Anda di halaman 1dari 10

NAMA :MELA REDIANA

NIM : 856486349

MATA KULIAH : PKP

TUGAS 2

JUDUL PTK

Peningkatan Hasil Belajar Materi Budaya Demokrasi Menggunakan Strategi


SAL Siswa Kelas VI SDN 019 LOGAS

KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Teori
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar
yaitu :

1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi.

2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan,
jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada
enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar,
ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik,
ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,


motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas
pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana, melalui proses belajar
mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic


pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah dan ia akan berjuang
lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang
telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya
dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia
berusaha sebagaimana mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat,
membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan
kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni
mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan
ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama
dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan
usaha belajarnya.
Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mencapai hasil belajar,

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai

dengan ciri-ciri tersebut di atas.

1.
1.
2. Strategi SAL
1. Deskripsi Strategi SAL.
Pembelajaran SAL adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar
siswa yang bersifat internal menurut Gagne dan Briggs (dalam Suyatno, 2011:
10).
Pembelajaran aktif (Active Learning) adalah pembelajaran yang melibatkan
peserta didik untuk melakukan sesuatu dan berfikir mengenai apa yang
dikerjakannya. Dengan demikian esensi pembelajaran aktif sesungguhnya
adalah belajar bagaimana belajar (lear how to learn). Bruce Lee menegeskan
bahwa “learning is definitely not more imitation, nor is it the ability to accumulate
and regurgitate fixed knowledge. Learning is constant process of discovery, a
process without end”. (Beattie, 2005)
Definisi ini memberikan pengertian bahwa pembelajaran bukan hanya sekedar
menirukan, mmengakumulasikan dan mengulang informasi dan pengetahuan
yang telah diterima, akan tetapi belajar itu lebih kepada proses yang
berkelanjutan untuk menemukan sesuatu informasi. Belajar adalah sebuah
proses tiada henti. Pengertian ini memberikan arti bahwa belajar adalah aktifitas
yang dilakukan siswa bukan apa yang dilakukan oleh guru.

Lebih detail, Ujang dkk mendefinisikan active learning atau pembelajaran aktif
sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan
informasi (peristiwa, fakta, persepsi, pendapat, perspektif, sikap, perilaku, data,
proposisi, kaidah, norma, nilai, paradigma) yang dilakukan oleh si pembelajar,
bukan oleh si pengajar. Kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan
inisiatif dan tanggungjawab belajar si pembelajar, sehingga berkeinginan terus
untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru/orang lain
apabila mereka mempelajari hal-hal baru (Sukandi, 2002).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif
adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Kesimpulan ini memberikan pemahaman bahwa:

1. Aktifitas belajar dilakukan siswa.


2. Belajar lebih pada proses menemukan.
3. Tugas guru adalah menciptakan suasana belajar bagi siswa.
Penerapan active learning di kelas didasarkan pada prinsip bahwa belajar
terbaik bagi siswa adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua
inderanya dan dengan mengeksplorasi lingkungannya yang terdiri atas orang,
hal, tempat, dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan nyata (pembelajaran
konstektual). Selain itu melalui belajar dari pengalaman langsung dan nyata
hasil belajar akan lebih optimal dan bermakna bagi siswa (Stanford, 2007).
1. Indikator Student Active Learning
Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (2010), berikut ini disajikan
sejumlah indikator atau ciri-ciri terjadinya pembelajaran aktif pada setting kelas:
1. Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu
mata pelajaran atau mata pelajaran lain. Setiap siswa mempunyai beberapa
kemampuan dan kecerdasan yang banyak dan setiap kecerdasan tersebut harus
dikaitkan antara satu domain yang lain seperti ketika siswa berdiskusi, maka
disamping mereka ada beberapa kemampuan yang dikembangkan yang saling
terkait diantaranya kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, kemampuan logika,
menganalisa, kemampuan bahasa dan lain-lain.
2. Kegiatan belajar menarik minat peserta didik. Pembelajaran akan menarik siswa jika
sesuai dengan dunia siswa. Untuk itu proses pembelajaran hendaknya didekati dari
kegemaran dan kesenangan.
3. Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik. Kegiatan pembelajaran akan
lebih optimal jika prosesnya disajikan dengan memberikan tantangan bagi siswa,
dengan tantangan itu siswa akan termotivasi untuk mengikuti proses tersebut hingga
akhir pelajaran.
4. Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Aktifitas belajar aktif
hendaknya melibatkan setiap individu di kelas. Sehingga tidak ada siswa yang
mendominasi proses pembelajaran di kelas, dengan demikian setiap siswa akan
bekerja untuk mengoptimalkan kemampuan masing-masing baik secara fisik
maupun pikiran.
5. Mendorong peserta didik berfikir secara aktif dan kreatif. Dengan pembelajaran aktif
siswa akan berperan aktif dalam mencari informasi secara mandiri, kreatif dan
bertanggungjawab.
6. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman. Penghargaan terhadap
karya siswa akan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Apapun hasil karya siswa,
siswa patut untuk dihargai, penghargaan atas proses dan kinerja mereka, bukan
hasilnya.
7. Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya. Sebagai indikator
dariproses berfikir adalah “pertanyaan”, karena itu pembelajaran aktif harus
merangsangkan siswa untuk selalu bertanya sehingga otak siswa akan terus
bekerja. Kemampuan bertanya merupakan kunci dari keberhasilan siswa dalam
merespon informasi.
8. Mendorong peserta didik melakukan ekplorasi (penjelajahan). Aktivitas siswa dalam
pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengeksplorasi pengetahuan sendiri dengan melalui simulasi, pengamatan
terhadap suatu kasus atau teknik yang lain.
9. Mendorong peserta didik mengekspresikan gagasan dan perasaan secara lisan,
tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak, tarian dan atau permainan.
10. Mendorong siswa agar tidak takut berbuat salah.
11. Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.
12. Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual (mandiri),
pemasangan, kelompok, dan atau seluruh kelas. Pembelajaran aktif hendaknya
memberikan pengalaman belajar kepada siswa secara individual, kompetisi dan
kerjasama.
13. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman. Penghargaan terhadap
karya siswa akan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Apapun hasil karya siswa,
siswa patut untuk dihargai, penghargaan atas proses dan kinerja mereka, bukan
hasilnya.
14. Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya. Sebagai indikator
dariproses berfikir adalah “pertanyaan”, karena itu pembelajaran aktif harus
merangsangkan siswa untuk selalu bertanya sehingga otak siswa akan terus
bekerja. Kemampuan bertanya merupakan kunci dari keberhasilan siswa dalam
merespon informasi.
15. Mendorong peserta didik melakukan ekplorasi (penjelajahan). Aktivitas siswa dalam
pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengeksplorasi pengetahuan sendiri dengan melalui simulasi, pengamatan
terhadap suatu kasus atau teknik yang lain.
16. Mendorong peserta didik mengekspresikan gagasan dan perasaan secara lisan,
tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak, tarian dan atau permainan.
17. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman. Penghargaan terhadap
karya siswa akan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Apapun hasil karya siswa,
siswa patut untuk dihargai.
2. Suasana Pembelajaran Student Active Learning
Suasana yang diharapkan dalam SAL adalah Suasana yang membuat siswa
melakukan:

1. Pengalaman
Anak belajar banyak melalui berbuat. Pengalaman langsung/nyata
mengaktifkan lebih banyak indera. Ada interaksi dengan lingkungan
sekitarnya. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan oleh guru agar siswa
mendapat pengalaman belajar.

Siswa Guru

Melakukan pengamatan Menciptakan kegiatan yang


Melakukan percobaan beragam.
Membaca Mengamati siswa bekerja dan
Melakukan wawancara sesekali mengajukan pertanyaan
Membuat sesuatu menantang.

2. Interaksi
Ada suasana diskusi, saling bertanya dan saling mempertanyakan pendapat,
ide dan gagasan, agar dapat membangun hubugan?hubungan baru dan
berani mengungkapkan pendapat tanpa rasa takut.

Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita
kerjakan, maka kita akan terpacu untuk menjelaskan lebihh lanjut sehingga
kualitas pendapat itu menjadi lebih baik. Berikut adalah hal-hal yang
dilakukan oleh guru agar siswa dapat melakukan interaksi:

Siswa Guru

Berdiskusi Mendengarkan dan sesekali


mengajukan pertanyaan yang
menantang
Mengajukan pertanyaan Mendengarkan, tidak
menertawakan dan memberi
kesempatan lebih dahulu kepada
siswa lain untuk menjawab.
Meminta pendapat orang lain Mendengarkan
Meminta pendapat siswa lain
Memberi komentar Mendengarkan, sesekali
mengajukan pertanyaan yang
menantang, memberi kesempatan
kepada siswa lain untuk memberi
pendapat tentang komentar
tersebut
Bekerja dalam kelompok Berkeliling ke kelompok, sesekali
duduk bersama, mendengarkan
perbincangan kelompok dan
sesekali memberi komentar atau
mengajukan pertanyaan yang
menantang

3. Strategi SAL: Modelling the Way


Ada banyak strategi yang dapat digunakan dalam menerapkan student active
learning dalam pembelajaran di sekolah. Mel Silberman (dalam Hartono, 2001:
3) mengemukakan 101 bentuk strategi yarg dapat digunakan dalam
pembelajaran aktif. Kesemuannya dapat diterapkan dalam pembelajaran di
kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat di capai oleh
anak. Berdasarkan tujuan dan karakteristiknya, strategi SAL digolongkan
menjadi 5 kelompok, sebagai berikut:
1. Based on Card
a. Question student have
b. Index card match
c. Card sort
d. Everyone is teacher here
e. Billboard ranking
2. Based on Discussing
a. Active debate
b. Point counter point
c. Jigsaw learning
d. The power of two
e. Active knowledge sharing
3. Based on Text
a. Scrabble text
b. Crossword puzzle
c. Reading guide
d. Guide note taking
4. Based on Demonstration
a. Modelling the way
b. Silent demonstration
5. Based on Question
a. Giving question and getting answer
b. Information search
c. Planted question
d. Learning. start with question
Based on Demontration (Berbasis Demonstrasi)
Nama Strategi : Modelling The Way (Membuat Contoh Praktik)
Tujuan : Untuk mempraktikkan keterampilan
spesifik untuk dipelajari di kelas melalui dernonstrasi,
dengan memberikan kebebasan kepada siswa menentukan
skenarionya sendiri.

Letak Kegiatan : Kegiatan inti

Aplikasi : Seluruh bidang studi

Langkah-langkah :

1. Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang menurut siswa
untuk mencoba/mempraktikkan keterampilan yang baru diterangkan.
2. Bagilah siswa ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah mereka.
Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu keterampilan tertentu
sesuai dengan skenario yang dibuat.
3. Beri siswa waktu 10 - 15 menit untuk menciptakan skenario kerja.
4. Beri waktu 5 - 7 menit untuk berlatih.
5. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja masingmasing.
Setelah demonstrasi selesai, beri kesempatan kepada kelompok yang lain untuk
memberikan masukan kepada setiap demonstrasi yang dilakukan.
6. Guru memberi penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi
Variasi:

1. Jumlah anggota bisa lebih banyak dengan menambah peran sebagai pengarang
skenario, sutradara dan penasehat.
2. Ciptakan skenario spesifik dan tujuan tertentu (Suyatno, 2011 : 45).
1.
3. Materi Budaya Demokrasi
1. Pengertian Budaya Demokrasi

Kehidupan yang demokratis merupakan amanat Proklamasi Kemerdekaan


Republik Indonesia. Tujuan utama yang hendak dicapai adalah masyarakat adil dan
makmur. Susunan sila-sila Pancasila menyatakan bahwa demokrasi tidak sekadar
alat, melainkan bagian dari tujuan itu sendiri. Artinya, tujuan utama itu hendak
dicapai melalui cara-cara yang demokratis untuk menikmati kehidupan yang adil dan
makmur dalam suasana yang demokratis.

Susilo Bambang Yudhoyono memiliki pandangan mengenai demokrasi.

a. Ukuran normatif. Demokrasi adalah partisipasi rakyat dalam pengambilan keputusan


pada penetapan kebijakan. Ada pemilu yang jurdil, perekrutan kepemimpinan yang
teratur, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan kebebasan pers.
b. Ukuran demokrasi yang mapan (consolidated democracy). Negara dikatakan
demokratis atau sebuah demokrasi dikatakan telah mapan apabila memiliki lima
arena, yaitu adanya civil society (masyarakat madam), political society (masyarakat
politik), economic society (masyarakat ekonomi), rule of law (aturan main: undang--
undang dan peraturan), dan state apparatus (aparatur negara) yang berfungsi
dengan baik.
Dari segi pelaksanaan, menurut Inu Kencana, demokrasi terbagi atas dua model
berikut.

a. Demokrasi langsung
Demokrasi langsung terjadi bila rakyat mewujudkan kedaulatannya pada suatu
negara secara langsung. Pada demokrasi langsung, lembaga legislatif hanya
berfungsi sebagai lembaga pengawas jalannya pemerintahan. Pemilihan pejabat
eksekutif (presiden, wapres, gubernur, dan walikota) dilakukan oleh rakyat
secara langsung melalui pemilu. Pemilihan anggota parlemen atau legislatif
(DPR dan DPD) juga dilakukan rakyat secara langsung.

b. Demokrasi tidak langsung (demokrasi perwakilan)


Demokrasi tidak langsung terjadi apabila rakyat mewujudkan kedaulatannya tidak
melalui pihak eksekutif, melainkan melalui lembaga perwakilan. Pada demokrasi
tidak langsung, lembaga perwakilan/parlemen dituntut peka terhadap berbagai
hal yang menyangkut kehidupan masyarakat dalam hubungannya dengan
pemerintah atau negara.

Secara etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani,
yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan kratos atau kratein yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan. Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan negara
yang kedaulatannya berada di tangan rakyat.
2. Prinsip-Prinsip Budaya Demokrasi
Demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Negara yang menganut demokrasi dicirikan oleh adanya pemerintahan
berdasarkan kedaulatan rakyat.

Mewujudkan demokrasi bukanlah hal mudah. Demokrasi tidak dirancang demi


efisiensi, melainkan demi pertanggungjawaban. Sebuah pemerintahan demokratis
mungkin tidak bisa bertindak secepat pemerintahan diktator. Namun, ketika tindakan
diambil, dukungan publik bisa dipastikan muncul.
Setiap bangsa harus menata pemerintahan yang berpijak pada sejarah dan
kebudayaan sendiri. Namun demikian, terdapat prinsip-prinsip dasar yang harus ada
dalam setiap bentuk demokrasi. Prinsip-prinsip demokrasi ini disebut sebagai nilai
yang universal. Sebagai contoh, tata cara pembuatan undang-undang sangat
bervariasi antara satu negara dan negara lainnya. Namun, proses pembuatan
tersebut harus mematuhi prinsip dasar keterlibatan rakyat, sehingga mereka merasa
memiliki undang-undang tersebut.

B. Masyarakat Madani
1. Pengertian Masyarakat Madani (Civil Society)
Ukuran demokrasi yang mapan menuntut adanya civil society (masyarakat madani).
Apakah masyarakat madani itu?
Istilah madani secara umum dapat diartikan sebagai “adab atau beradab”.
Masyarakat madani dapat didefinisikan sebagai suatu masyarakat yang beradab
dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya. Untuk dapat mencapai
tata masyarakat seperti ini, persyaratan yang harus dipenuhi antara lain adanya
keterlibatan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama,
kontrol masyarakat dalam jalannya proses pemerintahan, serta keterlibatan dan
kemerdekaan masyarakat dalam mernilih pemimpinnya. Ketiga hal tersebut
merupakan sebuah jembatan yang akan menghubungkan suatu negara dengan
kehidupan masyarakat yang demokratis.

2. Ciri-Ciri Masyarakat Madani


Masyarakat madani memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Free public sphere (ruang publik yang bebas) Ruang publik diartikan sebagai
wilayah di mana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap
setiap kegiatan publik. Warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka
dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta memublikasikan
informasi kepada publik. Dengan demikian, tidak mungkin terjadi pembungkaman
kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan
kepentingan umum oleh pemerintah yang berkuasa.
b. Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik
rasional masyarakat yang secara ekplisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi.
Dalam kerangka itu, hanya negara demokratis yang mampu menjamin
masyarakat madani. Pelaku politik dalam suatu negara (state) cenderung
menyumbat masyarakat sipil. Mekanisme demokrasilah yang memiliki kekuatan
untuk mengoreksi kecenderungan itu.
Sementara itu, untuk menumbuhkan demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota
masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian. Syarat-
syarat tersebut berbanding lurus dengan kesediaan untuk menerima dan
memberi secara berimbang. Dengan demikian, mekanisme demokrasi
antarkomponen bangsa, terutama pelaku politik praktis, merupakan bagian
terpenting dalam menuju masyarakat madani.

c. Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang
dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukkan sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh
orang atau kelompok masyarakat lain yang berbeda.

d. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap tulus
bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan merupakan
rahmat Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada masyarakat yang tunggal, monolitik,
sama, dan sebangun dalam segala segi.

e. Keadilan sosial (social justice)


Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang
proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup
seluruh aspek kehidupan. Hal ini memungkinkan jika tidak ada monopoli dan
pemusatan salah satu aspek kehidupan pada seseorang atau sekelompok
masyarakat. Intinya, masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (penguasa).

Berikut ini pilar-pilar penegak demokrasi.

1. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).


2. Pers yang bebas.
3. Supremasi hukum.
4. Perguruan tinggi.
5. Partai politik.
f. Partisipasi sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang
baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat
terjadi apabila tersedia iklim yang memungkinkan otonomi individu terjaga.
Antitesis (lawan) masyarakat madani adalah tirani yang memasung kehidupan
bangsa secara kultural dan struktural, serta menempatkan cara-cara manipulatif
dan represif sebagai instrumen sosialnya. Masyarakat dalam sebuah tirani pada
umumnya tidak memiliki daya yang berarti untuk memulai sebuah perubahan.
Tidak ada tempat yang cukup luas untuk mengekspresikan partisipasinya dalam
proses perubahan. Tirani seperti inilah, berdasarkan catatan sejarah, yang
menjadi simbol-simbol yang dihadapi secara permanen oleh gerakan masyarakat
sipil. Mereka senantiasa berusaha keras mempertahankan status quo tanpa
memedulikan rasa ketidakadilan yang berkembang dalam masyarakat. Pada
masa Orde Baru, cara-cara mobilisasi sosial lebih banyak dipakai daripada
partisipasi sosial, sehingga partisipasi masyarakat menjadi bagian yang hilang di
hampir seluruh proses pembangunan. Namun, kemudian terbukti bahwa
pemasungan partisipasi secara akumulatif berakibat fatal terhadap
keseimbangan sosial politik. Masyarakat yang kian cerdas menjadi sulit ditekan,
sehingga memunculkan protes-protes sosial yang berakibat menurunnya
kepercayaan masyarakat pada sistem yang berlaku. Dengan demikian, jelas
terbukti bahwa partisipasi merupakan karakteristik yang harus ada dalam
masyarakat madani. Tanpa adanya partisipasi, yang ada hanyalah demokrasi
semu (pseudo-democracy), sebagaimana yang pernah dipraktikkan oleh rezim
Orde Baru.
g. Supremasi hukum
Penghargaan terhadap supremasi hukum merupakan jaminan terciptanya
keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral. Artinya, tidak ada
pengecualian untuk memperoleh kebenaran di atas hukum. Hal ini bisa terjadi
apabila terdapat komitmen yang kuat antarkomponen bangsa untuk saling
mengikat diri dalam sistem dan mekanisme yang disepakati bersama. Demokrasi
tanpa didukung oleh penghargaan terhadap tegaknya hukum akan mengarah
pada dominasi mayoritas yang dapat menghilangkan rasa keadilan kelompok
minoritas. Partisipasi tanpa diimbangi penegakan hukum akan membentuk
masyarakat tanpa kendali.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa masyarakat madani merupakan bentuk


sinergi dari pengakuan hakhak untuk mengembangkan demokrasi yang didasari
oleh kesiapan dan pengakuan pada partisipasi rakyat.

Anda mungkin juga menyukai