Anda di halaman 1dari 15

Salman Al Farizi (2013168)

PAI Reguler Kampus A Matraman

EFEKTIVITAS KEAKTIFAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR


SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS X DI SMK N 8 JAKARTA
SELATAN
X = Keaktifan Belajar
Y = Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran PAI
A. Latar Belakang
Seorang guru bertanggung jawab penuh atas terselenggaranya proses pembelajaran
sesuai dengan target pencapaian belajar yang ditetapkan saat proses kegiatan
pembelajaran. Sedangkan kegiatan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, Slameto,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013). Justru itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
kegiatan belajar juga disarankan untuk meraih atau mendapatkan hasil belajar pada siswa
dikelas, supaya siswa selalu terfokus terhadap materi yang diajarkan guru yang terlihat
dari segi keaktifan siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Sebaiknya setiap peserta didik membentuk kebiasaan dalam meningkatkan cara
belajar pada saat proses pembelajaran baik dalam pendekatan tinggi ataupun sedang dan
menyangkut pada model pembelajaran yang digunakan oleh guru PAI. Seorang guru harus
menguasai ilmu keguruan dan mampu menerapkan model pembelajaran yang dapat
menimbulkan keaktifan pada proses pemebelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu terciptanya generasi mukmin yang
memiliki kepribadian insan kamil.
Keaktifan belajar sangat diperlukan untuk terciptanya pembelajaran yang
interaktif, aktif dan hasil belajar yang maksimal. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana dengan sedemikian rupa, sehingga siswa
aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Keaktifan belajar ditandai
oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosi maupun fisik.
Menurut Ahmad Rohani, belajar yang berhasil, mesti melalui berbagai macam
aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif
dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk
dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik memiliki aktivitas psikis
adalah, jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam
rangka pengajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya
itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal sekaligus mengikuti
proses pembelajaran (proses perolehan hasil pengajaran) secara aktif, ia mendengarkan,
mengamati, menyelidiki mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan
lainnya, dan sebagainya.
Pembelajaran aktif sangat diperlukan, siswa diharapkan aktif terlibat dalam
kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan
konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya anak tidak diharapkan pasif
menerima layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Siswa bukanlah gelas
kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang pengetahuan
atau informasi. Ada beberapa evaluasi yang harus diperhatikan dan dilakukan guna untuk
meningkatkan keaktifan siswa, serta mutu pendidikan yang baik. Bisa dari faktor eksternal
misalnya penggunaan metode ataupun media pembelajaran yang digunakan oleh guru
yang kurang menarik atau memumpuni, dan bisa dari faktor internal, misalnya keaktifan
belajar dari siswa itu sendiri.
Hal ini menyebabkan sebagian siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Karena kejenuhan dan rasa bosan yang mereka dapatkan, sehingga siswa tidak konsentrasi
dalam pembelajaran yang kemudian menyebabkan siswa mengobrol dengan teman
sebangkunya dan tidak mendengarkan penjelasan guru. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas keaktifan belajar terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran PAI dikelas X SMK N 8 Jakarta Selatan.

B. Indentifikasi Masalah
1. Sebagian besar siswa jenuh dan bosan sehingga tingkat keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung sangat bervariasi.
2. Beragamnya tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.
3. Permasalahan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi efektivitas keaktifan
dan hasil belajar siswa di kelas.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada diatas, maka diperlukan adanya
rumusan masalah yang akan memberikan arah pada langkah penelitian selanjutnya.
Adapun rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas
keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa di kelas?.

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektivitas keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa di kelas.
2. Dapat memberikan manfaat untuk guru sebagai acuan untuk mengupayakan keaktifan
dan hasil belajar siswa di kelas.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ialah sebagaimana berikut:
1. Kegunaan Teriotis
a. Bagi siswa kelas X SMK N 8 Jakarta Selatan, penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan tentang efektivitas keaktifan dalam meningkatkan hasil
belajar.
b. Memberikan informasi mengenai hasil belajar peserta didik selama pelaksanaan
efektivitas keaktifan dalam meningkatkan hasil belajar.
2. Kegunaan Praktis
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan referensi untuk sekolah
SMK N 8 Jakarta Selatan dalam proses belajar mengajar.
b. Bisa menambah pengetahuan serta memberikan motivasi kepada setiap pendidik,
terutama bagi seluruh mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia
(UNUSIA) Jakarta, agar dapat lebih kreatif serta inovatif dalam mengembangkan
ilmu, khususnya ilmu pendidikan islam.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Keaktifan Belajar
1. Pengertian Keaktifan
Secara harafiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat. Jadi,
keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Menurut
Dimyati dan Mudjiono dalam Ana Kharisma, keaktifan adalah keterlibatan intelektual-
emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Aries dalam Wakhyu Sri Utari “keaktifan adalah segala sesuatu yang
dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik”. Menurut
Gagne dan Briggs dalam Wakhyu Sri Utari menyatakan bahwa faktor yang dapat
menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang memberikan
motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjag keberhasilan belajar siswa.
Nana Sudjana dalam Wahyudi Zarkasyi menyatakan salah satu penilaian proses belajar-
mengajar adalah dengan melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses
belajar-mengajar keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:
1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;
2) terlibat dalam pemecahan masalah;
3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang
diihadapinya;
4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah;
5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;
6) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya;
7) melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; dan
8) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam
kegiatan menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Menurut
Sriyono,”Keaktifan adalah pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar
murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani”.
2. Jenis-jenis Keaktifan Belajar
Jenis-jenis keaktifan belajar siswa dalam proses belajar sangat banyak.
Mohammad Ali dalam Chintya Kurniawati membagi jenis-jenis keaktifan siswa dalam
proses belajar tersebut menjadi delapan aktivitas, yaitu:
1) Mendengar, dalam proses belajar yang sngat menonjol mendengar dan melihat. Apa
yang kita dengar dapat menimbulkan tanggapan dalam ingatan-ingatan, yang turut
dalam membentuk jiwa seseorang.
2) Melihat, siswa dapat menyerap dan belajar 8% dari pengelihatannya. Melihat
berhubungan dengan penginderaan terhadap objek nyata, seperti peraga atau
demonstrasi. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar melalui proses
mendengar dan melihat, sering digunakan alat bantu dengar dan pandang atau yang
sering dikenal dengan istilah alat peraga.
3) Mencium, seseorang dapat memahami perbedaan objek melalui bau yang dapat
dicium.
4) Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai bentuk
perubahan bentuk tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang dikecap.
5) Meraba, dapat dilakukan untuk membedakan suatu benda dengan yang lainnya.
6) Mengolah ide, dalam mengelolah ide siswa melakukan proses berpikir atau proses
kognisi.
7) Menyatakan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir yang kompleks
ditunjang dengan kegiatan belajar melalui pernyataan atau mengekspresikan ide.
8) Melakukan latihan, kegiatan proses belajar yang tujuannya untuk membentuk
tingkah laku psikomotorik dapat dicapai dengan melaluilatihan-latihan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Keaktifan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Gagne dan Briggs dalam Martinus
Yamin menyebutkan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran, yaitu:
1. memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran;
2. menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada peserta didik);
3. mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik;
4. memberikan stimulasi (masalah, topikdan konsep yang akan dipelajari);
5. memberikan petunjuk kepada peserta didik cara mempelajari
6. memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran;
7. memberikan umpan balik (feedback);
8. melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga kemampuan
peserta didik selalu terpantau dan terukur;
9. menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah suatu kegiatan fisik
maupun mental yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa keaktifan belajar ditandai dengan adanya
keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka indikator yang akan peneliti gunakan
sebagai landasan menyusun angket dalam penelitian ini yaitu:
a. Keaktifan belajar dalam hubungan dengan guru (memperhatikan, bertanya,
menjawab, dan mengikuti instruksi guru).
b. Keaktifan belajar dalam hubungan dengan siswa lain (memperhatikan, berdiskusi,
bertanya, menanggapi pertanyaan, dan memberi solusi) .

B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Pengertian Hasil Belajar Menurut Keller dalam Gusti Bagus, hasil belajar adalah
terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi, aktifitas dan harapan
untuk berhasil, serta masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan
motivasional tidak berpengaruh terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa
untuk mencapai tujuan belajar.
Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya telah terjadi
suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Jadi hasil belajar
merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses
belajar, maka didapat hasil belajar.
Menurut Gagne dalam Chintya Kurniawati, hasil belajar merupakan suatu
kemampuan internal (capability) yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan
memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau memberikan prestasi tertentu
(performance). Gagne merumuskan lima kategori besar dari kemampuan manusia
berkenaan dengan hasil belajar yaitu:
1) informasi verbal yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat diungkapkan
dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan ini diperoleh dari sumber
yang menggunakan bahasa lisan dan tertulis;
2) keterampilan intelektual, yaitu kemapuan untuk berhubungan dengan lingkungan
hidup dan dirinya sendiri menggunakan simbol-simbol (huruf, angka, kata, gambar)
dan gagasan-gagasan;
3) Strategi kognitif, yaitu suatu macam keterampilan intelektual khusus yang
mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Dalam teori belajar
modern, strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses
internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberi
perhatian, belajar, mengingat, berpikir;
4) keterampilan motorik, yaitu cirri khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme,
yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teraturdan berjalan dengan lancar
dan supel;
5) sikap, merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat memengaruhi
perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau makhluk hidup lainnya.
6) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang diperoleh secara sadar, bersifat positif-aktif, membawa pengaruh dan
manfaat bagi pebelajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (perilaku) dan psikomotik (keterampilan).
2. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Iriani, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila sebagian
besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik secara fisik, mental maupun sosial
dalam proses pembelajaran, di samping itu juga menunjukkan kegairahan belajar yang
tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Menurut Susanto,
faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain:
1. Faktor Internal
a) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri
atas: Faktor intelektif yang meliputi: Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.
Dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. Faktor non
intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat,
aktifitas, kebutuhan, motivasi, emosi, kecemasan, penyesuaian diri, dll.
2. Faktor Eksternal
a) Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
3. Klasifikasi Hasil Belajar
Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom dalam Catharina Tri Ani dalam Gusti
Bagus, klasifikasi hasil belajar secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu:
1. Ranah Kognitif Berkaitan dengan kemampuan intektual seseorang hasil belajar
kognitif melibatkan siswa kedalam proses berfikir seperti mengingat, memahami,
menerapkan, menanalisa sintesis dan evaluasi.
2. Ranah Afektif Dengan kemampuan yang berkenan dengan sikap, nilai perasaan dan
emosi. Tingkatan-tingkatannya aspek ini dimulai dari yang sederhana sampai kepada
tingkatan yang kompleks, yaitu penerima, penanggapan penilaian, pengorganisasian,
dan karakterisasi nilai.
3. Ranah psikomotor Ranah ini berkaitan dengan kemampuan yang menyangkut
gerakgerak otot. Tingkatan-tingkatanya aspek ini, yaitu gerakan reflex keterampilan
pada gerak dasar kemampuan perseptual, kemampuan dibidang pikis, gerakan-
gerakan skill dimulai dari keterampilan sederhana sampai kepada keterampilan yang
kompleks dan kemampuan yang berkenan dengan non discursive komunikasi seperti
gerakan ekpresif dan interpretative.
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar yang terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama
Islam, dibarengi dengan tuntunannya untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa (Andayani, 2006). Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini,
memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Muhaimin, 2002)
Zuhairimi mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai asuhan-asuhan secara
sistematis dalam membentuk anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran
Islam. Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama Islam adalah suatu usaha dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa
yang terkandung didalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud
serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-
ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga
dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak. (Daradjat, 2000)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam
adalah merupakan usaha sadar dan terencana dalam rangka untuk mempersiapkan
peserta didik untuk menyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan yag telah ditetapkan serta menjadikan ajaran- ajaran agama Islam yang telah
dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan
dunia dan akhirat kelak.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara. Tujuan
Pendidikan Agama Islam menurut Ramayulis secara umum adalah untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama
Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Ramayulis, 2008).
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ramayulis dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama Islam mengungkapkan
bahwa orientasi pendidikan agama Islam diarahkan kepada tiga ranah (domain) yang
meliputi: ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. Ketiga ranah tersebut mempunyai
garapan masing-masing penilaian dalam pendidikan agama Islam, yakni nilai-nilai
yang akan diinternalisasikan itu meliputi nilai Alqur’an, akidah, syariah, akhlak, dan
tarikh. Ruang lingkup PAI di sekolah umum meliputi aspek-aspek yaitu: Al-Qur’an
dan Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih dan Tarikh Kebudayaan Islam. Berikutnya PAI
dilaksanakan sesuai dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis peserta didik
serta menekankan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia
dengan Allah dengan alam sekitarnya.
Mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti mencakup aspek yang sangat luas, yaitu
aspek kognitif (pengetahuan), aspek apektif dan aspek psikomotorik. Ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam adalah untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara: (1) hubungan manusia dengan Allah SWT; (2) hubungan
manusia dengan dirinya sendiri; (3) hubungan manusia dengan sesama manusia; (4)
dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya. Pada saat
diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran
pendidikan agama disebut dengan Pendidikan Agama Islam, kemudian sejak
diberlakukannya Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama disebut
dengan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Sebagian sekolah masih ada yang
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sebagiannya sudah
menerapkan Kurikulum 2013.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam untuk mewujudkan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara empat hubungan yang telah disebut di atas,
tercakup dalam pengelompokkan kompetensi dasar kurikulum PAI dan Budi Pekerti
yang tersusun dalam beberapa materi pelajaran baik Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Adapun materi
atau mata pelajaran tersebut adalah :
a. Al-Quran Hadis; menekankan pada kemampuan membaca, menulis dan
menterjemahkan dengan baik dan benar.
b. Aqidah atau keimanan; menekankan pada kemampuan memahami dan
mempertahankan keyakinan, serta menghayati dan mengamalkan nilai- nilai asmaul
husna sesuai dengan kemampuan peserta didik;
c. Akhlak; menekankan pada pengalaman sikap terpuji dan menghindari akhlak
tercela;
d. Fiqih/ibadah; menekankan pada acara melakukan ibadah dan mu’amalah yang baik
dan benar; dan
e. Tarikh dan Kebudayaan Islam; menekankan pada kemampuan mengambil
pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-
tokoh muslim yang berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena-fenomena
sosial, untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam untuk mewujudkan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara empat hubungan yaitu hubungan manusia dengan
Allah SWT, dirinya sendiri, sesama manusia, dan makhluk lain serta lingkungan
alamnya. Pendidikan Agama Islam tercakup dalam pengelompokkan kompetensi dasar
kurikulum PAI dan Budi Pekerti yang tersusun dalam beberapa materi pelajaran baik
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan yang meliputi Al-Qur’an Hadis, Aqidah, Akhlak, Fiqih, serta Tarikh
dan Kebudayaan Islam.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darajat dalam buku
Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam adalah:
a. Pengajaran Keimanan
Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang berbagai aspek
kepercayaan menurut ajaran Islam. Dalam hal keimanan inti pembicarannya adalah
tentang keesaan Allah. Karena itu ilmu tentang keimanan ini disebut juga “Tauhid”
ruang lingkup pengajaran keimanan ini meliputi rukun iman yang enam. Yang perlu
digaris bawahi dalam pengajaran keimanan ini guru tidak boleh melupakan bahwa
pengajaran keimanan banyak berhubungan dengan aspek kejiwaan dan perasaan.
Nilai pembentukan yang diutamakan dalam mengajar ialah keaktifan fungsi- fungsi
jiwa. Yang terpenting adalah anak diajarkan supaya menjadi orang beriman, bukan
ahli pengetahuan keimanan. (dkk, 2011)
b. Pengajaran Akhlak
Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk batin seseorang yang
kelihatan pada tindak-tanduknya (tingkah lakunya). Dalam pelaksanaannya,
pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan
supaya yang diajar berakhlak baik. Pengajaran akhlak membicarakan nilai sesuatu
perbuatan menurut ajaran agama, membicarakan sifat-sifat terpuji dan tercela
menurut ajaran agama, membicarakan berbagai hal yang langsung ikut
mempengaruhi pembentukan sifat-sifat itu pada diri seseorang secara umum. Ruang
lingkup akhlak secara umum meliputi berbagai macam aspek yang menentukan dan
menilai bentuk batin seseorang.
c. Pengajaran Ibadah
Hal terpenting dalam pengajaran ibadat adalah pembelajaran ini merupakan
kegiatan yang mendorong supaya yang diajar terampil membuat pekerjaan ibadat
itu, baik dari segi kegiatan anggota badan, ataupun dari segi bacaan. Dengan kata
lain yang diajar itu dapat melakukan ibadat dengan mudah, dan selanjutnya akan
mendorong ia senang melakukan ibadat tersebut.
d. Pengajaran Fiqih
Fiqih ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan/ membahas/ memuat
hukum-hukum Islam yang bersumber pada al-Qur’an, Sunnah dan dalil-dalil Syar’i
yang lain.
e. Pengajaran Qira’at Qur’an
Yang terpenting dalam pengajaran ini adalah keterampilan membaca al-
Qur’an yang baik sesuai dengan kaidah yang disusun dalam ilmu tajwid. Pengajaran
al-Qur’an pada tingkat pertama berisi pengenalan huruf hijaiyah dan kalimah (kata),
selanjutnya diteruskan dengan memperkenalkan tanda-tanda baca. Melatih
membiasakan mengucapkan huruf Arab dengan makhrajnya yang benar pada tingkat
permulaan, akan membantu dan mempermudah mengajarkan tajwid dan lagu pada
tingkat membaca dengan irama.

D. Kerangka Berfikir

Guru belum Menurunnya hasil


KONDISI
menerapkan belajar PAI pada
AWAL
keaktifan belajar siswa
di kelas

Siklus I
Menerapkan
keaktifan belajar
individu di kelas
Menerapkan
TINDAKAN
keaktifan belajar
di kelas
Siklus II
Menerapkan
keaktifan belajar
kelompok di kelas

Melalui keaktifan
KONDISI belajar di kelas dapat
AKHIR meningkatkan hasil
belajar pada siswa

Bagan Kerangka Berfikir 1.1

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, diajukan hipotesis tindakan
sebagai berikut “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Keaktifan Belajar
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam”.
F. Penelitian Terdahulu
Berikut beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan tentang
keaktifan belajar untuk meningkatkan hasil belajar yang telah dikemukakan oleh
beberapa peneliti, diantaranya :
1. Peniliti atas nama Savriani, Ella (2020) Pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil
belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika SDN 6 Metro Barat Tahun Pelajaran
2019/2020. Undergraduate thesis, IAIN Metro. Permasalahan dalam penelitian ini
yaitu tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung sangat
bervariasi, ada yang aktif dan ada pula yang pasif. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa mata
pelajaran matematika SDN 6 Metro Barat Tahun Pelajaran 2019/2020.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner atau angket dan dokumentasi.
Analisis data yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas, dan uji hipotesis
Pearson Product Moment. Lokasi penelitian ini adalah di Sekolah Dasar Negeri 6
Metro Barat.
Berdasarkan hasil penelitian diatas terdapat persamaan pada judul mengenai
keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa, tetapi memiliki perbedaan pada jenjang
pendidikan, dimana peniliti diatas menjelaskan tentang SDN.
2. Peniti atas nama Hendri Gunawan FKIP Universitas PGRI Palembang. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat efektifitas penggunaan e-Modul terhadap keaktifan dan hasil
belajar. Modul yang dimaksud pada penelitian ini merupakan modul berbasis
komputer yang dapat digunakan dimanapun dengan menggunakan perangkat berbasis
computer yang dimiliki oleh siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dilakukan dengan
melakukan tabulasi frekuensi atas hasil amatan observasi dan tes untuk mengetahui
keterkaitan subjek dan objek yang menjadi pokok penelitian. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan tes.
Dilihat dari hasil penelitian terdapat persamaan judul dan metode yaitu keaktifan
dan hasil belajar yang diteliti, namun memiliki perbedaan pada medote yang
digunakan mengenai e-Modul.
3. Penelitian atas nama Ketut Wirnawa, Putri Sukma Dewi berjudul EFEKTIVITAS
MEDIA PEMBELAJARAN POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 GEDONGTATAAN DI ERA PANDEMI
COVID 19.
Salah satu media pembelajaran yang banyak digunakan adalah media Powerpoint
dan Google Classroom agar mempermudah siswa dalam memahami materi
pembelajaran dikarenakan kondisi yang seperti ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa efektif pengunaan media power point terhadap hasil dan sikap
belajar siswa mata pelajaran matematika dengan materi pokok statistika tahun ajaran
2021/2022. Penelitian ini mengunakan metode deskriftip dengan menggunakan
postest. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposive dan
terpilih kelas XII IPA sebagai kelas sampel.
Berdasarkan uraian diatas kesamaan terletak pada meningkatkan hasil belajar
siswa, dan perbedaan terletak pada pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar itu
sendiri yaitu menggunakan media Power Point.

Anda mungkin juga menyukai