Oleh
JANNAH
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
bernegara, dan kini terus berkembang sejalan dengan perkembangan sosial yang ada. Kegiatan
utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Proses belajar
mengajar yang ada merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu strategi pembelajaran yang digunakan
oleh seorang pendidik dalam melaksanakan tujuan pendidikan. Strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru diperlukan suatu pendekatan tertentu. Pendekatan tersebut merupakan titik
tolak dalam penyelesaian masalah yang ada dalam program belajar mengajar serta
menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang pendidik dalam menyelesaikan persoalan yang
dihadapi.
Strategi pengajaran dan pembelajaran biologi diperlukan oleh seorang pendidik untuk
dan kognitif. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa dalam memahami bukti yang mendasari
dalam mendukung konsep biologi dasar dan proses ilmiah (Gehring, 2007). Namun pada
kenyataannya saat ini proses pembelajaran berlangsung lemah (Sanjaya, 2009). Hal tersebut
(2007).
disajikan dengan sangat sistematis. Seorang pendidik yang merancang pembelajaran demikian
cenderung mentransfer ilmu pengetahuan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa,
sehingga menyebabkan siswa tidak pernah membangun makna belajar tersendiri (Sadia dalam
Hermawati, 2012). Hal demikian dapat mempengaruhi minat serta penguasaan siswa dalam
bidang sains (biologi) yang masih dirasakan sangat kurang dan menyebabkan hasil pembelajaran
sistem menghafal (rote learning) dan menerima atau reception learning dari pada memahami
Berdasarkan data awal yang telah dilakukan pada tahun 2010 di SMP Negeri 2 Batee,
hanya 22 siswa dari 60 siswa yang menyukai mata pelajaran biologi. Hal tersebut dikarenakan
hanya sebagian siswa (34 siswa) yang memahami materi pelajaran biologi berdasarkan materi
yang kurang menarik dan banyaknya istilah latin yang digunakan dalam mata pelajaran biologi.
Pada saat ini di sekolah sudah menerapkan kurikulum 2013, pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru sudah mengalami pergeseran menuju ke pembelajaran yang berpusat
pada siswa (student centered). Pembelajaran dirancang dengan mengoptimalkan potensi yang
dimiliki siswa, dengan harapan dapat membantu peserta didik dalam mengkontruksi
menitikberatkan pada keterlibatan siswa sehingga siswa lebih aktif dalam membangun
Pada pembelajaran biologi khususnya pada materi klasifikasi makhluk hidup yang
sehingga materi ini dapat dilaksanakan dengan metode pembelajaran inkuiri/penyelidikan yang
diyakini dapat diterapkan pada materi ini. Belajar dengan metode inkuiri yang memanfaatkan
pengetahuan dalam mendapatkan suatu jawaban dari pertanyaan/masalah yang dimiliki oleh
siswa. Pertanyaan/masalah dapat memotivasi siswa untuk mencari tahu jawabannya melalui
perencanaan dan pelaksanaan penyelidikan. Proses pembelajaran seperti ini akan melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa dalam mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri. Dengan demikian proses penyelidikan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran
akan memberikan pemahaman yang lebih baik dan menjadi lebih bermakna. Inkuiri merupakan
suatu alat fundamental bagaimana anak belajar dengan aktif karena pembelajaran sains (biologi)
tersebut sesuai dengan pernyataan Oates (2002) dalam Irwandi (2009) yang dilihat
data, serta membuat kesimpulan. Selain itu, juga dapat mengembangkan kecakapan hidup siswa
dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Pembelajaran inkuiri juga memberikan
umpan balik yang cepat, dapat memberikan penegasan waktu dalam pemberian tugas, dan
membuat anak-anak tanggap dalam perbedaan bakat dan cara belajar. Irwandi (2009) juga
mengatakan hasil belajar kognitif yang baik dapat dilaksanakan dengan strategi pembelajaran
inkuiri.
2. Rumusan Masalah
berikut:
dalam materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa SMP Negeri 2 Batee?
dalam materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa SMP Negeri 2 Batee?
3. Tujuan Penelitian
keterampilan proses dalam materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa SMP Negeri 2
Batee.
penguasaan konsep dalam materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa SMP Negeri 2 Batee.
4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan suatu pengetahuan kepada penulis
dalam menemukan suatu cara belajar yang efektif dalam proses pembelajaran biologi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, dapat memberikan suatu alternatif metode pembelajaran yang efektif
b. Bagi siswa, dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep
5. Penjelasan Istilah
1. Metode pembelajaran inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan peserta
didik dalam proses pengumpulan data dan pengujian hipotesis. Guru membimbing
peserta didik untuk menemukan pengertian baru, mengamati, perubahan pada praktik uji
coba, dan memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar mereka sendiri.
Metode ini menekankan peserta didik untuk belajar lebih aktif dan kreatif untuk mencari
pengetahuan. Langkah inkuiri mengacu pada model berpikir reflektif dari John Dewey’s
(1990). Tahap-tahap inkuiri yang dilakukan peserta didik meliputi (1) mengidentifikasi
masalah; (b) merumuskan hipotesis; (c) mengumpulkan data; (d) menganalisis dan
langkah pembelajaran inkuiri yang dilakukan guru adalah (a) menjelaskan tujuan
pembelajaran; (b) membagi petunjuk inkuiri atau petunjuk praktikum; (c) menugaskan
peserta didik untuk melaksanakan inkuiri praktikum, (d) memantau pelaksanaan inkuiri,
langkah metode pembelajaran inkuiri akan diterapkan pada siswa SMP Negeri 2 Batee.
2. Keterampilan proses sains adalah keterampilan proses ialah keterampilan fisik dan
mental terkait dengan kemampuan – kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai,
dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil
menemukan sesuatu yang baru. Rangkaian keterampilan proses antara lain mengamati,
sains akan dilihat oleh guru selama siswa melaksanakan proses pembelajaran.
sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah, baik konsep secara
karakteristik-karakteristik afektif (misalya; minat dan motivasi), dan faktor spesifik yang
mengingat sedikit mungkin, tetapi dalam ingatan tersebut mengandung informasi yang
membandingkannya dengan kelompok yang telah diberi nama (Tim Pengajar FKIP
Biologi, 2008)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Salah satu metode pembelajaran dalam bidang sains yang sampai sekarang masih tetap
dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inquiry. Devid L. Haury dalam
artikelnya Teaching Science Through (1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred
Novak "Inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan
secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu". Dengan kata lain, inquiry
berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau
pernyataan Bruner (dalam Amin, 1979) yang menyatakan keuntungan mengajar dengan metode
inkuiri adalah :
(1) siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik,
(2) membantu siswa dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi
(3) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, dan
(4) mendorong siswa berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesanya sendiri. Selain itu,
pembelajaran menjadi student centered, membentuk dan mengembangkan konsep diri, dapat
(menghafal dan menerima informasi) serta memberikan waktu bagi siswa untuk mengasimilasi
dan mengakomodasi informasi. Setiawan (2005) memperoleh kesimpulan pembelajaran dengan
strategi inkuiri memberikan pemahaman konsep yang lebih baik dibandingkan dengan strategi
Pembelajaran metode inkuiri menurut Gulo (2002) menitikberatkan sasaran utama pada
(1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar yang merupakan kegiatan
(2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran;
(3) mengembangkan sikap percaya diri (self-belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan
dalam proses inkuiri. Dari pernyataan ini dapat dijelaskan bahwa inkuiri dalam pembelajaran
akan memberikan peluang pada peserta didik untuk mengembangkan seluruh kompetensinya
Metode inquiry adalah cara untuk menyampaikan sesuatu agar tercapai tujuan, cara
(Gulo, 2002). Metode inquiry adalah suatu pola untuk membantu para siswa belajar merumuskan
dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki kesadaran akan kemampuannya. Metode inquiry
adalah strategi mengajar yang memungkinkan para siswa mendapatkan jawabannya sendiri.
(Sanjaya. 2006).
yang mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip. Metode inquiry adalah
cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi
dengan atau tanpa bantuan guru (Suriswo, 1999). Metode inquiry adalah merupakan proses
belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problema
yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk
bertanya, memeriksa, atau menyelidiki sesuatu. yang melibatkan seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri.
yaitu :
Tujuan utama dari strategi inquiry adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan
demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada
proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan
strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan
b. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran
sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai
c. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiry adalah guru sebagai
penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir
(learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri
maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
e. Prinsip keterbukaan
menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
Adapun tahapan pembelajaran inkuiri berdasarkan Eggen dan Kauchak dalam Trianto
(2010) adalah
proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer 1991). Model ini
menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, siswa
dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,
guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar
siswa. Dalam model ini siswa diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan
dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para
ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur, 1998), dengan demikian siswa diarahkan
untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang
sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan 1992). Kepada siswa diberikan
kesempatan untuk langsung terlibat dalam aktivitas dan pengalaman ilmiah seperti apa yang
dilakukan / dialami oleh ilmuwan. Dengan demikian siswa dididik dan dilatih untuk terampil
dalam memperoleh dan mengolah informasi melalui aktivitas berpikir dengan mengikuti
Model pembelajaran ini merupakan strategi “guided discovery” yang membantu siswa
belajar untuk belajar (“learn to learn”), membantu siswa memperoleh pengetahuan dengan cara
menemukannya sendiri (Carin & Sund 1989). Di dalam model ini juga tercakup penemuan
makna (“meanings”), organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap
keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan siswa dalam menemukan sendiri
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston 1988). Dengan demikian siswa lebih diberdayakan
sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber
belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran. Model
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup
siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi
pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan
dasar untuk belajar (“basic learning tools”) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk
landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans, 1990 dalam
pembelajaran yang menempatkan aktivitas siswa sebagai yang utama, lebih banyak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan berbagai objek belajar, dan adanya
hubungan baik antara guru dan siswa, dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa dan mendorong penggunaan analitis kritis dan partisipasi aktif siswa (Haryono 1997, Nur
Salah satu kegiatan manusia adalah mengklasifikasikan segala sesuatu yang ada
disekitarnya. Dalam melakukan klasifikasi terdapat dua kegiatan yang dilaksanakan terlebih
dahulu yaitu mengenal ciri objek dan menentukan macamnya atau namanya.
yang dapat diamati dan kehadirannya tidak mungkin ditolak serta berlaku universal.
Keanekaragaman dapat berupa bentuk, ukuran, struktur, fungsi, perawakan, dan tanggapan
terhadap faktor lingkungan. Keanekaragaman akan selalu bertambah dan faktor yang mendorong
pertambahan itu adalah genetic, mutasi (perubahan sifat baka), adaptif, dan kompetitif.
Keanekaragaman berguna untuk keefisienan dan keefektifan pemanfaatan alam dengan kondisi
Tujuan klasifikasi yang utama adalah untuk menyederhanakan objek studi, artinya
mengingat sedikit mungkin, tetapi dalam ingatan tersebut banyak mengandung informasi yang
banyak. Tujuan klasifikasi yang lain adalah sebagai alat untuk menyimpan informasi yang setiap
saat dapat dipanggil kembali (For storage and retrivial of data) (Tim Pengajar FKIP Biologi
Unsyiah, 2008).
perbedaan pada struktur tubuhnya. Kategori dalam klasifikasi dari yang tertinggi hingga yang
terendah adalah:
perbedaan struktur tubuh. Dalam klasifikasi Linnaeus mengelompokkan makhluk hidup menjadi
Carolous Linnaeus menciptakan cara pemberian nama ilmiah untuk setiap makhluk
hidup. Tata nama adalah cara pemberian nama ilmiah makhluk hidup menurut kode tata nama.
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
desain pretes-postes satu kelompok (One-Group Pretes-Postes Design). Penelitian ini terlebih
dahulu dilakukan pretes untuk mengetahui keadaan awal subjek sebelum diberi perlakuan.
Keterangan:
O1 = Prestes
X = Perlakuan
O2 = Postes
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Batee pada semester satu tahun 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Batee. Sampel dalam
penelitian diambil secara purposive random sampling, yang terlebih dahulu dilakukan prestest
untuk mengetahui kelas yang memiliki nilai tertinggi, sehingga didapatkan kelas yang akan
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat ketepatan yang diinginkan dengan ketepatan 0,1
4. Instrumen Penelitian
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah bentuk lembaran yang tersusun dari beberapa soal yang
harus diselesaikan oleh siswa berdasarkan langkah-langkah yang telah ditentukan dalam LKS
tersebut.
3. Perangkat tes. Tes yang diberikan berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test).
3. Memberikan Konsep materi klasifikasi makhluk hidup kepada siswa kelas VII
5. Memberikan postes kepada siswa kelas VII dalam bentuk pilihan berganda.
B
S= x 100 %
N
Keterangan :
S = skor
B = banyaknya butir soal yang dijawab benar
N = banyaknya butir soal
(Arikunto, 2002)
1. Untuk melihat keterampilan proses sains pada siswa dengan menggunakan skala likert .
2. Untuk melihat pemahaman konsep yang didapatkan dari hasil belajar dengan menggunakan
uji beda antara nilai pada pretes dan postes dilakukan uji-t yaitu dengan menggunakan
rumus:
Md
t=
√ ∑ x2 d
N ( N−1 )
Keterangan :
Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest
Xd = Deviasi masing-masing subjek
∑ x d = jumlah kuadrat deviasi
2
3. Uji normalitas, Uji homogenitas varians, dan Uji korelasi antar variabel terikat dengan
4. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikan α 0,05 dengan ketentuan sebagai
berikut :
Jika thitung ≥ ttabel maka H0 diterima, dan jika thitung ≤ ttabel maka H0 ditolak, (Sudjana, 2005 : 219).
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, Wayan, dkk,. 2004. Pembelajaran Inovatif untuk Pemahaman dalam Belajar
Matematika dan Sains di SD, SLTP, dan SMU. Usulan Penelitian Hibah Penelitian Tim
Pascasarjana - HPTP. Malang : Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Beyer, Barry K. 1991. Teaching Thinking Skill: A Handbook for Elementary School
Teachers. New York, USA: Allyn & Bacon.
Carin, Arthur A and Robert B. Sund, 1989. Teaching Science Through Discovery. Columbus,
Ohio: Merril Publishing Company.
Gehring, Kathleen, M dan Deborah, A, Eastman. 2007. Information Fluency for Undergraduate
Biology Majors: Application of Inquiry-Based Learning in a Developmental Biology
Course. Cell Biology Education-Life Science Education. Volume 7:54-63.
Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal
Pendidikan Dasar. VOL.7, NO.1,: 1-13
Haryono. 1997. Penelitian dan Pengembangan Model Proses Belajar yang Bercirikan
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kritis Siswa SD. Laporan Penelitian
Hibah Bersaing III/3 Perguruan Tinggi 1996/1997. Semarang: Lemlit IKIP Semarang.
Houston, W. Robert., et all. 1988. Touch the Future Teach. St. Paul, MN: West Publishing
Company.
Irwandi. 2009. Pengaruh Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi melalui Strategi
Inkuiri dan Masyarakat Belajar pada Siswa dengan Kemampuan Awal Berbeda terhadap
Hasil Belajar Kognitif di SMA Negeri Kota Bengkulu. Jurnal Kependidikan Triadik,
April 2009 Volume 12, No. 1:33 – 43.
Lam, Peng Kwan dan Eric Y K Lam. 2013. Biology matters, GCE “O” 2nd edition, Marshall
Cavendish: Malaysia.
Nur, Mohamad (Editor). 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan
Keterampilan Proses. Surabaya: SIC.
Sanjaya Wina, 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientase Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Setiawan, I Gusti Agung Nyoman. 2005. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dalam Strategi
Inkuiri dan Pembelajaran berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir dan penguasaan Konsep-Konsep Biologi Siswa SMP di Kecamatan Buleleng
Bali. Disertasi. Malang: Universitas Negeri Malang Program Pasca Sarjana Program
Pendidikan Biologi.
Sopyan, Ahmad. 1999. “Pengaruh Teknik Pembelajaran Kreatif dan Kemampuan Penalaran
terhadap Hasil Belajar IPA Siswa SLTP”, Disertasi (tidak diterbitkan). Jakarta: PPS UNJ.
Tim Pengajar FKIP Biologi. 2008. Buku Ajar Biologi Umum. Unsyiah
Wirtha, I Made dan Ni Ketut Rapi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Penalaran Formal
Terhadap Penguasaankonsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa Sma Negeri 4 Singaraja
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Undiksha.Volume 1 No 2: 15 – 29.
Yuniastuti, Euis. 2013. Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Hasil Belajar Biologi
Dengan Pendekatan Pembelajaran Jelajah Alam Sekitar Pada Siswa Kelas Vii Smp
Kartika V-1 Balikpapan. Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah XI Kalimantan. Volume
5 No 1: 31 – 38