Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran yang erat kaitannya dengan hubungan dalam kehidupan sehari-

hari adalah Ilmu pengetahuan Alam (IPA).Mata pelajaran ini diajarkan pada

tingkat Sekolah Menengah. Mata Pelajaran yang terkadang abstrak dalam

penyampaian materinya sangatlah membuat siswa merasa bosan dan salah

tangkap dalam menerima pembelajaran, Sehingga membuat motivasi belajarnya

juga rendah.

Menurut Hamzah (2008:3) Motivasi berasal darikata motif yang

dapatdiartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalamdiri individu, yang

menyebabkan individu tersebut bertindak atauberbuat. Motivasi adalah salah satu

dari hal yang mendasari seorang menikmati suatu adanya pekerjaan atau

aktifitas.tanpa motivasi suatu kegiatan akan terasa tidak nyaman dan membebani

pelakunya.dalam dunia pendidikan motivasi sangatlah diperlukan oleh peserta

didik untuk membangun kesiapan diri dalam memahami dan menyimpan

informasi pelajaran yang disampaikan guru di sekolah ,Sehingga belajar tanpa

motivasi atau dorongan tidak akan sampai kea lam bawah sadar,dalam artian ,apa

yang telah dipelajari tidak mampu direfleksikan dalam kehidupannya.

Rendahnya Motivasi belajar siswa kelas VIII SMP N 7 KOTA JAMBI dalam

bab IPA pembahasan Sistem Gerak dibuktikan dengan ketidaksiapan siswa dalam

menerima materi tersebut dan siswa yang tidak tertarik dengan materi yang

disampaikan guru . Hal ini terlihat nyata dari respon siswa yang cenderung pasif

1
dan tidak ada tanya jawab yang terjadi dan pemahaman mereka yang rendah dari

setiap point- point yang telah di jelaskan .

Upaya penguatan telah dilakukan guru dilakukan guru di akhir pembelajaran

,seperti dengan memberikan contoh penelitian ,penjelasan ulang,namun hal

tersebut tidak menyumbang dan memberi dampak yang signifikan terhadap

ketertarikan siswa dalam belajar sehingga hasil yang didapatkan tidak dapat

memuaskan.

Berdasarkan dari masalah-masalah yang ditemukan maka diduga penyebab

mutu belajar sisswa rendah dalam pembelajaran sistem gerak karena siswa kurang

termotivasi untuk belajar dirumahsebelum belajar di sekolah,siswa merasa bosan

ketika belajar biologi karena guru yang masih mengajar menggunakan metode

Ceramah, Siswa kurang minat dalam materi karena guru menyampaikan materi

dengan bersifat verbal atau Hapalan , Pendekatan pembelajran yang masih terpaku

menggunakan Buku paket sehinnga bersifat membosankan dan abstrak.

Dari berbagai masalah diatas yang telah di paparkan , masalah yang jadi

perhatian peneliti ,yaitu masalah rendahnya motivasi siswa dalam belajar

biologi.Sebagian besar siswa yang tidak mendapatkan motivasi atau dorongan

belajar karena guru biologi merupakan apersepsi di awal proses pembelajaran .dan

pendekatan yang terasa membosankan karena terpaku dengan buku paket saja.

Upaya Penigkatan hasil belajar siswa pada Konsep Sistem Gerak Manusia

perlu digunakan pendekatan pengajaran yang mampu melibatkan siswa berperan

2
aktif dalam proses belajar mengajar.Pendekatan pembelajaran yang digunakan

yaitu mengganti gambar Kerangka Manusia di buku paket dengan Torso Rangka

Manusia.Diharapkan menggunakan Torso Rangka Manusia yang sebenarnya

dapat meningkatkan Aktivitas Belajar siswa yang pada akhirnya hasil belajar

siswa meningkat juga.

Masing-masing Metode memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri ,makin

baik suatu Madia makin Efektif dalam percapaian tujuan, Tetapi tidak suatu

Mediapun yang dapat dikatakan paling baik dalam penggunaannya untuk

mencapai tujuan.Dalam Kurikulum 2013 Sistem Gerak Manusia adalah salah satu

pokok bahasan (konsep) dalam Pembelajaran Sains Biologi VIII SMP. Pemilihan

metode model ini siswa akan lebih tertarik ketika melibatkan aspek afektif

,psikomotorik mereka sehingga mereka lebih bersemangat dan menikmati proses

pembelajaran .

Media Model dalah benda-benda asli, atau wujud kenyataan kondisi yang

sebenarnya . Torso sebagai alat peraga atau model dalam pembelajaran dapat

mengubah pembelajaran yang abstrak ke pembelajaran yang lebih realistik dan

konkrit sehingga di harapkan media model torso ini dapat meningkatkan motivasi

siswa dalam belajar, Pembelajaran menjadi tidak membosankan.

memfokuskan perhatian siswa pada materi pelajaran secara konkrit.

melibatkan siswa dalam proses belajar sebagai rangkaian pengalaman nyata.maka

penulis mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya

peningkatan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran IPA Pada Pembahasan

3
Sistem Gerak Dengan Menggunakan Media Torso di Kelas VIII Smp Negeri

7 Kota Jambi”

1.2 Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang terdapat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut :

1. Apakah Penelitian tindakan kelas di butuhkan untuk menumbuhkan

motivasi siswa kelas VIII SMA N 7 KOTA JAMBI pada materi IPA

sistem gerak ?

2. Bagaimana peningkatkan prestasi belajar Biologi bagi siswa kelas VIII

SMP N 7 KOTA JAMBI dengan Model Media Torso ?

3. Apakah dengan Pengunaan Media Model Torso Membantu guru

menerangkan Materi dengan Lebih baik ?

1.3 Tujuan penelitian

Penelitian tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui tindakan yang diambil dalam meningkatkan motivasi

belajar siswa kelas VIII SMP N 7 KOTA JAMBI pada materi IPA sistem

gerak.

2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa SMP N 7 KOTA

JAMBI dengan menggunakan Media Model pada Sistem Gerak Manusia.

3. Untuk mengetahui Penggunaan Media Model Torso dalam menerangkan

materi Sistem Gerak di SMP N 7 KOTA JAMBI .

1.5 Manfaat Penelitian

4
Manfaat yang didapatkan dalam Pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas ini

Sebagai Berikut :

1. Meningkatkan Motivasi Siswa dalam proses Pembelajaran IPA

2. Meningkatkan Keaktifan dan Pemahaman siswa terhadap materi yang

bersifat abstrak

3. Meningkatkan Hasil belajar Siswa dalam Mata pelajaran IPA

4. Membantu guru dalam Menerangkan Materi Sistem gerak agar mudah

dipahami siswa

BAB II

5
KAJIAN TEORITIK

2.1 Defenisi Belajar, Motivasi belajar,Hasil Belajar

2.1.1 Defenisi Belajar

Menurut Skinner dalam Walgito (2009: 166) definisi belajar “Learning is

a process of progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat

dikemukakan bahwa ternyata belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku

yang bersifat progersif, Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat

progresivitas, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari

keadaan sebelumnya. Sementara Geoch dalam Walgito (2009:167) memberikan

definisi mengenai belajar “Learning is a change in performance as a result of

practice”. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan

perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice). Pengertian latihan atau

practice mengandung arti bahwa adanya usaha dari individu yang belajar.

Pengetahuan dibentuk sendiri oleh suatu individu sebab individu

melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungannya (Dimyati 2009 :13).

Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan

lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Selain itu definisi

mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent change in

behavior which occurs as a result of practice or experience ”. perubahan perilaku

itu sebagai akibat belajar karena latihan (practice) atau karena pengalaman

(experience) (Walgito, 2009:167).

6
2.1.2 Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya

belajar , Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita.

motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang

sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan

beberapa indikator atau unsur yang mendukung, (Dimyati dan Mudjiono,

2006:80).

Motivasi dalam belajar tergolong faktor yang penting karena hal tersebut

merupakan keadaan yang dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Belajar

merupakan bagian dari kehidupan, oleh karena itu belajar berlangsung seumur

hidup, kapan saja, dan dimana saja. Belajar tidak pandang bulu tua , muda , kaya

miskin semuanya ada hak untuk belajar dan memperoleh pendidikan . motivasi

dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai, (Sadirman, 2010:75).

2.1.3 Hasil Belajar.

menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-

nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan. Maka dari itu

hasil belajar merupakan cerminan siswa pada saat melakukan proses

pembelajaran. Cerminan ini merupakan akibat dari terjadinya suatu proses

interaksi anatar guru dan murid yang disebut dengan proses pembelajaran. Hasil

belajar juga merupakan suatu komponen yang sangat penting bagi pembelajaran.

7
Hasil belajar menjadi variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi. Artinya

bahwa hasil belajar merupakan hasil dari sebuah tindakan yang diberikan dalam

proses pembelajaran.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Pendapat tersebut

menjurus bahwa hasil belajar berasal dari suatu interaksi. Interaksi adalah

komunikasi anatar guru dan peserta didik. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

dengan proses evaluasi hasil belajar. Maka dari itu hasil belajar merupakan hasil

yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses pembelajaran dengan cara

mengevaluasi untuk mengetahui tercapai tidaknya suatu tujuan pembelajaran

Menurut Slameto (2010:54) ada berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar, yaitu :

a. Faktor Internal

Faktor internal merupaka faktor yang berada di dalam diri individu ketika

sedang belajar. Dalam faktor internal terdapat tiga faktor penting yaitu: faktor

jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi

adanya faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis sekurang-kurangnya

ada tujuh faktor yaitu: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan

juga kesiapan.

b. Faktor Eksternal

8
Faktor Eksternal yaitu faktor yang ada di luar diri individu. Faktor

eksternal dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah,

dan faktor masyarakat.

Faktor keluarga memberikan berbagai macam interaksi yang memberikan

pengaruh kepada siswa, berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota

keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang

tua, latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini

mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,waktu sekolah, standar pelajaran di

atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sedangkan dalam

faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman

bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Menurut Winata Dalam Erriniati, (1994: 05) ada beberapa strategi dalam

mengaiar untuk membangun motivasi Internal Strategi tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.

2. Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang

pokok.

3. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan

memanfaatkan surnber belajar di sekolah.

4. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.

5. Meminta siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya.

2.2 Media Pembelajaran dan Media pembelajaran torso

9
2.2.1 Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2002 :4) media adalah semua bentuk perantara yang

digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan

atau pendapat, sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu

sampai kepada penerima yang dituju. media secara garis besar adalah

manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa

mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap Secara lebih

khusus. pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan

sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,

memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal Gerlach &

Ely dalam Arsyad (2002: 3)

Romiszowski dalam Harjanto, (2008: 247) merumuskan media

pembelajaran “as the carriers of messages, from some transmitting source

(with may be a human being or an intimate object), to the receiver of the

massage (which is our case is the learner)”,artinya, sebagai pengantar pesan

dari beberapa sumber transmisi (yang mungkin manusia atau objek terkait)

kepada penerima pesan (dalam hal ini pembelajar). Media pembelajaran juga

dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar

(Ibrahim, 2003:112)

Media pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan atau kompetensi

dasar. Dilihat berdasarkan jenisnya,ada beberapa macam media yang

10
digunakan dalam pembelajaran, yaitu media audio, media visual, media audio

visual, dan peraga (manusia).

1. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif

(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Bentuk

dari media audio adalah tapeaudio besertakaset suara, dan radio.

2. Media visualadalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan.

Media ini menampilkan gambar diam seperti foto, gambar atau lukisan,

dan cetakan.

3. Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar. Contohnya dari media audio visual antara lain: televisi dan video.

4. Peraga (manusia) adalah media tertua yang digunakan untuk mengirimkan

dan mengkomunikasikan pesan atau informasi dengan mengarahkan dan

mempengaruhi proses belajar melalui eksplorasi terbimbing dengan

menganalisis dari waktu ke waktu apa yang terjadi pada lingkungan

belajar.

Menurut Sujana (1997:2) beberapa manfaat media pembelajaran, antara

lain:

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

11
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dipahami

oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran

lebih baik.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi tak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak

bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar,sebabtidak hanya

mendengarkan uraian guru tapi juga aktivtas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstarsikan dan lain-lain.

2.2.2 Media Pembelajaran Torso

Media torso termasuk ke dalam kategori media tiga dimensi. Jenis media

tiga dimensi dari torso yaitu model penampang (cutaway model). Model

penampang memperlihatkan bagaimana sebuah objek untuk mengetahui susunan

bagian dalamnya. Kadang-kadang model ini dinamakan model X-Ray atau model

Crossection yaitu model penampang memotong. Contoh penggunaan model

penampang yaitu anatomi organ tubuh yang vital. Model ini sangat berguna untuk

mata pelajaran biologi karena fungsinya dapat menggantikan objek sesungguhnya.

Selain itu model penampang bisa memperjelas objek yang sebenarnya

12
Gambar 1 : Torso manusia

Menurut Nana Sudjana (2010 :164) manfaat media torso ada dua yaitu:

1. Pendidik mempergunakan untuk menunjukkan posisi setiap organ tubuh

padawaktu pemelajaran. Lalu peserta didik mengulang kembali mengenal apa

yang mereka ketahui tentang penempatan dan fungsi dari organ tubuh manusia

utamanya.

2. Untuk menunjukkan hal tersebut mereka menebarkan masing-masing bagian

torso dan setiap peserta didik menyebutkan bagian torso dan meletakkan kembali

pada bagian yang sebenarnya

2.3 Sistem Gerak

sistem gerak bisa di artikan sebagai satu kesatuan yang komplek dengan

tujuan mencapai suatu system yaitu gerak. Dalam penyusunanya gerak dalam

tubuh terdapat organ-organ penting sebagai penunjang untuk melakukan gerak

tadi yakni otot,persendian serta tulang atau rangka. Komponen komponen dari

Sistem Gerak

13
1. Rangka

Rangka terdiri atas ±206 ruas tulang yang mempunyai bentuk serta ukuran yang

bervariasi. Kerangka tubuh bagian dalam dilindungi/ ditutupi oleh kulit dan

daging. Hal ini bertujuan melindungi bagian-bagian dalam kerangka yang bersifat

lunak dalam menghindari adanya kerusakan yang timbul akibat gesekan organ-

organ lebih keras dibandingkan organ yang lunak.

2. Persendian

Persendian fungsi utamanya sebagai penghubung antar tulang sehingga

memudahkan otot sebagai alat gerak aktif dalam melakukan gerakan. Di dalam

tubuh terdapat ± 200 tulang yang saling berkaitan.Sifat geraknya persendian :

1. Sendi Mati (sinartrosis)

Artinya tidak memiliki celah, contohnya seperti persendiaan pada tulang

tengkorak.

2. Sendi Kaku (Amfiartrosis )

Persendiaan jenis ini mungkin masih dapat bergerak karena terdiri dari

tulang tulang rawan, namun terlihat agak kaku.

3. Sendi Gerak ( Diartrosis )

Sementara jenis persendiaan ini tidak saling berkaitan, artinya memiliki

gerakan sangat bebas.Karena jenis sendi ini memiliki gerakan bebas maka terbagi

jadi beberapa bagian :

14
1. Sendi Engsel : bergerak dengan satu arah

2. Sendi Putar : bergerak dengan berputar

3. Sendi Peluru : bergerak ke segala arah

4. Sendi Pelana : bergerak dua arah.

5. Sendi Fibrosa : bergerak sedikit,terikat dan memiliki serat kollagen/ sutera

6. Sendi Kartilaginosa : bergerak bebas.

7. Sendi Sinovial

3. Otot

Otot merupakan alat gerak yang aktif. Fungsinya sebagai penggerak tulang

tulang sehingga menghasilkan sebuah gerakan. Berdasarkan jenis, otot di bagi

menjadi 3 yaitu:

1. Otot polos

2. Otot lurik

3. Otot jantung

4. Tulang

Tulang di bedakan menjadi 2 bagian yaitu :

1. Tulang rawan Sel

Sel tulang rawan adalah penyusun utama pada tulang jenis ini. Sifatnya

lentur karena terdapat ruang dalam masing masing sel sel rawan dan mengandung

zat kapur serta zat perekat. contohnya adalah hidung, laring,bronkus

telinga,trakea, serta diantara ruas ruas tulang belakang.

15
2. Tulang keras

Tulang ini mengandung osteoblast atau sel pembentuk tulang, karenanya

sifatnya lebih padat dan lebih keras dibanding tulang rawan,serta ada zat kapur

dan zat perekatnya. Zat kapur berbentuk kalsium karbonat (CaCO3) serta kalsium

fosfat (Ca(PO4)2). Tulang ini juga terdapat saluran havers dalam pembuluh darah.

Contohnya adalah tulang kering,tulang lengan, dan tulang selangka.

Bentuk Tulang

1. Tulangpipa

Tulang jari tangan,tulang paha serta tulang lengan atas adalah contoh dari

tulang pipa. Bentuknya memanjang seperti pipa dan bulat serta

mempunyai rongga bagian tengahnya.

2. Tulang pipih

Cirinya gepeng atau berbentuk pipih. Contohnya adalah tulang dada,tulang

belikat serta rusuk.

3. Tulang pendek Sel

Tulang ini sebagai pembentukan dari sel darah merah, bentuknya pendek

dan bulat. Contohnya adalah ruas tulang belakang, tulang pergelangan kaki

serta tulang pergelangan tangan.

16
2.4 Penelitian yang relevan

Proses pembelajaran yang menggunakan media torso plus dikombinasikan

dengan diskusi dan ceramah memberikan pengalaman belajar yang lebih beragam

bagi siswa sehingga tidak membosankan dan membuat siswa lebih antusias dan

aktif belajar . Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rusyana (2009: 22),

bahwa pengalaman belajar yang beragam akan menghilangkan kebosanan dan

merangsang siswa untuk belajar mandiri. Selain itu, dengan adanya tampilan

menggunakan torso plus, siswa tampak lebih fokus dan perhatian saat penjelasan

konsep oleh guru.

Jika dikaitkan dengan pengalaman yang diperoleh siswa yang belajar

dengan menggunakan alat peraga model torso memperoleh pengalaman yang riil.

Proses penerimaan siswa terhadap pelajaran lebih berkesan secara mendalam,

sehingga membentuk pengertian yang baik dan sempurna. Belajar dengan alat

peraga tiga dimensi merupakan alat bantu yang efektif dalam mengikut sertakan

berbagai indera dalam belajar mengajar.

Pada penerapan media torso plus ini memberi kesempatan siswa dalam

tugas yang nyata memperlihatkan rangsangan yang relevan. Model torso yang

dipadukan dengan permainan kartu ternyata memperbesar motivasi, minat belajar,

dan hasil belajar siswa. Dengan demikian, siswa selalu tergerak untuk tetap

memperhatikan media sehingga konsep yang disampaikan lebih mudah dipahami

dan diingat oleh siswa. Seperti yang dikatakan oleh Peter Shea, pesan yang

disampaikan akan lebih diingat apabila dibaca, didengar, dilihat, dikatakan dan

dilakukan.

17
Media dan peralatan yang memadai dan berfungsi sebagai mana mestinya

dapat mendorong proses belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumiati

dan Asra (2009: 160), bahwa media merupakan sesuatu yang dapat digunakan

untuk penyampaian pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan

siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.

2.5 Kerangka Berfikir

Hasil belajar yang baik, idealnya tercapai karena proses belajar mengajar

berlangsung dengan baik pula. Sehingga tercapai tujuan dari proses belajar yang

telah ditetapkan. Namun dalam sebuah kelas yang terdapat di SMP N 7 KOTA

JAMBI, pada mata pelajaran IPA dengan materi pembelajaran Sistem gerak

tujuan pembelajaran tersebut tidak tercapai, hal tersebut ditandai dengan nilai

pelajaran pada mata pelajaran Ipa yang lebih rendah dibandingkan mata pelajaran

lainnyadan kurang nya interaksi antar siswa dan guru . Lebih lanjut nilai ulangan

siswa SMP N 7 KOTA JAMBI juga menunjukan rata-rata nilai yang belum

mencapai KKM.

Rendahnya hasil belajar pada siswa kelas VIII SMP N 7 KOTA JAMBI

diakibatkan oleh prsoses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak

menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA materi Sistem Gerak

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu peneliti melakukan PTK dengan

dua siklus. Pada siklus pertama akan diberikan tindakan yaitu guru menggunakan

media Torso pada pembelajaran IPA sistem Gerak .Setelah tindakan dilakukan

selanjutnya peneliti mengamati hasil belajar dengan penggunaan treatmean

tersebut. Jika hasil tersebut belum mencapai target peningkatan yang ditetapkan

18
maka dilakukan treatmeant atau tindakan pada siklus yang kedua yaitu dengan

guru menggunakan media Torso dalam pembelajaran materi operasi hitung

campuran. Dari hasil siklus tersebut diharapkan terjadi peningkatan siknifikan

pada hasil belajar siswa. Artinya bahwa penerapan media Torso dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa SMP N 7 KOTA JAMBI.

Hasil belajar
Guru tidak
rendah,motivasi kurang
Kondisi awal menggunakan media
(nilai dibawah
pada saat mengajarkan
kkm,mengantuk,ribut)
sistem gerak

Hasil belajar siswa belum


Guru menggunakan meningkat siknifikan ,
Tindakan media Torso pada saat siswa mulai termotivasi
mengajar sistem gerak (focus,aktif bertanya)

Guru menggunakan Hasil belajar siswa


Tindakan media Torso pada saat meningkat siknifikan dan
mengajar sistem gerak siswa mulai termotivasi
untuk belajar

Kondisi akhir

Hasil akhir yang diharapkan terjadi peningkatan motivasi dan hasil


belajar siswa terhadap materi sistem gerak

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 7 KOTA JAMBI

3. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.

4. Lama Penelitian

Lama penelitian ini direncanakan selama 2 siklus.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah Siswa kelas VIII SMP N 1

KOTA JAMBI dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri dari 19 perempuan

dan 16 Laki-laki

3.3 Sumber Data

Sumber Data dalam Penelitian ini adalah :

1. Informan dalam penelitian ini adalah guru yang mengampu mata pelajaran

biologi dan Siswa Kelas VIII SMP NEGERI 7 KOTA JAMBI

2. Tempat dan kegiatan Berupa pembelajaran yang menggunakan torso yang

berlangsung di kelas VIII SMP N 7 KOTA JAMBI

20
3. Dokumen yang ada meliputi kurikulum, rencana pelaksanaan pembeljaran,

Foto kegiatan pembelajaran, hasil tes siswa, catatan lapangan serta hasil

wawancara

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu:

teknik tes dan teknik non tes. Sumber data penelitian akan diperoleh secara

langsung dari respon siswa.

1. Alat pengumpulan data

a) Instrumen observasi

Instrumen observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar

siswa dan kegiatan mengajar guru.

b) Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Materi Sistem Gerak.

c) Wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa untuk mencari

informasi guru memperoleh data yang berkenaan dengan pembelajaran

dan menidentifikasi fungsi sistem Gerak manusia dan hubungannya

dengan menggunakan media torso, baik sebelum pelaksanan PTK, selama

pelaksanaan PTK dan sesudah pelaksanaan PTK ( Suwandi,2008: 66)

21
2. Jenis data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

a) Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dengan menggunakan

instrumen tes formatif pada siklus I dan II. Data kuantitatif ini diperoleh dengan

menghitung rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa.

Hasil tes formatif (tes akhir) dianalisis menggunakan rumus :

Keterangan :

X : nilai rata-rata kelas

∑x: jumlah semua nilai siswa

ռ: banyak siswa

(Suharsimi, 2010:264)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai

berikut :

Analisis ini dilakukan pada saat refleksi. Hasil analisis ini digunakan

untuk melakukan perencanaan lanjutan dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis

juga dijadikan bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran

atau bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model

pembelajaran yang tepat, Agip (2006:41).

22
3.5 Validasi Data

Validitas data atau keabsahan data merupakan kebenaran dari proses

penelitian. Validitas data dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan sebagai

dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Strategi yang bisa digunakan

untuk meningkatkan validitas meliputi empat langkah, antara lain face validity

(validitas muka), triangulation (triangulasi), critical reflection (refleksi kritis),

catalic validity. Untuk meningkatkan validitas penelitian tindakan kelas ini

dengan meminimalkan subjektivitas melalui triangulasi.

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data untuk

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untukkeperluan pengecekan

atau sebagai pembanding. Langkah ini dapat ditempuh dengan menggunakan

berbagai sumber data untuk meningkatkan kuantitas penilaiaan. Adapun

bentuk triangulasi ada empat, yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode,

triangulasi penyidik, dan triangulasi teori. Penelitian tindakan kelas ini

menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

alat yang berbeda, yaitu pengamatan dari proses pembelajaran, tes unjuk kerja

siswa, silabus, RPP, hasil wawancara tentang pembelajaran IPA.

3.6 Analisis data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang

dibuat mulai dari tahap persiapan, proses pembelajaran, hingga kegiatan akhir.

Apakah setiap proses kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Demikian juga dengan analisis data pada PTK adalah analisis terhadap hasil

23
kegiatan pembelajaran. Analisis dilakukan untuk memperkirakan apakah

semua aspek pembelajaran yang terlibat didalamnya sudah sesuai dengan

kapasitas. (Aunurrahman, dkk. 2009 :9). Analisis data yang dilakukan adalah:

a) Mengumpulkan semua data dari hasil pengamatan siklus 1. Baik data

kualitatif maupun data kuantitatif dengan menggunakan rumus :

b) Menganalisis data dengan membuat tabulasi persentase yang disajikan

dalam bentuk tabel.

c) Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil

pengolahan data dengan indikator keberhasilan antara tes siklus I, dan siklus

II.

3.7 Indikator kinerja

Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam

penelitian yang dilakukan ini adalah apabila hasil belajar siswa dalam

pembelajaran Sistem Gerak peningkatan pada setiap siklusnya. Peneliti

menggunakan Media Torso jika >75 % siswa memperoleh nilai tes

formatif KKM (kriteria ketuntasan minimal) 73.

24
3.8 Prosedur penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom

action research)

Gambar 2 : Alur pelaksanaan tindakan kelas (Suharsimi:2007)

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan perencanaan ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar

mengajar.

2. Menetapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD).

3. Menentukan skenario pembelajaran.

4. Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan.

5. Menyusun lembar kerja siswa.

25
6. Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa

terhadap materi yang disajikan.

7. Menyiapkan analisis soal-soal tes.

2. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas menerapkan kegiatan pembelajaran dengan Media

pembelajaran Torso . Adapun urutan kegiatan direncanakan sebagai berikut:

1. Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan yaitu apersepsi dan

memberikan motivasi.

2. Membagi kelompok belajar yang terdiri dari 5-6 siswa sehingga terbagi

kelompok belajar.

3. Di dalam kelompok siswa belajar sesuatu yang baru dengan cara melakukan

kegiatan yang sudah dirancang oleh peneliti dalam kegiatan pembelajaran.

4. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

5. Menggunakan metode yang telah disiapkan peneliti untuk menjelaskan

konsep-konsep materi yang akan dipelajari pengguanaan media dengan

mengkaitkannya terhadap materi ajar.

6. Melakukan kegiatan refleksi pada setiap akhir kegiatan.

26
7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, yaitu:

kerjasama siswa dalam kelompok, cara menyampaikan jawaban hasil diskusi,

lembar kerja siswa, latihan siswa dan tes pada setiap siklus.

3.Pengamatan terhadap tindakan

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan

yang berkaitan dengan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsawyaitu aktivitas siswa selama pembelajaran. Peneliti terlibat langsung

sebagai pengamat dan dibantu teman sejawat. Instrumen yang akan digunakan

untuk menghimpun data hasil belajar siswa dengan memberikan angket pada

setiap pembelajaran. Sedangkan untuk memperoleh data dan hasil belajar siswa

diperoleh dari ulangan-ulangan pada setiap siklus.

4. Refleksi terhadap tindakan

Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti melakukan refleksi

yang mencakup analisis dan penilaian. Dari hasil refleksi kemungkinan muncul

permasalah yang perlu mendapat perhatian, sehingga peneliti melakukan

perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang serta refleksi ulang.

Tahapan ini akan dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai

permasalahan sudah bisa diatasi dengan siklus, rencana, tindakan, observasi dan

refleksi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad .2002 . Media Pembelajaram Edisi 1. Jakarta : Pt Raja Grafindo.

Asra. 2009. Metode Pembelajaran . Bandung : CV. Wacana Prima.

Aunurrahman. 2009. Belajar Dan Pembelajaran .Bandung : Alfabeta.

Dimyati. 2009 . Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Hamzah.2008.Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi.

Ibrahim. 2003. Perencanaan Pengajaran . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Romiszowski .2008 Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning.

Jakarta Raja Grafindo.

Rusyana. 2009. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Efektif .Jakarta :Trans Media


Abadi.

Sadirman. 2010.Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta :Rajawali Pers.

Slameto .2010 . Balajar Dan Faktor Yang Memoengaruhinya.Jakarta : Rineka

Cipta.

Suprijono. 2009. Cooperative Learning :Teori Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta.

Pustaka Pelajar.

Sujana . 1997. Desain Analisis Ejsperimen . Bandung :Tarsito.

Walgito. 2009 Metode Penelitian Kualitatif.Bandung : Pt Remaja Rosdajarya.

Winata .1994. Tentang Metode Demonstrasi . Bandung : CV Pustaka Setia Wrag.

28
29
30
31
32

Anda mungkin juga menyukai