Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan investasi suatu bangsa sehingga penyelenggaraannya
haruslah berkualitas, dan proses ini akan menghasilkan siswa yang unggul,
kompetitif dan profesional. Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan agar
supaya proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dan optimal. Selain untuk
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswa guru juga harus menjadi fasilitator
bertugas memberikan kemudahan dan menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, gembira, penuh semangat, dan berani mengemukakan pendapat
secara terbuka. Penyampaian materi disekolah telah diupayakan agar memperoleh
hasil belajar yang diinginkan oleh guru, namun untuk menyalurkan ilmu
pengetahuan kepada siswa dan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
tidak semudah yang dipikirkan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan disekolah, untuk hasil belajar pada
mata pelajaran biologi dikelas XI IPA masih terdapat banyak siswa yang belum
mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal yang harus dicapai untuk mata pelajaran biologi di SMA Negeri 3
Manado yaitu 75. Hasil belajar siswa juga dapat dipengaruhi oleh daya ingat dari
siswa, karena setiap siswa tentu saja memiliki daya ingat yang berbeda. Guru
mata pelajaran biologi tentunya harus mencari cara untuk mengatasi masalah hasil
belajar dari siswa-siswanya, dimulai dari menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan dan pembelajaran berpusat pada siswa yang mampu
menumbuhkan daya ingat dari siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Sesuai dengan hasil observasi inilah peneliti berusaha mencoba untuk
memecahkan masalah hasil belajar dari siswa dan mengusahakan siswa dapat
mengingat materi yang sudah diajarkan dalam jangka waktu yang lama.
Metode merupakan salah satu jalan yang harus di tempuh dalam rangka
memberikan sebuah pemahaman kepada siswa. Metode sangat penting dan
memiliki pengaruh besar dalam pengajaran. Karena itu metode harus dimiliki oleh
seorang guru untuk dipakai dalam proses pembelajaran. Dengan penggunaan

1
metode, pembelajaran bisa berhasil dan bisa juga gagal, sesuai dengan kecocokan
pemilihan metode yang digunakan oleh guru terhadap suatu materi pembelajaran.
Walaupun sudah menguasai materi pembelajaran tetapi penggunaan metode tidak
sesuai dengan materi pembelajaran maka akan berdampak terhadap kurangnya
pemahaman siswa pada materi yang diberikan. Kurangnya pemahaman siswa
inilah yang dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar. Itulah mengapa
pemilihan metode pembelajaran sangat penting untuk dilakukan oleh seorang guru
karena metode memiliki peran yang penting dalam pendidikan, karena
metode merupakan pondasi awal untuk mencapai suatu tujuan pendidikan
dan asas keberhasilan sebuah pembelajaran.1 Ada baiknya metode yang digunakan
merupakan suatu metode yang memerlukan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran. Ini bertujuan untuk mengatasi rasa bosan siswa dalam belajar.
Berdasarkan pengalaman peneliti juga saat menempuh jenjang pendidikan
SMA ditempat yang sama, metode pembelajaran yang dipakai juga masih
berpusat pada guru. Inilah yang memicu munculnya rasa bosan siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar dikarenakan suasana kelas selalu terasa tegang
dan berpusat pada guru. Namun jika guru menggunakan metode pembelajaran
yang melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar akan memungkinkan siswa
lebih santai dan fokus dalam mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran
dapat dipahami dan mudah diingat oleh siswa.
Metode role playing (bermain peran) merupakan suatu metode yang
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran serta merupakan suatu metode yang
diciptakan untuk membuat suasana kelas yang menggembirakan agar siswa
merasa senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.2 Dengan penggunaan
metode role playing keterlibatan siswa sangat di perlukan dalam memainkan suatu
peran untuk menjelaskan suatu materi pembelajaran. Bermain peran inilah yang
menjadi ciri khas dari metode role playing, karena dengan memainkan suatu peran
memungkinkan siswa mampu memahami dan mengingat materi dalam jangka

1
Izzudin, Mahad. Pentingnya Metode Dalam Pembelajaran. (Online). 2008.
(https://Smpitizzuddin07.Wordpress.Com/2008/11/24/Pentingnya-Metode-Dalam-Pembelajaran/)
2
Khoiriyah, Miftakul. Implementasi Pembelajaran Aktif Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Semarang. 2010

2
waktu yang lebih lama karena mereka turut terlibat langsung dalam proses belajar
mengajar tersebut.
Selain penggunaan metode, Daya ingat yang baik juga merupakan kebutuhan
setiap siswa untuk belajar optimal. Ini karena hasil belajar siswa di sekolah diukur
berdasarkan penguasaan materi pelajaran, yang prosesnya tidak lepas dari
kegiatan mengingat. Maka dengan daya ingat yang baik, siswa dapat dengan
mudah dan mencapai hasil optimal. Namun, tidak setiap siswa memiliki daya
ingat yang baik. Dalam setiap kelas, pasti ada siswa yang memiliki daya ingat
yang baik dan ada pula yang memiliki daya ingat yang buruk. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kapadia (2003) yang menyatakan bahwa beberapa orang
memiliki daya ingat yang baik dan yang lainnya berdaya ingat buruk. Untuk
melihat apakah siswa memiliki daya ingat yang baik atau buruk maka dapat
dilakukan tes kembali setelah beberapa minggu setelah dilakukan pemberian
materi. Namun tes ini seringkali tidak diprioritaskan oleh guru karena faktor
kesibukan atau yang lain sebagainya.
Sesuai hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi di SMA Negeri 3
Manado bahwa, dalam pembelajaran dengan siswa khususnya untuk konsep
jaringan tumbuhan dan jeringan hewan belum pernah menggunakan metode role
playing serta belum pernah melakukan tes kembali dalam beberapa minggu untuk
mengetahui retensi (daya ingat) dari siswa terhadap suatu materi yang telah
diajarkan.
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka dapat

dikatakan bahwa peneliti mengadakan penelitian dikelas XI IPA SMA Negeri 3

Manado, karena peneliti ingin mengetahui pengaruh penggunaan metode role

playing terhadap hasil belajar dan retensi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3

Manado.

B. Identifikasi Masalah
1. Pemilihan metode belajar yang kurang tepat
2. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
3. Rasa bosan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

3
4. Hasil belajar yang kurang optimal
5. Lemahnya daya ingat (Retensi) siswa terhadap materi pembelajaran

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sebagaimana telah diketahui, maka
penelitian ini hanya dibatasi pada “pengaruh penggunaan metode role playing
terhadap hasil belajar dan retensi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Manado”.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah
disampaikan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu apakah
terdapat pengaruh dari penggunaan metode role playing terhadap hasil belajar dan
retensi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Manado.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan
metode role playing terhadap hasil belajar dan retensi siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 3 Manado.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Secara umum penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap dunia
pendidikan tentang pengaruh penggunaan metode role playing terhadap hasil
belajar dan retensi siswa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diantaranya memberikan manfaat kepada :
a. Guru
Mendorong guru dalam meningkatkan pengetahuan, serta untuk
mengadakan pembelajaran di kelas yang menyenangkan dengan
menggunakan metode role playing.
b. Siswa
Mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan, serta
meningkatkan rasa kepercayaan diri.

4
BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Pembelajaran Biologi
1. Pengertian Biologi
Biologi merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang
mengkaji tentang interaksi dan kehidupan mahluk hidup. Istilah “biologi”
diadaptasi dari bahasa Belanda, biologie, dan bahasa Yunani, bios (“hidup”)
dan logos (“ilmu”). Obyek kajian biologi pada masa kini sangat luas dan
mencakup semua makhluk hidup dalam berbagai aspek kehidupannya.
Menurut Campbell, Biologi adalah ilmu yang paling sulit dari semua bidang
sains, sebagian karena sistem mahluk hidup sangatlah kompleks dan sebagian
karena Biologi adalah ilmu multidisipliner yang membutuhkan pengetahuan
Kimia, Fisika, dan Matematika.3 biologi mempelajari tentang makhluk hidup,
bagaimana interaksinya satu sama lain, dan bagaimana interaksinya dengan
lingkungan.4
Berdasarkan pengertian biologi diatas dapat disimpulkan bahwa biologi
merupakan suatu ilmu multidisipliner yang mengkaji tetang interaksi
makhluk hidup yang satu dengan lainnya.

2. Pengertian Belajar
Menurut Hanafiah dan Suhana (2012), belajar adalah proses perubahan
perilaku berkat adanya interaksi dengan lingkungan pembelajar. Perubahan
perilaku tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Slameto (Haling 2006) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan. Belajar pada hakikatnya adalah
“perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas
tertentu.5 Menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977,

3
Lazmi, Ahmadulu. Definisi Biologi, (online) 2013.
(https://ahmadululazmi.wordpress.com/2013/04/22/definisi-biologi/)
4
D.A. Pratiwi, sri Maryati.2007.Biologi untuk SMA kelas X. Erlangga. Jakarta
5
Kasmadi, Sunariah. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. (2013). Alfabeta. Bandung

5
belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan
tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam
situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu.
Berdasarkan pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan interaksi antara
siswa dan guru dalam rangka membantu peserta didik untuk belajar secara
efektif untuk mencapai tujuannya.

B. Metode Role Playing


1. Pengertian Metode Role Playing
Metode role playing adalah salah satu metode pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa. Dimana metode ini melibatkan siswa untuk
aktif dalam pembelajaran dan akan memberikan suasana yang
menggembirakan sehingga siswa senang dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Dengan demikian kesan yang didapatkan siswa dari kegiatan
pembelajaran akan lebih kuat yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. 6 Pembelajaran role
playing (bermain peran) merupakan pembelajaran dimana siswa diminta
untuk memerankan karakter/benda tertentu dalam proses pembelajaran.
Metode role playing digunakan dalam pembelajaran untuk memahamkan
7
siswa terhadap suatu konsep yang tidak dapat dilihat secara langsung.
Metode role playing dapat membantu kesulitan siswa dalam memahami
konsep yang abstrak (tidak dapat dilihat secara langsung). Role playing atau
bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan,
aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Metode Role Playing adalah
suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan siswa. Permainan ini pada umumnya dilakukan
lebih dari satu orang, murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran,
secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab)

6
Khoiriyah, Miftakul. Implementasi Pembelajaran Aktif Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri
Walisongo. Semarang. 2010
7
Dani. Role playing. (online). 2013. (https://pojokpakdani.wordpress.com/2013/01/14/role-
playing-sebagai-salah-satu-model-pembelajaran-inovatif-bahasa-dan-sastra/)

6
bersama teman-temannya pada situasi tertentu.8 Mulyono (2012)
mengungkapkan bahwa metode bermain peran atau role playing adalah salah
satu proses belajar yang tergolong dalam metode simulasi. Metode role
playing (bermain peran) juga dapat diartikan suatu cara penguasaan bahan-
bahan melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Pengembangan
imajinasi dan penghayatan dilakukan oleh anak didik dengan memerankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Dengan kegiatan memerankan ini akan
membuat anak didik lebih meresapi perolehannya. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan metode bermain peran ini adalah penentuan
topik, penentuan anggota pemeran, pembuatan lembar kerja, latihan singkat
dialog, dan pelaksanaan permainan peran (Djamarah, 2005).
Berdasarkan pengertian role playing dari beberapa ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa role playing merupakan suatu metode yang
membutuhkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan cara
memainkan peran tokoh (sebagai benda hidup atau benda mati) yang
bertujuan untuk membuat siswa menguasai materi dengan cara
mengembangkan imajinasi dari peserta didik.
2. Tujuan Metode Role Playing
1. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
2. Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah.
3. Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang
akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi
cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus
diperankannya. Dengan demikian daya ingat siswa harus tajam dan
tahan lama.
4. Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu
bermain drama para pemain dituntut untuk mengemukakan
pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia
5. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga
memungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni dari sekolah

8
Khoirunisa Wulan Selvy. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Terhadap
Keterampilan Berbicara Siswa. 2016. Skripsi. Universitas Lampung

7
6. Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan
sebaik-baiknya
7. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya
8. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain.9
3. Langkah-Langkah Metode Role Playing
Secara sistematis langkah-langkah dari metode role playing yaitu sebagai
berikut :
1. Guru menyiapkan skenario yang akan diperankan;
2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario yang
sudah dipersiapkan dalam beberapa hari sebelum kegiatan belajar-
mengajar;
3. Siswa yang tidak kebagian peran dibentuk menjadi suatu kelompok
untuk mengamati peran yang akan dmainkan untuk membuat
kesimpulan cerita.
4. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;
5. Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan
skenario yang sudah dipersiapkan;
6. Siswa yang tidak kebagian peran berada di kelompoknya sambil
mengamati skenario yang sedang diperagakan;
7. Setelah selesai, kelompok yang bertugas mengamati mengamati
jalannya cerita, diberikan kesempatan untuk menyampaikan
kesimpulan dari cerita yang diperankan.
8. Guru memberikan kesimpulan secara umum.
9. Evaluasi 10
4. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Role Playing
a. Kelebihan Metode Role Playing

9
Kiranawati. Metode role playing. (online). 2017. (http://guru.wordpress.com/2017/11/16/metode-
role -playing/)
10
Sudjana, Atep dkk. 2016. Penerapan metode role playing untuk meningkatkan hasil belajar
siswa

8
1. Menarik perhatian siswa karena masalah-masalah sosial berguna
bagi mereka;
2. Bagi siswa; berperan seperti orang lain, ia dapat merasakan
perasaan orang lain; mengakui pendapat orang lain itu; saling
pengertian; toleransi;
3. Berpikir dan bertindak kreatif;
4. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis karena siswa
dapat menghayatinya;
5. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan;
6. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan;
7. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat
8. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya dunia kerja.
9. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh;
10. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan dan sulit
untuk dilupakan;
11. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas
menjadi dinamis dan penuh antusias;
12. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa
serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial
yang tinggi.11
b. Kelemahan Metode Role Playing
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode
ini. Misalnya, terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan
siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat
menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut
2. Guru harus memahami betul langkah-langkah pelaksanaannya,
jika tidak dapat mengacaukan pembelajaran;
3. Memerlukan alokasi waktu yang lebih lama.
11
Khaerani Cahya. Pengaruh metode role playing terhadap hasil belajar biologi siswa pada
konsep gerak pada tumbuhan. 2010. Skripsi. Universitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta.

9
4. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu
untuk memerlukan suatu adegan tertentu.12
G. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah mengalami
proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan
pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar. Penilaian ini
bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik dalam menguasai materi yang
telah dipelajari dan ditetapkan. Hasil belajar memiliki peran penting dalam
proses pembelajaran. Penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-
tujuan belajarnya melalui berbagai kegiatan belajar. Selanjutnya, dari
informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan
siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Menurut
Sudjana (2002) ”Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Dari pengertian tersebut
dapat diketahui bahwa hasil belajar merupakan hasil yang akan dicapai
manusia dari pengalaman belajar. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan,
manusia selalu berusaha untuk mencapai keberhasilan. Begitu pula dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah, seorang siswa melakukan kegiatan
belajar selalu menginginkan keberhasilan di dalam belajarnya. Dalam dunia
pendidikan keberhasilan belajar disebut hasil belajar. Keefektifan
pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian siswa. Aspek penting yang
dapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu
kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajarai atau sering disebut tingkat
kasalahan, kecepatan unjuk kerja, tingkat retensi dari apa yang dipelajari.13
Purwanto (2011) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat
belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas

12
Kenneth, Ganggel. “Teaching Trought Role Playing”.(Online).(2009).
(Http://Www.Bible.Org/Page.Php?)
13
Rijal. Hasil belajar. (online). 2016. (http://www.rijal09.com/2016/03/pengertian-hasil-
belajar.html).

10
sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut
lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam
aspekkognitif, afektif dan psikomotorik. Sudjana (2003) mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima
pengalaman belajar. Hamalik (2003) hasil belajar adalah sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur
bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di
artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.
Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil yang dicapai atau
perubahan tingkah laku dari individu melalui suatu proses belajar mengajar.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal”. Faktor internal adalah
faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang ada di luar individu.
a. Faktor internal
1. Faktor Jasmaniah
a. Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-
bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang
berpengaruh terhadap belajarnya. Jika kesehatan seseorang
terganggu maka akan mengakibatkan seseorang tidak bergairah
untuk menerima pelajaran.
b. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh. Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu.

11
2. Faktor Psikologis
a. Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Dalam
situasi yang sama siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang
tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat
intelegensi yang rendah.
b. Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itupun semata-mata tertuju pada suatu objek (benda/hal) atau
sekumpulan objek.
c. Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik
baginya. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
d. Bakat
Bakat menurut Hilgard adalah kemampuan untuk belajar.
Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar atau berlatih.
e. Motif
Motif erat sekali kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di
dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi
untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat.
f. Kematangan
Kematangan adalah dimana organ dalam tubuh manusia baik fisik
maupun psikis dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh
atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan
fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila
anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal
matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih

12
terlampau sukar bagi anak. Organ tubuh dan fungsi jiwanya masih
belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan
berhubungan erat dengan umur.
g. Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
Kesiapan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan.
h. Kelelahan
Kelelahan pada seseorang meskipun sulit untuk dipisahkan tetapi
dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani. kelelahan jasmani terlihat dengan lemah dan lunglainya
tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan
dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor Keluarga
Faktor keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antar
angggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Situasi keluarga
(ayah, ibu, saudara, adik, kakak, serta famili) sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan anak dalam keluarga. Pendidikan orang tua,
status ekonomi, rumah kediaman, persentase hubungan orang tua,
perkataan, dan bimbingan orang tua, mempengaruhi pencapaian hasil
belajar anak.
2. Faktor Sekolah
Faktor sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat. Sekolah. Tempat, gedung sekolah, kualitas guru,

13
perangkat instrumen pendidikan, lingkungan sekolah dan siswa per
kelas (40-50 siswa) mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
3. Masyarakat
Masyarakat apabila di sekitar tempat tinggal keadaan
masyarakat terdiri atas orang-orang yang berpendidikan, teutama
anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini
akan mendorong anak lebih giat belajar.

H. Retensi (Daya Ingat)


1. Pengertian Retensi
Retensi adalah kemampuan siswa mengingat materi yang telah diajarkan
oleh guru pada rentang waktu tertentu. Retensi mengacu pada tingkat dimana
materi yang dipelajari masih melekat dalam ingatan. Ilmuan yang pertama
kali meneliti tentang retensi adalah Ebinghaus pada tahun 1885. Hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh Ebinghaus adalah kurva retensi yang
menunjukkan bahwa retensi dapat berkurang dengan cepat setelah interval
waktu tertentu dan lupa atau berkurangnya retensi ini dapat terjadi beberapa
jam pertama setelah proses belajar berlangsung (Pikoli 2011). Retensi
merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar. Retensi adalah kemampuan
untuk mengingat materi yang telah dipelajari. Seperti ingatan, retensi sangat
menentukan hasil yang diperoleh siswa dalam proses belajarnya. Apabila
seseorang belajar, maka setelah beberapa waktu lamanya apa yang
dipelajarinya akan banyak yang terlupakan dan apa yang diingat akan
berkurang jumlahnya. Penurunan jumlah materi yang diingat ini akan sangat
cepat pada permulaan, selanjutnya penurunan tersebut tidak lagi cepat.
Daya ingat merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
belajar. Hubungan antara belajar, daya ingat, dan pengetahuan sangat erat
dalam suatu proses pembelajaran. Daya ingat atau memori adalah fungsi
mental berupa storage system, yang menangkap informasi dari stimulus, dan
juga merupakan sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang
terdapat di dalam pikiran manusia. Bruno mengemukakan bahwa memori

14
ialah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan
pengambilan kembali informasi dan pengetahuan.14
Suharnan mengemukakan bahwa ingatan atau memori menunjuk pada
proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu
(maintaining information over-time). Sementara itu santrock mendefinisikan
memori sebagai retensi informasi yang dari waktu ke waktu, dengan
melibatkan enconding (pengkodean), storage (penyimpanan), retrieval
(pengambilan kembali). Salah satu model memori yang ada adalah memori
dari Atkinson dan Shiffrin, yang membagi memori menjadi 3 tempat
penyimpanan, yaitu sensory memory (memori sensori), short term memory
(memori jangka pendek), long term memory (memori jangka panjang). Ketiga
memori tersebut saling berkaitan erat dalam memproses dan menyimpan
informasi. 15
2. Faktor yang mempengaruhi retensi
Ada tiga faktor yang mempengaruhi retensi, yaitu : 1) Yang dipelajari
pada permulaan (original learning), 2) Belajar melebihi penguasaan
(overlearning), dan 3) Pengulangan dengan interval waktu (spaced review). 16
Strategi berikut dapat dipakai guru untuk meningkatkan retensi siswa, yaitu:
1. Meyakini bahwa kekompleksan respons yang diinginkan masih
berada dalam batas kemampuan siswa, dan masih berkisar pada apa
yang telah dipelajari sebelumnya, ter-utama dalam pendekatan
pembelajaran konstruktivisme.
2. Memberikan latihan-latihan, baik yang dikerjakan secara kelompok
maupun yang dikerjakan secara individu, apabila respons akan
dipengaruhi oleh transfer positif.
3. Membuat situasi belajar yang jelas dan spesifik (misalnya: dengan
menyertakan kompetensi yang diharapkan dan pendekatan

14
Muhhibin, Syah. Psikolog Pendidikan : Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja
Rosdakarya , 2011), h. 94.
15
Purnomo Bayu. Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis CAI (Computer Assisted Instruction)
Model Drills Terhadap Retensi Siswa. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2015.
16
Yusuf, Muhammad. Teori Pembelajaran Retensi.(online). 2011.
(http://yusufsila.wordpress.com/2011/10/teori-pembelajaran-retensi.html)

15
pembelajarannya), sehingga siswa dapat mempelajari respons
diskriminatif yang diinginkan.
4. Membuat situasi belajar yang relevan dan bermakna, dengan memilih
model pembelajaran yang cocok.
5. Memberikan penguatan terhadap respons siswa, misalnya dengan
soal-soal yang “menantang,” apabila dirasa perlu.
6. Memberikan latihan dan mengulang secara periodik (urutan waktu)
dan sistematik (struktur keilmuan dan tingkat kesukarannya).
7. Memberikan situasi belajar tambahan dimana siswa tidak hanya
belajar materi baru, tetapi juga diharuskan mengingat kembali
pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
8. Mencari peluang-peluang yang terdapat di dalam situasi belajar baru,
dan menghubungkannya dengan apa yang pernah dipelajari
sebelumnya.
9. Mengusahakan agar materi/bahan ajar yang dipelajari bermakna dan
disusun dengan baik.
10. Memakai bantuan jembatan keledai (mnemonic), karena ini akan
meningkatkan organisasi bahan ajar yang dipelajari,
11. Memberikan resitasi karena ini akan meningkatkan praktik siswa,
12. Membangun struktur konsep yang jelas, misalnya dengan
menggunakan alat peraga. Dengan kata lain, perlu digunakan lebih
dari satu indera di dalam aktivitas belajar siswa.
3. Jenis-Jenis Ingatan
Terdapat dua jenis ingatan, yaitu ingatan jangka pendek dan ingatan
jangka panjang. Ingatan jangka pedek yaitu suatu sistem penyimpanan
sementara dan dapat menyimpan informasi secara terbatas. Ingatan jangka
pendek ini adalah bagian dari ingatan, dimana informasi yang baru saja di
dapat tersimpan. Ingatan jangka pendek hanya dapat atau mampu mengingan
lima sampai tujuh informasi. Kemudian ingatan jangka panjang adalah bagian
dari sistem daya ingat yang menjadi tempat menyimpan informasi dalam
kurun waktu yang lebih lama dan di anggap sebagai suatu penyimpanan yang

16
berkapasitas besar dan berdaya ingat sangat panjang. 17 Menurut Doug Rohrer
dan Harold Pashler mengemukakan bahwa retensi jangka panjang dapat di
ujikan setelah 1-4 minggu setelah aktivitas belajar di kelas.18
4. Lupa Dalam Belajar
Lupa merupakan hilangnya kemampuan untuk menyebut atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya sudah di pelajari. Secara
sederhana Gulo dan Reber dalam Syah mendefinisikan lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal dan mengingat sesuatu yang sebelumnya di
pelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya
item informasi dan pengetahuan dari akal kita.19
Salah satu bentuk melupakan melibatkan petunjuk atau isyarat (cue). Cue
dependent forgetting adalah kegagalan dalam mengambil kembali informasi
karena kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif. Prinsip Cue dependent
forgetting sesuai dengan teori inferensi, yang menyatakan bahwa kita lupa
bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpanan, tetapi karena
ada informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat informasi
yang kita inginkan.20
I. Jaringan Tumbuhan
a. Pengertian dan jenis-jenis jaringan
Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan
fungsi yang sama. Jaringa-jaringan yang berbeda dapat bekerja sama untuk
suatu fungsi fisiologi yang sama membentuk organ.
Jaringan pada tumbuhan dibedakan menjadi 2 yaitu jaringan meristem dan
jaringan dewasa.

17
Robert, E. Slavin. Psikologi Pendidikan :Teori Dan Praktik, Jilid ,, Terjemahan Mariato
Samosir. (Jakarta : PT Indeks, 2008) H. 225
18
Doug Rohrer Dan Harold Pashler. Increasing Retention Withouth Increasing Study Time, 2007,
H. 184. (Http:Www.Interscience.Wiley.Com)
19
Muhhibin Syah. Psikologi Belajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010).
20
Jhon W Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2008).

17
1. Jaringan meristem

Gambar 2.1 : jaringan meristem


Jaringan meristem adalah jaringan muda yang sel-selnya selalu membelah
atau bersifat embrional. Membran selnya demikian tipis, bentuknya
menunjukkan bentuk yang teratur, antara segiempat dan kubus, sedangkan
ruang sel masih penuh dengan protoplas serta vakuola yang kecil-kecil. Dalam
kondisi demikian ini sifat khusus dari jaringan muda yaitu sel-sel yang
membentuknya selalu mengadakan kegiatan-kegiatan untuk membelah” yang
dalam istilah lainnya disebut meristematis. Jaringan meristem dibedakan
berdasarkan asal pembentukan dan berdasarkan letak pada tumbuhan.
Berdasarkan asal pembentukan jaringan tumbuhan dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Promeristem
Promeristem merupakan jaringan meristem pada tingkat embrio.
2. Meristem primer
Meristem primer merupakan jaringan meristem yang sel-selnya
merupakan perkembangan langsung dari sel-sel embrional sehingga
merupakan lanjutan dari pertumbuhan embrio. Aktivitas meristem ini akan
mengakibatkan batang dan akar tumbuh memanjang, pertumbuhan ini
disebut pertumbuhan primer.
3. Meristem sekunder
Meristem yang berasal dari jaringan dewasa yang telah mengadakan
diferensiasi. Misalnya kambium dan kambium gabus yang terjadi dari
parenkim atau jaringan dasar dan kolenkim. Pertumbuhan ini
menyebabkan tubuh tumbuhan bertambah besar.
Berdasarkan letaknya, jaringan meristem dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Meristem apikal (contoh pada ujung akar dan ujung batang)

18
2. Meristem lateral (contoh kambium pembuluh, kambium gabus)
3. Meristem interkalar (pada pangkal ruas batang rumput)
2. Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa dapat dibedakan menjadi 5 yaitu :
1. Jaringan epidermis

Gambar 2.2 : Jaringan epidermis


Ditinjau dari asal katanya, yaitu bahasa Yunani, epi berarti di atas,
derma berarti kulit, maka epidermis adalah lapisan-lapisan sel yang
berada paling luar pada alat-alat tumbuhan primer, seperti akar, batang,
daun, bunga, buah dan biji-biji.
Jaringan epidermis adalah kumpulan lapisan sel yang berada paling
luar dan berfungsi melindungi jaringan yang ada di bawahnya, sel-sel ini
umumnya agak pipih dan berlapis-lapis.
2. Jaringan perenkim

Gambar 2.3 : jaringan parenkim

Jika ditinjau secara filogenetis, jaringan parenkim dapat dianggap


sebagai jaringan-jaringan pada tumbuhan yang tersusunnya merupakan
pemula. Sebab, jika kita perhatikan tumbuhan yang primitif, tubuhnya itu
hanya terdiri dari sel-sel parenkim. Jadi sesuai dengan pengertiannya
yaitu sebagai jaringan dasar (jaringan pemula), demikian pula anggapan

19
bahwa jaringan-jaringan dewasa pada tumbuhan tingkat tinggi berasal
dari jaringan parenkim tersebut.
Jaringan parenkim terbentuk dari sel-sel parenkim, dengan demikian
dapat diartikan bahwa sel-sel parenkim itu merupakan massa (sel-sel)
yang menyebar luas pada seluruh organ dari tumbuhan. Parenkim
merupakan jaringan heterogen, karena telah terjadi asosiasi antara sel-sel
parenkim dengan sel-sel dari tipe lain. Karena asosiasi dan kemampuan
sel-sel parenkim yang meluas maka jaringan parenkim umumnya
terdapat pada empulur dan korteks batang, akar, jaringan-jaringan
fotosintesis, mesofil daun, daging daun serta endosperm biji dan dalam
buah.
Jaringan parenkim berfungsi menyimpan makanan cadangan seperti
halnya pada endosperm jagung atau biji-biji tumbuhan lainnya. Sebagai
tempat berlangsungnya fotosintesis seperti halnya pada mesofil daun dan
berfungsi sebagai penyokong tbuh apabila vakuolanya berisi air, seperti
pada tumbuhan lunak.
3. Jaringan penyokong
Di dalam tubuh tumbuhan terdapat jaringan-jaringan yang berfungsi
memberi kekuatan, melakukan perimbangan-perimbangan bagi
pertumbuhan dan jaringan-jaringan demikian disebut jaringan mekanik
atau jaringan penguat. Dapat diakatakan bahwa tanpa jaringan mekanik
maka kekuatan perlindungan pada tumbuh-tumbuhan tidak akan ada.
Manfaat jaringan penyokung dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di darat alat-alatnya berada di
atas tanah memerlukan kekuatan.
b. Tumbuh-tumbuhan ini sesua dengan perkembangannya akan
menjadi dewasa, dengan batang dan ranting-ranting yang cukup
besar dan pohonnyapun akan tinggi.
c. Dengan keadaan dan pertumbuhan demikian, jaringan penguat
akan dapat memberikan kekuatan sehingga terjadi perimbangan
dalam pertumbuhannya, yang artinya tumbuh-tumbuhan akan
hidup dengan baik.

20
Jaringan penyokong terdiri dari :
1. Kolenkim,
Kolenkim merupakan jaringan penguat pada organ tubuh muda
dan organ tua pada tumbuhan lunak. Terletak di bawah epidermis, ada
pula yang dipisahkan dari epidermis oleh parenkim. Kolenkim
merupakan jaringan yang homogen, yang tersusun dari satu macam sel
yaitu sel kolenkim. Sel-selnya ternyata berdinding sel yang tidak
berlignin dan jelas sel-selnya ini masih aktif. Sedang bentuknya dapat
lebih panjang dan ataupun dapat lebih dai sel-sel parenkim. Akan
tetapi dalam hal tertentu sel-sel kolenkim berisi kloroplas. Adanya
kloroplas ini menunjukkan bahwa kolenkim dapat berfungsi pada
fotosintesis.
2. Sklerenkim
Sklerenkim adalah jaringan pelindung yang sel-selnya mengalami
penebalan sekunder yang terdiri dari zat-zat lignin. Jaringan
sklerenkim hanya terdapat pada organ tumbuhan yang tidak lagi
mengadakan pertumbuhan dan perkembangan, jadi pada organ
tumbuhan yang telah tetap. Dengan terdapatnya jaringan ini pada
tumbuhan, akan memungkinkan alat-alat tumbuhannya bertahan
menghadapi segala macam tekanan dan desakan tanpa menimbulkan
akibat atau berpengaruh pada sel-sel/jaringan yang keadaannya lebih
lemah.

4. Jaringan pengangkut

21
Gambar 2.4 : jaringan pengangkut

Jaringan pengangkut merupakan jaringan yang khusus, yang


berfungsi mengangkut zat-zat mineral (zat-zat hara dan air) yang diserap
oleh akar dari tanah atau zat-zat makanan yang telah dihasilkan pada
daun untuk disalurkan ke bagian-bagian lain untuk hidup dan
berkembang.
Jaringan pengangkut terbentuk dari sel-sel yang kedudukan atau
letaknya membentang menurut arah pengangkutan. Kedudukan atau letak
yang demikian tampak bagaikan untaian atau rangkaian sel. Letaknya
yang demikian berfungsi utuk memperlancar jalannya pengangkutan
mengingat dinding sel-sel tersebut merupakan sekat-sekat dalam
pembuluh dengan lubang-lubang yang kecil. Dalam organ tumbuhan,
pembuluh, pembuluh itu tampak seperti pipa-pipa kecil yang panjang,
laetaknya antara satu dengan yang lainnya berhubungan, mewujudkan
suatu sistem jaringan.
Berdasarkan bentuk dan sifat-sifatnya, jaringan pengangkut dapat
dibagi atas xylem dan floem.
1. Xilem, merupakan jaringan kompleks yang terdiri atas beberapa
tipe sel baik sel mati maupun sel hidup yang dindingnya
mengalami penebalan, mengandung lignin. Sehingga para ahli
beranggapan bahwa fungsi xilem selain sebagai jaringan
pengangkut air dan zat-zat hara adalah juga sebagai jaringan
penguat. Pengangkutan air dan zat-zat mineral berlangsung dari
bagian bawah (akar) ke bagian atas (daun-daunan).
2. Floem, adalah jaringan kompleks yang terdiri dari beberapa
unsur dan tipe, yaitu buluh tapisan, sel pengiring, parenkim,
serabut dan sklereid. Floem berfungsi mengangkut dan
menyebarkan zat-zat makanan yang merupakan hasil fotosintesis
dari bagian atas (daun) ke bagian-bagian lain yang ada di
bawahnya atau di atasnya.

22
5. Jaringan gabus

Gambar 2.5 : Jaringan gabus

Jaringan gabus biasanya berada di bagian tepi dari alat-alat


tumbuhan, teristimewa pada tumbuhan yang berumur panjang. Fungsinya
selain menggantikan peran epidermis juga berfungsi sebagai pembatas
antara jaringan-jaringan di dalam tumbuhan. Selain itu jaringan gabus
tidak selalu tepat jika dikatakan bersifat sekunder melainkan ada yang
bersifat primer, karena jaringan gabus dibentuk oleh kambium gabus atau
phellogen (sifat sekunder), dan dinding selnya mengandung suberin atau
zat gabus serta kutin sebagai sifat utamanya.

b. Organ pada tumbuhan


1. Akar

Akar berfungsi menambatkan tubuh tumbuhan pada tanah atau


substrat tempat hidupnya, menyerap air dan hara tanah serta
mengalirkannya ke batang, akar juga berfungsi menyimpan cadangan
makanan.
a. Anatomi akar

23
1. Epidermis, lapisan luar yang tersusun rapat, setebal selapis sel,
serta tidak mempunyai ruang antarsel. Dinding selnya tipis dan
bersifat semipermaebel.
2. Korteks, kulit pertama akar terdiri atas lapisan-lapisan sel
berdinding tipis. Sel-sel tiak tersusun rapat sehingga banyak
ruang antar sel yang penting untuk pertukaran zat.
3. Endodermis; lapisan terdalam korteks dan sekaligus sebagai
pemisah antara korteks dengan silinder pusat, sel-selnya rapat
tanpa ruang sel.
4. Stele (silinder pusat); lapisan di sebelah dalam endodermis, di
stele terdapat berkas pengangkut serta jaringan-jaringan lainnya.
Air di serap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur-
unsur hara yang terlarut di dalamnya, kemudian diangkut ke bagian atas
tanaman, terutama daun, melalui pembuluh xilem. Pembuluh xilem
pada akar, batang, dan daun merupakan suatu sistem yang kontinyu,
berhubungan satu sama lain.
Posisi pembuluh xilem umumnya berdampingan dengan pembuluh
floem. Pada waktu jaringan akar berkembang, sel-sel antara xilem dan
floem membentuk kambium vaskular yang menghasilkan jaringan
xilem ke arah dalam dan membentuk jaringan floem ke arah luar.
Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup
yang disebut perisikel. Jaringan vaskular dan perisikel membentuk
suatu tabung yang disebut stele. Di sebelah luar stele terdapat sel-sel
endodermis. Sel-sel endodermis ini pantas mendapat perhatian khusus
sehubungan dengan pergerakan air pada lintasan radial, karena pada
bagian dinding radial dan transversalnya terdapat penebalan yang
dipadati oleh suberin yang dikenal sebagai pita casparian. Suberin
bersifat sulit ditembus air sebagaimana halnya dengan lignin dan kutin
pada kutikula daun. Bagian dinding tangensial (dinding bagian dalam
dan luar yang sejajar dengan permukaan akar) dari sel-sel endodermis
umumnya tidak mengalami penebalan, sehingga masih bisa dilewati air.

24
Pada sebelah luar dari sel-sel endodermis terdapat beberapa lapis
sel-sel korteks yang berukuran relatif besar dan berdinding tipis.
Dinding sel korteks ini bersifat sangat permeabel, sehingga besar
kemungkinan air dari permukaan akar bergerak menuju pembuluh
xilem melalui dinding sel-sel korteks ini.
Lapisan sel yang erada paling luar pada akar adalah sel-sel
epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih. Beberapa sel
epidermis membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal
sebagai bulu akar. Bulu-bulu akar ini menyusup di antara partikel-
partikel tanah sehingga memperbesar luas permukaan kontak antara
akar dengan tanah.
Ujung akar akan tumbuh terus di dalam tanah. Hal ini tentunya juga
akan memperluas permukaan kontak antara akar dengan tanah, juga
memperluas wilayah penjelajahan akar di dalam tanah. Pada bagian
ujung akar terdapat tudung akar yang berfungsi melindungi sel-sel
meristematik pada bagian ujung akar tersebut. Dalam proses
pertumbuhan akar, bagian tudung yang rusak akan diganti kembali oleh
aktivitas pembelahan sel pada bagian meristematik.
Pada bagian meristematik ini sel-sel endodermis dan pembuluh
belum terbentuk, sehingga jaringan pembuluh seolah terbuka pada
bagian ujungnya. Ada dugaan bahwa air masuk ke dalam pembuluh
xilem melalui bagian meristematik ini.
2. Batang
Batang adalah organ pokok pada golongan tumbuhan Cormophyta
, di samping akar dan daun. Fungsi utama batang adalah pada system
percabangan yang mendukung perluasan bidang fotosintesis serta
merupakan transportasi utama dari air, unsur hara, dan bahan organik
sebagai fotosintesis.
a. Anatomi Batang Dikotil
Batang dikotil tersusun dari jaringan epidermis, korteks,
endodermis dan stele (xilem dan floem).
1. Epidermis

25
Terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak mempunyai
ruang antar sel. Fungsi epidermis untuk melindungi jaringan di
bawahnya. Pada batang yang mengalami pertumbuhan sekunder,
lapisan epidermis digantikan oleh lapisan gabus yang berasal dari
kambium gabus.
2. Korteks
Korteks batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari
beberapa lapis sel, yang dekat dengan lapisan epidermis tersusun
atas jaringan kolenkim, makin ke dalam tersusun atas jaringan
parenkim.

3. Endodermis
Endodermis batang disebut juga kulit dalam, tersusun atas
selapis sel, merupakan lapisan pemisah antara korteks dengan
stele. Endodermis tumbuhan angiospermae mengandung zat
tepung, tetapi tidak terdapat pada endodermis tumbuhan
Gymnospermae.
4. Stele (silinder pusat)
Merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapisan terluar dari
stele disebut perisikel atau perikambium. Ikatan pembuluh pada
stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem dan floem, letaknya
saling berseberangan, xilem di sebelah dalam dan floem di
sebelah luar.
Antara xilem dan floem terdapat kambium intravaskuler, pada
perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara
berkas pembuluh angkat juga berubah menjadi kambium, yang disebut
kambium intravaskuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan
sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang.
Pada tumbuhan dikotil berkayu keras dan hidupnya menahun,
pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus menerus,
tetapi hanya pada saat air dan zat-zat hara tersedia cukup, sedang pada
musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan

26
menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis
menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis
lingkaran tersebut dinamakan lingkaran tahunan.
b. Anatomi Batang Monokotil
Batang monokotil tersusun dari jaringan epidermis, korteks,
endodermis, dan stele (empulur). Pada batang monokotil, epidermis
terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks dan stele umunya tidak
jelas. Pada stele monokotil terdapat katan pembuluh yang menyebar
dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem
tidak ditemukan kambium. Tidak adanya kambium pada
monokotil tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun
demikian, ada monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan
menebal sekunder misalnya pada pohon Hanjuang (Condyline sp.) dan
pohon Nenas Seberang (Agave sp.).
3. Daun
Daun tersusun atas:
1. Kutikula
Kutila adalah lapisan pelindung lilin pada sisi atas daun, hal ini
membantu tanaman menahan air.
2. Jaringan epidermis
Merupakan lapisan daun yang paling luar jaringan epidermis
ada dua yaitu epidermis atas dan epidermis bawah. Epidermis
umumnya transparan karena tidak memiliki kloroplas. Di epidermis
terdapat stomata (tunggal: stoma) yang berperansebagai alat respirasi
tumbuhan.Stomata umumnya terletak di epidermis bawah.Pada
tumbuhan air, biasanya stomata banyak terdapat di epidermis atas.
3. Jaringan mesofil
Jaringan mesofil terletak di antara epidermis atas dan epidermis
bawah. Pada tumbuhan dikotil, jaringan mesofil terdiri dari dua jaringan
yaitu jaringan palisade (jaringan tiang) dan jaringan spons (jaringan
bunga karang).
c. Teknologi kultur jaringan pada tumbuhan

27
1. Pengertian kultur jaringan
Kultur jaringan, merupakan suatu teknik perbanyakan tanaman dengan
cara mengisolasi bagian tanaman, yang kemudian akan menumbuhkannya
pada media buatan yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh secara
aseptik dalam wadah tertutup yang tembus cahaya pada suhu tertentu
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan terdiri atas 6 tahapan yaitu :
1. Sterilisasi, merupakan tahap yang pertama dalam teknik kultur
jaringan. Aku merupakan suatu proses pembersihan alat-alat yang
akan digunakan.
2. Pembuatan media, merupakan tahap kedua dari teknik kultur
jaringan, pada tahap ini akan mumbuat suatu media tanam. Media
tanam dapat berpa agar-agar yang ditempatkan didalam suatu wadah
yang tertutup dan terkena cahaya (botol kaca)
3. Inisiasi, merupaakan tahap ketiga dari teknik kultur jaringan, tahap
ini merupakan pengambilan bagian tanamana yang akan dikultur
misalnya tunas.
4. Multiplikasi, merupakan tahap keempat dari teknik kultur jaringan,
tahap ini merupakan kegiatan memperbanyak calon tanaman baru
dengan menanam eksplan (bagian tumbuhan) pada media.
5. Pengakaran, tahap kelima, pada tahap ini eksplan akan
menunjukkan adanya pertumbuhan akar, yang menandai bahwa
proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik
6. Aklimatisasi, merupakan tahap yang terakhir dari teknik kultur
jaringan. Kegiatan ini merupakan proes pemindahan eksplan keluar
dari ruangan aseptik ke bedeng.

J. Jaringan hewan

28
Gambar 2. 6 : jaringan hewan
Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang
mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus
memungkinkan mereka mempunyai fungsi yang spesifik. Ilmu yang mempelajari
jaringan disebut histologi. Jaringan didalam tubuh hewan mempunyai sifat yang
khusus dalam melakukan fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf),
gerakan (jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan
sekresi (jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Masing-masing jaringan
dasar dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya.
Empat macam jaringan utama pada hewan yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat,
jaringan otot, dan jaringan saraf.
a. Jaringan epitel
Jaringan ini melapisi seluruh permukaan dalam dan luar dari tubuh dan
organ tubuh. Jaringan epiteium berfungsi sebagai pelindung tubuh atau
organ, pelapis saluran kelenjar, dan penerima rangsangan.
Berdasarkan bentuk dan susunannya, jaringan epitel dibedakan menjadi :
1. Epitel pipih berlapis tunggal,
Antara lain terdapat pada pembuluh darah, pembuluh limfa, selaput
bagian dalam telinga, kapsula glomerulus pada ginjal, pembuluh darah
kapiler, selaput pembungkus jantung, dan selaput perut. Fungsinya terkait
dengan proses difusi, osmosis,sekresi dan filtrasi atau penyaringan.
2. Epitel pipih berlapis banyak
Berfungsi sebagai pelindung, terdapat pada epithelium rongga mulut,
rongga hidung, esophagus, epidermis, dan vagina. Fungsinya terkait
dengan proteksi atau perlindungan.

29
3. Epitel kubus berlapis tunggal,
Berfungsi untuk sekresi dan pelindung, terdapat pada lensa, permukaan
ovary atau indung telur, dan saluran nefron ginjal.
4. Epitel Kubus Berlapis banyak
Berfungsi sebagai pelindung dari gesekan dan pengelupasan, sekresi
dan absorbsi. Terdapat pada epitel yang membentuk saluran kelenjar
minyak dan kelenjar keringat pada kulit.
5. Epitel Silindris Berlapis Tunggal
Berfungsi ntuk penyerapan sari-sari makanan pada usus halus jejunum
(Ileum), adsorbsi, proteksi dan untuk sekeresi sebagai sel kelenjar.
Terdapat pada epitel dalam lambung, jonjot usus, kelenjar pencernaan,
saluran pernapasan bagian atas.
6. Epitel Silindris Berlapis Banyak
Berfungsi sebagai pelindung dan sekresi, terdapat pada saluran ekskresi
kelenjar ludah dan kelenjar susu, uretra serta permukaan alat tubuh yang
basah.
7. Epitel Silindris Berlapis Banyak Semu (Epitel Silindris Bersilia
Terdapat pada saluran ekskresi besar, saluran reproduksi jantan, saluran
pernapasan. Fungsi berhubungan dengan proteksi atau perlindungan,
sekresi dan gerakan zat yang melewati permukaan.
8. Epitel Transisional
Merupakan epitel berlapis yang sel-selnya tidak dapat digolongkan
berdasarkan bentuknya. Bila jaringan menggelembung, bentuknya
berubah. Biasanya membran dasarnya tidak jelas. Epital transisional
merupakan jaringan epithelium yang tidak dapat dikelompokkan
berdasarkan bentuknya karena bentuknya berubah seiring dengan
berjalannya fungsinya. Biasanya terdapat pada ureter, urethra, dan
kantong kemih

a. Jaringan ikat
Jaringan ikat berfungsi untuk menunjang tubuh, dibentuk oleh sel-sel
dalam jumlah sedikit. Jaringan ikat terdiri atas populasi sel yang tersebar di

30
dalam matrik ekstraseluler. Secara embriologi, jaringan ikat berasal dari
lapisan mesoderm. Se-sel tersebut mensistesis matriks, dengan anyaman serat
yang tertanam di dalamnya. Jaringan ikat ini dapat dibedakan menjadi jaringan
ikat longgar, jaringan ikat padat, jaringan lemak, jaringan darah, kartilago, dan
tulang.
Diantara enam tipe jaringan ikat, jaringan ikat longgar paling banyak
ditemukan di dalam tubuh kita. Di dalam matriks jaringan ikat longgar ini
hanya sedikit ditemukan serabut. Serabut penyusun jaringan ikat ini berupa
kolagen. Fungsi utama jaringan ikat longgar adalah pengikat dan pengepak
material, dan sebagai tumbuhan bagi jaringan dan organ lainnya. Jaringan ikat
longgar di kulit membatasi dengan otot.
Jaringan ikat padat/fibrous mempunyai matriks yang banyak mengandung
serabut kolagen. Jaringan ini membentuk tendon sebagai tempat perlekatan otot
dengan tulang, dan ligamen sebagai tempat persendian tulang dengan tulang.
Jaringan lemak mengandung sel-sel lemak. Jaringan ini digunakan sebagai
bantalan, dan melindungi tubuh, serta sebagai penyimpan energi. Setiap sel
lemak, mengandung tetes lemak yang besar. Didalam jaringan lemak, matriks
relatif sedikt.
Darah adalah jaringan ikat yang tersusun sebagian besar cairan. Matriks
darah disebut plasma, yang tersusun oleh air, garam mineral, dan protein
terlarut. Sel darah merah dan putih tersuspensi di dalam plasma. Darah ini
berfungsi utama dalam transpor substansi dari satu bagian tubuh ke bagian lain.
Disamping itu, darah juga berperan dalam sistem kekebalan.
Kartilago adalah jaringan ikat yang membentuk material rangka yang
fleksibel dan kuat, terdiri atas serabut kolgen yang tertanam di dalam matriks.
Kartilago banyak ditemukan pada bagian ujung tulang keras, hidung, telinga,
dan vertebrae (ruas-ruas tulang belakang). Tulang keras (bone) merupakan
jaringan ikat yang kaku, keras, dengan serabut kolagen yang tertanam di dalam
matriks. Didalam matriks sel tulang terdapat kalsium yang dapat bergerak dan
diserap oleh darah. Hal ini merupakan peran penting tulang dalam proses
homeostasis kadar kalsium dalam darah.
b. Jaringan otot

31
Otot berfungsi sebagai alat gerak aktif. Berdasarkan selnya, Jaringan otot
dibedakan menjadi tiga, yaitu otot lurik, otot jantung dan otot polos.
Yang pertama adalah otot lurik. Otot lurik terletak pada rangka atau
tulang. Ciri-cir otot lurik adalah berinti banyak ditepi, mempunyai pita-pita
melintang gelap berseling terang seperti motif lurik-lurik, dan bekerja secara
sadar (sesuai kehendak kita).
Yang kedua adalah otot jantung, sesuai namanya, otot ini hanya terdapat di
jantung. Strukturnya mirip otot lurik tetapi bercabang dan berinti sel banyak di
tengah serta bekerja secara tidak sadar atau otonom (artiya tidak sesuai
kehendak kita.
Yang ketiga adalah otot polos. Otot polos terdapat pada organ-organ dalam
tubuh, seperti usus besar, usus kecil, lambung ginjal, dan hati. Bentuk otot ini
berujung runcing, berinti sel satu yang terletak ditengah, dan bekerja secara
tidak sadar atau otonom.

c. Jaringan saraf
Jaringan saraf adalah jaringan yang tersusun atas sel-sel saraf atau neuron
yang berfungsi sebagai penghantar rangsang, yakni membawa rangsang dari
alat penerima rangsang (reseptor) ke otak kemudian diteruskan ke otot.
Jaringan saraf hanya dimiliki hewan dan manusia. Terdapat 3 macam sel saraf,
yaitu :
1. Sel Saraf Sensorik
Berfungsi menghantarkan rangsangan dari reseptor (penerima
rangsangan) ke sumsum tulang belakang.
2. Sel Saraf Motorik
Berfungsi menghantarkan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke
efektor.
3. Sel Saraf Penghubung
Merupakan penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.
Sel saraf mempunyai kemampuan iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas
artinya kemampuan sel saraf untuk bereaksi terhadap perubahan

32
lingkungan. Konduktivitas artinya kemampuan sel saraf untuk membawa
impuls-impuls.

K. Kerangka Berpikir

SMA Negeri Siswa kelas XI Pembelajaran Rendahnya


3 Manado IPA SMA Negeri berpusat pada hasil belajar
3 Manado guru dan retensi
siswa

Pembelajaran Hasil belajar dan


SOLUSI Metode role
berpusat pada retensi siswa
playing
siswa meningkat

Gambar 2.7 : Alur kerangka berpikir

L. Hasil penelitian yang relevan


1. Cahya Khaerani (2010), dengan penelitian yang berjudul, Pengaruh
Metode Role Playing Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada
Konsep Gerak Pada Tumbuhan.
2. Ismawati Alidha Nurhasana (2016), dengan judul jurnal, Penerapan
Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Hubungan Mahluk Hidup Dengan Lingkungannya.
3. Erna Widiyastutu (2007), dengan judul skripsi, Efektivitas Metode Role
Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 3 Bayat Klaten Tahun Ajaran 2006/2007
4. Andre Biantara (2013), dengan judul skripsi, Pengaruh Penggunaan
Metode Role Playing Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SD
Negeri Blondo 3 Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang
5. Wahidatul Rizki Selviana (2015), dengan judul skripsi, Pengaruh Metode
Role Playing Terhadap Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Biologi Siswa
Kelas VII SMP Negeri 1 Berbah Kalijaga Yogyakarta.

33
Penelitian-penelitian tersebut terbukti meningkatkan kemampuan belajar
siswa dengan signifikan. Dengan menggunakan model pembelajaran role playing,
siswa-siswa tidak merasakan kebosanan sepeti sebelum mereka melangsungkan
proses belajar-mengajar tanpa menggunakan model tersebut. Model pembelajaran
tersebut membuat semua siswa aktif dalam pembelajaran sehingga kemampuan
mereka pun meningkat dari keadaan sebelumnya. Oleh karena itu, memang
selayaknya model pembelajaran role playing untuk diteliti lebih jauh baik
penggunaan dan manfaat lainnya.

M. Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan sehingga terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan
kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
Ha : Terdapat pengaruh penggunaan metode role playing terhadap hasil
belajar dan retensi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Manado.
Ho : Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode role playing terhadap
hasil belajar dan retensi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Manado.

34
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen semu
(quasi experiment) untuk menganalisis pengaruh yang terjadi antara variabel X
dan variabel Y. Kelas eksperimen menggunakan metode role playing ditambah
dengan media audio visual (video) dan kelas kontrol menggunakan metode
konvensional ditambah dengan media audio visual. Eksperimen semu merupakan
salah satu tipe penelitian eksperimen. Bentuk desain eksperimen ini merupakan
pengembangan dari true experimental design. 21

B. Desain Penelitian
Desain penelitian pada penelitian eksperimen semu ini menggunakan
“pretest-postest control group design”, dengan rancangan tes awal dan tes akhir
disertai dengan kelompok perbandingan. Untuk menentukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol dilakukan undi secara acak dari banyaknya kelas XI yang ada.
Setelah ditetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian dilakukan pretest
pada kedua kelas tersebut, setelah itu pada kelas eksperimen diberi perlakuan
berupa penggunaan metode role playing dan ditambah dengan penggunaan media
pembelajaran audio visual. Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode
konvensional yang ditambah dengan penggunaan media pembelajaran media
audio visual. Setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
kemudian dilakukan posttest untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan metode
role playing yang diberikan. Dua minggu kemudian dilakukan tes kembali pada
kedua kelas tersebut untuk mengetahui retensi (daya ingat) dari siswa dengan
menggunakan soal yang sama.
Jika terdapat pengaruh dari perlakuan yang diberikan dikelas eksperimen,
untuk lebih memperkuat data bahwa memang benar terdapat pengaruh dari
perlakuan yang diberikan dikelas eksperimen, maka akan dilakukan rotasi kelas.
Kedua kelas ditukar yang tadinya adalah kelas eksperimen akan menjadi kelas
kontrol dan yang tadinya kelas kontrol akan menjadi kelas eksperimen.

21
Sugiono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Bandung. Alfabeta. 2010.h.77

35
Kelas Pretest Perlakuan Posttest 1 Posttest 2
Eksperimen O1 X1 O2.1 O2.2
Kontrol O3 X O4.1 O4.2
Tabel 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :
O1 : Pretest pada kelas eksperimen
O2.1 : Posttest 1 pada kelas eksperimen
O2.2 : Posttest 2 (tes daya ingati) setelah 2 minggu setelah dilaksanakan posttest
pada kelas eksperimen
O3 : Pretest pada kelas kontrol
O4.1 : Posttest 1 pada kelas kontrol
O4.2 : Posttest 2 (tes daya ingat) setelah 2 minggu setelah dilaksanakan posttest
pada kelas kontrol
X1 : Perlakuan pada kelas eksperimen yaitu penggunaan metode role playing,
dengan kelebihan menggunakan media audio visual
X : Perlakuan pada kelas kontrol yaitu dengan penggunaan metode role
playing tanpa di menggunakan media audio visual.

C. Variabel Penelitian
Terdapat 2 variabel pokok dalam penelitian ini yaitu : Pengunaan metode role
playing sebagai variabel bebas, hasil belajar dan retensi siswa sebagai variabel
terikat. Teknik pengumpulan data pada variabel penelitian ini yaitu :
1. Variabel bebas yaitu metode role playing
2. Variabel terikat yaitu hasil belajar dan retensi siswa.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Metode role playing
Untuk metode role playing, yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu
siswa akan diberikan skenario dari suatu materi pembelajaran, dimana setiap
orang memiliki perannya masing-masing dalam suatu materi tersebut untuk
diperankan didepan kelas.

36
2. Hasil belajar
Untuk hasil belajar, yang akan dilakukan yaitu pretest dan posttest untuk
melihat hasil belajar sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan penggunaan
metode role playing pada kelas eksperimen yang ditambah dengan media audio
visual.
3. Retensi (daya ingat)
Untuk retensi (daya ingat), yang akan dilakukan yaitu dua minggu setelah
dilakukan posttest, akan dilakukan tes kembali, dengan menggunakan soal yang
sama saat digunakan pada posttest, dengan tujuan untuk mengetahui daya ingat
siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

E. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakakukan di SMA Negeri 3 Manado. Penelitian dilakukan pada
semester ganjil tahun ajaran 2017-2018 bulan september-selesai.

F. Populasi Dan Sampel Penelitian


a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitan. Penelitian ini dilaksanakan di
SMA Negeri 3 Manado dengan sasaran penelitian siswa kelas XI IPA. Populasi
dari penelitian ini yaitu empat kelas XI IPA SMA Negeri 3 Manado dengan
jumlah siswa tiap kelas yaitu 30 siswa.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam
penelitian ini akan diundi secara acak dari keempat kelas yang ada untuk
ditentukan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari yang dipilih
inilah yang kemudian akan ditetapkan sebagai kelas experimen dan kelas kontrol.
Misalnya hasil undi didapat kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2, maka kelas XI IPA 1
akan ditetapkan sebagai kelas eksperimen yang nantinya akan melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode role playing yang ditambah dengan
media audio visual, begitu juga untuk kelas XI IPA 2 akan ditetapkan sebagai
kelas kontrol yang nantinya akan melaksanakan pembelajaran menggunakan
metode role playing namun tidak menggunakan media audio visual.

37
G. Prosedur Penelitian

SISWA

KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN

PRETEST PRETEST

SILABUS, RPP,
BAHAN AJAR

METODE ROLE PLAYING


METODE ROLE
+
PLAYING
MEDIA AUDIO VISUAL

POSSTEST

HASIL BELAJAR

UJI NORMALITAS

UJI HOMOGENITAS

UJI T

KESIMPULAN

Gambar 3.2 : prosedur penelitian

38
H. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan adalah hasil pretest dan posttest dengan menggunakan
lembar kerja siswa berupa soal esay. Teknik pengumpulan data ini dapat
dijelaskan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tahap survei
Mengadakan pengamatan dilokasi penelitian, sesuai dengan permohonan izin
survei, mengadakan konsultasi dengan guru mata pelajaran biologi kelas XI IPA
SMA Negeri 3 Manado, mengenai jumlah kelas, jumlah siswa, serta rata-rata nilai
hasil belajar dari tiap kelas dan yang lain sebagainya.
2. Instrumen Tes
Instrument tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa perangkat-
perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, LKS yang dikembangkan
berdasarkan strategi pembelajaran yang diterapkan. Tes hasil belajar yang
berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan pemahaman yang dicapai siswa
sebelum dan setelah menempuh proses belajar mengajar, serta sebagai pengukur
keberhasilan suatu metode pembelajaran yang diterapkan. Bentuk tes yang
digunakan yaitu berupa soal pilihan ganda sebanyak 5 nomor, masing-masing soal
memiliki bobot 20 22
3. Lembar observasi
Lembar Observasi adalah instrumen non tes yang digunakan untuk
mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal yang menjadi fokus dalam observasi adalah seluruh interaksi
guru dan siswa, baik siswa dengan guru, sesama siswa maupun dengan masalah-
masalah yang diberikan dalam bahan ajar. Lembar observasi berupa format
isian, format tersebut disusun berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran
dan berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan
terjadi. Format isian ini kemudian diisi oleh observer saat mengamati secara
langsung.

22
Ngalim Purwanto.prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung. PT.Remaja
Rosdakarya. 2009. Cet. XV.h.66

39
I. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas, bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan awal kedua
kelas berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan rumus
Liliefors. Dalam pengujian hipotesis digunakan statistik parametris yang
mengharuskan data tersebut berdistribusi normal. Maka sebelum pengujian
hipotesis, perlu dilakukan uji normalitas data.23 Tahapan dalam menentukan nilai
normalitas terdiri atas beberapa tahapan. Pertama adalah data sampel diurutkan
dari yang terkecil hingga yang terbesar.24 Selanjutnya, ditentukan nilai-nilai Zi
dari tiap-tiap data berikut dengan rumus :

Xi − X
𝑍𝑖 =
S
Keterangan :
Zi : skor baku
Xi : skor data
X : nilai rata-rata
S : simpangan baku

Kemudian besar peluang untuk masing-masing nilai Zi ditentukan


berdasarkan tabel Zi dan sebut dengan F (Zi) dengan aturan jika Zi > 0, maka
F(Zi) = 0,5 + nilai tabel dan jika Zi < 0, maka F(Zi) = 1 – (0,5) + nilai tabel )
selanjutnya Z1,Z2,..Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi dihitung. Jika
proporsi dinyatakan S(Zi), maka

banyak Z1, Z2, . . Zn yang = ∅


𝑆(𝑍𝑖) =
n

Kemudian selisih F(Zi) - S(Zi) Dihitung lalu diambil harga mutlaknya.


Tahapan berikutnya yaitu diambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak
selisih tersebut, dan dinamakan Lₒ. Diberikan nilai interpretasi Lₒ dengan

23
Sugiono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Bandung. Alfabeta. 2010.h.171
24
Sudjana. Metode statistika. Bandung. Tarsito.2005.h. 466-467

40
membandingkannya dengan Lt. Lt adalah harga yang diambil dari tabel kritis
liliefors. Tahapan terakhir yaitu diambil kesimpulan berdasarkan harga Lₒ dan Lt.
Yang telah didapat. Apabila Lₒ dan Lt maka sampel berasal dari distribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas, bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan kedua
kelas bersifat homogen sehingga layak dijadikan sampel penelitian. Uji
homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher pada taraf signifikansi α= 0,05
dengan rumus menurut Sudjana (2002) adalah sebagai berikut:
𝑆12 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹=
𝑆22 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Keterangan:
F : Uji Fisher
S12 :
Varians Terbesar
S22 :
Varians Terkecil

Kriteria pengujian :
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, berarti varians kedua populasi homogen.
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, berarti varians kedua populasi tidak homogen.

3. Uji Hipotesis statistik


Setelah dilakukan pengujian prasyarat, maka dilakukan uji dengan
perbedaan dua rata-rata (uji-t) dengan taraf nyata ∝= 0,05. Tujuan uji-t beda rata-
rata adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua variabel tersebut
sama atau berbeda.
Kriteria pengujian :
Jika thitung < ttabel , maka H0 diterima
Jika thitung > ttabel , maka H0 ditolak

Untuk uji hipotesis digunakan rumus yang dikemukakan Sugiyono (2013).


( x̅1 − x₂
̅)
𝑡=
S 1 1

n1 + n₂
Dengan varians sampel :

41
(𝑛1 −1) 𝑆1 ²+(𝑛2 −1)𝑆₂²
S² = 𝑛1 +𝑛2 −2

Keterangan :
𝑥̅ 1 = rata-rata selisih skor tes awal dan tes akhir kelas eksperimen
̅ = rata –rata selisih skor tes awal dan tes akhir kelas kontrol
𝑥₂
n1 = jumlah siswa kelas eksperimen
n₂ = jumlah siswa kelas kontrol
S12 = varians kelas eksperimen
S₂² = varians kelas kontrol

4. Uji Retensi
Retensi dalam pembelajaran adalah ingatan atau memori yang berarti
penyimpanan informasi dari waktu ke waktu, dengan melibatkan encoding
(pengkodean), storage (penyimpanan), retrieval (pengambilan kembali). Tes
retensi dilakukan dengan mengukur daya ingat terhadap materi yang diberikan.
Tes tersebut dilakukan lebih dari satu kali pada waktu yang berlainan
menggunakan soal yang sama (retest) dari soal sebelumnya (posttest).

Penilaian retensi ditentukan dengan rumus : 25


retest
Retensi = posttest x 100%

Perolehan sekor retensi tersebut, kemudian dikategorikan atas empat kategori


sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kategori Retensi Siswa


Tingkat Retensi Kriteria
≥100% Sangat Baik
85-99% Baik
70-84% Cukup
55-69% Kurang

25
Yanti Herlanti Dkk. Kontribusi Wacan Multimedia Terhadap Pemahaman Dan Retensi Siswa.
Jurnal Pendidikan IPA.

42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Manado, di awali dengan
pemasukan izin survey kepada Kepala sekolah dan Guru mata pelajaran biologi.
Kemudian dilakukan Uji coba butir soal yang telah peneliti buat untuk
mengetahui valid tidaknya sebuah soal dan reliabilitas soal.
1. Data Uji Validitas
Uji validitas di buat oleh peneliti sesuai dengan materi yang di teliti yaitu
berupa 10 soal untuk materi jaringan tumbuhan dan 10 materi untuk jaringan
hewan. Uji validitas ini di uji cobakan di kelas XI IPA 1. Data pertama uji
validitas pada materi jaringan tumbuhan dari 10 soal yang di uji cobakan
didapatkan 5 soal yang tidak valid, data kedua uji validitas pada materi jaringan
hewan dari 10 soal yang di uji cobakan di dapatkan 5 soal yang tidak valid. Hal
ini disebabkan karena kelima soal itu terlalu sulit bagi mereka, yang sebagian
besar atau keseluruhan siswa tidak mempu menjawabnya. Selengkapnya dapat di
lihat pada lampiran 1.

2. Data Uji Reliabilitas


Setelah di uji validitas, dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pada uji reliabilitas
pada materi jaringan tumbuhan di dapatkan r11 = 0.85 dan pada materi jaringan
hewan di dapatkan r11 = 0.86.
Tabel 4.1 Kriteria koefisien reliabilitas menurut Guilford (1956) adalah
sebagai berikut :

Nilai Keterangan
0.80 < 𝑟11 < 1.00 Reliabilitas Sangat Tinggi
0.60 < 𝑟11 < 0.80 Reliabilitas Tinggi
0.40 < 𝑟11 < 0.60 Reliabilitas Sedang
0.20 < 𝑟11 < 0.40 Reliabilitas Rendah
-1.00 < 𝑟11 < 0.20 Reliabilitas Sangat Rendah (tidak reliabel)

Dengan koefisien reliabilitas data materi jaringan tumbuhan ( r11) sebesar


0,85 dan data meteri jaringan hewan ( r11) sebesar 0,86, maka dapat dinyatakan
instrumen penelitian uraian dengan menyajikan 10 butir soal dan diikuti oleh 26

43
siswa tersebut sudah memiliki reliabilitas yang sangat tinggi ( r11) > 0.80 atau <
1.00 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut sudah memiliki
kualitas yang baik. Selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 2.

3. Data statistik hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Ringkasan hasil analisis dari pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas
Kontrol berdasarkan materi, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
a. Materi jaringan tumbuhan
Tabel 4.2 Data statistik hasil belajar pretest dan posttest kelas eksperimen XI IPA

Nilai
No Statistik
Pretest Posttest
1 Skor minimum 10 70
2 Skor maksimum 35 100
3 Rata-rata 17,92 86.42
4 Standar deviasi 7,94 8.46
5 Varians 63,11 71,61
3 materi jaringan tumbuhan

Dari tabel diatas di uraikan bahwa data pretest dan posttest siswa kelas
eksperimen terlihat rata-rata nilai pretest yaitu 17,92 dengan jumlah 26 siswa dan
nilai rata-rata posttest yaitu 86,42 dengan jumlah 26 siswa. Untuk selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 3.

Tabel 4.3 Data statistik hasil belajar pretest dan posttest kelas kontrol XI IPA 4
materi jaringan tumbuhan
Nilai
No Statistik
Pretest Posttest
1 Skor minimum 6 60
2 Skor maksimum 30 92
3 Rata-rata 16,88 75,34
4 Standar deviasi 6,88 7,77
5 Varians 36,50 60,39

Dari tabel diatas di uraikan bahwa data pretest dan posttest siswa kelas
kontrol terlihat rata-rata nilai pretest yaitu 16,88 dengan jumlah 26 siswa dan nilai
rata-rata posttest yaitu 75.34 dengan jumlah 26 siswa. Untuk selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 4.

44
b. Materi jaringan hewan
Tabel 4.4 Data statistik hasil belajar pretest dan posttest kelas eksperimen XI IPA
4 materi jaringan hewan
Nilai
No Statistik
Pretest Posttest
1 Skor minimum 10 70
2 Skor maksimum 35 100
3 Rata-rata 20,46 87,69
4 Standar deviasi 8,36 7,24
5 Varians 69,93 52,46

Dari tabel diatas di uraikan bahwa data pretest dan posttest siswa kelas
eksperimen terlihat rata-rata nilai pretest yaitu 20,46 dengan jumlah 26 siswa dan
nilai rata-rata posttest yaitu 87,69 dengan jumlah 26 siswa. Untuk selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 5.

Tabel 4.5 Data statistik hasil belajar kognitif pretest dan posttest kelas kontrol
XI IPA 3 materi jaringan hewan

Nilai
No Statistik
Pretest Posttest
1 Skor minimum 7 65
2 Skor maksimum 30 93
3 Rata-rata 18,42 79,92
4 Standar deviasi 6,07 8,15
5 Varians 36,89 66,55

Dari tabel diatas di uraikan bahwa data pretest dan posttest siswa kelas
kontrol terlihat rata-rata nilai pretest yaitu 18,42 dengan jumlah 26 siswa dan nilai
rata-rata posttest yaitu 79,92 dengan jumlah 26 siswa. Untuk selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 6.
Sebelum menjelaskan tentang pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t,
terlebih dahulu akan dilakukan uji normalitas dan homogenitas varians kedua
kelas. Data yang digunakan uji normalitas adalah data hasil pretest kedua kelas,
sama dengan data yang digunakan pada uji homogenitas adalah data hasil pretest
kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

45
4. Uji normalitas
Menguji normalitas data menggunakan uji Liliefors dengan menggunakan
bantuan Software Microsoft Excel.
a. Materi jaringan tumbuhan
Tabel 4.6 Data Statistik Uji Normalitas materi jaringan tumbuhan
Kelas
Kelas Kontrol Keterangan
Eksperimen
L0 = 0.066 L0 = 0.084 L0 < Lt maka data berdistribusi
Lt = 0.170 Lt = 0.170 normal

b. Materi jaringan hewan


Tabel 4.7 Data Statistik Uji Normalitas materi jaringan hewan
Kelas
Kelas Kontrol Keterangan
Eksperimen
L0 = 0.166 L0 = 0.144 L0 < Lt maka data berdistribusi
Lt = 0.170 Lt = 0.170 normal

Dari pengujian dengan menggunakan uji Liliefors pada data materi jaringan
tumbuhan diketahui kelas eksperimen dengan L0 = 0.066 < 0.170 = Lt. berdasarkan
kriteria, maka dikatakan bahwa nilai kelas eksperimen berdistribusi normal.
Demikian juga kelas kontrol L0 = 0.084 < 0.170 = Lt. berdistribusi normal artinya
sebaran data berdistribusi normal. Dan data pada materi jaringan hewan diketahui
kelas eksperimen dengan L0 = 0.166 < 0.170 = Lt. berdasarkan kriteria, maka
dikatakan bahwa nilai kelas eksperimen berdistribusi normal. Demikian juga kelas
kontrol L0 = 0.166 < 0.170 = Lt. berdistribusi normal artinya sebaran data
berdistribusi normal. Maka dapat dikatakan H1 diterima. Selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 7.

5. Uji Homogenitas
a. Materi jaringan tumbuhan
Tabel 4.8 Data Statistik Uji Homogenitas pada materi jaringan tumbuhan
Pretest
No Statistik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 N 26 26
2 Skor minimum 10 6
3 Skor maksimum 35 30
4 Rata-rata 20,46 16,88
5 Varians 8,36 6,88

46
6 Standar deviasi 69,93 36,50

b. Materi jaringan hewan


Tabel 4.9 Data Statistik Uji Homogenitas pada materi jaringan hewan
Pretest
No Statistik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 N 26 26
2 Skor minimum 10 7
3 Skor maksimum 35 30
4 Rata-rata 20,46 18,42
5 Varians 8,36 6,07
6 Standar deviasi 69,93 36,89

Statistik yang digunakan untuk menguji kesamaan varians. Uji homogenitas


yang digunakan adalah uji Fisher pada taraf signifikansi α= 0,05. Pada data
jaringan tumbuhan di dapatkan Fhitung < Ftabel (1.74 < 1.96), dan pada data
jaringan hewan di dapatkan Fhitung < Ftabel (1.89 < 1.96), sehingga dapat
disimpulkan bahwa data pretest kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol)
pada data materi jaringan tumbuhan dan materi jaringan hewan memiliki varians
yang homogen. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8.

6. Uji hipotesis

Setelah diketahui kedua kelas berdistribusi normal dan bersifat homogen,


maka pengujian hipotesis dapat dilanjutkan dengan uji-t (t-test) pada taraf
signifikan α = 0,05 data pada materi jaringan tumbuhan di dapatkan thitung = 4,874
dan pada data materi jaringan hewan di dapatkan thitung = 12,737. Dengan
menggunakan rumus =TINV(0.05,50) pada Software Microsoft Excel didapatkan
hasil: ttabel pada taraf signifikan α = 0.05 adalah 2.009.
Pada materi jaringan tumbuhan thitung > ttabel (4,874 > 2.009) dan pada materi
jaringan hewan thitung > ttabel (12,737 > 2.009) sehingga H0 ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar siswa kelas XI
di SMA Negeri 3 Manado yang menggunakan metode role playing. Selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 9.

47
7. Uji retensi
a. Materi jaringan tumbuhan
Tabel 4.10 data statistik uji retensi pada materi jaringan tumbuhan

kelas Eksperimen Kontrol Keterangan


n 26 26
≥100% Sangat Baik

85-99% Baik
jumlah 89% 80% 70-84% Cukup

55-69% Kurang b. M
ateri jaringan hewan
Tabel 4.11 data statistik uji retensi pada materi jaringan hewan

kelas Eksperimen Kontrol Keterangan


n 26 26
≥100% Sangat Baik

85-99% Baik
jumlah 89% 81% 70-84% Cukup

55-69% Kurang
𝒓𝒆𝒕𝒆𝒔𝒕
Data uji retensi diatas di dapatkan berdasarkan rumus retensi = x
𝒑𝒐𝒔𝒕𝒕𝒆𝒔𝒕

100%. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat data retensi dari jumlah 26 siswa
pada materi jaringan tumbuhan di kelas eksperimen yaitu 89% dan kelas kontrol
dengan jumlah 80%. Data retensi siswa pada materi jaringan hewan di kelas
eksperimen yaitu 89% dan kelas kontrol dengan jumlah 81%.
Dapat dikatakan data kriteria tingkat retensi dari kelas eksperimen pada
materi jaringan tumbuhan dan jaringan hewan berada pada tingkat 85-99% (baik)
sedangkan untuk kelas kontrol pada materi jaringan tumbuhan dan jaringan hewan
termasuk pada kriteria tingkat 70-84% (Cukup). Untuk selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 10.

48
B. Pembahasan penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saat uji kevalidan instrumen tes berupa
soal essay 10 nomor sesuai dengan C1-C6 untuk materi jaringan tumbuhan dan
jaringan hewan diperoleh masing-masing 5 soal yang valid dari total 10 soal yang
di ujikan. Dengan koefisien reliabilitas data materi jaringan tumbuhan ( r11)
sebesar 0,85 dan data meteri jaringan hewan ( r11) sebesar 0,86, maka dapat
dinyatakan instrumen penelitian uraian dengan menyajikan 10 butir soal dan
diikuti oleh 26 siswa tersebut sudah memiliki reliabilitas yang sangat tinggi ( r11)
> 0.80 atau < 1.00 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut sudah
memiliki kualitas yang baik.
Dari 5 soal yang valid tersebut, kemudian peneliti melakukan uji kemampuan
awal di dua kelas yang menjadi sampel dalam penelitian. Pada materi jaringan
tumbuhan di peroleh kemampuan awal untuk kelas eksperimen memiliki rata-rata
17,92 dengan nilai tertinggi 35, nilai terendah 10, standar deviasi 7.94 dan varians
63,11. sedangkan untuk kelas kontrol memiliki nilai rata-rata 16,88 dengan nilai
tertinggi 30, nilai terendah 6, standar deviasi 6.88 dan varians 36,50. Pada materi
jaringan hewan diperoleh kemampuan awal untuk kelas eksperimen memiliki
rata-rata 20,46 dengan nilai tertinggi 35, nilai terendah 10, standar deviasi 8,36
dan varians 69,93. sedangkan untuk kelas kontrol memiliki nilai rata-rata 18,42
dengan nilai tertinggi 30, nilai terendah 7, standar deviasi 6.07 dan varians 36,89.
Setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan metode role playing,
maka dilakukan posttest untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Pada materi
jaringan tumbuhan kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 86.42 dengan nilai
tertinggi 100, nilai terendah 70, standar deviasi 8,46 dan varians 71,61. sedangkan
untuk kelas kontrol memiliki nilai rata-rata 75.34, nilai tertinggi 92, nilai terendah
60, standar deviasi 7,77 dan varians 60,39. Materi jaringan hewan kelas
eksperimen memiliki nilai rata-rata 87,69 dengan nilai tertinggi 100, nilai
terendah 70, standar deviasi 7,24 dan varians 52,46. sedangkan untuk kelas
kontrol memiliki nilai rata-rata 79,92, nilai tertinggi 93, nilai terendah 65, standar
deviasi 8,16 dan varians 66,55.
Setelah dilakukan tes kemampuan akhir pada siswa, 2 minggu kemudian
dilakukan tes retensi untuk mengetahui daya ingat dari siswa setelah dilakukan

49
pembelajaran menggunakan metode role playing. Berdasarkan rumus uji retensi
dan prentase kriteria tingkat retensi yang ada, pada materi jaringan tumbuhan
untuk kelas eksperimen diperoleh 89% dan kelas kontrol 80%. Pada jaringan
hewan kelas ekperimen diperoleh 89% dan kelas kontrol 81%.
Jika dilihat dari hasil belajar antara kedua kelas baik pada materi jaringan
tumbuhan dan jaringan hewan diperoleh hasil belajar biologi untuk kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi pada kelas
kontrol. Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol dengan menggunakan model yang berbeda, ternyata hasil
belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode role playing lebih efektif
dan lebih mudah dipahami dibandingkan dengan siswa yang diajar tanpa
menggunakan metode role playing.
Daya ingat siswa, jika dilihat dari hasil uji retensi antara kedua kelas baik
pada jaringan tumbuhan dan jaringan hewan untuk hasil retensi kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil retensi pada kelas kontrol. Daya ingat
yang tinggi pada kelas eksperimen disebabkan karena pada kelas eksperimen
dilakukan pembelajaran menggunakan metode role playing dan juga di bantu
dengan media pembelajaran audio visual berupa film animasi dari materi yang
diajarkan.
Hasil belajar dan retensi siswa pada kelas eksperimen lebih efektif dan mudah
dipahami disebabkan karena siswa turut terlibat dalam proses pembelajaran yang
menggunakan metode role playing dimana siswa harus memainkan peran dalam
menjelaskan materi pembelajaran baik pada materi jaringan tumbuhan dan
jaringan hewan. Metode role playing juga dibantu dengan media pembelajaran
audio visual berupa film animasi dari materi jaringan tumbuhan dan jaringan
hewan, dengan begitu daya ingat siswa lebih diperkuat karena selain turut terlibat
dalam memainkan peran siswa juga diperlihatkan sebuah video yang membantu
mempertajam daya ingat siswa.
Kendala yang ada dalam penelitian menggunakan metode role playing yaitu
membutuhkan alokasi waktu yang cukup panjang namun dapat diantisipasi
dengan baik oleh peneliti karena melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP.
Metode role playing mengharuskan siswa untuk percaya diri dalam memainkan

50
peran dalam sebuah skenario materi yang telah disusun oleh peneliti. Kepercayaan
diri dari siswa inilah yang juga menjadi salah satu kendala saat melaksanakan
penelitian, karena masih banyak siswa yang malu-malu dan tidak terlalu
mengekspresikan diri pada saat pertama kali dikenalkan dengan proses belajar
mengajar menggunakan metode role playing. Namun seiring dengan penggunaan
metode role playing pada setiap kali pertemuan, kepercayaan diri siswa mulai
muncul karena mulai terbiasa dengan suasana kelas yang menggunakan metode
role playing. Kendala ini juga sesuai dengan kelemahan dari metode role playing
yang sudah dibahas dalam kajian toeritik.

BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar dan retensi siswa antara kelas
eksperimen yang menggunakan metode role playing dan kelas kontrol yang hanya
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Dapat disimplukan bahwa penggunaan metode role playing memberikan
pengaruh positif terhadap hasil belajar dan retensi siswa kelas XI IPA 3 dan 4 di
SMA Negeri 3 Manado. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan
pembelajaran menggunakan metode role playing terhadap hasil belajar dan retensi
siswa pada materi jaringan tumbuhan dan jaringan hewan. Berdasarkan hasil uji
hipotesis dengan uji–t di kelas eksperimen pada materi jaringan tumbuhan
didapatkan thitung > ttabel (4,874 > 2.009) dan jaringan hewan thitung > ttabel (12,737
> 2.009) maka H1 diterima. Dan hasil retensi di kelas ekperimen pada materi
jaringan tumbuhan yaitu 89% dan jaringan hewan 89% . Berdasarkan presentase
kriteria tingkat retensi kelas eksperimen berada pada tingkat 85-99% dapat
dikatakan hasil retensi siswa baik.

b. Saran
Karakteristik materi dalam pembelajran biologi menjadi salah satu dasar
pemilihan metodel pembelajaran serta penggunaan media pembelajaran yang
tepat. Dilihat dari karakteristik materi jaringan tumbuhan dan jaringan hewan

51
yang bersifat abstrak dan sulit dipahami, maka metode pembelajaran role playing
dapat menjadi salah satu pilihan bagi guru-guru dalam proses belajar mengajar
dan dapat juga di bantu dengan media pembelajaran yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Aswita Dian. Identifikasi Masalah Yang Dihadapi Guru Biologi Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran. Jurnal Universitas Serambi Mekkah. Banda Aceh. 2015

Binmuslim Novrizal. Belajar dan pembelajaran. Jakarta. 2013

Dahlan Ahmad. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar. (online). 2014.
(http://www.eurekapendidikan.com/2014/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
hasil.html). Eureka Pendidikan. Sulawesi selatan

Dani. Role playing. (online). 2013. (https://pojokpakdani.wordpress.com/2013/01/14/role-


playing-sebagai-salah-satu-model-pembelajaran-inovatif-bahasa-dan-sastra/)

Doug Rohrer Dan Harold Pashler. Increasing Retention Withouth Increasing Study Time,
2007, H. 184. (Http:Www.Interscience.Wiley.Com)

Izzudin Mahad. Pentingnya Metode Dalam Pembelajaran. (Online). 2008.


(https://Smpitizzuddin07.Wordpress.Com/2008/11/24/Pentingnya-Metode-Dalam-
Pembelajaran/)

52
Kapadia, Mahesh. (2003). Daya Ingat (Bagaimana Mendapatkan yang Terbaik). Jakarta:
Pustaka Populer Obor.

Kasmadi, Sunariah. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. (2013). Alfabeta. Bandung

Kenneth, Ganggel. “Teaching Trought Role Playing”. (Online). (2009).


(Http://Www.Bible.Org/Page.Php?)

Khaerani Cahya. Pengaruh metode role playing terhadap hasil belajar biologi siswa pada
konsep gerak pada tumbuhan. 2010. Skripsi. Universitas islam negeri syarif
hidayatullah jakarta.

Khoiriyah Miftakul. Implementasi Pembelajaran Aktif Role Playing Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan. Skripsi. Institut Agama
Islam Negeri Walisongo. Semarang. 2010

Kiranawati. Metode role playing. (online). 2017.


(http://guru.wordpress.com/2017/11/16/metode-role -playing/)

Khoirunisa Wulan Selvy. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing


Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa. 2016. Skripsi. Universitas Lampung.

Lazmi Ahmadulu. Definisi Biologi, (online) 2013.


(https://ahmadululazmi.wordpress.com/2013/04/22/definisi-biologi/)

Muhhibin Syah. Psikolog Pendidikan : Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja


Rosdakarya , 2011), h. 94.

Muhhibin Syah. Psikologi Belajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010). h. 72

Ngalim Purwanto. prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung. PT.Remaja


Rosdakarya. 2009. Cet. XV

Purnomo Bayu. Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis CAI (Computer Assisted


Instruction) Model Drills Terhadap Retensi Siswa. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. 2015.

53
Rijal. Hasil belajar. (online). 2016. (http://www.rijal09.com/2016/03/pengertian-hasil-
belajar.html).

Robert E. Slavin. Psikologi Pendidikan :Teori Dan Praktik, Jilid ,, Terjemahan Mariato
Samosir. (Jakarta : PT Indeks, 2008) H. 225

Santrock W Jhon, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 329.

Sudjana. Metode statistika. Bandung. Tarsito. 2005

Sujana Atep dkk. 2016. Penerapan metode role playing untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya. Jurnal ilmiah. UPI.
Sumedang

Sudjana Nana 2005. Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Bandung :PT. Remaja Rosdikarya.

Sugiono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Bandung. Alfabeta. 2010.

Sumampouw Herry. Strategi Rqa Dalam Pembelajaran Genetika Berbasis Metakognitif


Dan Retensi: Satu Sisi Lahirnya Generasi Emas. 2013. Jurnal. Universitas Negeri
Manado.

Yanti, Herlanti. Kontribusi Wacan Multimedia Terhadap Pemahaman Dan Retensi Siswa.
Jurnal. Pendidikan IPA.

Yuliana. Ana. (2012). Implementasi Metode Role Playing Dalam Peningkatan Hasil
Belajar Dan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Pada Mata Pelajaran IPA
Tentang Posisi Bulan Dan Kenampakan Bumi Dari Hari Ke Hari Dikelas IV SD
Negeri Bringin. Skripsi. UKSW

Yusuf. Muhammad. Teori Pembelajaran Retensi.(online). 2011.


(http://yusufsila.wordpress.com/2011/10/teori-pembelajaran-retensi.html).

54
Lampiran -
lampiran

55

Anda mungkin juga menyukai