Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN.

2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERSTRUKTUR DENGAN


PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
Lia Saptini Handriani1, Ahmad Harjono2, Aris Doyan2
1)
Program Studi Pendidika Fisika
2)
Program Studi Pendidika Fisika FKIP
FKIP Universitas Mataram
Mataram, Indonesia
Email: Liasaptinihandriani@gmail.com

Abstract²This study aims to determine the effect of structured inquiry learning model with scientific
DSSURDFK RQ VWXGHQW¶V FULWLFDO WKLQNLQJ VNLOOV DQG SKysics learning outcomes of class X in SMAN 1 Gerung in
academic year 2014/2015. The study uses a quasi experiment with design untreated control group design with
pretest and posttest. The sample was selected by clauster random sampling and obtained class X-3 as the
experiment class using structured inquiry learning model with scientific approach and class X-6 as the control
class using expository learning model. Data post-test were tested for normality, homogeneity, and hypothesis
test. Hypothesis test using t-test polled variance with 5% of significance level. The results of the study were
obtained: (1) there was the effect of structured inquiry learning model with VFLHQWLILF DSSURDFK RQ VWXGHQW¶V
critical thinking skills :PÖâèáç L wäyz P PçÔÕßØ L sä{{zu; and (2) there was the effect of structured inquiry
learning model with VFLHQWLILF DSSURDFK RQ VWXGHQW¶V SK\VLFV OHDUQLQJ RXWFRPHV :PÖâèáç L väu{ P PçÔÕßØ L
sä{{zu;ä This indicates that the structured inquiry learning model with scientific approach is better than the
expository learning model. Expected to do further research on structured inquiry learning model with scientific
approach that measure the other of higher order thinking skills.

Keywords: structured inquiry learning model, scientific approach, critical thinking skills, and physics
learning outcomes.

PENDAHULUAN Mutu pendidikan salah satunya ditentukan di dalam


kelas melalui proses pembelajaran, khususnya dalam
Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan penelitian ini adalah proses pembelajaran fisika.
pendidikan, karena pendidikan itu sendiri merupakan
salah satu kunci kehidupan. Dengan adanya Fisika merupakan salah satu bagian dari ilmu
pendidikan yang dimiliki oleh seseorang maka pengetahuan alam (IPA). Pada hakikatnya IPA
kehidupannya menjadi lebih baik dan lebih terarah. merupakan suatu produk (a body of knowledge),
Tujuan pendidikan itu sendiri adalah untuk proses (a way of investigating), dan sikap (a way of
menciptakan seseorang yang berkualitas dan thinking). Jadi, dapat diambil persepsi bahwa hakikat
berkarakter, sehingga memiliki pandangan yang luas fisika sama dengan hakikat IPA [2]. Berdasarkan
ke depan guna mencapai cita-cita yang diharapkan hakikat fisika ini tersirat jelas bahwa yang diinginkan
dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat dalam pembelajaran fisika adalah siswa dituntut
terhadap perubahan kondisi lingkungan kehidupan untuk melakukan suatu kegiatan ilmiah untuk
terutama adanya perubahan zaman yang berkembang menemukan pengetahuan dan memiliki sikap ilmiah.
begitu pesat. Hasil observasi peneliti melalui wawancara
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini dengan salah seorang guru fisika dan beberapa siswa
sangatlah memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat pada SMAN 1 Gerung menunjukkan bahwa proses
mutu pendidikan Indonesia yang begitu rendah jika pembelajaran yang berlangsung masih menggunakan
dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti proses pembelajaran yang bersifat teacher-centered
Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, dan (berpusat pada guru). Pada pembelajaran teacher-
Thailand. Hasil riset yang dilakukan oleh UNDP centered ini siswa cendrung pasif dan mendengarkan
(United Nations Development Programme) terhadap penjelasan guru, sehingga pengetahuan siswa berasal
Human Development Index (HDI) yang dirilis pada dari guru. Proses pembelajaran seperti ini tidak
tahun 2010, Indonesia menduduki peringkat ke-108 memberikan akses bagi siswa untuk berkembang
dari 169 negara [1]. Oleh karena itu, diperlukan secara mandiri dalam menemukan sendiri
upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. pengetahuannya. Sehingga akan berdampak pada
210
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa terutama TINJAUAN PUSTAKA


berpikir kritis siswa yang tidak pernah dilatih. Selain
itu, proses pembelajaran yang bersifat teacher- A. Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur dengan
centered juga menyebabkan siswa kurang aktif dalam Pendekatan Saintifik
pembelajaran dan berpengaruh terhadap hasil belajar National Science Education Standards [7]
fisika siswa yang rendah. mendefisnisikan inkuiri sebagai suatu aktivitas yang
Berdasarkan persoalan yang telah dipaparkan, beragam yang melibatkan kegiatan observasi,
peneliti menawarkan sebuah model pembelajaran mengajukan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi
yang dapat melibatkan siswa aktif dalam proses buku dan sumber informasi yang lainnya secara
pembelajaran dan dapat melatih kemampuan berpikir kritis, merencanakan investigasi, mereview apa yang
kritis siswa, sehingga diharapkan pada akhirnya telah diketahui, melaksanakan percobaan atau
dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa, yaitu eksperimen dengan menggunaaan alat untuk
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri mengumpulkan data, menganalisis dan
terstruktur (MPIT) dengan pendekatan saintifik. menginterpretasi data, serta membuat prediksi, dan
MPIT merupakan kegiatan inkuiri dimana pertanyaan mengkomunikasikan hasilnya.
dan prosedur masih ditentukan oleh guru, akan tetapi Model pembelajaran inkuiri (MPI) dipandang
siswa menghasilkan suatu penjelasan yang didukung sebagai suatu proses dimana siswa terlibat aktif
oleh bukti-bukti yang telah dikumpulkan [3]. MPIT dalam pembelajaran, merumuskan pertanyaan,
ini menjadi awal untuk mengembangkan kemampuan menginvestigasi secara luas, dan kemudian
siswa untuk berinkuiri sebelum ke jenjang inkuiri membangun pemahaman baru, pengertian dan
tertinggi yaitu inkuiri terbuka. pengetahuan. Pengetahuan tersebut merupakan suatu
MPIT berlandasan pada penemuan pengetahuan hal yang baru bagi siswa dan mungkin dapat
oleh siswa itu sendiri yang ditempuh melalui digunakan untuk menjawab sebuah pertanyaan, untuk
berbagai kegiatan ilmiah yang disebut sebagai mengembangkan solusi permasalahan atau untuk
pendekatan saintifik. Menurut [4] pembelajaran menguatkan suatu keadaan atau pendapat [8].
dengan pendekatan saintifik merupakan MPI memiliki tingkatan berdasarkan kompleksitas
pembelajaran yang lebih menekankan pada dalam penerapannya. [9] Mengelompokkan MPI
pembelajaran inkuiri, yang memiliki relevansi menjadi empat tingkatan, yaitu inkuiri terstruktur
dengan hakikat sains, yang bukan sekedar kumpulan (structured inquiry), inkuiri terbimbing (guided
fakta dan prinsip tetapi mencakup cara-cara inquiry), inkuiri terbuka (open inquiry), dan siklus
bagaimana memperoleh fakta dan prinsip tersebut belajar (learning cycle). Penjelasannya sebagai
beserta sikap saintis dalam melakukannya. MPIT berikut: (1) inkuiri terstruktur, pada kegiatan
dengan pendekatan saintifik diharapkan dapat pembelajaran guru menyediakan rumusan masalah
mengubah proses pembelajaran dari teacher-centred penyelidikan, bahan, dan prosedur, sedangkan
menuju student-centered (berpusat pada siswa). hasilnya dicari oleh siswa sendiri; (2) inkuiri
Ketika proses pembelajaran berpusat pada siswa, terbimbing, pada kegiatan pembelajaran guru hanya
maka siswa akan dituntut untuk berpikir lebih banyak menyediakan bahan dan rumusan masalah
dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang penyelidikan, dan siswa merancang prosedur
diberikan oleh guru. Sehingga MPIT dengan penyelidikan untuk mencari jawaban permasalahan;
pendekatan saintifik ini dapat dijadikan sebagai (3) inkuiri terbuka, pada inkuiri ini siswa terlibat
wahana untuk melatih kemampuan berpikir kritis dalam merumuskan masalah yang diteliti. Inkuiri ini
siswa. Ketika siswa memiliki kemampuan berpikir mirip seperti cara kerjanya para peneliti; (4) siklus
kritis yang tinggi, maka berdampak pula pada hasil belajar, pembelajaran dengan tahap yang sudah diatur
belajar yang tinggi. sedemikian rupa sehingga siswa ikut berperan aktif
Penelitian yang telah dilakukan mengenai MPIT dalam proses pembelajaran. Siklus belajar
adalah penelitian oleh [5] dan [6] menunjukkan menekankan siswa untuk menemukan konsep baru,
bahwa hasil belajar dengan MPIT lebih baik kemudian guru memberi jawaban formal nama
dibandingkan dengan model pembelajaran konsep tersebut, dan siswa mengaplikasikan konsep
konvensional. tersebut dalam konteks yang berbeda.
Pada penelitian ini menggunakan salah satu
tingkatan inkuiri oleh [9] yaitu model pembelajaran
inkuiri terstruktur (MPIT). MPIT merupakan
kegiatan inkuiri dimana guru menentukan topik,
pertanyaan, bahan, dan prosedur sedangkan analisis
hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa [10].
211
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

Berdasarkan uraian di atas MPIT adalah suatu membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan
model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif penelitan ilmiah.
dalam proses penemuan pengetahuan melalui
Menurut [12] terdapat enam unsur dasar dalam
kegiatan eksperimen dengan panduan LKS yang
berpikir kritis yang disingkat menjadi FRISCO yaitu
telah disediakan rumusan masalah, alat dan bahan
F (Focus), untuk membuat sebuah keputusan tentang
penelitian, serta prosedur penelitian, sedangkan tugas
apa yang diyakini maka harus bisa memperjelas
siswa menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan
pertanyaan atau isu tertentu. R (Reason), mengetahui
serangkaian tahapan penelitian yang dimulai dari
alasan-alasan yang mendukung atau bertentangan
tahap penetapan masalah, merumuskan hipotesis,
dengan situasi dan fakta yang relevan. I (Inference),
melaksanakan penelitian, mengolah dan menganalisis
membuat kesimpulan yang beralasan atau
data, dan menguji hipotesis.
menyuguhkan. Bagian penting dari langkah
Kegiatan MPIT tidak terlepas dari kegiatan penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan
imliah, karena model ini berlandasan pada penemuan mencari pemecahan, pertimbangan akan situasi dan
yang ditempuh melalui serangkaian kegiatan ilmiah. bukti. S (Situation), memahami situasi dan selalu
Kegiatan ilmiah inilah yang disebut sebagai menjaga situasi dalam berpikir. C (Clarity),
pendekatan saintifik. Menurut [11] pembelajaran menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
melalui pendekatan saintifik adalah proses O (Overview), melangkah kembali dan meneliti
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar secara menyeluruh keputusan yang diambil.
peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep,
Keenam unsur dasar kemampuan berpikir kritis
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
dijabarkan ke dalam enam indikator-indikator
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
berpikir kritis yaitu penjelasan dasar, keputusan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
dasar, kesimpulan, penjelasan lebih lanjut, menalar
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
dan pengintegrasian, dan terakhir adalah kemampuan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik
tambahan. Keenam indikator kemampuan berpikir
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum
kritis ini diajabarkan lagi menjadi empat belas sub-
atau prinsip yang ditemukan.
indikator kemampuan berpikir kritis sebagai berikut.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti (1) Penjelasan dasar terdiri dari dua sub-indikator:
mendefinisikan MPIT dengan pendekatan saintifik memfokuskan pertanyaan dan menganalisis argumen.
adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan (2) Keputusan dasar terdiri dari tiga sub-indikator:
siswa aktif dalam proses penemuan pengetahuan mempertimbangkan kredibilitas sumber,
melalui kegiatan eksperimen dengan panduan LKS mengobservasi dan mempertimbangkan laporan
yang telah disediakan rumusan masalah, alat dan observasi, mendeduksi dan menilai hasil deduksi. (3)
bahan penelitian, serta prosedur penelitian, Kesimpulan terdiri dari dua sub-indikator:
sedangkan tugas siswa menyimpulkan hasil menginduksi dan mempertimbangkan induksi,
penelitian berdasarkan serangkaian aktivitas siswa membuat dan menilai hasil pertimbangan. (4)
dalam memecahkan masalah melalui tahapan Penjelasan lebih lanjut terdiri dari dua sub-indikator:
mengamati, menanya, menalar, mencoba, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu
menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. definisi, mengidentifikasi asumsi-asumsi. (5)
Menalar dan pengintegrasian terdiri dari dua sub-
B. Berpikir Kritis
indikator. Menalar, mengintegrasikan. (6)
Berpikir kritis dimulai dari salah seorang Kemampuan tambahan terdiri dari tiga sub-indikator:
kontributor terkenal yang bernama Robert H. Ennis. melanjutkan dengan cara yang benar sesuai dengan
Menurut [12] critical thinking is a process, the goal situasi, sensitif, strategi retoris [15] dan [16].
of which is to make reasonable decisions about what
Dalam penelitian ini, berpikir kritis adalah suatu
to believe and what to do. Maksudnya, berpikir kritis
proses kognisi siswa secara mendalam yang
merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang
membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa
memenuhi indikator-indikator sebagai berikut:
yang dipercayai dan apa yang dilakukan.
memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen
Menurut [13], berpikir kritis kritis merupakan seni (mengidentifikasi alasan dan mengidentifikasi suatu
menganalisis dan mengevaluasi pikiran dengan ketidaktepatan), menginduksi dan
pandangan lebih lanjut. Sedangkan [14], menjelaskan mempertimbangkan hasil induksi, mengevaluasi, dan
berpikir kritis sebagai sebuah proses yang terarah dan kemampuan memberikan alasan.
jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti
memecahkan masalah, mengambil keputusan,

212
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

C. Hasil Belajar Fisika Tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari 6 butir
soal dalam bentuk tes essay yang sudah divalidasi
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami
oleh ahli. Keenam soal ini meliputi indikator-
dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar.
indikator berpikir kritis yaitu: memfokuskan
Pengertian hasil mengarah pada suatu perolehan
pertanyaan, mengidentifikasi alasan,
akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengidentifikasi suatu ketidaktepatan, menginduksi
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.
dan mempertimbangkan hasil induksi, mengevaluasi,
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya
dan kemampuan memberikan alasan. Adapun
perubahan perilaku pada individu yang belajar.
pedoman penskorannya menggunakan rubrik
Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang
kemampuan berpikir kritis. Sedangkan untuk
menjadi hasil belajar [17].
mengetahui tingkat pencapaian kemampuan berpikir
Menurut [18] hasil belajar merupakan hasil dari kritis siswa dianalisis dengan persentase sebagai
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. berikut.
Sedangkan [19] mendefinisikan hasil belajar sebagai
••‘” ›ƒ•‰ †‹’‡”‘Ž‡Š
bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh ‹Žƒ‹ L H srr
(komprehensif) yang terdiri atas unsur kognitif, ••‘” •ƒ••‹•ƒŽ
afektif, dan psikomotorik secara terpadu pada diri
Setelah diperoleh hasil persentase kemampuan
siswa. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
berpikir kritis siswa, peneliti menentukan kategori
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemampuan berpikir kritis siswa. Pemberian kategori
kemanusiaan saja [20].
bertujuan untuk mengetahui kualifikasi persentase
Hasil belajar fisika dalam penelitian ini hanya kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan
terbatas pada hasil belajar kognitif pada ranah C1 berpikir kritis dibedakan menjadi 4 kategori menurut
sampai C6 (mengingat, memahami, mengaplikasi, [22] sebagai berikut.
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta)
Tabel 1. Pedoman Kategori Berpikir Kritis
menggunakan taksonomi bloom edisi revisi [21].
Sehingga hasil belajar fisika dapat didefinisikan Skala Perolehan Kategori
sebagai perubahan tingkah laku siswa pada ranah
kognitif C1 sampai C6 (mengingat, memahami, 81,25 < x ” 100 Sangat Kritis
mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan 62,50 < x ” 81,25 Kritis
mencipta) setelah melakukan proses pembelajaran 43,75 < x ” 62,50 Kurang Ktitis
fisika melalui model pembelajaran inkuiri terstruktur 25,00 < x ” 43,75 Sangat Kurang Kritis
dengan pendekatan saintifik.
Adapun tes hasil belajar fisika dari ranah kognitif
METODE PENELITIAN C1 sampai C6 yang terdiri dari 30 butir soal pilihan
Penelitian ini merupakan penelitian quasi ganda dan sudah diuji validitas, reliablilitas, taraf
experiment dengan rancangan nonekuivalen atau kesukaran dan daya beda soal, pada kelas kelas XI
untreated control group design with pretest and IPA 1 SMAN 1 Gerung sebanyak 50 butir soal.
posttest. Data yang diperoleh dari tes kemampuan berpikir
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas kritis dan hasil belajar fisika siswa berupa data pre-
X SMAN 1 Gerung tahun pelajaran 2014/2015 test yang bertujuan untuk melihat kemampuan awal
sebanyak 6 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dari kedua kelas dengan menggunakan uji
dengan teknik clauter random sampling, sehingga homogenitas. Adapun data post-test bertujuan untuk
terpilih kelas X-3 sebagai kelas eksperimen dan kelas melihat besar peningkatan setelah diterapkannya
X-6 sebagai kelas kontrol. model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan
pendekatan saintifik. Analisis data post-test ini
Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dilakukan uji normalitas, homogenitas dan hipotesis.
satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel Sebelum uji hipotesis dilakukan uji prasyarat yang
bebas dalam penelitian ini adalah model meliputi uji normalitas menggunakan uji chi-square
pembelajaran inkuiri terstruktur dengan pendekatan dan uji homogenitas menggunakan uji varians.
saintifik, sedangkan variabel terikatnya adalah
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar fisika. Penarikan kesimpulan untuk uji normalitas adalah
Pada penelitian ini kelas eksperimen menggunakan jikaV6 fgrsle Q V6 r_`cj , maka data terdistribusi
model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan normal danV6 fgrsle P V6 r_`cj , maka data tidak
pendekatan saintifik sedangkan kelas kontrol
terdistribusi normal dengan taraf signifikansi 5%.
menggunakan model pembelajaran ekspositori.
Adapun untuk uji varians, jika Fhitung > Ftabel maka
213
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

sampel tidak homogen dan jika Fhitung ” Ftabel


maka sampel homogen. Apabila data sudah
Tabel 3. Data Post-test Kemampuan Berpikir Kritis
terdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
dilanjutkan dengan statistik parametrik menggunakan
t-test polled varians dengan derajat kebebasan (dk) = Kelas Kelas
n1 + n2 - 2 dan D = 0,05. Penarikan kesimpulan uji Eksperimen Kontrol
hipotesis adalah apabila – fgrsle P – r_`cj , maka _ Jumlah siswa 33 34
diterima dan m ditolak, dan apabila – fgrsle Q Rata-rata 75,63 61,89
– r_`cj , maka maka m diterima dan _ ditolak [23]. Nilai tertinggi 91,7 79,2
Nilai terendah 45,8 45,8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data post-test kemampuan berpikir kritis
A. Hasil Penelitian
siswa menunjukkan bahwa rata-rata nilai pada
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September kelas eksperimen sebesar 75,63 sedangkan pada
2014 sampai April 2015. Untuk melihat kemampuan kelas kontrol sebesar 61,89. Perbedaan nilai
awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol rata-rata kedua kelas yang begitu signifikan
dilakukan pre-test kemampuan berpikir kritis dan mengindikasikan bahwa model pembelajaran
hasil belajar fisika pada materi suhu dan kalor. inkuiri terstruktur dengan pendekatan saintifik
Setelah diberikan perlakuan pada kedua kelas, maka yang diterapkan pada kelas eksperimen
dilakukan post-test untuk melihat besar memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
peningkatannya. dengan model pembelajaran ekspositori yang
diterapkan pada kelas kontrol. Karena nilai rata-
1. Kemampuan Berpikir Kritis
rata ini hanya berlaku untuk kedua kelas dan
Rata-rata data pre-test kemampuan berpikir tidak berlaku untuk populasi kelas X, maka
kritis siswa pada kelas eksperimen sebesar 36,36 dilakukanlah uji hipotesis yang bertujuan untuk
dan kelas kontrol sebesar 29,06; untuk lebih menggeneralisasikan data dan dapat berlaku
untuk popuasi kelas X di SMAN 1 Gerung tahun
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
pelajaran 2014/2015. Namun sebelum
Tabel 2. Data Pre-test Kemampuan Berpikir melakukan uji hipotesis dilakukanlah uji
Kritis Kedua Kelas prasyarat analisis menggunakan uji normalitas
dan homogenitas. Adapun hasil uji normalitas
Pre-test Kemampuan Berpikir
data post-test kemampuann berpikir kritis siswa
Kritis
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
Kelas Kelas
ditunjukkan pada tabel 4 berikut ini.
Eksperimen Kontrol
Jumlah siswa 33 34 Tabel 4. Hasil Perhitungan Normalitas Post-test
Rata-rata 36,36 29,06 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Nilai tertinggi 45,8 54,5
V6 fgrsle Hasil Uji
Nilai terendah 25 25 Kelas V6 r_`cj
Normalitas
Adapun analisis uji varians data pre-test Eksperimen 8,15 11,070 Normal
hasil belajar fisika siswa menunjukkan fgrsle Kontrol 3,98 11,070 Normal
sebesar 1,11 dan r_`cj sebesar 1,81 dengan Ù L w¨
taraf signifikan 5%. Hal ini menunjukkan Berdasarkan tabel 4, pada kelas eksperimen
V fgrsle sebesar 8,15 dan V6 r_`cj sebesar
6
fgrsle O r_`cj , maka data kedua kelas
memiliki varians yang homogen, artinya 11,070; hal ini menunjukkan V6 fgrsle O V6 r_`cj ,
kemampuan awal berpikir kritis siswa dari maka data terdistribusi normal. Sedangkan pada
kedua kelas sama. kelas kontrol V6 fgrsle sebesar 3,98 dan V6 r_`cj
Data post-test kemampuan berpikir kritis sebesar 11,070; berarti V6 fgrsle O V6 r_`cj , maka
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol data terdistribusi normal.
setelah diberikan perlakuan dapat dilihat pada
tabel 3 berikut ini. Uji prasyarat selanjutnya adalah uji
homogenitas. Adapun hasil uji homogenitas
yang dilakukan terhadap data post-test
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas

214
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Adapun analisis uji varians data pre-test
tabel 5 berikut ini. hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol menunjukkan fgrsle sebesar 1,21
Tabel 5. Hasil Perhitungan Homogenitas Post-test
Kemampuan Berpikir Kritis dan r_`cj sebesar 1,80 dengan taraf signifikan
5%, hal ini menunjukkan fgrsle O r_`cj , maka
Hasil Uji data kedua kelas memiliki varians yang
Kelas fgrsle r_`cj Homogenitas homogen, artinya kemampuan awal dari kedua
Eksperimen 1,54 1,80 Homogen kelas sama.
Kontrol 1,54 1,80 Homogen
Data post-test hasil belajar fisika siswa
Ù L w¨
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah
Berdasarkan tabel 5, diperoleh fgrsle
diberikan perlakuan dapat ditunjukkan pada
sebesar 1,54 dan r_`cj sebesar 1,80; berarti tabel 8 berikut ini.
fgrsle O r_`cj , maka dapat disimpulkan
bahwa data kedua kelas homogen.
Uji prasyarat analisis untuk uji hipotesis Tabel 8. Data Post-test Hasil Belajar Fisika Kelas
telah terpenuhi, dimana data kedua kelas normal Eksperimen dan Kelas Kontrol
dan homogen, maka dapat dilakukan uji Kelas Kelas
hipotesis dengan statistik parametrik Eksperimen Kontrol
menggunakan t-test polled varians. Adapun hasil Jumlah siswa 33 34
analisis t-test polled varians dapat ditunjukkan Rata-rata 75,46 63,83
pada tabel 6 berikut ini. Nilai tertinggi 90 76,6
Tabel 6. Hasil Analisis Uji Hipotesi Kemampuan Nilai terendah 50 36,7
Berpikir Kritis
Data post-test hasil belajar fisika siswa
Kelas – fgrsle – r_`cj Hasil Uji-t menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar
Eksperimen fisika siswa pada kelas eksperimen sebesar
Ho ditolak,
5,78 1,9983 75,46 sedangkan pada kelas kontrol sebesar
Kontrol Ha diterima
63,83. Perbedaan nilai rata-rata kedua kelas
Ù L w¨ yang begitu signifikan mengindikasikan bahwa
Berdasarkan tabel 6, ditunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan
– fgrsle sebesar 5,78 dan – r_`cj sebesar 1,9983; pendekatan saintifik yang diterapkan pada kelas
hal ini berarti – fgrsle P – r_`cj , maka dapat eksperimen memberikan hasil yang lebih baik
ditarik kesimpulan bahwa 4 ditolak dan _ dibandingkan dengan model pembelajaran
diterima. Artinya, bahwa adanya pengaruh ekspositori yang diterapkan pada kelas kontrol.
model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan Untuk bisa digeneralisasi dan dapat berlaku
pendekatan saintifik terhadap kemampuan untuk popuasi kelas X SMAN 1 Gerung tahun
berpikir kritis siswa kelas X SMAN 1 Gerung pelajaran 2014/2015, maka dilakukan uji
tahun pelajaran 2014/2015. hipotesis. Sebelum uji hipotesis dilakukan uji
2. Hasil Belajar Fisika normalitas dan homogenitas. Adapun hasil uji
normalitas data post-test hasil belajar fisika
Rata-rata data pre-test hasil belajar fisika siswa pada kedua kelas ditunjukkan pada tabel 9
siswa pada kelas eksperimen sebesar 25,00 dan berikut ini.
kelas kontrol sebesar 22,46. Data hasil pre-test Tabel 9. Hasil Perhitungan Normalitas Post-test
lebih jelasnya dapat ditunjukkan pada tabel 7. Hasil Belajar Fisika Siswa
Tabel 7. Data Pre-test Hasil Belajar Fisika Kelas Hasil Uji
Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas V6 fgrsle V6 r_`cj
Normalitas
Pre-test Hasil Belajar Fisika Eksperimen 3,697 11,070 Normal
Kelas Kelas Kontrol 8,22 11,070 Normal
Eksperimen Kontrol
Ù L w¨
Jumlah siswa 33 34 Berdasarkan tabel 9, pada kelas eksperimen
Rata-rata 24,85 23,04
V6 fgrsle sebesar 3,697 dan V6 r_`cj sebesar
Nilai tertinggi 40 40
Nilai terendah 10 13,3 11,070; hal ini menunjukkan V6 fgrsle O V6 r_`cj ,
maka data terdistribusi normal. Sedangkan pada
215
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

kelas kontrol V6 fgrsle sebesar 8,22 dan V6 r_`cj Hasil pengujian hipotesis terhadap data
sebesar 11,070; berarti V6 fgrsle O V6 r_`cj , maka post-test kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
data terdistribusi normal. menggunakan uji-t menunjukkan bahwa adanya
Uji prasyarat selanjutnya adalah uji pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur
homogenitas. Adapun hasil uji homogenitas (MPIT) dengan pendekatan saintifik terhadap
yang dilakukan terhadap data post-test hasil kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu
belajar fisika siswa pada kelas eksperimen dan dapat terlihat dari hasil post-test data
kelas kontrol ditunjukkan pada tabel 10 berikut kemampuan berpikir kritis siswa pada kedua
ini. kelas menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
Tabel 10. Hasil Perhitungan Homogenitas Post-test
kelas kontrol. Hal ini menunjukkan MPIT
Hasil Belajar Fisika Siswa dengan pendekatan saintifik lebih baik
Hasil Uji dibandingkan dengan model pembelajaran
Kelas fgrsle r_`cj ekspositori. Berdasarkan penelitian yang telah
Homogenitas
Eksperimen dilakukan sebelumnya menunjukkan hal yang
1,22 1,81 Homogen senada dengan hasil penelitian ini, seperti
Kontrol
penelitian yang dilakukan oleh [24], [25], dan
Ù L w¨
[26], menunjukkan bahwa model pembelajaran
Berdasarkan tabel 10, diperoleh fgrsle
inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir
sebesar 1,22 dan r_`cj sebesar 1,81; berarti kritis siswa. Selain itu, [27] menyatakan bahwa
fgrsle O r_`cj , maka dapat disimpulkan keterampilan berpikir kritis kelompok siswa
bahwa data kedua kelas homogen. yang mendapatkan model pembelajaran inkuiri
Uji prasyarat analisis untuk uji hipotesis lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
telah terpenuhi, dimana data kedua kelas normal mendapakan model pembelajaran langsung.
dan homogen, maka dapat dilakukan uji MPIT dengan pendekatan santifik dapat
hipotesis dengan statistik parametrik melibatkan siswa secara optimal dalam proses
menggunakan t-test polled varians. Adapun pembelajaran sehingga siswa aktif mendapatkan
hasil analisis t-test polled varians dapat pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan
ditunjukkan pada tabel 11 berikut ini. inkuiri. Hal ini sesuai dengan apa yang
Tabel 11. Hasil Analisis Uji Hipotesi Hasil Belajar dikemukakan oleh [28], pembelajaran yang
Fisika Siswa menuntut siswa terlibat secara optimal dalam
proses belajar dapat meningkatkan kemampuan
Kelas – fgrsle – r_`cj Hasil Uji-t berpikir kritis siswa. [27] juga menyatakan
bahwa lingkungan belajar yang melibatkan
Eksperimen Ho ditolak, siswa aktif dalam penyelidikan (penelitian)
4,39 1,998
Kontrol Ha diterima suatu informasi dan mengaplikasikan
Ù L w¨ pengetahuan mereka dapat meningkatkan
Berdasarkan tabel 11, ditunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa.
– fgrsle sebesar 4,39 dan – r_`cj sebesar 1,998; hal
Aspek-aspek kemampuan berpikir kritis
ini berarti – fgrsle P – r_`cj , maka dapat ditarik
yang harus dicapai siswa lebih banyak
kesimpulan bahwa 4 ditolak dan _ diterima. diaplikasikan dalam penerapan MPIT dengan
Artinya, bahwa adanya pengaruh model pendekatan saintifik dibandingkan dengan
pembelajaran inkuiri terstruktur dengan model pembelajaran ekspositori. Dalam
pendekatan saintifik terhadap hasil belajar fisika penerapan MPIT dengan pendekatan saintifik
siswa. terdapat kegiatan pengamatan, membuat
B. Pembahasan hipotesis, mengolah data, menganalisis data,
membuat keputusan, membuat kesimpulan,
1. Kemampuan Berpikir Kritis berkomunikasi. Sedangkan model pembelajaran
ekspositori terdapat kegiatan memperhatikan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
demonstrasi yang dilakukan oleh guru,
pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur
kemudian menjawab LKS yang berkaitan
dengan pendekatan saintifik terhadap
dengan demonstrasi, dan kegiatan diskusi atau
kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMAN
berkomunikasi.
1 Gerung tahun pelajaran 2014/2015.

216
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

Berdasarkan rangkaian pembelajaran yang bahwa model pembelajaran inkuiri dapat


diterapkan pada kelas eksperimen menunjukkan meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran
adanya proses untuk melatih keterampilan yang berorientasi pada inkuiri memberikan hasil
berpikir kritis karena keterampilan berpikir kritis belajar yang signifikan lebih besar dibandingkan
tidak akan berkembang apabila tidak dilatih. dengan model konvensional [33]. Selain model
Seperti yang dikemukakan oleh [29], pembelajaran inkuiri, pendekatan saintifik
keterampilan berpikir kritis membutuhkan ternyata juga memberikan pengaruh terhadap
latihan, praktik, dan kesabaran. Keterampilan hasil belajar. Penelitian yang yang telah
berpikir kritis tidak terjadi secara lahiriah, tetapi dilakukan [34], [4], dan [11] menunjukkan
perlu dilatih dengan tujuan untuk menyiapkan bahwa bahwa pendekatan saintifk dapat
siswa menjadi seorang pemikir kritis [28]. meningkatkan hasil belajar siswa.
Kegiatan-kegiatan dalam model MPIT dengan pendekatan saintifik dapat
pembelajaran inkuiri terstruktur dengan memberikan peluang kepada siswa untuk
pendekatan saintifik merupakan sarana yang berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Siswa
lebih tepat dan efektif dalam pencapaian yang belajar untuk menemukan konsep
indikator-indikator kemampuan berpikir kritis, pengetahuannya sendiri akan memperoleh
sehingga melalui MPIT dengan pendekatan pengalaman lebih bermakna dan
saintifik ini dapat lebih mengembangkan pengetahuannya lebih kuat melekat dalam
kemampuan berpikir kritis siswa. Sesuai dengan ingatan mereka. Dengan kuatnya informasi yang
penelitian [30] menyatakan bahwa model melekat pada memori siswa, tentu akan
pembelajaran inkuiri dengan kegiatan ilmiah berdampak pula terhadap perolehan hasil belajar
(pendekatan saintifik) dapat membantu siswa siswa. Sebaliknya pembelajaran ekspositori
mengembangkan keterampilan berpikir kritis lebih menekankan kepada proses penyampaian
dan memungkinkan siswa untuk berpikir dan materi secara verbal dari seorang guru kepada
mengkonstruksi pengetahuannya seperti seorang siswa agar siswa dapat menguasai materi
saintis. pembelajaran secara optimal. Dalam penerapan
model pembelajaran ekspositori pada kelas
2. Hasil Belajar Fisika Siswa
kontrol, siswa dijadikan sebagai penerima yang
pasif dan hanya menghafal tanpa belajar untuk
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
berpikir. Sehingga pengajaran bukanlah untuk
pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur
menanamkan konsep tetapi lebih mengarah pada
(MPIT) dengan pendekatan saintifik terhadap
hafalan.
hasil belajar fisika siswa kelas X SMAN 1
Gerung tahun pelajaran 2014/2015. Pada penelitian ini penerapan MPIT dengan
pendekatan saintifik sangat memposisikan siswa
Hasil pengujian hipotesis terhadap data
sebagai pusat dalam pembelajaran (student-
post-test hasil belajar fisika siswa pada kelas
centred), sehingga memberikan peluang pada
eksperimen dan kelas kontrol dengan
peningkatan hasil belajar. Sesuai dengan hasil
menggunakan uji-t menunjukkan bahwa adanya
penelitian yang telah dilakukann oleh [35]
pengaruh MPIT dengan pendekatan saintifik
menyatakan bahwa MPIT dapat meningkatkan
terhadap hasil belajar fisika siswa. Selain itu
prestasi jangka panjang. Menurut [36] MPIT
dapat terlihat dari hasil post-test data hasil
dapat meningkatkan pemahaman siswa. Dengan
belajar fisika siswa pada kedua kelas
meningkatnya pemahaman, maka berdampak
menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas
pada hasil belajar yang tinggi pula. Menurut [5]
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
dan [6] MPIT memberikan hasil belajar yang
kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
lebih tinggi dibandingkan dengan model
MPIT dengan pendekatan saintifik yang
pembelajaran konvensional.
diterapkan pada kelas ekseprimen lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran Hasil penelitian ini juga senada dengan
ekspositori yang diterapkan pada kelas kontrol. penelitian [37] menyatakan terdapat perbedaan
yang signifikan antara model pembelajaran
MPIT dengan pendekatan saintifik sangat
saintifik inkuiri dan pembelajaran konvensional
memposisikan siswa sebagai pusat dalam
terhadap hasil belajar siswa. [38] Menyatakan
pembelajaran (student-centred), sehingga
model pembelajaran saintifik inkuiri dapat
memberikan peluang pada peningkatan hasil
meningkatkan hasil belajar siswa.
belajar fisika. Sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh [31] dan [32] menunjukkan

217
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

MPIT dengan pendekatan saintifik [4] Marjan, J., Arnyana, I.B., dan Setiawan, I.G.A.
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan
dengan model pembelajaran ekspositori, Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan
diantaranya adalah siswa yang belajar melalui Keterampilan Proses Sains Siswa MA
MPIT dengan pendekatan saintifik memiliki 0X¶DOOLPDW 1: 3DQFRU 6HORQJ .DEXSDWHQ
motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. e-Journal
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
ekspositori. Hal ini karena proses MPIT dengan Ganesha Program Studi IPA. Vol. 4 Tahun 2014.
pendekatan saintifik melatih siswa untuk aktif
[5] Hafsyah, S.N., Prihandono, T., dan Yushardi.
dalam proses pembelajaran dan siswa merasa
2012. Penerapan Model Inkuiri Terstruktur
senang ketika dilibatkan langsung dengan
dengan Media Virtual-LAB pada Pembelajaran
belajar, sedangkan siswa yang belajar dengan
Fisika Di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika
model pembelajaran ekspositori memiliki
(JPF). Vol. 1, No. 2 September 2012.
motivasi belajar yang rendah karena guru
memposisiskan siswa sebagai penerima (siswa [6] Mutiah, A. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri
pasif) materi pelajaran dan proses pembelajaran Terstruktur (Structured Inquiry) terhadap Hasil
dalam bentuk verbal. Selain itu MPIT dengan Belajar Siswa Pada Benda dan Sifatnya. Jurnal
pendekatan saintifik dapat meningkatkan Pendidikan Dasar. Vol.1, No.1, April 2014.
pemahaman siswa, karena pemahaman yang [7] NRC. 2000. Inquiry and The National Science
didapatkan melalui serangkaian proses belajar. Education Standars: A Guide For Teaching and
Hal ini berdampak pada hasil belajar pada kelas Learning. Washington D.C.: National Academy
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan Press.
kelas kontrol.
[8] Alberta. 2004. )RFXV 2Q ,QTXLU\ $ 7HDFKHU¶V
PENUTUP Guided to Implementing Inquiry-Based Learning.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Canada: Alberta Learning.
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh [9] Colburn, A. 2000. An Inquiry Primer. Science
model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan Scope: 42-44.
pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar fisika siswa kelas X SMAN 1 [10] Amri, S., dan Ahmadi, I.K. 2010. Proses
Gerung tahun pelajaran 2014/2015. Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas.
pembelajaran inkuiri terstruktur dengan pendekatan Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
saintifik lebih baik dibandingkan dengan model [11] Machin, A. 2014. Implementasi Pendekatan
pembelajaran ekspositori. Diharapkan dapat Saintifik, Penanaman Karakter dan Konservasi
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengukur Pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan. Jurnal
kemampuan berpikir kritis lainnya. Pendidikan IPA Indonesia. Vol. 3, No. 1 April
2014.
UCAPAN TERIMA KASIH
[12] Ennis, R.H. 1996. Critical Thinking. USA:
Terima kasih penulis ucapkan untuk bapak H. Prentice-Hall, Inc.
Nasrun S.Pd., MM selaku kepala SMAN 1 Gerung
serta bapak Saryono, S.Pd selaku guru kelas, seluruh [13] Paul, R. and Elder, L. 2008. The Miniature Guide
siswa kelas X-3 dan X-6 tahun pelajaran 2014/2015 to Critical Thinking: Concepts and Tools. 28th
yang telah berpartifipasi dan kerjasama dalam Annual International Conference On Critical
penelitian ini, serta seluruh pihak yang telah Thinking. California.
membantu penelitian ini. [14] Johnson, E.B. 2008. Contextual Teaching and
Lerning: Menjadikan Kegiatan Belajar-
REFERENSI Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna.
[1] UNDP. 2010. Human Development Report 2010: Diterjemahkan oleh Ibnu Setiawan. Bandung:
20th Anniversary Edition. New York: Palgrave Penerbit MLC.
Macmillan.
[15] Ennis, R.H. 1998. Is Critical Thinking Culturally
[2] Hikmawati dan Gunada, I.W. 2013. Buku Ajar Biased? Teaching Philosophy, 21,1 (March), 15-
Kajian Fisika SMA. Mataram: FKIP Press. 33.
[3] Banci, H. and Bell, R. 2008. The Many Levels [16] Ennis, R.H. 2011. The Nature of Critical
Of Inquiry. Science and Children: 26-28. Thinking: An Outline of Critical Thinking
Dispositions and Abilities. The Sixth
218
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

International Conference on Thinking at MIT. [28] Rahma, A.N. 2013. Pengembangan Perangkat
Cambridge. Pembelajaran Model Inkuiri Berpendekatan
SETS Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
[17] Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar.
untuk menumbuhkan Keterampilan Berpikir
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kritis dan Empati Siswa Terhadap Lingkungan.
[18] Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Journal of Education Research and Evaluation.
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Vol.1 No. 2. Tahun 2012: 133-138.
[19] Sudjana, N. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar [29] Snyder, L.G. and Snyder, M.J. 2008. Teaching
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Critical Thinking and Problem Solving Skills.
[20] Suprijono, A. 2013. Cooperative Learrning. The Delta Pi Epsilon Journal. Vol.L, No. 2,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Spring/Summer, 2008: 90-99.

[21] Anderson, L. W. dan Krathwohl, D.R. 2010. [30] Corlu, M.A., and Corlu, M.S. 2012. Scientific
Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Inquiry Based Professional Development Models
Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi In Teacher Education. Education Sciences
Pendidikan Bloom. Diterjemahkan oleh Agung Theory & Practice. Vol.1 Desember. Winter:
Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 514-521.

[22] Yuliati, D.I., Yulianti, D., dan Khanafiyah, S. [31] Roswati. 2014. Penerapan Model Pembelajaran
2011. Pembelajaran Fisika Berbasis Hands On Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika
Activities Untuk Menumbuhkan Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Pura
Berpikir Kritis dan Meningkatkan Hasil Belajar Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidika
Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Fisika. Vol.3 No.1 Juni 2014.
Vol.7 Januari 2011: 23-27. [32] Kristianingsih, D.D., Sukiswo, S.E., dan
[23] Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Khanafiyah,S. 2010. Peningkatan Hasil Belajar
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri
Bandung: Alfabeta. Dengan Metode Pictorial Riddle Pada Pokok
Bahasan Alat-Alat Optik di SMP. Jurnal
[24] Anggareni, N.W., Ristiati, N.P., dan Widiyanti, Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 6. Januari
N.L.P.M. 2013. Implementasi Strategi 2010: 10-13.
Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep IPA [33] Mao, S.L. and Chang, C.Y. 1998. Impacts of an
Siswa SMP. E-Journal Pascasarjana Universitas Inquiry Teaching Method on Earth Science
Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. Vol. 3 6WXGHQW¶V /HDUQLQJ 2XWFRPHV $QG $WWLWXGHV $W
Tahun 2013. The Secondary School Level. Proc. Natl.Sci.
Counc. Roc.(D). Vol. 8, No.3, pp.93-101.
[25] Avesec, S., and Kocijancic, S. 2014. The Effect
of Use of an Inquiry-Based Approach in an Open [34] Hidayati, N. 2014. Pengaruh Penggunaan
Learning Middle School Hydraulic Turbine Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Dalam
Optimisation Course. WIETE. Vol.12, No.3, Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa
2014. Kelas XII TITL 1 SMK Negeri 7 Surabaya Pada
standar Kompetensi Mengoprasikan Sistem
[26] Umami, R. dan Jatmiko, B. 2013. Penerapan Kendali Elektromagnetik. Jurnal Pendidikan
Model Pembelajaran Inkuiri dengan Pendekatan Teknik Elektro. Vol. 03 No. 02 Tahun 2014: 25-
SETS (Science, Environment, Technology and 29.
Society) Pada Poko Bahasan Fluida Statis Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis [35] Schmid, S., and Bogner, F.X. 2015. Effect of
Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Gedangan. Jurnal 6WXGHQWV¶V (IIRUW 6FRUHV LQ D 6WUXFWXUHG ,QTXLU\
Inovasi Pendidikan Fisika. Vol. 02 No.03 Tahun Unit on Long-Term Recall Abilities of Content
2013: 61-69. Knowledge. Education Researh International.
Handawi Publishing Corporation. Vol. 2015,
[27] Sutama, I.N., Arnyana, I.B.P., dan Swasta, I.B.J. article ID 826734.
2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan [36] Salim, K., and Tiawa, D.H. 2015.
Kinerja Ilmiah Pada Pelajaran Biologi Kelas XI Implementation of Structured Inquiry Based
IPA SMA Negeri 2 Amplapura. E-Journal 0RGHO /HDUQLQJ 7RZDUG 6WXGHQWV¶
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Understanding of Geometry. International
Ganesha program Studi IPA. Vol. 4 Tahun 2014.
219
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

Journal of Research in Eduction and Science


(IJRES). Vol.1, Issue 1, Winter 2015.
[37] Hussain, D.A., Azzem, M., and Shakoor, A.
2011. Physics Teaching Methods: Scientific
Inquiry Vs Traditional Lecture. International
Journal of Humanities and Social Science. Vo.1.
No.19 Desember 2011.
[38] Sihotang, D.C.N. 2014. Analisis Model
Pembelajaran Scientific Inquiry dan Sikap Ilmiah
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran
Fisika. Jurnal Pendidika Fisika. Vol.3 No.2
Desember 2014.
BIOGRAFI PENULIS
Lia Saptini Handriani, S.Pd, lahir di Suradadi, 16
Januari 1993. Tahun 2005 lulus di SDN 1 Suradadi,
Lombok Timur, tahun 2008 lulus dari SMPN 1
Terara Lombok Timur. Tahun 2011 lulus dari SMAN
1 Terara Lomok Timur dan melanjutkan pendidikan
S-1 di Universitas Mataram pada Program Studi
Pendidikan Fisika hingga meraih gelar sarjana tahun
2015.

220

Anda mungkin juga menyukai