Anda di halaman 1dari 70

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Biologi merupakan cabang dari sains yang mempelajari tentang seluk

beluk kehidupan makhluk hidup. Biologi berasal dari bahasa Yunani, yang

terdiri dari dua kata yaitu Bios yang berarti hidup dan logos yang berarti

ilmu. Sehingga dapat dikatakan bahwa Biologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang keberadaan dan kehidupan makhluk hidup beserta

aspek-aspek yang menyertainya (Syamsuri, 2007: 2).

Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, sikap/perilaku, nilai, dan tanggung jawab sebagai seorang

warga negara yang peduli terhadap lingkungan, masyarakat, bangsa dan

negara dengan dilandasi iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Biologi berkaitan erat dengan cara untuk mengetahui dan memahami alam

secara sistematis, sehingga pembelajaran biologi bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip ilmiah saja

tetapi juga di dalamnya terdapat aspek proses untuk menemukan fakta,

konsep, ataup prinsip ilmiah tersebut (Budimansyah, 2005: 31). Biologi

sebagai ilmu memiliki objek, gejala, persoalan dan metodologi.

Pembelajaran biologi merupakan proses pembelajaran mengenai

makhluk hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan

hidupnya mencakup semua fenomena dari mikroorganisme, tumbuhan,

hewan termasuk manusia. Dari fenomena tersebut akan timbul permasalan

biologi dan dari setiap masalah tersebut akan menghasilkan pengertian

1
2

biologi yang dapat ditarik sebagai konsep atau prinsip biologi. Melalui

proses pembelajaran biologi diharapkan dapat menghasilkan perubahan

sikap dan tingkah laku yang lebih baik.

Belajar biologi pada dasarnya adalah belajar konsep dengan

menerapkan suatu pembelajaran. Kegiatan pembelajaran Biologi adalah

produk, proses, sikap dan teknologi. Pembelajaran Biologi sebaiknya

dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) agar dapat

menumbuhkan kemampuan berpikir sesuai dengan metode ilmiah. Metode

pembelajaran inkuiri, membawa siswa berfikir kritis menemukan masalah

dalam kehidupan dan mencari penyelesaian secara kreatif dan inovatif

(Fauziah, 2011 ; Mulyasa. E, 2010 : 108). Implementasi Pembelajaran

Berbasis Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Biologi Sesuai dengan

tuntutan pembelajaran efektif, maka proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik ( PP No. 32 tahun 2013 ). Lahirnya kurikulum 2013 dengan ciri khas

pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan

penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan

keterampilan adalah sangat tepat. Penguatan proses pembelajaran dilakukan

melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa

lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkan data,

mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan. Fakta yang terjadi di


3

lapangan tidak semuanya seperti yang diharapkan oleh tuntutan kurikulum.

Banyak guru biologi dalam proses pembelajaran masih berpola pikir lama

meskipun kurikulum berulang kali berganti. Mereka dengan berbagai

macam alasan tetap mempertahankan model pembelajaran yang berpusat

pada guru. Dengan pembaharuan (Winkel, 1991: 57). Penyampaian materi

biologi dengan menggunakan model ceramah dirasa masih kurang untuk

memperoleh hasil maupun prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dalam

kegiatan pembelajaran, siswa kurang aktif,dan pemahaman siswa terhadap

materi yang disampaikan oleh guru masih kurang. Diperlukan model yang

baru untuk menarik perhatian siswa agar tercipta suasana yang aktif dalam

pembelajaran di kelas dan memudahkan siswa dalam memahami materi

biologi, sehingga siswa tidak cepat bosan pada saat pembelajaran

berlangsung.

Berbicara tentang hasil belajar siswa Berdasarkan hasil Berdasarkan

hasil penelitian TIMSS (Trends in International Mathematics and Science

Study) yang berkoordinasi dengan IEA (International Association for the

Evalution of Education Achievement) tahun 1999 Indonesia menempati

peringkat ke-32 dari 38 negara dengan nilai rata-rata 435. Tahun 2003,

menurut data TIMSS Indonesia mengalami penurunan peringkat menjadi

peringkat ke-37 dari 46 negara dengan indeks rata-rata 420. Tahun 2007

data TIMSS Indonesia mengalami pemerosaotan peringkat kembali yaitu

menempati peringkat ke-35 dari 49 negara dengan nilai rata-rata 427. Data

TIMSS tahun 2011 posisi Indonesia menempati peringkat ke-40 dari 42

negara dengan nilai rata-rata 406. Berdasarkan data diatas dapat


4

disimpulkan bahwa kemampuan sains siswa Indonesia mengalami

penurunan prestasi serta kemampuan sains siswa Indonesia yang dibawah

rata-rata, secara umum kemampuan sains siswa Indonesia berada pada

tahapan terendah (Low International Benchmark). Selain itu berdasarkan

hasil dari studi PISA (Programme for International Student Assesment)

tahun 2003, Prestasi Literasi SAINS di Indonesia menempati peringkat ke-

38 dari 40 negara peserta dengan skor rata-rata 395, sedangkan skor rata-

rata internasional adalah 500. Tahun 2006, pada peringkat ke-50 dari 57

negara peserta. Dan yang terakhir, yaitu tahun 2009 Indonesia menempati

peringkat ke 60 dari 65 negara peserta.1 Hasil studi PISA tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia

tergolong rendah. Hasil laporan data Ujian Nasional seluruh SMA di

Indonesia berdasarkan litbang kemendikbud pada tahun 2015 materi biologi

memperoleh peringkat ke empat setelah materi fisika. Sedangkan laporan

hasil ujian Nasional, provinsi Jawa Timur untuk pelajaran biologi memiliki

rata-rata yaitu 68,43 dengan kategori C.

Hasil observasi yang dilakukan di SMAN 1 GONDANG

TULUNGAGUNG, untuk fasilitas dikatakan lengkap karena sudah

memiliki laboratorium untuk praktikum,untuk fasilitas buku setiap meja

diberi satu buku paket Biologi, tetapi untuk proses pembelajaran kelas XI

semester genap dalam mata pelajaran biologi belum melibatkan siswa

berpartisipasi secara keseluruhan dalam proses pembelajaran. Siswa hanya

1
http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa. Diakses pada 6
November 2016
5

mendengarkan, menulis, dan membaca saja apa yang disampaikan dan

disuruh oleh guru. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar

membuat siswa cenderung tidak aktif. Proses pembelajaran yang tegang,

monoton dan guru yang hanya menggunakan metode ceramah. Aktivitas

dan kreatifitas siswa cenderung kurang dan nilai yang didapat oleh siswa

sedang-sedang saja. Dengan nilai KKM 75, hanya sebagian kecil dari

keseluruhan siswa yang belum tuntas mencapai nilai KKM tersebut. Hal ini

mungkin terjadi dikarenakan guru belum bisa menerapkan model-model

pembelajaran kooperatif sehingga perlu adanya pembaharuan dalam proses

pembelajaran untuk membentuk siswa yang lebih aktif dan mudah dalam

memahami pelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja

sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Aktivitas

belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas

bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam menyelesaikan

permasalahan. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa

dalam pembelajaran. Macam-macam model pembelajaran kooperatif adalah

Number Head Together, Jigsaw, Teams Game Tournament, Think Pair

Share, Mind Mapping dan lain sebagainya. Salah satu metode yang dipilih

dalam penelitian ini adalah adalah Mind Mapping. Mind Mapping

merupakan pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaktif siswa.

Mind map pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan (2004). Mind

Map merupakan teknik membuat catatan atau mencatat yang terstruktur dan
6

mudah dipahami dan diingat tanpa harus membuang banyak waktu dengan

menggunakan warna, garis dan lambang, gambar, kata-kata, berdasarkan

seperangkat aturan yang sederhana, mendasar, alami dan akrab bagi otak.

Selain itu, Mind Map juga akan mengajarkan siswa untuk belajar mandiri,

dengan belajar atas kemauan sendiri siswa akan mengembangkan

kemampuan memfokuskan dan merefleksikan serta memberi kesempatan

pada siswa untuk bertanggung jawab secara pribadi terhadap belajarnya.2

Melalui peta pikiran, materi dapat dibuat ringkas, meskipun objek yang

dikaji luas, hemat tenaga dan waktu dalam menjelaskan secara keseluruhan,

karena menjelaskan hubungan antar bagian-bagiannya dengan bahasa yang

singkat, memacu cara berpikir secara teratur dan tersusun lebih logis,

merangsang berpikir imaginatif dan kreatif siswa, melatih siswa membentuk

dan mengintegrasikan informasi lebih efektif, di samping juga

menyenangkan dan tidak membosankan.3 Menurut Tony Buzan: Mind

map merupakan cara yang paling mudah untuk memasukkan informasi

kedalam otak, dan untuk mengambil informasi dari otak. Cara ini adalah

cara yang paling kreatif dan efektif dalam membuat catatan, sehingga boleh

dikatakan Mind map benar-benar memetakan pikiran anda. Peran guru atau

kedudukan guru dalam pembelajaran menggunakan metode Mind Map yaitu

sebagai pembimbing atau penasehat belajar, membantu siswa untuk

mengadakan penilaian belajar dan kemajuan yang telah dicapai oleh siswa

tersebut. Metode pembelajaran ini menggunakan pendekatan terbuka antara

2
Melvin L. Silberman., Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif, edisi revisi,
cet.2 (Yogyakarta: Yappendis, 2004), hal. 175.
3
Tony Buzan, Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas, penerjemah Eric Suryaputra,
cet.2 (Jakarta; Gramedia, 2004),hal. 201.
7

guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan yang

harmonis antara guru dengan siswa pada saat belajar. Karakteristik

pelajaran biologi yang pada umumnya terstruktur membutuhkan daya ingat,

metode Mind Map sangat sesuai untuk diterapkan dalam kerangka penyajian

mata pelajaran tersebut. Kemudian, untuk menguji tingkat efektifitas

penggunaan metode Mind Map tersebut pada prestasi belajar biologi dan

motivasi siswa maka perlu dilakukan penelitian ini.

Berdasarkan pemikiran diatas, peneliti akan melakukan penelitian

dengan judul pengaruh metode mind mapping terhadap peningkatan hasil

belajar Biologi tema Jaringan Pada Tumbuhan pada peserta didik kelas XI

SMAN 1 GONDANG TULUNGAGUNG

B. Identifikasi Masalah Dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Nilai hasil belajar biologi berdasarkan hasil penelitian TIMSS (Trends In

International Mathematics And Science Study) yang berkoordinasi dengan

IEA (International Association For The Evalution Of Education

Achievement) dan studi PISA (Programme For International Student

Assessment) masih tergolong rendah.


8

2. Model pembelajaran biologi masih cenderung didominasi oleh guru.

3. Guru mengajar terlalu monoton, dan masih menggunakan metode ceramah

hingga banyak peserta didik yang tidak paham atas penjelasan materi yang

telah disampaikan dan cepat bosan.

4. Hasil belajar siswa SMAN 1 GONDANG TULUNGAGUNG tergolong

rendah karena belum melibatkan pastisipasi siswa terhadap proses

pembelajaran.

Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti ini hanya dibatasi pada :

1. Penelitihan hanya difokuskan pada mata pelajaran biologi khususnya pada

materi Jaringan Pada Tumbuhan kelas XI MIA SMAN 1 GONDANG

TULUNGAGUNG

2. Pengaruh pembelajaran metode mind mapping terhadap hasil belajar siswa

kelas XI MIA SMAN 1 GONDANG TULUNGAGUNG

3. Hasil belajar di batasi pada pokok pembelajaran Jaringan Pada Tumbuhan

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka peneliti

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh metode mind mapping terhadap peningkatan hasil belajar

siswa tema Jaringan Pada Tumbuhan pada peserta didik kelas XI SMAN 1

GONDANG TULUNGAGUNG ?

D. Tujuan penulisan

Sesuai dengan permasalah yang ada di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk :
9

Mengetahui pengaruh metode mind mapping terhadap peningkatan hasil belajar

siswa tema Jaringan Pada Tumbuhan pada peserta didik kelas XI SMAN 1

GONDANG TULUNGAGUNG

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain:

1) Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif untuk

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan model

pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

serta pemberian perlakuan sesuai jenis kelamin pada saat pembelajaran

berlangsung.

2) Secara Praktis

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan

pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan metode mind mapping dengan memperhatikan jenis

kelamin siswa dalam rangka menciptakan mutu pendidikan yang lebih

baik.

b. Bagi Siswa
10

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi siswa agar senantiasa berusaha dalam upaya meningkatkan prestasi

belajar terutama dalam pelajaran matematika.

c. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pijakan untuk mengembangkan

penelitian lainnya. Khususnya dalam bidang pendidikan matematika.

d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pijakan untuk menentukan kebijakan

dalam membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

Hipotesis pengaruh metode mind mapping terhadap peningkatan hasil

belajar siswa tema Jaringan Pada Tumbuhan

H0: Tidak Ada perbedaan tingkat hasil belajar siswa dengan model mind

mapping

H1: Terdapat perbedaan tingkat hasil belajar siswa dengan model mind

mapping

G. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kemungkinan timbulnya kesalah pahaman dan

pengertian ganda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam proposal

penelitian ini diberikan penegasan terhadap beberapa istilah yang berkaitan

dengan proposal berikut ini :

a. Metode cooperative learning tipe mind mapping


11

Mind Mapping merupakan teknik membuat catatan atau mencatat yang

terstruktur dan mudah dipahami dan diingat tanpa harus membuang

waktu dengan menggunakan garis, lambang, gambar, kata-kata,

berdasarkan seperangkat aturan yang sederhana, mendasar, alami dan

akrab bagi otak.

b. Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan

tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil

belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk

mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat

kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

c. Biologi

Biologi adalah kajian tentang kehidupan, dan organisme hidup,

termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran, dan

taksonominya.4 Ilmu biologi modern sangat luas, dan eklektik, serta

terdiri dari berbagai macam cabang, dan subdisiplin. Namun, meskipun

lingkupnya luas, terdapat beberapa konsep umum yang mengatur semua

penelitian, sehingga menyatukannya dalam satu bidang. Biologi

umumnya mengakui sel sebagai satuan dasar kehidupan, gen sebagai

satuan dasar pewarisan, dan evolusi sebagai mekanisme yang

mendorong terciptanya spesies baru. Selain itu, organisme diyakini

4
Berdasarkan definisi dari Aquarena Wetlands Project glossary of terms.
12

bertahan dengan mengonsumsi, dan mengubah energi serta dengan

meregulasi keadaan dalamnya agar tetap stabil, dan vital.

d. Jaringan pada tumbuhan

Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang

sama. Oleh karena itu pengertian jaringan tumbuhan adalah kumpulan

sel-sel tumbuhan yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. 5

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan proposal penelietian berisi tentang hal-hal yang akan

dibahas dalam proposal ini. Pada sistematika ini akan diperoleh informasi

secara umum yang jelas, sistematis dan menyeluruh tentang isi pembahasan

proposal ini. Adapun sistematika penulisan proposal ini adalah sebagai berikut:

Bagian awal, terdiri dari halaman judul, kata pengantar dan daftar isi.

Bagian inti, terdiri dari empat bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan, terdiri dari (a) Latar Belakang (b) Identifikasi dan

Pembatasan Masalah (c) Rumusan Masalah (d) Tujuan Penelitian (e) Kegunaan

Penelitian (f) Hipotesis Penelitian (g) Penegasan istilah serta (h) Sistematika

Pembahasan.

Bab II Kajian Pustaka, terdiri dari (a) Deskripsi Teori (Hakikat

Pembelajaran Biologi, Model pembelajaran mind mapping, Hasil belajar

Siswa, Jaringan pada tumbuhan (b) Penelitian Terdahulu serta (c) Kerangka

Berpikir Penelitian.

Bab III Metodologi Penelitian, terdiri dari (a) Rancangan penelitian (b)

Variabel Penelitian (c) Populasi, Sampel, dan Sampling (d) Kisi-Kisi

5
http://www.biologi-sel.com/2013/04/jaringan-pada-tumbuhan.html, Online, diakses
pada 06 November 2016 pukul 10.20 WIB.
13

Instrumen (e) Instrumen Penelitian (f) Sumber Data (g) Teknik Pengumpulan

Data (h) Teknik Analisis Data.


14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Diskripsi Teori

1. Hakikat Pembelajaran Biologi

Ilmu Pengetahuan Alam atau yang juga dikenal dengan sains

merupakan ilmu yang mempelajari objek dan persoalan gejala alam.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), ilmu pengetahuan

alam berhubungan erat dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam

secara sistematik. Hal ini juga berkaitan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam

bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Salah satu ilmu yang termasuk

kategori ilmu pengetahuan alam atau sains adalah ilmu biologi. Mata

pelajaran biologi merupakan hasil konstruksi pemikiran manusia

berdasarkan pengalaman, pemikiran, dan penyesuaian dengan lingkungan

(Mulyasa, 2006: 211). Biologi merupakan cabang dari sains yang

mempelajari tentang seluk beluk kehidupan makhluk hidup. Biologi

berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu Bios yang

berarti hidup dan logos yang berarti ilmu. Sehingga dapat dikatakan bahwa

Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keberadaan dan kehidupan

makhluk hidup beserta aspek-aspek yang menyertainya (Syamsuri,2007:

2). Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan,

14
15

keterampilan, sikap/perilaku, nilai, dan tanggung jawab sebagai seorang

warga negara yang peduli terhadap lingkungan, masyarakat, bangsa dan

negara dengan dilandasi iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Biologi berkaitan erat dengan cara untuk mengetahui dan memahami alam

secara sistematis, sehingga pembelajaran biologi bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip ilmiah saja

tetapi juga di dalamnya terdapat aspek proses untuk menemukan fakta,

konsep, ataup prinsip ilmiah tersebut (Budimansyah, 2005: 31). Biologi

sebagai ilmu memiliki objek, gejala, persoalan dan metodologi.

Karakteristik biologi sebagai ilmu antara lain ( Wuryadi, 1999 : 1 ) :

1. Memiliki objek, gejala dan persoalannya

2. Menggunakan metodologi ilmiah

3. Memiliki kecenderungan untuk berkembang

4. Bermanfaat bagi kehidupan masyarakat

Pembelajaran biologi merupakan proses pembelajaran mengenai

makhluk hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan

hidupnya mencakup semua fenomena dari mikroorganisme, tumbuhan,

hewan termasuk manusia. Dari fenomena tersebut akan timbul permasalan

biologi dan dari setiap masalah tersebut akan menghasilkan pengertian

biologi yang dapat ditarik sebagai konsep atau prinsip biologi. Melalui

proses pembelajaran biologi diharapkan dapat menghasilkan perubahan

sikap dan tingkah laku yang lebih baik. Belajar biologi pada dasarnya

adalah belajar konsep dengan menerapkan suatu pembelajaran dengan

pembaharuan (Winkel, 1991: 57). Pembelajaran biologi sebagai salah satu


16

cabang ilmu sains harus lebih menekankan aspek keaktifan siswa. Oleh

sebab itu, perlu dikembangkan beberapa pendekatan belajar sains, yang

diantaranya harus bertumpu pada :

1) Empat Pilar Pendidikan

Learning to do, learning to know, learning to be, and learning to

live together yang berarti Pembelajaran untuk melakukan,

mengetahui, mewujudkan, dan melatih kebersamaan telah dicanangkan

oleh UNESCO sebagai salah satu pendekatan yang dapat digunakan

dalam pembelajaran sains. Siswa harus diberdayakan agar memiliki

kemauan dan kemampuan untuk memperkaya pengalaman belajarnya

(learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungan

fisik dan sosialnya, sehingga siswa dapat membentuk pola pemikiran,

pemahaman dan pengetahuannya terhadap lingkungan alam sekitarnya

(learning to know). Hasil interaksi siswa dengan lingkungannya

diharapkan dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan diri pada

siswa (learning to be). Dengan berinteraksi dengan antar individu yang

bervariasi dapat membentuk kepribadian dan melahirkan sikap dan

perilaku positif serta toleransi terhadap keanekaragaman dan perbedaan

hidup di masyarakat (learning to live together).

2) Inquiri Ilmiah (Sains)

Pendekatan inquiri sains merupakan sesuatu yang menciptakan

interaksi antara yang diyakini siswa sebelumnya terhadap suatu bukti


17

baru untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, melalui proses dan

metode eksplorasi untuk membuktikan pemikiran dan gagasan baru.

3) Kontruktivisme

Terdapat beberapa bentuk kondisi pembelajaran yang sesuai dengan

kontruktivisme antara lain : diskusi yang menyediakan kesempatan

kepada semua siswa untuk mengungkapkan gagasan, pengujian,

penelitian sederhana, demonstrasi atau peragaan ilmiah, dan kegiatan

praktis lainnya yang dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk

membangun dan memperkuat gagasannya.

4) Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat

Pendekatan sains dan teknologi merupakan suatu pendekatan yang

di dalamnya terdapat keterpaduan antara sains, teknologi, dan isu

teknologi yang ada di masyarakat. Dengan pendekatan ini, siswa

dikondisikan agar mampu menerapkan konsep sains untuk

menghasilkan karya ilmiah dan teknologi sederhana yang diiringi

dengan pemikiran untuk membantu mengatasi dampak negatif yang

timbul dari munculnya produk teknologi yang berkembang saat ini.

5) Pemecahan Masalah

Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan manusia di dalam

kehidupannya merupakan proses pemecahan masalah yang bertujuan

untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Sehingga dari sejak dini siswa

sudah mulai dilatih untuk mampu mengatasi permasalahan yang

dihadapinya sehingga bermanfaat bagi kehidupan dewasanya (Astuti,

2001: 6-8).
18

2. Model cooperative learning tipe mind mapping

a. Pengertian mind mapping

Mind Map (peta pikiran) merupakan metode belajar dalam konteks

mengingat atau merekam materi pelajaran yang perlu diingat yang

nantinya dimunculkan kembali setelah selang beberapa waktu. Metode

ini memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara sinergis (bersamaan

dan saling melengkapi). Mind map ditemukan oleh Tony Buzan

(1971).6 Peta pikiran adalah ekspresi dari radiant thinking yang

merupakan fungsi alami dari pikiran manusia. Peta pikiran ini

merupakan ekspresi potensi keluasan yang tidak terbatas dari otak

manusia, yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan dan

melatih siswa dalam berpikir.

Mind map is an outline in which the major categories radiate from

a central image and lesser categories are captured as branches of large

branches.7

Mind map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap

pemikiran linier. Mind map menggapai ke segala arah dan merangkai

berbagai pikiran dari segala sudut. Mind map adalah cara termudah

untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi

ke luar otak. Mind map merupakan peta rute bagi ingatan,

memungkinkan siapa pun menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa

6
Hernowo, Bu Slim dan Pak Bil Membincangkan Pendidikan di Masa Depan: Ihwal
Life Skills, Portofolio, Kontruktivisme, dan Kompetensi, (Bandung: MLC, 2004), hal.13.
7
John W. Budd, Mind Map As Classroom Exercises, Online ( Minneapolis: University of
Minneasota, 2003), tersedia: jbudd@csom.umn.edu, diakses 06 November 2016, Pukul 13.00
WIB.
19

sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti

mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih dapat diandalkan

daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional.8

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mind

map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak

dan memudahkan pengguna untuk mengingat atau mengambil

informasi ketika dibutuhkan kembali. Atau mind map merupakan cara

mencatat yang kreatif, efektif, dan memetakan pikiran-pikiran, secara

menarik, mudah, dan berdaya guna bagi setiap siswa untuk

menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari atau

merencanakan tugas baru.

Mind map merupakan bentuk penulisan catatan yang penuh warna

dan bersifat visual, yang dapat dikerjakan oleh satu orang atau satu tim.

Di pusatnya terdapat sebuah gagasan atau gambar sentral. Gagasan

utama tersebut dieksplorasi melalui cabang-cabang yang mewakili

gagasan-gagasan utama, yang kesemuanya terhubung pada gagasan

sentral itu.

Di setiap cabang gagasan utama ada cabang-cabang sub

gagasan yang mengeksplorasi tema-tema tersebut secara lebih

mendalam. Pada cabang sub gagasan ini dapat ditambahkan lebih

banyak sub cabang lagi, sambil terus mengeksplorasi gagasan secara

mendalam lagi. Sama seperti semua cabang itu pun demikian. Faktor

8
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: Gramedia, 2009), cet. ke 7, hal.5.
20

ini membuat mind map memiliki ruang lingkup yang mendalam dan

luas, yang tidak dimiliki oleh gagasan biasa.

Semua mind map mempunyai kesamaan. Yaitu menggunakan

warna, memiliki struktur alami yang memancar dari pusat,

menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai

dengan cara kerja otak. Dengan mind map, daftar informasi yang

panjang dapat dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur

dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak

dalam melakukan berbagai hal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua mempunyai kesamaan

tapi hanya berbeda dari segi kreativitas. Kreativitas setiap orang

berbeda-beda dan juga tergantung pada bagaimana seseorang mengasah

kreativitas yang membuat ia berbeda dari yang lain.

b. Cara Membuat Mind Map

Berikut cara membuat mind map yang didapat dari berbagai

sumber. Tujuh langkah membuat mind map yaitu:

1. Mulailah dari tengah kertas kosong.

2. Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama.

3. Gunakan berbagai warna.

4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat. Buatlah

ranting-ranting yang berhubungan ke cabang dan seterusnya.


21

5. Buatlah garis hubung yang melengkung.

6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.

7. Gunakan gambar.

Selain cara di atas, membuat mind map dapat menggunakan

software seperti freemind. Software mind map dapat diakses melalui

internet atau membelinya.

c. Manfaat Mind Map

Guru menyuruh siswa untuk membuat peta pikiran

memungkinkan siswa untuk mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif

apa yang telah pelajari atau apa yang tengah direncanakan. Mind map

sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk

menemukan alternatif jawaban. Mind Map sebenarnya juga dapat

digunakan untuk brainstorming, jembatan diskusi, berbagi ide, dan

mengerjakan proyek bersama. Brainstorming (curahan pendapat)

adalah langkah eksplorasi dan inventarisasi ide melalui curah pendapat

tentang topik tertentu dengan bebas tanpa seleksi.9

Mind Map berfungsi sebagai alat bantu untuk memudahkan otak

bekerja. Manfaat mind map adalah :

1. Mempercepat pembelajaran

2. Melihat koneksi antar topik yang berbeda

3. Membantu brainstorming

4. Memudahkan ide mengalir

9
Wahdi Sayuti, Model Pembelajaran Konstruktivisme, (Jurnal Kependidikan Keislaman
dan Kebudayaan Didaktika Islamika, Vol. VI No. 1 Juni 2005), hal.122.
22

5. Melihat gambaran besar

6. Memudahkan mengingat

7. Menyederhanakan struktur

Sedangkan menurut Michael Michalko, mind map memiliki manfaat

yaitu:

1. Mengaktifkan seluruh otak.

2. Membereskan akal dari kekusutan mental.

3. Memungkinkan kita focus pada fokus bahasan.

4. Membantu menunjukkan hubungan antar bagian-bagian

informasi yang saling terpisah.

5. Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian.

6. Memungkinkan kita mengelompokkan konsep dan membantu

kita membandingkannya.

7. Menyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok

bahasan yang membantu mengalihkan informasi dari ingatan

jangka pendek ke ingatan jangka panjang.10

Mind map akan membantu siapa pun dalam meningkatkan

kecepatan berpikir, memberikan kelenturan yang tidak terbatas, dan

menjelajah jauh dari pemikiran sendiri. Mind map menghemat waktu,

memungkinkan siapa pun menyusun dan menjelaskan pikiran,

menghasilkan ide-ide baru, melacak segalanya, memperbaiki ingatan

dan konsentrasi, lebih merangsang otak, dan memungkinkan siapa pun

tetap melihat gambar keseluruhan.

10
Bagus Taruno Legowo, Freemind: Mind Mapping Software, (Sidoarjo: Masmedia
Buana Pustaka, 2009), hal.9
23

Dapat disimpulkan, bahwa mind map bermanfaat untuk menggali

pengetahuan siswa, membuat perencanaan kegiatan, memudahkan

siswa memahami konsep sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan

kreativitas siswa dikembangkan. Serta kemampuan mengingat juga

dikembangkan, siswa dapat memahami konsep tanpa harus menghafal

kembali tetapi dengat mengingat kembali.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia mengikuti proses pembelajaran. Horward Kingsley

membagi tiga macam hasil belajar, yaitu (a) keterampilan dan kebiasaan,

(b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita (Sudjana, 2006: 22).

Hasil belajar juga merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah

melaksanakan proses pembelajaran dan merupakan indikator keberhasilan

siswa dalam belajar yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang

telah dicapai (Winkel, 1991: 162).

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa itu sendiri

dan dapat pula dari faktor yang berasal dari luar (faktor lingkungan). Faktor

yang berasal dari dalam diri siswa seperti intelegensi, minat, dan bakat.

Kemudian faktor yang berasal dari luar seperti faktor lingkungan ekonomi,

sosial, dan sarana-prasarana (Slameto, 2003: 24). Untuk menilai dan

mengukur hasil belajar siswa biasanya digunakan tes. Penggunaan tes

terutama untuk mengukur hasil belajar kognitif berkenaan dengan


24

penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan

pengajaran (Sudjana, 2006: 35).

Menurut taksonomi Bloom, kemampuan intelektual atau kognitif

meliputi jenjang (Sudjana, 2006: 23-28).

a) Ingatan ( knowledge) :

1) Ingatan mengenai hal yang spesifik, baik ingatan tentang

penggunaan istilah (terminologi) maupun kejadian yang

spesifik, seperti menyebutkan bagian-bagian, menyebutkan

istilah, nama, sifat, contoh; mengingat definisi, bagian-bagian,

tempat, kejadian, dan sebagainya.

2) Ingatan mengenai jalur-jalur dan arti dari hubungan yang

spesifik, baik ingatan tentang konvensi, klasifikasi dan kategori,

kriteria, kecenderungan (trend), urutan (sequence), serta

metodologi.

3) Ingatan tentang abstraksi dan universalitas di lapangan,

misalnya untuk mengingat dan menyebutkan tentang prinsip-

prinsip serta generalisasi, maupun teori-teori dan strukturnya.

b) Pemahaman (comprehension) merupakan kemampuan terendah

dari mengerti (understanding), yang meliputi:

1) Penerjemahan (Translasi), yaitu kemampuan menterjemahkan

dan menjelaskan informasi atau suatu maksud, misal

menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri tentang suatu

definisi, maksud, contoh dan sebagainya.


25

2) Penafsiran (interpretasi), yakni kemampuan mengartikan atau

menafsirkan suatu informasi, misal menjelaskan hal-hal yang

berhubungan atau yang terdapat relevansi, menyusun ataupun

mengurutkan kembali sesuai dengan urutannya, dan sebagainya.

3) Estimasi atau ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk meramalkan

kemungkinan-kemungkinan dari informasi yang diperoleh,

misal menduga akibat/efek yang mungkin terjadi,

memperkirakan faktor-faktor yang berpengaruh, menarik

kesimpulan dan sebagainya.

4) Jastifikasi, yaitu kemampuan membenarkan, misal

membenarkan suatu metode atau prosedur. Semuanya tanpa

dihubungkan dengan penerapannya ataupun dengan hal-hal dan

informasi yang lain.

c) Penerapan (application) meliputi kemampuan:

1) Menerapkan prinsip pada situasi yang baru

2) Menerapkan teori ke dalam praktek

3) Menerapkan rumus untuk memecahkan persoalan

4) Menyusun skema atau diagram dari informasi/data yang

tersedia

5) Mendemonstrasikan suatu prosedur/metode dengan benar

d) Analisis (analysis) meliputi:

1) Analisis unsur-unsur, misal menemukan asumsi yang belum

ada/belum dinyatakan dalam suatu informasi, membedakan


26

kesimpulan yang berdasar fakta dan yang bukan, membedakan

antara fakta dan pendapat.

2) Analisis hubungan-hubungan, misal dapat menemukan

hubungan sebabakibat, dapat membedakan antara alasan yang

relevan dan yang tak relevan.

3) Analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi, misal menemukan

formula, bentuk-bentuk, pola atau struktur dalam suatu hal.

e) Sintesis (synthesis) meliputi:

1) Produksi/hasil suatu interaksi dan komunikasi yang unik/khas,

missal menyusun suatu alat, membuat ringkasan dan

sebagainya.

2) Produksi/hasil suatu rencana atau seperangkat usulan kegiatan,

missal menyusun suatu rencana kegiatan /rencana percobaan,

menurunkan/mencari derivat seperangkat hubungan abstrak,

misal merumuskan hipotesis berdasar kajian pustaka yang ada.

f) Penilaian/evaluasi (evaluation) meliputi:

1) Penilaian/evaluasi berupa pertimbangan internal dari suatu

kejadian, missal penilaian dari segi konsistensi, ketepatan,

kecermatan, ataupun urutan logis.

2) Penilaian/evaluasi berupa pertimbangan eksternal dari kejadian

yang ada, misal penilaian dari segi efisiensi, efektifitas, nilai

ekonomis, atau dari segi makna.

4. Jaringan Pada Tumbuhan


Jaringan adalah sekelompok sel-sel yang memiliki struktur dan

fungsi sama. Berdasarkan aktivitas pembelahan sel selama fase


27

pertumbuhan dan perkembangan sel/jaringan tumbuhan, jaringan pada

tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa

(permanen). Selain jaringan, penyusun struktur tumbuhan adalah idioblas.

Idioblas ada di dalam jaringan berupa sel tunggal atau deretan sel yang

berbeda dengan sel-sel di sekitarnya. Idioblas berperanan sebagai alat

sekresi berbagai substansi (mirosin, tanin, getah bening, minyak esensial,

resin dan lain-lain) dan kelenjar.

A. Jaringan Meristem

Jaringan meristem adalah jaringan yang terus-menerus mengalami

pembelahan atau masih bersifat embrionik. Sel-sel meristem membelah

terus untuk menghasilkan sel-sel baru, beberapa hasil pembelahan akan

tetap berada dalam jaringan meristem yang disebut sel inisial atau sel

permulaan. Sedangkan sel-sel baru yang digantikan kedudukannya oleh sel

meristem disebut derivatif atau turunan. Proses pertumbuhan dan

spesialisasi secara morfo-fisiologi sel yang dihasilkan oleh meristem

disebut diferensiasi. Jaringan yang mengalami diferensiasi akan

kehilangan karakteristik embrioniknya dan menjadi dewasa/permanen.

Ciri-ciri jaringan meristem:

Sel-selnya muda, aktif melakukan pembelahan dan pertumbuhan

Ukuran selnya kecil dan seragam

Letak sel-sel rapat, tidak ada ruang antar sel


28

Bentuk sel bervariasi: bulat, lonjong, atau poligonal dengan dinding

sel tipis

Banyak mengandung sitoplasma sebagai tempat terjadinya berbagai

reaksi

Memiliki inti sel satu atau lebih, inti sel relatif besar

Vakuola kecil atau hampir tidak ada

Jaringan meristem diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yaitu:

a. Berdasarkan asal pembentukannya, meristem dibedakan menjadi

promeristem, meristem primer dan meristem sekunder.

Promeristem adalah jaringan yang ada pada saat tumbuhan masih

dalam tingkat embrio.

Sedangkan meristem primer adalah meristem yang sel-selnya secara

langsung berkembang dari sel-sel embrionik, atau lanjutan dari

kegiatan embrio/lembaga. Meristem primer, misalnya pada ujung akar

dan ujung batang, mengakibatkan pertumbuhan primer berupa

pertambahan tinggi. Daerah meristematik yang dibentuk promeristem

berupa: protoderma, prokambium dan meristem dasar (ground

meristem). Ketiganya inilah yang disebut sebagai meristem primer.

Protoderma akan membentuk jaringan epidermis. Prokambium akan

membentuk kambium fasikuler/intrafasikuler yang nantinya

membentuk jaringan pembuluh primer (xilem primer dan floem

primer). Meristem dasar akan membentuk jaringan dasar tumbuhan

yang mengisi empulur maupun korteks, misalnya parenkim, kolenkim

dan sklerenkim.
29

Selanjutnya yaitu meristem sekunder. Meristem sekunder adalah

meristem yang berkembang dari jaringan dewasa yang sudah

mengalami diferensiasi dan menjadi bersifat embrional kembali.

Contohnya adalah kambium intervasis. Kambium interfasikuler

berkembang dari parenkim akar/batang yang terletak diantara xilem

dan floem. Kambium intervasis ke arah dalam akan menghasilkan

xilem sekunder sedangkan ke arah luar akan menghasilkan floem

sekunder. Aktivitas ini menyebabkan pertumbuhan pertumbuhan

sekunder sehingga batang tumbuhan dapat membesar (pada

Dicotyledonae dan Gymnospermae). Selain itu terdapat kambium

gabus (felogen) yang mengembangkan periderm (jaringan gabus).

b. Berdasarkan letaknya, meristem dibedakan menjadi meristem apikal,

meristem interkalar dan meristem lateral.

Meristem apikal (ujung). Meristem apikal terdapat pada ujung-

ujung pokok batang dan cabang serta ujung akar dan selalu

menghasilkan sel-sel untuk tumbuh memanjang. Pertumbuhan

memanjang akibat aktifitas meristem apikal disebut pertumbuhan

primer dan jaringan yang terbentuk disebut jaringan primer.

Meristem interkalar (antara). Meristem interkalar terdapat

diantara jaringan dewasa. Contohnya terletak pada pangkal tiap ruas

pada batang tumbuhan yang berbuku-buku. Aktivitas jaringan ini

menyebabkan pertambahan panjang dan diameter ruas batang. Contoh

tumbuhan yang memiliki meristem interkalar adalah rumput-

rumputan (Gramineae).
30

Meristem lateral (samping). Meristem lateral atau meristem

samping adalah meristem yang menyebabkan pertumbuhan ke arah

samping (membesar), terletak sejajar dengan permukaan organ.

Contohnya adalah kambium dan kambium gabus. Kambium ini

terbentuk dari dalam jaringan meristem yang telah ada pada akar dan

batang.

B. Jaringan Dewasa (Permanen)

Jaringan dewasa merupakan jaringan yang terbentuk dari hasil

diferensiasi sel-sel yang dihasilkan jaringan meristem, sehingga

memenuhi suatu fungsi tertentu. Jaringan dewasa pada umumnya

pertumbuhan terhenti atau sementara terhenti. Jaringan dewasa ada yang

disebut permanen karena telah mengalami diferensiasi yang sifatnya

irreversibel.

Ciri-ciri jaringan dewasa antara lain:

Tidak melakukan aktivitas membelah diri

Ukuran sel relatif lebih besar daripada sel meristem, vakuola

berukuran besar

Plasma sel sedikit hanya seperti selaput yang menempel pada

dinding sel

Sel kadang telah mati (tidak ada sitoplasma)

Terdapat ruang antar sel, kecuali pada epidermis

Jaringan dewasa meliputi, jaringan pelindung (epidermis), jaringan dasar

(parenkim), jaringan penguat/penyokong (kolenkim dan sklerenkim),


31

jaringan pengangkut/vaskuler (xilem dan floem) dan jaringan gabus

(peridermis).

1. Jaringan Pelindung (Epidermis)

Jaringan epdermis merupakan jaringan paling luar yang menutup

permukaan organ tumbuhan, seperti daun, bagian bunga, buah dan biji,

serta batang dan akar sebelum mengalami penebalan sekunder. Jaringan

epidermis berfungsi sebagai pelindung jaringan yang ada di bagian sebelah

dalamnya. Bentuk, ukuran, susunan dan fungsi sel epidermis berbeda-beda

pada berbagai jenis organ tumbuhan.

Ciri-ciri khas dari sel-sel epidermis adalah :

Sel-selnya hidup, biasanya terdiri dari satu lapis sel tunggal

Sel-sel rapat satu sama lain membentuk bangunan padat tanpa ruang

antar sel.

Memiliki beragam bentuk, ukuran dan susunannya

Tidak memiliki klorofil

Dinding sel ada yang tipis, ada yang mengalami penebalan di bagian

yang menghadap kepermukaan dan ada pula yang semua sisi

dindingnya tebal berlignin.

Beberapa bentuk khusus sel epidermis yang terdiferensiasi struktur dan

fungsinya (derivat atau turunanannya) antara lain :

a. Stomata (mulut daun) yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas

(O2,CO2, dan uap air/H2O). Stomata berupa ruang antar sel yang

dibatasi oleh dua sel khas yan disebut sel penjaga. Sel penjaga dan
32

lubang tersebut bersama-sama membentuk stomata. Pada banyak

tumbuhan dapat dibedakan yaitu sel pelengkap, yang merupakan dua

atau lebih sel khas yang membatasi sel penjaga. Sel tetangga berperan

dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penjaga yang

mengatur lebar stomata. Letak stomata kebanyakan di permukaan

bawah daun. Tipe utama stomata pada Dicotyledonae berdasarkan

susunan sel epidermis yang berdekatan dengan sel penjaga, antara lain:

1. Tipe anomositik (ranunculaceous), yaitu sel penjaganya dikelilingi

oleh sejumlah sel tertentu yang tidak berbeda dengan sel epidermis

yang lain dalam bentuk maupun ukuran. Tipe ini umum pada

Ranunculaceae, Geraniaceae, Capparidaceae, Cucurbitaceae,

Malvaceae, Scrophulariaceae, Tamaricaceae, dan Pavaveraceae.

2. Tipe anisositik (cruciferous), yaitu setiap sel penjaga dikelilingi

oleh tiga sel tetangga yang ukurannya tidak sama. Tipe ini umum

pada Cruciferae, pada Nicotiana, Solanum, Sedum dan lainnya.

3. Tipe parasitik (rubiaceous), yaitu setiap sel penjaga bergabung

dengan satu atau lebih sel tetangga, sumbu membujurnya sejajar

dengan sumbu sel penjaga dan apertur. Tipe ini mum pada

Rubiaceae, Magnoliaceae, sebagian besar spesies Concovulaceae,

dan Mimosaceae, beberapa genus dari Papilonaceae seperti

Ononis, Arachis, Phaseolus, dan Psoralea, dan lainnya.

4. Tipe diasitik (caryophyllaceous), yaitu setiap stoma dikelilingi dua

sel tetangga, umumnya dinding selnya itu membuat sudut siku-siku


33

terhadap sumbu membujur dtoma. Tipe ini umumnya pada

Caryophyllaceae, Acanthaceae dan lain-lain.

5. Tipe aktinositik, yaitu stomata dikelilingi oleh lingkaran sel yang

menyebar dalam radius.

b. Trikoma, tonjolan epidermis dan tersusun atas beberapa sel yang

mengalami penebalan sekunder. Trikoma berperan sebagai kelenjar

yang mengeluarkan zat seperti terpen, garam dan gula. Rambut akar

juga merupakan bentuk lain dari trikoma yang memiliki dinding sel

tipis dengan vakuola yang besar. Fungsi lain trikoma antara lain:

Mengurangi penguapan (pada epidermis daun),

Meneruskan rangsang,

Melindungi tumbuhan dari gangguan hewan,

Membantu penyebaran biji, dan

Sebagai penghasil nectar

c. Lentisel, berfungsi seperti stomata yaitu sebagai tempat keluar

masuknya gas-gas ke dalam tumbuhan yang terdapat pada batang.

d. Velamen merupakan lapisan sel mati di bagian dalam jaringan

epidermis pada akar gantung (akar udara) tumbuhan anggrek dan

berfungsi sebagai tempat penyimpanan air.

e. Sel kipas tersusun dari beberapa sel berdinding tipis dengan ukuran

lebih besar dibandingkan sel-sel epidermis di sekitarnya. Bila terjadi

penguapan air yang relatif besar, sel kipas akan menggulung sehingga

daun akan menggulung untuk mengurangi penguapan yang lebih lanjut.


34

Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas daun familia Gramineae

dan Cypereae.

f. Sel silica/sel gabus, sel epidermis seperti serat pada Pteridophita

tertentu, Gymnospermae, dan beberapa Gramineae, dan Dicotyledonae

tertentu. Pada Gramineae diantara sel epidermis batang ada yang

panjang ada 2 tipe sel pendek, yaitu sel silika dan sel gabus. Sel silika

berkembang penuh berisi badan silika yang merupakan massa isotrop

dengan silika di bagian pusat yang berupa bulatan kecil. Pada

penampang melintang. Badan silica ada yang tampak bundar, elips,

seperti halter, atau seperti pelana. Dinding sel gabus mengandung zat

gabus (suberin) dan banyak berisi bahan organik pada. Di atas sel

pendek seringkali terdapat papila, duri, atau rambut. Sel bagus

kebanyakan pada kebanyakan tumbuhan berisi badan silika, dan pada

rerumputan tertentu, badan silika juga terdapat pada beberapa sel

panjang. Badan silika juga terdapat dalam sel epidermis khusus dari

Cypereae dan beberapa Monocotyledonae.

g. Litokis, sel yang mengandung sistolit. Litosis terpadat pada erpidermis

daun beringin (Ficus sp.) berupa penebalan ke arah sentripetal yang

tersusun atas tangkai selulosa dengan deposisi Ca-karbonat (kalsium

karbonat) yang membentuk bangunan seperti sarang lebah yang disebut

sistolit.

2. Jaringan Dasar (Parenkim)

Jaringan parenkim merupakan suatu jaringan yang terbentuk dari sel-sel

hidup, dengan struktur morfologi serta fisiologi yang bervariasi dan masih
35

melakukan segala kegiatan proses fisiologis. Jaringan parenkim disebut

jaringan dasar karena dijumpai hampir di setiap bagian tumbuhan.

Contohnya pada batang dan akar, parenkim dijumpai diantara epidermis

dan pembuluh angkut, sebagai korteks. Parenkim dapat pula dijumpai

sebagai empulur batang,

Pada daun, parenkim merupakan mesofil daun, yang kadang terdiferensiasi

menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang, parenkim dijumpai

sebagi parenkim penyimpan cadangan makanan pada buah dan biji.

Berdasarkan fungsinya, parenkim dibedakan menjadi beberapa macam :

1) Parenkim asimilasi, yaitu parenkim yang bertugas melakukan proses

pembuatan zat-zat makanan, terletak di bagian tumbuhan berwarna

hijau.

2) Parenkim penimbun, berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan

makanan sebagai larutan dalam vakuola, bentuk partikel padat, atau

cairan dalam siroplasma. Letaknya di bagian dalam tumbuhan,

misalnya empulur batang, akar, umbi, umbi lapis dan akar rimpang.

Organ tersebut sel-selnya berisi cadangan makanan berupa: gula,

tepung, lemak dan protein.

3) Parenkim air, dijumpai pada tumbuhan hidup di daerah kering (xerofit),

tumbuhan epifit, dan tumbuhan sukulen sebagai penimbun air untuk

menghadapi masa kering.

4) Parenkim udara dijumpai pada alat pengapung tumbuhan. Parenkim

udara dapat pula dijumpai pada tangkai daun Canna sp. sebagai tempat

penyimpanan udara.
36

5) Parenkim angkut terdapat pada jaringan pengangkut yang sel-selnya

berbentuk memanjang menurut arah pengangkutannya.

Berdasarkan bentuknya, parenkim dibedakan menjadi beberapa jenis,

yaitu:

1) Parenkim palisade, merupakan parenkim penyusun mesofil, kadang

pada biji berbentuk sel yang panjang, tegak, mengandung banyak

kloroplas.

2) Parenkim bunga karang, juga merupakan parenkim penyusun mesofil

daun, bantuk dan ukurannya tak teratur dengan ruang antarsel yang

lebih besar.

3) Parenkim bintang (aktinenkim) berbentuk seperti bintang

bersambungan ujunganya dijumpai pada tangkai daun Canna sp.

4) Parenkim lipatan, dinding selnya mengadakan lipatan ke arah dalam

serta banyak mengandung kloroplas, dijumpai pada mesofil daun pinus

dan padi.

3. Jaringan Penguat/Penyokong

Jaringan penguat penyokong jaringan yang memberikan kekuatan bagi

tubuh tumbuhan agar dapat melakukan perimbangan-perimbangan bagi

pertumbuhannya. Disebut juga jaringan penguat karena memiliki dinding

sel yang tebal dan kuar serta sel-selnya telah mengalami spesialisasi.

Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan mekanik dibedakan menjadi

jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim.

1. Jaringan Kolenkim
37

Jaringan kolenkim terdiri atas sel-sel yang mengalami penebalan

selulosa. Jaringan kolenkim berperan penting sebagai jaringan

penguat terutama pada organ-organ tumbuhan yang masih aktif

mengadakan pertumbuhan pada perkembangan.

Ciri-ciri sel pada jaringan kolenkim antara lain:

Sel-selnya hidup dengan protoplasma aktif, bentuk sel sedikit

memanjang

Umumnya memiliki dinding dengan penebalan tidak teratur

Tidak memiliki dinding sel sekunder tetapi memiliki dinding

primer yang lebih tebal daripada sel-sel parenkim

Lunak, lentur dan tidak berlignin.

Isi sel dapat mengandung kloroplas makin sederhana

diferensiasinya makin banyak kloroplasnya, sehingga

menyerupai parenkim, juga dapat mengandung tanin.

Secara ontogeni, jaringan kolenkim berkembang dari sel-sel

memanjang mirip prokambium dan terlihat pada tingkat awal

diferensiasi meristem atau berkembang dari sel-sel isodiametris pada

jaringan meristem dasar. Oleh karena kolenkim tidak memiliki

dinding sekunder dan bahan penguat (lignin), maka kolenkim dapat

menyokong batang tanpa menghalangi pertumbuhan.

Jaringan kolenkim biasanya berkelompok dalam bentuk untaian atau

silinder. Kolenkim tumbuh memanjang mengikuti akar dan daun yang

disokongnya. Kolenkim dapat dijumpai pada batang, daun, serta

bagian-bagian bunga dan buah. Pada akar yang terkena sinar matahari
38

juga dapat dijumpai adanya kolenkim. Pada kebanyakan tumbuhan

Monocotyledoneae tidak dapat dijumpai adanya kolenkim jika

sklerenkim dibentuk sejak tumbuhan masih muda.

Berdasarkan penebalan dinding sel-nya, kolenkim dapat dibedakan

menjadi 4 tipe, yaitu:

1) Kolenkim anguler (kolenkim sudut), penebalan dinding terdapat

pada sudut sel dan memajang mengikuti sumbu sel. Contohnya

pada tangkai daun Vitis sp., Begonia sp., Solanum tuberosa dan

Atropa belladonna.

2) Kolenkim lameler (kolenkim lempeng), penebalan dinding sel

terutama pada dinding tangensial (sejajat permukaan organ)

sehingga pada irisan melintang terlihat seperti papan yang

berderet-deret. Contonhya pada korteks batang Sembucus

javanica dan Sambucus nigra.

3) Kolenkim tubular (lakunar), penebalan dinding sel terdapat pada

bagian dinding sel yang menghadap ruang antar sel. Contohnya

pada tangkai daun Salvia, Malva dan Althaea.

4) Kolenkim tipe cincin, pada penampang lintang lumen sel

berbentuk lingkaran atau seperti lingkaran. Pada waktu

menjelang dewasa terlihat bahwa karena pada tipe sudut

penebalan bersambungan pada dinding sel maka lumen tidak

menyudut lagi.

2. Jaringan Sklerenkim
39

Jaringan sklerenkim jaringan penyokong yang dijumpai pada organ

tumbuhan yang tidak lagi mengalami pertumbuhan dan

perkembangan atau pada tumbuhan yang telah dewasa. Jaringan

sklerenkim terdiri atas serabut (serat-serat sklerenkim) dan sklereid

(sel-sel batu).

Ciri-ciri sel pada jaringan sklerenkim, yaitu:

Sel-selnya telah mati dengan dinding sel yang tebal

Dinding sekunder yang tebal, umumnya terdiri dari zat lignin

Bersifat kenyal, pada umumnya tidak lagi

mengandung kloroplas

Sel-selnya lebih kaku daripada kolenkim, sel sklerekim tidak

dapat memanjang

a. Serabut

Serabut pada umumnya terdapat dalam bentuk untaian atau dalam

bentuk lingkaran. Di dalam berkas pengangkut, serabut biasanya

merupakan suatu seludang yang berhubungan dengan berkas

pengangkut atau dalam kelompok yang tersebar di dalam xilem dan

floem. Berdasarkan tempatnya, serat sklerenkim dibedakan

menjadi dua, yaitu serat xilem apabila serat tersebut terdapat di

dalam jaringan xilem dan serta ekstra xilem apabila serat terdapat

di luar sistem jaringan xilem. Serat-serat sklerenkim mempunyai

ukuran antara 2mm sampai dengan 25cm. Serat sklerenkim yang

panjang dapat dijumpai pada Agave, Hibiscus sabdariffa dan

Hibiscus canabinus.
40

b. Sklereid

Sklereid terdapat dalam semua bagian tumbuhan, terutama di

dalam kulit kayu, pembuluh tapis dan dalam buah atau biji. Sel

sklereid bisa terdapat secar soliter sebagai idioblast atau dalam

kumpulan sel dengan jumlah yang besar bahkan pada tempurung

kelapa (Cocos nucifera) hampir seluruhnya terdiri dari sklereid.

Secara ontogenis, sklereid berkembang dari sel-sel parenkim

melalui penebalan sekunder dinding selnya. Berdasarkan

bentuknya, sklereis dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:

Brakisklereid, merupakan sel batu yang bentuknya seperti

insang ikan, dijumpai pada floem kulit kayu serta daging buah

tertentu seperti pear (Pyrus communis).

Makrosklereid merupakan sbutan bagi sklereid yan bentuk

seperti tongkat dan dijumpai pada kulit biji tumbuhan suku

kacang-kacangan (Leguminosae).

Osteosklereid apabila berbentuk seperti tulang dengan ujung

yang membesar dan kadang-kadang sedikit bercabang.

Sklereid ini dijumpai dalam kulit biji dan kadang-kadang

dalam daun Dicotyledoneae.

Asteroslereid merupakan sklereid yang bercabang-cabang

berbentuk seperti bintang dan sering terdapat pada daun.

Trikoslereid merupakan sklereid yang memanjang seperti

benang dengan satu percabangan teratur.

4. Jaringan Pengangkut (Vaskuler)


41

Jaringan pengangkut pada tumbuhan tingkat tinggi terdiri dari xilem

dan floem. Xilem meliputi trakea dan trakeida serta unsur-unsur lain

seperti serabut dan parenkim xilem. Xilem, khususnya trakea dan

trakeida berfungsi mengangkut mineral dan air dari akar sampai daun,

sedangkan floem berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke

bagian organ yang lain, yaitu batang, akar, atau umbi. Floem terdiri

dari buluh tapis, sel pengiring dan parenkim floem.

a. Xilem

Xilem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks

terdiri dari berbagai macam bentuk sel. Pada umumnya sel-sel

penyusun xilem telah mati dengan dinding sel yang sangat tebal

tersusun dari zat lignin sehingga xilem berfungsi juga sebagai

jaringan penguat. Unsur-unsur xilem terdiri dari unsur trakeal,

serat xilem dan parenkim xilem.

Unsur Trakeal

Unsur trakeal merupakan unsur yang bertugas dalam pengangkutan

air beserta zat

terlarut di dalamnya, dengan sel-sel yang memanjang, tidak

mengandung protoplas (bersifat mati), dinding sel berlignin,

mempunyai macam-macam noktah. Unsur trakeal terdiri dari dua

macam sel, yaitu trakea dan trakeida. Trakea (pembuluh kayu)

terdiri dari deretan sel yang tersusun memanjang dengan ujung

berlubang dan bersambungan pada ujung dan pangkalnya,


42

sedangkan trakeida merupakan sel panjang dengan ujung yang

runcing tanpa adanya lubang sehingga pengangkutan melalui

pasangan noktah pada dua ujung trakea yang saling menimpa.

Bagian trakea yang berlubang disebut lubang perforasi. Pada

tumbuhan dikenal tiga macam lempeng perforasi, yaitu lempeng

perforasi sederhana dengan sebuah lubang yang memenuhi seluruh

dinding ujung sel yang ditempati, lempeng perforasi skalariform

dengan lubang pipih dan sejajar lempeng sehingga menunjukkan

bentuk tangga, lempeng perforasi jala dengan jalinan lubang

membentuk jala. Lempeng perforasi skalariform dan jala disebut

juga lempeng perforasi majemuk.

Serat Xilem

Serat xilem merupakan sel panjang dengan dinding sekunder yang

biasanya berlignin. Ada dua macam serta pada tumbuhan, yakni

serta trakeid dan serat libriform. Serta libriform mempunyai ukuran

lebih panjang dan dinding selnya lebih tebal disbanding serta

trakeid. Dijumpai adanya noktah sederhana pada serar libriform,

sedangkan serat trakeid memiliki noktah terlindung.

Parenkim Xilem

Parenkim xilem biasanya terdudun dari sel-sel yang masih hidup.

Dijumpai pada xilem primer maupun xilem sekunder. Pada xilem

skunder dijumpai dua macam parenkim. Yaitu parenkim kayu dan

parenkim jari-jari empulur. Parenkim kayu sel-selnya dibentuk

oleh sel-sel pembentuk fusi unsur-unsur trakea yang sering


43

mengalami penebalan sekunder pada dindingnya. Dijumpai adanya

noktah berhalaman dan noktah biasa. Sel-sel parenkim xilem

befungsi sebagai tempat cadangan makanan. Zat tepung biasanya

tertimbun sampai pada saat-saat giatnya pertumbuhan kemudian

berkurang bersamaan dengan kegiatan kambium. Parenkim jari-

jari empulur tersusun dari sel-sel yang pada umumnya mempunyai

dua bentuk dasar, yakni sel-sel yang bersumbu panjang ke arah

radial dan sel-sel bersumbu panjang ke arah vertikal.

b. Floem

Floem merupakan jaringan pengangkut yang berfungai

mengangkut dan mendistribusikan zat-zat makanan hasil

fotosintesis dari daun ke bagian tumbuhan yang lain. Floem

tersusun dari berbagai macam bentuk sel-sel yang bersifat hidup

dan mati. Unsur-unsur floem meliputi unsur tapis, sel pengiring,

sel albumin (pada Gymnospermae), serat-serat floem dan

parenkim floem.

Unsur-unsur tapis

Ciri khas dari unsur tapis dalah hanya daerah tapis dindingnya tipis

dan inti hilang dari protoplas. Daerah tapis diartikan sebagai daerah

noktah yang termodifikasi dan tampak sebagai daerah cekung di

dinding yang berpori-pori. Pori-pori tersebut dilalui oleh

plasmodesmata yang menghubungkan dua unsur tapis yang

berdampingan. Sel-sel tapis merupakan sel panjang yang ujungnya

meruncing di bidang tangensial dan membulat di bidang radial.


44

Dinding lateral banyak mengandung daerah tapis yang berpori.

Pada komponen bulu tapis, dinding ujungnya saling berlekatan

dengan dinding ujung sel di bawahnya atau di atas sehingga

membentuk deretan sel-sel memanjang yang disebut pembuluh

tapis.

Sel Pengiring

Sel pengiring berhubungan erat dengan pembuluh tapis. Sel-sel

pengiring biasanya merupakan untaian atau deretan yang

menyerupai sel parenkim dengan sel-sel yang yang bersifat hidup.

Sel pengiring diduga berperan dalam keluar masuknya zat-zat

makanan melalui pembuluh tapis.

Sel Albumin

Sel albumin merupakan sel-sel jari-jari empulur dan sel-sel

parenkim buluh tpais yang mengandung banyak zat putih telur dan

terletak dekat dengan sel-sel tapis pada tumbuhan Gymnospermae.

Diduga sel-sel albumin mempunyai fungsi serupa dengan sel

pengiring.

Serat-Serat Floem

Letak serat-serat floem pada berkas floem bervariasi. Pada floem

primer, serat terdapat pada bagian jaringan sebelah luar yang

awalnya berkelompok membentuk suatu klaster atau masa

kemudian dalam perkembangannya akan menjadi homogen.

Sedang pada floem sekunder letak serat mengikuti berbagai pola.


45

Serat dewasa dapat bersifat hidup maupun mati. Serat hidup dapat

juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan.

Parenkim Floem

Parenkim floem merupakan jaringan parenkim biasa yang terletak

di bagian buluh tapis, merupakan sel hidup yang berfungsi sebagai

tempat penyimpan zat-zat tepung, lemak dan zat-zat organik

lainnya.

c. Tipe-Tipe Berkas Pengangkut

Keberadaan xilem dan floem dalam jaringan primer selalu

berpasangan dan merupakan suatu berkas yang disebut

pengangkut. Berkas pengangkut dapat denan mudah dibedakan

dengan jaringan parenkim di sekitarnya karena relatif kecil dengan

tanpa adanya ruang antar sel, hingga trakea yang sel-selnya lebih

besar dibandingkan sel-sel disekitarnya. Komponan-komponan

xilem sel-slenya berdinding tebal dan mengalami lignifikasi.

Berdasarkan posisi/letak xilem dan floemnya, berkas pengankut

dibedakan menjadi 3 tipe dasar, yaitu kolateral, konsentris dan

radial. Masing-masing tipe dasar tersebut terbagi lagi menjadi tipe-

tipe lain yang lebih spesifik.

Tipe Kolateral

Kolateral terbagi lagi menjadi kolateral terbuka, kolateral tertutup

dan bikolateral. Berkas pengangkut tipe kolateral didefinisikan

sebagai berkas pengangkut dengan kondisi xilem dan floem

terletak berdampingan. Floem berada di bagian luar dari xilem.


46

Apabila diantara xilem dan floem dapat dijumpai adanya kambium

maka berkas pengangkut ini mempunyai tipe kolateral terbuka.

Selain berfungsi sebagai penghubung antara xilem dan floem,

kambium juga berperan dalam pembentukan folem ke arah luar dan

xilem ke arah dalam sehingga dikenal istilah kambium fasikuler

apabila kambium terletak di antara xilem dan floem dan kambium

interfasikuler apabila kambium terletak di luar xilem dan floem.

Berkas pembuluh tipe ini dijumpai pada tumbuhan golongan

Dicotyledoneae dan Gymnospermae. Apabila diantara xilem dan

floem tidak dijumpai adanya parenkim maka sebagai penghubung

maka berkas pengangkut ini mempunyai tipe kolateral tertutup.

Berkas pembuluh tipe kolateral tertutup ini kadang dikelilingi

jaringan sklerenkim yang sering disebut sebagai seludang berkas

pengangkut. Berkas pengangkut tipe ini dijumpai pada tumbuhan

golonga Monocotyledonae.

Berkas pengangkut bikolateral apabila dijumpai adanya floem luar

dan floem dalam. Diantara floem luar dan xilem dijumpai adanya

kambium. Keberadaan kambium diantara floem dalam dan xilem

masih kurang jelas, mungkin hanya berupa parenkim penghubung.

Tipe Konsentris Tipe konsentris terbagi lagi menjadi konsentris

amphikibral dan konsentris amfivasal. Berkas pengangkut tipe

konsentris merupakan berkas pengngkut dengan kondisi xilem

dikelilingi floem atau sebaliknya. Apabila xilem berada di tengah

dan floem mengelilinginya makan disebut berkas pengangkut


47

konsentris amphikibral. Umum dijumpai pada tumbuhan golongan

paku-pakuan (Pteridophyta), sedangkan apabila floem di tengah

dan xilem mengelilinginya maka disebut berkas pengangkut tipe

konsentris amphivasal. Contohnya pada Cirdyline sp. dan rhizoma

Acorus calamus.

Tipe Radial

Berkas pengangkut tipe radial merupakan berkas pengangkut

dengan letak dan xilem dan floem bergantian menurut jari-jari

lingkaran. Dijumpai pada akar tumbuhan monocotyledonae dan

akar primer Dicotyledonae.

5. Jaringan Gabus (Periderm)

Jaringan gabus atau periderma adalah jaringan pelindung yang

dibentuk secara sekunder, menggantikan epidermis batang dan akar

yang telah menebal akibat pertumbuhan sekunder. Jaringan gabus

tampak jelas pada tumbuhan Dicotyledonae dan Gymnospremae.

Akar Zea (Monocotyledonaea ) Akar Ranunculus (Dicotyledonae).

Jaringan gabus berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari kehilangan

air. Pada tumbuhan gabus (Quercus suber), lapisan gabus dapat

bernilai ekonomi, misalnya untuk penutup botol.

Struktur jaringan gabus terdiri dari felogen (kambium gabus)

yang akan membentuk felem (gabus) ke arah luar dan feloderma ke

arah dalam. Felogen dapat dihasilkan oleh epidermis, parenkim di

bawah apidermis, kolenkim, perisikel, atau parenkim floem,

tergantung spesies tumbuhannya. Pada penampang memanjang, sel-


48

sel felogen berbentuk segi empat atau segi banyak dan bersifat

meristematik. Sel-sel gabus dewasa berbentuk hampir prisma dan

dinding selnya berlapis suberin, yaitu sejenis selulosa yang berlemak.

Sel-sel felodem menyerupai sel parenkim, berbentuk kotak, dan

hidup.

C. Idioblas

Apabila di dalam jaringan tumbuhan terdapat sel atau sekumpulan sel yang

bentuk dan fungsinya berbeda dengan sel-sel di sekitarnya maka disebut

idioblas. Idioblas dapat berupa alat sekresi ataupun kelenjar di dalam

jaringan tumbuhan.

1. Alat sekresi

Alat sekresi merupakan suatu sel atau sekumpulan sel yang berfungsi

sebagai penghasil zat-zat. Zat-zat ini tidak dikeluarkan oleh sel-sel

yang bersangkutan. Ada Periderm beberapa macam alat sekresi pada

tumbuhan, yakni saluran getah, sel-sel resin dan minyak, sel-sel lendir,

sel-sel zat penyamak dan sel-sel mirosin.

Saluran getah

Saluran getah merupakan sel atau sekumpulan sel yang berisi

cairan yang berwarna putih seperti susu yang disebut lateks. Pada

tumbuhan dikenal dua macam saluran getah, yakni buluh getah dan

sel getah. Buluh getah terususn atas rangkaian sel yang satu sama

lain saling berhubungan. Sel-selnya merupakan sel longitudinal

yang dinding melintangnya biasanya memiliki lubang-lubang kecil

(perforasi) atau dinding selnya telah hilang sama sekali. Buluh


49

getah ini kadang-kadang behubungan lateral sehingga membentuk

jaringan seperti jala. Contohnya pada tumbuhan anggota

Compositae, Campanulaceae, Caricaceae, Papilionaceae dan

Euphorbiaceae. Semnetara buluh getah biasa (tidak

beranastomase) terdapat pada tumbuhan anggota familia

Convovulaceae, Labitae dan Musaceae.

Sel getah merupakan saluran getah yang terdiri dari satu sel yang

sangat panjang. Sel getah tersebut ada yang bercabang masuk ke

dalam jaringan, contohnya familia Apocynaceae, Urticulaceae dan

Moraceae. Sementara, sel getah yang tidak bercabang dijumpai

pada tumbuhan anggota Euphorbiaceae, Apocynaceae dan

Moraceae.

Sel resin dan minyak

Sel resin dan minyak merupakan sel yang biasanya mengandung

resin damar, ataupun minyak eteris. Sel resin biasanya mempunyai

volume yang lebih esar dibanding selsel di sekelilingnya dengan

dinding bergabbung, bentuk bulat atau seperti pembuluh. Sel-sel

resin umum dijumpai pada tumbuhan golongan Coniferae (Pinus).

Minyak eteris dijumpai dalam sel sebagai tetes-tetes minyak yang

terdapat pada sel-sel yang telah mati dengan dinding sel yang

biasanya bergabus. Minyak eteris akan membiaskan cahaya apabila

terkena sinar matahari.

Sel lender
50

Sel lendir merupakan sel yang hidup, inti selnya sering berbentuk

benang. Sel-sel lendir kadang tersusun membentuk lapisan-lapisan.

Lendir dihasilkan oleh dinding sel, zat-zat tersebut dikeluarkan,

kemudian dinding selnya larut sehingga terbentuk ruang lendir

yang terjadi secara lisigen.

Sel penyamak

Sel penyamak berada secara kelompok ataupun tersendiri,

berbentuk isodametris dan menghasilkan zat penyamak. Zat-zat

penyamak ini di antara lain dihasilkan oleh Areca catechu (pinang),

Terminalia catappa (ketapang) dan Uncaria (gambir).

Sel mirosin

Sel mirosin merupakan sel yang berisikan senyawa protein berupa

mirosin. Keberadaan sel-sel mirosin sangat sulit untuk bisa

dideteksi secara visual, hanya bias terlihat apabila direaksikan

dengan reagen Millon dan akan menunjukkan warna merah. Sel-

sel mirosin biasanya berbentuk seperti bulu-bulu dan banyak

dijumpai pada tumbuhan Raphanaus ativus dan Brassica

oleraceae.

1. Kelenjar

Kelenjar merupakan sekumpulan sel yang menghasilkan suatuzat.

Zat tersebut dikeluarkan dari sel penghasilnya. Ada beberapa

macam kelenjar pada tumbuhan, yaitu:

Kelenjar epitel, apabila sel-selnya berdampingan satu dengan

yang lainnya sehingga merupakan suatu lapisan.


51

Kelenjar rambut, dijumpai pada permukaan organ (epidermis)

dari satu sel atau banyak sel. Kelenjar ini disebut koleter dan zar

yang dihasilkan disebut blastokola. Nektaria merupakan

kelenjar yang bisa menghasilkan nektar maupun madu. Nektaria

banyak dijumpai pada organ bunga yang berfungsi untuk

menarik serangga pada proses penyerbukan.

B. Penelitian terdahulu

Berkaitan dengan penggunaan model cooperative learning tipe mind mapping

dalam penelitian ini, sebelumnya juga pernah dilakukan beberapa penelitian

yang serupa. Beberapa penelitian terdahulu yang tdapat dijadikan acuan dalam

penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan Galuh Eko Purwanto yang berjudul Efektivitas

Metode Questions Students Have Dan Mind Maps Terhadap Hasil Belajar

Biologi Siswa Kelas X Di Sma N 2 Banguntapan Bantul menyimpulkan

bahwa Hasil penelitian diperoleh bahwa Metode Questions Students Have

efektif dalam meningkatkan hasil belajar biologi pada aspek kognitif siswa.

Hal ini ditunjukkan dengan signifikansinya sebesar 0,000 (< 0,05) dan rata

rata nilai hasil belajar biologi sebesar 75,67. Demikian pula pada penerapan

Metode Mind Maps juga efektif dalam meningkatkan hasil belajar biologi

pada aspek kognitif siswa. Hal ini ditunjukkan dengan signifikansinya

sebesar 0,000 (< 0,05) dan rata-rata nilai hasil belajar biologi sebesar 82,86.

Untuk tanggapan siswa menunjukkan bahwa siswa memberikan tanggapan


52

yang baik terhadap penerapan metode Questions Students Have dan Mind

Maps efektif terhadap hasil belajar biologi pada aspek kognitif siswa

2. Penelitian yang dilakukan Evelyn Elinawati Waruwu yang berjudul

Pengaruh Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Materi

Jaringan Tumbuhan Oleh Siswa Kelas Xi Smas Medan Putri Medan Tahun

Pembelajaran 2015/2016 menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil analisis

data penelitian menunjukkan pretes kelas eksperimen (35,3714,47) dan

pretes kelas kontrol (36,0415,95). Sedangkan hasil analisis data postes

kelas eksperimen (73,379,156) dan postes kelas kontrol (62,067,63).

Setelah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh t hitung

= 5,254 > ttabel = 2,047. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa melalui

teknik mencatat Mind Mapping.

3. Penelitian yang dilakukan Nur Habibi yang berjudul Efektifitas

Penggunaan Mind Map Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Kemampuan

Kognitif C1-C3 Sub Materi Pokok Gerak Pada Tumbuhan Siswa Kelas Viii

(Kasus Pada Mts N Yogyakarta Ii) menyimpulkan bahwa Penggunaan

Mind map efektif dalam meningkatkan hasil belajar Biologi pada

kemampuan kognitif C1-C3 pada sub materi pokok gerak tumbuhan,

peningkatan hasil belajar siswa perempuan pada kemampuan kognitif CI-

C3 lebih tinggi disbanding peningkatan hasil belajar siswa laki-laki pada

sub materi pokok gerak pada tumbuhan.

C. Kerangka konseptual
53

Biologi merupakan cabang dari sains yang mempelajari tentang seluk beluk

kehidupan makhluk hidup. Biologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri

dari dua kata yaitu Bios yang berarti hidup dan logos yang berarti ilmu.

Sehingga dapat dikatakan bahwa Biologi adalah ilmu yang mempelajari

tentang keberadaan dan kehidupan makhluk hidup beserta aspek-aspek yang

menyertainya (Syamsuri, 2007: 2).

Pembelajaran biologi merupakan proses pembelajaran mengenai

makhluk hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan

hidupnya mencakup semua fenomena dari mikroorganisme, tumbuhan,

hewan termasuk manusia. Dari fenomena tersebut akan timbul permasalan

biologi dan dari setiap masalah tersebut akan menghasilkan pengertian

biologi yang dapat ditarik sebagai konsep atau prinsip biologi. Melalui

proses pembelajaran biologi diharapkan dapat menghasilkan perubahan

sikap dan tingkah laku yang lebih baik.

Implementasi Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Pada Mata

Pelajaran Biologi Sesuai dengan tuntutan pembelajaran efektif, maka proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik ( PP No. 32 tahun 2013 ). Lahirnya

kurikulum 2013 dengan ciri khas pembelajaran kompetensi dengan

memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai

kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan adalah sangat tepat.


54

Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik,

yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati,

menanya, mencoba/ mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan

mengomunikasikan. Fakta yang terjadi di lapangan tidak semuanya seperti

yang diharapkan oleh tuntutan kurikulum. Banyak guru biologi dalam

proses pembelajaran masih berpola pikir lama meskipun kurikulum

berulang kali berganti. Mereka dengan berbagai macam alasan tetap

mempertahankan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Dengan

pembaharuan (Winkel, 1991: 57). Penyampaian materi biologi dengan

menggunakan model ceramah dirasa masih kurang untuk memperoleh hasil

maupun prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dalam kegiatan

pembelajaran, siswa kurang aktif,dan pemahaman siswa terhadap materi

yang disampaikan oleh guru masih kurang. Diperlukan model yang baru

untuk menarik perhatian siswa agar tercipta suasana yang aktif dalam

pembelajaran di kelas dan memudahkan siswa dalam memahami materi

biologi, sehingga siswa tidak cepat bosan pada saat pembelajaran

berlangsung.

Hasil observasi yang dilakukan di SMAN 1 GONDANG

TULUNGAGUNG, untuk fasilitas dikatakan lengkap karena sudah

memiliki laboratorium untuk praktikum,untuk fasilitas buku setiap meja

diberi satu buku paket Biologi, tetapi untuk proses pembelajaran kelas XI

semester genap dalam mata pelajaran biologi belum melibatkan siswa

berpartisipasi secara keseluruhan dalam proses pembelajaran. Siswa hanya

mendengarkan, menulis, dan membaca saja apa yang disampaikan dan


55

disuruh oleh guru. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar

membuat siswa cenderung tidak aktif. Proses pembelajaran yang tegang,

monoton dan guru yang hanya menggunakan metode ceramah. Aktivitas

dan kreatifitas siswa cenderung kurang dan nilai yang didapat oleh siswa

sedang-sedang saja. Dengan nilai KKM 75, hanya sebagian kecil dari

keseluruhan siswa yang belum tuntas mencapai nilai KKM tersebut. Hal ini

mungkin terjadi dikarenakan guru belum bisa menerapkan model-model

pembelajaran kooperatif sehingga perlu adanya pembaharuan dalam proses

pembelajaran untuk membentuk siswa yang lebih aktif dan mudah dalam

memahami pelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja

sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Aktivitas

belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas

bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam menyelesaikan

permasalahan. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa

dalam pembelajaran. Macam-macam model pembelajaran kooperatif adalah

Number Head Together, Jigsaw, Teams Game Tournament, Think Pair

Share, Mind Mapping dan lain sebagainya. Salah satu metode yang dipilih

dalam penelitian ini adalah adalah Mind Mapping. Mind Mapping 4

merupakan pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaktif siswa.


56

1. Guru mengajar terlalu


PEMBELAJARAN BIOLOGI : monoton, dan masih
1. BENDA menggunakan metode
2. KEJADIAN ceramah
3. PROSES 2. Model pembelajaran
4. PRODUK biologi masih cenderung
didominasi oleh guru

banyak peserta didik yang tidak paham atas penjelasan


materi yang telah disampaikan sehingga cepat bosan dan
berakibat pada hasil belajar yang rendah

pengaruh metode mind mapping terhadap peningkatan


hasil belajar Biologi tema Jaringan Pada Tumbuhan

peningkatan hasil belajar biologi


BAB III tema jaringan tumbuhan

METODE PENELITIAN
57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik pengukuran yang

cermat terhadap variable-variabel tertentu, sehingga menghasilkan

simpulan-simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu

dan situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama kuantitatif.

Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk mengembangkan teori dalam

suatu disiplin ilmu. Penggunaan pengukuran disertai analisis secara statistik

di dalam penelitian mengimplikasikan bahwa penelitian ini menggunakan

metode kuantitatif.11

Sesuai dengan namanya kuantitatif maka banyak dituntut dengan

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data serta

penampilan data dari hasilnya.12 Pada tahap akhir yaitu menginjak pada

kesimpulan. Kesimpulan penelitian akan menjadi lebih baik apabila disertai

dengan grafik, gambar, tabel atau tampilan lain.13

11
Zainal Arifin, Penelitian Metode dan Paradigma Baru, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2010), hal. 29.
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.., hal. 10-11.
13
Ibid.

57
58

b. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif ini

berdesain eksperimen. Penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai

metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung

fonomena sebab-akibat.14

Penelitian eksperimen didasarkan pada suatu asumsi hokum variabel

tunggal yang dikemukakan oleh John Stuart Mill pada tahun 1872. Melalui

karyanya metode penemuan eksperimental, (method of difference),

manakala kedua situasi serba sama dalam segala hal, kemudian salah satu

situasi tersebut ditambahkan satu elemen, sementara situasi satunya tidak

ditambahkan, maka perbedaan yang ada diantara kedua situasi tersebut

merupakan akibat elemen tambahan tadi.15

Bentuk desain dari penelitian eksperimen ini adalah control group post

test only design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok

control dan kelompok eksperimen. Kelompok control adalah kelompok

yang tidak diberi perlakuan dan kelompok eksperimen adalah kelompok

yang diberi perlakuan. Kelompok eksperimen maupun kelompok control

hanya dikenakan 02 saja tanpa 01. Berikut struktur desainnya.16

Kelompok Eksperimen : X 02

Kelompok Kontrol : 02

14
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan.., hal. 42.
15
Ibid, hal. 67.
16
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan.., hal. 78..
59

Keterangan :

X : bentuk Perlakuan / treatmen

02 : post test

Dengan penelitian ini peneliti ingin melihat seberapa besar hasil belajar

siswa pada kelas eksperimen setelah diberi perlakuan lalu diberi post test

dibandingkan dengan hasil belajar siswa dari kelas kontrol yang tidak diberi

perlakuan.

B. Populasi, Sampling dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang,

benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi.17 Nazir (1983)

mengatakan bahwa populasi adalah berkenaan dengan data, nukan orang

atau bendanya.18

Populasi juga bukan hanya kuantitas/jumlah yang ada pada

subyek/obyek termasuk juga karakteristik dan sifat dari subyek/obyek

tersebut. Populasi penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas XI MIA

SMAN 1 GONDANG yang berjumlah 220 siswa.

2. Sampling

Teknik pengambilan disebut sampling. Pengambilan sampel harus

dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar

17
Ibid, hal. 215.
18
Riduwan, Dasar Dasar Statistika, (Bandung : ALfabeta, 2014), hal 7-8.
60

dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang

sebenarnya.

Adapun teknik sampel ini dilakukan dengan mengambil data kelas

secara Random Sampling. Random Sampling adalah cara pengambilan

sampel secara acak, dimana semua anggota populasi diberi kesempatan atau

peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.19

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau

keadaan tertentu yang akan diteliti.20 Dikatakan pula oleh Sampel adalah

sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.21Karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu yang dimiliki oleh peneliti maka penelitian tidak

mempelajari semua populasi.

Peneliti mengambil sampel untuk dipelajari, kesimpulan akan dapat

diberlakukan untuk populasi. Peneliti mengambil dua kelas sebagai kelas

control yaitu kelas XI MIA C jumlahnya 44 peserta didik dan kelas

eksperimen kelas XI MIA D jumlahnya 44 peserta didik. Dengan demikian

sampel keseluruhan berjumlah 88 peserta didik.

C. Sumber Data, Data dan Variabel Penelitian

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari data dapat

diperoleh.22 Dalam penelitian ini ada 2 sumber data yaitu :

19
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan,hal. 217.
20
Riduwan, Dasar Dasar, hal. 10.
21
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian.., hal. 117.
22
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian.., hal. 129.
61

a. Sumber data primer yaitu orang yang merespon/menjawab pertanyaan-

pertanyaan peneliti baik tertulis maupun lisan.23 Responden dalam

penelitian ini adalah peserta didik kelas XI C dan kelas XI D SMAN 1

GONDANG tahun ajaran 2016/2017.

b. Sumber data sekunder yaitu segala sesuatu yang dari padanya bisa

memberikan data atau informasi yang bukan berasal dari manusia.24

Dalam hal ini yang menjadi sumber data sekunder adalah guru biologi,

kepala sekolah beserta staf dan dokumentasi.

2. Data

Data adalah catatan fakta-fakta atau keterangan-keterangan yang

akan diolah dalam kegiatan penelitian.25 Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Skor hasil pekerjaan siswa pada pada lembar kerja siswa dan juga skor

hasil tes individu setelah tindakan.

b. Pernyataan verbal siswa dan guru dari hasil wawancara terkait dengan

proses pembelajaran dan pemahaman terhadap materi.

c. Hasil observasi yang dilakukan melalui pengamatan.

3. Variabel

Variabel sangat penting dalam penelitian karena menjadi objek

penelitian atau fenomena yang akan diteliti. Dalam suatu penelitian,

variabel sangat ditentukan oleh landasan teoritisnya dan ditegaskan

hipotesis penelitiannya. Variabel merupakan suatu fenomena yang

23
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1998), hal
24
Ibid, hal. 84.
25
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta:Teras, 2009), hal. 54.
62

bervariasi atau suatu faktor yang jika diukur akan menghasilkan skor yang

bervariasi.26

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab atau yang

mempengaruhi timbulnya atau berubahnya dependent variabel

(variabel terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini model

pembelajaran tipe cooperative learning tipe jigsaw dinamakan

variabel (X)

b. Variabel Terikat (dependent variable)

Variabel terikat yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya independent variabel (variabel

bebas). Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini

adalah hasil belajar biologi bab jaringan pada hewan, yang

kemudian dijadikan sebagai variabel (Y).

D. Skala Pengukuran

Pengukuran pada penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert

digunakan untuk mengukur komponen sikap, social, sikap spiritual, dan

ketrampilan peserta didik.

E. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrument Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

a. Kompetensi Pengetahuan

26
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan.., hal. 185.
63

Dalam metode pengumpulan data berupa pengetahuan peserta didik

peneliti menggunakan metode tes. Tes adalah suatu teknik pengukuran

yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau

serangkaian tugas yang harus di kerjakan atau di jawab oleh

responden.27 Wayah nurkencana (1993) dalam publikasinya berjudul

evaluasi pendidikan lebih komprehensif menyatakan bahwa tes adalah

suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang

kemudian dapat di bandingkan dengan nilai yang di capai oleh anak-

anak lain atau standar yang telah di capai.28

Tes yang di gunakan dalam penelitian ini adalah post test berupa test

obyektif (pilihan ganda). Hasil post test tersebut dianalisa yang akan

digunakan untuk melihat pengaruh terhadap hasil belajar siswa.

b. Kompetensi sikap spiritual dan social

1. Observasi

Dalam pengumpulan data mengenai sikap spiritual dan social

peserta didik peneliti menggunakan metode observasi dengan

menggunakan lembar observasi atau lembar pengamatan.

2. Wawancara

Dalam mengumpulkan data mengenai sikap spiritual dan social

peserta didik peneliti menggunakan metode wawancara. Wawancara

merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki

komunikasi langsung antara peneliti dengan subyek atau responden.

27
Ibid, hal 226
28
Ismet Besuki dan Hariyanto, Asessment Pembelajaran, ( Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2014), hal. 33
64

Dalam hal ini biasanya terjadi Tanya jawab sepihak yang dilakukan

secara sistematis dan berpijak pada tujuan penelitian.29

c. Kompetensi ketrampilan

Dalam pengumpulan data mengenai ketrampilan peserta didik,

peneliti menggunakan :

1. Metode Pengamatan (Observasi)

Dalam penelitian ini diperlukan adanya metode pengamatan

terhadap aktifitas siswa untuk mengetahui terlaksananya model

pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dengan baik atau

tidak.

2. Metode Dokumentasi

Dokumen artinya bahan-bahan tertulis. Metode dokumentasi adalah

metode untuk mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis

kantor atau sekolah seperti : silabus, program tahunan, program

bulanan, program mingguan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), dan lain-lain.30

Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh

daftar nama siswa yang menjadi sampel penelitian yaitu pada kelas

control dan kelas eksperimen, nilai ujian semester, nama-nama guru

dan hal-hal lain yang diperlukan dalam penelitian.

3. Instrumen Penelitian

29
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar, (Surabaya:SIC
Surabaya, 1996), hal 67
30
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, hal.243
65

Instrumen pengumpulan data sebagai alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.31

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah sebagai

berikut :

a. Kompetensi Pengetahuan

Dalam kompetensi pengetahuan peneliti menggunakan alat

bantu pedoman test. Pedoman test tertulis adalah alat bantu yang

berupa soal-soal test tertulis yang berupa test obyektif (pilihan

ganda) yang digunakan untuk memperoleh nilai sebagai alat

ukur penelitian.

b. Kompetensi sikap spiritual dan sikap social

1. Pedoman observasi

Dalam ranah sikap spiritual da sikap social peneliti

menggunakan alah bantu berupa pedoman Observasi

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara adalah alat bantu yang dipergunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data melalui wawancara

dengan responden.

31
Ibid, hal 151
66

c. Kompetensi ketrampilan

1. Pedoman observasi

Pedoman observasi di gunakan untuk menilai ketrampilan

peserta didik dalam mengerjakan lembar kerja atau

menerangkan di depan kelas.

2. Pedoman dokumentasi

Pedoman dokumentasi adalah alah bantu yang dipergunakan

dalam pengumpulan benda-benda tertulis yang telah

didokumentasikan, misalnya data siswa, data guru dan

berbagai aspek mengenai obyek penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Pengertian analisis menurut moleong adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga

dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data.32

Menganalisis data merupakan suatu langkah yang kritis dalam penelitian,

analisis data penelitian bertujuan untuk menyempitkan dan membatasi

penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur, tersusun serta

lebih berarti. Seperti telah diketahui dalam pembahasan tentang data, bahwa

data yang peneliti gunakan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis

dengan menggunakan statistic untuk menhitung data-data yang bersifat

kuantitatif atau dapat di wujudkan dengan angka yang didapat dari lapangan.

1. Uji persyaratan

32
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Rosda Karya, 2000), hal.103
67

Menggunakan rumus statistic kita perlu melakukan iji asumsi/persyaratan

sehingga penggunaan rumus tersebut tidak menyimpang dari ketentuan yang

berlaku.

a. Uji normalitas

Uji normalitas yang paling sederhana adalah membuat grafik

distribusi frekuensi atas skor yang ada.33 Uji normalitas digunakan untuk

menguji apakah suatu variable normal atau tidak. Normal yang dimaksud

dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Untuk menguji

normalitas data dapat menggunakan uji Kolmogorov Smirnow dengan

ketentuan jika asymp.sig > 0,05 maka data tersebut berdistribusi

normal.34

b. Uji homogenitas

Pengujian terhadap kesamaan (homogenitas) pada sampel perlu

dilakukan untuk mengetahui seragam tidaknya varian sampel-sampel

yang dimabil dari populasi yang sama. Untuk pengujian homogenitas ini

dapat menggunakan metode uji F yaitu dengan rumus :

2
=
2

Dimana :

simpangan baku kelas A

simpangan baku kelas B

33
Agus Irianto, ststistik: Konsep Dasar & Aplikasinya, (Jakarta:Kencana, 2007), hal 272
34
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16,0 ( Jakarta:PT Prestasi Press)
68

2. Uji hipotesis

Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis menggunakan t-Test (Uji t)

dengan sampel bebas (two independent sample) yaitu untuk membedakan

antara kedua data apakah berbeda atau sama dengan rumus :

2
1
=
2 2
1 + 2 2 ( 1 + 2 )
1 2 1 2

Keterangan :

1 : rata rata data ke 1


2 : rata rata data ke 2


1 : simpangan baku ke 1

2 : simpangan baku ke 2

1 : jumlah data ke 1

2 : jumlah data ke 2

3. Untuk menguji sikap spiritual, sikap social dan ketrampilan peneliti

menggunakan uji Mann Whitney untuk mencari perbedaan dari dua hal

dengan rumus :

1
2 . N1 . 2
=
1 . 1 . 2 (1 + 2 + 1)
2
69

Daftar Pustaka

Arifin, Zainal. 2010. Penelitian Metode dan Paradigma Baru. Bandung : Remaja
Rosdakarya

Besuki, Ismet dan Hariyanto. 2014. Asessment Pembelajaran. Bandung : Remaja


Rosdakarya

Buzan, Tony. 2009. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia

Buzan, Tony. 2004. Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas. penerjemah Eric
Suryaputra. cet.2 .Jakarta; Gramedia

Eko, Agus Sujianto. 2000. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16,0. Jakarta:PT Prestasi
Press

Irianto, Agus.2007. Statistik: Konsep Dasar & Aplikasinya. Jakarta:Kencana

J, Lexy Moleong. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Rosda Karya

L, Melvin Silberman. 2004. Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif.


edisi revisi. cet.2 .Yogyakarta: Yappendis

Riduwan. 2014. Dasar Dasar Statistika. Bandung : ALfabeta

Riyanto, Yatim. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar.


Surabaya:SIC Surabaya

Sayuti, Wahdi. 2005. Model Pembelajaran Konstruktivisme. Jurnal Kependidikan


Keislaman dan Kebudayaan Didaktika Islamika

Suryabrata, Sumadi. 1998 . Metodologi Penelitian. Jakarta:Raja Grafindo Persada

Tanzeh, Ahmad. 2009. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta:Teras

Taruno, Bagus Legowo. 2009. Freemind: Mind Mapping Software. Sidoarjo:


Masmedia Buana Pustaka

John W. Budd, Mind Map As Classroom Exercises, Online ( Minneapolis:


University of Minneasota, 2003), tersedia: jbudd@csom.umn.edu, diakses 06
November 2016, Pukul 13.00 WIB.

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa. Diakses pada 6


November 2016
70

http://www.biologi-sel.com/2013/04/jaringan-pada-tumbuhan.html.Online.
diakses pada 06 November 2016 pukul 10.20 WIB.

Anda mungkin juga menyukai