa kurang
sebaya mereka atau orang yang lebih dewasa (dalam paham tentang kalor sebagai sebuah energi bukan
Nur, 2008). Pada teori pembelajaran sosial Vygotsky panas.
(dalam Nur, 2008) menekankan pada konsep Berdasarkan teori Bruner, pembelajaran dengan
scaffoliding yang berarti memberikan bantuan tahap penemuan melatihkan keterampilan kognitif,
demi tahap pada siswa untuk belajar dan memecahkan memecahkan masalah, membangkitkan keingin tahuan
masalah, kemudian mengurangi bantuan dan siswa, memotivasi untuk menlakukan penyelidikan,
memberikan kesempatan siswa untuk mengambil alih menganalisisi informasi, dan pengetahuan yang
tanggung jawab setelah siswa dapat melakukannya. diperoleh bertahan lebih lama. Pembelajaran penemuan
ini dapat dilakukan dengan model inkuiri terbimbing.
C. Hasil Belajar Pembelajaran berpusat pada siswa, siswa aktif
1. Kompetensi Sikap menemukan sediri. Guru berperan sebagai pembimbing
Kompetensi sikap meliputi sikap spiritual, dan sikap selama proses penemuan. Sesuai dengan teori ini,
sosial. Penilaian kompetensi sikap didasarkan pada pemahaman siswa mengalami kemuajuan, terlihat dari
Lampiran Permendikbud RI No. 104 Tahun 2014. N-gain yang menunjukkan peningkatan dengan kategori
Instrument yang digunakan yakni lembar observasi tinggi. Pada kelas X1 MIA, rata-rata N-gain sebesar
dengan rubrik. Pada penelitian ini, penilaian 0.70 berkategori tinggi; kelas X2 MIA, rata-rata N-gain
kompetensi sikap dilakukan dengan observasi 0.73 berkategori tinggi; dan kelas X3 MIA, rata-rata N-
(pengamtan) oleh dua orang pengamat menggunakan gain 0.72 berkategori tinggi.
lembar observasi sikap. Indikator sikap spiritual pada 3. Keterampilan Berpikir Kritis
penelitian ini yakni, siswa dapat memberikan contoh Pengembangan perangkat pembelajaran model
peristiwa yang teratur dan kompleks dimana manusia inkuiri terbimbing pada penelitian ini berorientasi pada
tidak dapat menciptakan kecuali Tuhan. Aspek sikap keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir
sosial yang diamati meliputi jujur, tanggung jawab, kritis yang diukur pada penelitian ini adalah
peduli lingkungan, dan disiplin. Berdasarkan data hasil merumuskan jawaban sementara dari suatu
belajar kompetensi sikap rerata penilaian > 3 permasalahan (memberikan argumen), membuat
menunjukkan bahwan sikap spiritual dan sikap sosial hipotesisi, menentukan variabel-variabel eksperimen,
sering muncul dalam pembelajaran. Hal ini merancang eksperimen, melakukan eksperimen,
menunjukkan sikap spiritual dan sikap sosial yang membuat tabel, grafik, menganalisis, mengevaluasi, dan
diamati dalam pembelajaran dapat dikembangkan. membuat keismpulan dari permasalahan.
Hasil pengamatan pada aspek sikap ini Keterampilan berpikir kritis diukur menggunakan
menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan tes keterampilan berpikir kritis yang diberikan sebelum

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 1044


Terbimbing Berbantuan Videoscribe pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
pembelajaran (pretets), dan setelah pembelajaran keterampilan yang diukur pada penelitian ini meliputi:
(posttest). Peningkatan keterampilan berpikir kritis menyiapkan set alat eksperimen, merangkai alat
dianalisis menggunakan N-gain berdasarkan hasil eksperimen, menggunakan termometer, membaca suhu
pretest dan postets. Data hasil belajar keterampilan yang terukur pada termometer, mengisikan data pada
berpikir kritis semua siswa pada pretest tidak mencapai tabel pengamatan, membuat grafik hasil pengamatan,
ketuntasan belajar minimal. Hal ini dikarenakan siswa dan merapikan set alat eksperimen. Pengukuran
belum terbiasa dilatihkan keterampilan berpikir kritis. kompetensi keterampilan pada penelitian ini dilakukan
Proses pembelajaran penemuan meningkatkan dengan pengamatan oleh dua orang pengamatan
kemampuan penalaran siswa. Pada pembelajaran menggunakan lembar observasi keterampilan, dan
inkuiri terbimbing diperlukan berpikir kritis, logis, dan laporan hasil eksperimen individu siswa.
mempertimbangkan solusi alternatif dalam Berdasarkan hasil penilaian kompetensi
penyelidikan. Inkuiri terbimbing melatihkan siswa keterampilan X1 MIA, X2 MIA, dan X3 MIA
secara bertahap untuk mandiri dalam melakukan mendapat rata-rata ≥ 75% dengan predikat minimal B.
penyelidikan. Mendukung pembelajaran inkuiri Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
terbimbing dapat menggunakan teknik yang menggunakan model inkuiri terbimbng dapat menjadi
dikembangkan Ausubel yakni advance organizer, sarana guru untuk dapat menyesuaikan pengalaman
membantu siswa memahami materi baru dengan belajar, sumber daya, kebutuhan yang disesuaikan
mengingat kembali informasi-informasi yang berkaitan. dengan kemampuan masing-masing siswa.
Tetapi metode pengaktifan ini dapat gagal jika Pembelajaran penemuan melibatkan siswa dalam proses
pengetahuan sebelumnya lemah (Alverman et al, 1985). menjawab pertanyaan tentang fenomena alam atau
Hal ini dapat jembatani dengan menggunakan media peristiwa dengan melakukan penyelidikan ilmiah
video scribe. Video Scribe dapat mengilustrasikan dimana mereka bekerja sama mengembangkan
konsep yang kompleks dalam pembelajaran, rencanan, mengumpulkan dan menjelaskan bukti,
meningkatkan minat, dan motivasi siswa (Sparkol, menghubungkan penjelasan pengetahuan ilmiah, dan
2014). berkomunikasi untuk meningkatkan pemahaman.
Keterampilan berpikir kritis mengalami peningkatan
dengan kategori tinggi. Hal ini merujuk pada nilai N- E. Sensitivitas Butir Soal
gain siswa di tiga kelas. N-gain keterampilan berpikir Efek pembalajaran dapat diketahui dengan
kritis kelas X1 MIA sebesar 0.75, berkategori tinggi; . menganalisis tingkat sensitivitas butir soal
N-gain keterampilan berpikir kritis kelas X2 MIA (Gronlund,1977). Sensitivitas butir soal diukur dengan
sebesar 0.80, berkategori tinggi; dan . N-gain jumlah siswa yang menjawab benar pada pretest dan
keterampilan berpikir kritis kelas X3 MIA sebesar 0.76 posttest. Pada penelitian ini analisis sensitivitas butir
berkategori tinggi. Sesuai dengan hasil penelitian soal dilakukan pada soal tes keterampilan berpikir
Kuhlthau yang menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri kritis. Terdiri dari 6 soal pilihan ganda, dan 3 soal
terbimbing dapat mengembangkan kemampuan berpikir uraian. Hasil analisi sensitivitas butir soal menunjukkan
tingkat tinggi melalui berpikir kritis selama proses indeks sensitivitas sebesar 0.48 untuk soal pilihan
pembelajaran.. Hal ini didukung oleh hasil penelitian ganda, dan 0.50 untuk soal uraian. Menurut Crocker &
Liliasari (2010) yang menyimpulkan bahwa Algina (1986, dalam Lauren & Ratumanan, 2011)
pembelajaran inkuiri menggunakan tekonologi indeks sensitivitas butir pada dasarnya merupakan
informasi dan komunikasi dapat mengkatifkan siswa, ukuran seberapa baik butir tersebut membedakan antara
mendukung teori dan praktikum di laboratorium, peserta didik yang telah dan yang belum mengikuti
memotivasi, dan meningkatkan penguasaan konsep pembelajaran. Indeks sensitivitas butir yang efektif
siswa. berada diantara 0.00 – 1.00. Semakin besar indeks
Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa sensitivitas butir menunjukkan semakin besar
diperkuat dengan hasil analisis ketuntasan tiap indikator keberhasilan pembelajaran (Lauren & Ratumanan,
berpikir kritis. Pada pretest tidak ada indikator berpikir 2011). Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa butir soal
kritis yang mencapai ketuntasan. Setelah pembelajaran pada penelitian ini memberikan efek keberhasilan pada
dengan model inkuiri terbimbing berbantuan pembelajaran.
videoscribe hasil posttest pada ketercapaian ketuntasan
indikator berpikir kritis yakni lebih dari 75% siswa F. Respons Siswa
mencapai ketuntasan. Data respon siswa digunakan untuk mengevaluasi
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, dan
D. Keterampilan kegiatan proses pembelajaran untuk perbaikan. Data
Penilaian aspek keterampilan dengan observasi, respon siswa menunjukkan bahwa siswa senang, dan
menggunakan skala penilaian. Kompetensi memberikan respon positif lebih dari 87% terhadap

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 1045


Terbimbing Berbantuan Videoscribe pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing kalor yang dikembangkan peneliti layak digunakan
menggunakan eksperimen, siswa senang karena dapat untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA.
langsung mengaplikasikan pelajaran. Lebih dari 85%
siswa memberikan respon positif terhadap B. Saran
pembelajaran model inkuiri terbimbing yang membuat 1. Pembelajaran di sekolah sebaiknya lebih
siswa lebih berani mengemukakan pendapat, berdiskusi berorientasi pada pendekatan ilmiah dengan
dan lebih paham konsep fisika yang ditemukan mellaui melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa,
eksperimen. Respon siswa terhadap model inkuiri misalnya menggunakan model inkuiri
berbantuan video scribe positif, lebih dari 85% siswa terbimbing.
termotivasi. Lebih dari 82% siswa memberikan respon 2. Mempersiapkan alat, alokasi waktu yang baik
positif terhadap model inkuri terbiming dalam agar proses eksperimen berjalan dengan baik.
melatihkan keterampilan berpikir kritis mereka. Lebih 3. Laporan eksperimen sebaiknya individu, lebih
dari 80% siswa memberikan respon positif terhadap mudah untuk penilaian masing-masing individu
Buku Ajar Siswa (BAS) dan Lembar Kegiatan Siswa
(LKS), menarik, mudah dipahami, terdapat hal-hal DAFTAR PUSTAKA
baru, dan dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis, Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT
dan 83% siswa memberikan respon postif terhadap Remaja Rosda Karya
peran guru selama pembelajaran. Berdasarkan data Bektiarso, S. (2000). Pentingnya Konsepi Awal dalam
tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa memberikan Pembelajaran Fisika. Jurnal Saintifika, Vol.1
respon positif terhadap model pembelajaran dan No.1 pp.11 – 20.
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Costa, A.L. (Ed.). (1985). Developing Minds, a
ResourceBook for Teaching and Thinking.
G. Hambatan-hambatan Association Supervision and Curriculum, USA
Hambatan-hambatan yang muncul menjadi salah Ennis, R. (1985). The Critical Thinking Skills. Boston:
satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari Allyn & Bacon
tujuan kegiatan pembelajaran. Hambatan-hambatan Hake. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. (Online).
yang muncul meliputi alokasi waktu yang relatif Tersedia
banyak pada fase eksperimen, ketersediaan peralatan http://www.physicsindiana.edu/sdi/Analyzing-
eksperimen, pengawasan yang lebih terhadap siswa Change-Gain.pd. Diakses 17 Desember 2014
selama proses kegiatan eksperimen, dan ketepatan
Kemendikbud. (2013). Permendikbud No. 64 Tahun
penilaian secara individu aspek kompetensi sikap dan
2013 tentang Standar Isi. Jakarta: Kemendikbud
keterampilan yang tercermin pada laporan eksperimen.
Hambatan-hambatan yang muncul semalam Khulthau, C.C., & R.J, Todd. (2008). Guided Inquiry.
penelitian didisusikan dengan guru dan observer, (Online). Tersedia. www.
didapatkan sebuah soluasi yakni sebelum kegiatan icwc.wikispaces.com/file/view/Guided+Inquiry.
pembelajaran, peralatan yang akan digunakan untuk doc. Diakses 13 Desember 2012
ekperimen disiapkan dan diuji cobakan terlebih dahulu. Liliasari., Iriany., dan Setiabudi, A. (2010). Model
Siswa diberi pengarahan dan pengawasan yang lebih Pembelajaran Inkuiri Laboratorium Berbasis
sebelum melaksanakan kegiatan eksperimen. Membuat Teknologi Informasi pada Konsep Laju Reaksi
laporan individu dari kegiatan eksperimen yang untuk Meningkatkan Keterampilan Generik
pengambilan datanya dilakukan secara berkelompok, Sains dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
hal ini bertujuan untuk penilaian siswa secara individu SMU. Bandung : Sekolah Pascasarjana UPI
lebih akurat. Pada akhir setiap pertemuan selain Mayer, R. (2009). Multi-Media Learning 2nd Editio).
diberikan tes formatif untuk mengecek pemahaman Cambridge: University Press
pada materi yang telah diajarkan, siswa diberikan
arahan untuk mempersiapkan eksperimen pada Miri, B., David, B., and Uri, Z. (2007). Purposely
pertemuan berikutnya, yang bertujuan agar siswa telah Teaching for the Promotion of Highher-order
memiliki pengetahuan awal yang cukup dan kegiatan Thingking Skills: A Case of Critical Thingking.
eksperimen lebih efektif dan efisien. Research Science Education. Vol 37 pp.353 –
369
IV. KESIMPULAN Novak, J.D. & D.B. Gowin, (1985). Learning How to
A. Simpulan Learn. New York: Cambridge University Press.
Berdasarkan hasil temuan penelitian, dapat Rahmawati, Widodo, W., dan Prabowo. (2013).
disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran model Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan
inkuiri terbimbing berbantuan videoscribe pada materi Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 1046


Terbimbing Berbantuan Videoscribe pada…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
(Guided Discovery Learning) untuk Melatih Thohrir, M., Sugimin, dan Wasis. (2013). Peningkatan
Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Melalui
Konsep pada Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pembelajaran Metode Penemuan Terbimbing
Pendidikan Sains. Vol.1 No.2 pp.80 – 85. dalam Upaya Remediasi Miskonsepsi Materi
Listrik Dinamis. Jurnal Penelitian Pendidikan
Ratumanan, G.T., dan T, Laurens. 2006. Evaluasi Hasil
Sains. Vol.1 No.2 pp.74 – 79.
yang Relevan dengan Memecahkan Problematika
Windarti., Tjandrakirana., dan Widodo. (2014).
Belajar dan Mengajar. Bandung:CV Alfabeta
Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritisi
Ratumanan, TG dan Laurens, T. (2011). Evaluasi hasil Menggunakan Metode Pembelajaran
belajar yang relevan dengan kurikulum berbasis Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)
kompetensi. Surabaya: Unesa University Press. Pada Siswa SMP. Jurnal Penelitian
Sparkol. (2014). VideoScribe for Education. (Online). Pendidikan Sains. Vol.2 No.2 pp.87 – 94.
Tersedia www.videoscribe.co/education-apply. Zero, D. (2011). Thinking Critiically and Resolving
Diakses pada tanggal 2 Februari 2015. Misconceptions. (Online). Tersedia.
Sutarto & Indrawati. (2010). Media Pembelajaran https//sities.google.com/site/dmzeroproject/H
Fisika. Jember: Universitas Jember. ome/critical-thinking-and-misconceptions.
Diakses pada tanggal 26 Maret 2015.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 1047


Terbimbing Berbantuan Videoscribe pada…

Anda mungkin juga menyukai