Anda di halaman 1dari 37

Proposal Penelitian

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING


DENGAN MOTODE TATIKAP (TAHU, TINDAK, UNGKAP) TERHADAP
PENGUASAAN MATERI FISIKA DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS
MATERI HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI PESERTA DIDIK
SMA NEGERI 1 TANJUNGPINANG

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah metode penelitian pendidikan


fisika
Dosen pengampu : Rahayu Dwisiwi Sri Renowati, M.Pd.

Oleh:
Washillah Mareti
NIM 17302241020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan,

atau sikap sebagai interaksi seseorang dengan informasi dan

lingkungannya (Heinich, 1999). Belajar merupakan suatu aktivitas mental

atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,

yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-sikap (Winkel, 1991). Maka belajar adalah proses

yang dibutuhkan oleh individu untuk lebih baik. Banyak wadah yang

menunjang proses belajar seseorang, salah satunya adalah sekolah.

Melalui sekolah, seseorang mendapat proses belajar yang lebih terstruktur

sehingga berdampak pada hasilnya. Belajar erat kaitannya dengan

pengetahuan yang dapat diimplementasikan melalui materi di sekolah,

dan fisika merupakan salah satu materi tersebut.

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari jawaban atas pertanyaan

kenapa, mengapa, dan bagaimana gejala-gelaja alam dapat terjadi. Fisika

juga merupakan ilmu yang tidak asing bagi peserta didik karena memiliki

kesan yang sulit. Banyak hal yang menyebabkan materi fisika menjadi

sulit, peserta didik hanya terpaku pada pendidik yang memberikan rumus,

menghafal rumus, dan kurang memahami konsep fisis. Berdasarkan

permasalahan tersebut, perlu adanya strategi pembelajaran yang berbeda


sehingga mampu menumbuhkan pola pikir peserta didik bahwa fisika itu

mudah.

Menurut penelitian yang dilakukan Priatna (Sudarti, 2008)

menyimpulkan bahwa proses probing dapat mengaktifkan peserta didik

dalam belajar yang penuh tantangan, membutuhkan konsentrasi dan

keaktifan sehingga aktivitas komunikasi cukup tinggi. Probing prompting

merupakan model pembelajaran dimana pendidik menyajikan serangkaian

pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses

berfikir peserta didik terhadap pengetahuan yang sedang dipelajari

(Suherman, 2008). Penelitian tentang penerapan model pembelajaran

probing-prompting lebih berpengaruh terhadap hasil belajar IPA bila

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional (Swarjawa,

2013). Sehingga melalui model probing prompting ini sangat cocok untuk

meningkatkan penguasaan materi fisika yang didukung dengan pola pikir

kritis.

Model probing prompting ini akan didukung dengan metode tatikap

yaitu tahu, tindak, dan tangkap. Metode ini terispirasi melalui pengalaman

pribadi peneiti saat melakukan proses belajar dikelas bersama dosen

Fisika, kemudian peneliti mencoba untuk mengembangkan untuk

diterapkan pada siswa dalam pembelajaran fisika. Langkah

pembelajarannya, awalnya pendidik memberikan garis besar materi yang

akan dipelajari dan mengaitkan dengan lingkungan sehingga peserta didik

lebih mudah membayangkan. Kemudian, menuntun peserta didik berfikir


dengan penyelesaian permasalahan, maka peserta didik akan

menemukan konsep fisis. Sehingga peserta didik dapat mengungkapkan

apa yang didapat kemudian menyesuaikan dengan teori yang sudah ada.

Melalui model probing prompting yang didukung dengan metode

tatikap ini, diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang terjadi dan

menghasilkan pembelajaran fisika yang lebih interaktif sehingga memicu

pola pikir kritis peserta didik. Selain itu peneliti juga dapat melihat

pemahaman konsep dan kemampuan berfikir kritis pada keadaan sebelum

dan sesudah peserta diterapkan model dan metode ini sehingga

berdampak pada penguasaan materi oleh peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penulisan proposal penelitian ini yaitu:

1. Fisika juga merupakan ilmu yang tidak asing bagi peserta didik karena

memiliki kesan yang sulit.

2. Peserta didik hanya terpaku pada pendidik yang memberikan rumus,

menghafal rumus, dan kurang memperhatikan konsep fisis.

3. Pengaruh model pembelajaran probing-prompting dengan metode

tatikap terhadap penguasaan materi fisika.

4. Pengaruh model pembelajaran probing-prompting dengan metode

tatikap terhadap kemampuan berfikir kritis.

5. Penguasaan materi peserta didik sebelum dan setelah penerapan

model probing-prompting dengan metode tatikap.


C. Batasan Masalah

Batasan-batasan yang diangkat pada penulisan proposal penelitian ini

yaitu:

1. Pengaruh model pembelajaran probing-prompting dengan metode

tatikap terhadap penguasaan materi fisika sesuai dengan kriteria

kognitif taksonomi bloom yaitu C1-C2 pada Hukum Newton tentang

Gravitasi

2. Pengaruh model pembelajaran probing-prompting dengan metode

tatikap terhadap kemampuan berfikir kritis siswa sesuai dengan

kriteria kognitif taksonomi bloom yaitu C3-C6 pada materi Hukum

Newton tentang Gravitasi

3. Penguasaan materi fisika peserta didik setelah dan sebelum

penerapan model probing-prompting dengan metode tatikap pada

materi Hukum Newton tentang Gravitasi.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat pada penulisan proposal penelitian

ini yaitu:

1. Adakah pengaruh model pembelajaran probing-prompting dengan

metode tatikap terhadap penguasaan materi fisika pada materi Hukum

Newton tentang Gravitasi peserta didik?

2. Adakah pengaruh model pembelajaran probing-prompting dengan

metode tatikap terhadap kemampuan berfikir kritis peserta didik?


3. Apakah terdapat peningkatan penguasaan materi fisika peserta didik

pada materi Hukum Newton tentang Gravitasi pada keadaan sebelum

dan setelah penerapan model probing-prompting dengan metode

tatikap?

E. Tujuan

Berdasarkan uraian masalah sebelumnya, tujuan penulisan proposal

penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran probing-prompting dengan

metode tatikap pada penguasaan materi fisika pada materi usaha dan

energi peserta didik.

2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran probing-prompting dengan

metode tatikap pada kemampuan berfikir kritis peserta didik.

3. Mengetahui peningkatan penguasaan materi fisika peserta didik pada

materi Hukum Newton tentang Gravitasi pada keadaan sebelum dan

setelah penerapan model probing-prompting dengan metode tatikap.

F. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari terlaksananya penelitian ini adalah :

1. Menciptakan mindset fisika mudah dan tidak hanya terpaku pada

rumus.

2. Mampu menjadikan siswa memahami konsep fisika dan tidak

menghafal rumus.

3. Meningkatkan pola berfikir siswa yang lebih kritis dalam

menyeselsaikan permasalahan.
4. Menjadi referensi model pembelajaran untuk memahami mata

pelajaran Fisika serta dapat dikembangkan pada mata pelajaran lain.


KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Fisika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah

proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Arifin (2013:10), pembelajaran lebih

menekankan pada kegiatan belajar peserta didik secara sungguh-

sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional, dan sosial. Aspek-

aspek yang terlibat dalam pembelajaran dapat terealisasikan dalam fisika,

karena fisika dipandang sebagai suatu proses dan produk dalam

pembelajaran.

Fisika merupakan ilmu yang paling mendasari semua ilmu (Young &

Freedman, 2012: 1) oleh karena itu fisika harus benar-benar dipahami

oleh peserta didik sehingga menjadi bekal yang kuat untuk mempelajari

ilmu lain. Fisika adalah mata pelajaran yang dapat menumbuhkan

kemampuan berfikir kritis dan mengajak siswa mampu memecahkan

permasalahan yang terkait dengan fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu pembelajaran fisika pada sekolah sangatlah penting

dan membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat agar peserta didik

mampu memahami fisika dengan mudah dan mampu menyelesaikan

permasalahan yang berkaitan dengan fenomena fisis dalam kehidupan

sehari-hari.
2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran

Menurut Depdiknas (2003:7), fungsi dan tujuan pembelajaran fisika di

SMA dan MA adalah sebagai berikut:

a. Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

b. Memupuk sikap ilmiah (jujur dan objektif terhadap data, terbuka

dalam menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu, ulet dan

tidak cepet putus asa, kritis terhadap pernyataan ilmiah yaitu tidak

mudah percaya tanpa ada dukungan hasil observasi empiris, dan

dapat bekerjasama dengan orang lain);

c. Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji

hipotesis melalui percobaan: merancang dan merakit instrument

percobaan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data,

menyusun laporan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan

secara lisan dan tertulis;

d. Mengembangkan kemampuan berfikir analistis induktif dan deduktif

dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara

kualitatif maupun kuantitatif;

e. Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta mempunyai

keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

percaya diri sehingga dapat diterpakan dalam kehidupan sehari-hari


dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang

lebih tinggi; dan

f. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan

menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta dapat

menjelaskan berbagai peristiwa alam dan keluasan penerapan fisika

dalam teknologi.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

memperlajari fisika adalah untuk melatih siswa memiliki sifat ilmiah yaitu

rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat, tekun, ulet, hati-hati,

tanggungjawa, terbuka, kritis, kreatif, inovatif, dan perduli lingkungan.

3. Probing Prompting

Dalam mencapai tujuan dari pembelajaran fisika, maka diperlukan

inovasi yang mendukung dalam strategi pembelajaran, pendidik tidak

hanya terpaku pada pembelajaran dengan model ceramah, tetapi dapat

divariasikan pada model lain. Salah satu model pembelajaran yang cocok

untuk memahami fisika adalah Probing Prompting. Menurut Miftahul Huda

dalam skripsi Aisyah Puji, arti kata probing adalah penyelidikan dan

pemeriksaan, sedangkan prompting adalah mendorong atau menuntun.

Suherman (2003) pun berpendapat bahwa probing prompting adalah

pembelajaran dengan cara pendidik menyajikan serangkaian pertanyaan

yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berfikir


yang mengaitkan pengetahuan tiap peserta didik dan pengalamannya

dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

Melalui metode probing prompting ini, pendidik dapat memulai dengan

pengantar materi berbentuk cerita yang tergambar dalam kehidupan

sehari-hari, didukung dengan pertanyaan-pertanyaan yang memicu pola

pikir peserta didik yang lebih kritis. Sehingga peserta didik mampu untuk

mengkonstruksi pengetahuanya sendiri dengan tuntunan dari pendidik

tersebut.

Adapun langkah-langkah probing prompting menurut Mutmainah

(2012) adalah:

1. Pendidik menghadapkan peserta didik pada situasi baru, misalkan

dengan memperhatikan gambar, rumus, atau situasi lainnya yang

mengandung permasalahan.

2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik dan atau diskusi kecil

untuk merumuskan jawaban.

3. Pendidik mengajukan persoalan kepada peserta didik yang sesuai

dengan indikator.

4. Kembali memberikan kesempatan kepada peserta didik dan atau

diskusi kecil untuk merumuskan jawaban.

5. Menunjuk salah satu peserta didik untuk menjawab pertanyaan. Jika

jawabannya tepat maka pendidik meminta tanggapan kepada peserta

didik lain tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh

peserta didik terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung.


Namun jika peserta didik tersebut mengalami kemacetan jawab dalam

hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau diam,

maka pendidik mengajukan pertanyaan lain yang jawabannya

merupakan petunjuk untuk penyelesaian jawaban. Lalu dilanjutkan

dengan pertanyaan yang menuntut peserta didik berfikir pada tingkat

lebih tinggi (kritis), sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan

kompetensi dasar atau indikator.

6. Pendidik mengajukan pertanyaan akhir yang merupakan penekanan

bahwa indikator benar-benar telah dipahami peserta didik.

Metode probing prompting ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Menurut Mutmainah (2012), kelebihannya adalah dapat mendorong

keterlibatan peserta didik, meningkatkan keberhasilan, dan menciptakan

lingkungan pembelajaran yang positif dan aman secara emosional dan

dapat mempermudah peserta didik melakukan akomodasi dan

membangun pengetahuannya sendiri. Kelebihan lainnya adalah sudah

terbukti mampu meningkatkan hasil pelajar fisika. Selain kelebihan,

kelemahan model probing prompting menurut Nurjanah dalam jurnal

Pengaruh Model Pembelajaran probing prompting terhadap Hasil Belajar

ditinjau dari self-efficacy (2018) adalah tidak mudah membuat pertanyaan

yang sesuai dengan tingkatan berpikir dan mudah dipahami peserta didik,

waktu sering banyak terbuang apabila peserta didik tidak dapat menjawab

pertanyaan dan memberikan pertanyaan kepada setiap peserta didik.

4. Metode TATIKAP (Tahu, Tindak, Ungkap)


Probing prompting menjadi model yang diharapkan peneliti mampu

untuk memengaruhi pemahaman konsep fisika dan kemampuan berfikir

kritis. Namun model ini masih memiliki beberapa kekurangan yang dapat

dilengkapi dengan metode TATIKAP (Tahu, Tindak, Ungkap).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara teratur

yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai

sesuatu dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang

ditentukan. Tahu dalam KBBI, berarti mengerti sesudah melihat

(menyaksikan, mengalami, dan sebagainya), sedangkan tindak berarti

langkah, perbuatan, sesuatu yang dilakukan, dan ungkap diadopsi

menjadi mengungkap yang berarti menunjukkan, membuktikan,

menyingkap (tentang sesuatu).

Sehingga melalui metode TATIKAP ini, di harapkan peserta didik

mampu untuk tahu terlebih dahulu tentang materi apa yang akan dipelajari

melalui pengantar yang disampaikan oleh pendidik. Setelah peserta didik

tahu, maka akan lebih mudah untuk bertindak dalam hal menjawab

pertanyaan, menyelesaikan permasalahn soal, atau bahkan melakukan

kegiatan (praktikum atau percobaan) yang sesuai dengan materi apabila

diperlukan. Ketika peserta didik sudah tahu dan bertindak, maka peserta

didik akan mampu untuk mengungkap apa yang dipelajari sesuai dengan

yang dilakukan, sehingga peserta didik memiliki pemahaman konsep fisika

sendiri yang didukung oleh kemampuan berfikir kiritis.


Peneliti mendapat inspirasi untuk membuat metode TATIKAP yang

diharapkan mampu untuk memahami fisika melalui pembelajaran yang

dialami oleh peneliti sendiri ketika berada dikelas dalam proses

pembelajaran elektrodinamika bersama Pak Nur Kadarisman. Sehingga

melalui proses yang dialami sendiri, peneliti mencoba menerapkan untuk

peserta didik.

5. Pemahaman Konsep Fisika

Menurut KBBI, pemahaman adalah proses, cara, perbuatan

memahami atau memahamkan, sedangkan konsep secara KBBI adalah

gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa,

yang digunakan oleh akal budi untuk memahami suatu hal.

Menurut Bloom (1956: 91-95) dalam Ayu Abriani, menyatakan

bahwa pengertian pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu:

a. Pemahaman tentang terjemahan (translasi), kemampuan dalam

memhami suatu gagasan yang dinyatakan dengan cara lain dari

penyataan awal yang dikenal sebelumnya. b. Pemahaman Interpretasi

(kemampuan menafsirkan), kemampuan untuk memahami bahan atau ide

yang direkam, diubah atau disusun dalam bentuk lain. c. Pemahaman

tentang ekstrapolasi, kemampuan untuk meramalkan kecenderungan

yang ada menuntut data tertentu dengan mengutarakan konsekuensi dan

impikasi yang sejalan dengan kondisi yang digambarkan.

Berdasarkan pengertian yang memuat tiga aspek tersebut, maka

Bloom (1956:91-95) menyimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah


suatu kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik untuk menerima materi

dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan tigas aspek yaitu

translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi. jika diterapkan pada fisika, maka

dalam memahaminya dapat menyangkut tiga aspek tersebut sehingga

konsep fisika benar-benar dipahami oleh peserta didik.

6. Kemampuan Berfikir Kritis

Definisi dari berfikir kritis sering dikutip melalui empat kategori

terakhir dari taksonomi Bloom, yaitu aplikasi, analisis, sintetis dan evaluasi

yang menjadi ciri dari berfikir kritis. Menurut Yildirim dan Ozkahraman

dalam Sarjono, berfikir kritis adalah proses mencari, memperoleh,

mengevaluasi, menganalisis, mensintesis dan konseptualisasi informasi

sebagai panduan untuk mengembangkan pikiran seseorang dengan

kesadaran diri, dan kemampuan menggunakan informasi.

Kemampuan berfikir kritis yang sesuai dengan pengertiannya

dapat diciptakan melalui pembelajaran fisika, karena fisika merupakan

suatu ilmu yang terdiri dari teori dan fakta yang memudahkan peserta didik

untuk memahami suatu gejala alam disekitarnya dan memungkinkan

peserta didik memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan

sehari-hari.

7. Materi Fisika: Hukum Newton tentang Gravitasi

Mengaitkan pokok bahasan dalam pembelajaran fisika dengan

gejala alam atau kejadian-kejadian yang ada disekitar akan

mempermudah peserta didik. Sebagaimana materi fisika dengan pokok


bahasan Hukum Newton tentang Gravitasi. Pokok bahasan ini dapat diberi

pendekatan sederhana dengan peristiwa alam yang ada di sekitar

lingkungan, misalnya buah kelapa yang jatuh kebawah dengan sendirinya,

bola yang dilempar ke atas akan jatuh lagi ke bawah. Mengapa selalu

jatuh kebawah? Ini merupakan masalah yang dapat dipecahkan dengan

materu fisika pokok bahasan Hukum Newton tentang Gravitasi.

a. Hukum Newton Tentang Gravitasi

Menurut newton jika ada dua benda bermassa didekatkan maka

keduanya akan timbul gaya gravitasi atau gaya tarik-menarik antar massa.

Besarnya gravitasi ini sesuai dengan hukum Newton yang berbunyi,

“Semua benda di alam akan menarik benda lain dengan gaya yang

besarnya sebanding dengan hasil kali massa partikel tersebut dan

berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya”

Secara sistematis Hukum Newton tentang gravitasi dapat

dituliskan sebagai berikut:

M F F m

𝑀𝑚
𝐹=𝐺
𝑟2

Keterangan:
F= gaya gravitasi (N)

M= massa benda 1 (kg)

m= massa benda 2 (kg)

R= jarak kedua benda (m)

G= konstanta gravitasi (6.67 x 10−11) N. m2/kg2

Gaya gravitasi adalah besaran vector yang arahnya senantiasa menuju

pusat massa partikel, untuk gaya yang disebabkan oleh beberapa massa

tertentu, maka resultan gayanya ditentukan secara geometris. Misalnya

dua buah gaya F1 dan F2 yang membentuk sudut ∝, resultan gayanta

dapat ditentukan berdasarkan persamaan:

𝐹 = √𝐹12 + 𝐹22 + 2𝐹1𝐹2𝑐𝑜𝑠 ∝

Seperti gambar dibawah ini:

b. Percepatan Gravitasi

Percepatan gravitasi disebut juga kuat medan gravitasi.

Percepatan gravitasi adalah percepatan suatu benda akibat gaya

gravitasi. Gaya gravitasi bumi merupakan besarnya gaya tarik bumi yang

bekerja pada benda. Jika massa bumi M dengan jai-jari R, maka besarnya

gaya garvitasi bumi pada benda yang bermassa m dirumuskan:

𝑀𝑚
𝐹=𝐺
𝑟2
Karena w=F dan w=m.g, maka:
𝑀𝑚
𝑚𝑔=𝐺
𝑟2

𝑀
𝑔=𝐺
𝑟2
Keterangan:

F= gaya gravitasi (N)

M= massa benda 1 (kg)

R= jarak kedua benda (m)

G= konstanta gravitasi (6.67 x 10−11) N. m2/kg2

1) Percepatan Gravitasi pada Ketinggian Tertentu


Percepatan gravitasi suatu benda pada ketinggian tertentu dapat
ditentukan sebagai berikut:

𝑀
𝑔=𝐺
𝑟2
𝑀𝐵
=𝐺
(𝑅 + ℎ)2

Keterangan: G= percepatan gravitasi (m/s2)

𝑀𝐵 = massa bumi (kg)

R= jari-jari bumi (m)

h= ketinggian benda dari permukaan bumi (m)

2) Percepatan gravitasi pada kedalamana tertentu


Percepatan gravitasi benda yang berada pada kedalaman suatu dari

permukaan bumi dapat ditentukan sebagai berikut:

Misalkan massa jenis rata-rata bumi adalah 𝜌, maka massa bumi yang

bagian dalam dapat dicari sebagai berikut:

M = V. 𝜌
4
= 3 𝜋 (𝑅 − 𝑑)3 . 𝜌

Maka percepatan gravitasi pada kedalaman d adalah:

4
𝜋 (𝑅 − 𝑑)3 . 𝜌
𝑔=𝐺 3
3
𝑟 2 (𝑅 − 𝑑)

3 (𝑅 − 𝑑) . 𝜌
𝑔=𝐺
4

c. Gerak planet

1) Hukum I Kepler

Bunyi hukum I Kepler: “ Lintasan setiap planet mengelilingi matahari

merupakan sebuah elips dengan matahari terletak pada salah satu titik fokusnya”

2) Hukum II Kepler

Bunyi hukum II Kepler: “ Setiap planet bergerak sedemikian sehingga

suatu garis khayal yang ditarik dari matahari ke planet tersebut mencakup daerah

dengan luas yang sama dalam waktu yang sama”

3) Hukum III Kepler


Bunyi hukum III Kepler: “ Kuadrat periode planet mengitari matahari

sebanding dengan pangkat tinga rata-rata planet dari matahari”.

Hubungan yang dapat dituliskan:

𝑇1 2 𝑅1 3
( ) = ( )
𝑇2 𝑅2

d. Penerapan Hukum Gravitasi Newton

1) Menentukan Massa Bumi

Jika massa bumi mB dan jari-jari R=6.38 x106 ,, maka massa bumi dapat
𝑀𝐵
dicari dari persamaan: 𝑔 = 𝐺 𝑅2

𝑔 𝑅2
𝑚𝐵 =
𝐺

2) Menentukan Massa Matahari

Sudah diketahui bahwa jari-jari orbit bumi adalah 1.5 x 1011 m, dan

periode bumi mengelilini matahari adalah 1 tahun (3 x 107 s). Dengan

menyamakan gaya gravitasi matahari dan gaya sentripetal maka didapatkan:

𝐹𝑔 = 𝐹 𝑠

𝑀𝑚 𝑚𝐵 𝑣2
𝐺 = 𝑚𝐵
𝑟2 𝑟

𝑚𝐵 𝑣𝐵 2 𝑟
𝑀𝑚 =
𝐺

𝑚𝐵 4𝜋 2 𝑟 3
𝑀𝑚 =
𝐺𝑇 2

B. Penelitian yang Relevan

Terdapat penelitian yang relevan yang menyatakan bahwa model

probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik,


diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Puput Pujiyanti (2018),

Aisyah Puji (2015), Elsa Susanti (2017), dan Viola Vesa (2018).
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan

eksperimen. Menurut Sugiyono (2006), metode eksperimen adalah

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Pada penelitian

eksperimen pengamatan yang dilakukan berhubungan dengan munculnya

suatu akibat (variable terikat) dan sebab (variable bebas) tertentu.

Sehingga melalui penelitian eksperimen, peneliti akan melakukan

pengamatan, hubungan sebab akibat antara model pembelajaran probing

prompting dengan metode TATIKAP (variabel bebas) terhadap

pemahaman konsep fisika dan berfikir kritis pada materi hukum newton

(variabel terikat).

B. Prosedur Penelitian

1. Langkah-langkah dalam penelitian eksperimen, sebagai berikut:

a. Meneliti literature yang berhubungan dengan masalah penelitian

b. Mengidentifikasi dan membatasi masalah

c. Merumus hipotesis

d. Menyusun rencana secara lengkap, meliputi:

1) Menetukan variabel bebas dan terikat

2) Memilih design yang digunakan

3) Menentukan sampel
4) Menyusun alat

5) Menyusun outline prosedur pengumpulan data.

6) Merumuskan hipotesis statistik

e. Melaksanakan eksperimen

f. Menyusun data untuk memudahkan pengolahan

g. Menentukan taraf signifikasi yang akan digunakan dalam menguji

hipotesis

h. Mengolah data dengan metode statistika (menguji hipotesis

berdasarkan data yang terkumpul)

i. Melakukan penafsiran

j. Membuat kesimpulan.

2. Jenis design penelitian eksperimen, yaitu:

a. Design Pra-Eksperimental (Pre-ED)

Pre-ED atau dikenal dengan single group design, digunakan untuk

melakukan studi pendahuluan, sebelum dilakukan eksperimen

sebenarnya. Design ini dilakukan pada 2 perlakuan terhadap satu

kelompok, yaitu dengan pretest-postest dan dengan rangkaian waktu.

1) Design Kelompok Tunggal dengan Pretest-Postest

Langkah-langkah:

a) Memilih sekelompok subyek untuk sample

b) Mengadakan pretest (T1)


c) Mencobakan/ memberi perlakuan berupa pembelajaran dengan

menggunakan model probing prompting dengan metode TATIKAP

d) Mengadakan postest (T2)

e) Mencari rata-rata nilai dan simpangan baku, baik dari T1 maupun T2,

kemudian membandingan keduanya.

f) Menguji perbedaan rata-rata dengan uji-t

2) Design Kelompok Tunggal dengan Rangkaian Waktu.

Pada design ini, pretest dan postest dilakukan beberapa kali dalam

serangkaian waktu. Langkah-langkahnya sama dengan design pretest-

postest.

b. True Experiment

Pada design ini menggunakan kelompok kontrol.

1) Design Pretest-Postest menggunakan Kelompok Kontrol dengan

Penugasan Random.

Langkah-langkah:

a) Memilih peserta didik yang mempunyai latar belakang sama

(homogen) melalui pemilihan secara random.

b) Setiap peserta didik ditugaskan dalam kelompok eksperimen (Se) atau

ke kelompok kontrol (Sk).

c) Mengaakan preste (T1) terhadap Se untuk memperoleh skor T1e dan

terhadap Sk untuk memperoleh skor T1k.


d) Memberi perlakuan terhadap Se misalnya diajar dengan metode baru

yang dieksperimenkan.

e) Terhadap Sk dapat dilakukan pengajaran dengan materi yang sama

dengan metode lain, bukan dengan metode yang sedang

dieksperimenkan.

f) Mengadakan postest untuk memperoleh nilai T2e maupun skor T2k.

g) Menggunakan analisis statistika untuk mencari perbedaan antara rata-

rata T1 dan T2 dari Se maupun Sk.

h) Memodifikasi dengan lebih dari satu kelompok eksperimen untuk

memperbesar ketelitian pelaksanaan eksperimen.

2) Design Solomon

Dilakukan menggunakan 4 kelompok yang terbagi menjadi 2

kelompok yang terdiri atas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Pada dua kelompok pertama mengalami pretest (T1) sedangkan dua

kelompok terakhir tidak diadakan prestest. Penempatan subjek pada

masing-masing kelompok dilakukan dengan penugasan random.

Langkah-langkah, sebagai berikut:

a) Menganalisis dengan statistic untuk menentukan perbedaan rata-rata

(D) antara T1 dan T2, baik dari kelompok eksperimen pertama

maupun kelompok kedua.

b) Nilai D dari kelompok ketiga dan keempat diperoleh dengan cara

menghitung perbedaan antara T1 dan T2, dimana T1 kelompok ketiga


dan keempat diperoleh dari T1 pada dua kelompok pertama dengan

catatan jumlah subjek pada keempat kelompok itu sama.

c) Karena pengambilan sampel dilakukan secara random, maka

diasumsikan nilai T1 pada kelompok pertama dan kedua akan sama

dengan T1 yang mungkin akan diperoleh dari kelompok ketiga dan

keempat, meskipuin dua kelompok yang terakhir tidak mengalami T1.

d) Menguji statistic hasil perhitungan terhadap perbedaan (D) untuk

membandingkan D1-D2, D3-D4, dan (D1-D2) (D3-D4).

3) Design Kelompok Kontrol Tanpa Prestest

Pada design ini hanya melakukan postest terhadap kelompok

experiment dan kontol. Penempatan kelompok juga dilakukan dengan

penugasan random.

Langkah-langkah:

a) Menugaskan setiap subjek pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol secara random.

b) Melakukan eksperimen terhadap kelompok eksperimen.

c) Mengadakan test terhadap kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.

d) Mencari perbedaan rata-rata antara nilai T2e dan nilai T2k dengan

analisis statistika, untuk melihat nilai perbedaan signifikan atau tidak.


c. Quasi Experiment

Design ini digunakan bila ada hambatan melakukan penugasan

random, dan atau bila dilakukan penugasan random akan merusak

kealamiahan situasi kelompok.

1) Design Pretest-Postest menggunakan Kelompok Kontrol Tanpa

Penugasan Random.

Langkah pada pelaksaan dengan design ini sama dengan design

penugasan random, namun yang membedakannya adalah dalam

kuasi-eksperimen tidak dilakukan penugasan random.

2) Design Rangkain Waktu dengan Kelompok Kontrol

Merupakan penggunakan design rangkaian waktu sebagai

kelompok eksperimen dan membandingkan dengan hasil analisis

terhadap kelompok kedua sebagai kelompok kontrol.

Langkah-langkah:

a) Menentukan sampel baik kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol

b) Mengadakan serangakain test dalam serangkaian waktu terhadap

kelompok eksperimen dan kontrol sebelum dan sesudah eksperimen.

c) Mencari rata-rata dari masing-masing nilai pada kelompok eksperimen

dan kontrol baik sebelum mapun sesudah eksperimen.

d) Mencari DM baik dari kelompok eksperimen (DMe) maupun kelompok

kontrol (DMk).
e) Membandingkan perbedaan DMe dan DMk secara statistik untuk

mengetahui signifikan atau tidak.

3) Design Counterbalance

Design ini dikenal juga dengan nama design rotasi, dimana untuk

mengatasi kelemahan-kelemahan design yang menggunakan penugasan

random, terutama jika anggota sampel terbatas, tidak menggunakan

prestest, dan yang dites lebih dari satu variasi. Pada design ini dilakukan

dengan mengambil dua kelompok atau lebih da setiap kelompok diberi

perlakuan beberapa kali sesuai dengan jumlah kelompok secara

bergantian. Sehingga setiap kelompok mengalami satu jenis pelakuan.

Langkah-langkah:

a) Menetapkan dua kelompok atau lebih untuk melakukan eksperimen.

Eksperimen dilakukan pada kelompok pertama dan kedua masing-

masing sekali.

b) Melakukan test pada setiap kelompok, masing-masing setelah diberi

perlakuan.

c) Mencari rata-rata nilai dari setiap kelompok yang mengalami

perlakuan.

d) Mencari perbedaan rata-rata, untuk mengetahui perbedaan nilainya

signifikan atau tidak.

d. Design Faktorial

Peneliti yang menggunakan design ini hanya memperhatijan dan

menganalisis variabel eksperimen, baik menggunakan kelompok kontrol


ataupun tidak. Pada design faktorial memungkinkan dapat digunakan,

diamati, serta dianalisis berbagai pengaruh dari dua atau lebih varianle

secara bersamaan. Hal ini dapat memungkinkan untuk melihat suatu

proses lebih mendekati keadaan yang sebenarnya, sehingga dapat dinilai

secara serentak berbagai akibat dari setiap variabel eksperimen.

Langkah-langkah:

1) Memilih subjek untuk sampel penelitian sebanyak empak kelompok

yang diambil secara acak (random).

2) Setiap kelompok diberi perlakuan, masing-masing dengan satu jenis

variabel eksperimen.

3) Setelah eksperimen, diadakan test untuk memperoleh nilai dari setiap

subjek dalam kelompoknya masing-masing sesuai dengan jenis

variabelnya.

4) Mencatat data dalam bentul tabel melalui model tabel pengolahan

Skor Test Desain Faktorial.

5) Membuat analisis statistic faktorial

C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIA 1 dan X MIA

3 SMA N 1 Tanjungpinang. Subjek penelitian dipilih secara acak dengan

asumsi kedua kelas tersebut memiliki karakteristik peserta didik yang

sama. Objek penelitian ini adalah pembelajaran fisika dengan model

probing prompting dengan metode TATIKAP pada materi gravitasi hukum

newton peserta didik SMA.


D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah cara pengamatan langsung dan secara sistematis

terhadap objek yang diteliti. Observasi dilakukan oleh observer dalam

menilai keterlaksanaan RPP pada proses pembelajaran saat penelitian.

2. Tes

Tes dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik. Tes

dilakukan pada sebelum pemberian perlakuan (pretest), kemudian setelah

diberi perlakuan dilakukan test kembali (postest).

3. Angket

Menurut Sugiono dalam Pujianti (2013:199), angkat merupakan

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

(peserta didik) untuk dijawab. Angket yang diberikan kepada perserta didik

berupa angket respon peserta didik terhadap model pembelajaran probing

prompting dengan metode TATIKAP. Angket ini diberikan pada akhir

kegiatan penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan untuk

mendukung kegiatan pembelajaran agar berjalan sistematis dan


terencana. Format RPP mengacu pada Kurikulum 2013 edisi terevisi dan

skema pembelajaran selaras dengan susunan penyampaian materi.

2. Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP

Instrument ini digunakan untuk mengamati dan mengetahui proses

pembelajaran fisika menggunakan model probing prompting dengan

metode TATIKAP pada materi hukum newton. Aspek yang dinilai meliputi

kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan penutup secara rinci dijabarkan pada

lampiran 1b.

3. Soal Pretest dan Postest Penguasaan Materi.

Soal pretest dan postest penguasaan materi digunakan sebagai

instrument evaluasi untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah

diberi perlakuan berupa pembelajaran model probing prompting dengan

metode TATIKAP. Instrument ini disusun berdasarkan kisi-kisi soal pretest

dan postest hasil belajar yang terlampir pada Lamiran 1c. Soal prestest

dan postest hasil belajar berupa 20 soal pilihan ganda yang secara rinci

terlampir pada Lampiran 1d.

4. Soal Pretest dan Postest Kemampuan Berfikir Kritis

Soal pretest dan postest kemampuan berfikir kritis digunakan sebagai

instrument evaluasi untuk mengetahui peningkatan kemampuan berfikir

kritis peserta didik setelah diberi perlakuan berupa pembelajaran model

probing prompting dengan metode TATIKAP. Instrument ini disusun

berdasarkan kisi-kisi soal pretest dan postest kemampuan berfikir kritis

yang terlampir pada lampiran 1e. Soal pretst dan postest kemampuan
berfikir kritis berupa 5 soal essay yang secara rindi tempair pada lampiran

1f.

5. Lembar Angket Respon Peserta Didik

Lembar angket respon yang diberikan bertujuan untuk mengetahui

respon peserta didik terhadap model pembelajaran probing prompting

dengan metode TATIKAP. Angket ini diberikan pada akhir kegiatan

penelitian.

F. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Keterlaksanaan RPP

Keterlaksaan RPP dinilai dengan mengukur tingkat keterlaksanaan

RPP dalam pembelajaran. Analisis ini digunakan untuk mengetahui

kegiatan yang dapat dilaksanakan. Analisis keterlaksanaan RPP dalam

pembelajaran dilihat dari skor pengisian lembar observasi kemudian

dianalisis dengan persamaan berikut:

∑(𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟𝑎𝑛)


𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (%) = ∑(𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟𝑎𝑛)
𝑥 100%

RPP yang layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran apabila

keterlaksanaannya lebih dari 75%.

2. Teknik Analisis Validitas Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang divalidasi terdiri dari soal pretest-postest

penguasaan materi, soal pretest-postest kemampuan berfikir kritis dan

angket respon peserta didik. Analisis validitas penelitian ini menggunakan

koefisien validitas yang dikembangkan oleh Aiken dengan rumus:


∑𝑠
𝑉= 𝑛(𝑐−1) dimana s= r-l0

Keterangan:

l0= angka penilaian validitas terendah

c= angka penilaian validitas tertinggi

r= angka yang diberikan oleh penilai

n= jumlah penilai

Nilai koefisien validitas Aiken berkisar antara 0-1. Menurut Penfield

(dalam Pujianti dalam Campo,2017) butir soal dan pernyataan akan valid

apabila nilai koefisien Aiken >0.7.

3. Teknik Analisis Penguasaan Materi dan Kemampuan Berfikir

Kritis Peserta Didik SMA

Untuk mengetahui penguasaan materi yang ditandai dengan

peningkatan hasil belajar dan untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis

peserta didik dapat dlihat dengan persamaan standard gain, yakni sebagai

berikut:
̅̅̅̅
𝑋𝑏 −𝑋̅̅̅̅
𝑎
𝑠𝑡𝑑. 𝑔𝑎𝑖𝑛= 𝑋 ̅̅̅̅
𝑚𝑎𝑥 −𝑋 𝑎

Keterangan: ̅𝑋̅̅𝑎̅ =nilai rata-rata pretest

̅̅̅
𝑋𝑏 = nilai rata-rata postest

𝑋𝑚𝑎𝑥 = nilai maksimal

Nilai kategori gain yang dihasilkan diinterpretasikan sesuai tabel sebagai

berikut:
Nilai <g> Kategori

<g>≥ 0.7 Tinggi

0.7 > <g> ≥ 0.3 Sedang

0.3 > <g> Rendah


DAFTAR PUSTAKA

Diasputri, Ajeng dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Probing

Prompting Berbantuan Lembar Kerja Berstruktur Terhadap

Hasil Belajar. UNS Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Vol.7 No.1

Elvandari, Helivia dkk. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Probing-

Prompting Berbasis Active Learning Untuk Meningkatkan

Ketercapaian Kompetensi Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan

Kimia Vol. 10 no 1, 1651-1660.

Pujiyanti, Puput. 2018. Pengembangan Handout Fisika Menggunakan

Metode Inkuiri Terbimbing Dengan Teknin Probing Prompting

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berfikir

Kritis Peserta Didik SMA. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Yogyakarta: Yogyakarta.

Puji, Aisyah. 2015. Keefektifan Model Pembelajaran Probing Prompting

Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII

MTs NU 19 Protomulyo Kabupaten Kendal pada Materi Energi.

Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Walisongo: Semarang.

Masykur, Mohamad. 2017. Efektivitas Pembelajaran Fisika Dengan Model

Multisensori pada Materi Hukum Gravitasi Newton Terhadap

Hasil BElajar Siswa Kelas XI MAN Wonokromo Bantul


Yogyakarta. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Sains dan

Teknologi. UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta.

Bloom, B. S. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: The

Classification of Educational Goals. New York: McKay.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Abriani, Ayu. 2016. Peningkatan Pemahaman Konsep Mata Pelajaran

Fisika Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Evidence

Based Learning Dalam Pelaksanaan Guided Inquiry. Jurnal

Pendidikan Fisika Vol.4 No.1.

Novena, Viola. dkk. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Probing

Prompting Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Self-Efficacy.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol.8 No.2 189-196.

Mutmainnah, Sitti. dkk. 2013. Penerapan Teknik Pembelajaran Probing

Prompting Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa

Kelas VIIIA SMP Negeri I Banawa Tengah. Jurnal Pendidikan

Fisika Vol.2 No.1

Sarjono. 2017. Internalisasi Berfikir Kritis Dalam Pembelajaran Fisika.

Jurnal Madaniyah, Vol.7 No.2.

Susanti Elsa. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Probing-Prompting

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Matematis

Siswa Kelas XI IPA MAN 1 Kota Bengkulu. Jurnal Pendidikan

Matematika Vol.2 No.1.


Soendari, Tjutju. Metode Penelitian Eksperimen. File Jurusan Pendidikan

Luar Biasa. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai