Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS TUMBUH KEMBANG ANAK DI TINJAU DARI ASPEK

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI

Oleh

JANNAH

PROGRAM STUDI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN


DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP HAMZAR
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan komponen penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan

bernegara, dan kini terus berkembang sejalan dengan perkembangan sosial yang ada. Kegiatan

utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Proses belajar

mengajar yang ada merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan.

Dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu strategi pembelajaran yang digunakan

oleh seorang pendidik dalam melaksanakan tujuan pendidikan. Strategi pembelajaran yang

digunakan oleh guru diperlukan suatu pendekatan tertentu. Pendekatan tersebut merupakan titik

tolak dalam penyelesaian masalah yang ada dalam program belajar mengajar serta

menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang pendidik dalam menyelesaikan persoalan yang

dihadapi.

Strategi pengajaran dan pembelajaran biologi diperlukan oleh seorang pendidik untuk

mengarahkan siswa dalam mengembangkan kemampuannya dalam bentuk psikomotorik, afektif

dan kognitif. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa dalam memahami bukti yang mendasari

dalam mendukung konsep biologi dasar dan proses ilmiah (Gehring, 2007). Namun pada

kenyataannya saat ini proses pembelajaran berlangsung lemah (Sanjaya, 2009). Hal tersebut

didasarkan kepada seorang pendidik masih menerapkan pembelajaran konvensional Trianto

(2007).

Dalam kegiatan pembelajaran guru memberikan pengetahuan melalui ceramah yang

disajikan dengan sangat sistematis. Seorang pendidik yang merancang pembelajaran demikian

cenderung mentransfer ilmu pengetahuan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa,
sehingga menyebabkan siswa tidak pernah membangun makna belajar tersendiri (Sadia dalam

Hermawati, 2012). Hal demikian dapat mempengaruhi minat serta penguasaan siswa dalam

bidang sains (biologi) yang masih dirasakan sangat kurang dan menyebabkan hasil pembelajaran

yang rendah. Rendahnya pembelajaran disebabkan selama pembelajaran masih menggunakan

sistem menghafal (rote learning) dan menerima atau reception learning dari pada memahami

konsep suatu materi (Ardhana, dkk, 2004).

Berdasarkan data awal yang telah dilakukan pada tahun 2010 di SMP Negeri 2 Batee,

hanya 22 siswa dari 60 siswa yang menyukai mata pelajaran biologi. Hal tersebut dikarenakan

hanya sebagian siswa (34 siswa) yang memahami materi pelajaran biologi berdasarkan materi

yang kurang menarik dan banyaknya istilah latin yang digunakan dalam mata pelajaran biologi.

Pada saat ini di sekolah sudah menerapkan kurikulum 2013, pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru sudah mengalami pergeseran menuju ke pembelajaran yang berpusat

pada siswa (student centered). Pembelajaran dirancang dengan mengoptimalkan potensi yang

dimiliki siswa, dengan harapan dapat membantu peserta didik dalam mengkontruksi

pengetahuannya dan menjadikannya seorang pembelajar yang aktif. Pembelajaran yang

menitikberatkan pada keterlibatan siswa sehingga siswa lebih aktif dalam membangun

pengetahuannya dapat dilaksanakan dengan metode pembelajaran inkiri (penyelidikan).

Pada pembelajaran biologi khususnya pada materi klasifikasi makhluk hidup yang

menggolongkan makhluk hidup berdasarkan kesamaan dan perbedaan yang dimilikinya,

sehingga materi ini dapat dilaksanakan dengan metode pembelajaran inkuiri/penyelidikan yang

diyakini dapat diterapkan pada materi ini. Belajar dengan metode inkuiri yang memanfaatkan

pengetahuan dalam mendapatkan suatu jawaban dari pertanyaan/masalah yang dimiliki oleh

siswa. Pertanyaan/masalah dapat memotivasi siswa untuk mencari tahu jawabannya melalui
perencanaan dan pelaksanaan penyelidikan. Proses pembelajaran seperti ini akan melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan siswa dalam mencari dan menyelidiki secara sistematis,

kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh

percaya diri. Dengan demikian proses penyelidikan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran

akan memberikan pemahaman yang lebih baik dan menjadi lebih bermakna. Inkuiri merupakan

suatu alat fundamental bagaimana anak belajar dengan aktif karena pembelajaran sains (biologi)

tidak dapat dijalankan tanpa melalui inkuiri.

Metode pembelajaran inkuiri memberikan keuntungan dalam proses pembelajaran. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Oates (2002) dalam Irwandi (2009) yang dilihat

pengembangan kecakapan hidup siswa dalam bekerjasama, merumuskan masalah, menganalisis

data, serta membuat kesimpulan. Selain itu, juga dapat mengembangkan kecakapan hidup siswa

dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Pembelajaran inkuiri juga memberikan

umpan balik yang cepat, dapat memberikan penegasan waktu dalam pemberian tugas, dan

membuat anak-anak tanggap dalam perbedaan bakat dan cara belajar. Irwandi (2009) juga

mengatakan hasil belajar kognitif yang baik dapat dilaksanakan dengan strategi pembelajaran

inkuiri.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah penerapan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses

dalam materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa SMP Negeri 2 Batee?

2. Apakah penerapan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan penguasaan konsep

dalam materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa SMP Negeri 2 Batee?
3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan

keterampilan proses dalam materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa SMP Negeri 2

Batee.

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan

penguasaan konsep dalam materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa SMP Negeri 2 Batee.

4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan suatu pengetahuan kepada penulis

dalam menemukan suatu cara belajar yang efektif dalam proses pembelajaran biologi

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, dapat memberikan suatu alternatif metode pembelajaran yang efektif

dalam proses pembelajaran

b. Bagi siswa, dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep

pada suatu materi pembelajaran

5. Penjelasan Istilah

1. Metode pembelajaran inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan peserta

didik dalam proses pengumpulan data dan pengujian hipotesis. Guru membimbing

peserta didik untuk menemukan pengertian baru, mengamati, perubahan pada praktik uji
coba, dan memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar mereka sendiri.

Metode ini menekankan peserta didik untuk belajar lebih aktif dan kreatif untuk mencari

pengetahuan. Langkah inkuiri mengacu pada model berpikir reflektif dari John Dewey’s

(1990). Tahap-tahap inkuiri yang dilakukan peserta didik meliputi (1) mengidentifikasi

masalah; (b) merumuskan hipotesis; (c) mengumpulkan data; (d) menganalisis dan

menginterpretasikan data untuk menguji hipotesis; (e) menarik kesimpulan. Langkah-

langkah pembelajaran inkuiri yang dilakukan guru adalah (a) menjelaskan tujuan

pembelajaran; (b) membagi petunjuk inkuiri atau petunjuk praktikum; (c) menugaskan

peserta didik untuk melaksanakan inkuiri praktikum, (d) memantau pelaksanaan inkuiri,

(e) menyimpulkan hasil inkuiri bersama-sama (Mulyatiningsih, 2012). Langkah –

langkah metode pembelajaran inkuiri akan diterapkan pada siswa SMP Negeri 2 Batee.

2. Keterampilan proses sains adalah keterampilan proses ialah keterampilan fisik dan

mental terkait dengan kemampuan – kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai,

dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil

menemukan sesuatu yang baru. Rangkaian keterampilan proses antara lain mengamati,

menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan

mengkomunikasikan (Semiawan (1992) dalam Yuniastuti (2013). Keterampilan proses

sains akan dilihat oleh guru selama siswa melaksanakan proses pembelajaran.

3. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep setelah

atau sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai. Penguasaan konsep dapat diartikan

sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah, baik konsep secara

teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan konsep lebih

menitikberatkan pada variabel-variabel yang dapat diubah (alterable variables) dari


sekolah: perilaku-perilaku awal kognitif (misalnya keterampilan-keterampilan siswa),

karakteristik-karakteristik afektif (misalya; minat dan motivasi), dan faktor spesifik yang

mempengaruhi kualitas belajar (Dahar, 1989) dalam (Wirtha, 2008).

4. Klasifikasi makhluk hidup adalah pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan

persamaan dan perbedaan yang dimiliki. Dasar klasifikasi karena adanya

keanekaragaman. Tujuan klasifikasi adalah untuk menyederhanakan objek studi, artinya

mengingat sedikit mungkin, tetapi dalam ingatan tersebut mengandung informasi yang

banyak. Klasifikasi dapat memberikan petunjuk dalam mengenal hewan maupun

tumbuhan yang belum diberi nama (untuk identifikasi), yaitu dengan

membandingkannya dengan kelompok yang telah diberi nama (Tim Pengajar FKIP

Biologi, 2008)
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2, Metode Pembelajaran Inkuiri

Salah satu metode pembelajaran dalam bidang sains yang sampai sekarang masih tetap

dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inquiry. Devid L. Haury dalam

artikelnya Teaching Science Through (1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred

Novak "Inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan

secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu". Dengan kata lain, inquiry

berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau

pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu. (Haury, 1993).

Keyakinan akan keunggulan inkuiri dalam pembelajaran biologi didukung oleh

pernyataan Bruner (dalam Amin, 1979) yang menyatakan keuntungan mengajar dengan metode

inkuiri adalah :

(1) siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik,

(2) membantu siswa dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi

proses belajar yang baru,

(3) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, dan

(4) mendorong siswa berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesanya sendiri. Selain itu,

pembelajaran menjadi student centered, membentuk dan mengembangkan konsep diri, dapat

mengembangkan bakat kemampuan individu, dapat menghindari cara-cara belajar tradisional

(menghafal dan menerima informasi) serta memberikan waktu bagi siswa untuk mengasimilasi
dan mengakomodasi informasi. Setiawan (2005) memperoleh kesimpulan pembelajaran dengan

strategi inkuiri memberikan pemahaman konsep yang lebih baik dibandingkan dengan strategi

pembelajaran berbasis masalah pada siswa SMP.

Pembelajaran metode inkuiri menurut Gulo (2002) menitikberatkan sasaran utama pada

(1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar yang merupakan kegiatan

mental intelektual dan sosial emosional;

(2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran;

(3) mengembangkan sikap percaya diri (self-belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan

dalam proses inkuiri. Dari pernyataan ini dapat dijelaskan bahwa inkuiri dalam pembelajaran

akan memberikan peluang pada peserta didik untuk mengembangkan seluruh kompetensinya

yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor.

Metode inquiry adalah cara untuk menyampaikan sesuatu agar tercapai tujuan, cara

melaksanakan, cara menyelidiki, taktik, siasat, pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan

(Gulo, 2002). Metode inquiry adalah suatu pola untuk membantu para siswa belajar merumuskan

dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki kesadaran akan kemampuannya. Metode inquiry

adalah strategi mengajar yang memungkinkan para siswa mendapatkan jawabannya sendiri.

(Sanjaya. 2006).

Metode inquiry adalah suatu metode yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar

yang mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip. Metode inquiry adalah

cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi

dengan atau tanpa bantuan guru (Suriswo, 1999). Metode inquiry adalah merupakan proses

belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problema

secara sistematika yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian.


Berdasarkan beberapa pengertian yang tersebut di atas metode inquiry adalah suatu cara

yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk

bertanya, memeriksa, atau menyelidiki sesuatu. yang melibatkan seluruh kemampuan siswa

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri.

1. Prinsip-Prinsip Pendekatan Inquiry

Menurut Sanjaya (2006), penggunaan inquiry harus memperhatikan beberapa prinsip,

yaitu :

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari strategi inquiry adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan

demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada

proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan

strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan

tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.

b. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa

maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran

sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai

pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

c. Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiry adalah guru sebagai

penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah

merupakan sebagian dari proses berpikir.


d. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir

(learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri

maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara

maksimal.

e. Prinsip keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai

kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.Tugas guru adalah

menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan

secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

2. Tahapan Pembelajaran Metode Inkuiri

Adapun tahapan pembelajaran inkuiri berdasarkan Eggen dan Kauchak dalam Trianto

(2010) adalah

Fase Perilaku Guru


1. Menyajikan Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan
pertanyaan atau masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa
masalah dalam kelompok
2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah
pendapat untuk membentuk hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan
3. Merangcang Guru member kesempatan pada siswa untuk
percobaan menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan
hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing
siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan
4. Melakukan Guru membimbing siswa mendapatkan informasi
percobaan untuk melalui percobaan
memperoleh
informasi
5. Mengumpulkan dan Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok
menganalisis data untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang
terkumpul
2. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains adalah berkenaan dengan model pembelajaran yang

dibutuhkan dalam model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran berbasis peningkatan

keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan

proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer 1991). Model ini

menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, siswa

dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,

guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar

siswa. Dalam model ini siswa diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan

dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para

ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur, 1998), dengan demikian siswa diarahkan

untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang

diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan

keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan

sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan 1992). Kepada siswa diberikan

kesempatan untuk langsung terlibat dalam aktivitas dan pengalaman ilmiah seperti apa yang

dilakukan / dialami oleh ilmuwan. Dengan demikian siswa dididik dan dilatih untuk terampil

dalam memperoleh dan mengolah informasi melalui aktivitas berpikir dengan mengikuti

prosedur (metode) ilmiah, seperti terampil melakukan pengamatan, pengukuran,

pengklasifikasian, penarikan kesimpulan, dan pengkomunikasian hasil temuan.

Model pembelajaran ini merupakan strategi “guided discovery” yang membantu siswa

belajar untuk belajar (“learn to learn”), membantu siswa memperoleh pengetahuan dengan cara
menemukannya sendiri (Carin & Sund 1989). Di dalam model ini juga tercakup penemuan

makna (“meanings”), organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap

siswa belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis

keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan siswa dalam menemukan sendiri

(“discover”) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-

prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya

keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston 1988). Dengan demikian siswa lebih diberdayakan

sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber

belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran. Model

pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup

siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi

pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan

dasar untuk belajar (“basic learning tools”) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk

landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans, 1990 dalam

Haryono, 2006). Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa model-model

pembelajaran yang menempatkan aktivitas siswa sebagai yang utama, lebih banyak memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan berbagai objek belajar, dan adanya

hubungan baik antara guru dan siswa, dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi

siswa dan mendorong penggunaan analitis kritis dan partisipasi aktif siswa (Haryono 1997, Nur

1997, Sopyan 1999).


3. Klasifikasi Makhluk Hidup

Salah satu kegiatan manusia adalah mengklasifikasikan segala sesuatu yang ada

disekitarnya. Dalam melakukan klasifikasi terdapat dua kegiatan yang dilaksanakan terlebih

dahulu yaitu mengenal ciri objek dan menentukan macamnya atau namanya.

Dasar klasifikasi adalah adanya keanekaragaman. Keanekaragaman merupakan gejala

yang dapat diamati dan kehadirannya tidak mungkin ditolak serta berlaku universal.

Keanekaragaman dapat berupa bentuk, ukuran, struktur, fungsi, perawakan, dan tanggapan

terhadap faktor lingkungan. Keanekaragaman akan selalu bertambah dan faktor yang mendorong

pertambahan itu adalah genetic, mutasi (perubahan sifat baka), adaptif, dan kompetitif.

Keanekaragaman berguna untuk keefisienan dan keefektifan pemanfaatan alam dengan kondisi

lingkungannya. Dengan gejala itu manusia berusaha mencari kesamaannya. Kesamaannya

terseut yang menjadi dasar klasifikasi.

Tujuan klasifikasi yang utama adalah untuk menyederhanakan objek studi, artinya

mengingat sedikit mungkin, tetapi dalam ingatan tersebut banyak mengandung informasi yang

banyak. Tujuan klasifikasi yang lain adalah sebagai alat untuk menyimpan informasi yang setiap

saat dapat dipanggil kembali (For storage and retrivial of data) (Tim Pengajar FKIP Biologi

Unsyiah, 2008).

Ilmu yang mempelajari pengelompokan makhluk hidup disebut Taksonomi. Tujuan

klasifikasi makhluk hidup adalah sebagai berikut:

1. Mempermudah dalam mempelajari dan mengenal berbagai macam makhluk hidup

2. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup

3. Mengetahui manfaat makhluk hidup untuk kepentingan manusia

4. Mengetahui adanya saling ketergantungan antara makhluk hidup.


Dalam taksonomi terdapat tingkatan takson (hirarki) yang mempunyai fungsi untuk

menunjukkan satuan klasifikasi ditempatkan dalam kategori yang mencerminkan derajat

perbedaan dalam sifat dan kedudukan sifatnya.

Carolus Linnaeus mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan

perbedaan pada struktur tubuhnya. Kategori dalam klasifikasi dari yang tertinggi hingga yang

terendah adalah:

1. Kingdom, dalam bahasa Indonesia dinamakan kerajaan

2. Divisio (phylum) dalam bahasa Indonesia dikenal dengan divisi (Fillum)

3. Classis, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kelas

4. Ordo, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan bangsa

5. Familia, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama family (suku)

6. Genus, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama marga

7. Species, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama spesies (jenis)

2. Tata Nama Klasifikasi Makhluk Hidup

Carolous Linnaeus menyusun klasifikasi makhluk hidup berdasarkan persamaan dan

perbedaan struktur tubuh. Dalam klasifikasi Linnaeus mengelompokkan makhluk hidup menjadi

dua kelompok yaitu dunia hewan dan dunia tumbuhan.

Carolous Linnaeus menciptakan cara pemberian nama ilmiah untuk setiap makhluk

hidup. Tata nama adalah cara pemberian nama ilmiah makhluk hidup menurut kode tata nama.

Aturan tatanama sesuai Binomial nomenclature:

1. Menggunakan bahasa latin atau bahasa lain yang dilatinkan

2. Menggunakan dua kata

3. Kata I merupakan genus diawali dengan huruf kapit


BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif jenis pre-eksperimen yaitu

desain pretes-postes satu kelompok (One-Group Pretes-Postes Design). Penelitian ini terlebih

dahulu dilakukan pretes untuk mengetahui keadaan awal subjek sebelum diberi perlakuan.

Desainnya adalah sebagai berikut:

Pretes Perlakuan Postes


O1 X O2
Tabel 3.1. Desain pretes-postes satu kelompok

Keterangan:
O1 = Prestes
X = Perlakuan
O2 = Postes

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Batee pada semester satu tahun 2015.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Batee. Sampel dalam

penelitian diambil secara purposive random sampling, yang terlebih dahulu dilakukan prestest

untuk mengetahui kelas yang memiliki nilai tertinggi, sehingga didapatkan kelas yang akan

dijadikan kelas eksperimen.

Untuk menentukan besar sampel ditentukan dengan rumus Slovin:


N
n= 2
1+ N (d )

(Notoatmodjo, 2005 : 92)

Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat ketepatan yang diinginkan dengan ketepatan 0,1

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP)

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah bentuk lembaran yang tersusun dari beberapa soal yang

harus diselesaikan oleh siswa berdasarkan langkah-langkah yang telah ditentukan dalam LKS

tersebut.

3. Perangkat tes. Tes yang diberikan berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test).

5. Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk 3 JP

2. Memberikan soal prestes terlebih dahulu sebelum mengajarkan materi pembelajaran

3. Memberikan Konsep materi klasifikasi makhluk hidup kepada siswa kelas VII

4. Mengamati kegiatan yang dilakukan siswa

5. Memberikan postes kepada siswa kelas VII dalam bentuk pilihan berganda.

Cara penskoran nilai tes :

B
S= x 100 %
N

Keterangan :
S = skor
B = banyaknya butir soal yang dijawab benar
N = banyaknya butir soal

(Arikunto, 2002)

6. Teknik Analisis Data

1. Untuk melihat keterampilan proses sains pada siswa dengan menggunakan skala likert .

Skala likert disajikan dalam bentuk tabel dibawah:

No. Ketrampilan Rubrik


yang dinilai
1. Hewan pengamatan 3: Membawa hewan pengamatan dengan lengkap.
2: Membawa hewan pengamatan kurang lengkap
1: Tidak membawa hewan pengamatan
2. Cara pengamatan 3: Mengamati pengelompokan tumbuhan dan hewan
sesuai dengan prosedur kerja
2: Mengamati pengelompokan tumbuhan dan hewan
kurang sesuai dengan prosedur kerja
1: Mengamati pengelompokkan tumbuhan dan hewan
tidak sesuai dengan prosedur kerja
3 Cara menggunakan 3: Memegang hewan pengamatan menggunakan
pinset pinset dengan cara yang benar
2: Memegang hewan pengamatan menggunakan
pinset dengan cara yang kurang benar
1: Memegang hewan pengamatan menggunakan
pinset dengan cara yang tidak benar
4 Cara menggunakan 3: Mengamati hewan pengamatan menggunakan kaca
kaca pembesar pembesar dengan cara yang benar
2: Mengamati hewan pengamatan menggunakan kaca
pembesar dengan cara yang kurang benar
1: Mengamati hewan pengamatan menggunakan kaca
pembesar dengan cara yang tidak benar
Tabel 3.2. Tabel Keterampilan proses sains

2. Untuk melihat pemahaman konsep yang didapatkan dari hasil belajar dengan menggunakan

uji beda antara nilai pada pretes dan postes dilakukan uji-t yaitu dengan menggunakan

rumus:

Md
t=

√ ∑ x2 d
N ( N−1 )

Keterangan :
Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest
Xd = Deviasi masing-masing subjek
∑ x d = jumlah kuadrat deviasi
2

N = Subjek pada sampel


d .b = ditentukan dengan N-1 (Arifin, 2008)

3. Uji normalitas, Uji homogenitas varians, dan Uji korelasi antar variabel terikat dengan

menggunakan MANOVA dengan bantuan SPSS 17.0 for windows

4. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikan α 0,05 dengan ketentuan sebagai

berikut :

Jika thitung ≥ ttabel maka H0 diterima, dan jika thitung ≤ ttabel maka H0 ditolak, (Sudjana, 2005 : 219).
DAFTAR PUSTAKA

Amien, Moh. 1979. Apakah Metode Discovery-Inquiry Itu?. Depdikbud.

Ardhana, Wayan, dkk,. 2004. Pembelajaran Inovatif untuk Pemahaman dalam Belajar
Matematika dan Sains di SD, SLTP, dan SMU. Usulan Penelitian Hibah Penelitian Tim
Pascasarjana - HPTP. Malang : Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Arifin, Zaenal. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya: Lentera cendekia

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Beyer, Barry K. 1991. Teaching Thinking Skill: A Handbook for Elementary School
Teachers. New York, USA: Allyn & Bacon.

Carin, Arthur A and Robert B. Sund, 1989. Teaching Science Through Discovery. Columbus,
Ohio: Merril Publishing Company.

Gehring, Kathleen, M dan Deborah, A, Eastman. 2007. Information Fluency for Undergraduate
Biology Majors: Application of Inquiry-Based Learning in a Developmental Biology
Course. Cell Biology Education-Life Science Education. Volume 7:54-63.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta. Penerbit Grasindo.

Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal
Pendidikan Dasar. VOL.7, NO.1,: 1-13

Haryono. 1997. Penelitian dan Pengembangan Model Proses Belajar yang Bercirikan
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kritis Siswa SD. Laporan Penelitian
Hibah Bersaing III/3 Perguruan Tinggi 1996/1997. Semarang: Lemlit IKIP Semarang.

Haury, Devid L. 1993. Teaching Science Through.Terj. Puta Jaya : Yogjakarta.

Hermawati, Ni Wayan Manik. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap


Penguasaan Konsep Biologi Dan Sikap Ilmiah Siswa Sma Ditinjau Dari Minat Belajar
Siswa. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha. Volume 2 No 2.

Houston, W. Robert., et all. 1988. Touch the Future Teach. St. Paul, MN: West Publishing
Company.

Irwandi. 2009. Pengaruh Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi melalui Strategi
Inkuiri dan Masyarakat Belajar pada Siswa dengan Kemampuan Awal Berbeda terhadap
Hasil Belajar Kognitif di SMA Negeri Kota Bengkulu. Jurnal Kependidikan Triadik,
April 2009 Volume 12, No. 1:33 – 43.

Lam, Peng Kwan dan Eric Y K Lam. 2013. Biology matters, GCE “O” 2nd edition, Marshall
Cavendish: Malaysia.

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Nur, Mohamad (Editor). 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan
Keterampilan Proses. Surabaya: SIC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sanjaya Wina, 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientase Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.

Semiawan, Conny R. dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Setiawan, I Gusti Agung Nyoman. 2005. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dalam Strategi
Inkuiri dan Pembelajaran berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir dan penguasaan Konsep-Konsep Biologi Siswa SMP di Kecamatan Buleleng
Bali. Disertasi. Malang: Universitas Negeri Malang Program Pasca Sarjana Program
Pendidikan Biologi.

Sopyan, Ahmad. 1999. “Pengaruh Teknik Pembelajaran Kreatif dan Kemampuan Penalaran
terhadap Hasil Belajar IPA Siswa SLTP”, Disertasi (tidak diterbitkan). Jakarta: PPS UNJ.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suriswo, P. 1999. Filsafat Pembelajaran Konstruktivisme. Yogyakarta: Kanisius.

Trianto. 2007. Metode-Metode Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif; Konsep, Landasan, dan


Implementasi pada KTSP. Edisi Perta. Jakarta: Kencana.

Tim Pengajar FKIP Biologi. 2008. Buku Ajar Biologi Umum. Unsyiah
Wirtha, I Made dan Ni Ketut Rapi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Penalaran Formal
Terhadap Penguasaankonsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa Sma Negeri 4 Singaraja
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Undiksha.Volume 1 No 2: 15 – 29.

Yuniastuti, Euis. 2013. Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Hasil Belajar Biologi
Dengan Pendekatan Pembelajaran Jelajah Alam Sekitar Pada Siswa Kelas Vii Smp
Kartika V-1 Balikpapan. Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah XI Kalimantan. Volume
5 No 1: 31 – 38

Anda mungkin juga menyukai