Anda di halaman 1dari 15

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI

PEMBELAJARAN PJOK KELAS VII SMP MELALUI MODEL


TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

PROPOSAL

OLEH:

AGNES PAKERENG
NPM: 2211000510028

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS INSAN BUDI UTOMO FAKULTAS PENDIDIKAN
ILMU EKSAKTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI
KESEHATAN DAN REKREASI
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses yang mempengaruhi peserta didik agar
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dengan
demikian akan menimbulkan perubahan dalam diri peserta didik untuk diproses
dalam masyarakat. Sesuai undang-undang tahun 2003 tentang system pendidikan
diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa dimasa depan (diah pratiwi, suratno,
pujiastuti, 2004). Sekolah merupakan lembaga pendidik yang mempunyai tugas
untuk menghantarkan peserta didik untuk mengembangkan segalah potensi yang
dimilikinya. Sekolah juga dipercayai sebagai satu-satunya cara agar manusia saat
ini dapat hidup mantap pada masa yang akan datang. Keberhasilan pendidikan
disekolah sangat tergantung pada proses belajar mengajar dikelas. Pembelajaran
disekolah terdapat beberapa factor yang saling berkaitan dan menentukan
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pembelajaran adalah (pendidik, peserta didik, ketenagaan
lainya), tujuan belajar, materi atau bahan ajar, fasilitas, sarana, dan alat-alat bantu
pelajaran (sudjana 2001:5). Selain dari faktor-faktor yang menentukan
keberhasilan peserta didik, pendidik juga perlu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan yang dapat memotivasi peserta didik untuk senantiasa belajar
dengan baik dan bersemangat. Suasana belajar tersebut berdampak positif bagi
peserta didik dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. oleh sebab itu
pendidik atau guru sebaiknya memiliki kemampuan dalam memilih media
pembelajaran yang tepat untuk membangkitkan minat belajar peserta didik.
Pengalaman peneliti saat duduk dibangku sekolah di SMP khususnya mata
pelajaran pjok bahwa dalam pembelajaran terdapat masalah-masalah yang paling
mendasar yang dikeluhkan oleh siswa adalah merasa bosan saat pembelajaran
dikelas berlangsung karena aktivitas siswa hanya mendengar penjelasan dari guru
saja tanpa siswa berperan aktif dalam proses belajar. hal ini ditandai dengan (1),
rendahnya minat belajar. (2), kurangnya pemahaman siswa pemahaman siswa.
Peneliti menawarkan kepada guru mata pelajaran Pjok agar menggunakan,
model pembelajaran time games tournament pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Dengan mengunakan model teams games tournament yang dapat
mengarahkan peserta didik untuk belajar lebih baik. model teams games
tournament ini dapat meningkatkan kinerja mengajar guru dan meningkatkan
minat belajar peserta didik serta merupakan suatu kiat, petunjuk, strategi, dan
seluruh proses belajar yang dapat mempertajam daya ingat peserta didik dengan
cara belajar yang menyenangkan dan bermakna. teams games tournament itu
sendiri merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,
melibatkan seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung permainan reinforcement.
Kegiatan belajar dan permainan yang dirancang dalam pembelajaran model teams
games tournament memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih santai/rileks
disamping itu menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana carah meningkatkan minat belajar siswa mata pelajaran pjok dengan
menggunakan model team games tournament (tgt)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan minat belajar
siswa menggunakan model pebelajaran team games tournament.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Deskripsi Teori
A. Pengertian Minat belajar
Kata minat secara etimologi berasal dari bahasa inggris “ interest” yang
berarti kesukaan, perhatian, keinginan. Jadi dalam proses belajar siswa harus
mempunyai minat atau kesukaan untuk mengikuti kegiatan belajar yang berlangsung,
karena dengan adanya minat akan mendorong siswa untuk menunjukan perhatian,
aktivitasnya dan partisipasinya dalam mengikuti belajar yang berlangsung. Menurut
Ahmadi (2009: 148) “Minat adalah sikap jiwa orang seorang termasuk ketiga fungsi
jiwanya (kognisi, konasi, dan emosi), yang tertuju pada sesuatu dan dalam hubungan
Itu unsur perasaan yang kuat”.Menurut Slameto (2003:180), “minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”.
Sedangkan menurut Djaali (2008: 121) “minat adalah rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Sedangkan
menurut Crow&crow (dalam Djaali, 2008:121) mengatakan bahwa “minat
berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau
berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan
itu sendiri”.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
minat adalah rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang dimiliki seseorang
terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan.

1. Pengertian Belajar Skinner (dalam Walgito, 2010: 184) memberikan definisi


belajar “Learning is a process of progressive behavior adaptation”. Sedangkan
menurut walgito (2010: 185) “belajar merupakan perubahan perilaku yang
mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or
performance)”.Menurut Whittaker, (dalam Djamarah, 2011:12) merumuskan
bahwa “belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman”. Demikian pula menurut Djamarah (2011: 13)
belajar adalah “serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasi dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah
perubahan dalam diri pelajarnya yang berupa, pengetahuan, ketrampilan dan
tingkah laku akibat dari interaksi dengan lingkungannya.
2. Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Suhana (2014: 15) prinsip-prinsip belajar
sebagai kegiatan yang sistematis dan kontinyu memiliki prinsip-prinsip dasar
sebagai berikut:
1. Belajar berlangsung seumur hidup
2. Proses belajar adalah kompleks namun terorganisir
3. Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks
4. Belajar dari mulai yang factual menuju konseptual
5. Belajar mulai dari yang konkrit menuju abstrak
6. Belajar merupakan bagian dari perkembangan
7. Keberhasilan belajar dipengaruhi beberapa factor
8. Belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh makna
9. Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu
10. Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru
11. Belajar yang berencana
12. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan lingkungan internal
13. Kegiatan-kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari
orang lain
3. Pengertian Minat Belajar
Minat merupakan rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang dimiliki
seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan. Minat tersebut akan menetap dan
berkembang pada dirinya untuk memperoleh dukungan dari lingkungannya yang
berupa pengalaman. Ciri-Ciri Minat Belajar Dalam minat belajar memiliki beberapa
ciri-ciri. Menurut Elizabeth Hurlock (dalam Susanto, 2013: 62) menyebutkan ada
tujuh ciri minat belajar sebagai berikut:
1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental
2. Minat tergantung pada kegiatan belajar
3. Perkembangan minat mungkin terbatas
4. Minat tergantung pada kesempatan belajar
5. Minat dipengaruhi oleh budaya
6. Minat berbobot emosional
7. Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap
sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.
4. Indikator Minat
Belajar Menurut Djamarah (2002: 132) indikator minat belajar yaitu rasa
suka/senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan adanya kesadaran
untuk belajar tanpa di suruh, berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan
perhatian. Menurut Slameto (2010: 180) beberapa indikator minat belajar yaitu:
perasaan senang, ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa. Dari beberapa
definisi yang dikemukakan mengenai indicator minat belajar tersebut diatas, dalam
penelitian ini menggunakan indikator minat yaitu:
1. Perasaan Senang Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap
pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar. Contohnya
yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat
pelajaran.
2. Keterlibatan Siswa Ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan
orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan
dari obyek tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi, aktif bertanya, dan aktif
menjawab pertanyaan dari guru.
3. Ketertarikan Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada
sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa pengalaman afektif yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Contoh: antusias dalam mengikuti pelajaran,
tidak menunda tugas dari guru.
4. Perhatian Siswa Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama
dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa
terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa
memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan
memperhatikan obyek tersebut. Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan
mencatat materi.

2.2. Teams Game Tournament (TGT).


Teams games tournament merupakan salah satu tipe pembelajaran yang
membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar dengan beranggotakan 5
sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, rasa taupun etnis yang
berbeda. Dengan adanya kelompok heterogen inilah peserta didik berdiskusi dalam
kelompoknya, belajar dan bersama-sama mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru. Sehingga ketika ada anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang
diberikan, maka anggota kelompok lainnya dapat membantu menjelaskannya.
Menurut Slavin (2016), pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 komponen
yaitu : persentasi di kelas, Tim, Game,Tournamen, dan Rekognisi Tim.TGT
diharapkan mampu membuat peserta didik lebih semangat belajar dan tidak merasa
bosan, karena model pembelajaran TGT memuat adanya game/turnamen di dalam
kelas yang dimana pemenang turnamen ini akan diberikan suatu penghargaan, maka
peserta didik akan terpacu untuk menjadi yang terbaik. Dengan adanya turnamen
yang menciptakan suasana persaingan sehat, diharapkan dapat memotivasi peserta
didik sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Model pembelajaran Team Games Tournament merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas
yang terdiri tiga sampai lima siswa yang heterogen. Dalam TGT ini digunakan
turnamen akademik, dimana siswa berkompetisis sebagai wakil dari timnya
melawan anggota tim yang lain mencapai hasil atau prestasi serupa pada waktu lalu.
Ada beberapa komponen dalam model pembelajaran team games tournament yaitu:
1) penyajian materi, 2) Tim, 3) Game, 4) Turnamen, 5) penghargaan kelompok.
Model ini diterapkan pada materi dunia hewan sebanyak tiga kali pertemuan.
Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah keinginan peserta didik dalam
melakukan sesuatu yang di ukur dari aspek perhatian, keaktifan, kedisiplinan serta
resitasi, alat ukur yang digunakan yaitu menggunakan angket motivasi. Hasil belajar
adalah tercapainya tujuan pembelajaran setelah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament yang berupa kemajuan belajar peserta
didik yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh dari evaluasi hasil belajar.
Nilai yang diperoleh dari selisih tes hasil belajar setelah mengalami proses
pembelajaran (posstest) dan sebelum mengalami proses pembelajaran (pretest).

1. Langka-Langka Teams Games Tournament ( TGT ) Menurut slavin (dalam


purwati,2010) ada lima komponen utama dalam TGT yang secara rinci dapat
diuraikan sebagai berikut:

Langka 1: tahap menyampaikan informasi (presentasi klasikal)


Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran seperti biasa,bisa
ceramah,diskusi,demontrasi atau ekperimen bergantung pada karakteristik materi
yang sedang disampaikan dan ketersediaan media disekolah yang
bersangkutan.pada kesempatan ini guru harus memberitahu siswa agar cermat
mengikuti proses pembelajaran karena informasi yang diterimahnya pada fase ini
sangat bermanfaat untuk bisa menjawab kuis pada fase berikutnya dan skor kuis
yang akan diperoleh sangat menentukan skor tim mereka.
Langka 2: tahap pembentukan tim atau pengorganisasian siswa (kelompok)
Pada fase ini, guru membentuk kelompo-kelompok kecil beranggota 4-6
orang siswa terdiri dari siwa berkemampuan tinggi, sedang dan kurang. Fungsi
kelompok disini adalah untuk mengarahkan semua anggota untuk belajar mengkaji
materi yang disampaikan oleh guru, berdiskusi, membantu anggota yang
berkemampuan akademiknya kurang sehingga mereka secara tim nantinya siap
untuk mengikuti kuis. Kekompakan kerja sama tim akan mampu meningktkan
hubungan antar sesama anggota tim, rasa percaya diri, dan keakraban antara siswa.
Langka 3: tahap permainan (game tournament)
Pada fase ini guru membuat suatu permainan. Materinya terdiri dari
sejumlah pertanyaan yang relevan dengan materi ajar yang disampaaikan oleh
guru pada fase sebelumnya untuk menguji kemajuan pengetahuan siswa setelah
memperoleh informasi secara klasikal dan hasil latihan dikelompoknya.
Peraturan permainan:
Permainan diawali dengan memberitahukan aturan permainan kepada siswa.
Setelah itu dilanjutkan dengan pembagian kartu-kartu soal untuk bermain (kartu
soal dan kunci jawaban ditaruh terbalik diatas meja sehingga soal dan kunci
jawaban tidak terbaca) permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan
sebagai berikut slavin,1995 (dalam kurniawan 2008)
1. Tiap meja terdiri dari 4-6 orang siswa yang berasal dari kelompok yang
berbeda/heterogen.
2. Setiap pemain dalam tiap meja menentukan terlebih dahulu pembacaa soal dan
pemain pertama dengan cara undian pemain yang menang undian mengambil
kartu yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal
sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.
3. Soal dikerjakan secara mandiri oleh penantang dan pemain sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal
selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang ditanggapi
oelh penantang.
4. Pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada
pemain yang menjawab benar atau penantang yang memberikan jawaban benar.
Jika semua jawaban pemain salah maka kartu dibiaran saja.
5. Permainan dilanjutkan dengan kartu soal yang berikutnya sampai semua kartu
soal habis dibacakan, dan posisi pemain diputar seara jarum jam agar setiap
peserta dalam satu meja turnament dapat berperan sebagai pembaca soal,
pemain dan penantang.
6. Dalam permainan pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan
membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban
kepada peserta lain.
7. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja
menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang
diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
8. Setiap pemain kembali dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua
kelompok memasukkan poin yang diperoleh oleh anggota kelompoknya pada
tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang
diterima oleh kelompoknya.

Langka 4: tahap memberikan penghargaan kelompok


Skor kelompok diperoleh dengan cara menjumlahkan skor anggota setiap
kelompok, kemudian dicari rata-ratanya. Berdasarkan skor rata-rata kelompok akan
diperoleh gambaran perbedaan prestasinya.dari skor rata-rata kelompok ini guru
akan memberikan penghargaan kepada setiap kelompok.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran TGT

Kelebihan:
1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2. Mengedepankan penerimaan terhadap penerimaan perbedaan individu
3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa Mendidik
siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
5. Motivasi belajar lebih tinggi
6. Hasil belajar lebih baik
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Kekurangan:

1. Bagi guru
Sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogn dari segi akademis. kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang
bertindak sebagai pemegang kendali, teliti dan menentukan pembagian
kelopok.dan waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak
sehingga melewati waktu yang suda ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika
guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2. Bagi siswa
Adanya siswa berkemampuan Tinggi kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa yang lainnya. Untuk mengatasi
kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang
mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan
pengetahuannya kepada siswa lain.
2.2 Penilitian Yang Relevan
Penilitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Agnes Pakereng pada
tahun 2024 tentang “upaya meningkatkan minat belajar siswa dalam
pembelajaran pjok kelas vii smp melalui model teams games tournament
(tgt)” penelitian ini meyimpulkan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran teams games tournament dapat meningkatkan minat belajar
siswa dalam mata pelajaran pjok.
2.3 Indicator Keberhasilan
Indicator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatkan minat belajar
siswa kelas vii smp . peningkatan minat belajar siswa dapat dilihat dari
aktivitas belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan juga
melalaui hasil tes dengan menerapkan model pembelajaran teams game
tournament
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Wewewa Selatan Tahun 2024 dengan
disesuaikan dengan jam pelajaran PJOK kelas VII

3.2 Subjek Dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII smp negeri 1 wewewa selatan dengan
jumlah siswa 40 yang terdiri dari 20 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki. Dan
obyek penelitian adalah penerapan model pembelajaran teams game tournament(tgt)

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara
kolaboratif penelitian kolaboratif dimana disini yang melakukan tindakan adalah guru
itu sendri. Menurut kemmis dan taggart ada berapa tahapan dalam penelitian ini
(rochiati wiriaatmadja 2005:66) yaitu:

1. Perancangan (plan)
2. Tindakan (act)
3. Pengamatan (observe)
4. Refleksi (reflect) Dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Siklus
dihentikan apabila kondisi kelas sudah stabil dalam hal ini guru suda mampu
menguasai keterampilan belajar yang baru dan peserta didik terbiasa dengan
model pembelajaran team games tournament(tgt) serta data yang ditampilkan
sudah ada peningkatan. Alur penelitiannya adalah
3.4. Teknik Penumpulan Data

1. Observasi
2. Angket
3. Wawancara
4. Tes
5. Dokumentasi

3.5. Instrument Penelitian

1. Peneliti
2. Lembar Observasi
3. Pedoman Wawancara
4. Angket Respon Siswa
5. Tes
6. Dokumentasi
7. Catatan Lapangan
8.
3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan untuk reduksi data yaitu kegiatan pemilih data,
penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan.
Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun,
diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami.

1. Analisis data serta observasi keaktifan siswa

2. Analisis angket respon siswa

3. Analisis hasil belajar siswa


DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.2005.Matematika.Jakarta:Dirjen Dikti Depdiknas

Etin Solihatin Dan Raharjo.2007. Cooperative Learning: Analisis Model


Pembelajaran IPS. Jakarta :Bumi Aksara

Isjoni.Dkk.2007.Pembelajaran Visioner : Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Ismail. 2003. Model Pembelajaran Kooperatif.Dit.PLP Dikdasmen

Anda mungkin juga menyukai